Pengelasan
Pengelasan
Pengelasan
Menurut Nanang Firdaus Kadhafi (2014: 4). Las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau logam panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Pengelasan dapat diklasifikasikan berdasarkan cara kerja dan energi atau sumber
panas. Pengelasan yang berdasarkan cara kerja dibagi menjadi kelas yaitu :
1. Fusion welding
Adalah cara pengelasan yang sambungan logamnya dipanaskan sampai mencair dengan
menggunakan busur listrik atau semburan api gas.
Contohnya : Las gas, Thermit, Busur plasma, Elektron
2. Las Tekan
Adalah cara pengelasan yang sambungan logamnya dipanaskan kemudian ditekan.
Contohnya : Resistensi Listrik, Tekan gas, Ultrasonik, Induksi.
3. Pematrian
Adalah cara pengelasan dimana sambungannya diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang memiliki titik cair rendah dan dalam pengelasannya
ini logam induk tidak ikut mencair.
1. Pengelasan SMAW
Adalah sebuah proses penyambungan logam yang menggunakan energy panas untuk
mencairkan benda kerja dan elektroda ( bahan pengisi ). Energy panas pada proses
pengelasan SMAW dihasilkan karena adanya lompatan ion (katoda atau anoda) listrik
yang terjadi pada ujung elektoda dan permukaan material. Pada proses pengelasan
SMAW jenis pelindung yang digunakan adalah selaput flux yang terdapat pada
elektroda. Flux pada elektroda SMAW berfungsi sebagai pelindung logam las yanmg
mencair saat pengelasan berlangsung. Las SMAW memiliki 3 jenis yaitu AC, DC, dan
AC/DC. Adapun gambar untuk mesin las SMAW
Gambar Mesin Las SMAW & Las SMAW
2. Las GTAW
Adalah sebuah proses pengelasan busur listrik yang menggunakan elektroda tak
terumpan atau tidak ikut mencair. Pada pengelasan GTAW, elektroda atau tungsten
hanya berfungsi sebagai busur listrik saat bersentuhan dengan benda kerja, untuk benda
logam pengisi adalah filter rod. Adapun gambar untuk mesin las GTAW
3. Las OAW
Adalah suatu proses pengelasan yang menggunakan sumber panas nyala api melalui
pembakaran gas oksigen dan gas asetilen untuk mencairkan logam dan bahan tambah.
Dalam pengelasan OAW ini biasanya digunakan hanya untuk plat-plat tipis, hal ini
dikarenakan sambungan las Oxigen Acetyline ini mempunyai kekuatan yang rendah
dibandingkan las busur listrik.
Las OAW juga dapat digunakan utuk pemanasan atau pemotongan, namaun alat yang
digunakan berbeda. Untuk pemotongan menggunakan torch yang ada katub gas potong,
sedangkan untuk pengelasan atau pemanasan menggunakan welding gun tanpa katup
gas potong. Adapun gambar untuk mesin las OAW
4. Las RSW
Adalah proses resistance welding di mana penyambungan benda kerjanya
menggunakan jenis sambungan lap joint dengan las berupa titik. Las berupa titik
tersebut dihasilkan dari dua buah elektroda yang saling berlawanan. Ujung elektroda
pada RSW memengaruhi ukuran dan bentuk titik las. Bentuk elektroda yang paling
sering dijumpai adalah lingkaran. Namun ada pula beberapa bentuk yang dapat
digunakan seperti segi enam, segi empat, dll. Material elektroda yang digunakan pada
RSW dibagi dalam dua kelompok yaitu: (1) paduan tembaga dan (2) kombinasi logam
tahan panas seperti tembaga dengan tungsten. Adapun gambar untuk mesin las RSW.
Cara pengelasan yang paling banyak digunakan pada PT. Badak LNG adalah dengan
metode diatas, namun yang paling sering digunakan di shop welding/lapangan adalah
pengelasan SMAW dan GTAW dalam laporan kali ini saya mengkhususkan pengelasan
GTAW pada Alumunium.
Berdasarkan energi atau sumber panas yang digunakan pengelasan dapat dibedakan
atas:
Polaritas adalah sifat berlawanan muatan kutub yaitu kutub positif dan kutub negative
pada arus listrik yang mengalir dari mesin las ke elektroda dan benda kerja. Dalam suatu
pengelasan mempergunakan busur nyala listrik sebagai penghasil sumber panas, arus listrik
yang digunakan dapat berupa arus bolak balik (AC) ataupun searah (DC).
AC (Alternating Current) arus bolak balik = mesin las dimana arusnya yang mana
positif dan yang negative terjadi terbalik secara periodic. DC (Direct Current) arus searah =
mesin las dimana arusnya mengalir dari kutub positif kekutub negative. Ada dua macam jenis
polaritas yaitu polaritas lurus (straight polarity) dan polaritas terbalik (reverse polarity).
DSCP ( Direct Current Straght Polarity ) adalah hubungan listrik dimana elektroda pada
negative (-) sedangkan benda kerja pada positif (+), aliran electron-elektron yang
negative dari elektroda menuju benda kerja sebaliknya ion-ion positif dari benda kerja
ke elektroda.
DCRP ( Direct Current Reverse Polarity ) adalah hubungan arus listrik dimana
elektroda pada positif (+) sedangkan benda kerja pada negative (-), aliran elektron-
elektron negating dari benda kerja menuju elektroda sebaliknya aliran ion-ion positif
dari elektroda menuju benda kerja.
Pada umumnya terminal sebelah kiri dilihat dari pengelasn pada mesin-mesin las DC
adalah pool negative (-) sebelah kanan adalah pool positif (+) jika ragu-ragu dapat dicoba
sebagai berikut :
Coba mengelas dengan kawat las ER5356 dan ER5556 dengan cara polaritas yang
salah yaitu kawat las pada pool sebelah kiri dan klem las pada pool sebelah kanan, jika ternyata
hasil pengelasannya kasar dan banyak percikan-percikan metal las dan bentuk nyala tidak baik
maka hubungan kabel laqs harus dibalik ( - ke + dan + ke - ) pada terminal pool.
Gambar 2.1.2 Polaritas Pedngelasan
Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar, bentuk
cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam induk. Jenis cacat pengelasan
ini dapat terjadi pada semua sambungan las, baik fillet, butt, lap, corner dan edge joint.
Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah lubang lubang
kecil pada weld metal (logam las), dapat berada pada permukaan maupun didalamnya. Porosity
ini mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole dan Gas Pore.
Elektroda yang digunakan harus dioven (jika disyaratkan), dan jangan sampai kawat
las terkena air atau lembab.
Atur tinggi busur kurang lebih 1,5 x diameter kawat las.
Ampere disesuaikan dengan prosedur atau rekomendasi dari produsen elektroda.
Persiapan pengelasan yang benar, memastikan tidak ada pengotor dalam benda kerja.
Untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi, sehingga perlu perlakukan
panas.
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam hasil
lasan. Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan, yang sering terjadi
pada daerah stop and run (awal dan berhentinya proses pengelasan). Untuk melihat cacat ini
kita harus melakukan pengujian radiografi atau bending.
Pastikan lasan benar benar berseih dari slag sebelum mengelas ulang.
Ampere disesuaikan dengan prosedur.
Busur las disesuaikan.
Sudut pengelasan harus sesuai.
Sudut kampuh lebih dibesarkan (50-70 derajat).
2.1.7 Tungsten Inclusi
Cacat las Tungsten Inclusion adalah cacat pengelasan yang diakibatkan oleh
mencairnya tungsten pada saat proses pengelasan yang kemudian melebur menjadi satu dengan
weld metal, cacat ini hampir sama dengan slag inclusion namun saat diuji radiografi tungsten
inclusion berwana sangat terang. Untuk jenis cacat las ini hanya terjadi pada proses pengelasan
GTAW.
Incomplete Penetration (IP) adalah sebuah cacat pengelasan yang terjadi pada daerah
root atau akar las, sebuah pengelasan dikatakan IP jika pengelasan pada daerah root tidak
tembus atau reinforcemen pada akar las berbentuk cekung.
Cacat Incomplete Fusion adalah sebuah hasil pengelasan yang tidak dikehendaki
karena ketidaksempurnaan proses penyambungan antara logam las dan logam induk. Cacat ini
biasanya terjadi pada bagian samping lasan.
Spatter adalah percikan las, sebenarnya jika spater dapat dibersihkan maka tidak
termasuk cacat. Namun jika jumlahnya berlebih dan tidak dapat dibersihkan maka
dikategorikan dalam cacat visual.
Hot Crack (retak panas) adalah sebuah retak pada pengelasan dimana retak itu terjadi
setelah proses pengelasan selesai atau saat proses pemadatan logam lasan.
Menggunakan elektroda yang sesuai dengan WPS atau Low Hidrogen yang mempunyai
sifat regangan yang tinggi.
Melakukan perlakuan panas (PWHT dan Preheat)
Cold Cracking (retak dingin) adalah sebuah retak yang terjadi pada daerah lasan
setelah beberapa waktu (memerlukan waktu, bisa 1 menit, 1 jam, atau 1 hari) proses pengelasan
selesai.
2.1.13 Distorsi
Pengertian distorsi pada pengelasan adalah sebuah perubahan bentuk material yang
diakibatkan panas yang berlebih saat proses pengelasan berlangsung. Distorsi ini terjadi saat
proses pendinginan, karena adanya panas yang berlebih maka material dapat mengalami
penyusutan atau pengembangan sehingga akan tarik menarik dan membuat material tersebut
melengkung.
Jenis jenis cacat pengelasan dan penyebabnya di atas dapat terjadi pada las listrik
(SMAW), GMAW, GTAW, RSW, OAW. Namun untuk tungsten inclusion hanya terjadi pada
GTAW, karena hanya pengelasan tersebut yang menggunakan logam tungsten
Ialah jenis sambungan yang paling mudah dipersiapkan dan dapat dilas dengan atau
tanpa tambahan (elektroda).
Digunakan bila diinginkan penembusan complete, pada plat plat tebal 9 mm s/d 25 mm.
Bahan tambah digunakan untuk pengisian groove V.
Pengelasan ini agar mendapatkan hasil yang baik maka plat satu dengan yang lain
harus rapat sepanjang benda kerja yang akan dilas. Untuk bahan yang tebal 6 cm bisa dilas
dengan atau tanpa bahan penambah, maka pengelasan pencairannya bahan dasarnya, untuk
plat > 6 mm digunakan bahan penambah tergantung dari tebal plat yang akan dilas.
Sambungan bisa menggunakan bahan tambah atau tanpa bahan tambah tergantung
tebal plat dan untuk tebal plat yang lebih tebal harus dengan menggunakan persiapan groove
agar memperoleh penembusan yang baik.
Menggunakan bahan tambah untuk pengisian sudut dengan lasan, jumlah pass
tergantung dari tebal benda kerja dan ukuran las yang diinginkan.
Gambar 2.2.4 Tee Joint
Digunakan pada plat yang tipi dan pengelasan tanpa menggunakan bahan tambah.
Persiapan sambungan sangat sederhana, hanya saja sambungan seperti tidak dibolehkan untuk
menerima beban tarik maupun lengkung.
Ada beberapa posisi untuk pengelasan yang sudah baku aturannya secara Internasional dalam
WPS (Welding Procedur Specification) maupun didalam ASME (American Society
Mechanical).
Posisi pengelasan
3F = posisi vertical
4F = posisi overhead
Gambar 2.3
posisi pengelasan
2.3 Non destructive testing (NDT)
Non destructive testing (NDT) ada aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda
untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita
tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita
gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance. Material pesawat diusahakan
semaksimal mungkin tidak mengalami kegagalan (failure) selama penggunaannya. NDT
dilakukan paling tidak sebanyak dua kali. Pertama, selama dan diakhiri proses fabrikasi, untuk
menentukan suatau komponen dapat diterima setelah melalui tahap-tahap fabrikasi. NDT ini
dijadikan sebagai dari kendali mutu komponen. Kedua, NDT dilakukan setelah komponen
digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah menemukan kegagalan persial
sebelum melampui damage tolerance-nya.
1. Visual inspection
Sering kali metode ini merupakan langkah yang pertama kali diambil dalam NDT.
Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi, dalam hal ini tentu
saja retak yang dapat terlihat oleh mata telanjang atau dengan bantuin lensa pembesar ataupun
borescope
Metode Liquid Penetrant Test merupakan metode NDT yang paling sederhana.
Metode ini digunakan untuk menemukan cacat dipermukaan terbuka dari komponen solid, baik
logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada
material akan terlihat lebih jelas. Caranya dengan memberikan cairan berwarna terang pada
permukaan yang diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas
yang rendah agar dapat masuk pada cacat permukaan material disingkirkan. Cacat akan
nampak jelas jika perbedaan warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Sesuai
inspeksi, penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer.
Kelemahan dari metode ini hanya bisa diterapkan pada permukaan terbuka. Metode
ini tidak dapat diterapkan pada komponen dengan permukaan kasar, berlapis, atau berpori.
Keterbatasan dari metode ini yaitu hanya dapat diterapkan pada permukaan yang dapat
dijangkau. Selain itu mode ini juga hanya dapat diterapkan pada bahan logam saja.
4. Ultrasonic Inspection
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang
dirambatkan pada specimen uji dan sinyal yang ditransmisi atau dipantulkan diamati dan
interpretasikan. Gelombang ultrasonic yang digunakan memiliki frekuensi 0.5 – 20 MHz.
Gelombang suara akan terpengaruh jika ada void, retak, atau delaminasi pada material.
Gelombang ultrasonic ini dibangkitkan oleh tranducer dari bahan piezoelektri yang dapat
merubah energi listrik menjadi energi getran mekanik kemudian mejadi energi listrik lagi.
5. Radiograpic Inspection
Metode NDT ini dapat menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X
dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat
menembus objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas
akhir kemudian direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas
yang terekam pada tententu akan bervariasi, hasil rekaman pada film ini lah yang akan
memperlihatkan bagian material yang mengalami cacat.
Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau Inert Gas (TIG) merupakan pengelasan
dengan memakai busur listrik yang dihasilkan oleh electrode tetap yang terbuat dari bahan
tungsten yang tahan terhadap panas yang sangat tinggi dengan gas sebagai pelindung dan bahan
penambah berupa kawat las yang terbuat dari bahan yang sama atau sejenis dengan bahan yang
dilas. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas argon, helium, campuran argon helium.
Kelemahan utama proses pengelasan GTAW yaitu laju pengisian lebih rendah
dibandingkan dengan proses las lain umpamanya SMAW. Disamping itu, GTAW butuh
control kelurusan yang lebih ketat, untuk menghasilkan pengelasan bermutu tinggi pada
pengelasan dari arah satu sisi. GTAW juga butuh kebersihan sambungan yang lebih baik untuk
menghilangkan minyak, grease, karat dan kotoran-kotoran lain agar terhindar dari porosity dan
cacat-cacat las lain. GTAW harus dilindungi secara berhati-hati dari kecepatan udara diatas 5
mph untuk mempertahankan perlindungan inert gas diatas kawah las. Pengelasan dengan
consumable insert membutuhkan control kelurusan sambungan yang teliti.
Mesin las AC/DC merupakan mesin mesin las pembangkit arus listrik AC/DC yang
digunakan didalam pengelasan las gas tungsten. Pemilihan arus AC atau DC biasanya
tergantung pada jenis logam yang akan dilas.
Gambar 2.3.1 las AC/DC
Tabung Gas Pelindung adalah tabung tempat penyimpanan gas seperti argon dan
helium yang digunakan kedalamn pengelasan GTAW.
Argon
Helium
Campuran Argon Helium
Campuran Argon Hydrogen
1. Argon adalah gas mulia yang stabil, sulit bereaksi dengan unsur lainnya. Argon
sebagai gas pelindung membuat busur lebih stabil dan percikan berkurang. Argon
lebih mudah mengion atau terionisasi dibandingkan dengan Helium, sehingga
Argon dapat dianggap sebagai konduktor listrik. Konduktivitas panas Argon
rendah, menyebabkan pengaliran panas melalui busur lambat. Oleh sebab itu
sangat baik untuk pengelasan logam yang tipis.
2. Helium adalah gas mulia yang tidak mudah bereaksi dengan unsur lainnya.
Konduktifitas panas Helium lebih tinggi dari Argon, sehingga pemindahan panas
melalui busur lebih besar, akibatnya Helium lebih cocok untuk proses pengelasan
logam yang lebih tebal, dan logam yang mempunyai konduktifitas panas yang
tinggi seperti : Alumunium, Tembaga, Magnesium, dll. Tegangan busur lebih
tinggi jika menggunakan Helium dan banyak terjadi percikan serta penetrasi yang
dihasilkan dangkal.
Tekanan pada tabung awal pengisian sebesar 4000 Psi, dan pada saat pengisian kedua
tekanan dikurangi menjadi 2500 Psi untuk menjaga aspek keselamatan.
Berat atom gas Argon 40 sedangkan berat Argon gas Helium 4, karena sanggat ringan
dibandingkan argon maka pemakaian helium lebih banyak yaitu 21/2 sampai 3 kali dari gas
argon.
1. Elektroda Tungsten
Elektroda Tungsten berfungsi sebagai pembangkit busur nyala selama dilakukan
pengelasan. Elektroda ini tidak berfungsi sebagai bahan tambah.
Spesifikasi :
Sangat baik flowability
Wide penerapan
Beredar permeabilitas
Intensitas tinggi
Berlaku untuk industri kimia AWS A5.10 alumunium pengelasan kawat ER5356
Standar :
AWS A5.10
ASME SFA. 10
ER5356
Keterangan :
ER5356 adalah paduan alumunium tujuan umum jenis yang biasanya memilih untuk
geser yang relatif tinggi kekuatan. ER5356 harus dipertimbangkan untuk pengelasan seri 5000
Alumunium.
B. Keterangan Metal
Keterangan Metal
ITEM Tarik Strengh (MPa) Elongation (%)
Standar ≥ 100 ≥5
Gambar 2.5.3 Elektroda ER5356
2.5.4 Nozzle
Nozzle berfungsi sebagai perantara/membrane atau pemisah antara collet body dengan
benda kerja. Nozzle terbuat dari ceramic dan mempunyai ukuran diameter yang berbeda-beda.
Pabrik pembuat nozzle, ada yang menyatakan ukuran besar nozzle dengan nomor 4, 5, 6, 7, 8,
9, dst, dan ukuran ini adalah per 16” diameter dalam.
Gambar nozzle
2.5.5 Torch
Torch adalah satu peralatan yang pencting pad alas TIG karena harus ringan mudah
memakainya. Pada Torch terdapat gabungan dari komponen peralatan pengelasan GTAW
yaitu : Elektroda Tungsten, Nozzle, Collet, Body Collet, dan Lock back camp.
Ada 2 petunjuk penggunaan gas dalam tabung yang terdapat dalam regulator :
Untuk mengetahui tekanan didalam tabung dapat dilihat pada petunjuk yang berbentuk
seperti jam yang dimana tekanan awal tabung 2500 Psi.
Untuk mengetahui tekanan inert helding/gas gas argon yang dapat digunakan dapat
dilihat pada regurator yang berbentuk tabung yang dimana tekanan yang digunakan 20
Kfc/ Kilo Sicle.
2.6.1 Alumunium
Aluminium merupakan salah satu logam paling melimpah di dunia dan merupakan
unsur paling umum ketiga, terdiri 8% dari kerak bumi. Sifat aluminium yang fleksibel
menjadikannya sebagai logam yang paling banyak digunakan setelah baja. Senyawa
aluminium sendiri telah digunakan lebih dari ribuan tahun yang lalu. Namun, logam aluminium
baru diproduksi pertama kali sekitar 170 tahun yang lalu. Selama 100 tahun pertama produksi
aluminium logam, industri di bidang ini berkembang semakin pesat. Alumunium mempunyai
sifat yang baik, tahan korosi, ringan dan mampu di daur ulang. Penyambungan Alumunium
dengan las sulit dilakukan sehingga diperlukan cara yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik hasil lasan Alumunium dengan variasi suhu preheat dan besar arus.
Material Alumunium logam kedua setelah baja yang digunakan untuk pembuatan
lambung kapal, mempunyai sifat yang ringan, ketahanan korosi yang baik serta hantaran listrik
dan panas yang baik, mudah dibentuk baik melalui proses pembentukan maupun permesinan.
Oleh karena itu logam non ferrous yang dijelaskan pada kesempatan ini adalah logam
Alumunium.
Digabung aja dg yg atas
2.6.2 Pengertian Dasar Alumunium
Alumunium didapat dari tanah liat jenis bauksit yang dipisahkan terlebih dahulu dari
unsur-unsur yang lain dengan menggunakan larutan tawas murni sampai menghasilkan oksid
alumunium (Al2O3). Melalui proses elektrolitik oksid alumunium (Al2O3) dipisahkan dari
unsur-unsur zat asam untuk dijadikan cairan alumunium murni sampai mempunyai kandungan
alumunium sebesar 99,9%. Adanya penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni dan sebagainya akan
meningkatkan kekuatan mekanik alumunium.
Aluminium berwarna putih kebiru – biruan, lebih keras dari timah putih, tetapi lebih
lunak dari pada seng. Aluminium mempunyai kekuatan tarik sebesar 10 kg/mm, dan untuk
memperbaiki sifat mekanis dari bahan logam aluminium, bahan aluminium ditambah unsur
paduan.
Logam alumunium mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan logam lain
diantaranya adalah :
Permukaan mengkilap (3 kali lebih mengkilap dari pada besi)
Tahan korosi (terdapat lapisan oksida)
Mempunyai kekuatan yang tinggi
Mudah dibentuk
Melting point rendah
Penghantar panas dan arus yang baik
Alumunium semakin tangguh pada suhu rendah
Tidak beracun
Kecepatan rambat panas tinggi
Dalam hal pengelasan paduan aluminium mempunyai sifat yang kurang baik
diantaranya adalah sebagai berikut :
Karena panas jenis dan daya hantarnya panasnya tinggi maka sulit untuk memanaskan
dan mencairkan sebagian kecil.
Aluminium mempunyai titik cair dan viskositas yang rendah, maka daerah yang terkena
pemanasan mudah mencair dan menetes.
Paduan aluminium mudah sekali teroksidasi dan membentuk oksidaaluminium yang
mempunyai titik cair tinggi. Karena sifat ini maka peleburan antara logam dasar dengan
logam las menjadi terhalang.
Karena perbedaan yang tinggi antara kelarutan hidrogen dalam logam cair dan logam
padat, maka dalam proses pembekuan yang terlalu cepat akan terbentuk rongga halus
bekas kantong-kantong hidrogen.
Paduan aluminium mempunyai berat jenis yang rendah karena itu banyak zat-zat lain
yang terbentuk selama pengelasan akan tenggelam. Keadaan ini memudahkan
terkandungnya zat-zat yang tidak dikehendaki kedalamnya. (Pengelasan Pada Beberapa
Jenis Logam).
Besi (Fe) : Penambahan unsur besi pada aluminium dapat mengurangi terjadinya
keretakan panas.
Manganase (Mn) : Aluminium yang ditambahi unsur mangan dapat perbaiki ductility
pada logam aluminium.
Silicon : Penambahan unsur silicon akan mempengaruhi aluminium tahan terhadap
korosi tetapi sulit dimachining.
Copper : Unsur copper dapat mempengaruhi logam aluminium mudah dimachining.
Magnesium : Penambahan unsur magnesium pada logam aluminium akan memperbaiki
sifat kekuatan, tetapi sulit pada pekerjaan proses penuangan.
Zincum : Penambahan unsur seng akan memperbaiki sifat logam aluminium tahan
terhadap korosi dan mengurangi terjadinya keretakan panas dan pengerutan.
Pada penelitian ini logam alumunium yang digunakan adalah seri alumunium
alloy 6061 dan 5083. Aluminium ini dikenal sebagai aluminium yang memiliki ketahanan
korosi yang sangat bagus, konduktivitas listrik serta sifat mampu bentuk yang baik. Aluminium
alloy 6061 dan 5083 ini biasanya digunakan untuk pembuatan pelat nama, heat exchanger,
kemasan bahan kimia, dan bebagai jenis makanan, peralatan penyimpan serta perakitan
komponen pengelasan lainnya. Adapun komposisi kimia aluminium 6061 dan 5083 sesuai
dengan ASM Metal handbook ditunjukkan dibawah ini.
Alumunium 6061 memiliki sifat dapat diperlaku-panaskan, memiliki sifat yang baik
dalam daya tahan korosi terutama korosi oleh air laut, ketangguhan baik, dan sifat
mampu las yang sangat baik sehingga material jenis ini banyak sekali digunakan untuk
diaplikasikan pada temperatur dibawah nol derajat (cryogenic), tangki-tangki LNG,
bejana tekan temperatur rendah (unfired pressure vessel), peralatan kelautan (marine
component), rig pengeboran, struktur rangka bangunan, pembangunan struktur pesawat
seperti sayap dan badan pesawat, cano, gerbong kereta api, dan konstruksi kapal pesiar.
Aluminium seri 5083 merupakan Aluminium paduan yang paling banyak digunakan di
dunia perkapalan. Alumunium 5083 merupakan paduan Aluminium dengan komposisi
Magnesium 0.47%, Mangan 0.1%, Chromium 0.1%, yang memiliki sifat tidak dapat
diperlakupanaskan, tetapi memiliki sifat yang baik dalam segi kekuatan dan daya tahan
korosi terutama korosi oleh air laut serta sifat mampu las yang sangat baik.