DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPUH :
Muhammad Haikal, S.Pd., M.Pd
Tim penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sebab atau latar belakang dari Agresi Militer Belanda II adalah karena Belanda masih
ingin menguasai Indonesia dan mengingkari janji yang sudah disepakati antara kedua belah
pihak pada Perjanjian Renville. Agresi kedua yang dilakukan oleh Belanda benar-benar
membuat Indonesia kewalahan menghadapinya. Pihak militer Belanda melakukan
penangkapan terhadap tokoh-tokoh penting Indonesia, seperti Bung Karno, Bung Hatta,
Syahrir dan beberapa tokoh lain. Agresi Militer Belanda II atau yang dikenal dengan Operasi
Gagak merupakan peristiwa penyerbuan secara militer yang dilakukan oleh pasukan militer
Kerajaan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap wilayah Republik Indonesia dan
ibu kota Yogyakarta.
Pada bulan-bulan Oktober 1946 telah dilaksanakan perundingan-perundingan hingga
disepakati suatu gencatan senjata di Jawa dan Sumatera. Pada bulan November 1946, di
Linggajati (didekat Cirebon) dilaksanakan persetujuan yaitu “persetujuan Linggajati”. Namun
persetujuan perdamaian ini hanya berlangsung singkat. Kedua belah pihak saling tidak
mempercayai dan mengesahkan persetujuan itu sehingga menimpulkan pertikaian-pertikaian
politik yang sengit mengenai konsesi-konsesi yang telah dibuat. Setelah selesai perundingan
di Linggajati bulan November 1946, di samping terus memperkuat angkatan perangnya di
seluruh Indonesia terutama di Jawa dan Sumatera, untuk mengukuhkan kekuasaan mereka di
wilayah Indonesia Timur, sebagai kelanjutan “Konferensi Malino” 15–25 Juli 1946, van
Mook menyelenggarakan pertemuan lanjutan di Pangkal Pinang pada 1 Oktober 1946.
Kemudian Belanda menggelar “Konferensi Besar” di Denpasar tanggal 18–24 Desember
1946, dimana kemudian dibentuk negara Indonesia Timur. Tindakan Van Mook
membenarkan keragu-raguan pemerintah dan rakyat Indonesia tentang kesetiaan Belanda
dalam melaksanakan persetujuan Linggajati. Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya
dijadikan alat untuk mendatangkan pasukan yang lebih banyak dari negerinya.
1.3. TUJUAN
Dengan rumusan masalah diatas kita dapat mengetahui beberapa tujuan dari pembehasan
tersebut antara lain:
1. Untuk mengetahui kronologis terjadinya agresi militer Belanda II
2. Untuk mengetahui upaya penyelesaian dari agresi militer Belanda II
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dengan adanya agresi militer Belanda II
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kronologis Terjadinya Agresi Militer Belanda II
Akhirnya, menjelang tengah malam pada tanggal 18 Desember 1948, Wali Tinggi
Kota Mahkota Belanda Dr.Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada hasil
Perundingan Renville. Sementara itu keadaan dalam negeri sudah sangat tegang berhubung
dengan oposisi yang dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat (PKI dan sekutunya) terhadap
politik yang dijalankan oleh Kabinet Hatta. Oposisi ini meningkat setelah seorang tokoh
komunis kawakan, Muso, yang memimpin pemberontakan PKI tahun 1926, kembali ke
Indonesia dari Uni Soviet. Muso sejak mudanya memang selalu bersikap radikal dan ia yang
mendorong PKI untuk memberontak pada tahun 1926. Oposisi terhadap kabinet Hatta
mencapai pucaknya ketika Sumarsono, pemimpin Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia)
mengumumkan pembentukan pemerintahan Soviet di Madiun tanggal 18 September 1948.
Pemberontakan ini segera ditumpas pemerintah Republik. Belanda hendak mempergunakan
pemberontakan PKI itu sebagai alasan yang sangat baik untuk menyerang Republik dengan
dalih membantu Republik melawan komunisme.
Serangan terjadinya agresi militer Belanda II bermula pada tanggal 19 Desember 1948 di
Yogyakarta. Belanda melancarkan serangan menggunakan taktik perang kilat (blitzkrieg) di
segala sisi wilayah Republik Indonesia. Dimulai dari merebut pangkalan udara Maguwo (saat
ini bernama Adi Sucipto) dengan menerjunkan pasukan payung dan dengan gerak cepat
mampu mengambil alih kendali kota Yogyakarta yang merupakan ibukota Republik
Indonesia saat itu. Dan menangkap pemimpin Republik Indonesia yaitu Soekarno dan
Mohammad Hatta.
Selain itu tentara Belanda dalam serangannya juga menawan Syahrir, Agus Salim,
Mohammad Roem serta A.G. Pringgodigdo. Yang oleh Belanda Lekas diberangkatkan ke
pengasingan di Parapat Sumatera dan pulau Bangka. Namun sebelum diasingkan Presiden
Soekarno memberikan surat kuasa kepada Syafrudin Prawiranegara yang berada di
Bukittinggi untuk mendirikan pemerintahan darurat. Menteri lainnya yang berada di Jawa
namun sedang berada di luar Yogyakarta sehingga tidak ikut tertangkap ialah sebagai berikut.
Pada tanggal 20 Desember 1948 pagi, Belanda meminta agar Soekarno memerintahkan
pasukan Republik menghentikan perlawanan. Soekarno menolak dan pada tanggal 22
Desember ia, Hatta, Sjahrir, Mr. Assaat, Mr Abdul Gafar Pringgodigdo, H Agoes Salim, Mr
Ali Sastroamodjojo, dan Komodor Udara Suriadarma diterbangkan Belanda ke Pulau
Bangka. Di sana, Soekarno, Sjahrir, dan Salim dipisahkan dengan yang lainnya dan
diterbangkan ke Berastagi, kemudian ke Prapat dan Danau Toba.
Jatuhnya Yogyakarta ke tangan Belanda dan tertangkapnya pemimpin negara yang
kemudian di asingkan membuat Penglima Besar Soedirman Berangkat ke luar kota untuk
memimpin perang gerilya. Sesuai dengan rencana, Angakatan Perang mengundurkan diri ke
luar kota untuk melakukan perang gerilya. Perjalanan bergerilya selama delapan bulan
ditempuh kurang lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak jarang
Soedirman harus ditandu atau digendong karena dalam keadaan sakit keras. Setelah
berpindah-pindah dari beberapa desa rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada
tanggal 10 Juli 1949.
Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun
rencana pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1
Salah satu pokok isinya ialah: Tugas pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah
federal adalah ber wingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk kantong-
kantong gerilya sehingga seluruh Pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas.Pasukan
yang tadinya dipindahkan akibat persetujuan Renville melakukan wingate ke daerah asal
mereka. Pasukan Siliwangi melakukan long march dari Jawa Tengah ke Jawa Barat. TNI
membentuk daerah-daerah pertahanan (wehrkreise) di luar kota. Setelah berhasil melakukan
konsolidasi, TNI mulai melakukan pukulan-pukulan terhadap Belanda. Pukulan yang pertama
adalah garis-garis komunikasi pasukan Belanda. Mereka merusak jaringan telepon, jaringan
rel kereta api, dan konvoi-konvoi Belanda di hadang dan dihancurkan.
Situasi perang mulai berbalik. TNI yang pada awalnya bertahan mulai beralih dengan
taktik menyerang. Mereka tidak lagi hanya mencegat dan menyerang konvoi-konvoi Belanda
serta menyerang pos-pos terpencil, tetapi mereka juga menyerang kota-kota yang diduduki
oleh Belanda. Serangan terhadap kota Yogyakarta tanggal 1 Maret 1949 dibawah pimpinan
Letkol Soeharto berhasil dilakukan selama enam jam. Hal ini membuktikan kepada dunia luar
bahwa TNI dan Republik Indonesia masih eksis.
Adanya Agresi Militer Belanda II ini tentunya dilihat oleh mata dunia Internasional.
Setelah pada Agresi Militer Belanda 1, Belanda mendapat kecaman, sekarang Belanda pun
dikutuk. Dunia bahkan mendukung perjuangan Bangsa Indonesia untuk mempertahankan
kemerdakaannya. Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundan “Negara boneka” karya
Belanda ikut mengutuk tindakan Agresi Militer Belanda II tersebut. Pada tanggal 20 hingga
23 Januari 1949, atas usulan Burma (sekarang Mnyanmar) dan India, digelarlah Konferensi
Asia di New Delhi, India. Kenferensi itu sendiri dihadiri oleh beberapa negara di Asia, Afrika
dan Australia. Hasilnya berupa resolusi tentang permasalahan Indonesia yang lalu
disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB.
PBB juga mengutuk Agresi Militer Belanda II, sebab menurut pandanga PBB, Belanda
sudah secara terang-terangan menginjak-injak kesepakatan dalam Perjanjian Renville yang
ketika itu ditandatangani oleh Komisi Tiga Negara (KTN), wakil dari PBB. Pada tanggal 4
Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi supaya Indonesia dan Belanda
segera menghentikan permusuhan dan kembali ke meja perundingan.
3.2. Saran
Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang. Dalam tugas-tugas
berikutnya kami berharap sekali ada panduan dari bapak atau ibu guru pembimbing
agar kami tidak kesulitan memperoleh data. Kami berharap juga adanya saran bagi
para pembaca untuk kami kedepannya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Website:
http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_II
http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I