Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ KEMBALINYA BELANDA KE INDONESIA ”

DISUSUN OLEH KEL. 5 :


1. ALANSKA AKBAR WIJAYA
2. FARAS EFIN HIDAYAT
3. MUHAMMAD REIFAN
4. PAZIRA PUTRI WULANDARI
5. ZHEIRA AGNI PRATISA
6. AYU RAMADHANI
7. NOVIA AYU LESTARI

GURU PEMBIMBING:
KHAIRIL AFDAL, S.Pd

SMA NEGERI 4 KOTA SUNGAI PENUH

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah tentang
Kerajaan Demak dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
pada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang setia menemani
hingga akhir zaman.
Makalah tentang Kembalinya Belanda Ke Indonesia yang terbentuk dari
hasil kelompok di mana tugas ini merupakan prasyarat dari aspek penilaian salah
satu mata pelajaran. Dalam penyelesaian tentang tugas ini, penulis banyak
mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi
yang didapatkan penulis karena hanya mengandalkan pengamatan dilingkungan
sekitar sebagai bahan penyusun makalah. Pada akhirnya makalah tentang
Kembalinya Belanda Ke Indonesia ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat
banyak kekurangan.

Sungai Penuh, Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Agresi Belanda I ........................................................................................3
B. Agresi Belanda II .......................................................................................4
C. Dampak Agresi Belanda I dan II ...............................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemerdekaan Indonesia merupakan kemerdekaan yang di hasilkan dari
perjuangan panjang bangsa ini, kemerdekaan Indonesia bukan merupakan
hadiah atau pemberian yang di dapat Cuma-Cuma dari para penjajah, tapi
merupakan berkah dan anugerah dari Tuhan dengan jalam berjuang dan
berkorban jiwa dan raga, dengan tangis, dan cucuran darah dari para pejuang.
Setelah kekalahan Jepang oleh Sekutu Indonesia memanfaatkan
moment tersebut dengan memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia,
namun ini bukan berarti bangsa ini sudah bisa menghirup udara merdeka
dengan tenang atau Indonesia sudah bisa merdeka sepenuhnya, malah
sebaliknya, masih banyak bangsa-bangsa lain yang masih menginingkan dan
menguasai Indonesia.
Setelah Jepang meninggalkan Indonesia sekutu masuk kembali
keIndonesia dengan alasan awalnya melucuti tentara Jepang di Indonesia,
pasukan Belanda kembali ke Indonesia dengan cara bergabung dengan
pasukan sekutu (NICA).
Dengan cara-cara licik Belanda tersebut membuat para pejuang terpaksa
tetap mengangkat senjata, dan terjadilah perlawanan-perlawanan di berbagai
daerah di Indonesia, demikian pula pasukan Belanda selalu gencar menyerang
para pejuang Indonesia, salah satunya adalah dengan melakukan Agresi
Militer atau polisionel.
Dan pada kesempatan kali ini kami dari kelompok 2 akan mencoba
meyusun makalah tentang Sgresi Militer Belanda I dan II.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologis Agresi Militer Belanda I ?
2. Bagaimana kronologis Agresi Militer Belanda II ?
3. Bagaimana dampak Agresi Militer Belanda I dan II ?

C. Tujuan
1. Mengetahui kronologis Agresi Militer Belanda I.
2. Mengetahui kronologis Agresi Militer Belanda II.
3. Mengetahui dampak Agresi Militer Belanda I dan II.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agresi Militer Belanda 1
Setelah Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya,
Belanda ingin kembali menguasi Indonesia. Dengan diboncengi oleh pihak
sekutu, Inggris, Belanda melakukan penyerangan-penyerangan terhadap
Negara Indonesia.
Agresi Militer Belanda 1 dilatar belakangi oleh Belanda yang tidak
menerima hasil Perundingan Linggajati yang telah disepakati bersama pada
tanggal 25 Maret 1947. Atas dasar tersebut, pada tanggal 21 Juli 1947,
Belanda melakukan agresi militer pertamanya dengan menggempur
Indonesia.
1. Tujuan Agresi Militer Belanda 1, adalah:
Agresi militer pertama yang dilakukan oleh Belanda mengandung
beberapa misi yang harus mereka selesaikan. Adapun tujuan dari agresi
militer ini adalah sebaga berikut:
a. Bidang Politik
Mengepung ibu kota RI dan menghapus RI dari peta (menghilangkan
de facto RI).
b. Bidang Ekonomi
Merebut daerah-daerah penting, seperti Jawa Barat dan Timur sebagai
penghasil bahan makanan, Sumatera sebagai wilayah perkebunan dan
pertambangan.
c. Bidang Militer
Menghancurkan Tentara Negara Indonesia (TNI). Pada tanggal 21 Juli
1947, Belanda menggempur Indonesia dengan menyerang Pulau Jawa
dan Sumatra. Pasukan TNI yang dikejutkan dengan serangan tersebut,
terpencar-pencar dan mundur ke daerah pinggiran untuk membangun
daerah pertahanan baru. Pasukan TNI selanjutnya membatasi
pergerakan pasukan Belanda dengan taktik perang gerilya. Dengan
taktik ini, Pasukan TNI berhasil mempersulit Belanda.

3
Meskipun Belanda berhasil menduduki beberapa kota-kota penting,
akan tetapi justru hal ini membuat posisi Republik Indonesia naik di mata
dunia. Banyak negara-negara yang simpati dengan Republik Indonesia,
seperti Liga Arab yang akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia sejak 18
November 1946.
Agresi militer yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia
memunculkan permusuhan negara-negara Liga Arab terhadap Belanda.
Dengan demikian, kedudukan Republik Indonesia di Timur Tengah secara
politik meningkat.
Dewan Keamanan PBB pun ikut campur dalam masalah ini, dan
membentuk Komisi Tiga Negara untuk menyelesaikan konflik ini melalui
serangkaian perundingan, seperti Perundingan Renville dan Perundingan
Kaliurang. Akan tetapi, perundingan-perundingan tersebut tetap tidak
diindahkan oleh Belanda.
B. Agresi Militer Belanda II
Aksi polisionil kedua akhir 1948 dilaksanakan memaksa Republik
bekerja sama dengan pengurus Belanda untuk deelstatenpolitiek (Politik
Negara Bagian) menurut Perjanjian Linggajati. Maksud pemerintah Belanda
(Kabinet Drees/Van Schaik) menyelenggarakan Indonesia berdasar federal
dengan hubungan ketat Belanda.
Sewaktu aksi polisionil ini Yogyakarta (Yogyakarta) langsung diserang
dan pemerintah Indonesia, termasuk presiden Soekarno, ditahan. Selainnya
semua kota besar dan jalan-jalan di antaranya diduduki. Aksi Belanda ini,
sebetulnya upaya membinasakan Republik, gagal karena percampuran tangan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, aksi-aksi boikot internasional dan gerilya
Republik yang sangat hebat. Pada Agustus 1949 sebelum ada gencatan
senjata, Yogyakarta dapat direbut kembali oleh Indonesia dalam waktu enam
jam, Belanda mundur ke Surakarta. Indonesia mengejar Belanda ke Surakarta
sebelum genjatan senjata menjelang Konferensi Meja Bundar. Akhirnya
Akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia karena tekanan keras
dari Amerika Serikat dan pesimisnya kekuatan tentara Belanda untuk
melawan Indonesia.

4
Sewaktu dua aksi polisi, 100.000 tentara dikerahkan setiap kali,
termasuk KNIL (Bala Tentara Hindia Belanda Kerajaan). Ternyata aksi
polisionil ini tidak terbatas, yang dinyatakan pemerintah Belanda. Jumlahnya
lebih dari 5000 tentara Belanda tewas. Pihak Indonesia kelipatan, kira-kira
lebih dari 15000.
Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta
menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr.
Beel, akan mengucapkan pidato yang penting.
Sementara itu Jenderal Spoor yang telah berbulan-bulan
mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi kepada
seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai penyerangan
terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi Kraai" .
Pukul 2.00 pagi 1e para-compgnie (pasukan para I) KST di Andir
memperoleh parasut mereka dan memulai memuat keenambelas pesawat
transportasi, dan pukul 3.30 dilakukan briefing terakhir. Pukul 3.45 Mayor
Jenderal Engles tiba di bandar udara Andir, diikuti oleh Jenderal Spoor 15
menit kemudian. Dia melakukan inspeksi dan mengucapkan pidato singkat.
Pukul 4.20 pasukan elit KST di bawah pimpinan Kapten Eekhout naik ke
pesawat dan pukul 4.30 pesawat Dakota pertama tinggal landas. Rute
penerbangan ke arah timur menuju Maguwo diambil melalui Lautan Hindia.
Pukul 6.25 mereka menerima berita dari para pilot pesawat pemburu, bahwa
zona penerjunan telah dapat dipergunakan. Pukul 6.45 pasukan para mulai
diterjunkan di Maguwo.
Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo, pagi hari
tanggal 19 Desember 1948, WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan,
bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville. Penyerbuan
terhadap semua wilayah Republik di Jawa dan Sumatera, termasuk serangan
terhadap Ibukota RI, Yogyakarta, yang kemudian dikenal sebagai Agresi
Militer Belanda II telah dimulai. Belanda konsisten dengan menamakan
agresi militer ini sebagai "Aksi Polisional".
Penyerangan terhadap Ibukota Republik, diawali dengan pengeboman
atas lapangan terbang Maguwo, di pagi hari. Pukul 05.45 lapangan terbang

5
Maguwo dihujani bom dan tembakan mitraliur oleh 5 pesawat Mustang dan 9
pesawat Kittyhawk. Pertahanan TNI di Maguwo hanya terdiri dari 150 orang
pasukan pertahanan pangkalan udara dengan persenjataan yang sangat minim,
yaitu beberapa senapan dan satu senapan anti pesawat 12,7. Senjata berat
sedang dalam keadaan rusak. Pertahanan pangkalan hanya diperkuat dengan
satu kompi TNI bersenjata lengkap. Pukul 06.45, 15 pesawat Dakota
menerjunkan pasukan KST Belanda di atas Maguwo. Pertempuran merebut
Maguwo hanya berlangsung sekitar 25 menit. Pukul 7.10 bandara Maguwo
telah jatuh ke tangan pasukan Kapten Eekhout. Di pihak Republik tercatat
128 tentara tewas, sedangkan di pihak penyerang, tak satu pun jatuh korban.
Sekitar pukul 9.00, seluruh 432 anggota pasukan KST telah mendarat di
Maguwo, dan pukul 11.00, seluruh kekuatan Grup Tempur M sebanyak 2.600
orang –termasuk dua batalyon, 1.900 orang, dari Brigade T- beserta
persenjataan beratnya di bawah pimpinan Kolonel D.R.A. van Langen telah
terkumpul di Maguwo dan mulai bergerak ke Yogyakarta.
Serangan terhadap kota Yogyakarta juga dimulai dengan pengeboman
serta menerjunkan pasukan payung di kota. Di daerah-daerah lain di Jawa
antara lain di Jawa Timur, dilaporkan bahwa penyerangan bahkan telah
dilakukan sejak tanggal 18 Desember malam hari.
Segera setelah mendengar berita bahwa tentara Belanda telah memulai
serangannya, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan perintah kilat yang
dibacakan di radio tanggal 19 Desember 1948 pukul 08.00.
C. Dampak dari Agresi Militer Belanda.
Agresi Mliliter Belanda tentunya menyebabkan banyak akibat dari
berbagai bidang. Bidang bidang tersebut seperti bidang sosial, politik, dan
ekonomi.
1. Agresi Militer I
Dampak yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi
militer I oleh pihak Belanda yaitu perekeonomian, yang sempat
dikuasainya beberapa daerah-daerah perkebunan yang cukup luas, di
Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Meski PBB
telah turut membantu mengatasi agresi militer yang dilakukan Belanda

6
terhadap Indonesia dengan diadakan penghentian tembak menembak,
tidak berarti bahwa tindakan militer Belanda langsung terhenti. Mereka
terus-menerus mengadakan gerakan pembersihan untuk mengamankan
dareah-dareah yang telah didudukinya. Dalam gerakan pembersihan ini
sering pula terjadi tindakan kejam oleh pasukan Belanda, terutama di
dareah-daerah yang sudah mereka duduki namun tidak dapat dikuasai,
umpamanya dareah sekitar Krawang-Bekasi.
Kekejaman Belanda lain yang dapat disebut adalah pembantaian
rakyat Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1948 oleh pasukan Kapten
Wasterling, yang juga tidak pernah dihukum. Juga peristiwa kapten api
maut di Jawa Timur, ketika prajurit-prajurit Republik Indonesia yang
tertawan oleh Belanda dimasukkan dalam gerbong kereta api yang
kemudian ditutup rapat tanpa ventilasi, sehingga semua tawanan mati
lemas karena kepanasan dan kehabisan udara.
2. Agresi Militer II
Dalam sebuah tindakan agresi militer, ada dua sudut pandang yang
akan menjadi telaah kajiannya. Pertama dari sudut pandang sang agresor,
yakni Belanda. Belanda pada dasarnya bertujuan untuk menduduki
Nusantara yang telah mengkayakan negerinya. Dari sudut pandang ini,
dampak bagi Belanda adalah mengeluarkan sebagian anggaran untuk
melancarkan agresi ini. Menentang dunia dalam hal perdamaian, hingga
efek pengucilan untuk selanjutnya.
Kedua, dari sudut pandang Indonesia. Indonesia mendapat dampak
yang luar biasa besarnya. Dalam agresi militer Belanda II ini, Indonesia
dalam posisi terkekang, dari dalam dan luar negeri. Terjadi instabilisasi
politik, hukum, dan keamanaan. Setelah Soekarno dan lainnya ditangkap,
terjadi kekosongan kekuasaan di Republik Indonesia. Hingga
mennganam kedaulatan NKRI pada waktu itu. Status Negara menjadi
darurat perang, mengakibatkan macetnya roda perekonomian dan
hubungan kerjasama antar Negara-negara lain. Hal demikian yang
menjadi fokus dunia untuk menyelesaikan pertikaian konflik yang
berlatar belakang wilyah dan kepentingan ini oleh dunia. Menurut

7
George McTurnan Kahin, dalam Nasionalisme dan Revolusi Indonesia,
percaturan politik dan militer pada Agresi Belanda II mendapat perhatian
khusus dari Dewan Keamanan PBB, hingga menyebabkan berbagai
usulan dan pendapat dari negar-negara pmegang hak veto untuk
berunding dalam permasalahan Belanda-Indonesia. Alhasil Indonesia
berada pada kondisi yang tidak stabil dengan pertaruhan yang sangat
mahal.
Adanya Agresi Militer kedua yang dilakukan Belanda terhadap
Indonesia juga mengakibatkan dihancurkannya beberapa bangunan
penting di Yogyakarta, bahkan Yogyakarta yang pada saat itu sebagai ibu
kota Indonesia juga mampu dikuasai oleh Belanda. Selain itu presiden
dan wakil presiden beserta sejumlah pejabat pemerintah Indonesia
berhasil ditawan kemudian diasingkan oleh pihak Belanda.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksi Polisionil atau juga dikenal dengan sebutan Agresi Militer
Belanda, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa
dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli
sampai 5 Agustus 1947 (aksi pertama) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5
Januari 1949 (aksi kedua).
Agresi militer yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia
memunculkan permusuhan negara-negara Liga Arab terhadap Belanda.
Dengan demikian, kedudukan Republik Indonesia di Timur Tengah secara
politik meningkat.
Tujuan utama dari Agresi Militer Belanda I dan II adalah untuk
melenyapkan kekuatan Militer Indonesia, sehingga nantinya Belanda bisa
dengan mudah menguasai Indonesia kembali.
B. Saran
Ada satu kisah yang tersisip dalam kisah agresi militer yang dilakukan
Belanda ini masalah ini jarang dibahas dan mungkin tidak pernah diangkat
kepermukaan, menilik sejarah dan informasi dari berbagai kalangan maka
diketahui bahwa serangan-serangan Belanda bisa akurat tepat ke basis-basis
geriliyawan Indonesia dikarenakan banyak sekali mata-mata Belanda yang
berasal dari bangsa kita sendiri, ini jelas nyata bahwa bangsa kita masih
banyak yang rela menggadaikan bangsanya dan harga dirinya hanya demi
kepentingan pribadi, jadi saran kami mari kita tumbuhkan rasa cinta tanah air
dan bangsa agar bangsa ini bisa menjadi bangsa yang besar, dan di hormati
oleh bangsa-bangsa yang lain, dan jangan korbankan harga diri serta bangsa
ini hanya demi kepentingan pribadi atau golongan, belajarlah dari sejarah
bangsa ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Yunani. 2004. Sejarah Nasional Indonesia V. Palembang: FKIUniversitas


Sriwijaya.
Nasution, AH. 1976. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Jilid 9, Dsjarah
AD, Bandung: Angkasa.
O. E. Engelen, dkk. 1997. Lahirnya Satu Bangsa dan Negara.
Yogyakarta:Universitas Indonesia.
Poesponegoro. Marwati Dj. 1884. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.Jakarta:
Balai Pustaka.
Ricklefs, M. C. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Website:
http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_II
http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I

10

Anda mungkin juga menyukai