Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Radiologi rongga thorax merupakan pemeriksaan radiologi yang paling sering


dilakukan di Amerika Serikat dan biasanya memberikan tanda secara dini mengenai
penyakit pada rongga thorax. Begitu pula halnya atelektasis merupakan kelainan yang
umum ditemui pada radiologi rongga thorax. Istilah “atelektasis” (ateles ektasis,
berasal dari bahasa yunani “pengembangan yang tidak sempurna”) menggambarkan
paru-paru yang kolaps akibat dari berkurangnya aerasi. Atelektasis secara radiologi
tampak sebagai densitas radioopak yang mendasari parenkim paru yang lusent saat
terisi udara. Empat mekanisme utama atelektasis yaitu obstruktif, pasif, adesif dan
sikatrik. Deteksi dan interpretasi temuan yang akurat terhadap atelektasis, penting
dalam menegakkan diagnosis pasien.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Paru


Paru-paru merupakan organ respirasi yang berada pada mediastinum yang
dikelilingi oleh rongga pleura kanan dan kiri. Udara masuk dan keluar paru melewati
bronkus utama yang merupakan percabangan dari trakea. Arteri pulmonalis
mengantarkan darah yang belum teroksigenasi keparu-paru dari ventrikel kanan ke
paru-paru.2
Paru-paru kanan normalnya lebih lebar dan lebih pendek dari paru kiri karena
mempunyai 3 lobus. Lobus ini dibatasi oleh dua fisura. Fisura oblikua memisahkan
lobus superior dan lobus inferior. Lobus superior paru dibagi lagi oleh fisura
horizontalis. Setiap paru berbentuk kerucut dengan bagian basal, apeks, dua
permukaan yaitu permukaan costal dan mediastinal serta tiga batas yaitu inferior yaitu
yang membatasi bagian basal dan permukaan costal. Batas anterior dan posterior
memisahkan permukaan costal dan mediastinal. Tidak seperti batas anterior dan
inferior yang mempunyai tepi yang tajam. Batas posterior lebih halus dan bulat.2
Bagian paru-paru yang tidak dilapisi pleura adalah hillum dimana terdapat struktur
keluar dan masuk. Struktur yang melalui hillum adalah arteri pulmonalis, dua vena
pulmonalis, brokus utama, pembuluh darah bronkial, saraf dan limfe.2
Kavum pleura dilapisi oleh selapis sel, mesotelium dan jaringan konektive
lainnya yang membentuk pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu pleura parietal yang
berhubungan dengan kavum pleura dan pleura visceral yang berhubungan dengan
permukaan paru yang merupakan pembungkus paru-paru.2
Gambar 1. Anatomi Paru kanan dan kiri2

2.2 Definisi
Atelektasis berasal dari bahasa yunani “atel” (inkomplit atau tidak lengkap) dan
“ecatasisa” (ekspansi atau dilatasi), yang berarti ekspansi tidak lengkap.3
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami
hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkurang atau sama
sekali tidak berisi udara.4
Atelektasis merupakan suatu istilah untuk menyatakan kolapsnya paru yang
ditandai dengan pengurangan volume paru akibat tidak memadainya ekspansi rongga
dada.5

2.3 Etiologi
Etiologi terbanyak dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik dan
ekstrinsik.

A. Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :6


 Obstruktif :

Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan


juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa
disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke
dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar,
seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan
tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli
akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi
dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor
bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat
panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa
mukus.
Tekanan ekstra paru, biasanya diakibatkan oleh pneumothorak, cairan pleura,
peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak
seperti tumor mediastinum.
Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan
paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis
lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran
sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir
dengan memperberat keadaan atelektasis.
Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang
menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus
yang dapat memperberat terjadinya atelektasis.

B. Etiologi ekstrinsik atelektasis:6


 Pneumothoraks
 Tumor
 Pembesaran kelenjar getah bening.
 Pembiusan (anestesia)/pembedahan
 Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
2.4 Klasifikasi
 Atelektasis Obstrukstif (Resorptif)

Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena saluran napas tersumbat sehingga
udara dari bronkus tidak dapat masuk kedalam alveolus, sedangkan udara yang
sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh dinding alveolus yang banyak
mengandung kapiler darah. Sumbatan dapat terjadi pada setiap percabangan
trakeobronkial. Obstruksi pada endobronkial umumnya disebabkan oleh neoplasma
jinak maupun ganas, mucus yang kental atau benda asing hingga malposisi
endotracheal tube.1
Obstruksi pada bronkus menyebabkan atelectasis pada paru atau lobus yang
terkena; namun tidak diikuti dengan kehilang volume udara yang signifikan. Setelah
resorbsi udara, sekresi paru dan transudate dapat mengisi saluran napas dan menjaga
volume paru-paru. Hal ini dikenal sebagai fenomena “drowned lung” dimana pada
CT scan tampak konsolidasi paru dengan massa sentral.1

 Atelektasis Pasif (Relaksasi)

Atelektasis yang disebabkan oleh kolaps paru sekunder akibat efek massa
yang berdekatan atau hilangnya tekanan negative intrapleural. Efek massa dapat
disebabkan oleh efusi pleura, tumor intratoraks, atau hernia diafragma. Hilangnya
tekanan negative intrapleural disebabkan pada kondisi pneumotoraks atau paralisis
diafragma, dengan diikuti berkurangnya volume paru.1

 Atelektasis Adhesif

Surfaktan diperlukan oleh alveolus untuk mempertahankan pengambengan


paru dengan mengurangi tegangan permukaan. Bayi yang baru lahir premature
kekurangan surfaktan yang adekuat menyebabkan pengembangan paru yang tidak
sempurna, menyebabkan atelectasis adesif. Kondisi lain yang berhubungan baik
berkurangnya surfaktan atau destruksi sel pneumosit tipe II yang menghasilkan
surfaktan adalah asap rokok, sindrom distress pernapasan dan pneumonitis radiasi.1
 Atelektasis Sikatrikal

Fibrosis paru dari berbagai penyebab menyebabkan penurunan compliance paru


dan pengembangan paru yang tidak sempurna pada parenkim paru yang terkena.
Atelectasis sikatrikal menyebabkan paru-paru secara difus atau fokal pada penyakit
paru intertisial dalam kondisi seperti fibrosis pada radiasi dan infeksi paru kronis.1

2.5 Diagnosis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala
sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.6

A. Gejalanya bisa berupa:


 gangguan pernafasan
 nyeri dada
 batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung,
kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis.
Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,
neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,
bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali
jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah atelektasis itu luas dan terjadi
sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal,
takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan
menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan mungkin pula
normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang
melibatkan lebih dari satu lobus, bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak
terdengar, biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga
dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser,
letak diafragma mungkin meninggi.
2.5.1 Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi dada paru yang kolaps atau atelektasis tergantung pada
mekanisme terjadinya kolaps, derajat kolaps, ada atau tidakya konsolidasi dan
keadaan pleura sebelumnya. Pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental
atau seleuruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih
suram(densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum ke arah atelektasis, sedangkan
diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.
Dengan adanya atelektasis, maka bayangan paru sekitarnya mengalami suatu
emfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi
hemitoraks yang sehat ke arah hemitoraks yang atelektasis.
Tanda dari kolaps dapat dipertimbangkan sebagai tanda langsung (direct) atau tanda
tidak langsung (indirect). Tanda tidak langsung merupakan perubahan yang terjadi
sebagai kompensasi akibat respon hilangnya volume udara pada paru.

Tanda Langsung dari kolaps :1


 Perpindahan posisi dari fissura interlobar. Tanda ini disadari sebagai tanda
yang paling dipercaya dan derajat perpindahannya tergantung dari luasnya
bagian yang kolaps.
 Hilangnya aerasi. Peningkatan densitas pada area paru yang kolaps mungin
tidak jelas sampai seluruh paru mengalami kolaps. Namun jika paru yang
kolaps berbatasan dengan mediastinum atau diafragma, struktur yang
berbatasan dengan kolaps akan menjadi kabur, hal ini dapat mengindikasikan
hilangnya aerasi.
 Tanda vaskular dan bronkial. Jika sebuah lobus mengalami kolapas parsial,
corakan vaskuler akan terlihat ramai; jika air bronkogram terlihat, bronkus
mungkin akan terlihat lebih ramai.

Tanda tidak langsung dari kolaps :1


 Peninggian hemidiafragma. Tanda ini dapat dilihat pada atelektasis lobus
bawah, tetapi jarang terjadi pada atelektasis lobus yang lain.
 Penarikan mediastinum. Pada atelektasis lobus atas, trakea dapat tertarik ke
sisi yang sakit dan pada atelektasis lobus bawah jantung akan tertarik ke sisi
yang sakit.
 Perpindahan hilus. Hilus akan tertarik ke atas pada atelektasis lobus atas dan
tertarik ke bawah pada atelektasis lobus bawah.
 Hiperinflasi kompensasi. Pada bagian paru yang normal dapat terjadi
hiperinflasi dan terlihat hipertransradian, dengan ukuran pembuluh darah lebih
besar dibandingkan area pada paru kontralateral. Jika terjadi kolaps pada
seluruh paru, akan terjadi kompensasi dimana paru kontralateral akan
hiperinflasi dengan herniasi yang menyilang garis tengah.

Gambar 2. Foto rontgen dada posteroanterior yang memperlihatkan atelektasis


disertai efusi pleura. Tampak perselubungan homogen pada seluruh hemitoraks
dekstra, pada gambar diatas adalah atelektasis subsegmental menunjukkan
gambaran kolaps dari paru akibat kompresi tumor. Tampak gambaran opak pada
hemithoraks kiri disertai deviasi trakea ke kiri.

Beberapa atelektasis dapat dikenal sebagai :


 Atelektasis lobaris inferior; bila terjadi di lobus inferior paru kiri, maka akan
tersembunyi di belakang bayangan jantung dan pada foto toraks PA hanya
memerlihatkan diafragma letak tinggi.
Gambar 3. Atelektasis lobaris inferior kiri; A) Atelektasis lobaris inferior kiri
pada pasien dengan tumor oklusi tampak hemitoraks kiri dengan volume paru
yang berkurang dan hilangnya siluette normal arteri pulmonalis lobus paru
kiri. Lobus kiri bawah mengkerut ke belakang siluette jantung. B) Diagram
atelectasis lobus kiri inferior7

Gambar 4. A) Atelektasis lobus kanan inferior paru pada pasien asma, batas
jantung kanan tetap dipertahankan, namun volume paru pada hemitoraks
kanan berkurang dan terdapat penarikan trakea ke sebelah kanan. B) Diagram
atelectasis lobus kanan inferior paru7
 Atelektasis lobaris medial; pada atelektasis lobaris medial kanan (right middle
lobe) fissure horizontal dan setengah bawah fissure obliq tumpang tindih,
sehingga proyeksi lateral merupakan proyeksi yang terbaik. Sering disebabkan
peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang
membesar.

Gambar 5. Aletektasis lobus medial kanan; A) pada proyeksi lateral tampak


batas jantung kanan menghilang. B) Opasitas berbentuk baji terlihat jelas pada
proyeksi lateral digambarkan oleh fisura horizontal dan oblique.7

 Atelektasis lobaris superior (upper lobe); memberikan banyangan densitas


tinggi dengan tanda penarikan fissura interlobaris ke atas dan trakea ke arah
atelektasis.
Gambar 6. Aletektasis lobaris superior kanan disebabkan oleh tumor hillus
kanan. A) Fissura horizontal memberi gambaran konfigurasi “S” dinamakan S
signe of Golden (panah). B) Diagram atelekstasis lobaris superior kanan paru7

Gambar 7. Aletektasis lobaris superior kiri; A) pada pasien ini tampak tumor
luas mengakibatkan atelectasis lobaris superior kiri dan lingual. B) Diagram
atelectasis lobaris superior kiri.7

 Rounded atelectasis merupakan bentuk yang jarang ditemukan dan terkadang


salah didiagnosa dengan tumor paru. Rounded atelectasis merupakan
penebalan pleura dan struktur bronkovaskular yang tampak seperti pusaran
atau yang dikenal sebagai “comet tail” (Gambar 7).

Gambar 8. Rounded atelectasis pada proyeksi frontal.7

CT-Scan

Gambaran radiologi atelektasis lobaris lebih jelas pada CT-scan daripada


radiografi dada. Pada pemeriksaan atelektasis CT-scan merupakan pemeriksaan
tambahan dalam membantu mengidentifikasi dan menentukan lesi bronkus yang
mengalami obstruksi. Berhubungan dengan pemeriksaan radiografi thoraks, ct scan
berperan untuk menganalisa lebih baik pada daerah-daerah tertentu seperti
mediastinum, hilus dan pleura.8,9
Hal-hal utama yang mengalami perubahan pada atelektasis lobaris yang
terlihat pada CT-scan adalah sebagai berikut:
 Penyempitan irreguler atau oklusi bronkus pada atelektasis lobaris obstruktif
 Lobus menjadi seperti “pie shaped” bukan hemispherical pada cross sectional
 Proyeksi lobus dapat berbentuk V atau “V shaped” pada daerah apeks paru
pada bronkus yang terkena
 Gambaran radioopak yang meningkat pada seluruh lobus
 Gambaran massa yang menghasilkan tonjolan pada celah atau fisura
 Pola dari kolaps dipengaruhi oleh perlekatan pleura sebelmnya dan cairan atau
udara di ruang pleura.
 Kemungkinan terdapat infiltrasi pada seluruh lobus oleh tumor, memberikan
gambaran lobular (bulat) daripada berbentuk seperti baji (wedge-shape).
Gambar 9. CT scan menunjukkan massa pada hillus kanan superior yang menekan
bronkus kanan dan arteri pulmonal kanan (karsinoma bronkogenik) sehingga pada
foto thorax tampak atelektasis superior kanan dan penonjolan lateral pada hillus
kanan.8

Gambar 10. CT scan rounded atelectasis menunjukkan massa pleura dengan


radiasi “broncovascular strands”7

2.6 Penatalaksanaan
Pemeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan, apabila atelektasis terjadi
karena sumbatan benda asing. Juga harus dilakukan terhadap atelektasis yang
terisolasi dan telah berlangsung lama. Pada saat itu pula sekaligus dilakukan
pengisapan lendir, sekaligus dilakukan pengembalian benda asing yang menyumbat
bronkus atau biopsi terhadap jaringan yang menyumbat yang dicurigai sebagai
penyebab obstruksi.9
Pemberian oksigenasi harus diberikan pada penderita sesak dan sianosis. Terapi
yang diberikan biasanya simptomatis seperti anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan
kortikosteroid.9
Fisioterapi sangat berguna seperti perubahan posisi, masase, latihan pernapasan
sangat membantu dalam pengembangan kembali paru yang kempis.9

2.7 Komplikasi
Pada pasien yang mengalami atelektasis maka akan terjadi :9
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan
udara ke dalam rongga pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara
lingkungan keluar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara
melalui mediastinum yang disebabkan oleh trauma.
2. Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan
pirau (jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat
menyebabkan hipoksemia.

2.8 Prognosis
Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah
dihilangkan kecuali jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya penyembuhan
tergantung pula pada luasnya daerah atelektasis, letak atelektasis. Pada daerah
atelektasis umumnya mudah terjadi infeksi, karena gerakan mukosilier pada
bronkus yang bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak bekerja. Jika
infeksi ini berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis atau
abses paru.9
DAFTAR PUSTAKA

1. Hsu L, Green D, Chusid J, Taiwar A, Shah R. Imaging of Atelectasis. CDR.


2013; 36(25): 1-8.
2. Drake LR, Vogl W, Mitchell AW. Gray’s Anatomy for Students. 3rd ed.
Philadeslphia: Elsevier; 2015: 163-71.
3. Djojodibroto, Darmanto. Respirologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2009.
p.231-2.
4. Rasad S. Radiologi diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. p.108-16.
5. Ahuja, Anil T. Pleural Effusion. In Case Study in Medical Imaging. United
Kingdom: University of Cambrodge. 2006. p.35.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
7. Albert RK, Spiro SG, Jett JR. Clinical Respiratory Medicine. Third Ed.
Philadelphia: Mosby Elsevier; 2008: 22-30.
8. Gunderman RB. Essential Radiology. 2nd Ed. New York: Thieme; 2006: 78-
83.
9. Chen MYM, Pope TL, Ott DJ. Basic Radiology. 2nd Ed. New York: McGraw-
Hill; 2011 : 79-90

Anda mungkin juga menyukai