Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AGRESI MILITER

BELANDA

GURU PEMBIMBING:

KARIMA AL IZATI S.Pd.

DISUSUN OLEH:

M. ANTONY MUZAHIDIN

YAYASAN FAR'USSA’ADAH ARABIYAH


Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkaan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan Tugas IPS Tentang
Agresi Militer Belanda pertama dan kedua. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat mengenal lebih jelas tentang Agresi
militer belanda yang pertama dan kedua.

Senyerang, 5 September 2022

Penyusun

M. Antony Muzahidin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ..................................................................1


1.2. Rumusan masalah ............................................................2
1.3. Tujuan ..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
1. Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda I ..........................3
2. Tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer I ...........................3
3. Kronologi terjadinya Agresi Militer Belanda I ...........................3
4. Dampak Agresi Militer I bagi bangsa Indonesia ........................5
5. Perjuangan bangsa Indonesia terhadap Agresi
Militer Belanda I .......................................................................6
6. Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda II ..........................8
7. Tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer II ...........................9
8. Kronologi terjadinya Agresi Militer Belanda II ...........................9
9. Dampak Agresi Militer II bagi bangsa Indonesia ......................11
10.Perjuangan bangsa Indonesia terhadap Agresi
Militer Belanda II ......................................................................11

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ..............................................................................14
2. Saran ......….....…..………………………….…….……..………….………….…14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar belakang


Perbedaan pendapat dan penafsiran yang semakin memuncak 
mengenai ketentuan-ketentuan persetujuan Linggarjati. Pihak Belanda
beranggapan bahwa Republik Indonesia berkedudukan sebagai Negara
persemakmurannya. Sementara itu pihak Republik Indonesia beranggapan
bahwa dirinya adalah sebuah Negara merdeka yang berdaulat penuh.
Belanda berpendapat bahwa kedaulatan RI berada di bawah Belanda
sehingga RI tidak boleh melakukan hubungan diplomasi dengan negara
lain.
Belanda secara terang-terangan melanggar gencatan senjata.
Tanggal 27 Mei 1947 Belanda menyampaikan nota/ ultimatum kepada
Pemerintah RI yang harus dijawab dalam waktu 14 hari (2 minggu).
Belanda mengalami keadaan ekonomi yang semakin sulit dan buruk.

Ketengangan semakin memuncak, hingga akhirnya Belanda tanggal


20 Juli 1947 mengumumkan bahwa tidak terikat lagi terhadap perjanjian
Linggarjati sehingga Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 pukul. 00.00 WIB
melakukan aksi Agresi Militer Belanda. Hasil yang dicapai sebagai aksi
tersebut.
Dalam waktu singkat Belanda mampu menerobos garis pertahanan TNI.
Kekuatan TNI dengan organisasi dan peralatan yang sederhana tidak
mampu menahan pukulan musuh yang serba modern. Bukan berarti
kekuatan TNI bisa dihancurkan sebab Tni masih terus dapat bertahan
dengan perlawanan gerilyanya di desa-desa.
Ibu kota RI berhasil dikuasai.
Pelabuhan-pelabuhan penting berhasil dikuasai sehingga hubungan keluar
sangat sulit.
Mengusai daerah penghasil beras dan melakukan blokade.

1
I.2 Rumusan Masalah

1) Apa penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda 1


2) Apa tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer 1
3) Bagaimana kronologi terjadinya Agresi Militer 1
4) Apa saja dampak Agresi Militer Belanda 1 bagi bangsa Indonesia
5) Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia terhadap Agresi Militer Belanda 1
6) Apa penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda 2
7) Apa tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer 2
8) Bagaimana kronologi terjadinya Agresi Militer 2
9) Apa saja dampak Agresi Militer Belanda 2 bagi bangsa Indonesia
10) Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia terhadap Agresi Militer Belanda 2

I.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda 1


2) Untuk mengetahui tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer 1
3) Untuk mengetahui kronologi terjadinya Agresi Militer 1
4) Untuk mengetahui dampak Agresi Militer Belanda 1 bagi bangsa Indonesia
5) Untuk mengetahui perjuangan bangsa Indonesia terhadap Agresi Militer Belanda 1
6) Untuk mengetahui penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda 2
7) Untuk mengetahui tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer 2
8) Untuk mengetahui kronologi terjadinya Agresi Militer 2
9) Untuk mengetahui dampak Agresi Militer Belanda 2 bagi bangsa Indonesia
10) Untuk mengetahui perjuangan bangsa Indonesia terhadap Agresi Militer Belanda 2

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agresi Militer Belanda I

1. Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda I


            Agresi militer Belanda I diawali oleh perselisihan Indonesia dan
Belanda akibat perbedaan penafsiran terhadap ketentuan hasil
Perundingan Linggarjati. Pihak Belanda cenderung menempatkan
Indonesia sebagai negara persekmakmuran dengan Belanda sebagai negara
induk. Sebaliknya, pihak Indonesia tetap teguh mempertahankan
kedaulatannya, lepas dari Belanda.
2. Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer I
            Adapun tujuan Belanda mengadakan agresi militer I yaitu sebagai
berikut:
 Tujuan politik
Mengepung ibu kota Republik Indonesia dan menghapus kedaulatan
Republik Indonesia.
 Tujuan ekonomi
Merebut pusat-pusat penghasil makanan dan bahan ekspor.
 Tujuan militer
Menghancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

3. Kronologis Terjadinya Agresi Militer I


            Sesudah penandatanganan Persetujuan Linggarjati, Belanda
berusaha keras memaksakan interpretasi mereka sendiri dan berjalan
sendiri untuk membentuk negara-negara bagian yang akan menjadi bagian
dari negara Indonesia Serikat, sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini
diawali dengan konferensi yang diselenggarakannya di Malino, Sulawesi
Selatan, dan kemudian di Denpasar, Bali. Di sana mereka berhasil
membentuk negara boneka Indonesia Timur dengan dibantu oleh orang-
orang yang pro Belanda seperti Sukawati dan Anak Agung Gde Agung. Anak
Agung Gde memang sejak awal sudah memusuhi pemuda-pemuda pro
Republik di daerahnya, serta mengejar-ngejar dan menangkapinya.
            3
Memang tujuan utama Belanda penandatanganan Persetujuan
Linggarjati ialah menjadikan negara Republik Indonesia yang sudah
mendaptkan pengakuan de facto dan juga de jure oleh beberapa negara,
kembali menjadi satu negara bagian saja seperti juga negara-negara
boneka yang didirikannya, yang akan diikutsertakan dalam pembentukan
suatu negara Indonesia Serikat. Langkah Belanda selanjutnya ialah
memajukan bermacam-macam tuntutan yang pada dasarnya hendak
menghilangkan sifat negara berdaulat Republik dan menjadikannya hanya
negara bagian seperti negara boneka yang diciptakannya di Denpasar. Yang
menjadi sasaran uatamanya ialah menghapus TNI dan perwakilan-
perwakilan Republik di luar negeri, karena keduanya merupakan atribut
negara berdaulat.
            
Semua tuntutan Belanda ditolak. Sementara itu keadaan keuangan
Belanda sudah gawat, dan kalau masalah Indonesia tidak cepat
diselesaikan maka besar kemungkinan Belanda akan bangkrut. Agresi
militer pertama dilakukan Belanda berlatar dua pokok di atas, yaitu
melenyapkan Republik Indonesia sebagai negara merdeka dengan
menghilangkan semua atribut kemerdekaannya, dan keadaan keuangan
Belanda yang sangat gawat.
            Dalam serangan Belanda yang pertama itu mereka bermaksud
hendak menduduki Yogyakarta yang telah menjadi ibu kota perjuangan
Republik Indonesia, dan menduduki daerah-daerah yang penting bagi
perekonomian Belanda, yaitu daerah-daerah perkebunan, ladang minyak
dan batu baik di Sumatera maupun di Jawa. Usaha ini untuk sebagian
berhasil; mereka berhasil menduduki daerah-daerah perkebunan yang
cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Dari hasil penjualan produksi perkebunan-perkebunan yang masih
terkumpul, mereka mengharapkan mendapatkan uang sejumlah US$ 300
juta, sedangkan biaya agresi militer diperhitungkan akan memakan US$
200 juta, jadi masih ada ”untung” US$ 100 juta. Sasaran yang satu lagi, yaitu
menduduki Yogyakarta tidak tercapai, karena pada tanggal 4 Agustus 1947
Dewan Keamanan memerintahkan penghentian tembak menembak.
Selanjutnya PBB membentuk Komisi PBB yang terdiri atas tiga negara: satu
dipilih oleh Indonesia, satu oleh Belanda dan yang satu lagi dipilih bersama.
Komisi Tiga Negara ini terdiri atas Amreika Serikat, Australia dan Belgia.
4
Sjahrir memilih Australia, dan bukan India, karena India sudah dianggap
oleh dunia sebagai pro Indonesia, sedangkan Australia adalah negara
bangsa kulit putih, yang dianggap lebih obyektif pendiriannya dalam
mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
      
 Perkiraan Belanda dengan mengadakan agresi militernya yang
pertama meleset sama sekali; karena tanpa diperhitungkan sejak semula,
bahwa Dewan Keamanan PBB akan bertindak atas usul India dan Australia.
India dan Australia sangat aktif mendukung Republik di dalam PBB, di
mana Uni Soviet juga memberika dukungannta. Akan tetapi, peranan yang
paling penting akhirnya dimainkan oleh Amerika Serikat. Mereka yang
menentukan kebijakan Belanda, bahkan yang lebih progresif di antara
mereka, merasa yakin bahwa sejarah dan pikiran sehat memberi mereka
hak untuk menetukan perkembangan Indonesia, tetapi hak ini hanya dapat
dijalankan dengan menghancurkan Republik terdahulu.  Sekutu-sekutu
utama negeri Belanda terutama Inggris, Australia, dan Amerika (negara
yang paling diandalkan Belanda untuk memberi bantuan pembangunan
kembali di masa sesudah perang) tidak mengakui hak semacam itu kecuali
jika rakyat Indonesia mengakuinya, yang jelas tidak demikian apabila pihak
Belanda harus menyandarkan diri pada penaklukan militer. Mereka mulai
mendesak negeri Belanda supaya mengambil sikap yang tidak begitu kaku,
dan PBB menjadi forum umum untuk memeriksa tindakan-tindakan
Belanda.
            Untuk pertama kali sejak PBB didirikan pada tahun 1945, badan ini
mengambil tindakan mengentikan penyerangan militer di dunia dan
memaksa agresor agar menghentikan serangannya. Belanda yang
menginginkan supaya masalah Indonesia dianggap sebagai suatu persoalan
dalam negeri antara Belanda dan jajahannya, telah gagal, dan masalah
Indonesia-Belanda menjadi menjadi masalah internasional. Kedudukan
Republik Indonesia menjadi sejajar dengan kedudukan negara Belanda
dalam pandangan dunia umumnya.

4. Dampak Agresi Militer I bagi Bangsa Indonesia.


            Dampak yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi
militer I oleh pihak Belanda yaitu sempat dikuasainya beberapa daerah-
daerah perkebunan yang cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa
5
Barat dan Jawa Timur. Meski PBB telah turut membantu mengatasi agresi
militer yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia dengan diadakan
penghentian tembak menembak, tidak berarti bahwa tindakan militer
Belanda langsung terhenti. Mereka terus-menerus mengadakan gerakan
pembersihan untuk mengamankan dareah-dareah yang telah didudukinya.
Dalam gerakan pembersihan ini sering pula terjadi tindakan kejam oleh
pasukan Belanda, terutama di dareah-daerah yang sudah mereka duduki
namun tidak dapat dikuasai, umpamanya dareah sekitar Krawang-Bekasi
          
   Di sekitar Bekasi beroperasi pasukan kita yang dipimpin oleh Lukas
Kustrayo. Setelah pembentukan BKR ia langsung bergabung, dan pasukan
yang dibentuknya beroperasi di sekitar Bekasi. Setelah Belanda meyerang
pada bulan Juli 1947 Lukas tetap beroperasi di sana dan tetap menganggu
kehadiran Belanda di daerah itu, juga setelah diadakan pengehentian
tembak-menembak. Kegiatan Lukas sangat menjengkelkan Belanda,
sehingga Lukas diberi julukan ”Tijger van West Jawa” (Harimau Jawa
Barat). Belanda terus-menerus berusaha mengejar Lukas dan pasukannya,
tetapi selalu tidak berhasil. Setelah mereka mengetahui bahwa Lukas
bermarkas di desa Rawagede, mereka menyerbu desa itu pada tanggal 9
Desember 1947, dan lagi-lagi Lukas dan pasukannya lolos. dalam
kemarahan dan frustasi karena usaha mereka tidak berhasil, pasukan
Belanda menembaki rakyat desa Rawagede secara membabi buta dan
membunuh 491 orang dewasa dan anak-anak. Kekejaman Belanda ini tidak
pernah kita ungkapkan ke dunia luar, karena pada waktu itu memang kita
tidak mempunyai aparat untuk melakukanya.
           
 Kekejaman Belanda lain yang dapat disebut adalah pembantaian
rakyat Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1948 oleh pasukan Kapten
Wasterling, yang juga tidak pernah dihukum. Juga peristiwa kapten api
maut di Jawa Timur, ketika prajurit-prajurit Republik Indonesia yang
tertawan oleh Belanda diamsukkan dalam gerbong kereta api yang
kemudian ditutup rapat tanpa ventilasi, sehingga semua tawanan mati
lemas karena kepanasan dan kehabisan udara.

6
5. Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda

a.      Keampuhan Strategi Diplomasi


            Harus daikui, TNI mengalami pukulan berat berat saat agresi militer
Belanda I itu. Akan tetapi, kekalahan itu tidak menyurutkan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Ketika itulah perjuangan
diplomasi memegang peranan penting. Tanpa kenal lelah, para tokoh
Indonesia di luar negeri membela kepentingan Indonesia. Mereka berusaha
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia layak dan
mampu merdeka dan berdaulat.
            Keberhasilan perjuangan diplomasi terbukti dari munculnya reaksi
keras terhadap tindakan agresi militer Belanda. India dan Australia
mengajukan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB.Amerika Serikat
menyerukan agar Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan
Polandia dan Uni Soviet mendesak agar pasukan Belanda ditarik dari
wilayah RI. Di tengah reaksi dunia internasional, pada tanggal 3 Agustus
1947, Belanda menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk
menghentikan tembak-menembak.

b. Perundingan Renville
            Pada tanggal 18 September 1947, Dewan Keamanan PBB
membentuk Commite of Good Offices (Komite Jasa-jasa Baik). Komite itu
kemudian terkenal dengan sebutan Komisi Tiga Negara(KTN). Anggota
KTN terdiri atas wakil Australia, Richard Kiby, wakil Belgia, Paul van
Zeeland, dan wakil Amerika Serikat, Frank Graham. Terpilihnya Australia
dalam KTN merupakan permintaan pihak Indonesia, sedangkan terpilihnya
Belgia merupakan permintaan pihak Belanda. Kemudian Australia dan
Belgia menentukan anggota KTN ketiga, yaitu Amerika Serikat.
            Tugas pokok KTN adalah mecari penyelesaian damai terhadap
masalah perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Untuk itu, KTN
menawarkan perundingan kepada kedua negara. Amerika Serikat
mengusulkan tempat pelaksanaan perundingan yang di luar wilayah
pendudukan Belanda maupun wilayah Republik Indonesia. Tempat yang
dimaksud adalah sebuah kapal AS bernama Renville, yang sedang berlabuh
di Tanjung Priok. Perundingan itu terkenal dengan sebutanPerundingan
Renville.
7
            Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir
Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdullah
Wijoyoatmojo. Perundingan berlangsung alot karena baik Indonesia
maupun Belanda cenderung berpegang teguh pada pendirian masing-
masing. Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948, hasil Perundingan
Renville disepakati dan ditandatangani.

Hasil Perundingan Renville


 Penghentian tembak-menembak.
 Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari
pasukan RI.
 Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah
yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
 Dalam Uni Indonesia-Belanda, Negara Indonesia Serikat akan
sederajat dengan Kerajaan Belanda.

            Akibat Perundingan Renville, wilayah Indonesia yang diakui menjadi


semakin sempit. Itulah sebabnya, hasil Perundingan Renville mengundang
reaksi keras dari kalangan partai politik, hasil perundingan itu
memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil
prundingan itu mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumalh wilayah
pertahanan yang telah susah payah dibangun. Ketidakpuasan yang semakin
memuncak terhadap hasil Perundingan Renville mengakibatkan Kabinet
Amir Starifuddin jatuh.
           
B. Agresi Militer II

1. Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda II


            Seperti kejadian sebelumnya dalam Perundingan Linggarjati,
pelaksanaan hasil Perundingan Renville mengalami kemacetan. Upaya jalan
keluar yang ditawarkan oleh KTN selalu mentah kembali karena tidak
adanya kesepakatan antara Indonesia dan Belanda. Indonesia melalui Hatta
(wakil presiden merangkap perdana menteri) tetap tegas
mempertahankan kedaulatan Indonesia, sementara Belanda terus
berupaya mecari cara menjatuhkan wibawa Indonesia. Saar ketegangan
8
semakin memuncak Indonesia dan Belanda mengirimkan nota kepada KTN.
Nota itu sama-sama berisi tuduhan terhadap pihak lawan yang tidak
menghormati hasil Perundingan Renville. Akhirnya, menjelang tengah
malam pada tanggal 18 Desember 1948, Wali Tinggi Kota Mahkota
Belanda Dr. Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada
hasil Perundingan Renville. Dini hari tanggal 19 Desember 1948, pesawat
terbang Belanda membombardir Maguwo (sekarang Bandara Adisucipto)
dan sejumlah bangunan penting di Yogyakarta. Peristiwa itu mengawali
agresi militer Belanda II. Pemboman dilanjutkan dengan penerjunan
pasukan udara. Dalam waktu singkat, Yogyakarta, ibu kota RI ketika itu,
dapat dikuasai.

2. Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer II


            Adapun tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer yang kedua ialah
ingin menghancurkan kedaulatan Indonesia dan mengusai kembali wilayah
Indonesia dengan melakukan serangan militer terhadap beberapa daerah
penting di Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada saat itu. Pihak
Belanda sengaja membuat kondisi pusat wilayah Indonesia tidak aman
sehingga akhirnya diharapkan dengan kondisi seperti itu bangsa Indonesia
menyerah dan bersedia menuruti ultimatum yang diajukan oleh pihak
Belanda. Selain itu bangsa Indonesia juga ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa RI dan TNI-nya secara de facto tidak ada lagi.

3. Kronologis Terjadinya Agresi Militer II


            Pelaksanaan hasil Perundingan Renville mengalami kemacetan.
Upaya jalan keluar yang ditawarkan oleh KTN selalu mentah kembali
karena tidak adanya kesepakatan antara Indonesia dan Belanda. Indonesia
melalui Hatta (wakil presiden merangkap perdana menteri) tetap tegas
mempertahankan kedaulatan Indonesia, sementara Belanda terus
berupaya mecari cara menjatuhkan wibawa Indonesia. Saar ketegangan
semakin memuncak Indonesia dan Belanda mengirimkan nota kepada KTN.
Nota itu sama-sama berisi tuduhan terhadap pihak lawan yang tidak
menghormati hasil Perundingan Renville. Akhirnya, menjelang tengah
malam pada tanggal 18 Desember 1948, Wali Tinggi Kota Mahkota
Belanda Dr. Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada
hasil Perundingan Renville. Sementara itu keadaan dalam negeri sudah
9
sangat tegang berhubung dengan oposisi yang dilakukan oleh Front
Demokrasi Rakyat (PKI dan sekutunya) terhadap politik yang dijalankan
oleh Kabinet Hatta. Oposisi ini meningkat setelah seorang tokoh komunis
kawakan, Muso, yang memimpin pemberontakan PKI tahun 1926, kembali
ke Indonesia dari Uni Soviet. Muso sejak mudanya memang selalu bersikap
radikal dan ia yang mendorong PKI untuk memberontak pada tahun 1926.
Oposisi terhadap kabinet Hatta mencapai pucaknya ketika Sumarsono,
pemimpin Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) mengumumkan
pembentukan pemerintahan Soviet di Madiun tanggal 18 September 1948.
Pemberontakan ini segera ditumpas pemerintah Republik. Belanda hendak
mempergunakan pemberontakan PKI itu sebagai alasan yang sangat baik
untuk menyerang Republik dengan dalih membantu Republik melawan
komunisme.
            
Sebelum pasukan-pasukan Republik dapat beristirahat setelah
beroperasi terus-menerus melawan PKI, Belanda menyerang lagi. Dini hari
tanggal 19 Desember, pesawat terbang Belanda memborbardir Maguwo
(sekarang Bandara Adisucipto) dan sejumlah bangunan penting di
Yogyakarta. Peristiwa itu mengawali agresi militer Belanda II. Pemboman
dilanjutkan dengan penerjunan pasukan udara. Dalam waktu singkat,
Yogyakarta ibu kota RI ketika itu, dapat dikuasai.
          
  Dalam suasana genting, pemerintah RI mengadakan rapat kilat dan
menghasilkan keputusan darurat berikut.
 Melalui radiogram, pemerintah RI memberikan mandat kepada
Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat RI
(PDRI) di Sumatera.
 Presiden dan wakil presiden RI tetap tinggal dalam kota dengan
resiko ditangkap Belanda, agar dekat dengan KTN (yang sekarang
berada di Kaliurang).
 Pimpinan TNI menyingkir keluar kota dan melancarkan perang
gerilya dengan membentuk wilayah pertahanan (sistem wehkreise)
di Jawa dan Sumatera.

10
            Setelah menguasai Yogyakarta, pasukan Belanda menculik presiden,
dan sejumlah pejabat. Soekarno diasingkan ke Prapat, Hatta ke Bangka,
tetapi kemudian Soekarno dipindahkan ke Bangka. Sementara itu, Jenderal
Soedirman memimpin TNI melancarkan perang gerilya di kawasan luar
kota.

4. Dampak Agresi Militer Belanda II bagi Bangsa Indonesia


            Adanya Agresi Militer kedua yang dilakukan Belanda terhadap
Indonesia yaitu mengakibatkan dihancurkannya beberapa bangunan
penting di Yogyakarta, bahkan Yogyakarta yang pada saat itu sebagai ibu
kota Indonesia juga mampu dikuasai oleh Belanda. Selain itu presiden dan
wakil presiden beserta sejumalh pejabat pemerintah Indonesia berhasil
ditawan kemudian diasingkan oleh pihak Belanda.

5. Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda II

a.      Keampuhan Strategi Diplomasi


            Dengan melancarkan agresi militernya yang kedua, Belanda ingin
menunjukkan kepada dunia bahwa RI beserta TNI-nya secara de facto tidak
ada lagi. Tujuan Belanda itu dapat digagalkan oleh perjuangan diplomasi.
Para pejuang diplomasi antara lain Palar, Sujatmoko, Sumitro, dan Sudarpo
yang berkeliling di luar negeri. Tindakan yang dilakukan dalam perjuangan
diplomasi antara lain sebagai berikut.
 Menunjukkan pada dunia internasional bahwa agresi militer Belanda
merupakan bentuk tindakan melanggar perjanjian damai (hasil
Perundingan Renville).
 Meyakinkan dunia bahwa RI cinta damai, terbukti dari sikap,
mentaati hasil Perundingan Renville dan penghargaan terhadap KTN.
 Membuktikan bahwa RI masih berdaulat dengan fakta masih
berlangsungnya pemerintahan melalui PDRI dan keberhasilan TNI
menguasau Yogyakarta selama 6 jam (Serangan Oemoem 1 Maret).

            Kerja keras perjuangan diplomasi mampu mengundang simapti


internasional terhadap Indonesia. Amerika Serikat mendesak Belanda
untuk menarik mundur pasukannya dari wilayah RI (dengan ancaman
11
menghentikan bantuannya). Dewan Keamanan PBB mendesak Belanda
untuk menghentikan operasi militer dan membebaskan para pemimpin
Indonesia. Desakan yang gencar dari dunia internasional akhirnya dapat
membuat Belanda mengakhiri militernya kedua.

b. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia      


Sebelum pasukan Belanda memasuki istana kepresidenan, Presiden
Soekarno mengintruksikan kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin
Prawiranegara (yang kebetulan berada di Sumatera) untuk membentuk
pemerintahan darurat, jika pemerintah RI Yogyakarta tidak dapat
berfungsi lagi. Sesuai dengan instruksi itu, Syafruddin Prawiranegara
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia. PDRI berkedudukan
di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Kabinet PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia)


 Ketua (perdana menteri) merangkap menteri pertahanan dan
penerangan: Syafruddin Prawiranegara.
 Menteri luar negeri: A. A. Maramis
 Menteri pendidikan dan kebudayaan merangkap menteri dalam
negeri dan agam: Teuku Moh. Hasan.
 Menteri keuangan merangkap menteri kehakiman: Lukman Hakim.
 Menteri sosial dan perburuhan, pembangunan, organisasi pemuda
dan keamanan: Sutan Rasyid.
 Menteri pekerjaan umum merangkap menteri kesehatan: Ir.
Sitompul.
 Menteri perhubungan merangkap menteri kemakmuran: Ir.
Inderacaya.

            Selama agresi militer II, Belanda terus menerus memprogandakan


bahwa pemerintahan di Indonesia sudah tidak ada lagi. Propaganda dapat
digagalkan oleh PDRI. PDRI berhasil menunjukkan kepada dunia
internasional bahwa pemerintahan dalam tubuh RI masih berlangsung.
Bahkan, pada tanggal 23 Desember 1948, PDRI mampu memberikan
instruksi lewat radio kepada wakil RI di PBB. Isinya, pihak Indonesia
sekaligus mengundang simapti internasional.
      12
      Atas dasar keberhasilan itu, para pemimpin PDRI sempat kecewa
dengan tindakan para pemimpin RI di Bangka yang mengadakan
perundingan dengan Belanda tanpa sepengetahuan mereka. Mereka juga
tidak menyetujui hasil Perundingan Roem-Roijen yang cenderung
melemahkan wibawa Indonesia. Para pemimpin PDRI yakin bahwa
kedudukan Indonesia telah kuat sehingga mampu lebih banyak kepada
Belanda.
            
Untuk menyelesaikan perbedaan pandangan, berlangsung pertemuan
antara para pemimpin PDRI dan pemimpin RI yang pernah ditawan di
Bangka. Pertemuan itu berlangsung pada tanggal 13 Juli 1949 di Jakarta.
Hasil pertemuan itu adalah sebagai berikut.
 PDRI menyerahkan keputusan mengenai hasil Perundingan Roem
Roijen kepada kabinet, Badan Pekerja KNIP, dan pimpinan TNI.
 Pada hari itu juga, Syafruddin Prawiranegara menyerahkan mandat
secara resmi kepada Wakil Presiden Hatta.

13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Agresi militer merupakan bentuk rill bahwa Belanda melanggar
perjanjian Internasional (Linggajati). Dalam agresi ini belanda mencoba
menguasai kota-kota pelabuhan dan kota perkebunan yang dianggap
penting bagi Indonesia.

Penculikan terhadap pemimpin-pemimpin termasuk presiders


Soekarno menjadi salah sate modus belanda selain menguasai daerah-
daerah penting. Pelanggaran yang dilakukan belanda ini mendapat simpati
dari luar negeri termasuk PBB yang akhirnya mengeluarkan resolusi-
resolusi. Perjuangan datri para pahlawan serta dukungan internasional
yang mampu melepaskan Indonesia dari agresi Belanda tersebut.

2. Saran

Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang. Dalam


tugas-tugas berikutnya kami berharap sekali ada panduan dari bapak atau
ibu guru pembimbing agar kami tidak kesulitan memperoleh data. Kami
berharap juga adanya saran bagi para pembaca untuk kami kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: phttp://sayyidanchiam.blogspot.com/2012/10/makalah-agresi-
militer-belanda-i-dan-ii.html

14

Anda mungkin juga menyukai