Dosen Pengampu :
Indah Wahyuni, S.Pd.T,. M.Pd.
Disusun Oleh
Kelompok 4
Dosen Pengampu
Indah Wahyuni, S.Pd.T,. M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan daya refleksi warna terhadap
cahaya.
2. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat laporan hasil pengujian.
B. Pendahuluan
Dalam percobaan penerangan suatu ruangan, maka ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yang akan sangat mempengaruhi hasilperencanaan tersebut. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
1. Daya lampu atau kuat cahaya.
2. Penempatan titik lampu (sumber cahaya).
3. Sistem penyinarannya (langsung atau tak langsung).
4. Armatur lampu (alat-alat / perkakas lampu).
5. Bentuk ruangan dan bentuk sertawarna perabot ruangan.
6. Keadaan dinding, langit-langit, lantai, dan sebagainya.
7. Pengaruh refleksi warna baik dari perabot, dinding, langit-langit, lantai, dan
sebagainya.
Dari beberapa faktor diatas, maka percobaan ini memfokuskan pada pengaruh refleksi
warna terhadap cahaya lampu penerangan. Dan mengingat begitu banyaknya faktor yang
mempengaruhi terhadap hasil perencanaan suatu penerangan, maka perhitungan yang
teliti dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut tentulah akan menjadi sangat
kompleks. Untuk itu, ada beberapa hal yang cukup didasarkan pada pertimbangan praktis
saja baik berdasarkan perkiraan-perkiraan atau pengalaman.
Refleksi warna terhadap cahay pada umumnya dinyatakan dalam %, yang mana
merupakan perbandingan antara daya refleksi warna tertentu dengan daya refleksi sebuah
cermin, yang dalam hal ini dianggap 100%. Refleksi warna tersebut juga akan dipengaruhi
oleh daya lampu (sumber cahaya) yang menyinarinya. Berikut ini disajikan daftar koefisien
rata-rata refleksi untuk cahaya baur dari bidang-bidang yang berwarna.
Koefisien rata-rata refleksi bidang berwarna untuk cahaya baur.
C. Alat Percobaan
1. Seperangkat kotak eksperimen daya refleksi warna.
2. Lux meter.
1. Cermin
2. Papan warna hijau tua
3. Papan warna merah
4. Papan warna putih
5. Papan warna orange
6. Papan warna hitam
7. Papan warna cokelat
8. Papan warna kuning
9. Papan warna hijau muda
Gambar Kerja :
F. Tabel Hasil Percobaan
G. Analisis Data
Daya Refleksi (P = 60 W) Daya Refleksi (P = 100 W)
0 0
DRHtua = 33.67 x 100% = 0 % DRHtua = 89 x 100% =0%
0 0
DRM = x 100% = 0 % DRM = x 100% = 0 %
33.67 89
0 8.33
DRP = 33.67 x 100% = 0 % DRP = 89 x 100% = 9.35 %
0 0
DRO = x 100% = 0 % DRO = x 100% = 0 %
33.67 89
0 0
DRHtm = 33.67 x 100% = 0 % DRHtm = 89 x 100% = 0 %
0 0
DRCo = 33.67 x 100% = 0 % DRCo = 89 x 100% = 0 %
0 2.67
DRK = 33.67 x 100% = 0 % DRK = 89 x 100% = 3%
0 0
DRHM = 33.67 x 100% = 0 % DRHM = 89 x 100% = 0 %
Daya Refleksi (P = 150 W) Daya Refleksi (P = 200 W)
0 3.33
DRHtua = 151.67 x 100% = 0 % DRHtua = 234.33 x 100% = 1.36 %
1 10.33
DRM = 151.67 x 100% = 0.65 % DRM = 234.33 x 100% = 4.24 %
23.67 46.67
DRP = 151.67 x 100% = 15.6 % DRP = 234.33 x 100% = 19.91%
3 21
DRO = 151.67 x 100% = 1.97 % DRO = 234.33 x 100% = 8.96 %
0 0
DRHtm = x 100% = 0 % DRHtm = x 100% = 0 %
151.67 234.33
0 6.33
DRCo = 151.67 x 100% = 0 % DRCo = 234.33 x 100% = 2.7 %
17 33.33
DRK = 151.67 x 100% = 11.2 % DRK = 234.33 x 100% = 13.7%
10.67 23.67
DRHM = 151.67 x 100% = 7.03 % DRHM = 234.33 x 100% = 10.1 %
H. Standar Deviasi
Ʃ |e − ē |2
Standar Deviasi (SD) = √
𝑛−1
1. Hijau Tua
Daya (Watt) e 𝐞 − ē |𝐞 − ē | |𝐞 − ē |𝟐
60 0 -0.34 0.34 0.1156
100 0 -0.34 0.34 0.1156
150 0 -0.34 0.34 0.1156
200 1.36 1.02 1.02 1.0404
Ʃ |e − ē |2
ē = 0.34
= 1.3872
1.3872
Standar Deviasi (SD) =√ 4−1
1.3872
= √ = 0.68
3
ē ± SD =
ē + SD = 0.34 + 0.68 = 1.02
ē − SD = 0.34 – 0.68 = - 0.34
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 0.34 + 0.017 = 0.357
ē - 5% ē = 0.34 - 0.017 = 0.323
2. Merah
Daya (Watt) e 𝐞 − ē |𝐞 − ē | |𝐞 − ē |𝟐
60 0 -1.2225 1.2225 1.4945
100 0 -1.2225 1.2225 1.4945
150 0.65 -0.5725 0.5725 0.3277
200 4.24 3.0175 3.0175 9.1053
ē= Ʃ |e − ē |2
1.2225 = 12.422
12.422
Standar Deviasi (SD) =√ 4−1
12.422
= √ 3 = 2.034
ē ± SD =
ē + SD = 1.2225 + 2.034 = 3.2565
ē − SD = 1.2225 – 2.034 = - 0.8115
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 1.2225 + 0.61125 = 1.283625
ē - 5% ē = 1.2225 - 0.61125 = 0.61125
3. Putih
Daya (Watt) e 𝐞 − ē |𝐞 − ē | |𝐞 − ē |𝟐
60 0 -11.215 11.215 125.776
100 9.35 -1.865 1.865 3.478
150 15.6 4.385 4.385 19.228
200 19.91 8.695 8.695 75.603
ē= Ʃ |e − ē |2
11.215 = 224.085
224.085
Standar Deviasi (SD) =√ 4−1
224.085
= √ 3 = 8.64
ē ± SD =
ē + SD = 11.215 + 8.64 = 19.855
ē − SD = 11.215 – 8.64 = 2.575
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 11.215 + 0.56 = 11.78
ē - 5% ē = 11.215 - 0.56 = 10.66
4. Orange
Daya (Watt) e 𝐞 − ē |𝐞 − ē | |𝐞 − ē |𝟐
60 0 -2.7325 2.7325 7.47
100 0 -2.7325 2.7325 7.47
150 1.97 -0.7625 0.7625 0.58
200 8.96 6.2275 6.2275 38.78
ē = 2.7325 Ʃ |e − ē |2
= 54.3
54.3
Standar Deviasi (SD) =√
4−1
54.3
= √ 3 = 4.25
ē ± SD =
ē + SD = 2.7325 + 4.25 = 6.98
ē − SD = 2.7325 – 4.25 = -1.52
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 2.7325 + 0.14 = 2.88
ē - 5% ē = 2.7325 - 0.14 = 2.6
5. Hitam
Daya (Watt) e 𝐞 − ē |𝐞 − ē | |𝐞 − ē |𝟐
60 0 0 0 0
100 0 0 0 0
150 0 0 0 0
200 0 0 0 0
ē=0 Ʃ |e − ē |2
= 0
0
Standar Deviasi (SD) = √4 − 1
0
=√ =0
3
ē ± SD =
ē + SD = 0
ē − SD = 0
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 0
ē - 5% ē = 0
6. Coklat
Daya (Watt) e 𝐞 − ē |𝐞 − ē | |𝐞 − ē |𝟐
60 0 -0.68 0.68 0.47
100 0 -0.68 0.68 0.47
150 0 -0.68 0.68 0.47
200 2.7 2.02 2.02 4.08
ē = 0.68 Ʃ |e − ē |2
= 5.49
5.49
Standar Deviasi (SD) = √4 − 1
5.49
=√ 3
= 1.35
ē ± SD =
ē + SD = 0.68 + 1.35 = 2.03
ē − SD = 0.68 – 1.35 = -0.67
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 0.68 + 0.034 = 0.71
ē - 5% ē = 0.68 – 0.034 = 0.65
7. Kuning
Daya (Watt) e 𝐞 − ē |𝐞 − ē | |𝐞 − ē |𝟐
60 0 -6.98 6.98 48.7
100 3 -3.98 3.98 15.8
150 11.2 4.22 4.22 17.8
200 13.7 6.72 6.72 45.16
ē = 6.98 Ʃ |e − ē |2
= 127.46
127.46
Standar Deviasi (SD) = √
4−1
127.46
=√ = 6.5
3
ē ± SD =
ē + SD = 6.98 + 6.5 = 13.5
ē − SD = 6.98 – 6.5 = 0.48
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 6.98 + 0.35 = 7.33
ē - 5% ē = 6.98 – 0.35 = 6.63
8. Hijau Muda
Daya (Watt) e 𝐞 − ē |𝐞 − ē | |𝐞 − ē |𝟐
60 0 -4.28 4.28 18.3
100 0 -4.28 4.28 18.3
150 7.03 2.75 2.75 7.6
200 10.1 5.82 5.82 33.9
ē = 4.28 Ʃ |e − ē |2
= 78.1
78.1
Standar Deviasi (SD) = √4 − 1
78.1
=√ 3
= 5.1
ē ± SD =
ē + SD = 4.28 + 5.1 = 9.4
ē − SD = 4.28 – 5.1 = -0.8
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 4.28 + 0.214 = 4.5
ē - 5% ē = 4.28 – 0.214 = 4.1
I. Evaluasi
Ditinjau dari segi kuat penerangan yang dihasilkan, sebenarnya warna perabot yang
cerah lebih menguntungkan. Akan tetapi, mengapa dalam prakteknya banyak perabot
berwarna gelap yang digunakan untukruangan tertentu? Jelaskan.
1. Pemilihan perabot berwarna gelap dimaksudkan untuk menurunkan intensitas cahaya
di dalam ruangan tertentu sesuai dengan fungsinya. Contohnya yaitu perabot yang
digunakan di kamar tidur.
2. Pada ruangan dengan fungsi tertentu, perabot-perabot berwarna gelap yang tidak
merefleksikan cahaya akan membantu dalam menurunkan intensitas cahaya di dalam
ruangan tersebut atau berguna sebagai penyeimbang. Tetapi akan berbeda jika
menggunakan perabot-perabot berwarna terang yang akan meningkatkan intensitas
3. cahaya dalam ruangan.
4. Pemilihan warna perabotan tergantung selera dan kebanyakan di pasaran dijual
perabotan yang berwarna gelap dibanding warna terang. Ketika warna gelap dan
warna terang dipadukan dalam sebuah ruangan, ruangan lebih terlihat menarik untuk
dilihat
J. Kesimpulan
1. Untuk warna Hijau Tua, daya refleksi warna pada 60 W, 100 W, 150 W, dan 200 W,
mencukupi standar deviasi ē ± SD dengan batas -0.34 - 1.02 %. Sedangkan standar ē
± 5% ē diperoleh hasil dengan batas 0.323-0.357%.
2. Untuk warna Merah, daya refleksi warna pada 60 W, 100 W, 150 W, dan 200 W,
mencukupi standar deviasi ē ± SD dengan batas -0.8115 – 3.2625%. Sedangkan
standar ē ± 5% diperoleh hasil dengan batas 0.61125-1.283625%.
3. Untuk warna Putih, daya refleksi warna pada 60 W, 100 W, 150 W, dan 200 W,
mencukupi standar deviasi ē ± SD dengan batas 2.575-19.855%. Sedangkan standar
ē ± 5% ē diperoleh hasil dengan batas 10.66-11.78%.
4. Untuk warna Orange, daya refleksi warna pada 60 W, 100 W, 150 W, dan 200 W,
mencukupi standar deviasi ē ± SD dengan batas -1.52-6.98%. Sedangkan standar ē ±
5% ē pada pengujian tersebut diperoleh batas 2.6-2.88%.
5. Untuk warna Hitam, daya refleksi warna pada 60 W, 100 W, 150 W, dan 200 W, tidak
mencukupi standar deviasi ē ± SD dengan batas 0%. Sedangkan standar ē ± 5% ē
pada pengujian tersebut diperoleh batas 0%.
6. Untuk warna Coklat, daya refleksi warna pada 60 W, 100 W, 150 W, dan 200 W,
mencukupi standar deviasi ē ± SD dengan batas -0.67 – 2.03%. Sedangkan standar ē
± 5% ē pada pengujian tersebut diperoleh batas 0.65-0.71%.
7. Untuk warna Kuning, daya refleksi warna pada 60 W, 100 W, 150 W, dan 200 W,
mencukupi standar deviasi ē ± SD dengan batas 0.48-13.5%. Sedangkan standar ē ±
5% ē pada pengujian tersebut diperoleh batas 6.63-7.733%.
8. Untuk warna Hijau Muda, daya refleksi warna pada 60 W, 100 W, 150 W, dan 200 W,
mencukupi standar deviasi ē ± SD dengan batas -0.8 – 9.1%. Sedangkan standar ē ±
5% ē pada pengujian tersebut diperoleh batas 4.1-4.5%.
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan warna terang seperti putih,
kuning, hijau muda, dan orange dapat merefleksikan cahaya yang diterima dengan baik.
Sedangkan warna gelap seperti hijau tua, hitam, merah, dan cokelat kurang mampu
merefleksikan cahaya yang diterima. Sehingga, pengaplikasian warna pada dinding
rumah, lampu, dan perabot ruangan yang digunakan harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan fungsi ruangan. Jika ruangan membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi
maka lebih baik menggunakan warna-warna yang cerah, begitupun sebaliknya.
Dari hasil tersebut dapat diurutkan warna-warna dari yang paling cerah yaitu, putih,
kuning, hijau muda, orange, merah, coklat, hijau tua, hitam.
K. Lampiran
1. Scan hasil laporan sementara praktikum fisika bangunan (Pengujian Daya Refleksi Warna
terhadap Cahaya)
Foto-foto alat dan bahan pengujian
1. Alat-alat Pengujian
2. Bahan-bahan Pengujian
Cermin, Papan warna hijau tua, Papan warna merah, Papan warna
putih, Papan warna orange, Papan warna hitam, Papan warna cokelat,
Papan warna kuning, Papan warna hijau muda
Foto-foto langkah pengujian
1. Pasang lampu dengan daya tertentu (misal 60 W) pada bidang sisi tempat lampu,
dan nyalakan lampu tersebut dengan tegangan tetap.
3. Pasanglah Lux-meter pada lubang dibagian sisi yang berlawanan dengan sinar
lampu. Catatlah kuat penerangan yang ditunjukkan pada Lux-meter
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN
PENGUJIAN PRAKTIKUM 2
PENGUJIAN PANAS JENIS BAHAN BANGUNAN
Rabu, 19 September 2018
Dosen Pengampu
Indah Wahyuni, S.Pd.T,. M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
4. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan panas jenis bahan bangunan.
5. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
6. Membuat laporan hasil pengujian.
B. Pendahuluan
Panas jenis suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan berapa kalori panas yang
diperlukan untuk memanaskan satu satuan massa zat tersebut dengan menaikkan suhunya
sebesar 1o C. Dengan demikian untuk memanaskan suatu zat yang massanya m gram
dengan menaikkan suhunya sebesar to C, akan diperlukan kalori sebesar :
Q = m . c . t kalori,
Dimana c adalah panas jenis zat tersebut. Panas jenis suatu zat harganya ternyata tidak
tetap, tetapai akan tergantung pada suhunya. Oleh karena itu, panas jenis suatu zat
biasanya dinyatakan untuk interval suhu tertentu, sedangkan panas jenis yang
dimaksudkan dalam percobaan ini adalah panas jenis rata-rata untuk interval suhu
tersebut. Salah satu alat yang digunakan untuk menentukan panas jenis suatu zat adalah
kalorimeter.
Kalorimeter ini terdiri dari bejana A yang diisi dengan air yang tertentu banyaknya dan
tutupnya dibuat berlubang untuk memasukan thermometer T dan pengaduk P. Kemudian
panas hilang dicegah dengan cara menyelimuti bejana A dengan bejana lain yang terbuat
dari bahan penyekat panas, yaitu bejana C.
Bahan yang hendaknya diselidiki panas jenisnya dipanasi dalam suatu tungku atau uap
air hingga mencapai suhu tertentu, misalnya t2. Misalkan bahan tersebut massanya m b
dan panas jenisnya cb. Andaikan suhu mulai-mulai air kalorimeter dan pengaduk adalah t1
dan setelah bahan dengan suhu t 2 dimasukkan dalam kalorimeter, diaduk, dicapai suhu
akhir ta . Misalkan, kapasitas panas jenis tembaga merah adalah 0,093 cal/gr.CO , maka
nilai panas jenisnya adalah 0,093.
C. Alat Percobaan
1. Seperangkat Kalorimeter, Tabung Penyekat Panas, Termometer, dan Pengaduk
2. Bejana didih
3. Penjepit
Gambar 4. Penjepit
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
D. Bahan Percobaan
1. Batu Kali
Batu kali digunakan sebagai bahan percobaan sebanyak 3 sampel yang diasumsikan
sebagai bahan konstruksi pondasi.
2. Batu Merah
Bata merah digunakan sebagai bahan percobaan sebanyak 3 sampel yang
diasumsikan sebagai bahan penutup dinding.
Massa Suhu
Massa Kal Massa Peng Massa Air
Benda Uji Benda o o o
(gram) (gram) (gram) t1 C t2 C t3 C
(gram)
Batu Kali 20.5 86.5 22.8 112 27 97 28
17.9 86.5 22.8 98 27 97 28
17.3 86.5 22.8 113.4 27 96 28
Batu Merah 25.8 87.7 22.2 107.8 28 97 31
25.3 87.7 22.2 106.1 28 97 31
26.2 87.7 22.2 108.1 28 97 31
Genteng 17.8 87.7 22.2 149.3 28 96 30
17.1 87.7 22.2 106.1 28 97 30.5
17.2 87.7 22.2 97.5 28 98 30
G. Analisis Data
1. Batu Kali
a. Batu Kali 1
(112 + 22.8 . 0,093 + 86.5 . 0,093)(28−27)
Cb2 =
20.5 . (97−28)
(112 +2.1204 + 8.0445)(1)
Cb2 =
20.5 . (69)
2 122.1649
Cb =
1414.5
Cb2 = 0.864
Cb = 0.2940 cal/gr.oC
b. Batu Kali 2
(98 + 22.8 . 0,093 + 86.5 . 0,093)(28−27)
Cb2 =
17.9 . (97−28)
2 (98 + 2.1204 + 8.0445)(1)
Cb =
17.9 . (69)
2 108.1649
Cb =
1235.1
Cb2 = 0.0875
Cb = 0.2958 cal/gr.oC
c. Batu Kali 3
(113.4 + 22.8 . 0,093 + 86.5 . 0,093)(28−27)
Cb2 =
17.3 . (96−28)
2 (113.4 + 2.1204 + 8.0445)(1)
Cb =
17.3 . (68)
2 123.5649
Cb =
1176.4
Cb2 = 0.1050
Cb = 0.3240 cal/gr.oC
𝐶𝑏1 + 𝐶𝑏2+ 𝐶𝑏3
ƩCb =
3
0.2940 + 0.2958+ 0.3240
ƩCb =
3
0.9138
ƩCb =
3
ƩCb = 0.3046 cal/gr.oC
2. Batu Merah
a. Batu Merah 1
(107.8 + 22.2 . 0,093 + 87.7 . 0,093)(31−28)
Cb2 = 25.8 . (97−31)
(107.8 + 2.0646 + 8.1561)(3)
Cb2 = 25.8 . (66)
354.0621
Cb2 = 1702.8
Cb2 = 0.2079
Cb = 0.4560 cal/gr.oC
b. Batu Merah 2
(106.1+ 22.2 . 0,093 + 87.7 . 0,093)(31−28)
Cb2 = 25.3 . (97−31)
(106.1 + 2.0646 + 8.1561)(3)
Cb2 = 25.3 . (66)
348.9621
Cb2 = 1669.8
Cb2 = 0.2089
Cb = 0.4570 cal/gr.oC
c. Batu Merah 3
(108.1+ 22.2 . 0,093 + 87.7 . 0,093)(31−28)
Cb2 = 26.2 . (97−31)
(108.1 + 2.0646 + 8.1561)(3)
Cb2 = 26.2 . (66)
354.9621
Cb2 =
1729.2
Cb2 = 0.2052
Cb = 0.4530 cal/gr.oC
3. Genteng
a. Genteng 1
(149.3+ 22.2 . 0,093 + 87.7 . 0,093)(30−28)
Cb2 = 17.8 . (96−30)
(149.3 + 2.0646 + 8.1561)(2)
Cb2 = 17.8 . (66)
319.0414
Cb2 = 1174.8
Cb2 = 0.2715
Cb = 0.5210 cal/gr.oC
b. Genteng 2
(106.1+ 22.2 . 0,093 + 87.7 . 0,093)(30.5−28)
Cb2 =
17.1 . (97−30.5)
(106.1 + 2.0646 + 8.1561)(2.5)
Cb2 =
17.1 . (66.5)
290.80175
Cb2 =
1137.5
Cb2 = 0.2557
Cb = 0.5057 cal/gr.oC
c. Genteng 3
(97.5+ 22.2 . 0,093 + 87.7 . 0,093)(30 − 28)
Cb2 =
17.2 . (98−30)
(97.5 + 2.0646 + 8.1561)(2)
Cb2 =
17.2 . (68)
215.4414
Cb2 =
1169.6
Cb2 = 0.1842
Cb = 0.4292 cal/gr.oC
H. Standar Deviasi
Ʃ |e − ē |2
Standar Deviasi (SD) = √ 𝑛−1
Dimana, nilai e adalah Cb dari benda uji
1. Batu Kali
Bahan e (cal/gr.oC) 𝐞 − ē |𝐞 − ē| |𝐞 − ē |𝟐
Batu Kali 1 0.2940 -0.0106 0.0106 0.00011236
Batu Kali 2 0.2958 -0.0088 0.0088 0.00007744
Batu Kali 3 0.3240 0.0194 0.0194 0.00037636
Ʃ 0.3046 0.00018872
0.00018872
Standar Deviasi = √
3−1
= √0.00009436
= 0.0097
ē ± SD =
ē + SD = 0.3046 + 0.0097 = 0.3143
ē − SD = 0.3046 – 0.0097 = 0.2949
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 0.3046 + 0.01523 = 0.31983
ē - 5% ē = 0.3046 - 0.01523 = 0.28937
Standar Deviasi
Bahan Cb (cal/gr.oC) Keterangan
Min. Max.
Batu Kali 1 0.2940 0.28937 0.31983 OK
Batu Kali 2 0.2958 0.28937 0.31983 OK
Batu Kali 3 0.3240 0.28937 0.31983 OK
2. Batu Merah
Bahan e (cal/gr.oC) 𝐞 − ē |𝐞 − ē| |𝐞 − ē |𝟐
Batu Merah 1 0.4560 0.0027 0.0027 0.00000729
Batu Merah 2 0.4570 0.0037 0.0037 0.00001369
Batu Merah 3 0.4530 -0.0003 0.0003 0.00000009
Ʃ 0.4533 0.000007023
0.000007023
Standar Deviasi = √ 3−1
= √0.0000035115
= 0.00187
ē ± SD =
ē + SD = 0.4533 + 0.00187 = 0.45517
ē − SD = 0.4533 – 0.00187 = 0.45143
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 0.4533 + 0.02267 = 0.47597
ē - 5% ē = 0.4533 - 0.02267 = 0.43063
Standar Deviasi
Bahan Cb (cal/gr.oC) Keterangan
Min. Max.
Batu Merah 1 0.4560 0.43063 0.47597 OK
Batu Merah 2 0.4570 0.43063 0.47597 OK
Batu Merah 3 0.4530 0.43063 0.47597 OK
3. Genteng
Bahan e (cal/gr.oC) 𝐞 − ē |𝐞 − ē| |𝐞 − ē |𝟐
Genteng 1 0.5210 0.0357 0.0357 0.00127449
Genteng 2 0.5057 0.0204 0.0204 0.00041616
Genteng 3 0.4292 -0.0561 0.0561 0.00314721
Ʃ 0.4853 0.00161262
0.00161262
Standar Deviasi = √ 3−1
= √0.00080631
= 0.0284
ē ± SD =
ē + SD = 0.4853 + 0.0284 = 0.5137
ē − SD = 0.4853 – 0.0284 = 0.4569
ē ± 5% ē =
ē + 5% ē = 0.4853 + 0.024265 = 0.509565
ē - 5% ē = 0.4853 - 0.024265 = 0.461035
Tabel 11. Perbandingan Cb dengan Standar Deviasi Genteng
Standar Deviasi
Bahan Cb (cal/gr.oC) Keterangan
Min. Max.
Genteng 1 0.5210 0.461035 0.509565 OK
Genteng 2 0.5057 0.461035 0.509565 OK
Genteng 3 0.4292 0.461035 0.509565 NOT OK
I. Evaluasi
Untuk mencegah adanya panas yang hilang dari percobaan ini, disamping
dengan menggunakan tabung penyekat panas masih ada cara lain yang dapat ditempuh
yaitu dengan menggunakan bahan berupa isolator seperti kayu bambu yang berfungsi
sebagai pencegah perpindahan panas.
Dari data analisa menunjukan adanya penyimpangan dari teori teori yang ada
yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan:
1. Suhu pada thermometer belum kembali dalam keadaan stabil
2. Suhu pada air berbeda (air sudah terkontaminasi suhu sekitar)
3. Benda uji belum benar benar menyerap panas pada saat proses penguapan di bejana
Didih.
J. Kesimpulan
Dari hasil pengujian panas jenis tersebut, diperoleh hasil rata-rata panas jenis dari tiap
bahan bangunan seperti pada tabel dibawah ini.
GRAFIK PERBANDINGAN
PENGUJIAN PANAS JENIS
BAHAN BANGUNAN
Batu Kali Batu Merah Genteng
0,4853
0,4533
0,3046
SAMPEL PENGUJIAN
Grafik 1. Perbandingan Hasil Pengujian Panas Jenis Bahan Bangunan
Dan semua jenis bahan bangunan yang telah diuji juga telah sesuai dengan standar
deviasi yang diperoleh, kecuali pada sampel genteng ke-3. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat disimpulkan bawasannya bahan bangunan yang mempunyai panas jenis
tinggi merupakan bahan bangunan yang mempunyai pori pori lebih padat.
K. Lampiran
a. Scan hasil laporan sementara praktikum fisika bangunan (Pengujian Panas Jenis
Bahan Bangunan)
b. Dokumentasi saat pengujian (alat, bahan dan langkah pengujian)
i. Alat-alat Pengujian
Dosen Pengampu
Indah Wahyuni, S.Pd.T,. M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
7. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan kelembaban udara.
8. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
9. Membuat laporan hasil pengujian.
B. Pendahuluan
Ada beberapa cara untuk menentukan kelembaban udara. Salah satu cara yang
digunakan dalam percobaan ini adalah dengan menggunakan alat yang disebut
“Higrometer Renault” atau disebut juga “ Higrometer Dew Point”.
Alat ini terdiri dari dua tabung yang pada bagian bawahnya dilapisi dengan bahan
perak yang mengkilat. Pada salah satu tabung diisi dengan ether atau spirtus yang
mudah menguap. Pada tabung yang berisi spirtus tersebut suhunya diturunkan yaitu
dengan cara menghembuskan atau meniup udara ke dalamnya sehingga terjadi
penurunan suhu secara berangsur-angsur. Akibatnya adanya penurunan suhu secara
terus menerus, maka setelah mencapai suhu tertentu, pada dinding luar bejana tersebut
akan terjadi pengembunan yang diamati dengan munculnya bintik-bintikair atau terjadi
keburaman pada dinding tabung yang mengkilat tersebut. Suhu diimana uap air dalam
udara mulai mengembun disebut sebagai suhu titik embun (te), sedangkan suhu yang
ditunjukan oleh termometer pada tabung yang lain (tl) disebut sebagai suhu ruang (tr).
Dalam kaitannya dengan kelembaban udara ini dikenal adanya istilah kelembaban
relatif (relative humadity) dan kelembaban mutlak (absolute humadity). Kelembaban
mutlak (Km ) adalah banyaknya atau jumlah massa uapair dalam udara untuk tiap satuan
volume. Sedangkan kelembaban relatif (Kr) adalag perbandingan antara massa uap air
dalam udara untuk tiap satuan volume pada suhu titik embun atau tekanan parsial uap air
(Pte) dengan massa uap air dalam udara untuk tiap satuan volume pada tekanan
maksimum pada temperatur tersebut atau pekanan uap air jenuh pada suhu tertentu (Ptr).
Dengan demikian, harga kelembaban relatif dan kelembaban mutlak dapat ditentukan
sebagai berikut :
Atau
(𝑃𝑡𝑒)
Kr = x 𝜌 uap air pada suhu titik embun (dalam gram/cm3)
(𝑃𝑡𝑟)
Kelembaban adalah konsentrasi uap air diudara. Angka Konsentrasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relatif.
Alat pengukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk
mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan. Dapat dianalogikan
dengan termometer atau termostat untuk suhu udara.
Tabel 1. Temperatur
Keterangan :
T = Temperatur
D. Bahan Percobaan
4. Udara dalam ruangan.
5. Cairan Spiritus
Keterangan :
I. Pintu Jendela Tertutup – Lampu Mati
II. Pintu Jendela Tertutup – Lampu Nyala
III. Pintu Jendela Terbuka – Lampu Mati
IV. Pintu Jendela Terbuka – Lampu Nyala
G. Analisis Data
1. Tekanan uap air pada titik embun
= 66.95 %
5. Kelembaban Mutlak
18.66
Km I = x 18.34 = 12.05
28.40
21.09
Km II = x 20.58 = 13.60
31.90
19.84
Km III = x 19.43 = 12.81
30.10
21.09
Km IV = x 20.58 = 14.42
30.10
Rata-rata :
12.05 +13.60 + 12.81 + 14.42
Km =
4
= 13.22
Setelah melakukan pengujian dan analisa data pada pengujian kelembaban udara,
diperoleh tabel hasil perhitungan berikut
H. Standar Deviasi
Ʃ |x − x |2
Standar Deviasi (SD) = √ 𝑛−1
Percobaan x (%) 𝐱 − 𝐱 |𝐱 − 𝐱 | |𝐱 − 𝐱 |𝟐
I 65.70 -1.25 % 1.25 % 1.5625 %
II 66.11 -0.84% 0.84% 0.7056 %
III 65.91 -1.04% 1.04% 1.0816 %
IV 70.06 3.11% 3.11% 9.6721 %
x = 66.95 Ʃ = 3.26 %
3.26%
Standar Deviasi (SD) = √ 4 − 1
3.26%
=√ 3
= 1.042 %
𝐱 ± SD =
x + SD = 66.95 + 1.042 = 67.992
x − SD = 66.95 – 1.042 = 65.908
𝐱 ± 5% 𝐱 =
x + 5% x = 66.95 + 3.35 = 70.3
x - 5% x = 66.95 – 3.35 = 63.6
Percobaan x 𝐱 − 𝐱 |𝐱 − 𝐱 | |𝐱 − 𝐱 |𝟐
I 12.05 -1.17 1.17 1.3689
II 13.60 0.38 0.38 0.1444
III 12.81 -0.41 0.41 0.1681
IV 14.42 1.2 1.2 1.44
x = 13.22 Ʃ = 0.78
0.78
Standar Deviasi (SD) = √4 − 1
0.78
=√ 3
= 0.51
𝐱 ± SD =
x + SD = 13.22 + 0.51 = 13.73
x − SD = 13.22 – 0.51 = 12.71
𝐱 ± 5% 𝐱 =
x + 5% x = 13.22 + 0.66 = 13.88
x - 5% x = 13.22 – 0.66 = 12.56
J. Kesimpulan
Dari hasil pengujian kelembaban udara dapat disimpulkan bahwa kelembaban udara
dipengaruhi oleh sirkulasi udara, suhu ruang, dan luas ruangan dengan hasil
menunjukkan bahwa seperti pada tabel dibawah ini.
GRAFIK PERBANDINGAN
PENGUJIANKELEMBAPAN UDARA
Percobaan I Percobaan II
Percobaan III Percobaan IV
23
22
21 21
SAMPEL PENGUJIAN
Kelembaban Mutlak :
Km4 (14.42) > Km2 (13.60) > Km3 (12.81) > Km1 (12.05)
K. Lampiran
a. Scan hasil laporan sementara praktikum fisika bangunan (Pengujian
Kelembaban Udara)
b. Dokumentasi saat pengujian (alat, bahan dan langkah pengujian)
1. Alat dan Bahan Pengujian
Dosen Pengampu
Indah Wahyuni, S.Pd.T,. M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan angka pori, porositas, massa jenis
dan berat satuan bahan bangunan.
2. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat karya ilmiah pelaporan hasil percobaan.
B. Pendahuluan
Bahan bangunan yang pervious (porous) terdiri dari dua bagian yaitu bagian padat dan
bagian pori. Kepadatan bahan akan sangat besar pengaruhnya terhadap kekuatan bahan
tersebut. Pada umumnya, semakin porous suatu bahan akan makin lemah pula
kekuatannya. Gambaran mengenai struktur bahan bangunan adalah sbb
Dalam keadaan kering udara, sebagian volume ruang ( Vr ) akan ditempati oleh air, dan
dalam keadaan kering sempurna ( kering oven ) seluruh volume ruang tersebut akan
ditempati oleh udara yang dalam penimbangannya massanya dianggap nol. Selanjutnya
angka pori, porositas, massa jenis dan berat satuan dapat ditentukan berdasarkan rumus -
rumus berikut :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑉𝑟 𝑉𝑡−𝑉𝑝
1. Angka pori ( e ) = = = ( gram / cm3 )
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑉𝑝 𝑉𝑝
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑉𝑝
5. Kerapatan / Kepadatan : d = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 𝑉𝑡
x 100%
C. Alat Percobaan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
2. Oven
Gambar 2. Oven
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
3. Gelas ukur
5. Benang
6. Lap
D. Bahan Percobaan
1. Batu kali
Batu kali digunakan sebagai bahan percobaan sebanyak 3 sampel yang diasumsikan
sebagai bahan konstruksi pondasi.
b. Porositas ( n )
Tabel 4 . Porositas.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑀𝑘
Keadaan kering : γk = = ( gram / cm3 )
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑡
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑀𝑏
Keadaan jenuh air : γb = = ( gram / cm3 )
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑡
Berat Satuan
Benda Uji Rata-rata
Basah
Batu Kali 1 0.0621
Batu Kali 2 0.0665 0.0658
Batu Kali 3 0.0689
Batu Merah 1 0.0922
0.0954
Bata Merah 2 0.0945
Bata Merah 3 0.0994
Genteng 1 0.0666
0.0645
Genteng 2 0.0618
Genteng 3 0.0651
e. Kerapatan / Kepadatan :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑉𝑝
d= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 𝑉𝑡
x 100%
Tabel 8 . Kerapatan.
H. Standar Deviasi
Ʃ |x − x |2
Standar Deviasi (SD) = √
𝑛−1
a. Batu Kali
9.586 x 10-
3.5610 x 10-3 9.586 x 10-4 4 91.891396 x 10-
2 8
𝑒͞ = 2.6024 x 10 -3
∑ = 45.229411
x 10-8
45.229411 x 10−8
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
45.229411 x 10−8
=√ 2
= 1.15038 x 10-4
x ± SD =
x + SD = 2.6024 x 10-3 + 1.15038 x 10-4 = 1.41062 x 10-4
x − SD = 2.6024 x 10-3 – 1.15038 x 10-4 = -0.89014 x 10-4
x ± 5% x =
x + 5% x = 2.6024 x 10-3 + 1.3012 x 10-4 = 1.327224 x 10-4
x - 5% x = 2.6024 x 10-3 – 1.3012 x 10-4 = -1.04096 x 10-4
Tabel 10. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Batu Kali
Standar Deviasi
Percobaan Angka Pori Keterangan
Min. Max
2.2705 x 10-3 -0.89014 x 1.41062 x
1 OK
10-4 10-4
3.5610 x 10-3 -0.89014 x 10 -
1.41062 x
2 4 OK
10-4
-0.89014 x 1.41062 x
3 2.0298 x 10-3 OK
10-4 10-4
b. Batu Merah
∑ = 2.1343 x
𝑒͞ = 0.01494
10-6
2.1343 x 10−6
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
2.1343 x 10−6
=√
2
= 0.001033
x ± SD =
x + SD = 0.01494 + 0.001033 = 0.015973
x − SD = 0.01494 – 0.001033 = 0.013907
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.01494 + 7.47 x 10-4 = 0.015687
x - 5% x = 0.01494 – 7.47 x 10-4 = 0.014193
Standar Deviasi
Percobaan Angka Pori Keterangan
Min. Max
1 0.01429 0.013907 0.015973 OK
2 0.01428 0.013907 0.015973 OK
3 0.01626 0.013907 0.015973 OK
c. Genteng
3.621 x 10-
-4 4
2 6.3954 x 10-3 -3.621 x 10 1.31 x 10-7
2.505 x 10-
3 6.5070 x 10-3 -4 4 6.28 x 10-8
-2.505 x 10
1.896 x 10−7
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
1.896 x 10−7
=√ 2
= 3.079 x 10-4
x ± SD =
x + SD = 6.7575 x 10-3 + 3.079 x 10-4= 7.0654x 10-3.
x − SD = 6.7575 x 10-3 – 3.079 x 10-4= 6.4496 x 10-3
x ± 5% x =
x + 5% x = 6.7575 x 10-3 + 3.3788 x 10-4 = 7.0954 x 10-3
x - 5% x = 6.7575 x 10-3 – 3.3788 x 10-4 = 6.41962 x 10-3
Standar Deviasi
Percobaan Angka Pori Keterangan
Min. Max
7.3702
1 6.4496 x 10-3 7.0654x 10-3. NOT OK
x 10-3
6.3954
2 6.4496 x 10-3 7.0654x 10-3. NOT OK
x 10-3
3 6.5070 x 10-3 6.4496 x 10-3 7.0654x 10-3. OK
a. Batu Kali
Tabel 14 . Standar Deviasi Batu Kali.
4.35 x 10−7
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
4.35 x 10−7
=√ 2
= 4.664 x 10-4
x ± SD =
x + SD = 2.6237 x 10-3 + 4.664 x 10-4= 3.0901 x 10-3.
x − SD = 2.6237 x 10-3 – 4.664 x 10-4= 2.1573 x 10-3
x ± 5% x =
x + 5% x = 2.6237 x 10-3 + 1.3119 x 10-4 = 2.75489x 10-3
x - 5% x = 2.6237 x 10-3 – 1.3119 x 10-4 = 2.49251 x 10-3
Standar Deviasi
Percobaan Porositas Keterangan
Min. Max
1 2.2654 x 10-3 2.1573 x 10 -3
3.0901 x 10-3. OK
2 3.5484 x 10-3 2.1573 x 10 -3
3.0901 x 10-3. NOT OK
3 2.0572 x 10-3 2.1573 x 10-3 3.0901 x 10-3. OK
b. Batu Merah
x ± SD =
x + SD = 0.01472+ 6.35 x 10-4= 0.015355
x − SD = 0.01472 – 6.35 x 10-4= 0.014085
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.01472+ 7.36 x 10-4 = 0.015456
x - 5% x = 0.01472– 7.36 x 10-4 = 0.013984
Standar Deviasi
Percobaan Porositas Keterangan
Min. Max
1 0.01409 0.014085 0.015355 OK
2 0.01408 0.014085 0.015355 OK
3 0.016 0.014085 0.015355 NOT OK
c. Genteng
8.07 x 10−7
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
8.07 x 10−7
=√ 2
= 6.35 x 10-4
x ± SD =
x + SD = 0.01472+ 6.35 x 10-4= 0.015355
x − SD = 0.01472 – 6.35 x 10-4= 0.014085
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.01472+ 7.36 x 10-4 = 0.015456
x - 5% x = 0.01472– 7.36 x 10-4 = 0.013984
Tabel 19. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Batu Merah
Standar Deviasi
Percobaan Porositas Min. Max Keterangan
a. Batu Kali
𝑒͞ = 0.0634 ∑ = 2.4610x10-5
2.4610x10−5
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
2.4610x10−5
=√ 2
= 3.5078x10-3
x ± SD =
x + SD = 0.0634+ 3.5078x10-3 = 6.6908X10-2
x − SD = 0.0634 – 3.5078x10-3 = 5.9892X10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0634 + 3.1683x10-3 = 6.6570X10-2
x - 5% x = 0.0634 – 3.1683x10-3 = 6.0230X10-2
Tabel 21. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Batu Kali
b. Batu Merah
1.0309x10−3
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
1.0309x10−3
=√ 2
= 2.2704x10-2
x ± SD =
x + SD = 0.0818 + 2.2704x10-2 = 1.045x10-1
x − SD = 0.0818 – 2.2704x10-2= 5.9096x10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0818 + 4.0900x10-3 = 8.5890x10-2
x - 5% x = 0.0818 – 4.0900x10-3 = 7.7710x10-2
1.1997x10−3
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
1.1997x10−3
=√ 2
= 2.4492x10-2
x ± SD =
x + SD = 0.0709+ 2.4492x10-2 = 9.5392x10-2
x − SD = 0.0709 – 2.4492x10-2 = 4.6408x10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0709 + 3.5450x10-2 = 7.4445x10-2
x - 5% x = 0.0709 – 3.5450x10-2 = 6.7255x10-2
a. Batu Kali
𝑒͞ = 0.0632 ∑ = 2.534x10-5
2.534x10−5
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
2.534x10−5
=√ 2
= 3.5595x10-3
x ± SD =
x + SD = 0.0632+ 3.5595x10-3 = 6.6759x10-2
x − SD = 0.0632 – 3.5595x10-3 = 5.9641x10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0632 + 3.1600x10-3 = 6.6360x10-2
x - 5% x = 0.0632 – 3.1600x10-3= 6.0040X10-2
b. Batu Merah
1.4180x10−5
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
1.4180x10−5
=√
2
= 2.6627x10-3
x ± SD =
x + SD = 0.0806 + 2.6627x10-3 = 8.3263x10-2
x − SD = 0.0806 – 2.6627x10-3= 7.7937x10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0806 + 4.0300x10-3 = 8.4630x10-2
x - 5% x = 0.0806 – 4.0300x10-3 = 7.6570x10-2
Tabel 29. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Batu Merah
c. Genteng
8.1800x10−6
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
8.1800x10−6
=√ 2
= 2.0224x10-3
x ± SD =
x + SD = 0.0578+ 2.0224x10-3 = 5.9822x10-2
x − SD = 0.0578 – 2.0224x10-3 = 5.5778x10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0578 + 2.8900x10-3 = 6.0690x10-2
x - 5% x = 0.0578 – 2.8900x10-3 = 5.4910x10-2
a. Batu Kali
Tabel 32 . Standar Deviasi Batu Kali.
𝑒͞ = 0.0658
∑ = 2.379x 0-5
2.379x 0−5
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
2.379x 0−5
=√ 2
= 3.4489 x 10-3
x ± SD =
x + SD = 0.0658+ 3.4489 x 10-3 = 6.9149x10-2
x − SD = 0.0658 – 3.4489 x 10-3 = 6.2351x10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0658 + 3.2900x10-3= 6.9090 x 10-2
x - 5% x = 0.0658 – 3.2900x10-3 = 6.2510 x 10-2
b. Batu Merah
x ± SD =
x + SD = 0.0954 + 3.6776x10-3= 9.9078x10-2
x − SD = 0.0954 – 3.6776x10-3= 9.1722x10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0954 + 4.7700x10-3 = 1.0017x10-1
x - 5% x = 0.0954 – 4.7700x10-3 = 9.0630x10-2
c. Genteng
𝑒͞ = 0.0645 ∑ = 1.2060x10-5
1.2060x10−5
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
1.2060x10−5
=√
2
= 2.4556 x 10-3
x ± SD =
x + SD = 0.0645 + 2.4556 x 10-3 = 6.6956 x 10-2.
x − SD = 0.0645 – 2.4556 x 10-3 = 6.2044 x 10-2
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0645 + 3.2250 x 10-3 = 6.7725 x 10-2
x - 5% x = 0.0645 – 3.2250 x 10-3 = 6.1275 x 10-2
Tabel 37. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Genteng
a. Batu Kali
-4
1 99.77 0.03 0.03 9.0x10
-3
2 99.65 -0.09 -0.09 8.1x10
-3
3 99.80 0.06 0.06 3.6x10
𝑒͞ = 99.74 -2
∑ = 1.26x10
1.26x10−2
Standar Deviasi (SD) = √
3− 1
1.26x10−2
=√ 2
= 7.937x10-2
x ± SD =
x + SD = 99.74 + 7.937x10-2 = 99.819
x − SD = 99.74 – 7.937x10-2 = 99.661
x ± 5% x =
x + 5% x = 99.74 + 4.987 = 104.727
x - 5% x = 99.74 – 4.987 = 94.753
𝑒͞ = 98.53 ∑ = 2.41x10-2
2.41x10−2
Standar Deviasi (SD) = √ 3− 1
2.41x10−2
=√ 2
= 0.10977
x ± SD =
x + SD = 98.53 + 0.10977= 98.640
x − SD = 98.53 – 0.10977= 98.420
x ± 5% x =
x + 5% x = 98.53 + 4.9265 = 103.46
x - 5% x = 98.53 – 4.9265 = 93.604
c. Genteng
x ± SD =
x + SD = 99.33 + 5.2915x10-2= 99.383
x − SD = 99.33 – 5.2915x10-2= 99.277
x ± 5% x =
x + 5% x = 99.33+ 4.9665 = 104.30
x - 5% x = 99.33 – 4.9665 = 94.364
J. Kesimpulan
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa diperoleh hasil rata-rata yang
menunjukkan bahwa seperti pada tabel dibawah ini.
Nilai Angka Pori Batu Merah > Genteng > Batu Kali
Nilai Massa Jenis Batu Merah > Batu Kali > Genteng
d. Tabel 47. Hasil Perhitungan Berat Satuan Keadaan Kering.
Nilai berat satuan keadaan kering pada Batu Merah > Batu Kali > Genteng
Berat Satuan
Benda Uji Rata-rata
Basah
Batu Kali 1 0.0621
Batu Kali 2 0.0665 0.0658
Batu Kali 3 0.0689
Batu Merah 1 0.0922
0.0954
Bata Merah 2 0.0945
Bata Merah 3 0.0994
Genteng 1 0.0666
0.0645
Genteng 2 0.0618
Genteng 3 0.0651
Nilai berat satuan keadaan basah pada Batu Merah > Batu Kali > Genteng
Kepadatan Rata-rata
Benda Uji
(%) (%)
Batu Kali 1 99.77
Batu Kali 2 99.65 99.74
Batu Kali 3 99.80
Batu Merah 1 98.59
98.53
Bata Merah 2 98.59
Bata Merah 3 98.4
Genteng 1 99.27
99.33
Genteng 2 99.37
Genteng 3 99.35
Dosen Pengampu
Indah Wahyuni, S.Pd.T,. M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan koefisien permeabilitas bahan
bangunan.
2. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat karya ilmiah pelaporan hasil percobaan.
B. Pendahuluan
Permeabilitas bahan adalah daya rembes zat cair (fluida) yang mengalir melalui suatu
bahan dalam keadaan tekanan tetap. Sifat ini dinyatakan sebagai jumlah air yang
merembes tiap - tiap 1 cm2 bahan pada setiap detiknya pada tekanan tetap. Nilai
permeabilitas suatu bahan akan sangat tergantung pada kerapatan bahannya.
Alat ini digunakan untuk penyelidikan bahan yang bersifat porous ( dengan K > 2,7 . 10-
7 cm/dt). Bahan yang akan diselidiki permeabilitasnya (K) harus dalam keadaan jenuh,
yakni dengan cara merendam terlebih dahulu dalam air.
Bila luas bidang permukaan bahan yang diresapi air (A) dan tebal bahan yang dilalui air
(L) serta selisih permukaan air yang masuk dan yang keluar adalah h, maka harga hidrolik
gradient (i) = h/L. Sementara itu, volume air yang meresap melalui permukaan bahan
adalah : volume (V) = debit (Q) x waktu (t). Sedangkan debit air yang merembes (Q) sama
dengan kecepatan rembesan kali luas permukaan rembesan , atau Q = V . A. Dan
kecepatan rembesan : V = k . i
𝑣 .𝐿
𝐴𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑜𝑒͞𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒͞𝑛 𝑝𝑒͞𝑟𝑚𝑒͞𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 ∶ 𝑘 = (𝑐𝑚/𝑑𝑒͞𝑡𝑖𝑘)
𝐴.ℎ.𝑡
C. Alat Percobaan
1. Seperangkat instrument pengujian permeabilitas
2. Stopwatch
3. Jangka Sorong
4. Mistar
Gambar 5. Mistar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
D. Bahan Percobaan
1. Genteng
Gambar 5. Genteng
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
2. Asbes
Gambar 7. Asbes
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
3. Air .
G. Analisis Data
1. Asbes
𝐴=𝑝𝑥𝑙
= 10,5 𝑥 10,5 = 110,25
𝐿 = 0,515
ℎ = 19,8
𝑣 = 0,01
a. Percobaan 1 :
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K1.1 = - K1.6 = -
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K1.2 = - K1.7 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K1.4 = - K1.9 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K1.5 = - K1.10 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
b. Percobaan II :
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.1 = - K2.6 = -
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.2 = - K2.7 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.3 = - K1.8 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.4 = - K2.9 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.5 = - K2.10 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
2. Genteng
𝐴=𝑝𝑥𝑙
= 10,5 𝑥 10,5
= 110,25
𝐿 = 1.52
ℎ = 20.2
𝑣 = 0,01
a. Percobaan 1 :
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K1.1 = - K1.6 = -
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K1.2 = - K1.7 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K1.3 = - K1.8 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K1.5 = - K1.10 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
b. Percobaan II :
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.1 = - K2.6 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.2 = - K2.7 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.3 = - K2.8 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.4 = - K2.9 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
𝑣 .𝐿 𝑣 .𝐿
- K2.5 = - K2.10 =
𝐴.ℎ.𝑡 𝐴.ℎ.𝑡
H. Standar Deviasi
Ʃ |x − x |2
Standar Deviasi (SD) = √ 𝑛−1
Permeabilitas
Asbes 𝒙 𝒙−𝐱 ⃓𝒙 − 𝐱 ⃓ ⃓𝒙 − 𝐱 ⃓𝟐
K1 8.0933 x 10-8 0.07262 x 10-8 0.07262 x 10-8 5.2737 x 10-19
K2 10.2797 x 10-8 2.25902 x 10-8 2.25902 x 10-8 5.1032x 10-16
K3 7.6697 x 10-8 -0.35098 x 10-8 0.35098 x 10-8 1.2319x 10-17
K4 8.9262 x 10-8 0.90552 x 10-8 0.90552 x 10-8 8.1997x 10-17
K5 10.2886 x 10-8 2.26792 x 10-8 2.26792 x 10-8 5.1435x 10-16
K6 7.3085 x 10-8 -0.71218 x 10-8 0.71218 x 10-8 5.0720x 10-17
K7 7.5301 x 10-8 -0.49058 x 10-8 0.49058 x 10-8 2.4067x 10-17
K8 7.5014 x 10-8 -0.51928 x 10-8 0.51928 x 10-8 2.6965x 10-17
K9 6.8761 x 10-8 -1.14458 x 10-8 1.14458 x 10-8 1.3101x 10-16
K10 5.7332 x 10-8 -2.28748 x 10-8 2.28748 x 10-8 5.2326x 10-16
x = 8.02068 x ∑ = 1.87552X10-15
10-8
1.87552𝑥10−15
Standar Deviasi (SD) = √ 10− 1
1.87552𝑥10−15
=√ 9
= 1.44358x10-8
x ± SD =
x + SD = 9.46426x10-8
x − SD =6.5771x10-8
x ± 5% x =
x + 5% x = 8.42171x10-8
x - 5% x = 7.61965x10-8
Tabel 5. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Asbes
Standar Deviasi
Permeabilitas Percobaan I Keterangan
Min. Max
1 8.0933 x 10-8 6.5771x10-8 9.46426x10-8 OK
2 10.2797 x 10-8 6.5771x10-8 9.46426x10-8 NOT OK
3 7.6697 x 10-8 6.5771x10-8 9.46426x10-8 OK
4 8.9262 x 10-8 6.5771x10-8
9.46426x10-8 OK
5 10.2886 x 10-8 6.5771x10-8 9.46426x10-8 NOT OK
6 7.3085 x 10-8 6.5771x10-8
9.46426x10-8 OK
7 7.5301 x 10-8 6.5771x10-8 9.46426x10-8 OK
8 7.5014 x 10-8 6.5771x10-8
9.46426x10-8 OK
9 6.8761 x 10-8 6.5771x10-8 9.46426x10-8 OK
10 5.7332 x 10-8 6.5771x10-8
9.46426x10-8 NOT OK
b. Percobaan II :
Permeabilitas
Asbes 𝒙 𝒙−𝐱 ⃓𝒙 − 𝐱 ⃓ ⃓𝒙 − 𝐱 ⃓𝟐
K1 4.3827 x 10-8 0.80313 x 10-8 0.80313 x 10-8 6.4502 x 10-17
K2 4.2554 x 10-8 0.68583 x 10-8 0.68583 x 10-8 4.7036 x 10-17
0.280903 x 10-
K3 3.8505 x 10-8 0.280903 x 10-8 8 7.8906 x 10-18
K4 4.0704 x 10-8 0.50083 x 10-8 0.50083 x 10-8 2.5083 x 10-17
K5 3.3980 x 10-8 -0.17157 x 10-8 0.17157 x 10-8 2.9436 x 10-18
K6 3.3698 x 10-8 -0.19977 x 10-8 0.19977 x 10-8 3.9908 x 10-18
K7 3.1680 x 10-8 -0.40157 x 10-8 0.40157 x 10-8 1.6126 x 10-17
K8 3.3980 x 10-8 -0.17157 x 10-8 0.17157 x 10-8 2.9436 x 10-18
K9 3.0965 x 10-8 -0.47307 x 10-8 0.47307 x 10-8 2.2380 x 10-17
K10 2.7064 x 10-8 -0.86317 x 10-8 0.86317 x 10-8 7.4506 x 10-17
x = 3.56957 x
∑ = 2.69019X10-16
10-8
2.69019𝑋10−16
Standar Deviasi (SD) = √ 10− 1
2.69019𝑋10−16
=√ 9
= 5.46727X10-8
x ± SD =
x + SD = 4.1163X10-8
x − SD =3.02284X10-8
x ± 5% x =
x + 5% x = 3.74805x10-8
x - 5% x = 3.39109x10-8
Tabel 7. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Asbes
Standar Deviasi
Permeabilitas Percobaan II Keterangan
Min. Max
1 4.3827 x 10-8 3.02284X10-8 4.1163X10-8 NOT OK
2 4.2554 x 10-8 3.02284X10-8 4.1163X10-8 NOT OK
3 3.8505 x 10-8 3.02284X10-8 4.1163X10-8 OK
4 4.0704 x 10-8 3.02284X10 -8
4.1163X10-8 OK
5 3.3980 x 10-8 3.02284X10-8 4.1163X10-8 OK
6 3.3698 x 10-8 3.02284X10 -8
4.1163X10-8 OK
7 3.1680 x 10-8 3.02284X10-8 4.1163X10-8 OK
8 3.3980 x 10-8 3.02284X10 -8
4.1163X10-8 OK
9 3.0965 x 10-8 3.02284X10-8 4.1163X10-8 OK
10 2.7064 x 10-8 3.02284X10 -8
4.1163X10-8 NOT OK
Permeabilitas
Genteng 𝒙 𝒙−𝐱 ⃓𝒙 − 𝐱 ⃓ ⃓𝒙 − 𝐱 ⃓𝟐
K1 8.9805 x 10-6 -1.85243 x 10-6 1.85243 x 10-6 9.54103X10-13
K2 9.816 x 10-6 -1.01693 x 10-6 1.01693 x 10-6 3.28437X10-12
K3 11.3753 x 10-6 0.54237 x 10-6 0.54237 x 10-6 1.13676X10-11
K4 13.6503 x 10-6 2.81737 x 10-6 2.81737 x 10-6 3.18839X10-11
K5 11.7675 x 10-6 0.93457 x 10-6 0.93457 x 10-6 1.41662X10-11
K6 12.1878 x 10-6 1.35487 x 10-6 1.35487 x 10-6 1.75065X10-11
K7 11.9740 x 10-6 1.14107 x 10-6 1.14107 x 10-6 1.5763X10-11
K8 10.6643 x 10-6 -0.16863 x 10-8 0.16863 x 10-8 6.23638X10-11
K9 12.4094 x 10-6 1.57647 x 10-8 1.57647 x 10-8 6.20885X10-11
K10 5.5042 x 10-6 5.32873 x 10-8 5.32873 x 10-8 6.31814X10-11
x =
∑ = 2.82559X10-10
10.83293x10-6
2.82559X10−10
Standar Deviasi (SD) = √ 10− 1
2.82559X10−10
=√
9
= 5.60317X10-6
x ± SD =
x + SD = 1.36069X10-5
x − SD = 2.40055X10-6
x ± 5% x =
x + 5% x = 8.4039X10-6
x - 5% x = 7.6035X10-6
Tabel 9. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Genteng
b. Percobaan II :
Permeabilitas
Genteng 𝒙 𝒙−𝐱 ⃓𝒙 − 𝐱 ⃓ ⃓𝒙 − 𝐱 ⃓𝟐
K1 26.2507 x 10-6 10.54244 x 10-6 10.5424 x 10-6 1.11141X10-10
K2 17.5004 x 10-6 1.79214 x 10-6 1.79214 x 10-6 3.21141X10-12
K3 15.1670 x 10-6 -0.54126 x 10-6 0.54126 x 10-6 2.93071X10-13
K4 15.8725 x 10-6 0.16424 x 10-6 0.16424 x 10-6 2.69419X10-14
K5 15.5118 x 10-6 -0.19646 x 10-6 0.19646 x 10-6 3.86358X10-14
K6 15.1670 x 10-6 -0.54126 x 10-6 0.54126 x 10-6 2.93071X10-13
K7 14.5216 x 10-6 -1.18666 x 10-6 1.18666 x 10-6 1.4084X10-12
K8 13.6503 x 10-6 -2.05796 x 10-6 2.05796 x 10-6 4.23561X10-12
K9 14.2191 x 10-6 -1.48916 x 10-6 1.48916 x 10-6 2.2179X10-12
K10 9.2232 x 10-6 -6.48506 x 10-6 6.48506 x 10-6 4.20573X10-11
x = 15.70826 x
∑ =1.64923X10-10
10-6
1.64923X10−10
Standar Deviasi (SD) = √ 10− 1
1.64923X10−10
=√ 9
= 4.28075X10-6
x ± SD =
x + SD = 1.99891X10-5
x − SD = 1.14276X10-5
x ± 5% x =
x + 5% x = 1.64938X10-5
x - 5% x = 1.4922X10-5
Tabel 11. Perbandingan x dengan Standar Deviasi Genteng
I. Evaluasi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan Benda uji tidak dalam keadaan jenuh,
maka daya resap pada benda uji akan besar, yang disebabkan karena pori pori benda uji
masih diisi oleh udara sehingga air dengan mudah meresap masuk menggantikan udara.
Sehingga air pada pipa kapiler akan berjalan lebih cepat dan akan mengakibatkan nilai
koefisien rembesan lebih besar.
J. Kesimpulan
Dari hasil pengujian permeabilitas bahan bangunan dapat disimpulkan dengan hasil
menunjukkan bahwa seperti pada tabel dibawah ini.
Dari hasil pengujian tersebut secara keseluruhan sebanding dengan dasar teori yang
ada, bahwa daya resap genteng lebih besar dan cepat dari pada daya resap asbes,
karena pori pori genteng lebih besar dibanding asbes dan kerapatan genteng lebih kecil
dibandingkan asbes, sehingga dapat dilakukan bahwa genteng lebih porous daripada
asbes.
K. Lampiran
a. Scan hasil laporan sementara praktikum fisika bangunan (Pengujian
Permeabilitas Bahan Bangunan)
Foto 14. Mengukur Luasan Sampel Foto 15. Mengukur Tebal Sampel
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Foto 16. Membaca Laju Rembesan Air Foto 17. Membuka Aliran Air
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN
PENGUJIAN PRAKTIKUM 6
PENGUJIAN DAYA ISOLASI BAHAN TERHADAP PANAS
Dosen Pengampu
Indah Wahyuni, S.Pd.T,. M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan daya isolasi bahan terhadap
panas.
2. Melakukan analisis dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat karya ilmiah sebagai pelaporan hasil percobaan.
B. Pendahuluan
Isolasi panas/kalor adalah sangat penting untuk perencanaan bangunan di daerah
tropis, yang dimaksud agar jangan sampai terlalu banyak kalor/panas matahari yang
masuk ke dalam rumah. Sehingga dapat mengurangi kenyamanan. Bagi penghuninya.
Terlebih lagi bagi rumah-rumah atau ruangan yang menggunakan alat AC, ruangan untuk
orang sakit, dan ruangan-ruangan khusus lainnya. Masalah isolasi kalor/panas dari bahan-
bahan yang digunakan harus diperhitungkan secara cermat. Suatu kontruksi (dinding,
atap, jendela dsb) dikatakan memiliki daya isolasi kalor apabila konstruksi tersebut
sanggup mengurangi penghantaran kalor dari sisi yang panas ke sisi yang dingin. Dalam
hal ini, ada empat factor yang perlu dipertimbangkan yang dapat mempengaruhi
kenyamanan suatu ruangan, yaitu:
1. Perkiraan suhu maksimal dan minimal yang masih dapat diterima. Hal ini biasanya
berhubungan dengan persyaratan suhu maksimal dan minimal untuk kebutuhan suatu
ruangan, yaitu sekolah, rumah sakit, ruang tamu, gudang, ruang tidur, ruang operasi
dll akan membutuhkan persyaratan suhu maksimal dan minimal yang berbeda-beda.
2. Kadar kelembapan udara juga akan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan
suhu ruangan. Kelembapan udara akan sangat berpengaruh terhadap segi
kenyamanan dan suhu ruangan, serta tingkat keawetan dari perabot-perabot yang ada
didalamnya.
3. Setiap ruangan akan membutuhkan derajat kenikmatan minimum yeng tertentu,
sehingga perlu dipikirkan mengenai konstruksi isolasi kalornya dan harus dipilih pula
alternative lain untuk mencapai derjad kenikmatan tersebut.
4. Dalam memilih bahan-nahan konstruksi isolasi kalor juga harus dipertimbangkan pula
dari segi ekonomi.
Setiap bahan bangunan mempunyai sifat menahan panas atau memiliki daya isolasi
terhadap panas. Daya isolasi panas suatu bahan akan tergantung dari sifat karakteristik
bahan yang bersangkutan. Bahan yang berpori banyak pada umumnya akan mempunyai
daya isolasi panas yang lebih besar disbanding bahan yang sama tetapi strukturnya lebih
padat. Dalam percobaan ini hendak diselidiki daya isolasi terhadap panas yang yang
terdiri dari : pasir, serbuk kayu dan udara. Daya isolasi panas bahan yang diselidiki
dinyatakan sebagai penurunan suhu untuk tiap satuan waktu, sehingga dinyatakan
dengan satuan C/detik atau F/detik.
C. Alat Percobaan
5. Tabung Gelas dan Termometer
7. Teko
Gambar 3. Teko
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
8. Stopwatch
Gambar 4. Stopwatch
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
9. Kompor pemanas
D. Bahan Percobaan
4. Udara
5. Serbuk Kayu
6. Pasir .
G. Analisis Data
1. Pasir
69– 59
0’ - 5’ = = 0.0333
5 x 60 s
59– 54
5’ – 10’ = = 0.0167
5 x 60 s
54– 50
10’ – 15’ = = 0.0133
5 x 60 s
50– 47
15’ – 20’ = = 0.01
5 x 60 s
47– 45
20’ – 25’ = = 0.0067
5 x 60 s
2. Serbuk Kayu
76– 67
0’ - 5’ = = 0.03
5 x 60 s
67– 61
5’ – 10’ = = 0.02
5 x 60 s
61– 58
10’ – 15’ = = 0.01
5 x 60 s
58– 56
15’ – 20’ = = 0.0067
5 x 60 s
56– 52.5
20’ – 25’ = = 0.0117
5 x 60 s
78– 71
5’ – 10’ = = 0.0233
5 x 60 s
71– 65
10’ – 15’ = = 0.02
5 x 60 s
65– 60
15’ – 20’ = = 0.0167
5 x 60 s
60– 54
20’ – 25’ = = 0.02
5 x 60 s
H. Standar Deviasi
Ʃ |x − x |2
Standar Deviasi (SD) = √ 𝑛−1
4.30x10−4
Standar Deviasi (SD) = √ 5− 1
4.30x10−4
=√
4
= 1.04x10-2
x ± SD =
x + SD = 2.64x10-2
x − SD = 5.64x10-3
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.0168
x - 5% x = 0.0152
Standar Deviasi
Percobaan Daya Isolasi Keterangan
Min. Max
-3
1 0.0333 5.64x10 2.64x10-2 NOT OK
2 0.0167 5.64x10-3 2.64x10-2 OK
-3
3 0.0133 5.64x10 2.64x10-2 OK
4 0.01 5.64x10-3 2.64x10-2 OK
-3
5 0.0067 5.64x10 2.64x10-2 OK
3.52X10−4
Standar Deviasi (SD) = √
5− 1
3.52X10−4
=√ 4
= 9.39 x 10-3
x ± SD =
x + SD = 2.51X10-2
x − SD = 6.29X10-3
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.017
x - 5% x = 0.015
Standar Deviasi
Percobaan Daya Isolasi Keterangan
Min. Max
-3
1 0.03 6.29X10 2.51X10-2 NOT OK
2 0.02 6.29X10-3 2.51X10-2 OK
3 0.01 6.29X10-3 2.51X10-2 OK
4 0.0067 6.29X10-3 2.51X10-2 OK
5 0.0117 6.29X10-3 2.51X10-2 OK
1.63X10−4
Standar Deviasi (SD) = √ 5− 1
1.63X10−4
=√
4
= 6.39X10-3
x ± SD =
x + SD = 0.029
x − SD = 0.0163
x ± 5% x =
x + 5% x = 0.024
x - 5% x = 0.022
Standar Deviasi
Percobaan Daya Isolasi Keterangan
Min. Max
1 0.0333 0.0163 0.029 NOT OK
2 0.0233 0.0163 0.029 OK
3 0.02 0.0163 0.029 OK
4 0.0167 0.0163 0.029 OK
5 0.02 0.0163 0.029 OK
I. Evaluasi
Mengapa bahan bahan yang berpori besar cenderung mempunyai daya isolasi
terhadap panas yang lebih besar jika disbanding daya isolasi bahan yang sama tetapi
sebenarnya lebih padat? Yaitu karena bahan yang berpori besar ( kayu ) memiliki
kepadatan yang renggang dan masih terdapat udara pada bagian pori dan serabut kayu
sehingga hanya sebagian panas saja yang meluas.Sedangkan bahan yang berpori kecil
dan berstruktur padat ( pasir ) lebih bersifat konduktor ( menghantarkan panas ) serta
kepadatannya rapat, sehingga panas yang ada pada tabung gelas berpindah ke pasir.
J. Kesimpulan
Dari hasil pengujian daya isolasi bahan terhadap panas dapat disimpulkan dengan hasil
menunjukkan bahwa seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 9. Hasil Perhitungan Daya Isolasi
Dapat disimpulkan bahwa daya Isolasi pasir lebih kecil dari pada serabut kayu dan
daya Isolasi serbuk kayu lebih kecil dari pada Isolasi udara. Menurut hasil perhitungan
ralat, mulai yang dihasilkan dari percobaan adalah valid, karena deviasi mutlak berada
pada Isolasi Standar deviasi yang ditentukan.
K. Lampiran
1. Scan hasil laporan sementara praktikum fisika bangunan (Pengujian Daya
Isolasi Bahan Bangunan terhadap Panas)
Foto 1. Tabung Gelas dan Termometer Foto 2. Tabung Isolator dan Statip
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Foto 11. Membaca Termometer tiap 5 menit Foto 12. Memasukkan Tabung Gelas
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)