Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 3 of 9

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Defenisi Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari sebagian
kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran- pengukuran guna
mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik- titik detail alam maupun
buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikal nya (z) yang
diferensikan terhadap permukaan air laut rata-rata. Agar titik-titik di permukaan bumi yang
tidak teratur bentuknya dapat di pindahkan ke atas bidang datar maka di perlukan bidang
perantara antara lain : bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah
55 km).

Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat dianggap sebagai
disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan melalukan proses informasi
dan data tentang bumi dan lingkungan fisis. Dengan perkembangan teknologi saat ini
metoda terestris konvensional telah dilengkapi dengan metoda pemetaan udara dan satelit
yang berkembang melalui program-program pertanahan dan ruang angkasa.

Secara umum tugas surveyor adalah sebagai berikut.

a. Analisa penelitian dan pengambilan keputusan. Pemilihan metoda pengkuran ,


peralatan, pengikatan titik-titik sudut dsb.
b. Pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, yakni melaksanakan pengkuran dan
pencatatan data di lapangan.
c. Menghitung atau pemrosesan data, yakni hitungan berdasrkan data yang dicatat
untuk menentukan letak, luas dan volume.

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 3


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 4 of 9

d. Pemetaan atau penyajian data. Menggambarkan hasil ukuran dan perhitungan untuk
menghasilkan peta, gambar rencana tanah dan peta laut, menggambarkan dat dalam
bentuk numeris atau hasil komputer.
e. Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan batas-batas
pedoman dalam pekerjaan konstruksi.

2.1.1. Arti Pentingnya Pengkuran Tanah

Pengkuran tanah sangat diperlukan dalam kehidupan modern, terutama oleh karena
hasil-haslnya diakai untuk : (i)memetakan bumi (daratan dan perairan), (ii) menyiapakna
peta navigasi perhubungan darat, laut dan udara; (iii) memetakan batas-batas pemilikan
tanah baik perorangan maupun perusahaan dan tanah negara , (iv) memrupkan bank data
yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber daya alam untuk pengelolaan
lingkungan hidup, (v) menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan
magnit bumi serta (vi) mempersiapkan peta bulan , planet dan benda angkasa lainnya.
Dibidang teknik sipil para insinyur sangat memerlukan data yang akurat untuk
pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, lapangan udara, pehubungan cepat, sistem
penyediaan air bersih pengkaplingan tanah perkotaan, jalur pipa, penambngan, terowongan.
Semua itu diperlukan pengukuran tanah yang hasilnya beruapa peta untuk perencanaan.
Agar hasilnya dapat dipertanggung jaabkan maka pengkuran hasrus dilakukan secara
benar, tepat dan akurat. Hal ini perlu sekalai diketahui baik oleh surveyor maupun para
insinyur.

2.1.2. Sejarah Pengkuran Tanah

a. Zaman Mesir Kuno ( 140 SM) : Sesostris melakukan pekerjaan pemetaan tanah
untuk keperluan perpajakan atau yang saat ini dikenal dengan kadaster.
b. Zaman Yunani Kuno . Sejarah mencatat bahwa Erastotenes (220 SM adalah orang
pertama yang mecoba menghitung dimensi bumi. Dia menghitung sudut meredian
Syene dan Alexandria di Mesir dengan mengkur bayang-bayang matahari . Diperleh

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 4


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 5 of 9

keliling bumi 25000 mil (13,5) mil lebih panjnag dari pengkuran modern . Pada
(120 SM) Berkembang ilmu geometri metoda pengkuran sebidang lapangan
(Dioptra).
c. Perkembngan peting yakni pada jaman Romawi dimana pemikiran praktis untuk
memciptakan peralatan yang teliti dimulai dengan bantuan teknologi sederhana.
Kemampuan Romawi ditujukkan dengan hasil rekayasa di bidang konstruksi di
seluruh kekaisaran misalnya. Peralatan yang berembang misalnya gromma, libella
(sipat datar), dan crobates merupakan nivo untuk medatarkan sudut.
d. Peradaban Yuniani dan Romawai selama berabad abad dilestarikan oleh orang Arab
dalam bidang geometri praktis. Baru pada abad ke 13 dan 14 Ilmu Ukur Tanah maju
pesat banyak penulis diantaranya Von Piso menulis Praktica Geometria (Ilmu Ukura
Tanah) dan Liber Quadratorum ( pembagian kudran) dsb.
e. Abad 18 dan 19 seni pengkuan tanah maju lebih pesat oleh karena kebutuhan peta-
peta semakin dirasakan terutama Inggris dan Perancis mengembangkan pengkuran
geodesi dengan triangulasi teliti. The US Coast and Geodetic Survey , Amerika
Serikat melaksanakan pengkuran hidrografi dan menetapkan titik-titik ontrol
nasional.
f. Seteleh perang dunia I dan ke II pengkuran tanah berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi modern baiak dalam pengmupulan data maupun
penglohannnya. Peralatan konvesional digantikan dengan peralatan automatis dan
elektronik begitu juga dalam pengolhana dan peyajiannya telah berkembang metoda
komputerisasi.
(oleh: dr. Zainal Arifin)

2.2 Krangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran beberapa titik-titik
yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggian (elevasi)
yang mengacu terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 5


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 6 of 9

ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level – MSL) atau
ditentukan lokal.

Kerangka vertikal digunakan dalam suatu pengukuran untuk menentukan beda


tinggi dan ketinggian suatu tempat/titik.( Purworaharjo,1986 )
Ada beberapa metode untuk menentukan beda tinggi dan ketinggiantitik tersebut yaitu:
a. Kerangka Vertikal dengan Metode Waterpassing
Syarat utama dari penyipat datar adalah garis bidik penyipatdatar, yaitu garisyang
melalui titik potong benang silang dan berhimpit dengan sumbu optis teropong dan
harus datar.Syarat pengaturannya adalah :
1) Mengatur sumbu I menjadi vertical
2) Mengatur benang silang mendatar tegak lurus sumbu I
3) Mengatur garis bidik sejajar dengan arah nivo
Menentukan beda tinggi dengan menggunakan metode waterpassing alat yang
digunakan adalah Waterpass, penentuan ketinggian (elevasi) dengan menggunakan
waterpass ada 3 macam yaitu :
1) Alat di tempatkan di stasion yang di ketahui ketinggiannya.

Gambar 1.1 Penyipat Datar Di Atas Titik

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


h a-b = ta – Btb
HB = Ha h a-b2.

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 6


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 7 of 9

2) Alat sipat datar di tempatkan di antara dua stasion

Gambar 2. Penyipat Datar Di Antara Dua Titik


Keterangan :
Hab =Bt m - Bt b
Hba = Bt b – Bt m
Bila tinggi stasion A adalah Ha, maka tinggi stasion B adalah :
Hb = Ha + Hab
Hb = HA + Bt m - Bt b
Hb = T – Bt b
Bila tinggi stasion B adalah Hb, maka tinggi stasion A adalah :
Ha = Hb + Hba
Ha = Hb + Bt b – Bt m
Ha = T – Bt m3.
3) Alat Sipat Datar tidak di tempatkan di atara kedua stasio

Gambar 3. Penyipat DatarDi Luar Titik


LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 7
LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 8 of 9

Keterangan :
hab = Bt m-Bt b
hba = Bt b – Bb m
Bila tinggi stasion C di ketahui HC, maka:
Hb = Hc + tc –Bt b = T – Bt b
Ha = Hc = tc– Bt m = T – Bt m

2.3 Krangka Dasar Horizontal

Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar ( X ,Y ) dalam
sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris, pengadaan kerangka
horizontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi,trilaterasi atau poligon.
Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang
dikehendaki. (Purworhardjo, 1986)
a. Poligon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titikdipermukaan
bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak,
(Wongsotjitro,1977).
Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudutdan jarak, jika koordinat awal
diketahui, maka titik-titik yang lain pada poligon tersebut dapat ditentukan
koordinatnya. Pengukuran denganmetode polygon ini terbagi menjadi dua bentuk
yaitu:
1. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik akhir, jadi
dimulai dan diakhiri dengan titik yang sama.

Gambar 1. Poligon Tertutup

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 8


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 9 of 9

Syarat-syarat geometris poligon tertutup adalah sebagai berikut:


Σδ = ( n – 2 ) . 180º ( untuk sudut dalam )
Σδ = ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar )
Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = 0
Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = 0
Pada umumnya hasil pengukuran jarak dan sudut tidak segera memenuhi syarat diatas,
tetapi akan didapat bentuk persamaan sebagai berikut :
Σ δ + ƒδ = ( n – 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )
Σ δ + ƒδ = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
Σ ( D . sin α ) + ƒΔX = 0
Σ ( D . cos α ) + ƒΔY = 0
Keterangan :
Σδ = jumlah sudut uk uran
n = jumlah titik pengukuran
ƒδ = kesalahan penutup sudut ukuran
ΣΔX = jumlah selisih absis ( X )
ΣΔY = jumlah selisih ordinat ( Y )
ƒΔX = kesalahan absis ( X )
ƒΔY = kesalahan ordinat ( Y )
D = jarak / sisi poligon
α = azimuth
Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut :
 Menghitung jumlah sudut
ƒδ = Σδ hasil pengukuran- ( n - 2 ) . 180
Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat dilanjutkan
tetapi jika selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan dilakukan cek
lapangan atau pengukuran ulang.
 Mengitung koreksi pada tiap- tiap sudut ukuran ( kδi )

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 9


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 10 of 9

kδi = ƒδi / n ( jika kesalahan penutup sudut bertanda negative (-) maka koreksinya positif
(+), begitu juga sebaliknya.
 Menghitung sudut terkoreksi
δi = δ1 + kδ1
 Menghitung azimuth sisi poligon (α)
misal diketahui azimuth awal (α1-2 )
α2-3 = α1-2 + 180º -δ2 ( untuk sudut dalam )
α2-3 = α1-2 -180º + δ2 ( untuk sudut luar )
Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360º, maka :
α2-3 = ( α1-2 + 180º -δ2 )- 360º
apabila azimuth kurang dari 0º, maka :
α2-3 = ( α1-2 + 180º -δ2 ) + 360º
 Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan
ordinat ( kΔXi dan kΔYi )
kΔXi = ( di / Σd ) . ƒΔX dalam hal ini ƒΔX = ΣΔX
kΔYi = ( di / Σd ) . ƒΔY ƒΔY = ΣΔY
jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+) begitu
juga sebaliknya.
 Menghitung selisih absis ( ΔX ) dan ordinat ( ΔY )
terkoreksi
ΔX 1-2 = ΔX 1-2 + kΔX 1-2
ΔY 1-2 = ΔY 1-2 + kΔY 1-2
 Koordinat ( X,Y )
misal diketahui koordinat awal ( X1 , Y1 ) maka :
X2 = X1 + ΔX 1-2
Y2 = Y1 + ΔY 1-2
Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhirsama dengan
koordinat awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya
jika koordinat akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 10


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 11 of 9

dinyatakan salah karena titik awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama atau
kembali ketitik semula.
(Wongsotjitro,1977)

2.3 Menghitung Luas Wilayah

Untuk menghitung luas dari lahan, ada beberapa macam cara, diantaranya dengan
metode segitiga yaitu dengan menganggap peta lahan sebagai poligon dan membagi
poligon menjadi beberapa segitiga sehingga luas poligon merupakan jumlahan luas
segitiga-segitiga tersebut. Metode bujur sangkar dengan membagi lahan menjadi
beberapa bujur sangkar dengan luas tiap bujur sama besar. Dalam langkah ini akan
dilihat hasil perhitungan dengan mengganggap jarak lurus dan melenggkung
(menggangap bumi elipsoida), yang membedakan hanya pada perhitungan menentukan
jarak.

Metode Segitiga Pada metode ini, peta lahan dianggap berbentuk poligon (segi
banyak) dengan n cukup besar sehingga dapat dibagi menjadi sejumlah segitiga. Makin
besar n yang digunakan akan makin mendekati luas tanah yang menjadi perhatian. Luas
tanah dihitung dari luas masing-masing segitiga yang mempunyai sisi-sisi ai, bi dan ci
kemudian luas tanah dijumlahkan sehingga diperoleh (Basuki, 2011)

Dengan

n :Banyaknya segitiga,

Ai : Luas segitiga dengan menggunakan rumus Heron

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 11


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 12 of 9

𝑎+𝑏+𝑐
Yaitu Ai=√(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐) dengan s= a,b,c merupakan jarak antara 2
2

titik.

Metode Bujur Sangkar Metode ini digunakan untuk mengukur luas lahan dengan
membagi peta lahan menjadi sejumlah bujur sangkar sehingga (Wongsotjitro, 1980).

dengan
𝐿𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟
Lunit= 𝑛

W : Bujur sangkar penuh,

P : Bujur sangkar yang tidak penuh.

2.4 Alat Ukur Sipat Ruang


Dengan alat ukur sipat ruang (Theodolite) kita dapat mengukur sudut-sudut dua
titik atau lebih dan sudut curaman tehadap bidang yang horizontal pada titik
pembacaan. Dengan alat ini kita akan mendapatkan suatu sudut horizontal dan sudut
vertikal.
Ketelitian pembacaan sudut tergantung antara lain dari garis tengah lingkaran
horizontal berskala dan garis tengah lingkaran vertikal berskala menjadi pelengkap
Theodolite.

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 12


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 13 of 9

2.4.1 Macam-Macam Theodolite

Ada berbagai jenis Theodolite menurut bagian dan ketelitannya:

1. Menurut bagiannya.
a. Theodolite WILD T-0
Tingkat ketelitian alat ini rendah, dengan pembagian skala terkecil dari 1’-10’.
Tempat pembacaan skala horizontal dan skala vertikal terpisah, bayangan yang
nampak pada teropong adalah terbalik. Alat ini mempunyai kompas sendiri (built in
compass) sehingga pembacaaan horizontal langsung menunjukkan arah utara
kompas. Sedangkan pembacaan vertikal menunjukkan zenith.
b. Theodolite SOKKISHA TS-20A
Theodolite ini mempunyai tingkat ketelitian yang rendah dengan pembagian skala
terkecil adalah 1’. Theodolite ini mempunyai sistem dua tingkat, yang bertujuan
apabila hendak melakukan pengukuran horizontal, maka bacaan skala vertikal
harus 900 agar kedudukan alat benar-benar horizontal.
c. Theodolite TM20E
Tingkat ketelitian dari Theodolite ini dapat dibaca sampai ketelitian 20” melalui
satu teropong. Apabila alat ini diutarakan terlebih dahulu maka bacaaan
horizontalnya adalah bacaaan azimuth geografis. Bayangan yang terlihat pada alat
ini adalah tegak.
d. Theodolite NIKON NE20S
Theodolite ini merupakan Theodolite yang menggunakan sistem digital, dengan
tingkat ketelitian 20”, cara penggunaannya sama dengan Theodolite TM20E.
e. Theodolite NIKON NE100
Theodolite ini merupakan Theodolite yang menggunakan sistem digital, dengan
tingkat ketelitian 20”.
f. Theodolite NIKON NE101
Theodolite ini merupakan Theodolite yang menggunakan sistem digital, dengan
tingkat ketelitian 5 ”. Perbesaran lensanya 30 kali dan memiliki display satu muka.

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 13


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 14 of 9

2. Berdasarkan kebutuhan tingkat ketelitian pengukuran sudutnya, Theodolite


dibedakan atas empat macam, yaitu:
a. Theodolite dengan ketelitian rendah (low precision), dengan pembagian skala
terendah 1’-10’. Contoh: Wild T-0, Sokkisha 60, dan Zeiss theo-080A;
b. Theodolite dengan ketelitian sedang (medium precision), dengan pembagian
skala terendah 10’-1”. Contoh: Fennel FT-1A, Kern DKM-1, Wild T1, Wild T16
dan Kern K1-A, Zeiss theo-010A;
c. Theodolite Teliti (high precision), dengan pembagian skala terkecil antara 1”-
10’’. Contoh: Kern DKM-2A, Nikon NT-3;
d. Theodolite sangat teliti (highest precision), dengan skala terkecil lebih dari 1”.
Contoh: Wild T-3, Kern DKM-3, Zeiss theo-002.

2.4.2 Bagian–bagian Theodolite

Secara umum konstruksi Theodolite terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu:
1. Bagian bawah yang tidak dapat bergerak ditambah landasan berkaki tiga (statip)
2. Bagian atas yang dapat digerak secara horizontal.
3. Bagian teropong yaitu alat bidik yang dapat digerakkan secara vertikal dan
bersamaan dengan bagian atasnya dapat digerakkan secara horizontal.

Pada Theodolite dikenal tiga macam sistem sumbu, yaitu:


1. Sumbu I, sejajar dengan garis gaya berat (menuju pusat bumi).
2. Sumbu II, sejajar dengan bidang nivo dan tegak lurus dengan sumbu I.
3. Sumbu nivo indek (nivo tabung koinsidensi) sejajar dengan garis bidik.

Suatu Theodolite dapat dikatakan dalam keadaan baik atau sempurna dan layak
digunakan untuk pengukuran apabila:
1. Sumbu nivo aldehide (nivo tabung) tegak lurus sumbu I.
2. Garis bidik tegak lurus sumbu II.
3. Sumbu I tegak lurus sumbu II.

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 14


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 15 of 9

4. Sumbu nivo indeks (nivo tabung koinsidensi) sejajar dengan garis bidik atau
koinsidensi, bila garis bidik distel horizontal.

Sumbu nivo indek

Sumbu II

z
y
x Sumbu I

Gambar 2.1 Sistem Sumbu pada Theodolite

Catatan:
a. Nivo kotak, adalah nivo yang berguna mengatur sentring alat ke target.
b. Nivo aldehide, nivo yang mengatur agar sumbu I benar-benar tegak.
c. Nivo indeks, adalah nivo yang mengatur sumbu II benar-benar datar.

Vizier
Fokus Diafragma

Lensa okuler Fokus Objek

Nivo
Nivotabung
tabung
d. Penghalus gerak vertikal
e. gerak horizontal
Pengunci
Pengunci gerak vertikal

Penghalus gerak horizontal Tombol operasi


Nivo Kotak dan monitor

Lensa optis

Landasan Theodolite Kiap


Gambar 2.2 Theodolite MINDS MDT-02

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 15


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 16 of 9

2.4.3 Alat Bantu Pengukuran


Ada beberapa alat bantu dalam pengukuran yaitu:
1. Kompas
Berguna untuk menentukan arah utara agar memudahkan kita dalam menyelesaikan
pekerjaan terutama alat ukur yang tidak memiliki kompas.

Gambar 2.3 Kompas


Kompas
2. Statip
Berguna sebagai tempat diletakkannya Theodolite, ketiga kaki statip ini dapat dapat
dinaik dan diturunkan dengan melonggarkan sekrup pengatur kaki.

Landasan Theodolite Sekrup pengunci


Theodolite dengan
statip

Bagian kaki yang dapat


diturun naikkan

Sekrup pengunci

Gambar 2.4 Statip

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 16


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 17 of 9

3. Unting-unting
Unting-unting ini berguna buat penyentringan alat ukur yang tidak memiliki alat
peyentringan optis. Unting-unting terdiri dari benang yang diberi pemberat.

benang

pemberat

Gambar 2.5 Unting-unting

4. Rambu Ukur
Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar dengan satuan panjang terkecil adalah cm,
namun ada skala 0,5 cm. Satu bagian besarnya 10 cm dan ditandai oleh dua bagian
yang terpisah dengan panjang 5 cm dengan demikian panjang terkecil yang terdapat
di rambu ukur adalah 1 cm.

1cm
0.5 cm
0.5 cm

Gambar 2.6 Rambu Ukur

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 17


LABORATORIUM / BENGKEL / STUDIO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
JL. TPA Imam Bonjol Atas, Air Merah, Wagom Fakfak Kabupaten Fakfak
Provinsi Papua Barat
No. Job :
DASAR TEORI
Page 18 of 9

2.4.4 Cara Pemasangan dan Pengaturan Theodolite


1. Pasang statip di atas titik tetap pada tanah, kencangkan sekrup statip. Usahakan
dasar statip sedatar mungkin untuk memudahkan pengaturan nivo kotak dan nivo
tabung (nivo aldehide).
2. Ambil Theodolite dari kotak alat dengan hati-hati (perhatikan kedudukan alat dalam
kotak agar tidak terjadi kesalahan dalam meletakkan alat ke kotaknya kembali).
3. Jika alat dapat dilakukan sentring optis, pengaturannya dapat dilakukan dengan
cara:
a. Pasang alat pada dasar statip dan kuncilah dengan kuat
b. Lepaskan kedudukan dua kaki dari tanah dan pegang kedua kaki tersebut,
sedang kaki yang lain tertancap di tanah
c. Atur kedudukan kedua statip yang dipegang tersebut sedemikian rupa sehingga
terlihat bayangan titik pengamatan masuk ke dalam lingkaran kecil lensa optis,
lepaskan kedua kaki tersebut perlahan sampai tertancap ke tanah
d. Usahakan gelembung nivo kotak masuk ke dalam lingkaran dengan mengatur
sekrup
e. Lihat melalui teropong sentring optis kedudukan titik pengamatan patok. Bila
kedudukan bergeser, longgarkan sekrup penghubung Theodolite dengan statip.
Lalu geser kedudukan Theodolite sampai titik patok di tengah lensa optis
f. Atur gelembung nivo kotak miringkan tepat berada di tengah lingkaran dan
putar kesegala arah. Jika gelembung tetap di tengah berarti penyetelan selesai
g. Pengukuran sudah dapat dimulai

LAPORAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH 2 18

Anda mungkin juga menyukai