1. Pengertian Meningoensefalitis
Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi
otak dan medula spinalis) (Nelson, 2010). Encephalitis adalah infeksi virus pada otak
(Elizabeth, 2009). Meningoencephalitis adalah peradangan pada selaput meningen
dan jaringan otak.
2. Epidemiologi
3. Etiologi Meningoensefalitis
a. Infeksi virus:
c. Pasca infeksi
1) Campak
2) Rubella
3) Varisela
4) Virus pox
5) Vacinia (David, 2008).
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
Neonatus memiliki gambaran klinik berbeda dengan anak dan orang dewasa.
Meningitis karena bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan panas
tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang,
minum sangat berkurang, konstipasi, diare. Kejang terjadi pada lebih kurang
44% anak dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25% oleh Streptococcus
pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi meningokok. Gangguan
kesadaran berupa apatis, letargi, renjatan, koma. Pada bayi dan anak-anak (usia
3 bulan hingga 2 tahun) yaitu demam, malas makan, muntah, mudah
terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku
kuduk dan tanda Kernig dan Brudzinski positif. Pada anak-anak dan remaja
terjadi demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti oleh perubahan sensori,
fotofobia, mudah terstimulasi dan teragitasi, halusinasi, perilaku agresif, stupor,
koma, kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski positif. Pada anak yang lebih
besar dan orang dewasa permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas,
nyeri kepala yang bisa hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan
nyeri punggung. Biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafas[an bagian
atas. Selanjutnya terjadi kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan,
hipotensi dan takikardi karena septikimia. (Lugito, 2013)
Keluhan utama pada penderita ensefalitis yaitu sakit kepala, demam, kejang
disertai penurunan kesadaran. Ensefalitis yang disebabkan oleh infeksi Famili
Togavirus (memiliki gejala yang sangat bervariasi, mulai dari yang tanpa gejala
sampai terjadinya sindrom demam akut disertai demam berdarah dan gejala-
gejala sistem saraf pusat). Western Equine Virus (WEE) pada umumnya
menimbulkan infeksi yang sangat ringan, gejala pada orang dewasa dapat
berupa letargi, kaku kuduk dan punggung, serta mudah bingung dan koma yang
tidak tetap. Gejala berat pada anak berupa konvulsi, muntah dan gelisah, yang
sesudah sembuh akan menimbulkan cacat fisik dan mental yang berat.
(Setyopranoto, 2012).
Bentuk asimtomatik
Bentuk abortif
Gejala berupa nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, dan kaku kuduk ringan.
Umumnya terdapat gejala-gejala seperti infeksi saluran pernafasan bagian atas
atau gastrointestinal.
Bentuk fulminan
Bentuk ini berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir
dengan kematian. Pada stadium akut terdapat demam tinggi, nyeri kepala difus
yang hebat, apatis, kaku kuduk, sangat gelisah dan dalam waktu singkat masuk
ke dalam koma yang dalam.
Bentuk ini mulai secara bertahap dengan gejala awal nyeri kepala ringan,
demam, gejala infeksi saluran nafas bagian atas. Kemudian muncul tanda
radang Sistem Saraf Pusat (SSP) seperti kaku kuduk, tanda Kernig positif,
gelisah, lemah, sukar tidur. Selanjutnya kesadaran mulai menurun sampai
koma, dapat terjadi kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi,
gangguan bicara, gangguan mental.
6. Diagnosis Penunjang
o Pemeriksaan radiologi
o Foto polos à untuk mengetahui fokus atau sumber infeksi (ex : paru,
mastoiditis, nasalis, periodontal,dll).
o CT-Scan dengan kontras untuk melihat ada atau tidaknya fokus lesi
fokal pada otak. CT-Scan perlu dilakukan untuk mengeksklusikan
kontraindikasi relatif fungsi lumbal.
o MRI: Menentukan ada atau tidaknya abnormalitas dan fokus lesi pada
tahap awal.
o Pemeriksaan EEG: Diindikasikan pada pasien yang mengalami kejang.
7. Penatalaksanaan
a. Antibiotik
b. Pengurangan cahaya ruangan, kebisingan dan tamu
c. Nyeri kepala diatasi dengan istirahat dan analgesik
d. Asetamenofen dianjurkan untuk demam
e. Kodein, morfin dan derivat fenotiazin untuk nyeri dan muntah
f. Perawatan yang baik dan pantau dengan teliti (Nelson, 2010)
8. Prognosis
9. Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA