Bangunan Lepas Pantai PDF
Bangunan Lepas Pantai PDF
50
40
No of wells
30
20
10
0
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Fungsi:
Struktur untuk eksplorasi
Struktur untuk produksi
Struktur untuk penampungan (storage)
Struktur untuk pemuatan (loading)
Bahan:
Rangka baja
Beton
Campuran/hibrid
Struktur:
Jacket type – fixed steel platform
Concrete gravity platform
Articulated tower
Compliant tower
Tension-leged platform
Buoy-type platform
Fixed jacket platform
Jenis ini merupakan anjungan
lepas pantai yang paling populer
karena perancangan dan
pelaksanaannya relatif mudah.
Bangunan jenis ini dapat dipakai
untuk perairan dangkal hingga
sedang. Di Indonesia seluruh
anjungan lepas pantai yang
sudah dibuat adalah dari jenis
ini.
Anjungan jenis ini umumnya
digunakan hingga kedalaman air
185 m, meski rancangan untuk
kedalaman hingga 488 m sudah
dibuat.
Concrete gravity platform
Anjungan dari struktur
beton mulai banyak
dikembangkan dalam
eksplorasi minyak Laut
Utara. Anjungan ini
sekaligus dapat digunakan
sebagai tempat
penyimpanan minyak. Pada
Gambar 1-2 ditunjukkan
contoh anjungan jenis
concrete gravity platform ini.
Articulated tower
Struktur ini pertama kali diperkenalkan untuk pemuatan
minyak (offloading) di Laut Utara. Articulated tower
terdiri dari platform yang disangga oleh satu kolom utama
dari tabung-tabung baja yang mantap di posisinya karena
berat sendiri serta tetap tegak karena pengapungan
bagian atas. Dengan sistem ini tidak akan terjadi puntiran
serta tidak terjadi beban momen pada fondasi.
Guyed tower
Struktur ini serupa dengan articulated tower, hanya saja
gaya gelombang ditahan oleh tali-tali baja ke dasar laut
Tension leged platform
Dengan semakin dalamnya
ladang minyak lepas pantai,
maka dikembangkanlah
struktur anjungan jenis
tension leged platform yang
cocok untuk perairan dalam.
Anjungan ini ditahan oleh
kaki yang berupa batang
tarik yang terbuat dari kabel
baja prategang
Buoy typed platform (SPM)
Anjungan apung terutama digunakan pada
eksploitasi awal atau untuk anjungan tambat kapal
tanker. Struktur ini bersifat fleksibel.
S NV
f =
D
dengan: V = kecepatan angin,
D = diameter,
SN = bilangan Strouhal .
Untuk bangunan silindris pada bilangan Reynolds Rn< 6x105, nilai
rerata SN adalah 0,2. Sedangkan pada Rn>6 x 105, nilai SN sekitar 0,4.
Untuk bagian struktur yang bulat, pembentukan vortex sangat
bergantung pada bilangan Rn alirannya. Bila Rn < 6 x 105, pembentukan
vortex adalah acak.
Flare suatu anjungan dibuat dari rangka baja
dengan ukuran tinggi 20 m di atas anjungan,
struktur rangka baja tersebut diasumsikan
setara dengan bangunan silinder masif dengan
diameter 2 m. Kecepatan angin rencana pada
ketinggian 5 feet adalah 100 knot. Hitung gaya
angin berdasar rumus API, ABS, dan DNV
Hitung pula frekuensi getaran akibat vortex
shedding pada flare stack tersebut (asumsikan
Rn>6 x 105)
Bentuk gaya
Hydrostatic
Hydrodynamic
Impact loading
Keadaan gelombang
Non breaking wave
Breaking wave
Broken wave
∂ 2φ ∂ 2φ − H cosh k (d + z )
2+
+ 2
= 0 φ = C sin θ
∂x ∂z 2 sinh( kd )
2
∂φ
+ 1
⎡ ⎛ ∂ φ ⎞
2
⎟ +
2
⎛ ∂ φ ⎞ ⎤ p
⎟ ⎥ + + gz = 0
σ = gktanh kd
2 ⎢ ⎜ ⎜
∂t ⎢⎣ ⎝ ∂ x ⎠ ⎝ ∂ z ⎠ ⎥⎦ ρ
∂φ
w= = 0 (z = − d )
∂z
∂φ ⎡ ⎛ ∂ φ ⎞ 2 ⎛ ∂ φ ⎞ 2 ⎤
gη + + 1
2 ⎢ ⎜ ⎟ + ⎜ ⎟ ⎥ = 0 (z = η )
∂t ⎣⎢ ⎝ ∂ x ⎠ ⎝ ∂ z ⎠ ⎥⎦
∂p ∂φ ∂p ∂φ ∂p
+ + = 0 ( p = 0)
∂t ∂x ∂x ∂z ∂z
2 ∂ 2φ 1 ∂φ ∂ 2φ
∇ φ = + 2 + 2 2 = 0
Steady flow 2
∂r r ∂r r ∂θ
Silinder pada aliran ∂φ 1 ∂φ
ur = − , uθ = −
(potensial) searah ∂r r ∂θ
⎛ a 2 ⎞
φ (r , θ ) = U (t )r ⎜⎜ 1 + 2 ⎟⎟ cos θ
⎝ r ⎠
∂φ
u r (a,0) = − = 0
∂r r= a
1 2 3 4 5 6 4
-1
2
-2
-3 -2 -1 1 2 3
-3
-2
2π
dFD = ∫ p(a, θ )a cos θ dθ
0
-4
2π ⎡ ρ U 2 (t ) 2 ⎤
= ∫ ⎢ (1 − 4 sin θ ) + p (l , 0 ) ⎥ a cos θ dθ
0
⎣ 2 ⎦
= 0 -6
Wake behind the cylinder
Potential flow 1
Re=6,7 x 105
1 2 3 4 5 6
-1 Re=1,9 x 105
Near const
-2
pressure f(Re)
-3
⎡ ρ U 2 (t )
θs ⎤ π
dFD = 2 ∫ ⎢ (1 − 4 sin 2 θ )⎥ a cos θ dθ + 2∫ pwake a cos θ dθ
0
⎣ 2 ⎦ θs
⎡ θ s π pwake ⎤
= ρ U 2 (t )a ⎢ ∫ (1 − 4 sin 2 θ )a cos θ dθ + ∫ cos θ d θ ⎥
θ s ρ U 2 (t ) / 2
⎣ 0 ⎦
U 2 (t ) AU 2 (t )
dFD = C D (Re) ρ D = CD ρ
2 2
CD
100
CD
10
0.1
1.E-01 1.E+00 1.E+01 1.E+02 1.E+03 1.E+04 1.E+05 1.E+06
U 2 (t ) AU 2 (t ) Re
dFD = C D (Re) ρ D = CD ρ
2 2
Integrating remaining term of Bernoulli
2π dU (t ) 2 2π dU (t ) =0
dFI = ∫ ρ 2a cos 2 θ dθ − ∫ ρ la cos θ dθ
0 dt 0 dt
dU dU
dFI = ρ a 2 2 π = 2ρ π a 2
dt dt
dU
dFI = CM ρ V , CM = 1 + k m
dt
η η π D 2 Du
= ∫ 1
C D ρ Du u dz + ∫ ρ CM dz
−h 2 −h 4 Dt
2
ρ C D D 0 ⎛ H ⎞ 2 cosh 2 k (h + z )
F= ⎜ ⎟ σ cos(kx1 − σ t ) cos(kx1 − σ t ) dz
2 ∫ − h ⎝ 2 ⎠ sinh 2 kh
ρ CM π D 2 0 H 2 cosh k (h + z )
+
4 ∫ − h 2 σ sinh kh sin(kx1 − σ t )dz
ρ C D DH 2 g ⎛ 2kh + sinh 2kh ⎞
F= ⎜ ⎟ cos(kx1 − σ t ) cos(kx1 − σ t )
4 sinh 2kh ⎝ 4 ⎠
ρ π D2H H 2
+ CM σ sin( kx1 − σ t )
4k 2
F = C D DnE cos(kx1 − σ t ) cos(kx1 − σ t )
D/H indicates relative
D
+ CM π DE tanh kh sin( kx1 − σ t ) importance of inertial to
H
drag force components
1 ⎛ 2kh ⎞
x1 = lokasi tiang; E = ρ gH 2 ; n = Cg / C = 1
2 ⎜ 1 + ⎟
8 ⎝ sinh 2 kh ⎠
η η
M= ∫ dM = ∫ ( h + z )dF
−h −h
η η π D 2 Du
= ∫ (h + z ) C D ρ Du u dz + ∫ (h + z ) ρ CM
1
2
dz
−h −h 4 Dt
⎧⎪ ⎡ 1 ⎛ cosh 2kh − 1 + 2( kh) 2 ⎞ ⎤ ⎫⎪
M = C D DnE cos(kx1 − σ t ) cos(kx1 − σ t ) ⎨ h ⎢ 1 − ⎜⎜ ⎟⎟ ⎥ ⎬
⎪⎩ ⎣ 2n ⎝ 2kh sinh 2kh ⎠ ⎦ ⎪⎭
D ⎧ ⎡ cosh kh − 1⎤ ⎫
+ C M π DE tanh kh sin( kx1 − σ t )⎨ h ⎢ 1 − ⎥⎦ ⎬
H ⎩ ⎣ kh sinh kh ⎭
Terms in { . } indicates resp.
lever arm for moment
Method-1: based on wave phase
CD in phase with wave crest CD =
Fm
2
2 ρ Au
1
l l 2 l
⎡ ρ A ⎛ Du ⎞ ⎤ ⎛ Du ⎞ ⎛ Du ⎞
C D ∑ ⎢ ⎜ ⎟ (u u )i ⎥ + C M ∑ ρ V ⎜ ⎟ = ∑ Fmi ⎜ ⎟
i = 1 ⎣ 2 ⎝ Dt ⎠ i ⎦ i= 1 ⎝ Dt ⎠ i= 1 ⎝ Dt ⎠ i
Error surface
CM
Isoline of ε2(CD, CM)
l
ε2= ∑ Fm2i − 2 DC D − 2GCM + AC D2 + 2 BCD CM + FCM2
i= 1
l
2
ε − ∑ Fm2i = AC D2 − 2 DC D + 2 BCD CM − 2GCM + FCM2
i= 1
⎡ 2 2C D D ⎛ D ⎞ 2 ⎤ ⎡ 2 2G 2
⎛ G ⎞ ⎤
A⎢ C D − + ⎜ ⎟ ⎥ + F ⎢ CM − CM + ⎜ ⎟ ⎥
⎢⎣ A ⎝ A ⎠ ⎥⎦ ⎢⎣ F ⎝ F ⎠ ⎥⎦
2
l
D2 G2
= ε − ∑ Fmi + + (= J )
i= 1 A F
(CD − D / A) 2 (C D − G / F ) 2
+ =1
J/A J/F
π DCm 2 sinh 2 kh
sin θ = ±
HC D 2kh + sinh 2kh
Tinggi gelombang 5 m, kedalaman air 15 m,
periode gelombang 12 sekon
Silinder diameter 1 m, CD = 1,2; CM = 2; posisi
c.p. batang 5 m di bawah air, panjang batang 5
m.
Batang membentuk sudut 15o terhadap bidang
horizontal dan 200 terhadap arah rambat
gelombang
Hitunglah dan gambar gaya gelombang
(fungsi waktu)
Hitung fase beban max, dan hitung gaya max
dF = 1
2 C D AD w w + CM AI w
dFx = 1
2 C D ρ AVnu n + CM ρ Vanx
dFy = 1
C D ρ AVn vn + CM ρ Vany
φ
2
dFz = 1
2 C D ρ AVn wn + CM ρ Vanz
Vn = (U 2 + W 2 − (C xU 2 + C zW 2 ))1/ 2
u n = U − C x (C xU + C zW )
vn = C y (C xU + C zW )
wn = W − C z (C xU + C zW ) φ
C x = sin φ cos θ
C y = sin φ sin θ
θ
C z = cos φ
anx = a x − C x (C x a x + C z a z )
any = C y (C x a x + C z a z )
anz = a z − C z (C x a x + C z a z )
Bagian-bagian struktur di daerah cipratan air (splash zone) dapat
mengalami pukulan gelombang.
Besarnya gaya akibat beban kejut semacam ini sulit dipastikan,
DNV menyarankan penggunaan rumus berikut untuk
memperkirakan besarnya gaya pukulasn gelombang
Fs = 0,5 ρCsDu2
dengan:
Fs = gaya akibat pukulan gelombang per satuan panjang,
Cs = coefisien pukulan (Cs > 3,0 untuk batang silindris),
u = kecepatan partikel air tegak lurus batang,
D = diameter.
Vortex shedding dapat terjadi saat gelombang
melintasi struktur.
DNV: vortex shedding harus ditinjau bila
Vr>1,0 dan Kc > 3,0.
Vr adalah faktor pengurangan kecepatan dan
Kc adalah bilangan Keulegan-Carpenter yang dinyatakan
dalam persamaan berikut
Kc = VbT/D
dengan: Vb = kecepatan orbital maksimum,
T = periode gelombang,
D = diameter batang.
Gaya per satuan panjang akibat vortex-shedding dapat dihitung dengan rumus
berikut
Fv = 0,5 ρCfAu2
dengan: u = kecepatan aliran tegak-lurus batang,
ρ = rapat massa air,
Cf = koefisien fluktuasi.
Koefisien fluktuasi Cf dapat dilihat dalam peraturan DNV. Bila terjadi
resonansi oleh vortex shedding, amplifikasi dinamik harus diperhitungkan.
DNV menyarankan faktor beban dinamik sebagai berikut:
1
DLF = (1 − e − 2π nξ )
2ξ
dengan: ξ = rasio peredaman (untuk struktur lepas pantai =
0,02)
n = jumlah siklus beban selama separo periode gelombang.
Histogram gelombang
Spektrum gelombang
Distribusi probabilitas gelombang
η (t ) = ∑ ( a cos nω t + b n n sin nω t )
2 Ts
an = ∫ η (t ) cos nω tdt
Dasar: deret Fourier T 0
2 Ts
bn = ∫ η (t ) sin nω tdt
T 0
∞ 2
E= 1
2 ρ g∫
−∞
[η (t )] dt
Distribusi Rayleigh 2H i − Hi2 H rms 2
p( H i ) = 2
e
H rms
p(Hi) adalah persentase kejadian gelombang dengan tinggi Hi yang akan
terjadi dari seluruh gelombang dalam suatu rangkaian kejadian. H2
adalah rerata kuadrat tinggi gelombang
2
1 N H rms
2
H rms = ∑ Hi
2
E = ρg
N i= 1 8
Hi − H i 2 H rms 2 n
P( H i ) = 1 − ∫ p ( H i )dH = e =
0 N
Persamaan tersebut berarti bahwa dari sejumlah N gelombang, akan
terjadi sejumlah n gelombang yang lebih tinggi dari Hi. Dengan distribusi
tersebut, tinggi gelombang rerata, tinggi gelombang signifikan, dan tinggi
gelombang lainnya dapat ditentukan.
Dari distribusi Rayleigh:
Tinggi gel rerata: H 0 = 0,89 H rms
dengan
⎡ ( f − f p ) 2 ⎤
a = exp ⎢ − 2 2 ⎥
⎢⎣ 2σ f p ⎥⎦
γ = 3,3
1 Pengukuran gelombang di laut selatan selama 4
jam pada keadaan fully developed sea
menghasilkan spektrum yang mendekati spektrum
Bretschneider. Kecepatan angin pada saat itu 25 m/
sekon. Pada perairan tersebut akan dibuat OTEC
pada kedalaman air 2000 m dengan struktur utama
berupa pipa berdiameter 5 m. Hitunglah:
a. tinggi gelombang signifikan
b. berapakah tinggi gelombang yang dilampaui oleh
10% gelombang tertinggi
c hitung dan gambarlah spektrum gelombang
tersebut
D/L > 0,2 refleksi dari struktur kecil,
“wake” tak nyata
F = C ∫ ∫ p n dS
Teori Froude-Krylov x H
S
x
F = C ∫ ∫ p n dS
z v z
S
H cosh kz
p= ρg cos(kx − σ t )
Teori gel linier: 2 cosh kh
dS
= CH
π ρ gHka 2l
cosh kz0 sin σ t Fx = C H ρ Vu0
2 cosh kh
2π
ρ gHal
Fz = CV ∫ cosh k (a sin θ + z0 ) cos(ka cos θ + σ t ) sin θ dθ
2 cosh kh 0
π ρ gHka 2l
l
= CV sinh kz0 cos σ t Fz = CV ρ Vw 0
2 cosh kh
a θ
V
B. Separo silinder horizontal
π ρ gHka 2l
Fx = C H [ cosh kz0 + C1 sinh kz0 ] sin σ t
4 cosh kh
2 ⎡ cos(ka) sin(ka) ⎤
C1 = ⎢ − + Si (ka)⎥
π ⎣ ka ka 2
⎦ F = C
x ρ V [ u0 + C1 (ka)σ w0 ]
H
ka ⎛ sin α ⎞
Si (ka) = ∫ 0
⎜
⎝ α
⎟ dα
⎠
utk z0 = 0 ⇒ Fx = C H ρ Vu0
π ρ gHka 2l
Fz = CV [ sinh kz0 + C2 cosh kz0 ] cos σ t
4 cosh kh
2 ⎡ cos(ka) sin( ka) ⎤ l
C2 = ⎢ + + Si ( ka ) ⎥
π ⎣ ka (ka) 2 ⎦
Fz = CV ρ V [ w 0 + C2 (ka)σ u0 ] a θ
V
C. Bola
x = a sin θ cosψ
z = a cos θ + z0
2π ρ gHka 3
Fx = C H cosh kz0 sin σ t
3 cosh kh a
θ
Fx = C H ρ Vu0 ψ
2π ρ gHka 3
Fz = CV sinh kz0 cos σ t
3 cosh kh
Fz = CV ρ Vw 0
D. Setengah Bola
π ρ gHka 3
Fx = C H [cosh kz0 + C3 sinh kz0 ] sin σ t
3 cosh kh
∞
2 n n!
C3 = 3∑ (ka) n − 1 J n + 2 (ka)
n = 0 ( 2n + 1)!
θ a
Fx = C H ρ V [u0 + C3 (ka)σ w0 ] ψ
π ρ gHka 3
Fz = CV [sinh kz0 + C4 cosh kz0 ] cos σ t
3 cosh kh
∞
2 n n!
C4 = 3∑ (ka) n − 2 J n − 1 (ka)
n = 0 ( 2n)!
Fz = CV ρ V [ w 0 + C4 (ka)σ u0 ]
E. Balok
ρ gHl2 z0 + l / 2
Fx = C H cosh kzdz[cos(kl1 / 2 − σ t ) − cos(kl1 / 2 + σ t )]
2 cosh kh ∫ z0 − l / 2
sinh(kl3 / 2) sin(kl1 / 2)
Fx = C H ρ V u0
(kl3 / 2) (kl1 / 2)
l3
l1
Beberapa nilai Ch dan Cv (pendekatan)
Bentuk CH CV Ka
Bola 1,5 1,1 0 – 1.75
½ bola 1,5 1,1 0,8
Silinder 2,0 2,0 0 – 1,0
½ silinder 2,0 1,1 0 – 1,0
Balok 1,5 6,0 0-5
Response(t)=(RAO) η(t)
Linear response
SR (σ) = [RAO(σ)]2 S(σ)
H cosh ks
p(t ) = ρ g cos(kx − ω t )
Dynamic-Pressure RAO 2 cosh kh
cosh ks
Wave energy spectrum p(t ) = ρ g η (t )
cosh kh
2
⎡ cosh ks ⎤
p(t ) p(t + τ ) = ⎢ ρ g ⎥ η (t )η (t + τ )
⎣ cosh kh ⎦
2
⎡ cosh ks ⎤
R p (t ) = ⎢ ρ g ⎥ R(τ )
⎣ cosh kh ⎦
[RAO] 2
⎡ cosh ks ⎤
S p (ω ) = ⎢ ρ g ⎥ S (ω )
⎣ cosh kh ⎦
cosh ks
Dynamic pressure spectrum ⇒ RAO p = ρ g
cosh kh
S (ω ) = [ RAO]2 S (ω )
Inertial-Force RAO
f I (t ) = CM AI u (t )
cosh ks
u (t ) = gk η (t + T / 4)
cosh kh
cosh ks
f I (t ) = CM AI gk η (t + T / 4)
cosh kh
cosh ks
f I (t ) = CM AI gk η o (t )
cosh kh 90
2
S p (ω ) = [ RAO ] f I S (ω )
cosh ks
⇒ RAO p = CM AI gk
cosh kh
2
S f I (ω ) = [ RAO] f I S (ω )
Bahan: teori dan perhitungan
Sifat: buat 1 lembar ringkasan di A4 bolak-
balik (dikumpul bersama pekerjaan ujian)