Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM ENERGI

“Rancang Bangun Kompor Berbahan Bakar Oli Bekas”

Dosen Pengajar :

Dedy Eko Rahmanto, S.TP., M.Si.

Disusun Oleh :

1. Mukhamad Aprianto (H41150047)


2. Devi Arianti Lestari (H41150245)
3. Fa Rizal Aziz Gatut K (H41150356)
4. Alif Adi Sudendy (H41150398)
5. Adinda Ayuning Amri (H41150430)
6. Anggy (H41150487)

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN

JURUSAN TEKNIK

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2018
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Kompor Oli Bekas .................................................................................. 3
2.2 Oli Bekas ................................................................................................. 4
2.3 Kalor Jenis .............................................................................................. 5
BAB 3. METODOLOGI ..................................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 10
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 10
3.3 Prosedur Kerja ..................................................................................... 10
BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 11
4.1 Hasil ....................................................................................................... 11
4.1.1 Kalibrasi Data Logger ..................................................................... 11
4.1.2 Data Pengujian ................................................................................ 13
BAB 5. KESIMPULAN ...................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16
5.2 Saran ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

i
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk
berbagai kebutuhan. Seperti memasak, bahan bakar kendaraan, industri dan lain
sebagainya. Sementara ini energi mayoritas dipenuhi oleh minyak bumi yang
didapat dari hasil tambang, yaitu yang terjadi dari proses fosil di dalam perut bumi
dan kini keberadaannya semakin lama semakin berkurang, maka tersedianya bahan
bakar alternatif sangatlah diperlukan. Salah satu solusi dan jalan keluarnya yaitu
pemanfaatan limbah oli bekas yang sangat melimpah di Indonesia. Akan tetapi
untuk memanfaatkan limbah oli bekas tersebut diperlukan suatu kompor atau suatu
alat yang bisa membakar oli tersebut.
Kompor merupakan suatu alat dapur yang digunakan untuk memasak.
Kompor yang masih mudah kita temui dan dipakai masyarakat adalah kompor
minyak tanah. Namun, seiring berjalannya waktu minyak tanah semakin langka dan
mahal karena persediaan minyak bumi semakin menipis, apalagi dengan adanya
program konversi energi dari minyak tanah ke LPG (Liquid Petroleum Gas) yang saat ini
sedang dilakukan pemeritah. Oleh karena itu, harus adanya bahan bakar
alternatif sebagai pengganti minyak tanah disamping LPG. Salah satu bahan bakar
alternatif yang dapat digunakan untuk bahan bakar kompor adalah oli bekas.
Oli berfungsi sebagai pelumasan kendaraan bermotor, namun oli memiliki
batasan umur untuk dilakukan penggantian. Oli Bekas merupakan salah satu limbah
B3 yang cukup berbahaya. Sehingga dengan memanfaatkan oli Bekas sebagai
kompor dapat mengatasi masalah kelangkaan bahan bakar dan juga membantu
mengurangi pencemaran lingkungan.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam perancangan kompor berbahan bakar oli bekas yaitu:
1. Untuk mengetahui kinerja kompor berbahan bakar oli bekas
2. Untuk mengetahui cara pembuatan kompor berbahan bakar oli bekas.

1
2

1.3 Manfaat
Manfaat dalam perancangan kompor berbahan bakar oli bekas yaitu:
1. Dapat mengetahui kinerja kompor berbahan bakar oli bekas
2. Dapat mengetahui cara pembuatan kompor berbahan bakar oli bekas.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompor Oli Bekas


Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Biasanya
kompor ditemukan di dapur dan bahan bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada dasarnya jenis kompor yang banyak
digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah dan kompor gas.
Meskipun demikian, masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat
memasak yaitu salah satunya kompor berbahan bakar oli bekas. Apalagi, kondisi
saat ini di mana harga bahan bakar untuk kompor minyak dan gas semakin mahal
maka mulai perlu diperhatikan kembali berbagai jenis kompor dengan alternatif
bahan bakar tanpa minyak dan gas sehingga bisa digunakan oleh masyarakat
nantinya pada saat kompor minyak dan kompor gas sudah tidak bisa digunakan
(Kuncoro dan Damanik, 2005).
Salah satu solusi dan jalan keluarnya yaitu pemanfaatan limbah oli bekas
yang sangat melimpah di Indonesia. Akan tetapi untuk memanfaatkan limbah oli
bekas tersebut diperlukan suatu kompor atau suatu alat yang bias membakar oli
tersebut. Kompor berbahan bakar oli bekas belum banyak dipakai oleh masyarakat
dikarenakan belum banyak pengetahuan tentang kompor berbahan bakar oli bekas.
Kompor oli bekas memiliki beberapa komponen yaitu :
1. Tungku pembakaran, dimana tempat proses pembakaran berlangsung.
2. Bak penampung oli bekas, tempat untuk menampung bahan bakar yaitu oli
bekas.
3. Pipa saluran oli bekas, pipa yang berfungsi untuk menyalurkan bahan bakar dari
bak penampung oli ke tungku pembakaran.
4. Blower, sebagai sumber udara paksa dimana salah satu syarat terjadinya
pembakaran yaitu adanya udara.
5. Pipa saluran blower, pipa yang berfungsi untuk menyalurkan udara paksa dari
blower ke tungku pembakaran.

3
4

6. Kran pengatur, kran pengatur terletak diantara pipa saluran oli bekas yang
berfungsi untuk mengatur volume bahan bakar yang digunakan untuk
pembakaran pada tungku pembakaran.

2.2 Oli Bekas


Oli bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa digunakan
kembali, padahal jika asal dibuang dapat menambah pencemaran lingkungan.
Bahaya dari pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk
daripada efek tumpahan minyak mentah biasa. Ditinjau dari komposisi kimianya
sendiri, oli adalah campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan
kimia aditif. Oli bekas memiliki campuran komposisi lebih dari itu, dalam oli bekas
terkandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam korosif, deposit, dan
logam berat yang bersifat karsinogenik. Sampai saat ini usaha yang di lakukan
untuk memanfaatkan oli bekas ini antara lain :
1. Dimurnikan kembali (proses refinery) menjadi refined lubricant. Tidak banyak
yang tertarik untuk berbisnis di bidang ini karena cost yang tinggi relatif terhadap
lube oil blending plant (LOBP) dengan bahan baku fresh,sehingga harga
jual ekonomis-nya tidak akan mampu bersaing di pasaran.
2. Digunakan sebagai fuel oil/minyak bakar. Yang masih menjadi kendala adalah
tingkat emisi bahan bakar ini masih tinggi.
Perlu dipertimbangkan beberapa hal mengenai pentingnya pemanfaatan kembali oli
bekas antara lain :
1. Dari tahun ke tahun, regulasi yang mendukung terhadap teknologi ramah
lingkungan akan semakin meningkat. Dan ada kemungkinan nanti, produsen oli
juga harus bertanggung jawab atas oli bekas yang dihasilkan, sehingga akan
muncul berbagai teknologi pemanfaatan oli bekas.
2. Kedepan, cadangan minyak mentah akan semakin terbatas, berarti harga minyak
mentah akan semakin melambung. Used-Oil refinery akan semakin kompetitif
dengan LOBP konvensional.
Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup, oli bekas termasuk kategori limbah B3. Meski oli bekas masih
5

bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, ia bisa membahayakan


lingkungan (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup).

2.3 Kalor Jenis


Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor
merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan
oleh suatu benda. Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan
oleh ahli kimia perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743 –1794).
Kalor memiliki satuan Kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 Kal sama dengan
jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius
(Akbar, 2010).
Kalor Jenis Zat (c) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan atau melepaskan suhu tiap satu kilogram massa suatu zat
sebesar 1°C atau 1K. Secara matematis dapat dituliskan:

………………………………...…….(2.1)
Keterangan :
Q : Kalor yang dilepas atau diserap (J)
M : Massa benda (Kg)
C : Kalor jenis zat (J/Kg K)
∆T : Perubahan suhu (K)
Banyaknya kalor jenis pada beberapa zat dapat dilihat pada table 2.1 berikut
ini :
Tabel 2.1 Kalor Jenis Zat
6

Untuk mengetahui effisiensi termal dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:
𝑚𝑐𝑇+𝑚𝐿
thermal = 𝐻𝐻𝑉 𝑥 𝑚 𝑜𝑖𝑙

Dimana:
M = berat air dalam kg
C = kalor jenis air (4180 j/kg)
𝑇 = Selisih suhu awal dan akhir
HHv = nilai high heating value oli bekas (34,772 Kj/Kg)
L = kalor penguapan air (226000 j/Kg)
moil = berat oli yang digunakan

2.4 Low Heating Value (LHV) dan Higher Heating Value (HHV)
Nilai Panas ( Nilai Pembakaran) atau HV ( Heating Value) adalah jumlah
panas yang dikeluarkan oleh 1kg bahan bakar bila bahan bakar tersebut dibakar.
Pada gas hasil pembakaran terdapat H2O dalam bentuk uap atau cairan. Dengan
demikian nilai pembakaran bila H2O yang terbentuk berupa uap akan lebih kecil
bila dibandingkan dengan H2O yang terbentuk sebagai cairan. Berarti ada 2 macam
Nilai Pembakaran yaitu Nilai Pembakaran Atas (NPA) atau HHV dan Nilai
Pembakaran Bawah (NPB) atau LHV.
1. NPA atau HHV adalah : Yaitu Nilai Pembakaran bila didalam gas hasil
pembakaran terdapat H2O berebentuk cairan
7

2. NPB atau LHV adalah: Yaitu Nilai Pembakaran bila didalam gas hasil
pembakaran terdapat H2O berbentuk gas.
Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia bahan bakar
dengan oksigen (O). Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur Karbon (C),
Hidrogen (H) dan Belerang (S). Akan tetapi yang memiliki kontribusi yang penting
terhadap energi yang dilepaskan adalah C dan H. Masing-masing bahan bakar
mempunyai kandungan unsur C dan H yang berbeda-beda.
Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap
(complete combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete combustion).
Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang bereaksi dengan
oksigen hanya akan menghasilkan CO2, seluruh unsur H menghasilkan H2O dan
seluruh S menghasilkan SO2. Sedangkan pembakaran tak sempurna terjadi apabila
seluruh unsur C yang dikandung dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan
gas yang dihasilkan tidak seluruhnya CO2. Keberadaan CO pada hasil pembakaran
menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung secara tidak lengkap.
Jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran dinyatakan sebagai
entalpi pembakaran yang merupakan beda entalpi antara produk dan reaktan dari
proses pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini dapat dinyatakan sebagai
Higher Heating Value (HHV) atau Lower Heating Value (LHV). HHV diperoleh
ketika seluruh air hasil pembakaran dalam wujud cair sedangkan LHV diperoleh
ketika seluruh air hasil pembakaran dalam bentuk uap.
Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni melainkan
memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum yang diperlukan
untuk menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah udara teoritis
(atau stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya untuk pembakaran lengkap
udara yang dibutuhkan melebihi jumlah udara teoritis. Kelebihan udara dari
jumlah udara teoritis disebut sebagai excess air yang umumnya dinyatakan dalam
persen.
Parameter yang sering digunakan untuk mengkuantifikasi jumlah udara dan
bahan bakar pada proses pembakaran tertentu adalah rasio udara-bahan
8

bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika jumlah udara sama dengan
jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut sebagai pembakaran sempurna.
Nilai kalori merupakan nilai panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna
suatu zat pada suhu tertentu. Reaksi pembakaran sempurna hydrocarbon seperti ini:
CxHy + (x + y/4) O2 —–> x CO2 + y/2 H2O
Sesuai definisinya, panas pembakaran dihitung seolah-olah reaktan dan
hasil reaksi memiliki suhu yang sama. Biasanya kondisi standar yang dipakai untuk
perhitungan nilai kalori adalah 25 °C dan 1 atm. Seperti kita tahu pada 25 °C dan 1
atm H2O memiliki fase liquid, maka perhitungan HHVmenganggap H2O hasil
pembakaran diembunkan menjadi fase liquid, sehingga selain panas didapat dari
pembakaran, diperoleh pula energi dari panas pengembunan H2O. Kalau
perhitungan LHV itu menganggap bahwa H2O tetap pada fase gas pada 25 °C. Jadi
selisih antara HHV dan LHV adalah panas pengembunan H2O pada suhu dan
tekanan standar.
HHV dan LHV adalah notasi theoretical, hanya dipakai untuk indikasi dan
tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya dalam praktek. Alasannya bahan bakar
dan gas hasil pembakaran tidak pernah berada pada temperatur yang sama sesuai
asumsi yang dipakai untuk perhitungan HHV dan LHV. Dalam praktek, energi yang
bisa kita peroleh dari pembakaran bahan bakar akan selalu lebih kecil dari HHV
atau LHV, karena ada energi dalam bentuk panas yang dibawa pergi oleh gas hasil
pembakaran. Itulah sebabnya efisiensi semua mesin konversi energi (steam power
plant, internal combustion engine, gas turbine) tidak pernah bisa 100 %.
Jadi HHV dan LHV sama sekali tidak ada hubungannya dengan fase dari
bahan bakarnya, baik bahan bakar padat maupun cair, sama-sama punya HHV dan
LHV. Kalau soal gampang atau susahnya membakar, juga tidak ada hubungannya
dengan HHV & LVH. Karena, pembakaran itu proses eksotermis, jadi tidak
mengambil panas (energi) dari lingkungan justru memberikan panas ke lingkungan.
Sebenarnya yang bisa dibakar itu adalah fase gas, kalau ada bahan bakar cair, maka
harus terbentuk cukup uap di atas permukaannya supaya bisa memulai pembakaran.
Kalau kita mulai dari temperatur ambient, untuk bahan bakar cair tertentu, misalnya
diesel oil, mesti diberikan suhu yang cukup supaya tekanan uapnya cukup tinggi
9

untuk membentuk fase uap yang bisa dibakar (dari sinilah muncul istilah flash
point). Tapi begitu sudah dibakar, panas dari pembakaran akan selalu menyediakan
energi yang cukup untuk menghasilkan fase uap yang siap untuk dibakar. Rumus
Dulong & Petit untuk menghitung Nilai Panas :
HHV = 33950 C + 144200 ( H2-O2/8) + 9400 S kJ/Kg (Prinsip Prinsip Konversi
Energi)
Keterangan :
C : Persentase unsure Carbon.
H2 : Persentase unsure Hidrogen.
S : Persentase unsure Sulfur.
O2 : Persentase unsure Oksigen.

LHV = HHV – 2400 ( M+9H2) kJ/Kg. (Prinsip Prinsip Konversi Energi)


Keterangan :
M : Moinsture (kebasahan)
Jumlah kebutuhan udara untuk proses pembakaran juga dapat dihitung
dengan persamaan pembakaran. Komposisi udara = 21 % O2 dan 79 % N2 dll dalam
Volume atau dalam komposisi berat ; 23,2 % O2 dan 76,8 % N2 dll. Untuk
mengitung kebutuhan udara teorits dapat digunakan rumus:
WA teoritis = (2,66C+7,94H-O2)/0,23
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Perancangan Sitemtem Energi Kompor Berbahan Bakar Oli
Bekas dilaksanakan pada tanggal 05 Desember 2018 Sampai 14 Desember 2018
diWorkshop Teknik Energi Terbarukan di Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Perancangan Sistem Energi
Kompor Berbahan Bakar Oli Bekas antara lain :
1. Besi Lembaran
2. Blower Keong
3. Besi cor
4. Besi Kotak
5. Pipa Besi
6. Kran Besi
7. Pipa
8. Oli Bekas
9. Grinda
10. Las Listrik

3.3 Prosedur Kerja


Pada kompor oli bekas spirtus digunakan sebagai stater kompor, kemudian
menghidupkankan api. Blower dihidup
kan dengan kecepatan rendah dan ketika blower di nyalakan apinya berubah seperti
kompor joss. bahan bakar oli yang ada di tempat penampungan bahan bakar akan
mengalir setelah kran oli di buka, bahan bakar oli akan menetes ke ruang bahan
bakar sehingga terjadi pembakaran.

10
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Kalibrasi Data Logger
Tabel 4.1 Data Kalibrasi Data Logger

Waktu (s) Suhu Data Logger (ºC) Suhu Termometer (ºC)


(X) (Y)
3777 29,3 30
4213 30,4 31
4530 31,3 32
4827 32,4 33
5030 33,3 34
5263 34,4 35
5601 35,3 36
6029 36,4 37
6290 37,3 38
6619 38,4 39
6953 39,3 40
7557 40,4 41
7582 40,5 42
7723 41,5 43
7844 42,4 44
7991 43,3 45
8169 44,4 46
8209 44,8 47
8528 46,4 48
8753 47,5 49
8920 48,1 50
9648 50,3 51
10202 51,4 52

11
12

10603 52,3 53
10994 53,4 54
11308 54,2 55
11664 55,4 56
11976 65,5 57
12207 57,4 58
12239 57,5 59
12256 59 60
13082 60,7 61
13258 61,6 62
13819 61,8 63
14060 62,2 64
14382 62,3 65
14699 62,8 66
14960 64,3 67
15106 64,7 68
15270 64,7 69
15549 64,4 70
15717 65,2 71
15797 63,2 72
15834 67,6 73
15893 64,7 74
15988 60,7 75
16077 59,8 76
16334 59,2 77
18085 73,9 78
18229 73,6 79
18313 72,5 80
18840 80,3 81
19131 82,1 82
13

19525 83,3 83
19623 84 84
19856 84,7 85
20461 86,8 86
20470 87,4 87
20604 88,4 88
20715 88,4 89
20885 89,4 90

KALIBRASI SUHU
100 y = 1.0157x + 1.4168
90 R² = 0.9481
80
70
60 KALIBRASI SUHU
50
40 Linear (KALIBRASI
30 SUHU)
20
10
0
0 20 40 60 80 100

Gambar 4.1 Grafik Kalibrasi Suhu


Usaha untuk mengetahui kebenaran dari alat ukur yaitu dengan membandingkan
hasil pengukuran termocouple dengan termometer. hasilnya kemudian
dibandingkan dan dicari nilai kebenarannya, diperoleh hasil R = 0,9481. sehingga
termometer dan termocouple dianggap sama.
4.1.2 Data Pengujian
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian

Parameter Sebelum Sesudah


Air 1,5 L 1,48 L
Bahan Bakar 300 ml 250 ml
Air Menguap 0,02 L
14

Konsumsi Bahan 50 ml
bakar
Effisiensi 29,2%

Perhitungan :
𝑚𝑐𝑇+𝑚𝐿
thermal = 𝐻𝐻𝑉 𝑥 𝑚 𝑜𝑖𝑙
4180j
1,48 kg x x (101−36)
kg
= 106 𝑗
34,772 𝑥 𝑥 0,04 𝑘𝑔
𝑘𝑔

406636
= 1390880

= 29,2%

4.1 Pembahasan
Perancangan sistem berbasis energi pada kompor berbahan bakar oli bekas
ada karena ada peluang sumber energi yang selama ini belum dimanfaatkan secara
optimal, yaitu oli bekas. Oli bekas selama ini dikumpulkan oleh pengepul dari
berbagai bengkel, oli bekas tersebut akan dikumpulkan hingga jutaan liter
kemudian akan diolah lagi menjadi base oil, base oli adalah bahan pembentuk oli
selain dari sumber minyak bumi. Oli bekas sendiri memiliki nilai high heating value
sebesar 34,772 Mj/kg. Pengujian kompor berbahan bakar dilakukan dengan
menggunakan kompor ter sebut untuk memanaskan air hingga suhu 1000C, sebab
ketika suhu 1000C kalor laten air dapat mengubah air menjadi bentuk lain, yaitu
uap. Air memiliki kalor laten penguapan sebesar 226000 J/kg dan kalor jenis air
sebesar 4180 j/kg. Pengujian kinerja oli dilakukan diworkshop TET, dengan
ditambah alat perekam data atau data logger. Data suhu air diinterpretasikan oleh
grafik pada gambar 4.1
15

120

100

80

60
Series1

40

20

0
0 50 100 150 200 250

Gambar 4.2 Grafik Data Logger


Suhu 1000C mampu dicapai oleh air dalam waktu 237 detik, sedangkan oli
yang digunakan adalah sebanyak 50 ml atau 40,5 g. Efisiensi oli diukur dari energi
yang dibutuhkan untuk memanaskan ait(Output) dibagi dengan energi yang
digunakan untuk menghasilkan panas (Input). Berat air yang dipanaskan sebanyak
1,5 kg, dan berat yang menguap sebanyak 20 gr. Efisiensi kompor terhitung sebesar
29,2 %.
BAB 5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Oli bekas memiliki nilai high heating value sebesar 34,772 Mj/kg.
pengujian kompor dilakukan dengan memanaskan air hingga 1000C, atau sampai
air dalam keadaan mendidih. Ketika air memilki suhu 100 0C, kalor laten air akan
mengubah air menjadi uap dengan kalor laten 226000 J/kg dan kalor jenis air
sebesar 4180 j/kg. Pengujian alat dilakukan di workshop TET dengan menggunakan
alat data logger. Dengan proses kalibrasi terlebih dahulu alat sampai 1000C.
Pengujian Awal kompor menggunakan air 1,5 L dengan hasil akhir 1,48 L
sehingga dihasilkan penguapan sebesar 0,02 L atau 20 gram. sedangkan pengunaan
awal bahan bakar oli bekas sebesar 300 ml dengan hasil akhir 250 ml sehingga
bahan bakar yang digunakan sebesar 50 ml. proses pembakaran dengan Suhu
1000C mampu dicapai oleh air dalam waktu 237 detik. Efisiensi kompor yang
didapat dari hasil perhitungansebesar 29,2 %.hal tersebut menunjukkan kompor oli
bekas sangat memilki peluang bekas untuk dijadikan bahan bakar dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat.

5.2 Saran
Kompor oli bekas membutuhkan pengatur otomatis kecepatan angin serta
pengatur banyaknya bahan bakar secara ideal sehingga kompor dapat bekerja secara
optimal tanpa gangguan.

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai