Makalah Box Culvert
Makalah Box Culvert
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 3
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................. 3
1.3 Garis Besar................................................................................ 4
1.4 Sistematika Pembahasan......................................................... 4
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................. 20
4.2 Saran........................................................................................... 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
2) Dapat merencanakan metode pelaksanaan konstruksi box
culvert.
3) Dapat mengkomunikasikan hasil dari metode pelaksanaan box
culvert secara baik dan benar.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 INFRASTRUKTUR
Infrastruktur adalah keseluruhan elemen yang dapat berguna untuk
berfungsinya perekonomian dengan memfasilitasi sirkulasi barang,
manusia dan ide. Setiap usaha untuk meningkatkan dan mendiversivikasi
produksi, memperluas perdagangan, menyebarkan penduduk, mengurangi
kemisikinan, serta memperbaiki kondisi lingkungan dengan membutuhkan
prasarana infrastruktur. (Meiningtyas Dwi Hidayatika, 2007).
Menurut Macmillan Dictionary of Modern Economics (1996),
infrastruktur merupakan elemen structural ekonom yang memfasilitasi arus
barang dan jasa. Sedangkan The Routledge Dictionary of Economics
(1995) memberikan pengertian yang lebih luas yaitu bahwa infrastruktur
juga merupakan pelayan utama dari suatu Negara yang membantu
kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat sehingga dapat berlangsung
melalui penyediaan transportasi dan fasilitas pendukung lainnya. Banyak
definisi dari bacaan mengenai infrastruktur menunjukkan adanya beberapa
kesamaan unsur (Slootweg dan Verhoef, 1999), seperti:
1) Infrastruktur adalah suatu sistem yang besar.
2) Infrastruktur memiliki dimensi teknologi yang kuat.
3) Infrastruktur terdiri dari komponen fisik yang tidak dapat dipindah-
pindah.
4) Infrastruktur memberikan jasa yang penting dan sulit tergantikan.
2.2 JALAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi seluruh
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan kabel dan jalan lori. (Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006)
5
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang
dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya
sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas hewan, manusia
dan kendaraan yang dapat mengangkut barang dari suatu tempat menuju
tempat lainnya dengan mudah dan cepat. (Clarkson H.Oglesby, 1999)
Jalan menurut Undang Undang No.13 Tahun 1980 adalah suatu
prasarana penghubung darat dalam bentuk apapun, tidak terbatas pada
bentuk jalan yang konvensional yaitu jalan pada permukaan tanah, akan
tetapi juga jalan yang melintasi sungai besar/danau/laut, di bawah
permukaan tanah dan air (terowongan) dan di atas permukaan tanah (jalan
layang), meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperhitungkan bagi lalu lintas (kendaraan, orang
atau hewan). Tidak termasuk dalam pengertian ini adalah jalan rel (jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel).
Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang tidak dapat
dipisahkan dari jalan, Antara lain : jembatan, lintas atas (overpass), lintas
bawah (underpass), tempat parker, gorong-gorong, tembok penahan tanah
dan saluran air jalan. Sedangkan yang termasuk perlengkapan jalan Antara
lain : rambu-rambu lalu lintas, tanda-tanda jalan (marka), pagar pengaman
lalu lintas, pagar Daerah Milik Jalan (DMJ) dan patok-patok DMJ, patok
hectometer, patok kilometer, lampu penerangan jalan, lampu pengatur lalu
lintas (traffic light).
Sedangkan menurut UU No.38 Tahun 2004 adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/ air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori dan jalan kabel.
Berdasarkan pembinaan jalan dan statusnya dapat dibedakan
menjadi : Jalan Nasional adalah jalan umum yang pembinaannya dilakukan
oleh Menteri Pekerjaan Umum. Adapun Jalan Daerah ialah jalan umum
6
yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah, yaitu Jalan
Propinsi dibina oleh Pemerintah Daerah Tingkat I, Jalan
Kabupaten/Kotamadya dibina oleh Pemerintah Tingkat II, serta Jalan
Kabupaten/Kotamadya dibina oleh Pemerintah Desa. Jalan Khusus
pembinaannya dilakukan oleh Instansi/Badan Hukum yang terkait dengan
pengunaannya.
Kegunaan serta fungsi jalan dapat didasarkan pada berbagai hal
baik secara fisik maupun pelayannannya. Berdasarkan kapasitas jalan dan
muatannya maka menurut UU No. 38 tahun 2004 diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Jalan Arteri
Yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jauh, dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk
(akses) dibatasi secara efisinesi.
2) Jalan Kolektor
Merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul dengan ciri
perjalanan jarak sedang, dengan kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan Lokal
Yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan
jarak dekat, dengan kecepatan rata-rata rendah dan akses jalan
masuk tidak dibatasi.
2.3 UNDERPASS
Underpass merupakan banngunan terowongan yang termasuk
sebagai sarana transportasi barang dan manusia. Menurut Asiyanto dalam
hand outnya, setelah perencana menetapkan penampang dalam
terowongan yang dikehendaki (inside cross-section), maka segera diikuti
dengan keputusan material yang digunakan umumnya adalah kayu dan
besi. Terkadang suatu terowongan melalui berbagai jenis tanah. Untuk
tanah yang stabil diperlukan penyangga yang lebih sedikit/kecil dibanding
7
untuk tanah yang kurang stabil, karena berbeda beban yang harus dipikul
oleh penyangga tersebut.
8
ini yang penting diperhatikan adalah topografi setempat untuk
menghasilkan kemiringan yang optimum, sehingga jalannya limbah
tidak tersendat, jenis box culvert yang digunakan dapat berupa
Precast.
2) Box Culvert untuk Terowongan Utilitas
Box Culvert Jenis ini fungsinya untuk melindungi berbagai macam
utilitas, seperti utilitas saluran air bersih, utilitas kabel PLN, utilitas
kabel Telepon dan utilitas kabel Telkom. Box Culvert jenis ini
biasanya terletak di bawah tanah dan fungsinya untuk melindungi
berbagai utilital tersebut, sehingga pada umumnya Box Culvert jenis
ini berukuran kecil dan menggunakan Box Culvert precast. Box
Culvert jenis ini harus memiliki ketahanan yang baik terhadap air,
serangan binatang pengerat dan bukan struktur yang mudah
terbakar mengingat pentingnya utilitas yang ada dalam Box Culvert
tersebut.
3) Box Culvert untuk Irigasi
Box Culvert untuk saluran air/irigasi adalah perangkat yang memiliki
kekuatan struktur yang tinggi untuk dapat menyalurkan air yang
melewati gorong –gorong tersebut. Box culvert jenis ini sering
didapati di bawah jalan tol yang melintasi kawasan persawahan yang
membutuhkan pengairan yang memadai, pada dasaranya dimensi
dari box culvert ini berukuran besar karena disesuaikan dengan
saluran irigasi yang telah ada dan pengerjaan Box Culvert jenis ini
menggunakan metoda pengecoran di tempat (cast in place).
4) Box Culvert untuk Lorong Bawah Tanah ( akses lalu lintas )
Box Culvert yang digunakan sebagai akses lalu lintas adalah lorong
yang fungsinya menghubungkan jalan lama yang telah dibuat namun
jalan tersebut terhalang oleh struktur lainnya yang berada di atas
jalan tersebut, biasanya status jalan tersebut adalah jalan kolektor
yang dilalui kendaraan dengan jumlah yang besar, selain sebagai
penghubung box culvert juga sebagai jalur alternatif untuk
9
mengurangi kemacetan. Berikut ini terlihat empat buah tipikal
underpass yang telah dimanfaatkan
Box tipe lain adalah RC Box Culvert (RCBC) bisa juga disebut
Reinforced Concrete Box Culvert, adalah salah satu produk precast
yang dapat digunakan sebagai Jembatan. Produk ini dapat
digunakan dan dirancang untuk segala jenis pembebanan, baik
beban berat maupun ringan. RCBC ini terdiri dari 2 komponen yaitu
Top component dan Bottom component.
10
Pelaksanaan suatu proyek pada dasarnya adalah proses merubah
sumber daya dan dana tertentu secara terorganisir menjadi suatu hasil
pembangunan yang baik sesuai dengan tujuan dan target awal,
keseluruhannya harus dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas dengan alokasi sumber
daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang
sasarannya telah digariskan dengan jelas. (Suharto, 1997)
Kegiatan proyek konstruksi bangunan baru pada umumnya memilii
tahapan-tahapan perkembangan yang masing-masing tahapan mempunyai
beberapa kegiatan yang dominan sesuai dengan pedoman teknis
pembangunan bangunan gedung Negara Departemen KIMPRASWIL tahun
2002, seperti dibawah ini :
1) Persiapan
2) Perencanaan Konstruksi
3) Pelaksanaan Konstruksi
4) Pemeliharaan Konstruksi
11
BAB III
PEMBAHASAN MAKALAH
12
Berikut ini saya uraikan tahap demi tahap metode pelaksanaan
pekerjaan saluran menggunakan box culvert precast.
1) Persiapan
Tahap paling awal dari pekerjaan adalah survey lokasi untuk mendata
kondisi existing. Kumpulkan semua data baik berupa foto, data
pengukuran dan kondisi sosial di lingkungan pekerjaan. Dengan hasil
survey ini bisa direncanakan metode pelaksanaan dan antisipasi
dampak yang akan terjadi.
2) Fabrikasi beton pracetak
Bila dimensi box culvert sudah ditetapkan, beton pracetak ini harus
segera diorder ke pabrik. Semakin cepat pemesanan dilakukan maka
laju pekerjaan akan segera berjalan.
3) Setting Out
Pengukuran meliputi pengukuran panjang pekerjaan dan elevasi.
Elevasi yang tertera pada shop drawing diterapkan di lapangan
dengan memasang patok-patok dan bouwplank untuk menyimpan
elevasi. Sebelum memulai pekerjaan galian dan timbunan, pekerjaan
diawali dengan pematokan (stake out). Pematokan bertujuan untuk
menandai wilayah mana saja yang akan terkena galian dan timbunan,
atau bagian-bagian di lapangan yang menjadi bakal proyek.
4) Galian tanah
Penggalian tanah dilakukan dengan menggunakan excavator. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penggalian adalah elevasi rencana,
elevasi galian dikontrol berdasarkan elevasi yang sudah disimpan
pada patok sekalipun permukaan tanah asli sama dengan permukaan
tanah rencana, akan tetapi tanah asli tersebut belum tentu memenuhi
syarat daya dukung tanah dalam hal ini galian perlu diperhitungkan
secara seksama sehingga biaya pekerjaan konstruksi dapat dibuat
lebih ekonomis, kebutuhan dump truck untuk membuang tanah,
pengalihan aliran air/ arus lalu lintas selama proses galian sampai
pemasangan box culvert.
13
5) Test CBR
Maksud dan tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui daya
dukung tanah dinyatakan dalam nilai CBR (California Bearing Ratio)
dengan satuan % (persen). DCP atau Dynamic Cone Penetrometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya dukung tanah dasar
jalan langsung di tempat (in situ). Daya dukung tanah dasar tersebut
diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil test DCP yang
dilakukan dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus
masuk ke dalam tanah dasar tersebut setelah mendapat tumbukan
palu geser pada landasan batang utamanya. Korelasi antara
banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung conus dari alat DCP ke
dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan tanah dasar pada
titik-titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk setiap
tumbukan artinya makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian
dengan menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang
setelah diolah akan menghasilkan CBR lapangan tanah dasar pada
titik yang ditinjau.
6) Lean Concrete
Untuk segmen selanjutnya sirtu didatangkan bertahap berdasarkan
kebutuhan setiap segmen galian. Ketebalan urugan sirtu adalah 250
mm. Pengurugan menggunakan excavator dengan bantuan tenaga
manusia untuk meratakannya. Setelalh itu dilakukan pekerjaan lantai
kerja Pada umumnya ketebalan lantai kerja adalah 50 mm dengan
mutu beton K125 atau B0. Permukaan lantai kerja dibuat serata
mungkin dan dikontrol elevasinya berdasarkan elevasi yang sudah
disimpan pada patok-paton bantuan. Kerataan lantai kerja sangat
menentukan kerapian elevasi beton precast yang dipasang di atasnya.
7) Mobilisasi Box Culvert
Packing Dalam proses pemuatan, penumpukan, dan pemasangan
nya hendaknya dilakukan sesuai dengan petunjuk untuk menghindari
kerusakan akibat penanganan yang tidak benar. Pengangkatan
(Loading/Unloading) Pengangkatan Produk Box Culvert dengan
14
menggunakan Truck Crane ,maka diperlukan tali sling, yang mana
diikatkan pada lifting hole yang terdapat pada sisi Box Culvert.
Penumpukan / PemuatanPenumpukan Posisi Produk Box Culvert
antara lapis di atas dan dibawah hendaknya dibuat sejajar Agar
posisinya rata dan untuk menghindari kerusakan, antara lapis
pertama-kedua-dan seterusnya diberi balok kayu. Pemuatan di truck
Produk Box Culvert diangkut ke lokasi pekerjaan menggunakan Truck.
8) Pemasangan Box Culvert
Produk Box Culvert diangkat dan diletakkan sesuai dengan yang
ditunjukkan gambar rencana dengan menggunakan Truck Crane.
Semua box culvert harus diperiksa dengan teliti terhadap retak-retak
dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika box culvert berada diatas
galian, jika terjadi kerusakan box culvert segera diganti. Untuk box
culvert dengan kemiringan antara1/5 sampai dengan1/10, agar tidak
terjadi pergeseran box culvert , maka pada sambungan harus diberi
angkur dari beton yang ditanam pada kedalaman minimal 50cm
dibawah sambungan. Sebelum pekerjaan finishing, dilakukan
pengelasan pada joint box culvert setelah itu spasi antara beton
pracetak ditutupi dengan spesi.
9) Timbunan Kembali
Untuk mendapatkan hasil Pekerjaan Timbunan dari tanah galian yang
baik yang memenuhi syarat standar mutu seperti permukaan bidang
timbunan dipadatkan terlebih dahulu dengan nilai kepadatan yang
sudah ditentukan (sesuai spesifikasi), bahan Timbunan (hasil galian)
memenuhi syarat (misalnya bebas dari material organis kotoran, akar,
rumput top soil), bahan Timbunan yang dipergunakan telah disetujui
(Approval) oleh Klien ataupun project manager. Bahan timbunan
dihampar dengan Bulldozer sesuai dengan patok pembatas / koridor
rencana kontruksi bangunan, maksimum tebalnya hamparan sesuai
dengan ketentuan (misalnya tebal timbunan per layer = 30 cm / kondisi
loose). Padatkan hamparan timbunan yang sudah rata dengan
compactor (apabila diperlukan permukaan tanah disiram dengan air)
15
3.2 MATRIKS PERMASALAHAN DENGAN PENYEBABNYA
Dalam pekerjaan konstruksi box culvert ditemui beberapa masalah
yang disebabkan oleh faktor teknis dan non teknis. Di bawah ini akan
dipaparkan mengenai permasalahan-permasalahan selama pelaksanaan
pekerjaan box culvert.
1) Faktor Teknis
Tabel 3.1 : Permasalahan teknis pekerjaan box culvert
Akibat terhadap
No. Permasalahan Penyebab/alasan
Biaya Mutu Waktu
Pelaksanaan
16
2) Faktor non Teknis
Tabel 3.2 : Permasalahan non teknis pekerjaan bored pile
Akibat terhadap
No. Permasalahan Penyebab/alasan
Biaya Mutu Waktu
Pelaksanaan
17
1) Faktor Teknis
Tabel 3.3 : Solusi terhadap masalah teknis pekerjaan bored pile
Solusi
No. Permasalahan
Biaya Mutu Waktu
Pelaksanaan
1. Keterlambatan Pelaksan
dalam pengadaan membuat jadwal
beton ready mix pengecoran dan
yang dipesan diserahkan pada
- - logistic material,
dilakukan waktu
pagi hari ketika
akan memulai
pekerjaan
18
2) Faktor non Teknis
Tabel 3.4 : Solusi tehadap masalah non teknis pekerjaan bored pile
No Solusi
Permasalahan
. Biaya Mutu Waktu
19
BAB IV
PENUTUP
4.2 SARAN
Diperlukannya penelitian lagi analisa tentang pelaksanaan pekerjaan
box culvert baik dari segi biaya, mutu, dan waktu sehingga didapati data
yang sesungguhnya dan dapat dibuktikan secara nyata berdasarkan data.
Sehingga pada proyek selanjutnya dapat diketahui produktifitas
pelaksanaan box culvert di lapangan.
20