Anda di halaman 1dari 19

Uterus

Uterus merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara

kandung kemih dan rectum. Dinding uterus bagian belakang dan depan serta atas

tertutup peritoneum, sedangkah bagian bawah berhubungan dengan kandung

kemih. Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng, ukuran uterus tergantung

pada usia wanita dan paritas. Pada anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, multipara

8-9 cm. Lebar uterus 5 cm, dengan tebal 2,5 cm dan berat uterus 50 gram

(Hutahaean, 2013)

Struktur Rahim dibagi atas fundus uteri (puncak rahim), corpus uteri (badan

rahim), serviks uteri, isthmus uteri (titik temu serviks dan corpus uteri), dan

kavum uteri (rongga uterus).

Dinding uterus terdiri atas 3 lapisan, yaitu sebagai berikut :

1. Peritoneum atau perimetrium (lapisan uterus bagian luar), perimetrium

menutupi permukaan anterior dan posterior corpus uteri. Perimetrium


kemudian melebar membentuk sebuah lipatan pada dinding lateral pelvis

yang disebut ligamentum latum.

2. Miometrium (lapisan tengah/otot endometrium). Dalam lapisan ini tersusun

serabut-serabut otot yang terdiri atas tunika muskularis longitudinalus

eksterna, oblique media dan sirkularis interna yang diselingi dengan sedikit

jaringan fibrosa.

3. Endometrium (lapisan uterus bagian dalam). Endometrium merupakan

jaringan enpitel yang mengandung kelenjar dan stroma. Endometrium

memiliki laposan permukaan yang dibangun untuk kemudian dilepaskan

pada setiap siklus menstruasi dan lapisan basal yang konstan.

Uterus memiliki ligamen-ligamen yang berfungsi mempertahankan dan

menopang uterus tetap pada tempatnya. Uterus ditopang oleh beberapa ligamen

yaitu :

1. Ligamentum servikal transversal


Ligamen ini melebar keluar dari sisi serviks ke dinding samping pelvis.

Ligamen ini terkadang disebut ligamen cardinal.

2. Ligamentum uterosakral

Ligamen ini mengarah ke belakang dari serviks ke sakrum

3. Ligamentum puboservikal

Ligamentum ini mengarah ke depan dari serviks, dibawah kandung kemih

sampai tulang pubis.

4. Ligamentum latum uteri

Ligamen ini dibentuk dari lipatan peritoneum yang dibungkus pada tuba

uterine. Ligamen ini menggantung seperti tirai dan terentang dari sisi uterus

hingga dinding samping perlvis.

5. Ligamentum teres uteri

Ligamen ini sedikit berperan sebagai penyangga, tetapi cenderung

mempertahankan posisi anteversi uterus. Ligamen ini muncul dari kornu

uterus dibagian depan dan di bawah insersi setiap tuba uterine serta diantara

lipatan ligamentum latum uteri, melewati kanal inguinal dan masuk ke

setiap labia mayora.

6. Ligamentum ovarian

Ligamen ini juga dimulai dari kornu uterus, tetapi berada di belakang tuba

uterine dan turun kebawah diantara lipatan lipatan ligamentum latum uteri

sampai ovarium

\
Berikut adalah beberapa fungsi uterus

1. Mempertahankan ovum yang telah dibuahi pada masa perkembangannya

(menyediakan tempat ovum yang telah dibuahi)

2. Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio/janin sampai mencapai

maturitas.

3. Mendorong janin dan plasenta keluar pada saat persalinan.

4. Setelah persalinan, mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan

plasenta melalui kontraksi otot-otot rahim yang saling berjalin yang disebut

dengan jahitan hidup (lifing ligatures)

Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding Rahim (endometrium) yang disertai

dengan perdarah yang terajadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat

kehamilan. Menstruasi yang pertama kali (menarche) paling sering terjadi pada

usia 11 tahun, tetapi bias juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun. Menstruasi

merupakan pertanda masa reporduktif pada kehidupa seorang wanita, yang

dimulai dari menarche sampai pada terjadinya menopause. Hari pertama

terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstrusai (hari ke-1).

Siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi

berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari.

Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche

atau sesaat sebelum menopause (Nugroho, 2014).


Dalam keadaan normal, menarche diawali dengan periode pematang yang

dapat memakan waktu 2 tahun. Selama selang waktu tersebut, ada serangkaian

peristiwa yang terjadi, berupa perkembangan payudara, pertumbuhan rambut

pubis dan aksila, serta pertumbuhan badan yang cepat. Umumnya darah yang

keluar saat menstruasi tidak membeku dan jumlah kehilangan darah setiap siklus

berkisar 60-80 ml dengan lama 2-8 hari dengan rata-rata 4-6 hari. Pada awalnya

menstruasi sering tidak teratur karena folikel de Graaf belum melepaskan ovum

yang disebut ovulasi. Bentuk menstruasi yang tidak teratur dan tampa diikuti

ovulasi memberikan kesempatan pada hormon esterogen untuk menumbuhkan

tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17 sampai 18 tahun menstruasi sudah teratur

dengan interval 21 sampai 40 hari dengan lama menstruasi 2 sampai 8 hari dan

disertai dengan ovulasi sebagai petanda kematangan alat reproduksi wanita. Sejak

saat itu wanita memasuki masa reproduktif aktif sampai terhentinya masa

menstruasi (menopause) sekitar usia 50 tahunan (Hutahaean, 2013).

Proses Menstruasi

Menstruasi menjadi siklus reguler yang setiap siklus berlangsung antara 28

hari yang ditandai dengan keluarnya darah dari uterus. Pada saat pubertas terdapat

sekitar 300.000 ovum (pada kedua ovarium) tetapi hanya sekitar 500 ovum yang

dapat menjadi matur dan dikeluarkan hanya 1 buah setiap siklus menstruasi

(Setiadi, 2007).

Menstruasi terjadi sebagai dampak dari hormon yang kadar dan kerjanya

dipengaruhi oleh ovarium. FSH (Follicle Stimulating Hormone) berkerja

merangsang perkembangan folikel di ovarium. Folikel yang berkembang akan


mensekresi esterogen.esterogen akan menghambat sekresi FSH sehingga

perkembangan folikel berhenti dan hanya folikel yang sudah menghasilkan

esterogen yang dapat berkembang). Esterogen yang dihasilkan menyebabkan

endometrium berada dalam fase poliferasi. Jika esterogen makin tinggi akan

timbul umpan balik yang positif LH sehingga kadar LH meningkat tajam dan

terjadilah ovulasi. Sisa folikel akan berubah menjadi corpus luteum yang

menghasilkan esterogen dan progesterone dan mulailah endometrium memasuki

fase sekresi (Setiadi, 2007).

Apabila tidak terjadi pembuahan, corpus luteum yang menyekresi

esterogen dan progesterone akan menyusut. Seiring penurunan kadar progesteron

dan esterogen yang cepat, aerteri spiral menjadi spasme. Selama fase iskemi,

suplai darah ke endometrium fungsional berhenti dan terjadi nekrosis, lapisan

fungsional berpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

Menstruasi terjadi karena tidak adanya hormon progesteron yang akan

mempertahankan fase sekresi dari endometrium sehingga 2/3 bagiandari tebal

endometrium akan gugur/terlepas, akibatnya pembuluh darah terbuka

dankeluarlah bersama epitel endometrium yang lepas tadi. Progesterone di

produksi oleh corpus luteum, dimana fungsi dari corpus luteun ini dipengaruhi

oleh hormone LTH (luteotropic hormone). Pada anak-anak LTH belum diproduksi

oleh kelenjar hipofise anterior, akibatnya pada anak-anak belum terjadi menstruasi

(Rahmawati, 2015)
Perubahan Uterus Selama Siklus Menstruasi

Endometrium pada uterus berespon terhadap esterogen dengan mengalami

pembelahan mitosis yang cepat dan pembentukan struktur kelenjar. Pada keadaan

ini endometrium mengalami fase proliferasi. Setelah ovulasi, korpus luteum

menghasilkan sejumlah besar progesteron yang bekerja terhadap endometrium

untuk memperbesar ukuran kelenjar-kelenjar pada endometrium dan

meningkatkan pembuatan dan pengeluaran protei-proyein dan faktor-faktor lain.

Pada keadaan ini endometrium berada di fase sekresi dan dalam persiapan untuk

implantasi dan kehamilan. Endometrium pada fase sekresi dipertahankan oleh

sekresi esterogen dan progesterone dari ovarium. Penurunan kadar perifer dari

steroid-steroid ini menyebabkan degenerasi dan nekrosis dari endometrium fase

sekresi dan terjadilah menstruasi (Rayburn, 2001)

Perkembangan Sistem Mullerian

Perkembangan Organa Genetalia Feminina Interna

Genetalia interna berkembang identik pada kedua jenis kelamin sampai

minggu ke-7 (stadium seksual indiferen). Pada perempuan, primordium gonad

primitive kemudian berkembang menjadi ovarium. Serupa dengan testis, ovarium

juga berkembang di region lumbalis setinggi mesonephros. Akibat pertumbuhan

longitudinal, corpus ovarii direlokasi ke kaudal menuju pelvis minor tanpa

meninggalkan cavitas peritonealis. Oleh sebab itu, ovarium dan tuba uterine

memiliki posisi intraperitoneal. Tanpa efek supresi hormon anti-MULLERIAN

dari testis, duktus Mullerian berdiferensiasi menjadi organa feminine. Mulai


minggu ke-12 duktus MULLERIAN membentuk tuba uterine. Bagian distalnya

menyatu dan menjadi uterus dan vagina bagian atas. Vagina bagian bawah

berkembang dan sinus urigenitalis. Jika duktus MULLERIAN gagal menyatu,

dapat terbentuk uterus septata (uterus septus atau subseptus) atau uterus ganda

(uterus duplex, uterus didelphys).

Uterus memiliki panjang 8 cm, lebar 5 cm dan tebal 2-3 cm. uterus terdiri

dari Corpus uteri dengan fundus superior (fundus uteri dan leher (cerviks uteri).

Suatu penyempitan (isthmus uteri) menandai transisi antara corpus dan cervix

uteri. Tuba uterine memanjang pada kedua sisi corpus uteri untuk berhubungan

dengan ovarium.

Ruang di dalam uterus dibagi menjadi cavitas uteri di dalam corpus uteri

dan canalis cervicis uteri di dalam cervix uteri. Bagian bawah cervix masuk ke

dalam vagina dan dikenal dengan nama portio vaginalis cervicis. Bagian atasnya

adalah porsio supravaginalis cervicis. Forniks vaginae mengelilingi portio


genitalis cervicis. Potongan frontal juga memperlihatkan struktur dinding uterus:

lapisan mukosa dalam (tunica mukosa; endometrium), kemudian lapisan otot yang

kuat (Tunica muscularis; miometrium) otot polos, dan lapisan peritoneal paling

luar (tunica serosa; perimetrium). Folikel dan corpora lutea mengasilkan hormon

seks perempuan (estrogen dan progesterone) yang mengatur diferinsiasi

bergantung siklus pada endometrium.

Posisi uterus dan adneksa, uterus, tuba uterine dan ovarium berada dub

intraperitoneal. Duplikatur peritonealnya (Lig. Latum uteri, Mesosalpinx,

Mesovarium) membentuk lipat tranversa pada Pelvic minor, Ligamentum teres

uteri mencapai ventral dari taut uterotubal menuju dibding kateral pelvic minor

dan melewati canalis inguinalis untuk menyatu dengan jaringan ikat labia mijora.

Lig. Ovarii proprium menghubungkan uterus dan ovarium. Lig. Suspensorium

ovarii menghubungkan ovarium dan dinding pelvis lateral dan berisi A. dan V.

ovarica.kantong peritoneal di antara uterus dan vesica urinaria disebut Excavatio

vesicouterina. Excavation recrouterina (kantong DOUGLAS) di belakang uterus

adalah ekstensi cavitalis peritonealis paling kaudal pada perempuan dan dapat

mengumpulkan cairan dan pus pada proses peradangan di abdomen bawah.

Normalnya, uterus bersudut aspek ventralnya terhadap vagina (antversi) dan

corpus uteri melekuk ke anterior portio vaginalis cervicis (antefleksi) posisi

tersebut mencegah prolaps uterus melalui vagina selama peningkatan tekanan

intraabdominlais (batu, bersin). Anteversi, antefleksi = posisi normal, anteversi,

tidak ada antefleksi dan retroversi, retrofleksi. Organa feminina genetalia interna
didarahi oleh tiga pasang arteri, uterus: A. uterine (A. iliaca internal) dengan Rr.

Helicini (Paulsen, 2015).

Perubahan Histologi Endometrium

Endometrium akan mengalami perubahan fisiologis dan morfologis selama

siklus menstruasi sebagai respon dari hormon sex steroid di ovarium. Ovarium

dipengaruhi hormon yang dihasilkan oleh pituitary karena sinyal dari hipotalamus.

Hipotalamus, pituitary, dan ovarium serta interaksinya akan meregulasi maturasi

dari folikel ovarium, ovulasi dan menstruasi.

1. Fase Proliferasi

Fase proliferasi (fase estrogenik) bermula setelah selesai haid. Pada mulanya

terdapat peningkatan hormon perangsang folikel (Follicle Stimulating Hormone-

FSH) yang merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel-folikel dan transisi

dari frekuensi LH (Luteinzing Hormone) rendah ke yang tinggi. Sintesis dan

pelepasan LH dan FSH diatur oleh LH-RH (Luteinizing Hormone Releasing

Hormone). LH-RH dibuat dalam neuron di hipotalamus, dilepaskan ke dalam

pembuluh darah portal hipofisis dan diangkut oleh aliran aksoplasma ke bagian

depan kelenjar hipofisis. Rekrutmen folikel terjadi dalam 4 sampai 5 hari pertama

fase folikuler, dan pada hari ke 5 sampai 7 terjadi seleksi dari sebuah folikel yang
dominan. Folikel-folikel yang tersisa bias mengalami tambahan pertumbuhan

yang terbatas tetapi pada akhirnya akan mengalami atresia. Pematangan sebuah

folikel yang dominan terjadi antara hari ke 8 dan 12. Folikel yang dominan itu

mencapai diameter rata-rata 20 mm beberapa hari sebelum lonjakan LH.

Setelah mentruasi selesai, hanya lapisan tipis stroma endometrium tersisa

pada basis endometrium asli, dan satu-satunya sel epitel yang tertinggal terletak

pada bagian dalam sisa-sisa kelenjar dan kriptus endometrium. Dibawah pengaruh

estrogen yang sekresinya ditingkatkan oleh ovarium selama bagian pertama siklus

ovarium, sel-sel stroma dan sel-sel epitel dengan cepat berproliferasi. Permukaan

endometrium mengalami reepitelisasi dalam tiga sampai tujuh hari setelah

permulaan menstruasi. Selama dua minggu pertama siklus seksual (yaitu sampai

ovulasi) tebal endometrium sangat bertambah karena peningkatan jumlah sel-sel

stroma dan kerana pertumbuhan progresif kelenjar-kelenjar endometrium, semua

efek ini ditingkatkan oleh estrogen. Pada saat ovulasi tebal endometrium 2-3 mm.

Fruktasi kadar estrogen dan progesterone menimbulkan efek yang dramatis

pada saluran reproduksi, khususnya endometrium. Ciri pertumbuhan dan

fungsional endometrium manusia bersifat unik. Sel epithelial-glandular, sel

mesnkimal-stromal; dan pembuluh darah endometrium cepat membelah secara

siklis pada perempuan usia subur. Endometrium mengalami regenerasi pada setiap

siklus ovarium-endometrium. Endometrium superficial, yang disebut lapisan

fungsional, meluruh dan dibentuk ulang dari lapisan basal yang lebih dalam

sebanyak hamper 400 kali selama masa subur sebagian besar perempuan. Tidak
ada jaringan tubuh lain pada manusia yang memiliki gambaran peluruhan dan

pertumubhan ulang seluruh jaringan secara siklis seperti halnya endometrium.

Produksi estradiol pada fase folikular merupakan factor terpenting yang

menentukan regenerasi endometrium pascamenstruasi. Meskipun hingga dua

pertiga endometrium yang fungsional mengalami fragmentasi dan meluruh selama

menstruasi, reepitelisasi telah dimulai bahkan sebelum perdarahan menstruasi

berhenti. Pada hari kelima siklus endometrium-hari kelima menstruasi, permukaan

epitel endometrium telh kembali, dan revaskularisasi sedang berlangsung.

Endometrium praovulasi ditandai dengan proliferasi sel kelenjar, stroma, dan

endotel vaskular. Selama fase proliferatif dini, endometrium tampak tipis,

biasanya memiliki ketebalan kurang dari 2 mm. kelenjar pada tahap ini memiliki

struktur tubular yang sempit dan berjalan hamper lurus dan sejajar dari lapisan

basal hingga permukaan rongga endometrium. Gambaran metotik, khususnya

pada epitel kelenjar, ditemukan pada hari kelima siklus, dan aktivitas mitotic

dalam epitel dan stroma menetap hingga hari 16-17, atau 2-3 hari pascaovulasi.

Meskipun pembuluh darah ditemukan dalam jumlah banyak dan merupakan

gambaran yang menonjol, tidak tampak sebukan leukosit ataupun darah

ekstravaskular dalam endomtrium pada fase ini.

Epitelisasi ulang dan angiogenesis jelas berperan penting dalam

menghentikan perdarahan endometrium. Kedua hal ini bergantung pada

pertumbuhan ulang jaringan yang dikendalikan oleh estrogen. Pertumbuhan epitel,

sebagian juga diatur oleh factor pertumbuhan epidermis (EGF) dan transforming

growth factor α (TGF α). Proliferasi sel stroma tampaknya dipacu oleh kerja
estrogen secara parakrin maupun autokrin dan oleh meningkatnya kadar factor

pertumbuhan fibroblast-9 setempat. Estrogen juga meningkatkan produksi

setempat VEGF, yang menyebabkan angiogenesis melalui pemanjangan

pembuluh pada lapisan basal.

Selama fase proliferasi lanjut, endometrium menebal akibat hyperplasia

kelenjar dan peningkatan substansi dasar stroma, yaitu edema dan materi

berprotein. Stroma yang longgar merupakan gambaran yang menonjol, dan

kelenjar dlam lapisan fungsional terpisah sangat jauh. Keterpisahan ini tampak

sangat jauh karena dibandingkan dengan lapisan basal; pada lapisan basal,

kelenjar tampak lebih rapat dan stroma lebih padat. Pada pertengahan siklus,

menjelang menstruasi, epitel kelenjar menjadi lebih tinggi dan berlapis semu.

Epitel di permukaan menjadi memiliki banyak mikrovilus, yang menambah luas

permukaan epithelium, serta silia, yang membantu pergerakan secret endometrium

saat fase sekretorik.

Penentuan hari pada siklus menstruasi menggunakan criteria histology

endometrium, yang dinamakan dating, sulit dilakukan pada fase proliferasi karena

sangat bervariasinya durasi fase ini pada tiap perempuan. Secara spesifik, fase

folikular normalnya dapat sependek 5-7 hari hari atau sepanjang 21-30 hari.

2. Fase Sekresi

Selama fase sekresi (fase progesteronik) terjadi perubahan-perubahan

histologik yang berlangsung sangat cepat. Pada paruh pertama fase ini, tampilan

epitel kelenjar paling berguna dalam menetukan “hari” endometrium, sementara


menetukan “hari” secara akurat pada hari kedua sanagt bergantung pada sifat-sifat

stroma. Pada hari ke 16 dari siklus (hari kedua pasca ovulasi) vakuola-vakuola

kaya glikogen subnuklear menjadi nyata pada epitel kelenjar. Vakuola-vakuola

akan mendesak nuclei sel-sel epitel ke posisi sentral di dalam sel. Bahan-bahan

sekresi asidofilik intaluminal kelenjar paling jelas terlihat pada hari ke 21. Edema

stroma yang bervariasi pada fase proliferasi, juga menjadi nyata pada saat ini dan

mencapai puncaknya pada hari ke 22. Menjelang hari ke 24 perubahan

pseudodesidua atau pradesidua mulai terlihat pada stroma. Perubahan-perubahan

ini mulanya paling jelas terlihat di sekitar arteria spiralis dan akhirnya menyebar

ke daerah-daerah stroma yang luas. Infiltrasi limfosit pada stroma meningkat

nyata bersamaan dengan terjadinya perubahan-perubahan pseudodesidua.

Selama pengaruh terakhir siklus seksual, progesterondan estrogen (dominan

progesteron) disekresi oleh corpus luteum. Estrogen menyebabkan proliferasi sel

tambahan dan progesteron menyebabkan pembengkakan hebat dan pembentukan

sekresi endometrium. Kelenjar tambah berkelok-kelok, zat yang disekresi

tertimbun dalam sel epitel kelenjar, dan kelenjar menyekresi sedikit cairan

endometrum. Sitoplasma sel stroma juga bertambah, lipid dan glikogen banyak

mengendap dalam sel stroma, dan suplai darah ke endometrium meningkat lebih

lanjut sebanding dengan aktifitas sekresi yang sedang berkembang. Pada akhir

fase ini, endometrium mempunyai ketebalan 4 sampai 6 mm. Tujuan dari seluruh

perubahan endometrium ini adalah untuk menghasilkan cadangan zat gizi yang

sangat banyak yang dapat memberikan keadaan yang sesuai untuk implantasi

ovum yang telah dibuahi selama separuh terakhir siklus haid.


3. Fase Menstruasi

Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi secara bersamaan

dengan dinding endometrium yang robek, dapat diakibatkan juga karena

berhentinya sekresi hormon esterogen dan progesterone sehingga kandungan

kandungan hormon dalam darah tidak ada. Bila tidak terjadi kehamilan, makan

akan diamati perubahan-perubahan endometrium sekunder dari penurunan

produksi hormone oleh corpus luteum pada hari ke 24. Lapisan fungsional dari

stroma akan mulai menciut dan kelenjar-kelenjar endometrium menjadi lebih

berkelok dan tampak bergerigi. Konstriksi intermiten dari arteria spiralis

menyebabkan stasis kapiler-kapiler lapisan fungsional, iskemia jaringan dan

ekstravasasi darah ke dalam stroma dan pembentukan hematom-hematom kecil.

Akhirnya terjadi deskuamasi dan pengelupasan seluruh lapisan endometrium

fungsional.
4. Fase implantasi

Pada hari ketiga dan keempat setelah fertilisasi,embrio terbentuk bola yang

ditutupi kapsul traslusen yang disebut zona pellucida. Pada hari keempat dan

kelima setelah fertilisasi, terdapat cavitas didalam embrio yang berisi cairan yang

disebut blastocele, pada stadium ini embrio disebut blastosit. Lapisan paling luar

blastosit disebut tropectoderm. Sekitar hari keenam sampai hari ketujuh setelah

fertilisasi,zona pellusida mengalami degenerasi sehingga tropectoderm berintraksi

langsung dengan epitel luar endometrium. Awalnya blastosit tidak invasif, namun

setelah terjadi hatcing dari zona pelusida, permukaan non adhesif dari

tropectoderm berubah menjadi edhesif dan sel tropoblas berintraksi dengan

komponen epitel endometrium yang reseptif yaitu pinopodes.

Implantasi adalah proses terbenamnya blastosit ke dalam endometrium

setelah pelepasan zona pellusida. Berbagai penelitian pada hewan menunjukkan

bahwa harus ada perkembangan yang sinkron dari embrio dan endometrium agar

embrio berhasil dalam proses implantasi. Banyak sinyal sinkronisasi

perkembangan blastosit dan persiapan dari endometrium. Hormon steroid

merupakan aspek sinkonisasi yang paling dikenali. Proses implantasi

membutuhkan peningkatan estradiol preovulasi yang memacu proliferasi dan

differensiasi sel epitel, dilanjutkan dengan produksi pregesteron oleh corpus


leteum yang memacu proliferasi dan differensiasi stroma endometrium. Kerja

hormon steroid ini meliputi juga dalam pengaturan growth factor dan sitokin.

Desidua merupakan endometrium yang sangat khusus dan telah

dimodifikasi untuk kehamilan dan memiliki fungsi plasentasi hemokorial. Fungsi

yang terakhir ini memiliki kesamaan dengan proses invasi trofoblas, dan berbagai

penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki interaksi antara sel-sel desidua dan

trofoblas yang menginvasi. Desidualis-transformasi endometrium sekretorik

menjadi desidua-bergantung pada estrogen dam progesterone dan faktor-faktor

yang disekresikan oleh balstokista yang berimplantasi. Hubungan khusus antara

desidua dan trofoblas yang menginvasi (Cunningham, 2016).

Fungsi primer endometrium adalah menyiapkan dan menyokong adanya

kehamilan. Endometrium menjadi reseptif (bersedia menerima) implantasi dalam

waktu yang terbatas dibawah pengaruh hormonsteroid dan sinyal parakrine dari
embrio yang sedang berkembang. Hormon stroid merespon jaringan endometrium

untuk siklus pertumbuhan dan perkembangan melalui pelepasan dan regenerasi.


DAFTAR PUSTAKA

Cunningham. 2016. Obstetri Williams, Edisi 23, vol. 1. Jakarta: EGC.

Fraser, Diana. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta : EGC

Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jakarta :


EGC.

Manuaba. 2015. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Paulsen dan J. Waschke. 2015. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia, Ed. 23 Jilid 2
Organ-Organ Dalam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Rayburn, William. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.

Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan, Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Setiadi. 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai