Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM STUDIPAPER

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS
IMPLEMENTASI
MATEMATIKA
PANCASILA
DANDALAM
ILMU PENGETAHUAN
SEJARAH MENGISI
ALAM
KEMERDEKAAN
UNIVERSITAS UDAYANA
INDONESIA
Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas
dalam perkuliahan Pendidikan Pancasila.
BALI
Pengampu : I Putu Ari Astawa

Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

I Gede Susila Jaya


Putu Radheya Surya Permata
Made Arya Tirtana Putra
Komang Nova Artawan
Luh Putu Sumirani
Ni Putu Ary Rara Iswari
Ni Komang Sri Devi Handayani
Made Mas Adi Winata

(1508605009)
(1508605010)
(1508605011)
(1508605012)
(1508605015)
(1508605016)
(1508605017)
(1508605018)

A. KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan Masa Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Mengidentifikasikan Masa Pemerintahan Demokrasi Liberal
Mengidentifikasikan Masa Pemerintahan Demokrasi Terpimpin(Orde Lama)
Menguraikan Masa Pemerintahan Pasca Orde Baru
B. INDIKATOR
1. Menjelaskan Masa Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
2. Menceritakan Alat-Alat Yang Dipergunakan Untuk Berjuang Mempertahankan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kemerdekaan
Menjelaskan Masa Pemerintahan Demokrasi Liberal
Menentukan Sikap Terhadap Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Menganalisis Masa Pemerintahan Demokrasi Terpimpin
Membandingkan Masa Pemerintahan Orde Lama Dengan Orde Baru
Menjelaskan Tentang Masa Reformasi
Menjelaskan Tentang Masa Globalisasi
Menentukan Sikap Terhadap Jati Diri Bangsa

C. RANGKUMAN
1. Masa Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan berbagai
cara, seperti pelucutan senjata tentara Jepang, menghadapi tentara sekutu dan
NICA, serta perjuangan politik untuk mendapatkan pengakuan internasional.
Kedatangan pihak sekutu ke Indonesia dengan tujuan melepaskan tawanan perang
tentara sekutu dari Jepang dan melucuti tentara Jepang pada awalnya diterima
dengan baik oleh rakyat Indonesia. Namun setelah tahu kedatangan sekutu
diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dengan tujuan
Belanda ingin menguasai kembali wilayah Indonesia, akhirnya terjadilah konflik
di berbagai daerah di Indonesia. Pada masa itu Belanda melalui pemimpin Van
Mook membentuk Negara-negara bagian, yaitu NIT (Negara Indonesia Timur),
Negara Pasundan, Daerah Istimewa Borneo Barat, Negara Madura, Negara
Sumatra Timur, Negara Jawa Timur.

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui jalur fisik/bersenjata :


a. Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945)
Pada peristiwa ini gugur Dokter Karyadi yang ditembak pasukan Jepang.
Akhirnya pecah perang antara pasukan Jepang dengan rakyat Indonesia yang
mengakibatkan banyaknya korban.
b. Peristiwa heroik di Surabaya
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 diawali dengan
ultimatum dari pasukan sekutu (Inggris) pada bangsa Indonesia untuk
menyerahkan senjata dengan membawa bendera putih sebagai tanda menyerah
pada sekutu sebagai akibat tewasnya Brigjen Mallaby. Namun sampai batas
waktu yang dijanjikan tidak diindahkan akhirnya terjadilah pertempuran yang
mengakibatkan banyaknya jatuh korban.
c. Bandung Lautan Api
Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 1945 ketika pasukan sekutu
memasuki kota Bandung untuk mengambil alih tawanan Jepang dan melucuti
senjata mereka. Pihak Sekutu juga meminta Indonesia untuk menyerahkan
senjata yang berhasil dirampas dari pihak Jepang. Namun permintaan itu tidak
dihiraukan oleh Indonesia akhirnya tanggal 23 Maret 1946 meletuslah
pertempuran tersebut. Adanya perintah dari pusat untuk mengosongkan kota
Bandung, akhirnya pasukan meninggalkan kota Bandung dengan terlebih
dahulu membumihanguskan kota Bandung bagian selatan.
d. Peristiwa Medan Area
Peristiwa ini bermula dengan kedatangan pasukan sekutu yang diboncengi
NICA pada tanggal 9 Oktober 1945. Kedatangan mereka yang bermaksud
untuk

memperkuat

pasukan

Westerling

(Belanda)

yang

diterjunkan

sebelumnya akhirnya memberikan kesimpulan bahwa Belanda bermaksud


untuk menjajah kembali. Akhirnya terjadi ketegangan-ketegangan yang
menimbulkan konflik antara Inonesia dengan Belanda.
e. Peristiwa Merah Putih di Menado
Terjadi pada tanggal 14 Desember 1945 di mana para pemuda Menado yang
tergabung dalam pasukan KNIL bersama rakyat berhasilo merebut Menado,
Tomohon, dan Minahasa dari tangan sekutu/Belanda. Daerah yang direbut
tersebut dikibarkan bendera Merah Putih.
f. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Desember 1945 antara pasukan
Inggris (Sekutu) melawan pasukan Indonesia (Divisi V Banyumas) di bawah
Kolonel Soedirman. Dalam pertempuran itu pasukan Indonesia berhasil

memukul mundur pasukan Inggris. Untuk mengenangnya didirikan Monumen


Palagan Ambarawa.
g. Pertempuran Puputan Margarana di Bali
Puputan artinya perang habis-habisan. Perang ini terjadi pada tanggal 26
November 1946 antara pasukan Belanda dan rakyat Bali. Dalam peperangan
ini tokoh Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur.
h. Agresi Militer Belanda I
Terjadi tanggal 21 Juli 1947 di mana Belanda telah melanggar Perjanjian
Linggarjati dengan melancarkan serangan secara tiba-tiba. Serangan tersebut
diarahkan di kota-kota besar di Jawa dan Sumatra terutama daerah minyak dan
perkebunan.
i. Agresi Militer Belanda II
Terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta. Serangan ini telah
melanggar Perjanjian Renville. Melihat hal ini, Sukarno dan Hata mengirim
radiogram kepada Mr. Syarifudin Prawiranegara yang berkunjung di
Bukittinggi Sumatra untuk segera membentuk pemerintahan darurat RI di
Bukittinggi.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui jalur diplomasi/perundingan :
a. Perundingan Linggarjati
Perundingan ini menghasilkan :
1) Belanda mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
2) Pemerintah Belanda bersama RI akan bersama-sama mendirikan Negara
Indonesia Serikat (NIS) tanggal 1 Januari 1949
3) RI dan Belanda merupakan satu uni (gabungan) yang dikepalai Ratu
Belanda.
b. Perundingan Renville
Hasil dari perundingan ini :
1) Akan dibentuk RIS (Republik Indonesia Serikat)
2) Belanda akan tetap berkuasa di Indonesia sampai saat penyerahan
kedaulatan.
3) Kedudukan RIS sejajar dengan Belanda
4) RI merupakan bagian dari RIS
5) Pasukan RI harus ditarik keluar dari daerah pendudukan yang berhasil
direbutnya.
6) RI harus mengakui daerah yang berhasil diduduki Belanda sejak Agresi
Militer Belanda Pertama.
c. Perundingan Roem Royen
Hasil pertemuan ini :
1) Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan
gerilya
2) Pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta
3) RI akan menghadiri KMB

semua aktivitas

4)

bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan

membebaskan tawanan perang


d. Perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar)
Hasil KMB adalah :
1) Belanda mengakui kedaultan RIS (Republik Indonesia Serikat) kecuali
wilayah Irian Barat yang akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.
2) Dibentuknya UNI Indonesia-Belanda dengan monarchi Belanda sebagai
Kepala Negara.
3) Hutang Hindia Belanda diambil alih oleh RIS.
2. Masa Pemerintahan Demokrasi Liberal
Berdirinya Negara RIS sebagai hasil kompromis dari KMB, ternyata tidak
membuat bangsa Indonesia merasa puas, karena masih menghendaki berdirinya
suatu negara kesatuan. Hal ini dibuktikan oleh kehendak dari beberapa negaranegara bagian dalam RIS untuk bergabung ke dalam Republik Indonesia. Upaya
ini berhasil dan akhirnya pada 19 Maret 1950 di tandatangani persetujuan antara
pemerintah Republik Indonesia dengan RIS untuk berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan rencana penyusunan UUDS 1950. Setelah Negara
Kesatuan terbentuk, Indonesia tidak terlepas dari situasi konflik baik dalam
bidang politik, ekonomi, dan sosial. Hal ini terjadi sebagai dampak dari KMB.
Situasi tersebut dapat dibagi menjadi 2 periode.
a. Periode 1950-1955
Periode ini sering disebut Orde Politik KMB. Konflik yang terjadi
pada periode ini bersifat fisik dan non-fisik. Yang bersifat fisik seperti
Angkatan Perang Ratu Adil(APRA) di Bandung, Gerakan Kahar Muzakar di
Sulawesi, Republik Maluku Selatan(RMS) di Ambon, Kesatuan Rakyat Yang
Tertindas(KRYT) di Kalimantan, Andi Aziz di Makasar, DI/TII di Jawa Barat
dan Daud Beureuh di Aceh. Sedangkan yang bersifat non-fisik yaitu jatuhnya
4 kabinet dalam kurun waktu 6-8 bulan akibat kelompok oposisi yang kuat.
b. Periode 1955-1959
Pada periode ini pemerintah Indonesia menganut sistem demokrasi
liberal. Permasalahan yang dihadapi antara lain:
1) Bidang Politik
Kabinet yang terbentuk kondisinya tidak jauh berbeda dari periode
sebelumnya. Terjadi 3 kali pergantian kabinet, dengan rata-rata masa
berkuasa selama 1,5 tahun.
2) Bidang Ekonomi
Sebagai akibat dari KMB, maka modal asing raksasa dengan leluasa
masuk dan menguasai jalannya perekonomian Indonesia. Hal ini
diperparah dengan tidak adanya undang-undang pembatasan investasi

modal asing pada saat itu. Akibatnya pemerintah tidak mampu menghadapi
tuntutan dan dinamika masyarakat kearah pembangunan bangsa,
khususnya dalam pembangunan di bidang ekonomi.
3) Bidang Keamanan
Situasi konflik di Indonesia semakin memuncak sehingga timbul
tuduhan dari daerah-darah bahwa pembangunan hanya dipusatkan di
Jakarta. Akibatnya terjadi pembentukkan dewan-dewan daerah dan
meletusnya

pemberontakan

PRRI-Permesta.

Periode

konflik

yang

memuncak mengakibatkan Konstituante kesulitan untuk menetapkan UUD


yang

baru.

Kegagalan

Konstituante

menimbulkan

kegaduhan

di

masyarakat, sehingga untuk mencegah keadaan yang dapat membahayakan


keselamatan negara, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit pada tanggal
5 Juli 1959 yang isinya sebagai berikut:
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya
UUDS 1950
3. Membentuk MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkatsingkatnya.
Tindakan Presiden berupa dekrit yang sepihak, namun tetap
berdasarkan suatu hukum luar biasa yang dalam ilmu hukum disebut
Hukum Tata Negara Darurat(subyektif). Sehingga dengan demikian Dekrit
ini dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia. Di lihat dari faktor
tersebut, jelas bahwa Dekrit Presiden 5 Juli 1959 bukan merupakan
tindakan yang bersifat diktaktor, tetapi merupakan tindakan yang
menyuarakan hati nurani rakyat untuk kembali ke UUD 1945. Hal ini
didasarkan atas dukungan suara bulat dari DPR hasil Pemilu pertama.
3. Masa Pemerintahan Demokrasi Terpimpin(Orde Lama)
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi di mana seluruh
keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden
Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh
Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10
November 1956. Tindakan Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden
adalah demi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara dan sekaligus mengakhiri
masa Demokrasi Liberal dan mendorong kepada pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin.
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden
Soekarno :

A. Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa


demokrasi liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
B. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa
demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh
kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi
tersendat.
C. Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dengan mengeluarkan
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 telah memenuhi harapan rakyat. Namun
demikian, harapan itu akhirnya hilang, karena ternyata UUD 1945 tidak
dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD 1945 yang menjadi dasar hukum
konstitusional penyelenggaraan pemerintahan hanya menjadi slogan-slogan
kosong belaka.
Sebagai tindak lanjut Dekrit Presiden adalah penataan kehidupan politik sesuai
ketentuan-ketentuan demokrasi terpimpin. Selain dibentuk kabinet kerja, juga
dibentuk lembaga-lembaga negara seperti MPRS, DPR-GR dan Front Nasional.
Keanggotaan umum lembaga itu disusun berdasarkan komposisi gotong-royong
sebagai perwujudan dari demokrasi terpimpin.
Tugas Demokrasi Terpimpin :
Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak
stabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih
mantap/stabil. Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi
Parlementer/Liberal. Hal ini disebabkan karena pada masa Demokrasi
parlementer, kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai kepala negara. Sedangkan
kekuasaan Pemerintah dilaksanakan oleh partai. Dampaknya dari Penataan
kehidupan politik yang menyimpang dari tujuan awal adalah demokratisasi
(menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi (pemusatan
kekuasaan di tangan presiden).
Penyimpangan Demokrasi Terpimpin Terhadap UUD 1945 :
A. Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan
tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk
kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh
MPRS. Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk
mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai

besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri


yang tidak memimpin departemen.
B. Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2
Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena
Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga
tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang
terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR. Anggota
MPRS ditunjuk oleh presiden dengan syarat adalah Setuju kembali kepada
UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik Indonesia, dan Setuju pada
manifesto Politik.
4. Masa Pemerintahan Demokrasi Pancasila(Orde Baru)
Orde baru adalah istilah yang digunakan untuk masa setelah pemberontakan
Gerakan 30 September tahun 1965. Pada masa orde baru dibangun tekad untuk
mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh semangat
dan jiwa Pancasila serta UUD 1945. Orde baru merupakan upaya untuk
mengoreksi penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Masa orde
baru ini dipimpin oleh Soeharto setelah dikeluarkannya Supersemar (Surat
Perintah Sebelas Maret) oleh Presiden Soekarno. Orde baru berlangsung dari
tahun 1966 hingga 1998.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret
1966.

Dalam

Supersemar

terdapat

poin

tugas

utama:

pertama,

Presiden/Panglima tertinggi ABRI/pemimpin Besar Revolusi/ Mandataris MPRS


Soekarno, memutuskan, memerintahkan kepada letjen Soeharto selaku panglima
Angkatan Darat, mengambil tindakan yang dianggap perlu agar terjamin
keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden Soekarno demi kutuhan bangsa
dan negara. Kedua, pengkoordinasian panglima angkatan lain, dan ketiga,
melaporkan dan bertanggung jawab terhadap segala yang berhubungan dengan
poin kedua. Surat ini diterbitkan Soekarno untuk mengembalikan keamanan dan
ketertiban. Demonstrasi dan kekacauan di ibukota tak berubah, meski Soekarno
telah melantik Kabinet Dwikora yang Disempurnakan atau lebih dikenal dengan
sebutan Kabinet 100 menteri pada tanggal 11 Maret 1966. Dalam rapat kabinet
yang dipimpin Presiden Soekarno pada tanggal tersebut, Letjen Soeharto tidak
hadir

dengan

alasan

sakit. Akhirnya,

Presiden

Soekarno

tidak

dapat

menyelesaikan rapat dan pergi ke Bogor demi alasan keamanan. Pergantian

pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru secara resmi ketika Letjen Soeharto
dilantik menjadi Presdien Republik Indonesia pada tanggal 12 Maret 1967.
Hal-hal yang diperjuangkan dalam Orde Baru adalah :
Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan mengoreksi segala
penyimpangan atau penyelewengan terhadap pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945.
Masyarakat yang adil dan makmur, baik materiil maupun spiritual melalui
pembangunan.
Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rak'yat serta melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Melalui hal-hal yang diperjuangkannya itu, Orde Baru menghendaki, adanya
tata pikir yang lebih nyata dan tepat guna tanpa meninggalkan idealisme
perjuangan, mengutamakan kepentingan nasional.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru :
1) Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70
dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
2) Sukses transmigrasi
3) Sukses KB
4) Sukses memerangi buta huruf
5) Sukses swasembada pangan
6) Pengangguran minimum
7) Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
8) Sukses Gerakan Wajib Belajar
9) Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
10) Sukses keamanan dalam negeri
11) Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
12) Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru :
1) Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
2) Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan
daerah sebagian besar disedot ke pusat
3) Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan
pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
4) Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun
pertamanya
5) Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata
bagi si kaya dan si miskin)
6) Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
7) Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan yang
dibreideli

8) Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan


program "Penembakan Misterius" (petrus)
9) Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintahan presiden
selanjutnya)
5. Masa Reformasi
Reformasi (Riswanda, 1998) secara harafiah dapat dimaknai sebagai suatu
gerakan memformat ulang,menata ulang atau menata kembali hal-hal yang
menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan
nilai-nilai yang dicita-citakan. Berdasarkan makna itu, gerakan reformasi dapat
dilakukan jika ada syarat-syarat sebagai berikut :
1) Adanya suatu penyimpangan.
2) Adanya cita-cita/landasan ideologis yang jelas ( Pancasila )
3) Berdasarkan pada kerangka struktural. (UUD 45 ).
4) Untuk membuat perubahan kondisi serta keadaan menjadi lebih baik.
5) Harus sesuai dengan nila-nilai moral dan etika yang berke-Tuhanan Yang
Maha Esa.
Munculnya era Reformasi di latarbelakangi oleh hal-hal berikut:
1) Lunturnya nilai-nilai agama dan budaya yang seharusnya dijadikan sumber
etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Ideologi Pancasila disalahgunakan oleh

rezim

penguasa

untuk

mempertahankan kekuasaannya.
3) Munculnya konflik social budaya yang berkepanjangan sebagai akibat
penyelenggaraan pemerintah yang bersifat feodalistik dan paternalistic.
4) Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya diselewengkan oleh
penguasa pemerintah, sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan, yakni
persamaan hak warga Negara di depan hukum.
5) Munculnya perilaku kehidupan ekonomi dengan praktek KKN, serta berpihak
kepada sekelompok ekonomi kuat (konglomerat). Dampaknya timbul krisis
ekonomi yang berkepanjangan, hutang luar negeri membengkak, kemiskinan
dan pengganguran semakin melebar.
6) Sistem politik yang otoriter sehingga tidak mampu menyerap aspirasi dan
memperjuangkan kepentingan rakyat.
7) Penyalahgunaan kekuasaan karena lemahnya fungsi pengawasan oleh
pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat ,serta terbatasnya pengawasan oleh
masyarakat dan media massa sehingga transparansi dan perntanggung jawaban
pemerintah untuk menyelenggarakan

pemerintahan

yang

bersih dan

bertanggung jawab tidak dapat terlaksana


8) Pelaksanaan dwi fungsi ABRI, yang telah menyebabkan terjadinya
penyimpangan peran TNI dan POLRI, yaitu disalahgunakan ABRI sebagai alat

kekuasaan rezim pemerintah. Situasi dan kondisi penyimpangan terhadap


implementasi nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara tersebut diataslah yang akhirnya memicu timbulnya tuntutan
reformasi ini, kemudian dituangkan dalam TAP MPR No. XVIII/MPR/1998
tentang penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara dan sebagai cita-cita serta
tujuan Negara Indonesia.
Awal masa reformasi dimulai pada tanggal 20 Mei 1998 dengan presiden
B.J.Habibie. pada masa reformasi ini arus kebebasan pers yang berarti
pembredelan pers ditiadakan, kemandirian partai-partai politik terjamin ,begitu
pula dalam mendirikan partai politik.
Guna mewujudkan pelaksanaan sistem demokrasi, pemerintah memulai
dengan mengadakan pemilu jurdil tahun 1999 dengan jumlah peserta 48 partai
politik. Hasil pemilu 1999 ini dimenangkan oleh PDIP (partai demokrasi
perjuangan Indonesia), yang di pimpin oleh Megawati Soekarno Putri. Meskipun
PDIP menang dalam pemilu 1999, namun dalam sidang MPR tahun 1999 yang
terpilih sebagai presiden adalah Abdul Rachman Wachid (Gus Dur), sedangkan
Megawati Soekarno Putri terpilih sebagai wakil presiden.
Masa pemerintahan presiden Gus Dur hanya berjalan sampai 2001, karena
dianggap melanggar tugasnya sebagai presiden, sehingga MPR dalam sidang
istimewa tahun 2001 mencabut kekuasaan Abdul Rachman Wachid dan
mengangkat Megawati Soekarno Putri sebagai presiden RI dengan masa bakti
sampai 2004.
Pada masa reformasi UUD 45 mengalami amandemen sampai 4 kali yaitu
amandemen pertama disahkan pada 19 Oktober 1999, kedua disahkan pada 10
Agustus 2000, ketiga disahkan 10 November 2001, dan keempat disahkan pada
tahun 2002.
Dampak dari amandemen ini antara lain terjadinya perubahan dalam
pemerintah yang semula bersifat sentralisasi menjadi desentralisasi dengan
pemberian otonomi yang luas pada daerah seperti yang dituangkan dalam UU
No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah. Selain itu pada perubahan peran
militer, sistem perekonomian nasional, sistem kepartaian, dan kebijakan yang
bersifat patisipatoris.
Meskipun ada perubahan, namun sampai saat ini tampaknya tuntutan
reformasi total belum tercapai sepenuhnya, khususnya terkait dengaan masalah
penegakan hukum, pemberantasan KKN dan pengentasan kemiskinan.
6. Masa Globalisasi

Kata Globalisasi berasal dari kata global dan local. Dalam salah satu
tulisannya T.Cholik Mutohir menyatakan Globalisasi adalah suatu proses
perubahan yang disebabkan oleh gabungan aktivitas lintas batas antar Negara
yang semakin meningkat dan teknologi informasi yang memugkinkan komunikasi
hampir seketika ke seluruh dunia. Dengan kekuatan teknologi, sistem distribusi
informasi sanggup menembus dinding-dinding geologis ,pagar-pagar sosial,
filter-filter budaya dan tembok-tembok politik antar bangsa. Dalam proses
globalisasi akan terjadi mobilitas kehidupan yang tinggi. Semakin mudahnya
berpindah dari satu Negara ke Negara yang lain. Apakah itu berupa modal,
teknologi, ideologi, tenaga kerja dan sebagainya.
Semakin canggih ilmu serta teknologi, khususnya di bidang komunikasi,
transportasi dan informasi, maka batas wilayah Negara, bangsa dan budaya
dengan mudahnya dapat diterobos, sehingga dunia (jagad) seolah menyatu. Di era
global, kehidupan manusia (masyarakat) berlangsung semakin cepat dan benturanbenturan kebudayaan semakin keras. Globalisasi mencakup hampir semua bidang
kehidupan ekonomi, politik, informasi, budaya, dan iptek. Di era Global yang
dampaknya sudah mulia terasa sekarang termasuk di Negara kita, Indonesia,
persaingan antar bangsa akan menjadi semakin tajam dan keras, untuk
mengantispasinya kita harus dapat menyiapkan SDM yang berkualitas tinggi,
karena pada saat ini daya saing bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini
merupakan tantangan yang harus diberi perhatian tinggi apabila kita tidak ingin
tergusur dari kancah persaingan global.
Berdasarkan hasil studi UNDP yang dilaksanakan pada tahun 1977 (data
tersebut baru dikeluarkan pada tahun 1999) kualitas SDM Indonesia menempati
urutan dunia ke 105 dari 174. Dengan SDM yang sedemikian rendah maka daya
saing bangsa Indonesia pun juga rendah. Apalagi setelah kita dilanda krisis yang
berkepanjangan yang mengakibatkan daya saing bangsa Indonesia makin merosot
Untuk menghadapi tantangan era global tersebut, kualitas pendidikan harus
ditingkatkan, karena SDM adalah produk dari pendidikan. SDM yang dituntut
dalam era global harus memenuhi persyaratan antara lain : kreatif, produktif,
memiliki daya saing, mandiri, berorientasi ke masa depan, mampu menerapkan
ipteks dan imtaq, bermoral, serta memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah
air. Hal ini semua dibutuhkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing di arena
global, sedangkan untuk di dalam negara sendiri, bangsa Indonesia akan mampu

terus meningkatkan usaha pembangunan nasional dalam rangka mengisi


kemerdekaan.

D. DAFTAR PUSTAKA
Windia, I Wayan, dkk. Modul Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa.
Denpasar: Udayana University Press
https://dichaniswansyahsemdel.wordpress.com/ips/sejarah/usaha-usaha-mempertahankankemerdekaan-indonesia
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/09/sistem-pemerintahanorde-baru-masa.html
http://dokumen.tips/documents/implementasi-pancasila-dalam-sejarah-kemerdekaanindonesia.html

Anda mungkin juga menyukai