Anda di halaman 1dari 2

NOTULENSI PELATIHAN KOMUNIKASI EFEKTIF

1. Nama Agenda : Pelatihan Komunikasi Efektif


2. Tanggal Pelaksanaan : 17 Februari 2018
3. Waktu Pelaksanaan : 10.00 – 12.00 WIB
4. Tempat Pelaksanaan : Ruang Serba Guna Lantai 2 RSIA Putra Dalima
5. Peserta : Absensi peserta terlampir
6. Rincian Kegiatan :
No. Acara Rincian
1. Pembukaan Acara dibukan oleh Ibu Eva Selaku MC pada pukul 10.00, kemudian
dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Pelaksana.
2. Pemaparan Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oelh Zr. Sanur selama kurang
Materi – lebih satu jam. Selama pemaparan materi, peserta tampak tenang. Tidak
ada peserta yang keluar masuk ruang pelatihan.
3. Diskusi Diskusi dilaksanakan setelah pemaparan materi. Diskusi dibagi menjadi 2
term. Masing – masing term dibatasi untuk 3 orang penanya.
Term 1
1. Sriyuni – perawat
Untuk pelaporan diagnosis kritis tadi disebutkan bahwa harus
dilaporkan dalam waktu kurang dari satu jam, bagaimana hal
tersebut bisa berjalan di rumah sakit kita, sementara rumah sakit
kita memakai laboratorium dari luar yang mana untuk pemeriksaan
laboratorium saja kita harus menggunakan kurir yang pasti akan
lama?
Jawaban : memang idealnya laboratorium harus tersedia di dalam
rumah sakit. Apabila ada nilai diagnosis kritis maka petugas
laboratorium yang pertama kali menemukan nilai tersebut langsung
melapor kepada DPJP. Tapi bila kasusnya memang kita
menggunakan laboratorium dari luar, maka untuk nilai – nilai kritis
kita laporkan saat kita pertama kali mendapat hasil laboratorium
tersebut.
2. Rica – bidan
Bagaimana dengan dokter yang tulisannya sulit dibaca sehingga
mengganggu komunikasi tertulis?
Jawaban : seharusnya memang kita jangan bosan untuk
mengingatkan kepada dokter – dokter yangtulisannya masih sulit
dibaca agar menuliskan dengan huruf capital. Boleh juga kita
membantu dokter menuliskan resep, misalnya, untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan saat membaca resep.
3. Siti Yuliyani – perawat
Bila harus menyebutkan obat yang namanya sulit diucapkan, apa
yang harus dilakukan?
Jawaban : sebaiknya menggunakan pengejaan dengan alphabet
fonetik. Misal penyebutan propofol, maka pengejaannya menjadi
papa – romeo – omega – papa – omega – fanta – omega – lima.

Term 2
1. Irman – perawat
Saya masih belum mengerti perihal penggunaan SBAR dan TBAK.
Mohon dijelaskan lebih lanjut.
Jawaban : jadi pada intinya SBAR digunakan saat kita melaporkan
kondisi pasien. Saat melapor tersebut, kita tidak hanya melaporkan
“Dok, pasien Ny. X sekarang sesak. Apa yang harus saya lakukan?”
tapi saat melapor itu, kita menggunakan metode SBAR. LAporkan
dulu Situationnya. “Dok, saya perawat X, melaporkan pasien
dokter atas nama Ny. X, dengan diagnosis masuk xxx”. Selanjutnya
laporkan Backgroundnya. “Pasien saat ini mengeluh sesak semakin
memberat, frekuensi nafas sekian, saturasi oksigen sekian”. Baru
kemuadian assessment kita. Baru meminta rekomendasi dari sokter
penanggung jawabnya. Sementara TBak digunakan apabila kita
menerima instruksi lisan. Kita tulis dulu, baca ulang, baru nanti
dikonfirmasi oleh DPJP ketika visite pasien.
2. Julaeha – bidan
Melanjutkan pertanyaan sebelumnya, saya ingin bertanya
bagaimana bila DPJP tidak bisa mengonfirmasi dalam waktu 24
jam?
Jawaban : idealnya memang DPJP harus mengonfirmasi dalam
waktu 24 jam. Baiknya sebelum mengakhiri telepon, kita
mengingatkan DPJP untuk tanda tangan di kolom konfirmasi paling
telat keesokan hari.
4. Penutup Penutupan dilakukan oleh MC setelah sesi diskusi selesai pada pukul
12.00.

Tangerang Selatan , 17 Februari 2018


Sekretaris

Dede Rahmawati, SFarm, Apt

ii

Anda mungkin juga menyukai