Anda di halaman 1dari 32

1

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETAPANG (Teminalia


cattapa L) SEBAGAI INHIBITOR KOROSIF PADA MEDIA
BAUT

Oleh :
Nur Hidayah, NISN : 9954123844
Rizka Rini Wahyuni, NISN : 9993326759
Yenti Nur Hidayatul Amanah, NISN :999160129

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 TENGGARONG
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
2015
2

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Madrasah Aliyah Negeri


Unggulan Tenggarong Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara,
dengan ini menerangkan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan Judul : Pemanfaatan
Ekstrak daun ketapang (Teminalia cattapa L) sebagai inhibitor korosif pada
media baut
Telah dibuat dan disusun oleh:
Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Nur Hidayah
b. NISN : 9954123844
c. Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Negeri Tenggarong
d. Kelas / Jurusan : XI IPA 1/ Ilmu Pengetahuan Alam
Nama Anggota : Rizka Rini Wahyuni / 9993326759
Yenti Nur Hidayatul Amanah /999160129

Guru Pembimbing
a. Nama : Rais Budiarto, S.Pd., M. Si
b. Telepon : 085251616708
Bahwa yang bersangkutan statusnya saat ini masih tercatat sebagai
Pelajar di Madrasah Aliyah Negeri Tenggarong pada tahun ajaran 2015/2016.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Menyetujui Tenggarong, 21 Oktober 2015


Guru Pembimbing,
Kepala Madrasah

Rais Budiarto, S.Pd., M.Si


Drs. Saharuddin, M.Pd
NIP. 19870315 200912 1 007
NIP. 19681001 1996031 1 002
3

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nur Hidayah
NISN : 9954123844
Kelas/Jurusan : XI IPA / Ilmu Pengetahuan Alam
Pembimbing : Rais Budiarto, S. Pd., M.Si
Alamat Madrasah : Jl. Jelawat No.15 Tenggarong Kab. Kutai Kartangara
Nomor HP : 085251616708
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa tulisan karya ilmiah ini dengan judul :
Pemanfaatan Ekstrak daun ketapang (Teminalia cattapa L) sebagai inhibitor
korosif pada media baut. Belum pernah ditulis dan dipublikasikan pada jurnal
aupun proceding pertemuan ilmiah. Demikian surat pertanyaan keaslian ini dibuat
dengan sesungguhnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.

Tenggarong, 21 Oktober 2015


Peneliti I, Peneliti II,

Nur Hidayah Rizka Rini Wahyuni


NISN. 9954123844 NISN. 9993326759

Peneliti III,

Yenti Nur Hidayatul Amanah


NISN. 999160129
4

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETAPANG (Teminalia


Cattapa L) SEBAGAI INHIBITOR KOROSIF PADA MEDIA
BAUT

Penulis I : Nur Hidayah, Penulis 2 : Rizka Rini Wahyuni


Penulis 3 : Yenti Nur Hidayatul Amanah
Madrasah Aliyah Negeri Tenggarong
Jalan Jelawat Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara Kalimatan Timur

ABSTRAK

Korosi adalah degradasi atau penurunan mutu logam akibat reaksi kimia
suatu logam dengan lingkungannya. Korosi merupakan masalah besar bagi
peralatan yang menggunakan material dasar logam seperti mobil, jembatan,
mesin, pipa, kapal dan lain sebagainya. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat
kerusakan oleh korosi akan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia, antara lain dari segi ekonomi dan lingkungan. Di lain pihak kondisi
alam Indonesia yang beriklim tropis, dengan tingkat humiditas dan dekat dengan
lauta dalah faktor yang dapat mempercepat proses korosi. Sekitar 20 Trilyun
rupiah diperkirakan hilang percuma setiap tahunnya karena proses korosi. Angka
ini setara 2-5% dari total gross domestic product (GDP) dari sejumlah industri
yang ada.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
pemberian ekstrak ketapang (Teminalia cattapa L), dalam mengurangi laju
korosif pada media baut dengan HCL 3%, untuk mengetahui besar persentase
efisiensi inhibisi ekstrak ketapang (Teminalia cattapa L).
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental sesungguhnya (true
experimental research). Penelitian dilaksanakan pada bulan oktober 2015 dari
penyusunan proposal sampai penulisan laporan penelitian. Penelitian dilakukan
di Laboratorium IPA Terpadu Madrasah Aliyah Negeri Tenggarong.
Penelitian dilakukan dengan mengunakan satu faktor yaitu pemberian
Ekstrak Daun Ketapang sebagai inhibitor korosif pada media baut, dengn 4 taraf
perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi
penurunan diketahui bahwa Fhitung untuk perlakuan sebesar (18.111) > Ftabel
(4,07) maka Ho ditolak. Begitu juga nilai signifikan (0,001) < 0.05, maka Ho
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ke empat perlakuan memberikan
pengaruh terhadap konsentrasi berat baut. Sedangkan konsentrasi ekstrak
ketapang (Teminalia Cattapa L) yang paling efektif dalam mengurangi laju
korosif pada media baut terdapat pada perlakuan P3 dengan rata-rata sebesar
0.269 gr.

Kata Kunci : Daun Ketapang, Inhibitor, Korosif


5

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan kasih sayang-
Nya yang telah memberikan kekuatan dalam menjalani semua ujian, kesehatan
dan berkah yang tak terhingga, karena sesungguhnya atas kehendak dan ridho-
Nya peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, guna mengikuti lomba karya
ilmiah remaja. Sholawat serta salam juga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
SAW. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ini tidak dapat sepenuhnya
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar –
besarnya kepada:
1. Bapak Saharuddin, M.Pd selaku Kepala Madrasah
2. Bapak Rais Budiarto, S.Pd,. M.Si selaku Pembimbing
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materi kepada peneliti selama penyusunan karya
ilmiah ini, semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang sesuai atas bantuan
yang telah diberikan. Aamiin
Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena
masih banyak terdapat kekurangan, namun sesungguhnya tak ada gading yang tak retak.
Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun demi penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini. Semoga apa yang ditulis
dalam karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Tenggarong, 21 oktober 2015

Peneliti
6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................ iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
KATA PENGATAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
E. Batasan Masalah ................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5
A. Ketapang .............................................................................................. 5
B. Korosi................................................................................................... 6
C. Tanin .................................................................................................... 7
D. Hipotesis .............................................................................................. 11
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 12
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 12
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 12
C. Alat dan Bahan ………………………………………………… 12
D. Posedur Penelitian................................................................................ 13
E. Rancangan Penelitian ........................................................................... 13
F. Tehnik Pengumpulan Data................................................................... 14
G. Analisis Data ........................................................................................ 14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 15
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 15
B. Uji Hipotesis……………………………………………………. 16
7

C. Pembahasan ......................................................................................... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 18
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 19
LAMPIRAN ............................................................................................ 20
8

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

2.1 Ketapang ............................................................................................... 5


2.2 Galotanin……………………………………………………………….. 8
2.3 Elagitanin………………………………………………………………. 9
2.4 Sorghum Procyanidin…………………………………………………... 9
4.1 Grafik Rata-rata penurunan Berat baut………………………………… 16

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

4.1 Konsentrasi berat baut setelah di rendam dengan ekstrak ketapang .... 16
4.2 Hasil Analisis Anova Satu Arah terhadap konsentrasi baut……………. 17
9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korosi adalah degradasi atau penurunan mutu logam akibat reaksi
kimia suatu logam dengan lingkungannya. Korosi merupakan masalah besar
bagi peralatan yang menggunakan material dasar logam seperti mobil,
jembatan, mesin, pipa, kapal dan lain sebagainya. Banyak proses industri
seperti acid cleaning dan pickling yang melibatkan adanya kontak antara logam
dengan media korosi sehingga akan menyebabkan korosi dan menimbulkan
kerugian. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat kerusakan oleh korosi akan
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, antara lain dari segi
ekonomi dan lingkungan.
Korosi dapat diartikan sebagai penurunan mutu logam akibat reaksi
elektrokimia dengan lingkungannya. Tetapi bila kerusakan tersebut merupakan
aksi mekanis, seperti penarikan, pembengkakan atau patah, maka hal ini tidak
disebut peristiwa korosi. Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvani yang
mempunyai “hubungan pendek” dimana beberapa daerah permukaan logam
bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai anoda dan “rangkaian listrik”
dilengkapi oleh rangkaian elektron menuju besi itu sendiri.
Di lain pihak kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis, dengan
tingkat humiditas dan dekat dengan laut adalah faktor yang dapat mempercepat
proses korosi. Sekitar 20 Trilyun rupiah diperkirakan hilang percuma setiap
tahunnya karena proses korosi. Angka ini setara 2-5 % dari total gross
domestic product (GDP) dari sejumlah industri yang ada. Besarnya angka
kerugian yang dialami industri akibat korosi yang sering dianggap sama
dengan perkaratan logam. (Evan, 2013)
Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika
Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 - 126 milyar
dollar per tahun. Di Indonesia, 20 tahun lalu saja biaya yang ditimbulkan akibat
korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut memberi
10

gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan
nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum adanya
pengendalian yang khusus yang menanggani korosi secara baik dalam bidang
indusri (Herdiyanto, 2011).
Ada dua jenis inhibitor yang biasa digunakan, yaitu inhibitor anorganik
dan inhibitor organik. Umumnya senyawa organik yang dapat digunakan
sebagai inhibitor adalah golongan surfaktan, polimer, dan umumnya senyawa
yang banyak mengandung atom oksigen, nitrogen, sulfur, fosfor dan senyawa
aromatik atau senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Beberapa inhibitor
organik yang tersedia bersifat beracun dan mahal. Ekstrak bahan alam saat ini
banyak menjadi perhatian sebagai inhibitor korosi karena aman, mudah
diperoleh, bersifat biodegradable, biaya murah dan ramah lingkungan. Unsur-
unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini nantinya dapat berfungsi
sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam.
Penggunaan inhibitor korosi merupakan cara yang paling efektif dalam
mencegah korosi karena cara ini relatif murah dan prosesnya sederhana.
Inhibitor korosi merupakan suatu zat yang ditambahkan dalam jumlah sedikit
ke dalam lingkungan sehingga menurunkan laju korosi terhadap logam.
Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron
bebas, seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-
senyawa amina. Namun demikian, pada kenyataannya bahwa bahan kimia
sintesis ini merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya lumayan mahal
dan tidak ramah lingkungan, maka sering industri-industri kecil dan menengah
jarang menggunakan inhibitor pada sistem pendingin, sistem pemipaan, dan
sistem pengolahan air produksi mereka, untuk melindungi besi/baja dari
serangan korosi. Untuk itu penggunaan inhibitor yang aman, mudah
didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan
sangatlah diperlukan.
11

Beberapa ekstrak tanaman mengandung sejumlah senyawa organik


seperti tannins, alkaloids, saponins, asam amino pigment dan protein yang
memiliki kemampuan mengurangi laju korosi (Martinez, 2001).
Tannin dapat diperoleh dari hampir semua jenis tumbuhan hijau di
seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan
kadar dan kualitas yang berbeda-beda. Salah satu tanaman yang mengandung
tannin adalah tanaman ketapang (Teminalia cattapa L). Adanya kandungan
tannin dan senyawa sekunder lainnya di dalam tanaman ini diduga
kemungkinan dapat dipakai untuk menghambat laju reaksi korosi. Selain itu
harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan inhibitor sintetik seperti tanin
murni.
Berdasarkan latar belakang di atas itulah kami tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Pemanfaatan Ekstrak Daun Ketapang (Teminalia
cattapa L) sebagai Inhibitor Korosi pada media Baut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diperoleh rumusan
masalah yaitu :
1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak ketapang (Teminalia Cattapa L),
dalam mengurangi laju korosif pada media baut?
2. Berapa besar konsentrasi ekstrak ketapang (Teminalia Cattapa L) yang
paling efektif dalam mengurangi laju korosif pada media baut?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian ekstrak ketapang
(Teminalia Cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada media baut?
2. Untuk mengetahui berapa besar konsentrasi ekstrak ketapang (Teminalia
Cattapa L) yang paling efektif dalam mengurangi laju korosif pada media
baut.
12

D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat :
1. Perluasan dan peningkatan nilai guna tanaman ketapang, khususnya pada
bagian daun dengan kemampuannya sebagai inhibitor korosi yang efektif.
2. Mendorong penelitian-penilitian lain tentang inhibitor organik berbahan
baku ekstrak tanaman yang terdapat di Indonesia.

E. Batasan Masalah
1. Dalam pembuatan ekstrak ketapang peneliti menggunakan daun ketapang
yang berwarna kuning.
2. Waktu perendaman hanya dilakukan selama 2 hari.
3. Peneliti tidak melakukan uji tannin di laboratorium melainkan dengan
menggunakan data sekunder.
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketapang (Terminalia catappa L)


Ketapang (Teminalia cattapa L) adalah tanaman pohon tinggi, kerap
kali tajunya kelihatan bertingkat, memiliki daun tunggal yang sebagian besar
terkumpul di ujung ranting, helaiaan daun berbentuk bulat telur dan berwarna
hijau, tetapi setelah mendekati rontok warnanya berubah menjadi merah.
banyak ditanam di lingkungan rumah tinggal, halaman perkantoran dan
pinggir-pinggiran jalan atau di taman-taman rekreasi sebagai tanaman peneduh
sekaligus sebagai tanaman penghias.
Tanaman Ketapang (Teminalia Cattapa L), dalam Ilmu Botani
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Magnoliophytina
Kelas : Rosopsida
Subkelas : Myrtales
Bangsa : Combretaceae
Marga : Terminalia
Jenis : Terminalia catappa L

Gambar 2.1 Ketapang


14

Lemmens dan Soedjipto (1999), mendeskripsikan Tanaman Ketapang


(Terminalia catappa L) sebagai berikut : Batangnya memiliki diameter sampai
1,5 m, cabang panjang dan mendatar, daunnya berbentuk bundar telur atau
menjorong, bunga berukuran sangat kecil, berwarna putih dan tidak
bermahkota, buah berbentuk bulat telur, waktu muda berwarna hijau dan
setelah matang berwarna merah.
Daun ketapang mengandung flavonoid, saponin, triterpen, diterpen,
senyawa fenolik dan tanin (Pauly, 2001). Tumbuhan bermarga terminalia
memiliki kandungan tanin terhidrolisis dengan konsentrasi tinggi (Howell,
2004).
Pauly (2001), dalam US Patent menyatakan bahwa ekstrak daun
ketapang memiliki berbagai khasiat, antara lain : Sebagai obat luar, ekstrak
daun ketapang berkhasiat mengobati : sakit pinggang, kesleo, salah urat, kudis,
kista, gatal-gatal, kulit yang terkelupas dan luka bernanah. Sebagai obat dalam,
ekstrak daun ketapang berkhasiat mengobati : diare, gangguan pada saluran
pencernaan, gangguan pernapasan, menurunkan tekanan darah tinggi, insomnia
dan kencing darah. Selain itu ekstrak daun ketapang digunakan dalam bidang
kosmetik karena memiliki aktivitas anti UV dan antioksidan.

B. Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia
dengan lingkungannya (Priest,D., 1992) atau secara awam lebih dikenal dengan
istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam di
berbagai macam kondisi lingkungan. Namun, jika dilihat dari sudut pandang
ilmu kimia, korosi merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh
yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat
oksida. Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan
material atau berkarat. Korosi dapat didefinisikan sebagai proses
degradasi/deterionisasi/perusakan material yang disebabkan oleh pengaruh
15

lingkungan sekelilingnya. Yang dimaksud dengan lingkungan sekelilingnya


dapat berupa udara, air tawar, air laut, larutan dan tanah yang bersifat elektrolit.
Semua material akan mengalami korosi, khususnya logam besi yang
bebas dari kotoran di dalam materialnya yang disebut impurities, yang berupa
oksida dari logam besi tersebut akibat bereaksi degan zat asam diudara,
perbedaan struktur molekuler dari logam itu sendiri, serta perbedaan tegangan
didalam bagian-bagian logam besi tersebut. Secara alami hal-hal tersebut
menimbulkan perbedaan potensial antara bagian-bagian, perbedaan potensial
ini menyebabkan sebagian dari logam bersifat katodik, yakni kotoran, oksida
dan struktur molekuler yang katodik serta bagian anodik, yakni bagian logam
besi yang murni.
Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik akibat
adanya ion-ion yang terurai di dalam larutan. Dalam peristiwa korosi terdapat
anoda, katoda, elektrolit dan konduktor, yang pada dasarnya sama dengan sel
elektrokimia. Proses korosi adalah proses oksidasi, pada logam yang terkorosi
akan terjadi proses pelepasan elektron.
Salah satu contoh penggambaran proses korosi seperti definisi diatas
adalah pencelupan logam ke dalam air. Logam jika berada dalam lingkungan
aqueous akan menjadi tidak stabil dan secara spontan akan teroksidasi, reaksi
yang terjadi disebut reaksi oksidasi atau reaksi anodik. Didalam media aqueous
yang mengandung H2O dan oksigen terlarut di dalam larutan menghilangkan
akumulasi elektron yang dihasilkan oleh reaksi anodik. Disebabkan
kecenderungan H2O untuk menerima elektron dari logam, reaksi yang terjadi
adalah reduksi atau reaksi katodik.

C. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup
tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Tanin
terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angoispermae terdapat
khusus dalam jaringan kayu. Dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein
dan enzim sitoplasma, bila jaringan tumbuhan rusak, misalnya hewan
16

memakannya, maka dapat terjadi reaksi penyamakan. Reaksi ini menyebabkan


protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Sebagian besar
tumbuhan yang banyak mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan
tumbuhan karena rasanya sepat, sehingga mungkin mempunyai arti sebagai
pertahanan bagi tumbuhan (Gross, 1992).
Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan
sifat tanin yang sangat kompleks mulai dari pengendap protein hingga
pengkhelat logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat
diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis (Gross,
1992).
1. Klasifikasi tanin
Senyawa tanin dibedakan menjadi dua, yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisis.
a. Tanin terhidrolisis
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk
jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida (Gross, 1992).. Salah satu
contoh jenis tanin ini adalah galotanin yang merupakan senyawa
gabungan karbohidrat dan asam galat seperti yang terlihat pada Gambar
2.2.

Gambar 2.2 Galotanin (Gross, 1992).


Selain membentuk galotanin, dua asam galat akan membentuk tanin
terhidrolisis yang disebut elagitanin. Elagitanin sederhana disebut juga
ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP) (Gross, 1992).. Senyawa ini
17

dapat terpecah menjadi asam galat jika dilarutkan dalam air yang dapat
dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Elagitanin (Hagerman, 2002)


Tanin terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis dan
berwarna coklat kuning yang larut dalam air (terutama air panas)
membentuk larutan koloid bukan larutan sebenarnya (Harborne, 1996).
b. Tanin terkondensasi
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis. Tanin jenis ini
kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa
fenol. Nama lain dari tanin ini adalah proantosianidin. Proantosianidin
merupakan polimer dari flavonoid, salah satu contohnya adalah Sorghum
procyanidin (tertera pada Gambar 2.3), senyawa ini merupakan trimer
yang tersusun dari epiccatechin dan catechin (Hagerman, 2002).

Gambar 2.4 Sorghum Procyanidin (Hagerman, 2002)


18

Senyawa ini jika dikondensasi maka akan menghasilkan flavonoid jenis


flavan dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol (Hagerman, 2002).
Tanin terkondensasi banyak terdapat dalam paku-pakuan, gymnospermae
dan tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan
berkayu (Robinson, 1991). Makin murni tanin terkondensasi, makin
kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk
kristal. Tanin larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non
polar (Robinson, 1991).
2. Sifat-sifat umum tanin
Senyawa tanin mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut :
a. Sifat fisika
Sifat fisika dari tanin (Hangerman, 2002) adalah sebagai berikut :
1) Jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa
asam dan sepat.
2) Jika dicampur dengan alkaloid dan gelatin akan terjadi endapan
3) Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan
protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
b. Sifat kimia
Sifat kimia dari tanin (Hangerman, 2002) adalah sebagai berikut :
1) Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol
yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
2) Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
3) Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan
pemberi warna.
c. Sifat tanin sebagai pengkhelat logam.
Senyawa fenol yang secara biologis dapat berperan sebagai pengkhelat
logam. Karena itulah tanin terhidrolisis memiliki potensial untuk
menjadi pengkhelat logam. Hasil khelat dari tanin ini memiliki
keuntungan yaitu kuatnya daya khelat dari senyawa tanin ini membuat
khelat logam menjadi stabil dan aman dalam tubuh. Tetapi jika tubuh
mengkonsumsi tanin berlebih maka akan mengalami anemia karena zat
19

besi dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin tersebut (Hangerman,
2002).

D. Hipotesis
Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah asosiatif, yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ho : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak daun ketapang (Teminalia
cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada mediaa baut
Ha : Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun ketapang (Teminalia
cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada media baut
Melihat dari dua hipotesis tersebut, maka peneliti mengambil salah satu
hipotesis untuk penelitian ini yaitu:
Ha : Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun Ketapang (Teminalia
cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada media baut
20

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian eksperimental sesungguhnya
(true experimental research) yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
saling berhubungan sebab akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih
kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan
(Sumardi, 2000).

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2015 di Madrasah
Aliyah Negeri Tenggarong. Analisis laju korosi, dilakukan di Laboratorium
IPA Madrasah Aliyah Negeri Tenggarong.

C. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat 2. Bahan
a. Blender a. HCl 3%
b. Tabung reaksi b. Ekstrak Daun Ketapang
c. Rak tabung reaksi c. Aquades
d. Baut
e. Timbangan digital
f. Gelas ukur
g. Batang pengaduk
h. Stopwatch
i. Alat tulis
21

D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pembuatan Ekstrak Ketapang (Teminalia cattapa L)
a. Dibersihkan daun ketapang (Teminalia cattapa L) dan dikering anginkan;
b. Kemudian dipotong kecil-kecil dan diblender dengan ditambahkan aquades;
c. Ekstrak yang di dapat kemudian di saring dan diambil ekstrak yang bersih.
2. Tahap Pelaksanaan Pengujian Ekstrak Daun Ketapang (Teminalia cattapa
L),
a. Gelas ukur yang digunakan sebanyak 12 buah dipisahkan berdasarkan
perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan dengan perlakuan
3% HCl dalam 20 ml aquades dengan P0 (kontrol), P1 ekstrak daun ketapang
10 ml, P2 ektrak daun ketapang 20 ml dan P3 ekstrak daun ketapang 30 ml.
b. Baut ditimbang untuk mengetahui berat sebelum diberi ekstrak. Selanjutnya
setiap kelompok mendapat pemberian perlakuan sesuai dengan variasi dosis
yang telah ditentukan, kemuadian baut dimasukkan ada tiap-tiap perlakuan.
Didiamkan selama ± 2 hari. Lalu ditimbang.

E. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan satu faktor yaitu pemberian
ekstrak tanaman daun ketapang dengan 4 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan.
Adapun rancangan penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Ulangan
Perlakuan
1 2 3
P0
P1
P2
P3

Keterangan:
P0 : 3% HCl dalam 20 ml aquades (kontrol)
P1 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 10 ml ekstrak daun ketapang
P2 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 20 ml ekstrak daun ketapang
P3 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 30 ml ekstrak daun ketapang
22

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diantaranya yaitu :
1. Metode eksperimen
Metode eksperimen digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan
percobaan langsung yaitu dengan memberikan ekstrak daun Ketapang
(Teminalia Cattapa L) sebagai inhibisi pada media baut.
2. Metode observasi
Metode observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan hasil
konsentrasi tiap-tiap kelompok..
3. Metode kepustakaan
Metode kepustakaan merupakan metode bantu dalam mencari materi dari
buku-buku atau sumber lain yang dikutip secara langsung maupun tidak
langsung. Metode ini digunakan untuk melengkapi tinjauan pustaka.

G. Analisis Data
Faktor penelitian yang dilibatkan ada 3 tingkatan, yaitu P0 baut tanpa
pemberian ekstrak daun ketapang (kontrol) yaitu 3% HCl dalam 20 ml
aquades, P1 3% HCl dalam 20 ml aqudes dengan pemberian 10 ml ekstrak
daun ketapang, P2 3% HCl dalam 20 ml aquades dengan pemberian 20 ml
ekstrak daun ketapang, P3 3% HCl dalam 20 ml aquades dengan pemberian 30
ml ekstrak daun ketapang, serta pengulangan sebanyak 3 kali, maka banyaknya
data yang akan diolah (N) adalah (4 x 3 = 12).
Hipotesis yang ada akan diuji dengan kriteria berikut:
 Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, Ha ditolak. Jika FHitung > FTabel maka H0
ditolak, Ha diterima
 Jika sig < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan jika sig > 0.05
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
23

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak daun ketapang


diterima (Teminalia cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada
media baut
Ha : Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun ketapang
diterima (Teminalia cattapa L), dalam mengurangi laju korosif pada
media baut
24

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada masing-masing obyek penelitian
tentang efektivitas pemberian ekstrak daun ketapang (Teminalia cattapa L),
sebagai inhibitor pada media baut berikut ini:
Tabel 4.1. Hasil Analisis Konsentrasi Berat Sesudah Perlakuan

Ulangan
Perlakuan Rata-rata
1 2 3
P0 0.248 0.255 0.257 0.253
P1 0.255 0.259 0.256 0.257
P2 0.265 0.262 0.265 0.264
P3 0.270 0.267 0.269 0.269

Sumber : Data Hasil Penelitian (2015)

Keterangan:
P0 : 3% HCl dalam 20 ml aquades (kontrol)
P1 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 10 ml ekstrak daun ketapang
P2 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 20 ml ekstrak daun ketapang
P3 : 3% HCl dalam 20 ml aquades + 30 ml ekstrak daun ketapang

Gambar 4.1 Grafik penurunan konsentrasi berat baut setelah pelakuan


25

Berdasarkan gambar 4.1 di atas terlihat jelas pola penurunan berat baut.
Pada P0 (kontrol) diperoleh total sebesar 0.253, pada P1 (10 ml ekstrak daun
ketapang dalam 3% HCl dalam 20 ml aquadest) total berat turun menjadi
0,257, kemudian pada P2 (20 ml ekstrak daun ketapang dengan 3% HCl dalam
20 ml aquadest) total berat baut turun menjadi 0,264, sedangkan P3 (30 ml
ekstrak daun ketapang dengan 3% HCl dalam 20 ml aquadest) total berat baut
turun menjadi 0,269. Jadi dari gambar di atas diketahui bahwa pada P3 terjadi
penurunan kadar korosi terkecil, sehingga dapat dikatakan bahwa konsentrasi
30 ml ekstrak daun ketapang dengan 3% HCl dalam 20 ml aquadest merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam inhibisi korosif pada media baut.

B. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
berpengaruh positif/terdapat efektifitas ekstrak daun ketapang sebagai inhibitor
korosif pada media baut, maka data-data hasil penelitian di analisis dengan
anova satu arah. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Analisis Anova Satu Arah Terhadap Konsentrasi Berat Baut
Setelah direndam Pada Ekstrak Daun Ketapang

ANOVA

data

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 3 .000 18.111 .001

Within Groups .000 8 .000

Total .000 11

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa Fhitung untuk perlakuan


sebesar (18.111) > Ftabel (4,07) maka Ho ditolak. Begitu juga nilai signifikan
(0,001) < 0.05, maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ke empat
perlakuan memberikan pengaruh terhadap konsentrasi berat baut. Dengan
demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian ektrak daun
ketapang sebagai inhibitor korosif pada media baut.
26

C. Pembahasan
Laju reaksi korosi dengan adanya ekstrak daun ketapang dalam
perlakuan menurun jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan
ekstrak. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa tanin yang ada dalam
ekstrak. Senyawa tanin dalam ekstrak dapat membentuk senyawa komplek
dengan Fe(III) di permukaan logam, sehingga laju reaksi korosi akan
mengalami penurunan. Senyawa komplek ini akan menghalangi serangan ion-
ion korosif pada permukaan logam, sehingga laju reaksi korosi akan menurun..
Dengan demikian ekstrak daun ketapang dapat menghambat laju korosi baut,
sehingga dapat dijadikan sebagai inhibitor dalam reaksi korosi pada baut.
Efektifitas ekstrak daun ketapang yang dihasilkan berbeda-beda
tergantung pada konsentrasi inhibitor. Pada grafik dapat dilihat bahwa efisiensi
inhibisi pada media korosif ekstrak ketapang yang paling efektif terdapat pada
perlakuan P3 sebesar 0,269 gr. Sedangkan baut yang mengalami korosif
terbesar terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 0,253 gr. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi tersebut senyawa kompleks Fe-tanin terbentuk dengan
sempurna dan menutupi seluruh permukaan baut.
Mekanisme kerja inhibitor ekstrak daun ketapang adalah melalui
pembentukan lapisan molekul-molekul tunggal dari inhibitor yang teradsorbsi
pada permukaan logam sehingga membentuk lapisan yang dapat menghambat
korosi. Hal ini menyebabkan laju korosi yang terjadi mengalami penurunan
sehingga efisiensi inhibitor yang digunakan semakin bertambah. Dapat
diketahui bahwa efisiensi inhibitor cenderung naik dengan penambahan
konsentrasi inhibitor.
27

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :


1. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa Fhitung untuk perlakuan
sebesar (18.111) > Ftabel (4.07) maka Ho ditolak. Begitu juga nilai
signifikan (0,001) < 0.05, maka Ho ditolak. Sehingga dapat dikatakan
bahwa ke empat perlakuan memberikan pengaruh terhadap konsentrasi
berat baut. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara
pemberian ektrak daun ketapang (Teminalia catappa L) sebagai inhibitor
korosif pada media baut.
2. Konsentrasi ekstrak ketapang (Teminalia Cattapa L) yang paling efektif
dalam mengurangi laju korosif pada media baut terdapat pada perlakuan
P3 dengan rata-rata sebesar 0.269 gr.
B. Saran

Berdasarkan uraian sebelumnya dan setelah pengambilan kesimpulan


di atas maka peneliti dapat mengungkapkan saran-saran sebagai berikut :
1. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan dosis yang lebih bervariasi untuk
mendapatkan dosis ekstrak daun ketapang yang paling efektif.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengamatan perubahan sifat
fisik.
28

DAFTAR PUSTAKA

Andri, (2014). Klasifikasi dan Deskripsi Ketapang. Diakses melalui


http://scienceandri.blogspot.co.id/2014/03/klasifikasi-dan-deskripsi-
ketapang.html diakses pada tanggal 24 oktober 2015 pukul 6.31
Evan Putra, Sinly dan Hermawan, Beni. 2013. Ekstrak Bahan Alam Sebagai Alternatif
Inhibitor Korosi, http://evanputra.wordpress.com/2013/01/ 06/ekstrak-bahan-
alam-sebagaialternatif-inhibitor-korosi/. Diakses 6 Maret 2013.
Lemmens, R.H.dan N.W. Soetjipto. 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 3:
Tumbuh-Tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tannin. Prosea Indonesia. Bogor.
Hal: 139-142.
Mahmud, Herdiyanto (2011). Korosi dan Pencegahannya. Diakses melalui
http://herdiyantomahmudbokings.blogspot.com/2011/04/korosi-dan
pencegahannya.html.
Hagerman, A. E. 2002. Tannin Chemistry. Departement of Chemistry and Biochemistry.
Miamy University. Oxford.
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB. Bandung. Hal: 123-129.
Howell, A. B. 2004. Hydrozable Tannin Extracts from Plants Effective at Inhibiting
Bacterial Adherence to Surfaces. United States Patent Application no.
20040013710.
Pauly, G. 2001. Cosmetic, Dermatological and Pharmaceutical Use of an Extract of
Terminalia Catappa. United States Patent Application no. 20010002265.
Robinson, T. 1991. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi. Diterjemahkan oleh
Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Penerbit: ITB. Bandung.
29

Lampiran 1 : Tabulasi Data Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil Analisis Konsentrasi Berat Baut Setelah direndam pada Ekstrak
Daun Ketapang
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
P0 0.248 0.255 0.257 0.253
P1 0.255 0.259 0.256 0.257
P2 0.265 0.262 0.265 0.264
P3 0.270 0.267 0.269 0.269

Sumber: Data Hasil Penelitian (2015)

Tabel 2 Hasil Analisis Anova Satu Arah Terhadap Konsentrasi Berat Baut
Setelah direndam Pada Ekstrak Daun Ketapang

ANOVA

data

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 3 .000 18.111 .001

Within Groups .000 8 .000

Total .000 11

Kesimpulan:

Dari tabel di atas diketahui bahwa Fhitung untuk perlakuan sebesar (18.111) >
Ftabel (4,07) maka Ho ditolak. Begitu juga nilai signifikan (0,001) < 0.05, maka
Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ke empat perlakuan memberikan
pengaruh terhadap konsentrasi berat baut
30

Lampiran 2 : Dokumentasi Hasil Penelirtian

Gambar 1. Pemberian 3% HCl

Gambar 2. Perlakuan
31

Gambar 3.ekstrak daun ketapang

Gambar 4.baut yang di timbang


32

Lampiran 3 : Tabel Nilai F0,0

Anda mungkin juga menyukai