Anda di halaman 1dari 19

FIBROMA (Tumor Jinak)

A. Pengertian
Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi solid yang ditandai dengan
pertumbuhan abnormal sel yang terlihat sebagai pembengkakan. Tumor berbeda
dengan kanker. Tumor dapat berupa tumor jinak, dan maligna (ganas), dimana
kanker merupakan definisi dari sebuah maligna atau keganasan.
Tumor jinak kulit merupakan benjolan pada kulit yang bersifat jinak, tidak
berhubungan dengan keganasan kulit yang berdiferensiasi normal, pertumbuhannya
lambat dan ekspansif dengan mendesak jaringan normal disekitarnya. Tumor kulit
dapat berkembang dari struktur histologis yang menyusun kulit seperti epidermis,
jaringan ikat, kelenjar, otot, dan elemen-elemen saraf.
Tumor ini sering ditemukan, diantara tumor-tumor yang biasa didapatkan
pada manusia. Oleh karena perkembangan tumor kulit dapat dilihat dan diraba sejak
permulaan, tumor jinak yang berkembang di kulit ini jarang menyebabkan
gangguan fungsi, karena sebagian besar diangkat dengan alasan estetik dan
menghindari terjadinya keganasan. (1,8)

D. Etiologi

Tumor kulit dapat terjadi karena:

1. Faktor eksternal
 Sering terpapar sinar matahari
 Terpapar sinar X-ray dan radionuklir dalam waktu lama
 Pemakaian bahan-bahan kimia seperti arsen, berilium, cadmium, merkuri,
plumbum, dan berbagai logam berat lainya
 Adanya jaringan parut yang luas dan lama. Misalnya jaringan parut akibat
luka bakar

2. Faktor internal
 Imunitas rendah
 Genetik
 Hormonal
 Ras, banyak terjadi pada kulit putih.

E. Jenis Tumor Jinak Kulit

F.1. Keratosis Seboroik

Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua
berupa tumor kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan
kulit.(2) Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang berasal dari proliferasi
epidermal, sering dijumpai pada orang tua dan biasanya asimtomatik.

Keratosis seboroik mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil senilis, veruka


seboroik senilis, papiloma sel basal.Penyebab pasti dari keratosis seboroik belum
diketahui. Ada pendapat yang mengatakan bahwa faktor keturunan memegang
peranan penting. Beberapa kasus menurun melalui autosomal dominan. Ada pula
yang mengatakan bahwa terpapar sinar matahari secara kronis yang menjadi
penyebabnya.

Ada pula yang mengatakan diduga infeksi virus berdasarkan gambaran


klinis kutilnya. DNA dari human papiloma virus didapat pada 40 kasus keratosis
seboroik genital dan 42 dari 55 kasus keratosis seboroik non genital (76%).

Keratosis seboroik sering didapat pada usia pertengahan sampai tua dan
dapat muncul pertama kali di usia remaja.

Diagnosis didapat melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik serta


pemeriksaan penunjang berupa histologi. Tidak diperlukan pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologis.

Anamnesis Keratosis seboroik


 Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh terdapat bejolan hitam terasa
tidak nyaman.
 Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau di jepit.
 Pasien kadang terasa benjolan semakin membesar secara lambat.
 Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.
 Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.
 Lesi dapat timbul diseluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta
membran mukosa.
Pemeriksaan Fisik Keratosis seboroik

Keratosis seboroik tampak sebagai lesi berupa papul atau plak yang agak
menonjol, namun dapat juga terlihat menempel pada permukaan kulit. Lesi
biasanya memiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun kadang kadang
juga dapat ditemukan yang bewarna hitam atau hitam kebiruan, bentuk bulat sampai
oval, ukuran dari miliar sampai lentikular bahkan sampai 35x15cm. pada lesi
multiple distribusi seiring dengan lipatan kulit.

Permukaan lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang memiliki


permukaan halus biasanya terkandung jaringan keratotik yang menyerupai butiran
gandum. Pada perabaan terasa lunak dan berminyak.

Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus bertambah
seiring dengan bertambahnya usia. Pada beberapa individu lesi dapat bertambah
besar dan tebal, namun jarang lepas dengan sendirinya.

Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian puncak lesi
lepas, namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi untuk
berubah ke arah keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma sel basal, dan
terkadang tumbuh di lesi keratosis seboroik.

Pemeriksaan Penunjang Keratosis seboroik


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
histopatologi. Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan campuran
sel skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan karakteristiknya.
Sarang-sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari
tiga keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-
eosin.

Pengobatan Keratosis seboroik

1. Amonium lactat lotion


Mengandung asam laktat dan asam alfa hidroxi yang mempunyai daya keratolitik
dan memfasilitasi pelepasan sel-sel keratin. Sedian 15% dan 5% strenght; 12%
strenght dapat menyebabkan iritasi muka karena menjadikan sel-sel keratin tidak
beradesi.

2. Trichloroacetic acid
Membakar kulit, keratin dan jaringan lainya. Dapat menyebabkan iritasi lokal.
Pengobatan keratosis seboroik dengan 100% trichloroacetic acid dapat
menghilangkan lesi, tepi penggunaanya harus ditangan profesional yang ahli.

Terapi topikal dapat digunakan tazarotene krim 0,1% dioles 2 kali sehari dalam 16
minggu menunjukkan perbaikan keratosis seborik pada 7 dari 15 pasien.

Terapi Bedah pada Keratosis seboroik :

1. Krioterapi
Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen bisa berupa nitrogen cair
atau karbondioksid padat. Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel
kanker, pembuluh darah dan respon inflamasi lokal. Pada keratosis seboroik bila
pembekuan terlalu dingin maka dapat menimbulkan skar atau hiperpigmentasi,
tetapi apabila pembekuan dilakukan secara minal diteruskan dengan kuretase akan
memberikan hasil yang baik secara kosmetik.(1)

2. Bedah listrik
Bedah listrik (electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakan dengan
perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik boiak-balik berfrekwensi tinggi
yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan secara selektif agar jaringan
parut yang terbentuk cukup estetis den aman baik bagi dokter maupun penderita.
Tehnik yang dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah : elektrofulgurasi,
elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi, elektrolisis den
elektrokauter.(1,9)

Elektrodesikasi

Merupakan salah satu teknik bedah listrik. Elektrodesikasi dan kuret dilakukan di
bawah prosedur anestesia lokal, awalnya tumor dikuret, kemudian tepi dan dasar
lesi dibersihkan dengan elektrodesikasi, diulang-ulang selama dua kali. Prosedur
ini relatif ringkas, praktis, dan cepat serta berbuah kesembuhan. Namun
kerugiannya, prosedur ini sangat tergantung pada operator dan sering meninggalkan
bekas berupa jaringan parut.(9)

3. Laser CO2
Sinar Laser adalah suatu gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang
tertentu, tidak memiliki efek radiasi dan memiliki afinitas tertentu terhadap suatu
bahan/target. Oleh karena memiliki sel target dan tidak memiliki efek radiasi
sebagaimana sinar lainnya, ia dapat digunakan untuk tujuan memotong jaringan,
membakar jaringan pada kedalaman tertentu, tanpa menimbulkan kerusakan pada
jaringan sekitarnya. Sebagai pengganti pisau bedah konvensional, memotong
jaringan sekaligus membakar pembuluh darah sehingga luka praktis tidak berdarah
saat memotong.(10)

4. Bedah skalpel
Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai sekarang ialah bedah skalpel.
Umumnya karena invasi tumor sering tidak terlihat sama dengan tepi lesi dari
permukaan, sebaiknya bedah ini dilebihkan 3-4 mm dari tepi lesi agar yakin bahwa
seluruh isi tumor bisa terbuang. Keuntungan prosedur ini ialah tingkat kesembuhan
yang tinggi serta perbaikan kosmetik yang sangat baik.
5. Dermabrasi
Prosedur dermabrasi dikerjakan menggunakan instrumen yang digerakkan motor
24,000 rpm dengan silinder sandpaper / wire brush. Menggunakan anestesi lokal
atau narkose. Perbaikan terjadi karena dermis yang ditipiskan dengan tehnik ini
tidak akan menebal kembali. Setelah luka sembuh ditutupi epitel baru yang
terbentuk diatas raw surface. Keberhasilan dan cepatnya penyembuhan tergantung
pertumbuhan sel-sel epitel, foilikel rambut, kelenjar keringat yang ada. Proses ini
menyerupai penyembuhan pada donor-site skin graft.(10)

F.2 Veruka Vulgaris

Bentuk ini paling sering ditemui pada anak-anak tetapi dapat juga pada orang
dewasa dan orang tua. Tempat predileksi utamanya adalah ekstremitas bagian
ekstensor. Pada anak, lesinya timbul multiple dan cepat meluas, karena autokulasi
atau garukan (fenomena koebner), sedang pada orang dewasa lesi ini jarang
didapatkan dalam jumlah banyak. (10)

Pada keadaan awal, ukurannya biasanya hanya sebesar pentol jarum dengan
permukaan halus dan mengkilat. Dalam waklu beberapa minggu atau bulan kian
membesar dan permukaannya menjadi kasar, berwarna abu-abu kecoklatan atau
kehitaman. Kadang-kadang beberapa lesi bergabung satu sama lain, menimbulkan
plak verukosa.

Pengobatan dapat dilakukan bermacam-macam tindakan yang bertujuan


endestruksi lesi: Bedah listrik dengan memakai bahan kaustik seperti : Larutan
perak nitrat 25%, TCA (Trichlor Acetic Acid) jenuh, Fenoil likuefaktum, Bedah
scalpel (ekstirpasi), Bedah beku : CO2, N 2, N2O

Prognosis baik tetapi penyakit sering residif walaupun telah dilakukan pengobatan
yang adekuat.

F.3. Acrochordon (skin tag)


Acrochordon memiliki sinonim skin tag, fibroepitelial polips, fibroma
pendularis, fibroepitelial papilloma. Merupakan tumor epitel kulit yang berupa
penonjolan pada permukaan kulit yang bersifat lunak dan berwarna seperti daging
atau hiperpigmentasi, melekat pada permukaan kulit dengan sebuah tangkai dan
biasa juga tidak bertangkai. Skin tag mempunyai prevalensi yang sama pada laki-
laki dan perempuan, ditemukan terutama pada orang gemuk dan terjadi peningkatan
pada perempuan hamil. Pada awalnya timbul pada umur 10-50 tahun dan meningkat
pada dekade kelima dan sekitar 95% ditemukan pada umur 70-an. Predileksi
ditemukan di daerah leher (35%), aksila (48%), kelopak mata, dan lipatan kulit
lainnya seperti lipatan paha dan payudara. Lesi ini telah diamati untuk mengikuti
kutil, keratosis seboroik, dan kondisi kulit inflamasi. Biasanya dalam bentuk papula
berdaging lunak, meskipun tidak selalu pedunculated, Lesi ditemukan soliter atau
multiple atau beberapa dapat bervariasi dengan diameter 1-6 mm dengan
hiperpigmentasi.

Penyebab skin tag ini masih diperdebatkan, mungkin berhubungan kondisi


inflamasi non spesifik dari kulit. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa skin
tag merupakan efek yang biasa terjadi akibat penuaan kulit dengan beberapa faktor
yang mempengaruhinya, diantara ketidakseimbangan hormon memudahkan
pertumbuhan skin tag misalnya pada peningkatan hormon estrogen dan
progesterone selama kehamilan, peningkatan hormon pertumbuhan dan
akromegali (10)

F.4. Dermatofibroma

Dermatofibroma merupakan suatu nodul yang berasal dari mesodermal dan


dermal. Belum diketahui secara pasti apakah lesi ini merupakan murni suatu
neoplasma atau reaksifibrotik dari trauma minor, gigitan serangga, infeksi virus,
ruptur kista, atau berasal dari folikulitis. Gejala yang dapat dirasakan dan menjadi
keluhan pada sebagian besar pasien adalah rasa gatal hebat pada daerah lesi dan
nyeri saat perabaan tetapi tidak umum. Terkadang pasien juga tidak bergejala.
Umumnya ditemukan pada wanita, tetapi sering juga ditemukan pada penderita usia
muda. Rata-rata lesi terjadi pada umur 17 tahun.

Predileksi dapat pada semua bagian tubuh, tetapi pada umumnya ditemukan
pada daerah anterior dan tungkai bawah serta punggung. Bentuk khas pada
dermatofibroma adalah nodul kecil, dengan ukuran 3-10 mm, namun ada juga
sampai diameter 1-3 cm. Bentuknya dapat berupa papul, plak atau nodul, batas
tegas, menetap dalam kulit dan dapat ditekan ke bawah atau sedikit meninggi. Suatu
tanda klinis khas yaitu “dample sign” atau “Fitzpatrick’s sign” yakni jika sisi lateral
ditekan maka akan membentuk cekungan pada kulit di atasnya.

Pada dermatofibroma multiple seringkali terdapat lingkaran


hiperpigmentasi yang sempit mengelilingi nodul, berwarna coklat hingga merah.

Beberapa pasien membutuhkan eksisi apabila ditemukan perbedaan


mencolok dengan kulit sekitar, dapat dilakukan eksisi ekiliptik. Metode lain yang
dapat digunakan adalah dengan mengikis daerah lesi menggunakan pisau bedah no.
15 agar dapat terjadi luka yang diharapkan akan bergranulasi dan reepitelisasi.(5,7)

F.5. Keloid

Keloid adalah pembentukan jaringan parut berlebihan yang tidak sesuai


dengan beratnya trauma. Kecenderungan timbul keloid lebih besar pada kulit
berwarna gelap. Cenderung timbul pada usia dewasa muda dan jarang pada usia
tua. Pertumbuhannya cenderung progresif. Predileksinyya terutama di daerah
sternum, bahu, cuping telinga, pinggang, dan wajah. Pada orang-orang yang
berbakat keloid, setiap kerusakan kulit akan menimbulkan keloid.

Insidens keloid bevariasi sesuai dengan umur, jenis kelamin, ras, lokasi
anatomi, dan tipe trauma. Keloid terutama terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
serta perempuan lebih banyak ditemukan menderita keloid dibanding laki-laki.
Keloid biasanya terjadi antara umur 10-30 tahun. Keloid lebih banyak ditemukan
pada orang kulit gelap. Orang Afrika dan Amerika lebih banyak menderita keloid
dibanding orang kaukasian.
Faktor-faktor yang menyokong timbulnya keloid, meliputi: Infeksi kronis,
benda asing dalam luka, tidak adanya relaksasi setempat saat penyembuhan luka,
regangan yang berlebihan pada pertautan luka. Keloid terbentuk 2-4 minggu atau
lebih dari 1 tahun setelah trauma. Selain itu keloid dapat juga timbul spontan dan
sering ditemukan adanya riwayat keluarga yang menderita keloid. Harus dibedakan
antara istilah keloid dan parut hipertrofik. Pada paru hipertrofik, besar parut sesuai
dengan lukanya. Parut ini tidak melewati batas tepi luka, timbul segera setelah luka
biasanya 4 minggu dan akan mengalami regresi.

Keloid ditangani secara konservatif yaitu dengan penyuntikan


kortikosteroid (misalnya golongan triamcinolon) intralesi keloid. Penyuntikan ini
diulang 2-3 minggu sekali sampai efek yang diinginkan tercapai. Cara ini cocok
untuk keloid yang tidak terlalu luas dan tebal.

Pembedahan sederhana untuk mengeksisi keloid harus dilakukan


dengan tissue handlingyang baik. Pembedahan pada keloid dapat berupa bedah
beku, bedah laser, bedah listrik, dan cryosurgery Penutupan kulit harus diusahakan
dengan regangan yang seminimal mungkin, kalau perlu dilakukan jahitan lapis
demi lapis untuk mendekatkan jaringan dibawah kulit dalam rangka meminimalkan
regangan. skin grafting dapat juga digunakan untuk mengurangi ketegangan kulit.
Usahakan untuk mencegah semua sumber inflamasi post operatif seperti
terperangkapnya folikel rambut, benda asing, hematom dan infeksi. Angka
rekurensi pembedahan sendiri sekitar 45-100%. Oleh karena itu pembedahan akan
lebih efektif bila dikombinasi dengan eksternal radiasi, dan injeksi kortikosteroid.
Cegah terjadinya reaksi inflamasi di daerah operasi, kombinasi dengan radiasi
eksternal atau injeksi kortikosteroid.

F.6. Kista Ateroma


Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan
berdinding tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk
akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar tersebut. Disebut juga kista sebacea,
kista epidermal. Sumbatan pada muara kelenjar sebacea, dapat disebabkan oleh
infeksi, trauma (luka/benturan), atau jerawat. Banyak dijumpai di kulit yang banyak
mengandung kelenjar keringat, misalnya di muka, kepala, punggung. Bentuk bulat,
berbatas tegas, berdinding tipis, dapat digerakkan, melekat pada kulit di atasnya.
Isinya cairan kental berwarna putih abu-abu, kadang disertai bau asam. Merah dan
nyeri jika terjadi peradangan.

Penatalaksanaan kista ateroma dilakukan dengan mengambil benjolan


dengan menyertakan kulit dan isinya, tujuannya untuk mengangkat seluruh bagian
kista hingga ke dindingnya secara utuh. Bila dinding kista tertinggal saat eksisi,
kista dapat kambuh, oleh karena itu, harus dipastikan seluruh dinding kista telah
terangkat.

Bila terjadi infeksi sekunder, dan terbentuk abses, dilakukan pembedahan


dan evakuasi nanah, biasanya diberikan antibiotik selama 2 minggu. Terapi
antibiotik diberikan jika ada tanda infeksi yaitu kemerahan dan inflamasi, yang
tersering oleh bakteri staphylococci. Setelah luka tenang (3-6 bulan) dapat
dilakukan operasi untuk kista ateromanya.(10,11)

F.7. Kista Dermoid

Sinonim dari penyakit ini kista dermoid brankhiogenik. Kista dermoid


merupakan kista yang berasal dari ektodermal, dindingnya dibatasi oleh epitel
skuamosa berlapis dan berisi apendiks kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi
embrional. Epidemiologi kista dermoid jarang terjadi, mengenai pria dan wanita
sama banyaknya, namun ada pendapat lain yang mengatakan lebih banyak dijumpai
pada pria. Etiologi kista ini berkembang dari sekuesterasi epitel sepanjang garis fusi
embrionik.
Manifestasi klinik berupa nodul intrakutan atau subkutan, soliter berukuran
l-4 cm, mudah digerakkan dari kulit diatasnya dan dari jaringan di bawahnya. Pada
perabaan, permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal, dan secara
makroskopis isi kista berupa material keratin yang berlemak dengan rambut, juga
kadang-kadang tulang, gigi atau jaringan syaraf. Lokasi tumor biasanya pada kepala
dan leher, pada garis fusi embrionik kadang juga pada ovarium.

Histopatologi tampak dinding kista berupa epidermis dengan apendiksnya


yang sudah sempurna perkembangannya, sehingga sering dijumpai adanya folikel
rambut yang tumbuh ke dalam lumen kista. Sedangkan dermis mengelilingi kista,
dan mengandung kelenjar sebasea, kelenjar ekrin dan kadang-kadang apokrin.
Diagnosis banding : Kista epitel lainnya, Glioma Ensefalokel

Pengobatan yaitu eksisi total. Bila terdapat traktus sinus maka harus
dilakukan eksplorasi dan eksisi guna mencegah rekurensi. Prognosis bila eksisi
dilakukan secara komplit, maka hasilnya bersifat kuratif.

F.8. Kista Epidermoid

Kista epidermoid berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan


subkutis akibat trauma tajam Sel-sel tersebut berkembang kista dengan dinding
putih tebal, bebas dari dasar berisi massa seperti bubur, yaitu hasil keratinisasi,
sebagian mengandung elemen rambut (pilar atau trichilemmal cyst). Penyebabnya
tidak diketahui, diperkirakan oleh karena adanya dilatasi folikel rambut oleh
trauma.

Kista ini biasa ditemukan pada telapak kaki atau telapak tangan, yaitu yang
epidermalnya tebal dan mudah mengalami trauma. Kista jarang menjadi besar tetapi
cukup menggangu karena lokasinya. Kista epidermoid banyak terjadi pada umur
30-40 tahun.

Terapi terdiri dari eksisi lengkap termasuk punctum pada permukaan kulit
dan meluas ke bawah sampai dinding kista. Eksisi lengkap diperlukan untuk
mencegah rekurensi akibat elemen epidermis yang tertinggal. Jika terinfeksi, insisi
dan drainase diindikasikan karena dinding sangat rapuh untuk dieksisi secara
meyakinkan. Eksisi sekunder setelah infeksi sembuh lalu diindikasikan untuk
mencegah infeksi rekuren.

F.9. Keratoakantoma

Keratoakantoma adalah tumor kulit jinak yang berupa benjolan bulat dan
keras, biasanya berwarna seperti daging dengan bagian tengah seperti kawah yang
mengandung bahan lengket. Diduga sinar matahari memegang peran yang penting
dalam terjadinya keratoakantoma.

Tampaknya keratoakantoma muncul dari sebuah akar rambut sehingga


mereka hanya tumbuh di daerah kulit yang berambut. Cedera ringan merupakan
faktor pemicu terjadinya keratoakantoma.

Keratoakantoma seringkali muncul di daerah kulit yang mengalami cedera.


Pada mulanya tampak sebagai beruntusan/bisul kecil dengan bagian tengah yang
keras. Kemudian akan terbentuk benjolan bulat dan keras, biasanya berwarna
seperti daging dengan bagian tengah seperti kawah yang mengandung bahan yang
lengket. Pertumbuhannya sangat cepat dan dalam waktu 1-2 bulan, ukurannya bisa
mencapai 5 cm. Beberapa bulan kemudian keratoakantoma akan menghilang
dengan sendirinya tetapi mungkin akan meninggalkan jaringan parut. Sering
ditemukan di wajah, lengan dan punggung tangan.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat


diagnosis dan memastikan bahwa kelainan yang terjadi bukan merupakan suatu
keganasan, bisa dilakukan biopsi.

Terdapat beberapa cara untuk mengobati keratoakantoma:

1. Pembekuan

Keratoakantoma yang kecil bisa diobati dengan pembekuan oleh larutan nitrogen,
baik dalam bentuk semprotan atau dioleskan dengan kapas. Setelah pemberian
nitrogen, akan terjadi pembengkakan dengan atau tanpa lepuhan, yang
selanjutnya akan mengering dan membentuk keropeng dalam waktu sekitar 2
minggu.

2. Kuretase dan kauterisasi.

Cara ini kadang digunakan untuk keratoakantoma yang lebih tebal.


Penyembuhan biasanya terjadi dalam waktu 3 minggu dan meninggalkan jaringan
parut yang tidak terlalu mengganggu penampilan.

3. Eksisi

Keratoakantoma disayat membentuk elips dan bekas sayatan dijahit. 1 minggu


kemudian jahitan diangkat dan akan meninggalkan jaringan parut berbentuk garis.

4. Radioterapi

Kadang keratoakantoma yang besar diobati dengan penyinaran. Pengobatan ini


tidak menimbulkan nyeri dan penyembuhan akan terjadi beberapa minggu
sesudahnya.

5. Pemberian 5 –Fluorouracil topical

Dapat mengobati lesi dalam waktu 1-6 minggu, sedangkan pemberian 5 –


Fluorouracil injeksi intralesi dapat mengobati lesi dalam waktu 1-9 minggu. Selain
itu dapat pula diberikan imiquimod, podophyllum resin, metotrexate injeksi intra
lesi, interferon alfa-2 injeksi intra lesi, dan isotretinoin.

F.10. Nevus

Nevus pigmentosus ialah tumor yang berwarna hitam atau hitam kecokelatan,
karena sel melanosit mengandung pigmen melanin. Nevus itu pada umumnya
berupa nodus atau plaque kecil kurang dari 1 cm, pada kulit, tetapi ada pula yang
terdapat pada mukosa mulut, rectum, dan konjungtiva, dan sebagainya.
Jenis-jenis nevus, meliputi:

1. Nevus intradermal
2. Nevus junctional
3. Nevus compound
4. Nevus biru
5. Giant pigmeted nevus
6. Nevus epitelid/juvenile melanoma
Ada bermacam-macam nevus. Sebagian besar (75%) nevus itu adalah tipe
intradermal. Penting diketahui ada beberapa jenis nevus yang merupakan lesi pra-
kanke, seperti: nevus junctional dan nevus compound. Demikian pula ada nevus
yang yang patologik kelihatannya seperti ganas, tetapi klinik adalah jinak, yaitu
juvenile melanoma. Terpenting ialah beberapa jenis nevus yang bersifat jinak dapat
berubah menjadi ganas, menjadi melanoma maligna.

Adapun gejala nevus maligna:

1. Membesar
2. Bertambah hitam
3. Terasa gatal
4. Berdarah
5. Timbul ulserasi
6. Ada penyebaran pigmen nevus
7. Rambut pada nevus rontok
8. Ada metastasis di kelenjar limfe regional.
Pada umumnya nevus tidak perlu diberi terapi kecuali untuk kosmetik dan
mencegah terjadinya kanker pada nevus pra-maligna. Adapun tindakan yang biasa
dilakukan:

 Eksisi simple
Spesimen operasi periksa patologis. Tidak dianjurkan melakukan elektrokoagulasi,
cryosurgery karena tidak ada bahan untuk pemeriksaan patologi.
 Re-eksisi luas
Kalau pada pemeriksaan patologi dicurigai suatu melanoma maligna, lakukan eksisi
luas, dan tentukan radikalitas operasi.

F.11. Siringoma

Siringoma adalah tumor jinak adenoma duktus kelenjar ekrin intraepidermis dan
digolongkan dalam less mature tumors. Terdapat 2 bentuk klinis, namun ada penulis
lain yang membaginya menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Siringoma periorbital (Periorbital Syrigoma)

2.Siringoma eruptif (Eruptive syringoma, Eruptive hidradenoma,Disseminated

syringoma)

3.Varian lain : bentuk linear unilateral atau distribusi nevoid, terbatas linear,
terbatas pada scalp, terbatas pada vulva, terbatas pada ekstremitas distal, lichen
planus-like, tipe milia (milia like).

Bentuk klinis tersering atau pada umumya ialah bentuk periorbital, dan
tempat predileksi tersering mula timbul di periorbita inferior/kelopak mata bagian
bawah. Lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria, dengan awitan usia
tersering ialah pubertas, namun penulis lain menyebutkan dapat timbul pada
kelompok usia manapun dan decade 2 dan 3 adalah kelompok usia yang paling
umum dijumpai.

Gambaran klinis lesi ialah papul-papul datar lunak/padat lunak, diameter l-


2mm/2-3mm, dengan warna umumnya seperti wama kulit (Skincolored) atau
sedikit kekuningan tapi dapat pula agak merah muda atau bahkan kecoklatan, yang
tersebar khususnya di daerah kelopak mata, leher, serta dapat pula dalam bentuk
generalisata yaitu pada dada, daerah epigastrik atau abdomen dan bahkan dapat pula
di daerah penis, vulva serta jari-jari tangan.
Diagnosis banding klinis yang tersering ialah milia, kemudian dapat juga
terbuka plana dan angiofibroma. atau hyperplasia sebease, xanthoma eruptif,
hidrostoma dan akne vulgaris.

Gambaran histopatologis siringoma ialah ditemukannya sjeumlah besar


duktus kecil dalam stroma fibrosa dengan dinding terdiri dari 2 baris sel epitel yang
pada banyak kasus sel-sel tersebut pipih atau gepeng, Kadang-kadang sel-sel epitel
pada baris dalam tampak berongga (vacuolated). Lumen duktus mengandung debris
amorfik. Juga ditemukan adanya epitel strand yang solid dan basofilik diluar
duktus. Kadang-kadang dekat epidermis dijumpai kista duktus yang didalam
luminanya dipenuhi dengan keratin dan dibatasi dengan sel-sel yang mengandung
granula keratohialin. Kista keratin ini menyerupai milia dan terkadang mengalami
ruptur sehingga menimbulkan reaksi benda asing. Dalam keadaan jarang, sel-sel
tumor tampak seperti clear cells sebagai akibat akumulasi glikogen. Untuk
memastikan asal tumor yaitu diferensiasi ekrin dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan imunohistokimiawi.

Pengobatan pilihan destruksi tumor, antara lain dengan cara kuretase, dapat
pula dilakukan kauterisasi kimiawi, biopsy plong, elektrodesikasi dan laser
CO2 defocused beam. Beberapa teknik pengobatan siringoma belakangan ini
banyak dikembangkan antara lain elektrodesikasi dengan menggunakan short burst
high frequency low voltage intralesional dengan memakai elektroda jarum halus
atau jarum epilasi, atau scanned CO2 laser dan kombinasi laser CO2 vaporisasi
dengan aplikasi asam trikloroasetat memberikan hasil yang cukup memuaskan,
tanpa jaringan parut da bebas lesi 24 bulan hingga 4 tahun. Yang utama dalam
penatalaksanaan siringoma ini ialah memberi keyakinan pada penderita bahwa
kelainan ini tidak membahayakan sehingga tidak diperlukan tindakan agresif bila
kelainannya masih sedikit disebutkan oleh satu penulis sebagai pilihan pengobatan
yang kerap terbaik.
F.12. Xanthelasma

Bentuk ini adalah bentuk yang paling sering ditemukan diantara xantoma,
terdapat pada kelopak mata, khas dengan papula/plak yang lunak memanjang
berwarna kuning-oranye, biasanya pada kantus bagian dalam. Khas juga, panjang
lesi 2-3 cm dan biasanya simetris, yang condong menetap, berlanjut, multiple dan
bersatu. Seringkali xantalasma disertai dengan tipe xantoma yang lain, tetapi
umumnya berdiri sendiri.

Kelainan ini terlihat pada umur pertengahan. Biasa ditemukan pada wanita
yang menderita penyakit hati dan bilier. Xantelasma juga dapat terlihat pada
bermacam hiperpoproteiemia familier, teristimewa pada hiperkolesterolemia. Juga
biasa ditemukan pada xantoma planum generalisata, penyakit obstruksi hepar
miksedema, diabetes fitosterolemia.

Diagnosis klinik xantoma primer sangat khas. Pada pemeriksaan ditemukan


macula, papula, plak atau nodula yang berwarna kekuning-kuningan dan pada
anamnesa ditemukan adanya anggota keluarga menderita penyakit yang sama atau
familier. Disamping tanda dan gejala klinis yang khas, untuk pengobatan perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan total kolesterol,
trigliserioda” HDL dan LDL kolesterol dan total lipid untuk menetapkan diagnosis
Pengobatan yang berhasil pada xantelasma hanya pembedahan. Pengobatan juga
berhasil dengan fulgurasi, kauter dengan asam trikorasetik, laser CO2 dan cara
lainnya. Semua pengobatan ini tidak menjamin bahwa tidak akan timbulnya lesi
yang baru. Pada xantoma yang lain kura mengobati secara simptomatis, jika
xantomanya terlalu besar dan mengganggu dapat dilakukan operasi eksterpasi.
Tetapi obat dan makanan juga dilakukan, untuk menjaga agar penyakit jangan
sampai berlanjut ke tingkat yang lebih parah atau fatal.

F.13. Stucco Keratosis


Dikenal juga dengan istilah barnacles, biasa didapatkan tetapi jarang
diperhatikan, berbentuk papular, dan lesi yang hampir menyerupai veruka,
berwarna putih, umumnya ditemukan pada tungkai bawah, khususnya disekitar
tendo achilles, bagian dorsal dari kai dan orang tua dapat ditemukan pada lengan
atas. Berukuran satu hingga sepuluh milimeter, berbentuk bulat, sangat kering dan
terfiksir. Biasanya ditandai dengan gejala awal berupa kulit kering.

Tumor dapat diangkat tanpa menyebabkan perdarahan, tetapi lesi dapat


timbul kembali dalam waktu singkat. Lesi dapat diangkat dengan kuretase ataupun
Cryosurgery. Biopsi eksisi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara
histologis. Biopsi eksisi memiliki keuntungan karena merupakan operasi satu tahap
untuk diagnosis dan terapi definitif jika lesi lunak.

F.14. Kutaneus Horn

Kutaneus Horn merupakan pertumbuhan keratin yang keras dan menyerupai


tanduk binatang. Dikenal juga dengan istilah cornu kutaneus. Berlokasi di wajah,
telinga, dan tangan serta dapat tumbuh memanjang. Veruca vulgaris, keratosis
seboroik, keratosis aktinik dan karsinoma sel squamosa dapat menyebabkan
terbentuknya keratin serta menghasilkan tanduk.

F.15. Hemangioma

Hemangioma merupakan tumor yang terdiri atas pembuluh darah. Ada dua
golongan besar, yaitu jenis kapiler dan jenis kavernosa. Hemangioma jenis kapiler
disebut juga nevus kapilare. Jenis kapilare terdiri atas nevus simpleks kalau sudah
terbentuk seperti buah arbei menonjol, berwarna merah cerah dengan cekungan
kecil. Perkembangannya dimulai dengan titik kecil pada usia lahir, membesar cepat
dan menetap pada usia kira-kira delapan bulan. Kemudian akan mengalami regresi
spontan dan menjadi pucat karena fibrosis seteleh usia satu tahun.

Hemangioma kavernosum terdiri atas jalinan pembuluh darah yang


membentuk rongga. Kelainannya berada di jaringan yang lebih dalam dari dermis.
Dari luar tampak sebagai tumor kebiruan yang dapat dikempeskan dengan
penekanan, tetapi menonjol kembali setelah penekanan dilepaskan. Hemangioma
ini tidak dapat mengalami regresi spontan, malah sering progresif. Jenis
kavernosum bisa meluas dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Jaringan di atas
hemangioma dapat mengalami iskemia sehingga mudah rusak oleh iritasi.

Tata Laksana Hemangioma

Hemangioma buah arbei sebaiknya dibiarkan mengalami regresi spontan.


Jadi walaupun besar, mencolok, dan tampak menakutkan, jenis ini tidak
memerlukan tindakan selain pemasangan pembalut elastis dengan sedikit
penekanan secara terus menerus. Tindakan ini membantu mempercepat proses
regresi. Jenis Flameus ditanggulangi dengan eksisi, kalau perlu ditambah dengan
jangkok kulit. Dapat juga dilakukan perajahan (tatoase) untuk menyamarkan warna.
Untuk hemangioma kavernosum satu-satunya terapi ialah ekstirpasi. Pada jenis
yang luas dapat dibantu dengan embolisasi dengan panduan angiographi.
Embolisasi membantu memperkecil tumor untuk memudahkan tindakan bedah.
Kadang infiltrasi menyesup jauh ke dalam sehingga diperlukan pembedahan luas.
Kelaianan ini dapat kambuh dari sisa hemangioma yang sukar dicapai dengan
pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai