Oleh :
Nur Hidayah, NISN : 9954123844
Rizka Rini Wahyuni, NISN : 9993326759
Yenti Nur Hidayatul Amanah, NISN :999160129
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 TENGGARONG
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
2015
2
HALAMAN PENGESAHAN
Guru Pembimbing
a. Nama : Rais Budiarto, S.Pd., M. Si
b. Telepon : 085251616708
Bahwa yang bersangkutan statusnya saat ini masih tercatat sebagai
Pelajar di Madrasah Aliyah Negeri Tenggarong pada tahun ajaran 2015/2016.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Peneliti III,
ABSTRAK
Korosi adalah degradasi atau penurunan mutu logam akibat reaksi kimia
suatu logam dengan lingkungannya. Korosi merupakan masalah besar bagi
peralatan yang menggunakan material dasar logam seperti mobil, jembatan,
mesin, pipa, kapal dan lain sebagainya. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat
kerusakan oleh korosi akan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia, antara lain dari segi ekonomi dan lingkungan. Di lain pihak kondisi
alam Indonesia yang beriklim tropis, dengan tingkat humiditas dan dekat dengan
lauta dalah faktor yang dapat mempercepat proses korosi. Sekitar 20 Trilyun
rupiah diperkirakan hilang percuma setiap tahunnya karena proses korosi. Angka
ini setara 2-5% dari total gross domestic product (GDP) dari sejumlah industri
yang ada.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
pemberian ekstrak ketapang (Teminalia cattapa L), dalam mengurangi laju
korosif pada media baut dengan HCL 3%, untuk mengetahui besar persentase
efisiensi inhibisi ekstrak ketapang (Teminalia cattapa L).
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental sesungguhnya (true
experimental research). Penelitian dilaksanakan pada bulan oktober 2015 dari
penyusunan proposal sampai penulisan laporan penelitian. Penelitian dilakukan
di Laboratorium IPA Terpadu Madrasah Aliyah Negeri Tenggarong.
Penelitian dilakukan dengan mengunakan satu faktor yaitu pemberian
Ekstrak Daun Ketapang sebagai inhibitor korosif pada media baut, dengn 4 taraf
perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi
penurunan diketahui bahwa Fhitung untuk perlakuan sebesar (18.111) > Ftabel
(4,07) maka Ho ditolak. Begitu juga nilai signifikan (0,001) < 0.05, maka Ho
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ke empat perlakuan memberikan
pengaruh terhadap konsentrasi berat baut. Sedangkan konsentrasi ekstrak
ketapang (Teminalia Cattapa L) yang paling efektif dalam mengurangi laju
korosif pada media baut terdapat pada perlakuan P3 dengan rata-rata sebesar
0.269 gr.
KATA PENGANTAR
Peneliti
6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................ iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
KATA PENGATAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
E. Batasan Masalah ................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5
A. Ketapang .............................................................................................. 5
B. Korosi................................................................................................... 6
C. Tanin .................................................................................................... 7
D. Hipotesis .............................................................................................. 11
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 12
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 12
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 12
C. Alat dan Bahan ………………………………………………… 12
D. Posedur Penelitian................................................................................ 13
E. Rancangan Penelitian ........................................................................... 13
F. Tehnik Pengumpulan Data................................................................... 14
G. Analisis Data ........................................................................................ 14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 15
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 15
B. Uji Hipotesis……………………………………………………. 16
7
C. Pembahasan ......................................................................................... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 18
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 19
LAMPIRAN ............................................................................................ 20
8
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
4.1 Konsentrasi berat baut setelah di rendam dengan ekstrak ketapang .... 16
4.2 Hasil Analisis Anova Satu Arah terhadap konsentrasi baut……………. 17
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korosi adalah degradasi atau penurunan mutu logam akibat reaksi
kimia suatu logam dengan lingkungannya. Korosi merupakan masalah besar
bagi peralatan yang menggunakan material dasar logam seperti mobil,
jembatan, mesin, pipa, kapal dan lain sebagainya. Banyak proses industri
seperti acid cleaning dan pickling yang melibatkan adanya kontak antara logam
dengan media korosi sehingga akan menyebabkan korosi dan menimbulkan
kerugian. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat kerusakan oleh korosi akan
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, antara lain dari segi
ekonomi dan lingkungan.
Korosi dapat diartikan sebagai penurunan mutu logam akibat reaksi
elektrokimia dengan lingkungannya. Tetapi bila kerusakan tersebut merupakan
aksi mekanis, seperti penarikan, pembengkakan atau patah, maka hal ini tidak
disebut peristiwa korosi. Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvani yang
mempunyai “hubungan pendek” dimana beberapa daerah permukaan logam
bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai anoda dan “rangkaian listrik”
dilengkapi oleh rangkaian elektron menuju besi itu sendiri.
Di lain pihak kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis, dengan
tingkat humiditas dan dekat dengan laut adalah faktor yang dapat mempercepat
proses korosi. Sekitar 20 Trilyun rupiah diperkirakan hilang percuma setiap
tahunnya karena proses korosi. Angka ini setara 2-5 % dari total gross
domestic product (GDP) dari sejumlah industri yang ada. Besarnya angka
kerugian yang dialami industri akibat korosi yang sering dianggap sama
dengan perkaratan logam. (Evan, 2013)
Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika
Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 - 126 milyar
dollar per tahun. Di Indonesia, 20 tahun lalu saja biaya yang ditimbulkan akibat
korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut memberi
10
gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan
nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum adanya
pengendalian yang khusus yang menanggani korosi secara baik dalam bidang
indusri (Herdiyanto, 2011).
Ada dua jenis inhibitor yang biasa digunakan, yaitu inhibitor anorganik
dan inhibitor organik. Umumnya senyawa organik yang dapat digunakan
sebagai inhibitor adalah golongan surfaktan, polimer, dan umumnya senyawa
yang banyak mengandung atom oksigen, nitrogen, sulfur, fosfor dan senyawa
aromatik atau senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Beberapa inhibitor
organik yang tersedia bersifat beracun dan mahal. Ekstrak bahan alam saat ini
banyak menjadi perhatian sebagai inhibitor korosi karena aman, mudah
diperoleh, bersifat biodegradable, biaya murah dan ramah lingkungan. Unsur-
unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini nantinya dapat berfungsi
sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam.
Penggunaan inhibitor korosi merupakan cara yang paling efektif dalam
mencegah korosi karena cara ini relatif murah dan prosesnya sederhana.
Inhibitor korosi merupakan suatu zat yang ditambahkan dalam jumlah sedikit
ke dalam lingkungan sehingga menurunkan laju korosi terhadap logam.
Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron
bebas, seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-
senyawa amina. Namun demikian, pada kenyataannya bahwa bahan kimia
sintesis ini merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya lumayan mahal
dan tidak ramah lingkungan, maka sering industri-industri kecil dan menengah
jarang menggunakan inhibitor pada sistem pendingin, sistem pemipaan, dan
sistem pengolahan air produksi mereka, untuk melindungi besi/baja dari
serangan korosi. Untuk itu penggunaan inhibitor yang aman, mudah
didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan
sangatlah diperlukan.
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diperoleh rumusan
masalah yaitu :
1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak ketapang (Teminalia Cattapa L),
dalam mengurangi laju korosif pada media baut?
2. Berapa besar konsentrasi ekstrak ketapang (Teminalia Cattapa L) yang
paling efektif dalam mengurangi laju korosif pada media baut?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian ekstrak ketapang
(Teminalia Cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada media baut?
2. Untuk mengetahui berapa besar konsentrasi ekstrak ketapang (Teminalia
Cattapa L) yang paling efektif dalam mengurangi laju korosif pada media
baut.
12
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat :
1. Perluasan dan peningkatan nilai guna tanaman ketapang, khususnya pada
bagian daun dengan kemampuannya sebagai inhibitor korosi yang efektif.
2. Mendorong penelitian-penilitian lain tentang inhibitor organik berbahan
baku ekstrak tanaman yang terdapat di Indonesia.
E. Batasan Masalah
1. Dalam pembuatan ekstrak ketapang peneliti menggunakan daun ketapang
yang berwarna kuning.
2. Waktu perendaman hanya dilakukan selama 2 hari.
3. Peneliti tidak melakukan uji tannin di laboratorium melainkan dengan
menggunakan data sekunder.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia
dengan lingkungannya (Priest,D., 1992) atau secara awam lebih dikenal dengan
istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam di
berbagai macam kondisi lingkungan. Namun, jika dilihat dari sudut pandang
ilmu kimia, korosi merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh
yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat
oksida. Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan
material atau berkarat. Korosi dapat didefinisikan sebagai proses
degradasi/deterionisasi/perusakan material yang disebabkan oleh pengaruh
15
C. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup
tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Tanin
terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angoispermae terdapat
khusus dalam jaringan kayu. Dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein
dan enzim sitoplasma, bila jaringan tumbuhan rusak, misalnya hewan
16
dapat terpecah menjadi asam galat jika dilarutkan dalam air yang dapat
dilihat pada Gambar 2.3.
besi dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin tersebut (Hangerman,
2002).
D. Hipotesis
Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah asosiatif, yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ho : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak daun ketapang (Teminalia
cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada mediaa baut
Ha : Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun ketapang (Teminalia
cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada media baut
Melihat dari dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu
hipotesis untuk penelitian ini yaitu:
Ha : Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun Ketapang (Teminalia
cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada media baut
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian eksperimental sesungguhnya
(true experimental research) yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
saling berhubungan sebab akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih
kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan
(Sumardi, 2000).
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pembuatan Ekstrak Ketapang (Teminalia cattapa L)
a. Dibersihkan daun ketapang (Teminalia cattapa L) dan dikering anginkan;
b. Kemudian dipotong kecil-kecil dan diblender dengan ditambahkan aquades;
c. Ekstrak yang di dapat kemudian di saring dan diambil ekstrak yang bersih.
2. Tahap Pelaksanaan Pengujian Ekstrak Daun Ketapang (Teminalia cattapa
L),
a. Gelas ukur yang digunakan sebanyak 12 buah dipisahkan berdasarkan
perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan dengan perlakuan
3% HCl dalam 20 ml aquades dengan P0 (kontrol), P1 ekstrak daun ketapang
10 ml, P2 ektrak daun ketapang 20 ml dan P3 ekstrak daun ketapang 30 ml.
b. Baut ditimbang untuk mengetahui berat sebelum diberi ekstrak. Selanjutnya
setiap kelompok mendapat pemberian perlakuan sesuai dengan variasi dosis
yang telah ditentukan, kemuadian baut dimasukkan ada tiap-tiap perlakuan.
Didiamkan selama ± 2 hari. Lalu ditimbang.
E. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan satu faktor yaitu pemberian
ekstrak tanaman daun ketapang dengan 4 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan.
Adapun rancangan penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Ulangan
Perlakuan
1 2 3
P0
P1
P2
P3
Keterangan:
P0 : 3% HCl dalam 20 ml aquades (kontrol)
P1 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 10 ml ekstrak daun ketapang
P2 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 20 ml ekstrak daun ketapang
P3 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 30 ml ekstrak daun ketapang
22
G. Analisis Data
Faktor penelitian yang dilibatkan ada 3 tingkatan, yaitu P0 baut tanpa
pemberian ekstrak daun ketapang (kontrol) yaitu 3% HCl dalam 20 ml
aquades, P1 3% HCl dalam 20 ml aqudes dengan pemberian 10 ml ekstrak
daun ketapang, P2 3% HCl dalam 20 ml aquades dengan pemberian 20 ml
ekstrak daun ketapang, P3 3% HCl dalam 20 ml aquades dengan pemberian 30
ml ekstrak daun ketapang, serta pengulangan sebanyak 3 kali, maka banyaknya
data yang akan diolah (N) adalah (4 x 3 = 12).
Hipotesis yang ada akan diuji dengan kriteria berikut:
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, Ha ditolak. Jika FHitung > FTabel maka H0
ditolak, Ha diterima
Jika sig < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan jika sig > 0.05
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada masing-masing obyek penelitian
tentang efektivitas pemberian ekstrak daun ketapang (Teminalia cattapa L),
sebagai inhibitor pada media baut berikut ini:
Tabel 4.1. Hasil Analisis Konsentrasi Berat Sesudah Perlakuan
Ulangan
Perlakuan Rata-rata
1 2 3
P0 0.248 0.255 0.257 0.253
P1 0.255 0.259 0.256 0.257
P2 0.265 0.262 0.265 0.264
P3 0.270 0.267 0.269 0.269
Keterangan:
P0 : 3% HCl dalam 20 ml aquades (kontrol)
P1 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 10 ml ekstrak daun ketapang
P2 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 20 ml ekstrak daun ketapang
P3 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 30 ml ekstrak daun ketapang
Berdasarkan gambar 4.1 di atas terlihat jelas pola penurunan berat baut.
Pada P0 (kontrol) diperoleh total sebesar 0.253, pada P1 (10 ml ekstrak daun
ketapang dalam 3% HCl dalam 20 ml aquadest) total berat turun menjadi
0,257, kemudian pada P2 (20 ml ekstrak daun ketapang dengan 3% HCl dalam
20 ml aquadest) total berat baut turun menjadi 0,264, sedangkan P3 (30 ml
ekstrak daun ketapang dengan 3% HCl dalam 20 ml aquadest) total berat baut
turun menjadi 0,269. Jadi dari gambar di atas diketahui bahwa pada P3 terjadi
penurunan kadar korosi terkecil, sehingga dapat dikatakan bahwa konsentrasi
30 ml ekstrak daun ketapang dengan 3% HCl dalam 20 ml aquadest merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam inhibisi korosif pada media baut.
B. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
berpengaruh positif/terdapat efektifitas ekstrak daun ketapang sebagai inhibitor
korosif pada media baut, maka data-data hasil penelitian di analisis dengan
anova satu arah. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Analisis Anova Satu Arah Terhadap Konsentrasi Berat Baut
Setelah direndam Pada Ekstrak Daun Ketapang
ANOVA
data
Total .000 11
C. Pembahasan
Laju reaksi korosi dengan adanya ekstrak daun ketapang dalam
perlakuan menurun jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan
ekstrak. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa tanin yang ada dalam
ekstrak. Senyawa tanin dalam ekstrak dapat membentuk senyawa komplek
dengan Fe(III) di permukaan logam, sehingga laju reaksi korosi akan
mengalami penurunan. Senyawa komplek ini akan menghalangi serangan ion-
ion korosif pada permukaan logam, sehingga laju reaksi korosi akan menurun..
Dengan demikian ekstrak daun ketapang dapat menghambat laju korosi baut,
sehingga dapat dijadikan sebagai inhibitor dalam reaksi korosi pada baut.
Efektifitas ekstrak daun ketapang yang dihasilkan berbeda-beda
tergantung pada konsentrasi inhibitor. Pada grafik dapat dilihat bahwa efisiensi
inhibisi pada media korosif ekstrak ketapang yang paling efektif terdapat pada
perlakuan P3 sebesar 0,269 gr. Sedangkan baut yang mengalami korosif
terbesar terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 0,253 gr. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi tersebut senyawa kompleks Fe-tanin terbentuk dengan
sempurna dan menutupi seluruh permukaan baut.
Mekanisme kerja inhibitor ekstrak daun ketapang adalah melalui
pembentukan lapisan molekul-molekul tunggal dari inhibitor yang teradsorbsi
pada permukaan logam sehingga membentuk lapisan yang dapat menghambat
korosi. Hal ini menyebabkan laju korosi yang terjadi mengalami penurunan
sehingga efisiensi inhibitor yang digunakan semakin bertambah. Dapat
diketahui bahwa efisiensi inhibitor cenderung naik dengan penambahan
konsentrasi inhibitor.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1. Hasil Analisis Konsentrasi Berat Baut Setelah direndam pada Ekstrak
Daun Ketapang
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
P0 0.248 0.255 0.257 0.253
P1 0.255 0.259 0.256 0.257
P2 0.265 0.262 0.265 0.264
P3 0.270 0.267 0.269 0.269
Tabel 2 Hasil Analisis Anova Satu Arah Terhadap Konsentrasi Berat Baut
Setelah direndam Pada Ekstrak Daun Ketapang
ANOVA
data
Total .000 11
Kesimpulan:
Dari tabel di atas diketahui bahwa Fhitung untuk perlakuan sebesar (18.111) >
Ftabel (4,07) maka Ho ditolak. Begitu juga nilai signifikan (0,001) < 0.05, maka
Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ke empat perlakuan memberikan
pengaruh terhadap konsentrasi berat baut
30
Gambar 2. Perlakuan
31