Anda di halaman 1dari 11

AGRESI MILITER BELANDA II

Penyusun:
Al-Iqbal Dwika Agung
Thalita Nadhif Kuntari
Putri Alya Salsabila
Elfira Rizki Utami
Farhan Surya Saputra
Pamenang Aji Sasongko
Rizal Andriansyah
Suci Dwi Mutiara (12 IPS 6)

Sejarah peminatan (12 IPS 5)


SMAN 24 KABUPATEN TANGERANG
Jl. Arwana Raya Pondok Permai Kutabaru Kec. Pasarkemis Kab. Tangerang
Telepon. (021) 5908096 Pos. 15560
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
"Agresi Militer Belanda II".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Aksan
seelaku guru Sejarah Peminatan yang telah berikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...…………...iii
BAB I……………………………………………………………………………………………...1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………...1
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………………...1
1.2 Rumus masalah…………………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………...1
BAB II……………………………………………………………………………………………..2
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..2
2.1 Latar belakang Agresi Militer Belanda II............................................................................2
2.2 Penyebab Agresi Militer Belanda II …………………………………………………...….3
2.3 Persetujuan Perjanjian Roem-Royen ……………………………………………..………4
2.4 Tokoh Indonesia yang terlibat Agresi Militer Belanda II…………………………………5
BAB III…………………………………………………………………………………………7
PENUTUP………………………………………………………………………………………...7
3.1 Kesimpulan…………………...……………………………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Agresi Militer Belanda 2 adalah karena Belanda masih inginmenguasai Indonesia dan
mengingkari janji yang sudah disepakati antara kedua belah pihak padaPerjanjian Renville.
Agresi kedua yang dilakukan oleh Belanda benar-benar membuat Indonesiakewalahan
menghadapinya, pihak militer Belanda melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh
penting Indonesia, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir dan beberapa tokoh lain.

1.2 Rumus masalah


1. Apa alasan terjadinya Agresi Militer Belanda
2. Kenapa Belanda tidak mau menyetujui kedaulatan Indonesia
3. Perjanjian apa yang Belanda sepakati dengan Indonesia
4. Kenapa Belanda melanggar perjanjian yang telah disepakati

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan kronologi Agresi Militer Belanda II
2. Menambah wawasan siswa mengenai Agresi Militer Belanda II

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar belakang Agresi Militer Belanda II


Agresi militer 2 adalah operasi militer yang dilancarkan oleh Belanda pada 19 Desember 1948 di
Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu1. Operasi ini juga dikenal dengan nama Operasi Gagak
(bahasa Belanda: Operatie Kraai) karena menggunakan lambang gagak sebagai tanda pengenal2.
Tujuan dari agresi militer 2 adalah untuk menghancurkan status Republik Indonesia sebagai
kesatuan negara, menguasai Yogyakarta, dan menangkap para pemimpin pemerintahan
Indonesia, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, dan beberapa tokoh lainnya1.
Agresi militer 2 merupakan serangan lanjutan setelah sebelumnya terjadi agresi militer 1 pada 21
Juli-5 Agustus 19473. Agresi militer 1 terjadi karena Belanda mengingkari isi Perjanjian
Linggarjati yang telah disepakati pada 15 November 19464. Perjanjian ini mengakui kedaulatan
Republik Indonesia atas Jawa, Sumatra, dan Madura, serta membentuk Uni Indonesia-Belanda
sebagai federasi4.
Namun, Belanda tidak puas dengan hasil perjanjian tersebut dan berusaha memperluas
wilayahnya di Indonesia dengan membentuk negara-negara boneka yang disebut Negara
Indonesia Timur (NIT) dan Negara Pasundan5. Belanda juga melakukan blokade ekonomi dan
politik terhadap Republik Indonesia5.
Untuk menyelesaikan konflik ini, PBB membentuk Komite Tiga Negara (KTN) yang
beranggotakan Australia, Belgia, dan Amerika Serikat pada Oktober 1947. KTN menginisiasi
perundingan antara Indonesia dan Belanda di atas kapal USS Renville yang bersandar di Tanjung
Priok pada 8 Desember 1947.
Perundingan Renville berakhir dengan penandatanganan kesepakatan pada 19 Januari 1948.
Kesepakatan ini mengatur tentang gencatan senjata, pembentukan Komisi Konsultatif Federal
(KKF) untuk membahas masalah federalisme, dan penarikan pasukan dari daerah-daerah yang
disengketakan.
Namun, kesepakatan Renville juga menimbulkan masalah baru. Salah satunya adalah penetapan
Garis Van Mook sebagai batas antara wilayah Republik Indonesia dan wilayah Belanda. Garis
ini sangat merugikan Indonesia karena mengurangi luas wilayahnya hingga 50% dari
sebelumnya.

2
Selain itu, kesepakatan Renville juga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh Republik
Indonesia. Beberapa pihak menolak kesepakatan tersebut karena dianggap mengkhianati
semangat revolusi. Pada 23 Februari 1948, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang dipimpin
oleh Musso dan Amir Sjarifuddin. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh TNI dengan
bantuan rakyat pada September 1948.
Belanda sendiri tidak berhenti melakukan provokasi dan intimidasi terhadap Republik Indonesia.
Belanda terus memperkuat posisinya di NIT dan Pasundan, serta melakukan serangan-serangan
sporadis di daerah-daerah Republik Indonesia. Belanda juga menolak usulan-usulan KTN untuk
menyelesaikan masalah federalisme secara damai.
Akhirnya, Belanda memutuskan untuk melancarkan agresi militer kedua dengan alasan bahwa
Indonesia telah melanggar isi Perundingan Renville. Belanda merasa bahwa Indonesia tidak
bersungguh-sungguh dalam membentuk negara federal dan tidak mau menghormati hak-hak
minoritas di dalam negeri.

2.2 Penyebab Agresi Militer Belanda II


Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda II
Penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda II adalah karena Belanda tidak puas dengan hasil
dari Perjanjian Renville.
Perjanjian Renville sendiri merupakan perundingan yang dilakukan Indonesia dan Belanda di
kapal USS Renville milik Amerika Serikat.
Tujuan Perjanjian Renville adalah untuk menyelesaikan konflik Indonesia dan Belanda karena
Agresi Militer Belanda I.
Perjanjian Renville sendiri ditandatangani oleh Indonesia dan Belanda pada 17 Januari 1948.
Perjanjian Renville ini secara garis besar membagi kekuasaan Indonesia dan Belanda di wilayah
Indonesia.
Akan tetapi, pihak Belanda melanggar perjanjian karena menolak pembagian kekuasaan tersebut.
Belanda tetap ingin berkuasa penuh terhadap seluruh wilayah Indonesia tanpa dibagi-bagi.
Oleh karena itu, Panglima Tentara Belanda Jenderal Spoor kemudian memberikan instruksi agar
tentara Belanda di Sumatra dan Jawa melakukan penyerangan pada 18 Desember 1948.
Pada 19 Desember 1948, Belanda mulai menyerbu Kota Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu
kota sementara bagi negara Indonesia. Pesawat-pesawat Belanda mengudara dari Bandung
menuju Yogyakarta. Saat masih di perjalanan, Komisaris Tinggi Belanda mengumumkan bahwa
Belanda sudah tidak lagi terikat dengan Perjanjian Renville.
Setelah tiba di Yogyakarta pasukan angkatan udara dan terjun payung langsung menyerang
lapangan terbang Maguwo dan kawasan Yogyakarta bagian timur.

3
Belanda kemudian kewalahan sehingga Belanda berhasil mengambil alih Kota Yogyakarta.

Mendengar kabar tersebut, Jenderal Soedirman selaku Panglima TNI langsung menyiarkan
perintah kilat melalui radio.
Perintah tersebut untuk melawan musuh dengan menerapkan strategi perang rakyat semesta.
Strategi perang rakyat semesta ini menerapkan aksi long march bagi seluruh pasukan ke wilayah
masing-masing dan membentuk kekuatan.
Sementara itu, Presiden Soekarno dan para tokoh lainnya diminta mengungsi dan bergabung
dengan pasukan gerilya agar tetap aman.
Akan tetapi, berdasarkan rapat kabinet Soekarno menolak dan tetap memilih untuk tinggal di
Yogyakarta.
Soekarno juga memberikan mandat kepada Syafrudin Prawiranegara sebagai Manteri
Kemakmuran untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi,
Sumatra Barat.
"Penolakan terhadap hasil Perjanjian Renville oleh Belanda menjadi penyebab terjadinya Agresi
Militer Belanda II."

2.3 Persetujuan Perjanjian Roem-Royen


Belanda mencoba untuk membenarkan operasi militernya tersebut dengan sejumlah alasan
berikut.
1. Adanya infiltrasi yang dilaksanakan oleh pasukan Indonesia ke daerah yang diduduki oleh
Belanda.
2. Pemerintah Indonesia tidak kuat untuk mengendalikan TNI yang merusakan ketentraman dan
keamanan.
3. Pemerintah Indonesia tidak bisa menekan banyak komunis.

Beberapa waktu usai serangan militer Belanda ke Yogyakarta, Dr. Beel, Wakil Mahkota Agoeng
di Batavia melakukan siaran pers. Siaran ini berisi tentang pernyataan bahwa Belanda tidak mau
terikat lagi dengan perjanjian senjata dengan Indonesia melalui Perjanjian Renville. Belanda
memandang bahwa Indonesia tidak menghormati gencatan senjata dan kerap melakukan
pelanggaran terhadap wilayah yang dikuasai Belanda.

4
Namun, Indonesia tetap tidak menyerah. Meskipun Soekarno dan Hatta tertangkap, tapi TNI
masih dengan gigih melakukan perlawanan kepada Belanda. Tanggal 1 Maret 1949, TNI
melakukan serangan besar ke Yogyakarta. Serangan ini diinisiasi oleh petinggi militer
berdasarkan instruksi Panglima Besar Soedirman dan membawa beberapa pimpinan militer.
Serangan ini dilakukan untuk membuktikan eksistensi TNI dan juga memperlihatkan bahwa
Indonesia masih ada. Serangan ini menjadikan moral Belanda menurun dan posisi Indonesia
semakin baik di Dewan Keamanan PBB.

2.4 Tokoh Indonesia yang terlibat Agresi Militer Belanda II


1. soedirman

2. Djatikoesomo

3. Abdul haris

5
4. Adipermono

5. Jendral simon

7. Jendral meyer

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agresi Militer 2 adalah operasi militer yang dilakukan oleh Belanda pada 19 Desember 1948 di
Yogyakarta dengan tujuan menghancurkan status Republik Indonesia sebagai kesatuan negara,
menguasai Yogyakarta, dan menangkap para pemimpin pemerintahan Indonesia. Agresi ini
terjadi setelah sebelumnya terjadi Agresi Militer 1 pada Juli-Agustus 1947 karena Belanda
merasa tidak puas dengan hasil Perjanjian Linggarjati yang mengakui kedaulatan Republik
Indonesia atas Jawa, Sumatra, dan Madura serta membentuk Uni Indonesia-Belanda sebagai
federasi. Penyebab terjadinya Agresi Militer 2 adalah karena Belanda tidak puas dengan hasil
Perjanjian Renville yang membagi kekuasaan antara Indonesia dan Belanda di wilayah
Indonesia. Meskipun demikian, Indonesia tetap tidak menyerah dan melancarkan serangan besar-
besaran ke Yogyakarta pada 1 Maret 1949 untuk membuktikan eksistensi TNI dan
memperlihatkan bahwa Indonesia masih ada. Serangan ini membuat moral Belanda menurun dan
posisi Indonesia semakin baik di Dewan Keamanan PB

7
DAFTAR PUSTAKA

https://4.bp.blogspot.com/_p3Q0eKo0OeI/TSX7uVmLW3I/AAAAAAAAPRQ/
WKM4_IXaWA8/s1600/Meyer%252C%2BKurt%2B-%2BBrigadef
%25C3%25BChrer01.jpg
https://www.viva.co.id/edukasi/1448175-agresi-militer-belanda-ii
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_II
https://adjar.grid.id/read/543757672/penyebab-terjadinya-agresi-militer-belanda-ii?
page=all#:~:text=Penyebab%20terjadinya%20Agresi%20Militer%20Belanda
%20II%20adalah%20karena%20Belanda%20tidak,USS%20Renville%20milik
%20Amerika%20Serikat

Anda mungkin juga menyukai