Wa0019

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Pertama – tama marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahamat dan hudayah-Nya kepada kita semua.
Penuilis mengucpakan terima kasih kepada orang – orang yang telah
memberikan bantuan dalam menyusun makalah fisika mengenai biolistrik.
Diantaranya adalah orang tua, dosesn mata kuliah dan lain – lain.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmualam yang mendasari perkembangan
teknologi sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam. Fisika juga memberikan
pelajaran yang sangat baik kepda manusia untukl hidup selaras berdasarkan hukum
alam.
Dengan adanya penyusunan laporan tentang biolistrik, kita dapat mengetahui
tentang biolistrik. Ketrkaitannya dengan ilmu kesehatan dan dalam kehidupan
manusia.
Penulis menyadari mungkin dalam penyusunan makalah ini belum
sepenuhnya sempurna, untuk itu dapat kiranya untuk memberikan masukanmengenai
makalah ini, agar kia semua lebih memahami tentang mata kuliah fisika mengenai
biolistrik ini.
Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Dumai, 17 Oktober 2009

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik
pada tubuh kita berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Seperti listrik dirumah
tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam
tubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstra
sel lebih banyak ion Na dan Cl2, sedangkan intra sel terdapat ion h dan anion protein.
Penulis akan mengungkapkan bagaimana cara kerja biolistrik di dalam ilmu
kesehatan pada makalah ini.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang
memadai tentang biolistrik di dalam ilmukesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biolistrik


Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari
ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang
bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan
fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan
tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada
permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)
menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan
Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus
untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat
listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh
tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa
elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung
(Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada
ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada
posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala
epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.

2.2 Rumus/Hokum Dalam Biolistrik


Ada beberapa rumus atau hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara lain.
1. Hukum Ohm
Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus
yang melewati, berbanding berbalik dengan tahanan dari konduktor. Hokum
ini dapat dinyatakan dengan rumus:
R= V
I
Keterangan : R = Dalam Ohm
I = Arus (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
2. Hukum Joule
Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam waktu
tertentu akan menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:

H (Joule)= V.I.T
3

Keterangan : V = Tegangan dalam Voltage


I = Arus dalam Ampere
T = Waktu dalam detik
J = Joule = 0.239 Kal

2.3 Macam-macam Gelombang Arus Listrik


1) Arus bolak-balik/sinusoidal

2) Arus setengah gelombang ( telah diserahkan)


3) Arus searah penuh tapi masih mangandung ripple/desir

4) Arus searah murni

5) Faradik

6) Surged Faradic/sentakan sinusoidal

7) Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal

8) Galvanik yang interuptus

9) Arus gigi gergaji

2.4 Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubus


A. System Saraf dan Neuron
System saraf dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah
serat saraf yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke Medulla spinalis disebut
Saraf Affren, sedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak atau
medulla spinalis ke otot atau medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut saraf
Efferen

2. Sistem saraf otonom


Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan
kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.

B. Konsentrasi ion Dalam dan luar sel


Melalui suatu percobaan dapat ditunjukan suatu model membrane permeable
terhadap larutan KCL
Gambar diatas merupakan suatu bentuk model potensial istirahat pada waktu
0 dimana ion K akan melakukan difusi dari kosentrasi tinggi ke konsntrasi rendah
sehingga saat tertentu akan terjadi membrane dipole/membran dua kutub dimana
larutan dengan konsentrasi yang tadinya rendah akan kelebihaan ion positif,
kebalikan dengan larutan yang konsentrasi tinggi akan berubah menjadi kekurangan
ion sehingga menjadi lebih negatif. Membrane permeabel biasanya terhadap ion K ,
Na dan Cl sedangkan terhadap protein besar (A) sangat tidak permeabel

C. Kelistrikan saraf
Kalau ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat di bagi dalam
3 bagian yaitu serat saraf tipe A, B, dan C. dengan mempergunakan mikroskop
electron, serat saraf dibagi dalam 2 tipe: yakni serat saraf bermielin dan serat saraf
tanpa myelin. Saraf bermielin banyak terdapat pada manusia. Myelin merupakan
suatu insulator (isolasi) makin menurun apabila melewati serat saraf yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang sama dan
panjang yang sama sangat tergantung kepada lapisan mielin ini. Akson tanpa mielin
(diameter 1 mm) mempunyai kecepatan 20-50 m/detik. Serat saraf bermielin pada
diameter 10 um mempunyai 100 m/detik. Pada serat saraf bermielin aliran sinyal
dapat meloncat dari suatu simpul ke simpul yang lain.
Suatu saraf atau neuron membrane otot-otot pada keadaan istirahat (tidak
adanya proses konduksi implus listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak diluar sel
dari pda di dalam sel, di dalam sel akan lebih negative dibandingkan dengan di luar
sel.
Apabila potensial diukur dengan galvanometer akan mencapai -90 m Volt,
membrane sel ini disebut dalam keadaan polarisasi, dengan potensial membrane
istirahat -90 m Volt.
D. Perambatan Potensial Aksi
Potensial aksi terjadi apabila suatu daerah membrane saraf atau otot mendapat
rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai
kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membrane untuk mencapai aksi
kesegala jurusan sel membrane, keadaan ini disebut perambatan potensial aksi atau
gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami repolarisasi sel
membrane disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter dibagi dalam 2 fase:
1. Periode Refrakter Absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsure kekuatan untuk
menghasilkan aksi yang lain.
2. Periode Refrakter Relatif
Setelah sel membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari periode
refrakter absolute akan menjadi periode refrakter relatif, dan apabila ada
stimulus/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi yang
baru.
Sel membrane setelah mencapai potensial membrane istirahat, sel membran
tersebut telah siap untuk menghantarkan implus yang lain. Gelombang depolarisasi
setelah mencapai ujung dari saraf atau setelah terjadi depolarisasi seluruhnya,
gelombang tersebut akan berhenti dan tidak pernah aliran balik kearah mulainya
datang rangsangan.

E. Kelistrikan pada sinapsis dan neuron


Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsi, berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut Neuromyal junction. Baik sinapsis maupun
neuromyal junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi
dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang depolarisasi ini
penting pada sel membrane otot, oleh karena pada waktu terjadi depolarisasi. Zat
kimia yang terdapat pada otot akan tringger/bergetar/berdenyut menyebabkan
kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan
mengalami reaksi.

2.5 Isyarat Magnet Jantung dan Otak


Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan magnet
sekitar jantung disebabkan adanya aliran listrik jantung yang mengalami depolarisasi
dan repolarisasi. Pencatatan medan magnet disebut magnetoksdiogram. Besar medan
magnet sekita jantung adalah sekitar 5 x 10 pangkat -11 T( Testa) atau sekitar 10 x 10
pangkat 8 medan megnet bumi. Hubungan Testa (T) dengan Gauss dapat dinyatakan:

IT = 10.10 4 Gauss

Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan suatu
ruang yang terlindung dan sangat peka terhadap detector medan magnet
(magnetometer). Detector yang dipergunakan yaitu SQUID ( Superconding Quantum
Interference Device) yang bekerja pada suhu 5 derajat K, dan dapat mendeteksi
medan magnet yang disebabkan arus searah atau arus bolak-balik. Ada 2 alat untuk
mencatat medan magnet ini antara lain:

1) Magnetokardiografi (MKG)
MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda yang
didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada waktu melakukan
EKG. Pencatatan dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman diberi
kode B, D, F, H, I, J, L (vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali dibubuhi
huruf I dan ditandai dengan angka (1, 3, 5, 9)
Informasi yang diperlukan pada MKG tidak dapat dipakai sebagai EKG oleh
karena dalam pengukuran medan magnet mempergunakan arus searah yang mengenai
otot dan saraf. Perekaman MCG akan memberi informasi yang berguna dalam
diagnosis apabila dikerjakan pada waktu jantung mengalami serangan oleh karena
pada saat ini dipergunakan arus listrik.
2) Magnetoensefalogram (MEG)
MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan mempergunakan
arus searah. Alat yang adalah SQUID magnetometer. Pada rithme alpha, medan
magnet berkisar 1 x 10 pangkat -13 T.

2.6 Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh.


Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik
berfrekwensi rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula
menggunakan listrik dengan frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut
“Short Wave Diaththermy”. Pada 1950 sudah diperkenalkan penggunaan gelombang
mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk keperluan diathermi dan pemakain radar.
Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi
dalam 2 bentuk:
a. Listrik Berfrekwensi Rendah
Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah ini
mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk
pemakain dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot,
maka dipakai arus faradic. Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan
merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang
intereptur/terputus-putus atau arus DC yang telah dimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus
AC ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain: merangsang
saraf sensorik, merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.

b. Listrik Berfrekuensi Tinggi


Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas 500.000
siklus perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat merangsang
saraf motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan pengulangan
yang lama. Frekuensi sifat ini maka frekuensi tinggi digunakan dalam bidang
kedokteran di bagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
2. Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)

2.7 Magnetik Blood Flow Water


Alat pengukur aliran darah magnetis berdasarkan atas prinsip induksi
magnetis. Apabila suatu konduktor listrik digerakkan dalam medan magnet akan
menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan gerakan ( Hukum
Farady). Prinsip yang sama pula dipergunakan disini yaitu apabila konduktor bukan
suatu melainkan pipa konduksi yang ditempati pada medan magnet dan dilewati zat
cair.
Apabila darah melewati pipa konduksi tersebut, dengan rata-rata kecepatan V
melewati medan magnet B maka tegangan yang dihasilkan antara elektroda
dinyatakn:

V= B dv

Keterangan : V = Tegangan ( Volt)


B = Kuat Medan Magnet ( Gauss)
D = Diameter Pembuluh darah
V = Kecepatan ( m/sec)
Jumlah zat cair/darah dapat pula dihitung yaitu:

Q= d x V
4 Bd

Q = Kecepatan x luas penampang


2.8 Syok Listrik
Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada syaraf sensorik yang
diakibatkan aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh. Kejadian syok
listrik merupakan kejadian yang timbul secara kebetulan. Bahaya syok listrik sangat
besar, tubuh penderita akan mengalami ventricular fibrillon, kemudian diikiuti
dengan kematian. Oleh karena itu, perlu diketahui perubahan-perubahan yang timbul
akibat syok listrik, metoda pengamanan sehingga bahaya syok dapat dihindari.

Dalam bidang kedokteran ada 2 macam syok listrik antara lain:


1. Syok Dengan Tujuan Tertentu
Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis. Dalam bidang psiaktri
dikenal dengan nama “ Electric Convultion Teraphy”
2. Syok tanpa tujuan tertentu
Timbul syok ini diakibatkan dari suatu kecelakaan. Faktor-faktor yang
menyokong sehinggga timbulnya syok ini listrik ini :
a. Peralatan
 Petunujuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
 Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang jelas
 Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformator
b. Perorangan
 Petugas-petugas yang kurang latihan
 Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya yang
ditimbulkan
 Kurang pengertian tetang cara-cara proteksi bagi petugas sendiri maupun
penderita

Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan “ Earth Syok”.
Berdasarkan besar kecilnya tegangan “ Earth Syok” dapat di bagi menjadi 2 : Low
tension shock ( syok tegangan rendah) dan high tension shock ( syok tegangan tinggi)
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati tubuh semakin besar.
Menurut Hukum Ohm intensias arus listrik tergantung kepada tegangan dan tahanan
yang ada. ( I = V/R) berarti tegangan penting dalam menentukan beberapa arus yang
dapat dilewati oleh tahanan yang diberikan oleh tubuh. Disamping itu ada pula
parameter-parameter lain yang turut berperan mempengaruhi tingkat syok.
1. Dari Sudut Arus
a. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt dari
pada tegangan 80 Volt. Oleh karena, kuat arus pada tegangan 220 Volt lebih
besar dari pada tegangan 80 Volt (R) sama.
b. Basah atau tidaknya kulit penderita
c. Basah tidaknya lantai
2. dari sudut parameter-paraameter lainya:
a. Jenis kelamin
b. Frekuensi AC
c. Duration
d. Berat Badan
e. Jalan yang ditempuh arus

Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian


sehingga dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan yang meliputi alat-
alat yang dipergunakan

2.9. Hukum – Hukum Biolistrik


a. Besaran Pokok
- Medan Listrik
Medan listrik merupakan ruangan disekitar benda bermuatan listrik yang
mengalami gaya tarik atau tolak.
Jika suatu benda yang bermuatan listrik diletakan di suatu ruangan, maka
ruangan tersebut terdapat medan listrik. Jika benda lain yang bermuatan listrik di
ruangan tersebut maka kedua benda akan mengalami gaya.

Gaya Tolak
P
90
A
90

Q Gaya Tarik

Kuat medan listrik pada lokasi dimana muatan uji berada kita defenisikan
sebagai besar gaya coloumb (gaya listrik) yang bekerja pada muatan uji dibagi
dengan besar muatan uji.
E = Kuat Medan Listrik : N/C
E = F
Qo F = Gaya Coloumb : N
Qo = Besar Muatan Listrik : C

Menurut Hukum Coloumb besar gaya coloumb yang bekerja pada muatan uji :
F = K Q 1 x Q2 berarti E = K Q1 . Q2
R2
Q
K = Tetapan = 9 x 109 NM2/C2
R = Jarak antara dua muatan = m
Q = muatan listrik pada sumber medan C

- Arus listrik
Muatan listrik adalah sejumlah muatan yang mengalir melalui suatu
penampung kawat dalam sekom ketika arus satu ampere melalui kawat itu. Hubungan
muatan elemeter ℓ dengan coloumn =
I ℓ = 1,60 x Io-19C
Sifat – sifat muatan listrik :
a. muatan listrik digolongkan menjadi 2 jenis, muatan positif dan muatan
negatif.
b. Muatan listrik sejenis tolak – menolak, muatan listrik tak sejenis tarik
menarik.

- Potensial Listrik
Potensial listrik adalah perubahan energi potensial persatuan muatan ketika
sebuah muatan diuji dipindahkan diantara dua titik.
Untuk mengatur potensial listrik digunakan alat ukur volt meter. Volmeter
harus dipasang paraler dengan sumber listrik atau peralatan listrik yang akan diukur
beda potensial atau tegangannya.

V = Kq
R
V = Potensial listrik = Joule / coloumb
K = Tetapan = 9 x 109 Nm2 / C2
q = muatan listrik =C
r = jarak anatara dua muatan = m

- Daya Listrik
Daya listrik adalah daya sebagai kecepatan melakukan usaha atau persatuan
waktu :
Daya = usaha P=W
waktu t
P = watt (w)
W = usaha (j )
t = waktu (s)
b. Harga efektif arus dan potensial listrik
Arus listrik mengalir diantara dua titik pada penghantar jika beda potensial
antara dua titik. Oleh karena itu pada tahun 1826 Georg Simon Ohm menyelidiki
hubungan arus dan potensial listrik, beda potensial sebanding dengan kuat arus dan
berbanding balik dengan hambatan penghantar .
Hukum Ohm :
V= RxI
V = beda potensial = Volt (v)
R = hambatan = Ohm (Ω)
I = kuat arus = ampere (A)

Hambatan listrik hasil bagi antara beda potensial antara ujung – ujung penghantar dan
kuat arus yang melaluinya hambatan listrik diberi satuan Ohm (Ω)

Hambatan = beda potensial : R = V/I V=IxR


Kuat arus

V
IxR
Segitiga rumus tegangan atau hukum Ohm
1 kilo Ohm = 1000 Ohm
1 mega ohm = 1.000.000 Ohm

Hambatan listrik dapat diukur secara langsung dengan menggunakan Multi Meter /
Avometer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik
pada tubuh berbeda dengan yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga.
Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh.
Kelistrikan dan kemagnetan didalam tubuh sangat berpengaruh pada sistem saraf.
Sistem saraf di dalam tubuh mempuanyai listrik. Pada sistem saraf pusat dan sistem
saraf ootonom.

3.2. Saran
Penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini belums sepenuhnya
sempurna. Untuk itu dapat kiranya ,,enerikan kritik dan saran mengenai makalah ini.
Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai