Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam perjuangan mencapai cita-cita atau tujuan nasional suatu bangsa


tidak terhindar dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang
membahayakan keselamatan dari negara tersebut.Cara agar dapat menghadapi
ancaman-ancaman tersebut, sebush bangsa harus memiliki kemampuan dan
daya tahan yang sangat kuat terutama dalam bidang militer.

Kondisi atau situasi dan juga bisa dikatakan sikon suatu bangsa ini selalu
berubah-ubah tidak statik. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik
jenisnya maupun besarnya. Oleh sebab itu strategi untuk menghadapi ancaman
tersebut harus ditingkatkan, sesuai dengan kondisi serta ancaman yang akan
dihadapi. Kekuatan sangat diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman
yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan kesatuan, keberadaan,
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bisa jadi ancaman-ancaman
tersebut dari dalam ataupun dari luar.

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan


kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
menyeluruh berlandaskan Pancasila, UUD RI 194.

1.2.Rumusan Masalah
1. Pengertian Agresi Militer?
2. Apa tujuan dari Agresi Militer?
3. Apa contoh Agresi Militer?
4. Apa penyebab terjadinya Agresi Militer?
5. Bagaimana cara pencegahan dan penyelesaian Agresi Militer?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Agresi Militer
2. Untuk mengetahui tujuan Agresi Militer

1
3. Untuk mengetahui contoh Agresi Militer
4. Untuk mengetahui Penyebab Agresi Militer
5. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penyelesain Agresi Militer

2
BAB II
PEMBAHSAN

2.1 Pengertian Agresi Militer

Pengertian agresi militer adalah tindakan pengrusakan barang, tempat atau


bahkan orang yang dilakukan secara destruktif melalui kekuatan militre
bersenjata. Agresi militer dapat dilakukan dengan invansi, pemborbardiran
angkatan bersenjata, blokade jalan utama dan serangan-serangan yang bisa
menghancurkan musuh. Agresi militer bisa menjadi ancaman militer suatu
negara yang bisa membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,
dan keselamatan segenap bangsa.

2.2 Tujuan Agresi Militer

Pada umumnya Agresi Militer bertujuan untuk merebut kedaulatan suatu


negara atau teritori. Tapi tujuan dari Agresi Militer Belanda ini bisa saja pada
hal lain, seperti di Indonesia terjadi Agresi Militer belanda selain bertujuan
untuk mengepung ibu kota indonesia Agresi Militer Belanda ini juga bertujuan
untuk mengambil daerah Indonesia yang kaya akan SDA baik itu rempah-
rempah dan jugan minyak bumi.

2.3 Contoh Agresi Militer

Disini kami mengambil contoh Agresi Militer yang terjadi dinegara kita
yaitu Agresi Militer Belanda I.

1. Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda I


Perselisihan pendapat sebagai akibat perbedaan penafsiran ketentuan-
ketentuan dalam persetujuan Linggarjati makin memuncak. Belanda tetap
mendasarkan tafsir pada pidato Ratu Wilhelmina tanggal 7 Desember 1942
bahwa Indonesia akan dijadikan anggota “commonwealth” dan akan berbentuk
federasi, sedangkan hubungan luar negerinya di urus Belanda. Sedang
Pemerintah Republik Indonesia memperjuangkan terwujudnya Republik

3
Indonesia yang berdaulat penuh dan diakui oleh pihak Belanda. Belanda juga
menuntut agar segera diadakan gendarmerie (pasukan keamanan) bersama.
Di tambah dengan kesulitan ekonomi negaranya yang kian memburuk, Belanda
berusaha menyelesaikan “masalah Indonesia” dengan cepat. Pada tanggal 27
Mei 1947 Belanda mengirimkan nota yang merupakan ultimatum dan harus
dijawab oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam waktu 14 hari. Pokok-
pokok nota tersebut adalah sebagai berikut :
1) Membentuk Pemerintahan AD interim bersama,
2) Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama,
3) Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-
daerah yang diduduki Belanda,
4) Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk
daerah-daerah Republik yang memerlukan bantuan Belanda yaitu
gendarmerie (pasukan keamanan) bersama, dan 5. Menyelenggarakan
penilikan bersama atas impor dan ekspor.
Perdana Menteri Syahrir menyatakan kesediaan untuk mengakui kedaulatan
Belanda selama masa peralihan, tetapi menolak gendarmerie (pasukan
keamanan). Jawaban ini mendatangkan reaksi keras dari kalangan partai-partai
politik dan berakibat jatuhnya kebinet Syahrir.
Pada tanggal 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum supaya RI
menarik mundur pasukan sejauh 10 km dari garis demarkasi. Pada saat itu
Belanda tetap menuntut adanya gendarmerie (pasukan keamanan) bersama dan
minta agar Republik Indonesia menghentikan permusuhan terhadap Belanda.
Nota tersebut kemudian disusul lagi dengan sebuah ultimatum bahwa dalam
waktu 32 jam Republik Indonesia harus memberi jawaban terhadap tuntutan
Belanda. Jawaban Pemerintah Republik Indonesia yang disampaikan oleh
perdana Menteri Amir Syarifuddin pada tanggal 17 Juli 1947 melalui RRI
Yogyakarta ditolak oleh Belanda.
Tujuan utama Agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan
yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak dan
juga secara perlahan Belanda ingin menghancurkan RI. Namun usaha tersebut

4
tidak dilakukannya sekaligus, karena itu pada tahap pertama Belanda harus
mencapai sasaran sebagai berikut:
a. Politik, yaitu pengepungan ibukota RI dan penghapusan RI dari peta
(menghilangkan de facto RI);
b. Ekonomi, yaitu merebut daerah-daerah penghasil bahan makanan
(daerah beras di Jawa Barat dan Jawa Timur) dan bahan ekspor
(perkebunan di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera serta
pertambangan di Sumatera);
c. Militer, yaitu penghancuran TNI.

Sebagai kedok kepada dunia internasional, Belanda menamakan agresi


militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan
dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook
menyampaikan pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi
terikat dengan Persetujuan Linggarjati.

2.4 Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda I

Agresi militer Belanda I diawali oleh perselisihan Indonesia dan Belanda


akibat perbedaan penafsiran terhadap ketentuan hasil Perundingan Linggarjati.
Pihak Belanda cenderung menempatkan Indonesia sebagai negara
persekmakmuran dengan Belanda sebagai negara induk. Sebaliknya, pihak
Indonesia tetap teguh mempertahankan kedaulatannya, lepas dari Belanda.

2.5 Upaya Penyelesaian dan Pencegahan Agresi Militer


1) Upaya penyelesaian

Pada tanggal 28 Juli, India melalui perdana menteri Nehru mengumumkan


bahwa India akan menyerahkan situasi Indonesia kepada PBB. Dua hari
kemudian, India dan Australia membawa pertikaian antara Indonesia dan
Belanda ke hadapan PBB. Austrlia meminta campur tangan PBB dengan alasan
bahwa saat itu sudah terjadi suatu pelanggaran perdamaian, sedangkan alasan
India adalah pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional berada
dalam bahaya. Australia mengusulkan suatu resolusi yang menyerukan agar

5
Belanda dan Indonesia segera menghentikan pertempuran, dan meyerahkan
pertikaian mereka kepada wasit pihak ketiga seperti yang disebutkan dalam
persetujuan Linggartjati.

Tanggal 1 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB memerintahkan


penghentian permusuhan kedua belah pihak yang dimulai pada tanggal 4
Agustus 1947. Penghentian permusuhan ini dilakukan dengan dibentuknya
Komisi Tiga Negara (KTN). Pemerintah Indonesia meminta Australia untuk
menjadi anggota komisi, sedangkan Belanda memilih Belgia. Kedua negara
sepakat memilih Amerika Serikat. Australia diwakili oleh Richard Kirby,
Belgia oleh Paul van Zealand, dan Amerika diwakili oleh Dr. Frank Graham,
untuk melaksanakan tugas tersebut Komisi Tiga Negara mengadakan
pertemuannya di Sydney pada tanggal 20 Oktober 1947. Dan pada tanggal 8
Desember, KTN mengadakan sidang resminya yang pertama dengan delegasi
Republik dan delegasi Belanda dalam wilayah yang netral, yaitu di geladak
kapal Renville yang berlabuh di pelabuhan Batavia. KTN berhasil
mempertemukan kembali kedua belah pihak untuk menandatangani perstujuan
genjatan senjata dengan prinsip-prinsip politik yang telah disetujui bersama
dengan disaksikan KTN di atas kapal Renville pada 17 Januari 1948.

2) Upaya mengatasi Agresi Militer


 Memperketat perbatasan perbatasan dengan negara lain
 Menanggulangi dan mengatasi ancaman militer dalam negara seperti
tawuran
 Melatih tentara lebih disiplin lagi dalam menjaga daerah perbatasan

6
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Agresi militer adalah tindakan pengrusakan barang, tempat atau bahkan


orang yang dilakukan secara destruktif melalui kekuatan militre bersenjata.
Agresi militer dapat dilakukan dengan invansi, pemborbardiran angkatan
bersenjata, blokade jalan utama dan serangan-serangan yang bisa
menghancurkan musuh. Agresi militer bisa menjadi ancaman militer suatu
negara yang bisa membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,
dan keselamatan segenap bangsa.

Tujuan Agresi Militer adalah untuk merebut kedaulatan suatu negara dan
bangsa dengan menggunakan kekuatan militer.

3.2. Saran

Adapun dari penulisan makalah ini kami selaku penulis menyarankan


kepada generasi muda agar tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia
dengan cara ikut berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan Indonesia dan
mencontoh semangat para pahlawan terdahulu dalam kehidupan sehari-hari.
Seluruh warga Indonesia wajib menghargai dan menghormati jasa-jasa para
pahlawan Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/14638618

https://www.academia.edu/35671151/MAKALAH_STRATEGI_DAN_UPAY
A_DALAM_MENGATASI_ANCAMAN_INTEGRASI_NASIONAL

https://dimasivantrisetyo.blogspot.com/2017/01/makalah-agresi-militer-
belanda-1-dan-2.html

http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-agresi-dan-
contohnya/

Anda mungkin juga menyukai