Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS INDONESIA

KASUS PENYIMPANGAN AKUNTANSI TOSHIBA CORPORATION

TUGAS AKHIR
TATA KELOLA PERUSAHAAN

ANTONI 1306381502
HESTI SETIANINGSIH 1306379265
NADIRA HASANA P 1306380115
SAFIRA DHYANTI 1306395256
TRI ENDAH SETIASIH 1306379782

FAKULTASEKONOMI DAN BISNIS


PROGRAMSTUDI AKUNTANSI
DEPOK
2016
A. Profil Toshiba Corporation

Toshiba merupakan perusahaan elektronik dan listrik dari Jepang, dengan kantor utama
di Tokyo sekaligus merk yang terkenal secara global yang pertama didirikan pada tahun
1875. Pada tahun 1939 terdapat dua perusahaan, Denki dan Shibaura Seisako, yang merger
yang melebur menjadi satu hingga terbentuknya Toshiba. Toshiba mulai kuat adidaya-nya
dengan melakukan akuisisi pada tahun 1940 sampai 1950an, dan yang diakuisisi adalah
perusahaan alat berat dan industri primer. Sampai tahun 2016, Toshiba Corporation telah
memiliki 247 anak perusahaan dan afiliasi, Toshiba juga telah berkontribusi pada dunia
dengan melakukan penjualan lebih dari 100 juta unit. Salah satu anak perusahaan yang
didirikan pada saat Toshiba mulai mengakuisisi pada tahun 1970an adalah: grup Toshiba
Lighting & Teknologi (1989), Toshiba Carrier Corporation (1999), Toshiba Elevator &
Building System Corp (2001), Toshiba Solutions Corp (2003), Toshiba Medical Systems
Corp (2003) dan Toshiba Materials Co Ltd (2003)

Setelah kesuksesan memasarkan peralatan elektronik dan listrik Toshiba, atau Toshiba
Corporation, mulai tertarik untuk memasarkan notebook, PC, dan PC server untuk rumah,
kantor dan pengguna mobile pada masa tahun 2000 sampai 2005. Karena pada tahun tersebut
penggunaan komputerisasi mulai banyak diminati masyarakat, maka Toshiba mengeluarkan
Toshiba Qosmio Notebook PC, yaitu series notebook PC yang dapat digunakan sebagai
hiburan prbadi dengan tingkat daya tahan pemakaian dan mobilisasi tinggi. Tidak hanya itu,
model seri gaming, seri mahasiswa juga dikeluarkan oleh Toshiba.

Toshiba mengeluarkan jenis-jenis computer yang digunakan untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat. Untuk mempertahankan standar kualitas Toshiba, dengan melalui
divisi RnD berdedikasi secara maksimal pada penetapan standar rekayasa dan prosedur
pengujian, bahkan sebelum produk tersebut masuk kedalam tahap produksi. Serta
memastikan keamanan dan perlindungan konsumen dengan melakukan serangkaian tes
terhadap produk tersebut.

B. Overview Kasus Toshiba Corporation

Padatahun 2015, timbulskandal Toshiba dimana Toshiba


telahmemalsukanlaporankeuangansehingga Toshiba memperbesarlabanyahingga
US$1,2Miliarsejaktahun 2008 yang dilakukansendirioleh Top Management Toshiba. Jepang,
merupakannegarapenganutketeraturandankejujurantinggi.

2
SelainituJepangjugamemilikireputasi Good Corporate Governance yang baik,
yaitumemilikiperingkatsembilandari 120 perusahaanpublik di Jepangdalamkarya firma
hukum Mori Hamada & Matsumoto.
KasusiniterjadikarenaadainisiatifdariPemerintahanPerdanaMenteri Abe
dimanamenggencarkan program transparasikeperusahaanJepangdengantujuanuntukmenarik
investor asing.Makadariitu, Toshiba menyewaparaindependen professional
untukmenilaitransparasiperusahaan Toshiba, dankinerjaperusahaanbeberapatahun yang
lalu.Hasildaripenilaianprofesionalindependen yang disewa Toshiba
yaitubahwatigadireksitelahberperanaktifdalammenggelembungkanlabausaha Toshiba sebesar
¥151,8 miliar (setaradenganRp 15,85 triliun) sejaktahun 2008 dalam panel independen. Hisao
Tanaka (64) dan Norio Sasaki (66), telahbergabungdengan Toshiba sejaktahun 1970an. Norio
Sasaki telahmenjabai di Toshiba daritahun 2009 sampai 2013, danmemimpinsaat Toshiba
telahdinyatakanmelakukanpenggelembungankeuntungan.
Skandalpemanipulasilaporankeuanganmulaidiketahuiolehindependensidan regulator
keamanansaatmenyelidikilaporankeuangan Toshiba padaawaltahun 2015..

Duabulansejaklaporan audit penginvestigasianresmiyang dipimpinoleh Koichi Ueda


sertapakarakuntansi di Jepang, delapandari 16 Top Management Toshiba
terlibatskandalakuntansiresmimengundurkandiri.
TermasukdiantaranyaPresidenDirekturHisao Tanaka, WakilPresdir Norio Sasaki dan Chief
Executive Atsutoshi Nishida dandigantioleh Masashi Muromachi yang
akanmenjabatsebagaidirekturbarusedangkanWakilDirektur Toshiba,
karenadianggapsebagaipertanggungjawabanpelakuterhadappenyimpanganakuntansi yang
dideraoleh Toshiba. Selainintervensidari top management Toshiba,
skandatmemanipulasilaporankeuanganinikarena,
berdasarkantemuantimpenyelidikindependen, karyawan Toshiba
ditekanuntukmenundapengakuankerugianataupergerakanbiayatertentuketahunselanjutnya.
Terjadinyapenyimpanganakuntansitersebutjugadisebabkanolehbudayaperusahaan yang
mengharuskankaryawanuntukmematuhisemuaperintahatasan (manajemen),
sehinggakaryawantidakdiizinkanuntukmelanggarkeputusanmanajemen.Berikutmerupakankuti
panpernyataansalahsatudarikaryawan Toshiba:

"Akuntansi yang sistematis, yang akibatdarimanajemen,


telahmengkhianatikepercayaanberbagaipihak.Adapun pula,
bahwakeputusandarimenejementidakdapatdiganggugugatlagi. "

3
Akibatskandal Toshiba, Toshiba telahmem-PHK karyawannyasebanyak 7000 orang setelah
Tanaka mengundurkandiri.

C. Faktor- FaktorPenyebabTerjadinyaPenyimpangan

Pada dasarnya, perusahaan mengharapkan laporan keuangan yang akan


dipublikasikan ialah dengan kondisi keuangan yang terbaik. Oleh sebab itu, merefleksikan
manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan supaya laporan keuangan terlihat baik tiap
tahunnya. Akan tetapi, keinginan manajer untuk mencapai hal tersebut seringkali gagal dan
pada akhirnya timbul keinginan untuk melakukan tindak kecurangan (fraud) agar laporan
keuangan tampak berjalan baik (smoothly)sehingga dapat memancing investor untuk
berinvestasi. Sampai saat ini, berbagai kasus mengenai skandal laporan keuangan dan
pelanggaran lainnya kerap kali terjadi. Salah satunya adalah kasus fraud atas laporan
keuangan di salah satu perusahaan elektronik terbesar di Jepang, yakni Toshiba.

Toshiba berdirisejaktahun 1875 sebagaiperusahaan yang


bergerakpadaindustrielektronik.Denganberbagaiinovasidankreativitasakanteknologimemberik
an Toshiba mampumengembangkanberbagaiprodukelektronik yang sangatdiminatipelanggan
di berbagaibelahandunia. Denganmarket share yang sangatluastersebut,
merefleksikanbahwatingkatkepercayaan public akanproduk Toshiba sangatlahtinggi, selainitu
Toshiba jugamampubersaingdenganbeberapakompetiorutamaseperti Dell dan Asus.
Sampaiakhirnya, padatahun 2014,
KomiteIndependenmenemukanpenyimpanganpadalaporankeuangan
Toshiba.Penyimpanganyang sangat fatal, yaknioverstated profit yang mencapai 151.8 bn yen
(U$ 1.22 Miliar) sejaktahunfiskal 2008.
Beberapapenyebabterjadinyapenyimpangandalamkasus Toshiba, diantaranya;

1. Performance-based Management

Performance-based
managementataudisebutdenganmanajemenberbasiskinerjamerupakanbudayakinerja yang
mengalirdalamtubuhsuatuentitasatauperusahaan.Di satusisi,
budayainibertujuanuntukmembantuperusahaandalammencapaitargetnya.Akan tetapi, di
sisilain, justrusebaliknya,
budayakinerjatersebutdapatdimanfaatkanmanajemenuntukmelakukanpenyimpangan demi

4
mencapai target perusahaan.Penyimpangan yang terdapatdalamtubuh
Toshibaberawalpadamanajer yangmenetapkan target yang tidakrealistisuntukdicapai. Selain
target yang terlalutinggi, terdapattekananataspemenuhantargettersebut,
dimanaterdapatprinsipbahwabawahanharustundukterhadapatasan. Hal
inijugadisinggungdalamakuntansimanajemen, mengenaiakuntansipertanggungjawaban,
yaitubagaimanakepaladalam unit bisnismelaporkanpencapaiankinerjanyaatastanggungjawab
yang diberikantop managementperusahaankepadanya.
Dalampraktiknya,
akuntansipertanggungjawabanmemangdianjurkanagarmenciptakankinerja perusahaanyang
lebihbaik, namundalamkasus Toshiba, terdapatkesalahan yang
terletakpadatumpuanpenilaiankinerjakeuangan yang semata-
matadalamkondisibaik.Walaupunkitamengenalterdapatempatperspektifpenilaiankinerjadalam
balance score card (financial perspective, customer perspective, internal business process,
sertalearning and growth), tetapipadafaktanyafinancial perspectiveselalumenjadihalutama
yang mempengaruhikinerjaperusahaan.
Performance-based managementseringkalidisalahgunakanbagiperusahaan yang
mayoritashanyaberoerientasipadagood financial performancesemata.Salah satupraktik yang
dilakukanoleh Toshiba, yaitutop managementmemberikan target yang
luarbiasatinggikepadabusiness unit supervisordibawahnya, sebenarnyatop
managementmengetahuibahwa target itusangattidakrealistis,
namunhaltersebutsengajadiberikan agar memacubusiness unitmenghasilkanmelebihi target
normal, agar target yang dibebankankepadanyabisadicapai.
Praktikinisebenarnyasudahumumterjadibagiperusahaan,
namundenganadanyapressuredanpunishmentdariatasan agar target tercapaiitulah yang
membuatbusiness unitmelakukanpenyimpanganataslaporannya.

2. Pengawasan

Penyebabpenyimpanganlainnyaadalahmasalahpengawasan.Minimnyapengawasansecarala
ngsungdalammanajemen Toshiba,
dimanapengawasanatasankepadabawahanmereka.Sehinggaketikaparaoknumdalam Toshiba
yang melakukanpenggelembunganpendapatan Toshiba,
manajemenjustrutidakmengetahuihalinidanmalahmemberikaninsentifatau
bonuskepadaparaoknumtersebut.Manajemen Toshibajugaterlalupercayakepadaparaoknum

5
yang
melakukanfraudataspendapatanini,sehinggatidakpernahmelakukaninspeksiatasvaliditaspenda
patan yang diperolehnya.Akan tetapidenganadanyaKomiteIndependendalamtubuh Toshiba,
penyimpangan-penyimpangantersebutdapatsegeradibongkar.
DitambahlagiperanJapan Financial Supervision Agency (JFSA) yang
terbatasdalammendeteksikasusToshiba ini, denganberagamperaturan yang dikeluarkanJFSA
ternyatamasihbelummampumencegahterjadinyapraktikfraud padaperusahaanterdaftar di
bursa.Samahalnyadengan external auditor Toshiba yang jugatidakmampumenemukanfraud.

D. Pembahasan Kasus Berdasarkan Teori


D.1. LO D1: The Role of The BOC and BOD In Assuring Sound Internal Control and
Risk Management System

Secara umum, terdapat dua jenis sistem tata kelola perusahaan yang digunakan oleh
negara-negara di dunia, yaitu sistem one-tier dan two-tier. Dalam sistem two-tier, struktur
dewan dibagi menjadi dua fungsi yang berbeda, yaitu dewan pengawas (non-
executive/supervisory board) dan dewan pelaksana (executive/management board). Dewan
pengawas terdiri dari direktur non-eksekutif yang melaksanakan fungsi pengawasan atas
operasi bisnis perusahaan sedangkan dewan pelaksana terdiri dari direktur eksekutif yang
melaksanakan fungsi operasional dalam perusahaan.Sementara itu, dalam sistem one-tier,
fungsi dewan pengawas dan dewan pelaksana tidak dipisahkan dan dijadikan dalam satu
fungsi yaitu dewan direksi (board of directors).

Berdasarkan Prinsip 6 OECD, “The Responsibilities of The Board”, tanggungjawab


utama dewan adalah memonitor kinerja manajerial dan mencapai tingkat imbal balik (return)
yang memadai bagi pemegang saham. Selain itu, dalam upaya mewujudkan tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG), dewan juga harus memastikan
sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan. Sistem pengendalian
internaltersebut meliputi pengendalian resiko, operasional, dan keuangan.

Pada kasus Toshiba, dapat diketahui bahwa fungsi dewan pengawas dan dewan
pelaksana dalam memastikan sistem pengendalian internal perusahaan belum memadai. Hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya bukti keterlibatan Chief Executive Officer (CEO), Hisao
Tanaka, dan wakil CEO, Norio Sasaki, dalam manipulasi laporan keuangan.Tim penyelidik
independen menemukan bahwa Tanaka mengetahui manipulasi laporan keuntungan yang

6
dilakukan oleh perusahaanselama beberapa tahun terakhir, dengan nilai mencapai US$ 1,2
miliar. Selain itu, tim penyelidik independen juga menemukan bahwa penasihat Toshiba,
Atsutoshi Nishida, juga terlibat dalam manipulasi keuntungan.

Penyimpangan akuntansi yang dilakukan oleh Toshiba tersebut terjadi akibat adanya
tekanan dari pihak manajemen untuk meningkatkan keuntungan. Dalam hal ini, berdasarkan
temuan tim penyelidik independen, karyawan Toshiba ditekan untuk menunda pengakuan
kerugian atau pergerakan biaya tertentu ke tahun selanjutnya. Terjadinya penyimpangan
akuntansi tersebut juga disebabkan oleh budaya perusahaan yang mengharuskan karyawan
untuk mematuhi semua perintah atasan (manajemen).

Berdasarkan sudut pandang GCG, Toshiba memiliki sistem pengendalian internal yang
tidak memadai. Hal tersebut terjadi karena lemahnya fungsi dewan dalam memastikan
pelaksanaan sistem pengendalian internal, baik pengendalian operasional maupun keuangan,
di seluruh tingkatan perusahaan. Dalam hal ini, dewan Toshiba tidak melaksanakan fungsi
tersebut dan justru terlibat dalam skandal akuntansi. Tidak hanya itu, penasihat perusahaan
juga terlibat dalam skandal tersebut. Hal ini terjadi karena tidak adanya independensi dari
penasihat perusahaan dalam memberikan masukan kepada perusahaan karena Nishida
merupakan mantan CEO perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dewan Toshiba seharusnya dapat memastikan


pelaksanaan sistem pengendalian internal yang memadai di seluruh level perusahaan mulai
dari level eksekutif sampai operasional karena sistem pengendalian internal merupakan salah
satu bentuk kontrol atas kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan dan dapat meningkatkan
penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

D.2. LO D2: The Role of Internal Auditor In Promoting Good Corporate Governance

Fokus pada tata kelola perusahaan menawarkan audit internal kesempatan untuk
menjadi pemain tim yang lebih aktif dan strategis. Auditor internal dapat memenuhi
ekspektasi tinggi dengan mengambil pandangan yang lebih holistik pada tata kelola
perusahaan dan menyelaraskan keterampilan dan kegiatan audit internal untuk menilai,
meningkatkan, dan memantau kemampuan tata kelola perusahaan mereka.

Institute of Internal Auditors (IIA) telah mengklarifikasi peran dan tanggungjawab


internal auditor dengan menegaskan pentingnya manajemen risiko dan tata kelola
perusahaan. Audit internal, menurut IAA, membantu organisasi mencapai tujuannya dengan

7
membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas proses manajemen risiko, kontrol dan tata kelola.

Audit internal akan selalu memiliki tantangan untuk tetap independen dan obyektif
sementara menjadi bagian dari organisasi. Tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan dan
auditor internal mereka adalah kurangnyasatu ukuran yang pas untuk semua metode dalam
meningkatkan tata kelola perusahaan. Karena tidak ada solusi cepat untuk mengatasi
tantangan yang beraneka ragam, maka menjaga fokus pada tata kelola yang baik dalam
jangka panjang merupakan tujuan penting bagi sebagian besar perusahaan.

Berdasarkan kasus Toshiba, ditemukan bahwa dalam perusahaan tidak terdapat


Departemen Internal Audit, selain Divisi Akuntansi yang mengecek ketidaktepatan perlakuan
akuntansi dan Komite Audit. Namun, meskipun beberapa anggota komite audit menyadari
adanya ketidaktepatan perlakuan akuntansi pada beberapa proyek, tidak ada tindakan yang
diambil untuk membahas isu ini pada Komite Audit ataupun kepada orang-orang eksekutif
lainnya.

Faktanya, hanya ada satu anggota penuh waktu yang bertanggung jawab pada audit
keuangan dan akuntansi dalam Komite Audit. Terlebih lagi, tidak terdapat banyak anggota
staf pendukung yang ditugaskan pada Komite Audit dengan pengetahuan rinci terkait
keuangan dan akuntansi. Maka, melihat situasi tersebut, sulit bagi anggota Komite Audit,
kecuali satu anggota penuh waktu, untuk menyadari ketidaktepatan perlakuan akuntansi yang
terus berlangsung di Toshiba. Selain itu, anggota Komite Audit penuh waktu tersebut yang
ditugaskan dalam audit keuangan dan akuntansi adalah mantan CFO selama jangka waktu
penggunaan perlakuan akuntansi yang tidak pantas.

Dapat dikatakan bahwa Komite Audit tidak berfungsi pada Toshiba.Seharusnya dimulai
dasarnya yaitu struktur sumber daya manusia harus ditingkatkan dengan menugaskan staf
Komite Audit dengan pengetahuan keuangan dan akuntansi yang rinci. Keabsenan
Departemen Internal Audit dalam Toshiba juga memengaruhi terjadinya manipulasi yang di
tambah dengan peran yang menjalankannya tidak cukup terampil (Komite Audit).
Seharusnya untuk perusahaan yang sangat besar seperti Toshiba memiliki Departemen
Internal Audit agar peran Internal Audit dapat berjalan lebih komperhensif dan menghindari
ketidaktepatan sikap yang diambil oleh beberapa anggota Komite Audit yang tidak
mengungkapakan penemuan ketidaksesuaiaan perlakuan akuntansi kedalam Komite Audit.

8
Karena, dalam mendukung tata kelola perusahaan yang baik, internal audit melakukan peran
penting dalam semua aspek tata kelola perusahaan dengan:

1. Mendukung Komite Audit dalam memenuhi tanggungjawabnya;


2. Berpartisipasi dalam komite pengungkapan organisasi;
3. Meninjau efektivitas kode etik, kebijakan etika, dan whistle-blower;
4. Membantu menilai risiko dan mengukur kinerja organisasi;
5. Pemantauan kegiatan tata kelola perusahaan dan kepatuhan terhadap kebijakan
organisasi;
6. Memfasilitasi dan meningkatakan komunikasi dengan CEO,penasihat umum, CFO,
dan pengawas eksekutif lainnya; dan
7. Mengevaluasi efektivitas kegiatan tata kelola perusahaan dan merekomendasikan
area untuk penyempurnaan.

D.3. LO D3: The Role of Eksternal Auditor In Promoting Good Corporate Governance

International Auditing and Assurance Standards Boards (IAASB) mendefinisikan


peran eksternal auditor sebagai pihak pemberi opini terkait bagaimana laporan keuangan
disiapkan dan disajikan secara wajar dan sesuai dengan kerangka pelaporan laporan keuangan
yang berlaku. Auditor eksternal memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
mengukur adanya kesalahan penyajian yang material dalam pelaporan laporan keuangan
karena adanya kesalahan atau kecurangan, merancang dan melaksanakan prosedur audit
sebagai respon risiko yang ada, dan mengumpulkan temuan audit yang diperlukan dan sesuai
untuk pembentukan opini audit. Eksternal auditor juga memiliki tanggung jawab untuk
memahami internal kontrol perusahaan untuk diintegrasikan dalam membuat audit prosedur
yang akan dilaksanakan.

Sebagai salah satu kontributor dalam terealisasinya model three lines of defence,
auditor eksternal memiliki secara tidak langsung memiliki peran terhadap tercapainya good
corporate governance. Faktor pentingnya audit eksternal sebagai mekanisme corporate
governance dipengaruhi oleh sebuah fakta bahwa fokus utama auditor adalah memonitor
proses pelaporan finansial perusahaan dan dengan menjalankan tanggung jawabnya secara
menyeluruh, auditor dapat mempengaruhi manajemen perusahaan untuk mengadopsi sistem
akuntansi dan kontrol internal yang sesuai.

9
Berdasarkan kasus toshiba yang hanya memiliki satu anggota penuh waktu, yang
ditugaskan dalam keuangan dan akuntansi dalam komite audit, dan tidak seorangpun dari
ketiga anggota komite audit eksternal yang memiiki kemampuan keuangan dan akuntansi
yang mamadai atau cukup. Oleh karena itu, tidak ada staff pendukung yang dapat di tugaskan
kedalam komite audit dengan pengetahuan yang detail mengenai keuangan dan akuntansi.
Hal tersebut menyulitkan anggota penuh yang ditugaskan dalam mengaudit keuangan dan
fungsi akuntansi, untuk menyadari treatment akuntansi yang dilakukan dan secara terus
menerus di dalam Toshiba. Karena hanya dijalankan oleh satu anggota audit eksternal dalam
menangani bagian keuangan dan akuntansi di Toshiba, maka dari itu auditor eksternal
mengalami kesulitan menjalankan tugas sebagai auditor eksternal dalam hal untuk
mengidentifikasi dan mengukur adanya kesalahan penyajian yang material dalam pelaporan
laporan keuangan karena adanya kesalahan atau kecurangan. Selain itu juga satu anggota
komite audit eksternal yang ditugaskan tidak dapat maksimal dalam merancang dan
melaksanakan prosedur audit dalam merespon risiko yang ada. Dalam hal ini auditor
eksternal di Toshiba tidak berfungsi dengan baik dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya.

Berkaitan dengan tatakelola perusahaan yang baik (Good Corporate


Governance/GCG) seharusnya dalam komite audit memiliki auditor eksternal yang memiliki
kompetensi dalam hal keuangan dan akuntansi yang memadai. Kompetensi tersebut dapat
dilihat dari adanya sertifikasi secara resmi dari badan hukum atau asosiasi akuntan apabila
akuntan tersebut memiliki kemampuan dalam hal keuangan dan akuntansi yang memadai,
sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan profesional.

Dalam kasus Toshiba kebanyakan dari perlakuan akuntansi dalam area investigasi
tidak tercatat dalam rangkaian audit (termasuk reviu triwulanan) yang dibawah kendali oleh
accounting auditor. Hasilnya adalah pengendalian melalui eksternal audit tidak berfungsi
dengan cukup (insufficiently). Salah satu masalah dalam perlakuan akuntansi mengenai
pertanyaan bagaimana pengendalian internal pada aktivitas operasi accounting treatment,
dalam hal metode akuntansi yang digunakan sulit untuk di deteksi perlakuan akuntansinya
oleh auditor. Metode yang digunakan dalam menangani proyek, Toshiba menggunakan basis
accounting treatment pada percentage of completion method hal ini menyultkan untuk
akuntansi auditor dari luar secara independen mengevaluasi kelayakan atas estimasi yang
digunakan oleh Toshiba. Untuk dapat mengatasi hal tersebut, seharusnya Toshiba dapat
menggunakan auditor eksternal yang memiliki kompetensi dan legal ekspert yang di rekrut

10
dari luar untuk dapat membantu mengevaluasi semua metode atau estimasi yang digunakan
oleh Toshiba dalam menjalankan aktivitas operasional.

Faktor pentingnya audit eksternal sebagai mekanisme corporate governance


dipengaruhi oleh sebuah fakta bahwa fokus utama auditor adalah memonitor proses
pelaporan finansial perusahaan dan dengan menjalankan tanggung jawabnya secara
menyeluruh, auditor dapat mempengaruhi manajemen perusahaan untuk mengadopsi sistem
akuntansi dan kontrol internal yang sesuai. Dengan didasari oleh pengalaman, pengetahuan,
dan keahlian yang dimiliki, auditor dapat menyediakan informasi-informasi yang bernilai dan
rekomendasi untuk meningkatkan proses pelaporan finansial perusahaan, walaupun auditor
tidak memiliki kemampuan untuk mengarahkan manajemen untuk menjalankan hal tersebut
(Chambers, 2003).

11
Sumber Referensi

Basari, M. Taufikul. 2015. Toshiba Diguncang Skandal Akuntansi senilai US$1,2 Miliar.
Situs Resmi Bisnis Indonesia. Diakses pada 20 Desember 2016.
http://finansial.bisnis.com/read/20150721/9/455185/toshiba-diguncang-skandal-
akuntansi-senilai-us12-miliar

Hakim, Ifsan Lukmannul. 2015. Skandal Terungkap, CEO Toshiba Mundur. Situs Resmi
Berita Online Liputan 6. Diakses pada 20 Desember 2016.
http://bisnis.liputan6.com/read/2277114/skandal-terungkap-ceo-toshiba-mundur.

Hutapea, Febriamy. 2015. Skandal "Mark Up" Laba Perusahaan, CEO Toshiba Mundur.
SitusResmiBerita Online BeritaSatu.Diaksespada 20 Desember
2016.http://www.beritasatu.com/dunia/292689-skandal-mark-up-laba-perusahaan-ceo-
toshiba-mundur.html

Ika, Aprillia. 2015. Skandal Akuntansi Goyang Merek Toshiba. Situs Resmi Berita Online
Kompas Indonesia. Diakses pada 19 Desember 2016.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/10/13/200000526/skandal.akuntansi.goya
ng.merek.toshiba

Nagata, Kazuaki. 2015. Pressure to show a profit led to Toshiba’s accounting scandal. Situs
Resmi Online Japan Times. Diakses pada 19 Desember 2016.
http://www.japantimes.co.jp/news/2015/09/18/business/corporate-business/pressure-
to-show-a-profit-led-to-toshibas-accounting-scandal

OECD. 2015. G20/OECD Corporate Governance Principles.

Panji, Aditya. 2015. Palsukan Laporan Keuangan, Toshiba akan Dihukum Pemerintah. Situs
Resmi Berita Online CNN Indonesia. Diakses pada 20 Desember 2016.
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150720101106-185-67228/palsukan-
laporan-keuangan-toshiba-akan-dihukum-pemerintah/.

Prihadi, DwiSusetyo. 2015. BuntutSkandalAkuntansi, Toshiba PHK 7


RibuKaryawan.SitusResmiBerita Online CNN Indonesia.Diaksespada 21 Desember
2016.http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20151215144908-185-98396/buntut-
skandal-akuntansi-toshiba-phk-7-ribu-karyawan/

12
Sukmana, Yoga. 2015. Bos Toshiba Dilaporkan Terlibat Skandal Penyimpangan Akuntansi.
Situs Resmi Berita Online Kompas. Diakses pada 20 Desember 2016.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/07/21/161317026/.Bos.Toshiba.Dilapork
an.Terlibat.Skandal.Penyimpangan.Akuntansi.

Ueda, Koichi et. al. 2015. Investigation Report: Summary Version. Situs Resmi Toshiba
Corporation. Diakses pada 20 Desember 2016.

Uranaka, Tiga et. al. 2015. Japan fines Ernst & Young affiliate $17.4 million over Toshiba
audit. Situs Resmi Berita Online Reuters International. Diakses pada 19 Desember
2016.http://www.reuters.com/article/us-toshiba-accounting-ernst-
idUSKBN0U505S20151222

13

Anda mungkin juga menyukai