Anda di halaman 1dari 22

DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI

DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI

Mengadopsi konsep dental higiene, asuhan keperawatan gigi dapat diartikan sebagai statu proses menggunakan
pendekatan sistematik dalam pelayanan perawatan gigi.didalam pelaksanaannya terdapat beberapa aspek atau
perilaku kunci yaitu sebagai berikut :
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan gigi
3.Perencanaan
4.Implementasi
5.Evaluasi
Proses keperawatan gigi yang ditujukan untuk pemberian pelayanan klinis keperawatan gigi menunjukan bahwa
seorang perawat gigi bertanggung jawabuntuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ruang lingkup
praktek pelayanan asuhan keperawatan gigi.
PENGKAJIAN
Tahap pengkajian merupakan fondasi dari proses keperawatan gigi. Pengkajian hádala seni mengumpulkan
dan menganalisis data-data subyektif maupun obyektif dari klien dan mengarahkan penilaian kepada kebutuhan
manusia dari klien dan hal-hal yang dapat menghalangi pemenuhan kebutuhan tersebut yang berhubungan dengan
pelayanan asuhan keperawatan gigi
DIAGNOSA
Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-kebutuhan
manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi.
PERENCANAAN
Perencanaan adalah tindakan penentuan tipe-tipe intervenís keperawatan gigi yang dapat dilaksanakan
(diimplementasikan) untuk mengatasi masalah klien dan membantu klien mencapai pemenuhan kebutuhan yang
berhubungan dengan kesehatan mulut.
IMPLEMENTASI
Implementasi hádala tindakan pelaksanaan perencanaan keperawatan gigi yang telah dirancang dengan
khusus untuk memenuhi kebutuhan klien yang berhubungan dengan kesehatan mulut. Implementasi termasuk
tindakan –tindakan yang dilaksanakan oleh perawat gigi, klien atau direncanakan lain dalam rangka mencapai tujuan
klien,setiap tindakan ditampilkan (dilaksanakan) dan hasilnya dicatat dalam catatan klien (medical record/client
record).
EVALUASI
Setelah pelayanan asuhan keperawatan gigi selesai dilaksanakan, tindakan selanjutnya hádala evaluasi. Evaluasi
hádala membandingkan data klien setelah selesai perawatan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu
pengkajian awal untuk menentukan ada / tidaknya kemajuan (perubahan) klien atau tercapai tidaknya tujuan
perawatan.

Contoh format Pencatatan Diagnosa (Wilkins,2005)


Analisa data :
1.Diagnosa Keperawatan Gigi
Data Masalah Kemungkinan Penyebab
17 KMD sudah ada keluhan KMD (Karies Mencapai Sehubungan dengan -Pengetahuan tentang kesgilut
linu Dentin) kurang
- Pola makan kariogenik
- Penumpukan plak
23,24,25,dst..... Kalkulus/karang gigi Sehubungan dengan - Pengetahuan tentang kesgilut
kurang
- Mengunyah satu sisi karena
ada gigi yang berlubang besar

2. Rencana Intervensi
Tindakan klinis Penyuluhan/konseling Instruksi keperawatan
Gigi di Rumah
Penambalan GI satu bidang Memberikan penyuluhan tentang akibat -instruksi sikat gigi
gigi 17 karies dan cara perawatannya -insruksi pola makan yg tdk
karioganik
Skaling untuk gigi Memberikan pengetahuan tentang bahaya instruksi sikat gigi
23,24,dst..... kalkulus dan perawatannya -insruksi pola makan yg tdk
karioganik

3. Tujuan Perawatan dan waktu Perawatan

Tujuan Cara Evaluasi Waktu perawatan


Terlaksananya penambalan gigi 17 Diperiksa ulang setelah perawatan Kunjungan I tanggal :
& konseling
Terlaksananya Skeling Idem Kunjingan II tanggal:

4. Pelaksanaan Perawatan

Kunjungan Perawatan Klinis Penyuluhan /Konseling


Ke I tanggal 17 penambalan GI (satu Bidang) Penyuluhan tentang karies
12 januari 2011

LINGKUP KEWENANGAN PERAWAT GIGI DI PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI


Promotif
Pendidikan kesehatan gigi
a. Cara menggosok gigi yang tepat dan benar.
b. Petunjuk penggunaan flossing/benang gigi.
c. Penyuluhan tentang diet yang berhubungan dengan kesehatan gigi.
d. Pemeriksaan gigi secara teratur.
Preventif
a. CPITN ( Community Periodontal Index of Treatment Needs).
b. Pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene Index-

Simplified).
a. Scaling/pembersihan karang gigi.
b. Pit dan Fissure Sealent.
c. Topical aplikasi Fluor.
d. Sikat Gigi Massal.
Kuratif
a.. Penambalan ART (Atraumatic Restorative Treatment).
b. Penambalan Gigi Sulung dan tetap kelas I dan V.
c. Pencabutan gigi sulung dengan indikasi goyang fisiologis.
Diposkan oleh cut yanti di 02.24Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: keperawatan gigi

Sejarah Keperawatan Gigi

Sejarah Keperawatan Gigi


A.Latar Belakang
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri tertanggal 30 Desember
1950 Nomor: 27998 / Kab memutuskan mendirikan Pendidikan Perawat Gigi ( Dental Nurse ).
Keputusan tersebut berlaku mulai 1 Agustus 1951, maka berdirilah Sekolah Perawat Gigi di
Jakarta.
Pada tahun 1953 Sekolah Perawat Gigi Jakarta meluluskan Perawat Gigi yang pertama. Namun
pada tahun 1957 Sekolah Perawat Gigi diubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat Gigi ( SPRG ). (
catatan komentar : inilah awal masalah jati diri perawat gigi menjadi tidak jelas, mengapa nama
Sekolah Perawat Gigi berubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat Gigi ? sementara orang awam
selalu beranggapan SPRG adalah Sekolah Perawat Gigi)
Pada tahun 1959 SPTG didirikan dan pada tahun 1960 lulus Sekolah Pengatur Tehniker Gigi
angkatan I Jakarta dan akhirnya pada tahun 1967 berdiri Ikatan Perawat Gigi dan Tehniker Gigi
Indonesia ( IPTGI ). IPTGI berlangsung sampai dengan tahun 1986 tanpa kegiatan atau vakum
dan di tahun itu pula dilaksanakan kongres I IPTGI di Ciloto.
Pada tahun 1989 disusun konsep Jabatan Fungsional Dokter Gigi, Perawat Gigi dan Tehnisi
Gigi. Pada tahun 1991, konsep Jabatan Fungsional Paramedis Gigi ditolak Menteri
Pendayagunaan karena latar belakang pendidikan Perawat Gigi dan Tehnisi Gigi berbeda,
sehingga jabatan fungsional antara kedua tenaga tersebut perlu dipisah.
Pada tahun 1991 berlangsung kongres II IPTGI di Jakarta diantaranya membahas konsep Jabatan
Fungsional Paramedis Gigi ditolak Menteri Pendayagunaan karena latar belakang pendidikan
Perawat Gigi dan Tehnisi Gigi berbeda, sehingga jabatan fungsional antara kedua tenaga tersebut
perlu dipisah.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa tenaga kesehatan harus
mempunyai keahlian professional yang ditunjang pendidikannya.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional menyatakan untuk
menjadi Jabatan Fungsional dipersyaratkan adanya profesi yang jelas, etika profesi dan tugas
mandiri dari tenaga kesehatan tersebut dan Jabatan Fungsional menghendaki adanya organisasi
profesi.
Sedemikian besar tuntutan pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta luasnya tanah air Indonesia
dan bertambahnya penduduk, Perawat Gigi lulusan Sekolah Pengatur Rawat Gigi di Jakarta
sudah barang tentu tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut. Seperti kita ketahui Pemerintah
dalam hal ini Departemen Kesehatan telah / pernah memiliki sekitar 22 Sekolah Pengatur Rawat
Gigi yang berada di 17 propinsi.Jelaslah bahwa keberadaan Perawat Gigi bagi masyarakat
Indonesia sangat dibutuhkan.
Sekolah Pengatur Rawat Gigi yang berdiri sejak tahun 1951 sampai saat ini telah mengalami
beberapa kali perubahan kurikulum, yang artinya Perawat Gigi juga telah mempunyai beberapa
wajah atau profil ( terlampir Pedoman Kurikulum Pendidikan SPRG ) dari lampiran SK Menkes
Nomor 62/KEP/DIKLAT/KES/81.
Memenuhi tuntutan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil dan Organisasi Profesi serta berkat daya juang yang
tinggi melalui berbagai proses, terbentuklah wadah menghimpun profesi Perawat Gigi pada
tanggal 13 September 1996 yang dinamakan PERSATUAN PERAWAT GIGI INDONESIA /
organisasi profesi PPGI di BLKM Ciloto Jawa Barat yang didukung oleh Direktorat Kesehatan
Gigi, Biro Organisasi Departemen Kesehatan RI, dan PUSDIKNAKES Depkes RI.
Di dalam Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan / atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Jelaslah bagi kita, dari butir pertama Peraturan Pemerintah tersebut, bahwa Perawat Gigi
termasuk dalam salah satu tenaga kesehatan.Perawat Gigi mempunyai keterampilan,
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan gigi khususnya setelah menempuh pendidikan
Sekolah Pengatur Rawat Gigi.
Namun pada Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tenaga Perawat Gigi belum masuk di
dalamnya, maka PPGI yang baru terbentuk tersebut perlu mengadakan MUNAS I dengan segera
yang didukung pada waktu itu Direktorat Kesehatan Gigi selaku Pembina Tehnis dan
berlangsunglah pertemuan para wakil Perawat Gigi dari seluruh Indonesia pada tanggal 10 s.d.
11 Desember 1996 yang sekaligus mengesahkan organisasi profesi Perawat Gigi dan telah
menghasilkan ;
1.Anggaran Dasar
2.Anggaran Rumah Tangga
3.Kode Etik Perawat Gigi
4.Usulan draft jabatan fungsional
5.Program Kerja
Sesuai dengan keinginan para Perawat Gigi agar keberadaan Perawat Gigi diakui oleh
Pemerintah dan tercantum pada PP No. 32 tahun 1996, Perawat Gigi memberikan pandangan
tentang keuntungan dan kerugian apabila Perawat Gigi termasuk kategori Tenaga Keperawatan
dan Perawat Gigi sebagai kekhususan Perawat.
Ada pun keuntungan dan kerugiannya sebagai berikut;
Alternatif I Perawat Gigi termasuk kategori Tenaga Keperawatan adalah,
1.Perawat
2.Bidan
3.Perawat Gigi
Keuntungannya :
1.Perawat Gigi sebagai profesi yang mandiri
2.Memenuhi kebutuhan program yang ditentukan Pemerintah dalam pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut
3.Perawat Gigi sebagai mitra kerja Dokter Gigi
4.Perawat Gigi dapat memberikan pelayanan asuhan sesuai dengan ilmu yang dimililiki
5.Perawat Gigi dapat menjalankan tugas, tanggung jawab sesuai dengan profesinya
6.Perawat Gigi dapat mengembangkan jati dirinya
7.Perawat Gigi dapat mengembangkan karir sesuai dengan profesinya
8.Meningkatkan percaya diri pada Perawat Gigi
9.Secara terorganisir dan pelayanan Perawat Gigi yang prima mampu meningkatkan / mencapai
derajat kesehatan gigi masyarakat secara optimal
10.Perawat Gigi dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lanjut yang sesuai dengan bidang
ilmunya
Alternatif II Perawat Gigi sebagai kekhususan dari PERAWAT
Yang termasuk tenaga Keperawatan :
1.Perawat
Perawat Umum
Perawat Gigi
dst
2.Bidan
Kerugiannya:
1.Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut tidak dapat terlaksana secara optimal
2.Dokter Gigi tidak mempunyai mitra kerja
3.Pendidikan Perawat Gigi yang ada kini dapat ditutup
4.Seluruh Perawat Gigi harus ada pelatihan karena ilmu yang diterima berbeda
5.Perawat Gigi tidak dapat menunjukkan eksistensinya
Demikianlah yang diperjuangkan DPP PPGI agar Perawat Gigi masuk kategori tenaga
Keperawatan dan tercantum pada jenis tenaga kesehatan bagian dari tenaga Keperawatan di
dalam PP No. 32 tahun 1996 dengan berbagai upaya maka keluarlah Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1035/Menkes/SK/IX/1998 tentang Perawat Gigi merupakan salah satu jenis
tenaga Kesehatan kelompok Keperawatan. Selanjutnya untuk kenyamanan Perawat Gigi bekerja
disusunlah peraturan – peraturan Jabatan Fungsional Perawat Gigi kemudian terbitlah :
1.KEPMENPAN No. 22/KEP/M.PAN/4/2001tentang Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan
angka kreditnya
2.Keputusan Bersama Menkes dan Kesos dan KA. BKN No. 728/MENKES/ KESOS/ SKB/ VII/
2001 dan No. 32A Tahun 2001
3.Kep.Menkes No. 1208/Menkes /SK/ XI/2001
Sebagai pelaksanaan lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tersebut maka
perlu ditetapkan tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 1392Menkes /SK/XII/2001 ( SK terlampir )
Perawat Gigi dalam melaksanakan tugasnya dengan memberikan Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 284/ Menkes/SK/ IV/ 2006, terlampir
Perawat Gigi merupakan salah satu jenis tenaga Kesehatan dalam kelompok Keperawatan yang
dalam menjalankan tugas profesinya harus berdasarkan Standar Profesi sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor : 378/Menkes/SK/III/2007, (terlampir). Sehingga
dapat disimpulkan tenaga profesi Kesehatan Gigi mempunyai jenis tenaga sebagai berikut ;
1.Dokter Gigi
2.Perawat Gigi
3.Tehniker Gigi
B. SEJARAH AKADEMI KESEHATAN GIGI DEPKES HINGGA KINI
Menyadari akan makin meningkatnya need and demand masyarakat akan kebutuhan pelayanan
kesehatan, PUSDIKLAT Depkes ( pada waktu itu belum terpisah Pusdiklat dan Pusdiknakes)
telah memikirkan untuk meningkatkan SPRG menjadi Program D3 dengan mengadakan
pertemuan di Tawangamangu tahun 1980 yang dihadiri oleh pakar dari Depkes, Depdikbud,
beberapa dekan FKG, Pimpinan dan staf SPRG .
Setelah melalui proses yang panjang, konsultasi dengan Departemen Kesehatan, Depdikbud,
FKG, FKM, PDGI, IPGI ( pada waktu itu IPTGI ) serta mengacu pada referensi antara lain
Sistem Kesehatan Nasional, lahirlah Akademi Kesehatan Gigi Depkes yang akan melahirkan
tenaga Ahli Madya Kesehatan Gigi.
Bentuk Pendidikan Tinggi
Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1990 menegaskan bahwa pendidikan tinggi merupakan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan
sekolah. Pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan professional, satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut Perguruan Tinggi yang dapat
berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas.
1.Akademi menyelenggarakan program pendidikan professional dalam satu atau sebagian cabang
ilmu pengetahuan, tehnologi, atau kesenian tertentu
2.Politeknik menyelenggarakan program pendidikan professional dalam sejumlah bidang
pengetahuan khusus
Dengan demikian pendidikan akademik yang mengutamakan peningkatan mutu dan memperluas
wawasan ilmu pengetahuan, diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas,
sedangkan pendidikan professional yang mengutamakan peningkatan kemampuan penerapan
ilmu pengetahuan, diselenggarakan oleh Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan
Universitas.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Akademi Kesehatan Gigi mengacu pada Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 095/MENKES/SK/II/1991. Dan berdasarkan Keputusan Bersama
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
017a/U/1998 Nomor: 108/MENKES/SKB/II/1998 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Program
Diploma di Bidang Kesehatan dengan lampiran Keputusan Bersama tersebut tertanggal 3
Pebruari 1998 jenis pendidikan program di bidang kesehatan sebagai berikut;
1.Keperawatan
2.Kebidanan
3.Kesehatan Lingkungan
4.Gizi
5.Tehnik Radiodiagnostik dan Radioterapi
6.Tehnik Elektromedik
7.Fisioterapi
8.Farmasi
9.Analis Farmasi dan Makanan
10.Analis Kesehatan
11.Refraksi Optisi
12.Terapi Wicara
13.Okupasi Terapi
14.Ortetik Prostetik
15.Tehnik Gigi
16. Kesehatan Gigi
17.Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Pendidikan Perawat Gigi di Indonesia pada awalnya dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan dengan kemampuan vokasional setara jenjang pendidikan menengah dengan
kelembagaan Sekolah Pengatur Rawat Gigi berubah menjadi Akademi Kesehatan Gigi ( AKG )
dengan peserta didik berasal dari lulusan pendidikan menengah ( SMU/SMA) dan semenjak
tahun 2002 Akademi Kesehatan Gigi bergabung dalam struktur kelembagaan Politeknik
Kesehatan sebagai Jurusan Kesehatan Gigi ( JKG ).
Padahal Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 43/MENKES-
KESOS/SK/1/2001 tentang Izin Penyelenggaraan Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan
pendidikan Diploma Kesehatan Gigi tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini. (
terlampir ) dan telah diganti menjadi jenis pendidikan Diploma Keperawatan Gigi sebagaimana
pada SK Menkes dalam lampiran I Surat Keputusan Menteri Kesehatan (terbaru) Nomor :
1192/MENKES/PER/X2004 tanggal 19 Oktober 2004 tertuang jenis pendidikan Diploma di
bidang kesehatan sebagai berikut;
1.Keperawatan
2.Kebidanan
3.Keperawatan Gigi
4.Kesehatan Lingkungan
5.Gizi
6.Fisioterapi
7.Okupasi Terapi
8.Terapi Wicara
9.Ortotetik Prostetik
10.Farmasi
11.Analis Farmasi dan Makanan
12.Tehnik Radiodiagnostik dan Radioterapi
13.Analis Kesehatan
14.Tehnik Gigi
15.Tehnik Elektromedik
16.Refraksi Optisi
17.Perekam dan Informatika Kesehatan
18.Tehnologi Tranfusi Darah
19.Akupunktur
20.Tehnik Kardiovaskuler
Namun kenyataan hingga saat ini penyelenggaraan pendidikan program Diploma jenis
pendidikan masih menggunakan jenis pendidikan lama ( Kesehatan Gigi ).
Kekhasan dari penyelenggaraan pendidikan program Diploma adalah pelaksanaan praktik yang
lebih intensif untuk menghasilkan lulusan yang menguasai kompetensi profesi tertentu. Hal ini
berimplikasi pada beberapa hal berikut;
1.Program Diploma lebih mengutamakan pada peningkatan keahlian dan keterampilan
2.Kegiatan menerapkan dan mempraktikkan keahlian lebih dominan dalam proses
penyelenggaraan sistem belajar – mengajar
3.Oleh karenanya laboratorium maupun bengkel dengan fasilitas yang memadai menjadi tulang
punggung dalam penyelenggaraan pendidikan
4.Dosen atau laboran yang kompeten menjadi prasyarat utama agar sistem pembelajaran berjalan
semestinya
5.Kurikulum harus merujuk pada kompetensi profesi yang dituju
Kompetensi menjadi jembatan yang menghubungkan antara stake holder (pengguna) dengan
institusi pendidikan program Diploma ( diantaranya Politeknik Kesehatan Depkes ). Kompetensi
profesi akan menjadi rujukan dalam menyusun panduan proses belajar mengajar, yang salah satu
bagian terpentingnya adalah kurikulum.
Dengan demikian kurikulum pada pendidikan Diploma harus didasarkan pada kompetensi
profesi yang diidentifikasi secara langsung dari masyarakat profesinya.( P5D Bandung, 2002 hal
3)
Dalam membangun kurikulum berbasis kompetensi profesi perlu diperhatikan urutan kerja dalam
menyelesaikan setiap tahapannya. Urutan yang logis untuk membangun kurikulum adalah;
1.Identifikasi profesi dan rincian kerja pada profesi tersebut
2.Identifikasi kompetensi dari setiap profesi yang telah teridentifikasi
3.Menjabarkan kompetensi dalam gatra pembelajaran sesuai taxonomi Bloom sekaligus
mengukur kedalamannya
4.Memilah dan mengurut gatra pembelajaran dalam kelompok matakuliah
5.Menentukan mata kuliah yang merangkum gatra pembelajaran yang telah tersusun
Hal tersebut harus dirinci dan dilaksanakan proses pengembangan kurikulum Diploma III
Keperawatan Gigi yang diinginkan.
Jurusan Keperawatan Gigi lebih sesuai namanya dengan yang dihasilkan yaitu Perawat Gigi
dengan sebutan Ahli Madya Keperawatan Gigi.
Penggantian nama pendidikan dari Jurusan Kesehatan Gigi menjadi Jurusan Keperawatan Gigi
juga telah masuk daftar agenda ( prioritas utama program jangka pendek ) Musyawarah Nasional
III PPGI, Perawat Gigi seluruh Indonesia tahun 2006 di Makassar.
C. PERAWAT GIGI BUKAN PERAWAT ( NURSE )
Walaupun Perawat Gigi di dalam SK Menteri Kesehatan RI Nomor 1035 Tahun 1998 termasuk
kelompok Keperawatan bukan berarti Perawat Gigi adalah Perawat. Sama halnya berdasarkan PP
Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Bidan juga termasuk kelompok Keperawatan
akan tetapi Bidan sendiri menyatakan dirinya bukan Perawat.
Alasan mengapa Perawat Gigi bukan Perawat adalah Pemahaman tentang Keperawatan bukan
hanya berarti nursing.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-2 yang diterbitkan
oleh Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1994, kata “RAWAT”
diartikan pelihara, urus, atau jaga. “Perawatan” adalah proses perbuatan, cara merawat,
pemeliharaan, penyelenggaraan, pembelaan (orang sakit). Berdasarkan pengertian tersebut di
atas, maka Keperawatan dapat diartikan sesuatu yang berkaitan dengan proses perbuatan, cara
merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan dan pembelaan khususnya bagi orang sakit.
Definisi Keperawatan berdasarkan hasil lokakarya Keperawatan Tahun 1983, dinyatakan bahwa
Keperawatan adalah suatu bentuk professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko social
cultural yang komperehensif serta ditujukan kepada inidividu, keluarga dan masyarakat baik
sehat maupun sakit.
Dalam hal ini PPGI lebih cenderung mengartikan Keperawatan dalam konteks kesehatan gigi
dan mulut adalah dalam bentuk upaya pemeliharaan ( care ) kesehatan gigi dan mulut. Antara
Perawat Gigi dan Perawat terdapat perbedaan pendekatan walaupun kedua jenis tenaga tersebut
memandang manusia sebagai satu kesatuan yang mengandung unsur – unsur biologi, psikologis,
sosial dan kultural (biopsikososialkultural).
Perawat Gigi melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut dalam upaya pendekatan,
pemeliharaan melalui tindakan-tindakan promotif – preventif, sedangkan Perawat (Nurse)
melakukan pendekatan berdasarkan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia agar
mampu mengatasi masalahnya.
Hingga dapat disimpulkan sebagai berikut;
1.Pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup pelayanan medis gigi ( care ) oleh Dokter Gigi,
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut ( care ) oleh Perawat Gigi dan pelayanan asuhan
supporting oleh Tehnisi Gigi.
2.Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan secara komperehensif kepada individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai ruang lingkup berfokuskan kepada aspek promotif,
preventif, dan kuratif dasar
3.Dalam melaksanakan tugasnya seorang Perawat Gigi dapat memberikan konseling terhadap
hak-hak klien dan memberikan jaminan terhadap kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yang diberikan secara profesional
4.Untuk menghasilkan tenaga Perawat Gigi yang profesional melalui pendidikan jenjang lanjut,
pendidikan tinggi yaitu jenjang Diploma III
5.Perawat Gigi merupakan tenaga kesehatan professional yang termasuk dalam kategori tenaga
Keperawatan
6.Tugas Perawat Gigi bersifat mandiri secara professional
7.Perawat Gigi adalah mitra kerja Dokter Gigi yang menunjang program Pemerintah dalam
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
8.Perawat Gigi melaksanakan program Pemerintah ( Departemen Kesehatan ) dalam pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
9.Pendidikan Perawat Gigi telah dimulai sejak tahun 1951 melalui Sekolah Perawat Gigi dan
pada tahun 1957 berubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat Gigi yang ditingkatkan jenjang
pendidikan tinggi melalui Akademi Kesehatan Gigi dan kini Jurusan Kesehatan Gigi
10.Perawat Gigi mempunyai organisasi profesi sebagai wadah berhimpun dan memperjuangkan
aspirasinya adalah PERSATUAN PERAWAT GIGI INDONESIA.
11.Dalam melaksanakan tugasnya seorang Perawat Gigi berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya ( Dokter Gigi, Dokter Umum, Perawat Umum, Bidan dan sebagainya ) dan bekerja
sesuai Standar Profesi yang berlaku
12.Penyelenggaran pendidikan Diploma bidang kesehatan bagi tenaga calon Perawat Gigi agar
disesuaikan nama institusi menjadi Jurusan Keperawatan Gigi sebagaimana dalam lampiran I SK
Nomor 1192/Menkes/PER/X/2004
13.Kurikulum adalah dokumen yang berisikan uraian mengenai aktivitas belajar, mengajar dan
fasilitas penunjang yang dirangkum berdasarkan kebutuhan masyarakat, falsafah pendidikan dan
tujuan institusional ( Keperawatan Gigi ) maka dianggap perlu melakukan perubahan sesuai
Standar Profesi dan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut yang berlaku.
14.Bahwa penyusunan kurikulum pendidikan Diploma III Keperawatan Gigi harus melibatkan
organisasi profesi PPGI
15.Semua anggota Keperawatan adalah satu KAUM = Kaum Keperawatan
http://cutyanti.blogspot.com/

DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI


KONSEP DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI

Dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi, diagnosis dapat diartikan sebagai analisis dari penyebab dan

sifat dari suatu masalah dan atau situasi atau suatu pernyataan mengenai solusinya . Miller

memperkenalkan suatu konsep dari diagnosis keperawatan gigi ( Dental Hygiene Diagnosis) sebagai “

Bentuk yang tepat untuk mengambarkan ekspresi dari kemampuan pembuatan keputusan dan penilaian

dari perawatan gigi”. Diagnosis adalah suatu proses berpikir kritis berdasarkan data – data klinis klien yang

dianalisa dan ditandai oleh sebuah pernyatan diagnosa.


Darby & Walsh (2003) mengemukakan suatu teori diagnosa keperawatan gigi sebagai bagian dari proses

diagnosa keperawatan gigi yang menggunakan teori kebutuhan manusia dengan penekanan kepada 8

kebutuhan manusia dari klien yang berhubungan dengan perawatan gigi. Mengunakan teori kebutuhan

manusia sebagai kerangka kerja konsepnya Diagnosa Keperawatan Gigi adalah suatu identifikasi dari tidak

terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien yang berhubungan dengan perawatan gigi. Diagnosa

keperawatan gigi menurut Darby and Walsh (2005) ini dibuat oleh seorang perawat gigi professional yang

mempunyai lisensi dengan mengidentifikasi factor-faktor actual maupun potensial dari ketidak

terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien.

Sedangkan Wilkins (2005) mengemukakan sebuah teori diagnosis keperawatan gigi yang berdasarkan

teori Dental Hygiene Care. Diagnosa keperawatan gigi menurut Wilkins (2005) diformulasikan

berdasarkan kondisi masalah aktual dan atau potensi masalah yang ditemukan dalam rongga mulut klien

(pasien) yang dapat dicegah, diminimalisir, atau diatasi dengan tindakan perawatan mandiri atau

perawatan kolaboratif (rujukan).

Lebih jelasnya diagnosa keperawatan gigi ini ditulis berdasarkan masalah, faktor risiko masalah dan atau

signs (tanda-tanda) kelainan/penyakit dan disebutkan pula kemungkinan etiologinya berdasarkan seluruh

data dari hasil pengkajian

Diagnosa Keperawatan Gigi ditegakkan berdasarkan :


1. Pengambilan Data – Data klien/pasien yang akurat
2. Mengidentifikasi adanya masalah atau ketidak terpenuhinya kebutuhan manusia yang berhubungan
dengan kesehatan mulut yang dapat dipenuhi oleh proses keperawatan gigi.
3. Perilaku penting untuk perencanaan dan implementasi keperawatan gigi yang efektif dan
mengevaluasi hasilnya (keluarannya)

Penegakan diagnosa keperawatan gigi termasuk mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut :

1. Masalah aktual dan masalah potensial yang berhubungan dengan kesehatan atau penyakit mulut

klien/pasien

2. Faktor-faktor yang menyebabkan masalah dan faktor-faktor risiko yang mungkin mempengaruhi

3. Bukti-bukti yang mendukung diagnosa keperawatan gigi

4. Kekuatan klien yang dapat mendukung klien dalam mencegah atau mengatasi masalah

5. Fokus terhadap prioritas perawatan

Perbedaan Diagnosa Keperawatan Gigi dan Diagnosa Kedokteran Gigi

DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI

Mengidentifikasi adanya masalah aktual atau Mengidentifikasi penyakit mulut

potensial dalam ronga mulut pasien (Wilkins),

atau ketidak terpenuhinya kebutuhan

manusia yang berkaitan dengan perawatan

kesehatan gigi (Darby & Walsh)


Mengidentifikasi masalah-masalah (ketidak Mengidentifikasi masalah-masalah untuk

terpenuhinya kebutuhan atau gangguan- kepentingan dokter gigi dalam pengobatan

gangguannya) dilaksanakan oleh perawat gigi

dalam ruang lingkup praktek keperawatan

gigi

Seringkali dikaitkan dengan persepsi, Seringkali dikaitkan dengan perubahan

kepercayaan, sikap, motivasi berkaitan patophisiology tubuh klien yang actual.

dengan kesehatan mulut dan kenyamanan

klien

Diaplikasikan untuk individu dan kelompok Diaplikasikan untuk penyakit individual

masyarakat

Dapat berubah seiring perubahan perilaku Tetap sama selama penyakitnya ada

dan respon-respon klien

Proses Diagnosis Keperawatan Gigi

Proses diagnosis keperawatan gigi adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan dalam

kerangka pelayanan keperawatan gigi.


Diagnosis keperawatan gigi adalah langkah esensial dalam proses keperawatan gigi. Membantu perawat

gigi dalam memfokuskan ilmu pengetahuannya dalam proses inti pelayanan keperawatan gigi untuk

keuntungan klien dan kerjasama dengan dokter gigi.

Tujuan-tujuan dikembangkan bersama dengan klien dan diperoleh dari data dasar yang ditegakkan dari

pemeriksaan dan proses diagnosis. Tujuan-tujuan menunjukkan bagaimana klien dapat merubah dirinya

untuk dapat mempunyai kondisi rongga mulut ang lebih sehat berdasarkan tindakan promosi,

pemeliharaan dan restorasi dari kesehatan /kenyamanan mulut. Perencanaan, Intervensi keperawatan

gigi dan klien outcomes (hasil akhir) dipandu oleh diagnosis keperawatan gigi.

“ Diagnosa mengandung kaitan antara masalah klien dan etiologi yang menuntun identifikasi dari

intervensi keperawatan gigi dan memfasilitasi pendefinisian hasil (keluaran) yang diharapkan untuk

mengevaluasi keberhasilan perawatan”

Perawat gigi mengidentifikasi masalah-masalah (memformulasikan diagnosa keperawatan gigi) dalam

kerangka keperawatan gigi dapat dilakukan dalam kerangka kerjasama dengan dokter gigi. Gordon

(1976) menyatakan bahwa ada 3 kompoen yang harus termasuk dalam sebuah pernyataan diagnosa :

1. Masalah kesehatan mulut atau potensi masalah kesehatan mulut yang dapat ditangani dalam intervensi

keperawatan gigi

2. Kemungkinan penyebab atau factor-faktor etiologi


3. Tanda-tanda dan gejala yang dapat didefinisikan

A. PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

1. Pengertian :

Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara tanya jawab berdasarkan keluhan pasien menggunakan bahasa

komunikasi yang sederhana dan mudah dimengerti.

2. Macam pemeriksaan subjektif

ada dua : a. Auto anamnesa yaitu anamnesa tanpa bantuan orang lain.

b. Allo anamnesa yaitu anamnesa dibantu orang lain.

contoh pemeriksaan anak- anak dibantu orang tuanya.

B. PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. Pengertian :

Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan pengamatan dan keaktifan operator.

2. Macamnya :

a. Ekstra oral :

1) Inspeksi melihat muka simetris/ asimetris.

2) Kelainan dentofacial.

3) Palpasi kelenjar lymphe kiri dan kanan.


kiri : lunak/keras, sakit/tidak sakit/ bergerak /tidak bergerak .

kanan : lunak/keras, sakit/tidak sakit/ bergerak /tidak bergerak

suhu: panas/ normal.

b. Intra oral :

1) Jaringan mukosa rongga mulut antara lain : bibir, pipi, lidah, palatum ,tonsil, gingiva.

2) Jaringan keras gigi /pulpa dengan beberapa cara sebagai berikut :


a. Inspeksi

b. Probe

c. termis

d. perkusi

e. tekanan

f. palpasi

g. A.P.E

h. Rontgenologi

i. Diaphani

j. Mobility

k. Membau

l. artikulasi

http://herisuhermann.blogspot.com/2013/09/diagnosa-keperawatan-gigi.html

DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI


Diposting oleh :Administrator
Kategori: Kesehatan - Dibaca: 88383 kali

Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services3

DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI

Eva Devalia Ulpah, AMKG


Perawat Pelaksana Gigi RSP Dr. H. A. Rotinsulu

Mengadopsi konsep dental higiene, asuhan keperawatan gigi dapat diartikan


sebagai statu proses menggunakan pendekatan sistematik dalam pelayanan
perawatan gigi.didalam pelaksanaannya terdapat beberapa aspek atau perilaku
kunci yaitu sebagai berikut :

1. Pengkajian

2. Diagnosa keperawatan gigi

3. Perencanaan

4. Implementasi

5. Evaluasi

Proses keperawatan gigi yang ditujukan untuk pemberian pelayanan klinis


keperawatan gigi menunjukan bahwa seorang perawat gigi bertanggung
jawabuntuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ruang lingkup
praktek pelayanan asuhan keperawatan gigi.

PENGKAJIAN

Tahap pengkajian merupakan fondasi dari proses keperawatan gigi.


Pengkajian hádala seni mengumpulkan dan menganalisis data-data subyektif
maupun obyektif dari klien dan mengarahkan penilaian kepada kebutuhan
manusia dari klien dan hal-hal yang dapat menghalangi pemenuhan kebutuhan
tersebut yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi

DIAGNOSA

Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada


kebutuhan-kebutuhan

manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi.

PERENCANAAN

Perencanaan adalah tindakan penentuan tipe-tipe intervenís keperawatan


gigi yang dapat dilaksanakan (diimplementasikan) untuk mengatasi masalah klien
dan membantu klien mencapai pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan
kesehatan mulut.
IMPLEMENTASI

Implementasi hádala tindakan pelaksanaan perencanaan keperawatan gigi


yang telah dirancang dengan khusus untuk memenuhi kebutuhan klien yang
berhubungan dengan kesehatan mulut. Implementasi termasuk tindakan –tindakan
yang dilaksanakan oleh perawat gigi, klien atau direncanakan lain dalam rangka
mencapai tujuan klien,setiap tindakan ditampilkan (dilaksanakan) dan hasilnya
dicatat dalam catatan klien (medical record/client record).

EVALUASI

Setelah pelayanan asuhan keperawatan gigi selesai dilaksanakan,


tindakan selanjutnya hádala evaluasi. Evaluasi hádala membandingkan data klien
setelah selesai perawatan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu
pengkajian awal untuk menentukan ada / tidaknya kemajuan (perubahan) klien
atau tercapai tidaknya tujuan perawatan.

Contoh format Pencatatan Diagnosa (Wilkins,2005)

Analisa data :

1.Diagnosa Keperawatan Gigi

Data Masalah Kemungkinan Penyebab


17 KMD sudah ada KMD (Karies Sehubungan dengan -Pengetahuan tentang
keluhan linu Mencapai Dentin) kesgilut kurang

- Pola makan kariogenik

- Penumpukan plak
23,24,25,dst..... Kalkulus/karang gigi Sehubungan dengan - Pengetahuan tentang
kesgilut kurang

- Mengunyah satu sisi


karena ada gigi yang
berlubang besar

2. Rencana Intervensi
Tindakan klinis Penyuluhan/konseling Instruksi keperawatan

Gigi di Rumah
Penambalan GI satu Memberikan penyuluhan tentang -instruksi sikat gigi
bidang gigi 17 akibat karies dan cara
perawatannya -insruksi pola makan yg tdk
karioganik
Skaling untuk gigi Memberikan pengetahuan tentang instruksi sikat gigi
23,24,dst..... bahaya kalkulus dan perawatannya
-insruksi pola makan yg tdk
karioganik

3. Tujuan Perawatan dan waktu Perawatan

Tujuan Cara Evaluasi Waktu perawatan


Terlaksananya penambalan Diperiksa ulang setelah Kunjungan I tanggal :
gigi 17 & konseling perawatan
Terlaksananya Skeling idem Kunjingan II tanggal:

4. Pelaksanaan Perawatan

Kunjungan Perawatan Klinis Penyuluhan /Konseling


Ke I tanggal 17 penambalan GI (satu Bidang) Penyuluhan tentang karies

12 januari 2011

LINGKUP KEWENANGAN PERAWAT GIGI DI PELAYANAN ASUHAN


KEPERAWATAN GIGI

Promotif

Pendidikan kesehatan gigi

a. Cara menggosok gigi yang tepat dan benar.


b. Petunjuk penggunaan flossing/benang gigi.

c. Penyuluhan tentang diet yang berhubungan dengan kesehatan gigi.

d. Pemeriksaan gigi secara teratur.

Preventif

a. CPITN ( Community Periodontal Index of Treatment Needs).

b. Pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene Index-

Simplified).

a. Scaling/pembersihan karang gigi.

b. Pit dan Fissure Sealent.

c. Topical aplikasi Fluor.

d. Sikat Gigi Massal.

Kuratif

a.. Penambalan ART (Atraumatic Restorative Treatment).

b. Penambalan Gigi Sulung dan tetap kelas I dan V.

c. Pencabutan gigi sulung dengan indikasi goyang fisiologis.

 PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA PASIEN TERSANGKA FLU BURUNG


 Farmakoterapi Tuberkulosis
 Mengapa Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Begitu Penting ?
 Apa itu Kanker Paru ??
 Dasar Diagnosis Tuberkulosis Secara Laboratoris Kini dan Masa Mendatang

0Komentar :
Isi Komentar :

Nama :

Website :

Komentar

(Masukkan 6 kode diatas)

Sekilas Info

 Pendaftaran Poliklinik Rawat Jalan Setiap Hari Senin - Kamis Pkl 07:00 -
12:00 WIB

 Kasus TB Paru, Flu Burung, HIV AIDS dapat dilayani di RS Paru Rotinsulu
hanya dgn rujukan Puskesmas
 Pelayanan Poliklinik Rawat Jalan Hari Jumat Pkl 08:00 - 16:00 WIB

 Pelayanan Poliklinik Rawat Jalan Setiap Hari Senin - Kamis Pkl 08:00 -
15:30 WIB

 Pendaftaran Poliklinik Rawat Jalan Hari Jumat Pkl 07:00 - 11:30 WIB

Statistik User

: 4039
Pengunjung hari ini

: 1449647
Total pengunjung

: 16485
Hits hari ini

: 10007036
Total Hits

: 67
Pengunjung Online

Polling

http://rotinsuluhospital.org/berita-30-diagnosa-keperawatan-gigi-.html

Anda mungkin juga menyukai