Laporan PKL
Laporan PKL
Laporan PKL
“ DISPEPSIA ”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III B
PALU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat
dengan baik dan lancer. Dalam laporan ini, diharapkan dapat menambah
saran dan dukungan dari bapak/ibu dosen serta pihak lain agar laporan ini
bisa berhasil dan berguna bagi kita semua. Penulis mengucapkan terima
laporan ini.
mungkin, namun penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
laporan ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga laporan ini dapat
Palu,
Desember 2018
Penulis
BAB I
PROFIL PENYAKIT
A. DEFENISI DISPEPSIA
cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas
ke-5 dari 10 besar penyakit dengan pasien yang dirawat inap dan urutan
30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Angka
sehari – hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum
(Djojoningrat, 2009).
Profil kesehatan tahun 2010 berdasarkan data Departemen
rawat jalan diseluruh rumah sakit Indonesia dengan jumlah 88,599 kasus
(Depkes, 2010
B. KLASIFIKASI DISPEPSIA
b. Gastritis
Gastritis adalah peradangan/inflamasi pada mukosa dan
(heart burn), kadang disertai rasa nyeri serta gejala lain seperti
d. Karsinoma
e. Pankreatitis
Gambaran yang khas dari pankreatitis akut ialah rasa nyeri hebat
keluhan steatorrhoe.
absorbsi dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi.
g. Gangguan Metabolisme
atau hiposekresi.
b. Dismotilitas Gastrointestinal
Dismotilitas Gastrointestinal yaitu perlambatan dari masa
tetapi efek dari antral gastrin dan rangsangan lain sel parietal.
d. Psikologik
C. ETIOLOGI DISPEPSIA
kolesistitis kronik
jantung koroner
D. PATOFISIOLOGI
1) Faktor Genetik
pituitarity adrenal
2) Faktor Psikososial
lebih lazim disebabkan karena kecemasan pada diri mereka dan orang
tua terutama ibu. Satu studi menyatakan bahwa stres atau kecemasan
dengan kontrol yang sehat, dari 17 penelitian kohort yang di teliti tahun
didalam lambung, dimana terjadi akumulasi isi lambung pada perut bagian
5) Hipersensitivitas viseral
ini juga terkait dengan mekanisme sentral. Penelitian pada nyeri viseral
dan somatik menunjukkan bagian otak yang terlibat dalam afektif, kognitif
stimuli periperal.
E. MANIFESTASI KLINIS
d. Nyeri episodik
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia)
a. Mudah kenyang
c. Mual
d. Muntah
3. Dispepsia non spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas)
akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa
tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan
lainnya, makan bisa mengurangi nyeri. Gejala lain meliputi nafsu makan
badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani
Terdapat disuria
Terdapat organomegali
F. TATALAKSANA DISPEPSIA
a. Non farmakologi
b. Farmakologis
a. Antasida
menyebabkan diare.
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
b. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
c. Antagonis reseptor H2
dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk
cepat diserap setelah pemberian per oral. Efek reseptor AH2 pada sekresi
terhadap otot polos lambung dan tekanan sfingter esophagus yang lebih
Efek reseptor AH2 pada sekresi asam tergantung pada dosis dan
samping famotidin biasa ringan dan jarang terjadi, misalnya sakit kepala,
d. PPI
Waktu paruh PPI adalah ~18jam ; jadi, bisa dimakan antara 2dan 5
hari supaya sekresi asid gastrik kembali kepada ukuran normal. Supaya
gper hari.
f. Golongan prokinetik
depresi.
BAB II
PROFIL PASIEN
A. Profil Pasien
Umur : 58 tahun
Alamat :
Berat badan :-
Tinggi badan :-
MRS : 04-12-2018
KRS :-
B. Profil Penyakit
PROFIL PENGOBATAN
Tanggal pemeriksaan
Pemeriksaan
04/12/18 05/12/18 06/12/18 07/12/18 08/12/18
TD (mmHg)
180/110 120/80 110/90 140/80 140/70
120/80
Suhu (oC)
36 36 36 36,4
36,5 - 37,2 37,9
Nadi
(..x/menit) 80 80 82 80
76
60-100
Respirasi
(..x/menit) - - - - -
16-20
Tanggal pemberian
Jenis obat Regimen
04/12 05/12 06/12 07/12 08/12
20
Ringer Lactat √ √ √ - -
tetes/menit
Ranitidin
1x1 ampul √
Injeksi
Ondansentron
2x1 ampul √
Injeksi
Metformin 3x1 √
Paracetamol 3x1 √ √ √ √ -
2. Ranitidin
4. Metformin
5. Paracetamol
6. Omeprazole
Indikasi : Tukak lambung, tukak duodenum, GERD,
hipersekresi patologis.
KI : Penderita yang hipersensitif terhadap Omeprazole.
Perhatian : Pasien dengan penyakit hati, kehamilan, menyusui.
Singkirkan terlebih dahulu kemungkinan kanker lambung
sebelum pemberian omeprazole.
Dosis : Tukak lambung dan duodenum: dosis awal 1x20
mg/hari selama 4-8 minggu, dapat ditingkatkan menjadi 40
mg/hari pada kasus berat atau kambuh; Refluks
gastroesofageal : 1x20 mg/hari selama 4-8 minggu.
7. Sucralfat
Indikasi : Tukak lambung, tukak duodenum
KI : Tidak boleh diberikan untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif terhadap sukralfat dan komponen lain
dalam obat. Tidak dianjurkan digunakan oleh anak usia < 15
tahun. Jangan menggunakan obat ini pada pasien gagal ginjal
kronis mengingat resiko nefropati yang diinduksi oleh
aluminium.
Perhatian : Gangguan ginjal berat, kehamilan dan menyusui,
pemberian sucralfat dan nutrisi enteral harus berjarak 1 jam.
Dosis : Tukak lambung dan duodenum : Tab: 4x1 g/hari
(2 jam sebelum makan dan sebelum tidur malam) selama 4-6
minggu. Maksimal 8 g/hari. Larutan suspensi: 2 sdt 4x/hari.
9. Novorapid
Indikasi : Terapi untuk DM tipe I dan DM tipe II
KI : Hipoglikemia
Perhatian : Penyakit atau obat yang dapat memperlambat
absorpsi makanan dan atau meningkatkan kebutuhan insulin.
Dosis : 0,5 - 1 u/kgBB/hari
10. Ceftriaxone
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh patogen yang
sensitif terhadap ceftriaxone dalam kondisi (sepsis, meningitis,
infeksi abdomen peritonitis, infeksi kandung empedu, dan
saluran pencernaan), infeksi tulang, persendian dan jaringan
lunak, pencegahan infeksi pra bedah, infeksi ginjal dan saluran
kemih, infeksi saluran pernapasan, terutama pneumonia, infeksi
THT, infeksi kelamin termasuk gonorhea.
KI : Hipersensitif terhadap Chepalosporin.
Perhatian : Sebaiknya jangan diberikan pada neonatus
karna dapat menimbulkan resiko terbentuknya bilirubin
enselofati; dapat menimbulkan pseudomembran kolitis pada
penderita yang mengalami diare setelah pemberian obat-
obatan antibakteri; dapat menimbulkan superinfeksi pada
mikroorganisme yang tidak peka.
Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun : 1-2 g/hari.
Pada infeksi berat, dosis dapat ditingkatkan hingga 4 g/hari.
Dapat diberikan secara injeksi i.v dan i.m. Bayi dan anak <12
tahun : 20-80 mg/KgBB/hari. pemberian infus i.v dalam 60
menit. Neonatus : 20-50 mg/KgBB/hari. Pemberian infus i.v
dalam 60 menit.
11. Cefixime
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh patogen yang
sensitif terhadap cefixime, pada penyakit ISK tanpa komplikasi
(sistitis, sistouretritis, pielonefritis), infeksi saluran napas atas
(otitis media, faringitis, tonsilitis), infeksi saluran napas bawah (
bronkitis akut dan bronkitis kronik eksaserbasi akut).
KI : Hipersensitifitas terhadap cephalosporin.
Perhatian : Pada penderita yang hipersensitifitas
terhadap penicilin kemungkinan dapt terjadi reaksi alergi silang
bila diberikan cefixime, pada pasien dengan fungsi ginjal
menurun dosis harus disesuaikan, pada wanita hamil dan
menyusui hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, hati-hati
pemberian untuk penderita dengan riwayat kolitis, pemakaian
jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan berlebihan
dari organisme yang resisten.
Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun atau berat ≥
30 Kg: 2 x 50-100 mg/hari. Anak BB <30 Kg: 2 x 1,5 – 3
mg/KgBB/hari.
12. Simvastatin
Indikasi : Terapi tambahan pada diet untuk menurunkan
kolesterol pada hiperkolesterolemia primer atau dislipidemia
campuran.
KI : Pasien dengan penyakit hati yang aktif, kehamilan,
menyusui, hipersensitifitas.
Perhatian : Statin harus digunakan dengan hati- hati pada
pasien dengan riwayat penyakit hati atau peminum alkohol.
Obat ini harus dihentikanbila kadar transaminase serum
meningkat dan bertahan pada tiga kali batas atas normal.
Dosis : Dosis awal: 5 - 10 mg/hari dosis tunggal pada
malam hari, dosis dapat disesuaikan dengan interval 4 minggu.
Maksimal 40 mg/hari sebagai dosis tunggal (malam hari).
E. Monitoring Efek Samping dan Informasi Obat
1. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Obat Indikasi Monitoring Efek Samping
Obat
Ringer Lactat Mengembalikan Asidosis laktat,
keseimbangan elektrolit Hiperkalemia,
pada dehidrasi. Pembentukan bekuan
darah / clotting pada pasien
transfusi, Alergi, Pruritus,
Reaksi lokal
Ranitidin tukak lambung dan tukak Takikardi (jarang), agitasi,
duodenum, refluks gangguan penglihatan,
esofagitis, dispepsia alopesia, nefritis interstisial.
episodik kronis, tukak akibat
AINS, tukak duodenum
karena H.pylori, sindrom
Zollinger-Ellison, kondisi
lain dimana pengurangan
asam lambung akan
bermanfaat.
Ondansentron mual dan muntah akibat sensasi hangat atau
kemoterapi dan radioterapi, kemerahan, konstipasi,
pencegahan mual dan reaksi lokasi injeksi, tidak
muntah pasca operasi umum: kejang, gangguan
gerakan (termasuk reaksi
ekstrap iramidal seperti
reaksi distoni, oculogyric
crisis, diskinesia), aritmia,
nyeri dada dengan atau
tanpa depresi segmen ST,
bradikardi, cegukan,
peningkatan uji fungsi hati
tanpa gejala
Metformin diabetes mellitus tipe 2, anoreksia, mual, muntah,
terutama untuk pasien diare (umumnya
dengan berat badan sementara), nyeri perut,
berlebih (overweight), rasa logam, asidosis laktat
apabila pengaturan diet dan (jarang, bila terjadi hentikan
olahraga saja tidak dapat terapi), penurunan
mengendalikan kadar gula penyerapan vitamin B12,
darah. Metformin dapat eritema, pruritus, urtikaria
digunakan sebagai dan hepatitis.
monoterapi atau dalam
kombinasi dengan obat
antidiabetik lain atau insulin
(pasien dewasa), atau
dengan insulin (pasien
remaja dan anak >10
tahun).
Parecetamol Nyeri ringan sampai Reaksi alergi, ruam kulit
sedang, demam berupa eritema atau
urtikaria, kelainan
darah,hipotensi, kerusakan
hati.
Omeprazole Tukak lambung, tukak Urtikaria, mual dan muntah,
duodenum, GERD, kontipasi, kembung, nyeri
hipersekresi patologis abdomen, lesu, nyeri otot
dan sendi, pandangan
kabur, edema perifer,
perubahan hematologik,
enzim dan hati, depresi.
Sucralfat Tukak lambung, tukak Konstipasi, diare, mual,
duodenum gangguan pencernaan,
gangguan lambung, ruam,
mulut kering, rekasi
hipersensitifitas, nyeri
punggung, pusing, sakit
kepala, vertigo, mengantuk
dan pembentukan bezoar.
Betahisitn Vertigo dan pusing pada Gangguan gastrointestinal,
Mesylate penyakit Meniere, sindrom ruam kulit, gatal.
Meniere, dan vertigo perifer.
Novorapid Terapi untuk DM tipe I dan Hipoglikemia
DM tipe II
Ceftriaxone Infeksi yang disebabkan Reaksi hematologi :
oleh patogen yang sensitif gangguan saluran cerna
terhadap ceftriaxone dalam (mual, muntah, tinja lunak,
kondisi (sepsis, meningitis, stomatitis, glositis).
infeksi abdomen peritonitis, Reaksi kulit : urtikaria,
infeksi kandung empedu, edema, dermatitis alergi,
dan saluran pencernaan), pruritus, eksantema,
infeksi tulang, persendian eritema multiforme.
dan jaringan lunak,
pencegahan infeksi pra
bedah, infeksi ginjal dan
saluran kemih, infeksi
saluran pernapasan,
terutama pneumonia,
infeksi THT, infeksi kelamin
termasuk gonorhea.
Cefixime Infeksi yang disebabkan Gangguan saluran cerna,
oleh patogen yang sensitif reaksi hipersensitifitas,
terhadap cefixime, pada gangguan fungsi hati,
penyakit ISK tanpa gangguan SSP, gangguan
komplikasi (sistitis, hematologi.
sistouretritis, pielonefritis),
infeksi saluran napas atas
(otitis media, faringitis,
tonsilitis), infeksi saluran
napas bawah ( bronkitis
akut dan bronkitis kronik
eksaserbasi akut).
Simvastatin Terapi tambahan pada diet Miosis, sakit kepala,
untuk menurunkan perubahan fungsi ginjal dan
kolesterol pada efek saluran cerna,
hiperkolesterolemia primer perubahan uji fungsi hati,
atau dislipidemia campuran. ruam kulit dan reaksi
hipersensitifitas.
2. Informasi Obat
OBAT INFORMASI
Ringer Lactat 1 botol (500 ml) / 12 jam
Ranitidin 1 ampul (25mg/ml)/ 24 jam
Ondansentron 1 ampul (4 mg/ 2ml)/ 12 jam
Metformin 1 tab (500 mg) / 8 jam
Parecetamol 1 tab (500 mg)/ 8 jam
Omeprazole 1 Vial (40 mg)/ 24 jam malam
Sucralfat 1 Sendok (500 mg/5 ml)/ 8 jam
Betahistine Mesylate 1 tab (6 mg) /8 jam malam
Novorapid 1 pen (100 u/mL)
Ceftriaxone 1 Vial (1 g)/ 12 jam
Cefixime 1 Kaps (100 mg) / 12 jam
Simvastatin 1 tab (20 mg)/24 jam malam
F. Analisa Pengobatan
Pasien sudah
menggunakan /
Pasien tidak patuh -
meminum obat dengan
baik.
PEMBAHASAN
Pada hari pertama, pasien diberikan terapi cairan infus Ringer lactat
dan obat yaitu Ranitidin, Ondansentron, Metformin, Paracetamol, OMZ
(Omeprazole) injeksi, Sucralfat suspensi, Vastigo (Betahistin Mesylate),
injeksi Novorapid dan Ceftriaxone. Pasien diberikan infus Ringer Lactat
bertujuan untuk mengembalikan kekurangan dan kehilangan cairan akibat
muntah yang terjadi. Infus Ringer Laktat hampir sama dengan ion-ion
utama di dalam plasma normal sehingga cairan ini cocok sebagai cairan
pengganti parenteral terhadap kehilangan cairan dan elektrolit dari
kompartemen ekstraseluler. Ranitidine injeksi diberikan pasien karena
pasien mengeluh nyeri uluhati dan juga ada riwayat maag, sehingga
pemberian ranitidine dapat mengatasi dan mempercepat penyembuhan
tukak duodenum dengan cara bekerja direseptor H2. Pasien diberikan
Ondancentron karena pada data klinis pasien, pasien mengalami mual
dan mutah sehingga Ondancentron berfungsi untuk mencegah/menekan
rasa mual dan muntah tersebut. Metformin diberikan sebagai obat oral
untuk menurunkan / menormalkan kada gula darah pasien, karena
mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), di samping itu juga memperbaiki ambilan glukosa
dijaringan perifer. Paracetamol diberikan pada pasien untuk
menghilangkan sakit sakit kepala karena pasien mengeluh sakit kepala.
Omeprazole diberikan karena dapat menghambat sekresi asam lambung
dengan cara memblok enzim H+/K+ATPase (Adenosine Triphosphatase)
yang terdapat di sel parietal lambung. Suspensi Sucralfat diberikan
kepada pasien karena Sukralfat dapat membantu sintesa prostaglandin,
menambah sekresi bikarbonat dan mucus serta peningkatan pertahanan
dan perbaikan mukosa. Untuk menahan asam lambung yang masuk ke
lambung dan mengikat permukaan dinding lambung, sucralfat akan
membentuk zat pengkhelat sehingga terjadi hambatan yang terbentuk
dalam dinding lambung untuk melindungi lambung dari sifat ulkusogenik
sehingga peradangan pada lambung dapat sembuh. Betahistin mesylate
diberikan kepada pasien, karena pasien mengeluh pusing, terutama bila
berdiri sehingga pemberian Betahistin mesylate dapat membantu
meringankan rasa pusing tersebut. Pasien diberikan Novorapid karena
kadar glukosa darah (GDS) pada pasien sangat tinggi, sehinnga
pemberian novorapid dapat mempercepat masuknya glukosa ke sel otot
rangka dan adipose. Pasien juga diberikan terapi antibiotik Ceftriaxone
untuk mencegah infeksi bakteri yang menyebabkan dispepsia dengan
cara menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Pada hari kedua, pasien masih diberikan terapi infus Ringer laktat
juga obat Paracetamol, Omeprazol, Betahistine mesylate, Novorapid dan
antibiotik Cefriaxone. Sedangkan terapi Ranitidine injeksi, Ondancentron,
Metformin dan Sucralfat dihentikan.
Pada hari ketiga, pasien masih diberikan terapi Ringer laktat juga
obat Paracetamol, Omeprazol, Betahistine mesylate, Novorapid dan
antibiotik Cefriaxone. Pemberian terapi ini karena masalah pada pasien
belum teratasi sepenuhnya. Pasien juga kembali diberikan suspensi
Sucralfat yang kemungkinan ditujukan untuk terapi kombinasi dengan
omeprazole injeksi dalam mengobati tukak lambung.
Pada hari keempat, pasien diberikan terapi Paracetamol,
Omeprazole injeksi, Betahistine mesylate, Novorapid dan ditambahkan
pemberian, Simvastatin dan antibiotik Cefixime. Sedangkan untuk terapi
Ringer laktat dihentikan begitu pula dengan suspensi Sucralfat juga
kembali dihentikan, adapun antibiotik ceftriaxone diganti dengan Cefixime.
Pemberian Simvastatin untuk menurunkan kolestrol LDL, namun
sebenarnya masih kurang jelas, karena pada pemeriksaan awal data klinik
dari pasien tidak mengalami hiperlipidemia / hiperkolestrol. Antibiotik
Cefixime diberikan karena pada data klinis hasil lab, pasien juga
didiagnosa terkena ISK karena kadar leukositnya yang tinggi sehingga
menunjukkan adanya infeksi. Maka dari itu pemberian antibiotik Cefixime
untuk menghambat sintesis dinding del dari bakteri penyebab ISK
tersebut.
DRP yang kedua yaitu dosis obat terlalu tinggi/dobel. Hal ini
dikarenakan pada hari keempat perawatan pasien diberikan terapi obat
Atorvastatin dan Simvastatin yang bertujuan untuk menurunkan kadar
kolestrol LDL, karena pasien didiagnosa terkena hiperkolestrol/
hiperlipidemia, walaupun belum ada hasil dari data kliniknya. Pemberian
terapi ini bisa menyebabkan overdosis, karena Atorvastatin dan
Simvastatin merupakan obat kolestrol yang sama-sama bergolongan
statin dan mempunyai mekanisme yang sama. Sehingga bila
dikombinasikan sama saja jika memberikan terapi obat tersebut dengan
dosis yang tinggi / berlebih. Rekomendasi yan disarankan yaitu agar
menghilangkan / tidak perlu memberikan salah satu dari obat tersebut.
Bila ingin dikombinasikan, sebaiknya salah satunya diganti dengan
golongan lain misalnya dari golongan Fibrat.
BAB V
KESIMPULAN
Drug Related Problem (DRP) yang ditemukan dalam kasus ini yaitu
adanya kondisi yang belum terobati sehingga diperlukan terapi obat
tambahan yaitu obat antihipertensi. DRP lain yaitu adanya terapi dimana
dosis obatnya dobel yaitu pemberian bersamaan Atorvastatin dengan
Simvastatin, sehingga disarankan untuk menghilangkan atau mengganti
kombinasi dengan yang golongan lain.