Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Master of Science
(M.Sc) Pada Program Studi Magister Sistem dan Teknik Transportasi
Diajukan oleh :
DANNY SETIAWAN
15/389161/PTK/10281
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Master of Science
(M.Sc) Pada Program Studi Magister Sistem dan Teknik Transportasi
Diajukan oleh :
DANNY SETIAWAN
15/389161/PTK/10281
i
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Danny Setiawan
iii
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah 153)
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah...”
(QS. Ali-Imron 110)
“Ilmu, apabila disertai dengan rasa takut kepada Allah, maka itu yang akan mendatangkan
kebaikan bagimu. Dan bila tidak, maka itu akan merugikanmu.”
(Ibn ‘Atha’illah)
“Ilmu adalah sebaik-baik pusaka. Adab adalah sebaik-baik sifat. Taqwa itu sebaik-baik
bekal. Ibadah itu adalah sebaik-baik barang perniagaan.”
(Ali Bin Abi Thalib)
Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyu’ dari nafsu yang tidak pernah puas, serta dari do’a-do’a yang tidak diijabah.”
(HR. Muslim dan lainnya, dari Zid bin Arqam)
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
yang membacanya.
v
ABSTRAK
vi
ABSTRAC
vii
KATA PENGANTAR
viii
3. Bapak Dr. Eng. Muhammad Zudhy Irawan, ST., MT., selaku dosen penguji
tesis yang telah memberikan masukan guna perbaikan dalam penyempurnaan
tesis.
4. Pihak PT. Angkasa Pura I – Bandar Udara Internasional Adisutjipto.
5. Pihak PT. Kereta Api – DAOP VI Yogyakarta.
6. Project Manager Persiapan Pembangunan Bandar Udara Internasional
Yogyakarta.
7. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Prodi
Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada.
8. Para staf dan karyawan MSTT dan Fakultas Teknik UGM yang banyak
membantu dalam administrasi akademis.
9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa MSTT 28 UGM, terima kasih atas
dukungan dan kebersamaan yang indah.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam Tesis.
Penyusun sadar bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu Penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak, guna
kesempurnaan dalam penulisan Tesis ini. Semoga Tesis ini dapat bermanfaat
untuk penyusun pribadi dan bagi siapa saja yang membacanya, Aamiin.
Danny Setiawan
NIM. 15/389161/PTK/10281
ix
DAFTAR ISI
x
BAB III LANDASAN TEORI
A. Metode Stated Preference ............................................................ 35
B. Jenis-Jenis Sampling..................................................................... 39
C. Penentuan Jumlah Sampel ............................................................ 41
D. Statistik Deskriptif ....................................................................... 41
E. Metode Statistik ............................................................................ 42
F. Model Ordered Probit .................................................................. 43
G. Kalibrasi Model ............................................................................ 45
H. Ability To Pay (ATP).................................................................... 47
I. Willingness To Pay (WTP) ............................................................ 48
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian .......................................................................... 51
B. Pengumpulan Data........................................................................ 51
C. Tahap dan Prosedur Penelitian ..................................................... 56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Eksisting Bandar Udara Internasional Adisutjipto ......... 64
B. Kondisi Eksisting Stasiun Kereta Api Maguwo ........................... 68
C. Analisis Karakteristik Responden ................................................ 71
D. Analisis Persepsi Penumpang Pesawat Terhadap Kinerja Kereta
Api Bandara Adisutjipto................................................................ 83
E. Analisis Ability To Pay (ATP) ...................................................... 89
F. Analisis Willingness To Pay (WTP) ............................................. 92
G. Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) .. 95
H. Analisis Preferensi Layanan Kereta Api Bandara ........................ 99
I. Analisis Pemilihan Moda Transportasi .......................................... 112
J. Rekomendasi Hasil Penelitian ....................................................... 115
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 117
B. Saran ............................................................................................ 119
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 120
LAMPIRAN ................................................................................................... 124
xi
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 5.21 Hasil pemodelan ........................................................................... 105
Tabel 5.22 Uji tanda koefisien variabel.......................................................... 108
Tabel 5.23 Perhitungan Uji-Z......................................................................... 108
Tabel 5.24 Koefisien korelasi antar variabel bebas ........................................ 110
Tabel 5.25 Hasil perhitungan skenario model ................................................ 110
Tabel 5.26 Hasil uji prediksi struktur model kereta api bandara.................... 111
Tabel 5.27 Hasil pemilihan moda trasportasi penumpang pesawat ............... 112
Tabel 5.28 ATP dan WTP terhadap tarif ........................................................ 113
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuesioner
Lampiran II Data penumpang Bandara Adisutjipto
Lampiran III Jadwal penerbangan Bandara Adisutjipto
Lampiran IV Jadwal perjalanan Kereta Api - Stasiun Maguwo
Lampiran V Rekap data kuesioner
Lampiran VI Rekap data ATP responden
Lampiran VII Survei wawancara terhadap PT. Angkasa Pura I - Yogyakarta
Lampiran VIII Rekap data WTP responden
Lampiran IX Fasilitas Kereta Api Bandara Kualanamu International Airport
Lampiran X Data survei stated preference
Lampiran XI Hasil analisis Limdep 7.0
Lampiran XII Rekap data pemilihan moda
Lampiran XIII Data penunjang New Yogyakarta International Airport
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
2A, 2B, 3A dan 3B, yang telah tersebar di kawasan perkotaan Yogyakarta dan moda
kereta api seperti Komuter Prameks tujuan Kutoarjo, Yogyakarta, Klaten dan Solo.
Jumlah Penumpang
7.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Pesawat
50.000
45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Batasan Masalah
E. Manfaat Penelitian
F. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian dan studi yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti
baik secara individu maupun tim, antara lain:
A. Penelitian Terdahulu
9
10
B. Bandar Udara
C. Perkeretaapian
Kereta Api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan
sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan
ataupun sedang bergerak dijalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
Kereta Api Komersial adalah kereta api angkutan penumpang dengan tarif
yang diatur dan ditetapkan oleh perusahaan. Kereta Api Non Komersial adalah
kereta api angkutan penumpang dengan tarif yang diatur pemerintah dan ditetapkan
melalui keputusan menteri.
7) Restorasi;
8) Informasi stasiun yang dilewati/disinggahi secara berurutan;
9) Fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita
hamil, anak dibawah 5 (lima) tahun, orang sakit dan orang lanjut
usia;
10) Fasilitas kesehatan, keselamatan dan keamanan;
11) Nama dan nomor urut kereta;
12) Informasi gangguan perjalanan kereta api;
13) Ketetapan jadwal perjalanan kereta api.
b. Standar pelayanan minimal dalam perjalanan pada kereta api
perkotaan, meliputi:
1) Pintu dan jendela;
2) Tempat duduk dengan konstruksi tetap yang mempunyai
sandaran;
3) Lampu penerangan;
4) Penyejuk udara;
5) Rak bagasi;
6) Fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita
hamil, anak dibawah 5 (lima) tahun, orang sakit dan orang lanjut
usia;
7) Fasilitas pegangan untuk penumpang berdiri;
8) Fasilitas kesehatan, keselamatan dan keamanan;
9) Informasi gangguan perjalanan kereta api;
10) Ketetapan jadwal perjalanan kereta api.
yang ditetapkan sudah termasuk asuransi dan komponen biaya lainnya yang
ditetapkan oleh Perusahaan, dan wajib diumumkan oleh Perusahaan selambat-
lambatnya tiga bulan sebelum diberlakukannya
a. Tarif Angkutan Kereta Api Non Komersial yaitu Tarif Angkutan Kereta Api
yang merupakan penugasan dari Pemerintah untuk menyelenggarakan
kewajiban pelayanan publik dan angkutan perintis kepada masyarakat, yang
penetapan besaran Tarif Angkutannya dilakukan oleh Menteri Perhubungan;
b. Tarif Angkutan Kereta Api Komersial yaitu Tarif Angkutan Kereta Api yang
dioperasikan oleh Perusahaaan untuk melayani masyarakat serta guna
memberikan nilai tambah yang tinggi bagi kelangsungan bisnis Perusahaan
dan penetapan besaran Tarif Angkutannya dilakukan oleh Direksi
Perusahaan.
Tarif Reduksi adalah besaran tarif angkutan Kereta Api yang telah
mendapatkan potongan harga dengan nilai tertentu berdasarkan Kebijakan
Perusahaan atau berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Perusahaan dengan suatu
Instansi/Lembaga/Organisasi. Tarif Reduksi diberikan kepada:
a. Reduksi infant, adalah potongan harga tiket yang diberikan kepada infant
pertama dan tidak mengambil tempat duduk sendiri dari satu penumpang
dengan tarif dewasa. Besaran reduksi infant sebesar 100%.
b. Reduksi lansia, adalah potongan harga tiket yang diberikan kepada
penumpang berusia 60 tahun atau lebih. Besaran reduksi lansia sebesar 20%.
c. Reduksi LVRI, adalah potongan harga tiket yang diberikan kepada anggota
Legium Veteran Republik Indonesia. Besaran reduksi LVRI sebesar (a) 50%
dari tarif reguler, berlaku pada hari Selasa sampai Kamis kecuali hari
besar/hari libur nasional lainnya dan hari-hari ramai yang ditetapkan oleh
Perusahaan; dan (b) 30% dari tarif reguler berlaku pada hari Jumat sampai
Senin dan hari besar/hari libur nasional lainnya dan hari-hari ramai yang
ditetapkan oleh Perusahaan.
17
d. Reduksi TNI dan POLRI, adalah potongan tiket yang diberikan kepada
anggota TNI dan POLRI yang masih aktif termasuk siswa pendidikan TNI
dan POLRI. Besaran reduksi TNI dan POLRI sebesar 25% untuk kelas
eksekutif dan 50% untuk kelas bisnis dan ekonomi.
e. Reduksi Fokuswanda, adalah potongan harga tiket yang diberikan kepada
anggota Forum Komunikasi Dermawan Darah. Besaran reduksi sebesar 10%.
f. Reduksi Wartawan, adalah potongan harga tiket yang diberikan kepada
wartawan yang memiliki surat tugas peliputan dari perusahaan tempat yang
bersangkutan bernaung. Besaran reduksi wartawan sebesar 20%.
g. Reduksi Keluarga, adalah potongan harga tiket yang diberikan kepada
keluarga dari pegawai perusahaan. Besaran reduksi keluarga sebesar 50%.
h. Reduksi Pensiunan, adalah potongan harga tiket yang diberikan kepada
pegawai perusahaan yang telah memasuki masa pensiun dan telah diterbitkan
surat keputusan pensiun atas pegawai tersebut. Besaran reduksi pensiun
sebesar 50%.
i. Reduksi Pegawai, potongan harga tiket yang diberikan kepada pegawai
perusahaan. Besaran reduksi pegawai sebesar (a) pada kereta api jarak dekat,
berlaku juga untuk pekerja outsourcing tidak dikenakan bea perjalanan,
kecuali pada kereta api yang dioperasikan oleh anak perusahaan maka
mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh anak perusahaan; (b) pada
kereta api jarak jauh dan menengah reduksi sebesar 75% dan 50% dengan
ketentuan masing-masing.
j. Reduksi Kru KA LD, adalah potongan harga tiket yang diberikan kepada
Kru KA yang menjalani LD. Besaran reduksi Kru KA LD sebesar 100%.
(2009) waktu berarti biaya, yang merupakan bagian dari biaya perjalanan
total yang ditimbulkan oleh menurunnya kecepatan akibat meningkatnya
aliran lalu lintas. Grafik biaya transportasi sebagai fungsi jarak diilustrasikan
pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Grafik biaya transportasi sebagai fungsi jarak (Tamin, 1997)
dan/atau penumpang agar dapat berlangsung dengan cepat, aman, murah, dan
nyaman sehingga biaya transit dapat ditekan sekecil mungkin (Tamin, 1997).
F. Teori Permintaan
1. Hukum Permintaan
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan
harga dapat dibuat grafik kurva permintaan. Permintaan adalah kebutuhan
masyarakat / individu terhadap suatu jenis barang tergantung kepada faktor-
faktor sebagai sebagai berikut:
1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang
lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan
sebaliknya apabila barang tersebut turun, konsumen akan menambah
pembelian terhadap barang tersebut.
2. Kenaikan harga menyebabkan pembelian riil konsumen berkurang,
sehingga memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang
yang akan naik harganya.
23
2. Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan adalah satu pengukuran kuantitatif yang
menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap
perubahan permintaan. Elastisitas permintaan dibedakan menjadi tiga konsep
berikut:
a. Elastisitas permintaan harga adalah suatu ukuran yang menggambarkan
samapai di mana kuantitas yang diminta akan mengalami perubahan
sebagai akibat perubahan harga.
b. Elastisitas permintaan pendapatan adalah suatu ukuran yang
menggambarkan samapi di mana kuantitas yang diminta akan
mengalami perubahan sebagai akibat perubahan pendapatan.
c. Elastisitas permintaan silang adalah suatu ukuran yang
menggambarkan samapai di mana kuantitas yang diminta akan
mengalami perubahan sebagai akibat perubahan harga barang lain.
Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna
dalam hai ini dijadikan subyek yang menentukan tarif yang diberlakukan
dengan prinsip sebagai berikut:
Gambar 2.4. Zone ATP dan WTP terhadap tarif (Tamin, 1999)
H. Karakteristik Jasa
Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang
menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
4. Tidak tahan lama (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang lama karena
sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan.
Apabila jasa yang diterima atau yang dirasakan (perceived service) sesuai
dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan.
Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa
dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih
rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan
demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa
dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Kualitas total suatu jasa
terdiri dari tiga komponen utama (Gronroos, 1992 dalam Tjiptono, 2004).
Dalam bisnis jasa, sikap dan pelayanan contact personnel merupakan aspek
yang sangat penting dan menentukan kualitas jasa yang dihasilkan. Bila aspek
tersebut dilupakan, maka dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, perusahaan
yang bersangkutan bisa kehilangan banyak pelanggan. Meningkatnya intesitas
persaingan dalam bisnis dan semakin terdidiknya masyarakat juga mendorong
konsumen untuk beralih pada perusahaan lain yang dapat memahami kebutuhan
pelanggan dengan tepat dan memberikan pelayanan yang terbaik.
J. Harapan Pelanggan
Faktor ini merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan
untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap jasa. Faktor ini meliputi
harapan yang disebabkan oleh orang lain dan filosofi pribadi seseorang
mengenai jasa. Seorang pelanggan akan mengharapkan bahwa ia seharusnya
juga dilayani dengan baik apabila pelanggan lainnya dilayani dengan baik
oleh penyedia jasa.
2. Personal Need
Kebutuhan yang dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahteraannya juga
sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik,
sosial, dan psikologi.
3. Transitory Service Intensifier
Faktor ini merupakan faktor individual yang bersifat sementara atau jangka
pendek yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa. Faktor ini
meliputi:
a. Pada situasi darurat saat pelanggan sangat membutuhkan jasa dan ingin
penyedia jasa dapat membantunya. Contoh, jasa asuransi mobil pada
saat terjadi kecelakaan lalu lintas dan bencana alam.
b. Jasa terakhir yang diterima atau dikonsumsi oleh pelanggan dapat
menjadi patokan baik buruknya jasa yang akan diterima berikutnya.
4. Perceived Service Alternatives
Merupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat atau derajat pelayanan
perusahaan lain yang sejenis. Jika konsumen memiliki beberapa alternatif,
maka harapannya terhadap suatu jasa cenderung akan semakin besar.
5. Self-Perceived Service Role
Faktor ini merupakan persepsi pelanggan terhadap keterlibatannya dalam
mempengaruhi jasa yang diterimanya. Apabila konsumen terlibat dalam
proses penyampaian jasa dan jasa yang terjadi ternyata tidak begitu baik,
maka pelanggan tidak bias melimpahkan kesalahan sepenuhnya kepada pihak
penyedian jasa.
6. Situational Faktor
32
Faktor ini terdiri atas setiap kemungkinan yang bias mempengaruhi kinerja
jasa, diluar kendali penyedia jasa. Sebagai contoh pelayanan pada bank, pada
saat tertentu bank akan dipenuhi oleh nasabah sehingga pada nasabah akan
antri dan menunggu dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan
mengakibatkan menurunnya tingkat pelayanan minimal yang akan
diterimanya namun ini hanya bersifat sementara waktu karena ini juga bukan
salah dari pemberi jasa yang dalam hal ini adalah bank.
7. Explicit Service Promises
Faktor ini merupakan pernyataan (secara personal atau nonpersonal) oleh
organisasi tentang jasanya kepada pelanggan. Janji ini bisa berupa iklan,
personal selling, perjanjian, atau komunikasi dengan karyawan organisasi
tersebut.
8. Implicit Service Promises
Faktor ini menyangkut petunjuk yang berkaitan dengan jasa, yang
memberikan kesimpulan kepada pelanggan tentang jasa yang bagaimana
seharusnya dan yang akan diberikan. Petunjuk yang memberikan gambaran
jasa ini meliputi harga dan alat-alat pendukung jasanya.
9. Word-of-Mouth (rekomendasi/saran dari orang lain)
Merupakan pernyataan yang dikemukakan baik secara personal atau
nonpersonal yang disampaikan oleh orang lain selain organisasi atau
oerusahaan kepada pelanggan. Biasanya faktor ini lebih muda diterima karena
orang yang menyampaikannya adalah mereka yang dapat dipercayai, seperti
para ahli, teman, keluarga, dan saudara. Disamping itu Word-of-Mouth juga
cepat diterima kerana pelanggan jasa kesulitan mengevaluasi barang atau jasa
yang belum pernah digunakannya.
10. Past Experience
Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau
diketahui pelanggan dari yang pernah diterimanya di masa lalu. Harapan
pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang, seiring dengan semakin
banyaknya informasi (nonexperimential information) yang diterima
pelanggan serta semakin bertambahnya pengalaman pelanggan.
33
35
36
Stated Preference
a. Conjoint Analysis
1) Conjoint Rating, dalam metode ini responden memberikan penilaian
pada alternatif yang ditawarkan dengan menggunakan skala rating
(misalnya memilih satu skala diantara 1 sampai 10). Metode ini
menggunakan atribut yang bervariasi dan telah dipertimbangkan terlebih
dahulu. Pada metode ini, responden memeriksa alternatif yang
ditawarkan dan memberikan skala penilaian untuk alternatif tersebut.
2) Conjoint Rangking, perbedaan metode ini dengan Conjoint Rating adalah
responden diberi 3 atau lebioh alternatif dalam satu pertanyaan dan
diharapkan membuat rangking atau utrutan dari alternatif-alternatif
tersebut (dari yang disukai hingga yang tidak disukai atau sebaliknya).
Metode ini tidak lagi digunakan secara luas karena adanya keseulitan
dalam pengolahan data yang didapat.
3) Paried Comparison, melalui metode ini responden diharapkan untuk
memilih diantara dua alternatif dimana satu alternatif menunjukkan
keadaan yang ada saat itu dan alternatif lain yang menunjukkan adanya
suatu perubahan. Responden diharapkan memberikan penilaian dalam
bentuk skala seperti halnya Conjoint Rating.
37
a. Kontrol dapat dilakukan oleh peneliti mengenai situasi yang diharapkan akan
dihadapi oleh responden.
b. Metode ini dapat digunakan sebagai alat evaluasi dan peramalan untuk
kebijakan-kebijakan yang bersifat baru.
c. Peneliti mudah membuat dan memunculkan variabel kuantitatif sekunder
karena untuk menyatakan variabel tersebut dengan menggunakan metode
kuesioner.
d. Jumlah sampel yang harus dikumpulkan peneliti tidak terlalu banyak.
38
Teknik analisis yang secara umum digunakan untuk mengolah data stated
preference (Pearmin dan Kroes, 1990) antara lain:
1. Model pilihan diskret (discrete choice models), model analisis ini merupakan
model probabilitas yang mana nilai dari masing-masing pilihan responden
berkaitan dengan pilihan-pilihan lainnya dalam set alternatif yang
ditawarkan.
𝑦 ∗ = 𝛽′𝑥 + 𝜀
y* : dependent variabel dalam bentuk ordinal (0, 1, 2, .., n)
β : parameter yang akan dikalibrasi
x : independent variabel
y : dependent variabel
𝑎1 … 𝑎𝑛 : parameter variabel
39
𝑥1 … 𝑥𝑛 : independent variabel
B. Jenis-Jenis Sampling
1. Probability Sampling
Probability sampling merupakan suatu metode penarikan sampel yang
memungkinkan sampel dapat diambil secara acak dan objektif, sehingga
setiap anggota populasi memiliki peluang/kesempatan untuk dapat terpilih
sebagai sampel. Dalam tipe ini, penarikan sampel dilakukan seacak mungkin,
tidak didasarkan pada keinginan peneliti semata. Yang termasuk dalam
sampling probabilitas adalah:
a. Simple random sampling atau sampling acak sederhana
Sampling acak sederhana merupakan suatu proses sampling
yang memungkinkan setiap anggota dalam populasi memiliki peluang
yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pada sampling sederhana,
setiap elemen dari popolasi mempunyai peluang yang sama dan
diketahui untuk terpilih menjadi subyek.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penarikan sampel
menggunakan tipe simple random sampling adalah bahwa unit
sampling yang akan dipakai harus memiliki karakteristik homogen,
sehingga kedudukan tiap unit sampel sama.
b. Sistematic sampling atau sampling sistematik
Sampling sistematik merupakan suatu proses pengambilan
sampel dengan pengambilan setiap unsur ke k dalam populasi untuk
dijadikan sampel. Dalam tipe ini pengambilan sampel secara acak
hanya dilakukan pada pengambilan awal saja, sementara pengambilan
40
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Dimana:
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan
D. Statistik Deskriptif
Beberapa metode dasar statistik yang relevan adalah nilai rata-rata dan
standar deviasi. Jika ada n observasi dan variabel x yaitu : 𝑥1 , 𝑥2 , ......., 𝑥𝑛 maka:
1. Nilai rata-rata
Nilai rata-rata variabel adalah jumlah nilai semua observasi dasri variabel
tersebut dibagi dengan jumlah observasinya, yang disebit juga ukuran
pemusatan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑛
𝑋̅ = 1 / 𝑛 ∑ 𝑥
𝑖=1
42
2. Standar deviasi
Standar deviasi adalah akar kuadrat dari jumlah penuimpangan setiap hasil
observasi dari variabel tertentu terhadap nilai rata-rata variabelnya. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑛 𝑛
1 1
𝑠= √ [∑ 𝑋12 − (∑ 𝑋𝑖 ) ²]
𝑛−1 𝑛
𝑖=1 𝑖=1
E. Metode Statistik
1. Uji Validitas
Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan
mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang kita inginkan.
Salah satu ukuran validitas untuk sebuah kuesioner adalah validitas konstruk
(construct validity). Dalam pemahaman ini, sebuah kuesioner yang berisi
beberapa pertanyaan untuk mengukur suatu hal dikatakan valid jika setiap butir
pertanyaan yang menyusun kuesioner tersebut memiliki keterikatan yang
tinggi. Untuk keterkaitan antar butir pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh
kolerasi jawaban antar pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi rendah
dengan butir pertanyaan lain, dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak valid.
Metode yang sering digunakan untuk memberikan validitas kuesioner adalah
korelasi produk momen (moment product correlation, person correlation)
antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total sehingga sering disebut
sebagai inter item-total correlation. Formula yang digunakan untuk itu adalah:
∑𝑛𝑗=1( 𝑥𝑖𝑗 − 𝑥)(𝑡𝑗 − 𝑡)
𝑟1 =
√∑𝑛𝑗=1( 𝑥𝑖𝑗 − 𝑥𝑖 )² ∑𝑛𝑗=1( 𝑡𝑗 − 𝑡)²
2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif kosisten apabila pengukuran diulagi dua kali atau
lebih. Pengukuran tersebut mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya
43
dengan:
Ui : utilitas dari pilihan 1
X1 ... Xn : atribut-atribut produk
b1 ... bn : koefisien variabel bebas
44
𝑦𝑖 = 𝛽𝑥 + 𝜀𝑖𝑦𝑖
𝑦𝑖 = 0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑦𝑖 ∗ ≤ 𝜇0
𝑦𝑖 = 1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜇0 < 𝑦𝑖 ∗ ≤ 𝜇1
𝑦𝑖 = 2 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜇1 < 𝑦𝑖 ∗ ≤ 𝜇2
………………
𝑦𝑖 = 𝑗 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑦𝑖 ∗ > 𝜇𝑗 − 1
dengan :
𝑦𝑖 ∗ = nilai variabel independen
yi = tingkat prefensi responden dalam rangking ordinal (0 – J)
X = variabel independen
∈𝑖 = utilitas random (random utility/random terms)
β = koefisien variabel
µ = nilai-nilai yang membatasi variabel dependent 𝑦𝑖 𝜇
dengan :
Sehingga setelah dapat nilai 𝑦𝑖 ∗ maka dapat dihitung probabilitas tingkat preferensi
responden untuk yi = j atau Prob (yi = j) dengan persamaan:
................
G. Kalibrasi Model
Proses kalibrasi model dari model respon penumpang pesawat udara dan
penumpang kereta api mensyaratkan dilakukannya penggunaan parameter yang
mengoptimumkan satu atau lebih ukuran kesesuaian yang merupakan fungsi dari
data hasil pengamatan, dalam berbagai kasus satu atau lebih parameter dianggap
tidak signifikan dan oleh karena itu dikeluarkan dari model, serta
mempertimbangkan kemungkinan mempelajari beberapa faktor spesifikasi secara
empiris (Tamim, 1997).
Kalibrasi model dari model respon pengguna jasa kereta api pada bandara
baru Yogyakarta. Parameter atau koefisien yang telah didapat dari proses kalibrasi
tersebut selanjutnya dilakukan uji statistik untuk menentukan keabsahan model.
Adapun uji-uji yang digunakan adalah:
𝐼𝑡. 𝑃𝑝. 𝑃𝑡
𝐴𝑇𝑃𝑢𝑚𝑢𝑚 =
𝑇𝑡
Dimana:
It : Total pendapatan keluarga per bulan (Rp/Kel/Bulan)
Pp : Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari total pendapatan
Pt : Persentase untuk angkutan dari pendapatan transportasi keluarga per bulan
Tt : Total panjang perjalanan keluarga per bulan per trip (trip/kel/bulan)
𝐼𝑟𝑠. 𝑃𝑝 𝑃𝑡
𝐴𝑇𝑃𝑟𝑒𝑠𝑝/𝑡𝑟𝑖𝑝 =
𝑇𝑟𝑠
Dimana:
ATP resp : ATP responden berdasarkan jenis pekerjaan (Rp/Resp/Trip)
Irs : Pendapatan responden per bulan (Rp/Bulan)
48
Dan dengan menggunakan metode travel cost individual ATP yang dapat
diterima oleh pengguna jasa adalah:
𝐼𝑐 𝑥 %𝑇𝐶
𝐴𝑇𝑃𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 =
𝐷
Dimana:
Ic : Penghasilan
%TC : Percentase dari penghasilan untuk travel cost
D : Frekuensi perjalanan
1 𝑛
𝑀𝑊𝑇𝑃 = ∑ 𝑊𝑇𝑃𝑖
𝑛 𝑖=1
Dimana:
MWTP : Rata-rata WTP
n : Ukuran sampel
WTPi : Nilai WTP maksimum responden ke i
A. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini lokasi yang digunakan untuk pengambilan data adalah
sebagai berikut:
B. Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh pihak
terkait dari berbagai sumber yang telah ada. Sifat data dalam bentuk jadi dan
dapat di publikasi. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini bersumber dari
PT. Angkasa Pura I atau pihak pengelola Bandar Udara Internasional
Adisutjipto dan pengelola Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta maupun
dari sumber-sumber lain. Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam
penelitian ini tertera pada Tabel 4.1.
51
52
2. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer dalam penelitian ini
didapatkan melalui teknik Stated Preference (SP). Teknik tersebut dilakukan
dengan perpaduan dua metode dasar, yaitu survei kuesioner (questionnaire
survey) dan survei wawancara (interview survey). Pengumpulan data tersebut
menggunakan kuesioner yang disebarkan oleh tenaga survei (surveyor) secara
langsung kepada responden dan surveyor juga bertindak sebagai pewawancara.
Hal ini dimaksudkan agar surveyor dapat memberikan gambaran penelitian
secara keseluruhan dan lebih memperjelas maksud dari pertanyaan pada lembar
kuesioner sehingga dapat membantu responden dalam mengisi kuesioner
dengan baik. Kuesioner yang akan dibagikan berisikan tentang: (bentuk
kuesioner dapat dilihat pada Lampiran I Kuesioner)
a. Data responden
Terdiri dari; jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan,
penghasilan perbulan, dan jumlah keluarga yang ditanggung.
b. Informasi perjalanan
Terdiri dari; berapa persen (%) alokasi dana dari pendapatan
pribadi untuk biaya transportasi, tempat tinggal/lokasi penumpang
sebelum ke bandara, frekuensi perjalanan udara, maksud dan tujuan
perjalanan, waktu tempuh menuju bandara, biaya satu kali perjalanan ke
53
No Dimensi Definisi
Petugas di stasiun dan di dalam kereta api berbicara
Kesopanan dan
dengan tutur kata yang sopan dan mudah dimengerti,
6 keramahan dalam
serta tanggap dalam memenuhi permintaan serta bersedia
memberikan pelayanan
membantu penumpang.
Mendapatkan informasi jika terjadi pembatalan atau
7 Pelayanan pribadi keterlambatan kereta, mendapat makanan ringan dan
koran apabila terjadi keterlambatan.
Kebersihan lingkungan baik ruang tunggu dan kereta api,
Atribut pendukung fasilitas musik, tv, papan petunjuk/informasi mudah
8
lainnya dimengerti serta menginfokan stasiun pemberhentian
berikutnya.
adalah kereta api bandara, bus damri, taxi, dan kendaraan pribadi.
Dengan asumsi semua pelayanan transportasi umum sudah terjadi
peningkatan pelayanan secara maksimal.
Dan dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan/tarif pada bus
damri, taxi dan kendaraan pribadi, sebagai pertimbangan bagi
penumpang angkutan udara dalam memilih moda transportasi yang akan
digunakannya.
Besaran tarif bus damri ditentukan berdasarkan tarif yang berlaku
pada bus damri dari bandara Adisutjipto menuju Magelang/Purworejo
dengan besaran tarif sebesar Rp. 50.000,-, dengan pertimbangan jarak
yang sama menuju letak bandara baru yaitu di Kulon Progo. Dan
selanjutnya harga tersebut dijadikan sebagai opsi pemilihan moda
transportasi dari pusat kota Yogyakarta menuju bandara baru
Yogyakarta.
Besaran tarif taxi dihitung berdasarkan biaya penumpang mulai
dari masuk kedalam taxi Rp. 6000,- dan biaya jarak per km Rp. 3.200,-,
setelah itu dilakukan perhitungan dari jarak pusat kota ke bandara baru
Yogyakarta ±45 km. Setelah diketahui besaran biaya taxi, selanjutnya
dijadikan sebagai opsi pemilihan moda transportasi dari pusat kota
Yogyakarta menuju bandara baru Yogyakarta.
Besaran tarif kendaraan pribadi dihitung berdasarkan kendaraan
mobil yang digunakan dengan perbandingan biaya satu liter BBM
mampu melayani jarak ±10 km. Selanjutnya dilakuakan perhitungan
biaya BBM di kali jarak yang harus ditempuh dari pusat kota ke bandara
baru Yogyakarta (pulang-pergi dan parkir).
diharapkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam beberapa
tahap, yaitu :
1. Persiapan
Data yang telah didapatkan dari data sekunder dan data primer
selanjutnya dilakukan perekapan untuk diolah sesuai dengan metode yang
dipilih.
Mulai
Inventarisasi Data
Responden
Penyebaran Kuesioner
Selesai
64
65
2. Pergerakan pesawat
Bandar Udara Internasional Adisutjipto setiap harinya memiliki jumlah
rata-rata pergerakan pesawat sebesar 129 pesawat/hari dan diantaranya rata-
rata sebesar 124 pesawat/hari pesawat domestik, 5 pesawat/hari diantaranya
merupakan pesawat internasional. Jumlah pergerakan pesawat pada tahun
2015 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Dan dari Tabel 5.3 di atas diketahui bahwa jam puncak penerbangan
pesawat Bandar Udara Internasional Adisutjipto terjadi pada periode waktu
sibuk pagi, sore, dan malam hari. Dengan rincian jam puncak penerbangan
sebagai berikut :
a. Jam puncak pagi terjadi pada pukul 06.30 – 07.30 WIB dengan total
pergerakan pesawat yang terjadi adalah sebanyak 12 pesawat.
b. Jam puncak sore terjadi pada pukul 15.30 – 16.30 WIB dengan total
pergerakan pesawat yang terjadi adalah sebesar 12 pesawat.
c. Dan jam puncak malam trerjadi pada pukul 17.30 – 18.30 WIB dengan
total pergerakan pesawat yang terjadi adalah sebesar 16 pesawat.
Dari data jumlah penumpang yang telah didapatkan dari PT.Angkasa Pura
I – Yogyakarta, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui seberapa
banyak pengambilan sampel atau pembagian kuesioner kepada penumpang pesawat
dengan tujuan untuk mengetahui persepsi penumpang terhadap pelayanan kereta
api Bandara Adisutjipto dan mengetahui kemampuan membayar dan kesediaan
membayar penumpang angkutan udara terhadap pelayanan kereta api bandara
dari/menuju New Yogyakarta International Airport.
sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elemeter dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama dipilih atau diukur sebagai sampel. Dalam
random sampling, sampel penelitian meliputi sejumlah elemen yang lebih besar
dari persyaratan minimum sebanyak 30 sampel. Perhitungan sampel dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Solvin sebagai berikut :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
16066
𝑛= = 390 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
1 + 16066 𝑥 0,052
Stasiun Kereta Api Maguwo dilalui oleh Kereta Api Komuter Prameks
dengan tujuan perjalanan Kutoarjo, Yogyakarta, Klaten dan Solo. Yang mana
dalam perjalanan Kereta Api Prameks dari Solo (Stasiun Solobalapan) sampai
dengan Kutoarjo (Stasiun Kutorarjo) ataupun sebaliknya selalu melakukan
69
Dan dari Tabel 5.5 di atas diketahui bahwa jam puncak perjalanan
kereta api Stasiun Maguwo terjadi pada periode waktu sibuk pagi, siang, dan
malam hari. Dengan rincian jam puncak penerbangan sebagai berikut :
a. Jam puncak pagi terjadi pada pukul 06.00 – 07.30 WIB dengan total
perjalanan yang terjadi adalah sebanyak 3 kereta api.
b. Jam puncak siang terjadi pada pukul 10.00 – 11.00 WIB, 11.00 – 12.00
WIB, dan 13.00 – 14.00 WIB dengan total perjalanan yang terjadi
masing-masing sebesar 4 kereta api.
c. Dan jam puncak malam trerjadi pada pukul 20.00 – 21.00 WIB dengan
total perjalanan yang terjadi adalah sebesar 4 kereta api.
18% 7%
< 20
Wanita
39% 33% 20 - 30
Pria Pria 18%
31 - 40
61% Wanita
41 - 50
24%
> 50
3. Pekerjaan 4. Pendidikan
PNS/TNI/POLRI
1%
10% Pelajar / 2% SD
3%
30% Mahasiswa 24% 16%
SMP
22% Wiraswasta /
Profesional 12% SMA
Lainnya (Pensiun)
7% 6% 5% < 25 ribu
13% Pendidikan
33% 26 - 50 ribu
21% Pekerjaan 19%
51 - 75 ribu
Liburan / Umroh
41% 12% 76 - 100 ribu
18% Urusan keluarga 25%
101 - 150 ribu
Lainnnya
> 150 ribu
Hasil analisis responden seperti yang tertera pada Tabel 5.6 memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Responden pria relatif lebih banyak dari pada
responden wanita yakni sebesar 246 orang atau 61,50% dari 400 orang responden.
Dengan usia yang sering melakukan perjalanan udara secara berurut berkisar <20
tahun sebesar 6,50%, diikuti yang berusia 20-30 tahun sebesar 33,25%, usia 31-40
tahun sebesar 24,25%, 18,25% penumpang pesawat yang berusia 41-50 tahun dan
lainnya adalah 17,75% yang berusia >50 tahun.
79
80
Kendaraan pribadi
Lebih cepat
Trans Jogja
Lebih cepat
Taxi
Lebih cepat
Lebih murah
13% 9%
Tidak perlu berpindah-pindah
angkutan
Mudah didapat
7% Lebih murah
19%
15%
2% Lebih mudah bawa barang
9%
8% Tidak perlu berpindah-pindah angkutan
8%
8%
Waktu menunggu tidak lama
5% 19%
Tempat pemberhentian sedikit
Transportasi lain
Lebih cepat
37%
Ya
63% Tidak
Ya 252 63,00
Tidak 148 37,00
Jumlah 400 100
Berdasarkan data pada Tabel 5.9 dan Gambar 5.7 diketahui bahwa
penumpang pesawat memiliki persepsi tersendiri mengenai kinerja pelayanan
Kereta Api di Bandara Adisutjipto sehingga penumpang tidak memilih moda
transportasi tersebut sebagai moda lanjutan setelah/sebelum moda angkutan udara.
Beberapa alasan yang dikemukakan penumpang pesawat mengenai kinerja Kereta
Api Bandara di antaranya adalah wilayah penumpang yang tidak terlewati, waktu
menunggu yang lama, harus berpindah angkutan dan sebagainya. Dari beberapa
alasan tersebut, sebagian besar penumpang pesawat menyatakan bahwa Kereta Api
Bandara Adisutjipto dinilai masih belum efektif dan efisien karena waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan moda tersebut dinilai terlalu lama menghabiskan
waktu terutama bagi penumpang yang berwilayah di Yogyakarta, Sleman dan
Bantul. Hal ini dikarenakan jarak yang dekat/tidak terlalu jauh untuk dapat menuju
Bandara Adisutjipto dan letak bandara yang masih didalam Kota Yogyakarta. Akan
tetapi bagi penumpang yang berasal dari luar DIY, seperti Solo, Klaten, dan
Purworejo dimana atas keintegrasian sistem Kereta Api di Bandara Adisutjipto
sangat membantu bagi penumpang yang berasal dari wilayah tersebut untuk dapat
86
menuju Bandara Adisutjipto dan disamping itu tarif Kereta Api yang murah
menjadi daya tarik penumpang pesawat.
Hal ini terjadi karena Kereta Api Bandara dikelola langsung oleh anak
perusahaan PT. Kereta Api (Persero) dan PT. Angkasa Pura II (Persero) yaitu PT.
Railink. Sebagai contoh seperti yang telah berhasil di lakukan di Kualanamu
International Airport.
Sementara itu dari hasil survei terhadap 400 orang responden menyatakan
bahwa penumpang pesawat Bandara Adisutjipto yang belum mengetahui akan
berpindahnya bandara menuju New Yogyakarta International Airport adalah
sebesar 28,25% atau sebanyak 113 orang, data dapat dilihat pada Tabel 5.15 dan
Gambar 5.13. Dan dari hasil survei yang dilakukan terhadap penumpang pesawat
kerkait dengan berapa jarak yang ideal bagi penumpang pesawat untuk bersedia
menggunakan kereta api bandara sebagai akses dari pusat kota menuju bandara
adalah sebesar 35,75% dengan jarak antara 31 km – 40 km, 24,75% berpendapat
jarak yang ideal adalah 41-50 km, dan 22,25% berjarak jarak yang ideal adalah 21-
30 km. Dan rata-rata jarak ideal menurut penumpang pesawat adalah sebesar 36,79
km atau sebesar 37 km. Data dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan Gambar 5.9.
88
Ya 287 71,75
Tidak 113 28,25
Jumlah 400 100
28%
Ya
Tidak
72%
<21 31 7,75
21 - 30 89 22,25
31 - 40 143 35,75
41 - 50 99 24,75
>50 38 9,50
Jumlah 400 100
89
9%
8% <21
22% 21 - 30
25%
31 - 40
41 - 50
36% >50
140
120
100
80
60
40
20
0
< 1 juta 1 - 3 juta 3 - 5 juta 5 - 7 juta > 7 juta
Frekuensi 15 128 130 73 54
% Frekuensi 3,75 32,00 32,50 18,25 13,50
% Frekuensi Kumulatif 100,00 96,25 64,25 31,75 13,50
Perhitungan nilai ATP dapat dilihat pada Tabel 5.13 dan hasil lengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 6.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap 400 penumpang pesawat
Bandara Adisutjipto diperoleh ATP minimum responden adalah sebesar Rp. 1.200,-
dan ATP maksimum responden adalah sebesar Rp. 750.000,-. ATP rata-rata
responden adalah sebesar Rp. 101.512,-. Range ATP responden yang terbesar yaitu
23,75% pada range <Rp. 21.000,-, kemudian 18,75% pada range Rp. 21.000,- - Rp.
40.000,- dan 18,25% pada range >Rp. 150.000,-. Hasil secara keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 5.14 dan Gambar 5.12.
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
21.000 - 41.000 - 61.000 - 81.000 - 101.000 - 121.000 -
<21.000 >150.000
40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 150.000
Frekuensi 95 75 32 48 24 25 28 73
% Frekuensi 23,75 18,75 8,00 12,00 6,00 6,25 7,00 18,25
% Frekuensi Kumulatif 100,00 76,25 57,50 49,50 37,50 31,50 25,25 18,25
Analisis WTP adalah rata-rata tarif yang diharapkan dan prioritas pelayanan
yang diharapkan. Sebelum dilakukannya survei wawancara terhadap penumpang
pesawat terkait WTP tarif Kereta Api Bandara New Yogyakarta International
Airport dilakukan terlebih dahulu survei wawancara terhadap PT. Angkasa Pura 1
– Yogyakarta dan PT. Kereta Api DAOP VI Yogyakarta hal ini dilakukan sebagai
pertimbangan kebijakan penentuan harga tiket kereta api bandara terhadap
karyawan karena rutinitas pekerjaan yang jauh dari tempat tinggal sehingga
mengharuskan menggunakan moda transportasi yang cepat dan bebas dari
kemacetan yaitu dengan menggunakan kereta api bandara.
dilakukan. Sementara itu jika melihat kebijakan dari Keputusan Direksi PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/LL/003/XI/1/KA-2015 Tentang Syarat-
Syarat Dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang, tarif reduksi terhadap pegawai
perusahaan sebesar 50% - 75% dengan ketentuan masing-masing. Selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 7.
Data hasil survey yang terhadap 400 orang responden penumpang pesawat
Bandara Adisutjipto diketahui seberapa besar Willingess To Pay (WTP) terhadap
Kereta Api Bandara New Yogyakarta International Airport, data WTP dapat dilihat
pada Tabel 5.15 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
WTP minimum responden adalah sebesar Rp. 5.000,- dan WTP maksimum
responden adalah sebesar Rp. 150.000,-. WTP rata-rata responden adalah sebesar
Rp. 43.864,-. Range WTP responden yang terbesar yaitu pada range <Rp. 21.000,-
atau sebesar 31,25%, kemudian 27,00% pada range Rp. 41.000,- - Rp. 60.000,- dan
18,75% pada range Rp. 21.000,- - Rp. 40.000,-. Rekapitulasi hasil WTP dapat
dilihat pada Tabel 5.16 dan Gambar 5.13.
140
120
100
80
60
40
20
0
21.000 - 41.000 - 61.000 - 81.000 -
< 20.000 > 100.000
40.000 60.000 80.000 100.000
Frekuensi 125 75 108 57 31 4
% Frekuensi 31,25 18,75 27 14,25 7,75 1
% Frekuensi Kumulatif 100,00 68,75 50,00 23,00 8,75 1,00
Dari hasil analisis Ability To Pay (ATP) Dan Willingness To Pay (WTP)
yang telah dilakukan di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata ATP responden adalah
sebesar Rp. 101.512,- hal ini menunjukkan bahwa lebih besar dari pada nilai WTP
yaitu sebesar Rp. 43.864,-. Kondisi ini menunjukan bahwa tingkat kemampuan
membayar responden lebih besar dari pada tingkat keinginan membayar untuk jasa
96
ATP WTP
Tarif (Rp) % % Frekuensi % % Frekuensi
Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Frekuensi Kumulatif
<11.000 45 11,25 100,00 70 17,50 100,00
11.000 - 20.000 50 12,50 88,75 55 13,75 82,50
21.000 - 30.000 42 10,50 76,25 50 12,50 68,75
31.000 - 40.000 33 8,25 65,75 25 6,25 56,25
41.000 - 50.000 21 5,25 57,50 91 22,75 50,00
51.000 - 60.000 11 2,75 52,25 17 4,25 27,25
61.000 - 70.000 22 5,50 49,50 16 4,00 23,00
71.000 - 80.000 26 6,50 44,00 41 10,25 19,00
81.000 - 90.000 11 2,75 37,50 0 0,00 8,75
91.000 - 100.000 13 3,25 34,75 31 7,75 8,75
101.000 - 110.000 9 2,25 31,50 0 0,00 1,00
111.000 - 120.000 16 4,00 29,25 0 0,00 1,00
>120.000 101 25,25 25,25 4 1,00 1,00
Jumlah 400 100 400 100
Dalam kondisi seperti ini disebut dengan choiced riders yaitu pengguna
mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut
relatif rendah. Terjadinya nilai ATP > WTP disebabkan oleh :
120
100
80
60
40
20
0
11.000 21.000 31.000 41.000 51.000 61.000 71.000 81.000 91.000 101.000 111.000
<11.00 >121.0
- - - - - - - - - - -
0 00
20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 110.000 120.000
Frekuensi ATP 45 50 42 33 21 11 22 26 11 13 9 16 101
Frekuensi WTP 70 55 50 25 91 17 16 41 0 31 0 0 4
% Frekuensi ATP 11,25 12,50 10,50 8,25 5,25 2,75 5,50 6,50 2,75 3,25 2,25 4,00 25,25
% Frekuensi Kumulatif ATP 100,00 88,75 76,25 65,75 57,50 52,25 49,50 44,00 37,50 34,75 31,50 29,25 25,25
% Frekuensi WTP 17,50 13,75 12,50 6,25 22,75 4,25 4,00 10,25 0,00 7,75 0,00 0,00 1,00
% Frekuensi Kumulatif WTP 100,00 82,50 68,75 56,25 50,00 27,25 23,00 19,00 8,75 8,75 1,00 1,00 1,00
Dari Gambar 5.15 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tarif kereta api
bandara New Yogyakarta International Airport yang akan ditetapkan maka semakin
rendah persentase ATP dan WTP responden. Untuk itu dilakukan analisa untuk
mengetahui bagaimana pengaruh ATP dan WTP terhadap tarif yang akan
ditetapkan.
Jika tarif yang ditetapkan sebesar Rp. 100.000,- maka ATP responden
34,75% dan WTP responden 8,75%. Artinya adalah penumpang bandara yang
bersedia menggunakan kereta api bandara dari/menuju New Yogyakarta
International Airport adalah sebanyak 8,75%. Akan tetapi jika tarif yang ditetapkan
sebesar Rp. 75.000,- maka ATP responden 44,00% dan WTP responden 19,00%.
Ini berarti bahwa 19,00% penumpang pesawat yang akan menggunakan kereta api
bandara.
99
Jika tarif yang ditetapkan sebesar Rp. 50.000,- maka ATP responden
57,50% dan WTP responden 50%. Hal ini menunjukan bahwa penumpang bandara
yang akan menggunakan kereta api bandara jika berdasarkan persentase terkceil
dari ATP dan WTP maka pengguna kereta api bandara dari/menuju New
Yogyakarta International Airport adalah sebesar 50%. Dan apabila tarif kereta api
bandara ditetapkan sebesar Rp. 25.000,- maka ATP responden 76,25% dan WTP
responden 68,75%. Maka sebanyak 68,75% penumpang pesawat yang akan
menggunakan kereta api bandara.
Maka tarif ideal kereta api bandara New Yogyakarta International Airport
adalah sebesar Rp. 50.000. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi WTP sebesar 22,75%
atau 91 dari 400 responden bersedia menggunakan kereta api bandara.
Dari hasil analisis ATP dan WTP yang dilakukan terhadap penumpang
pesawat, selanjutnya dilakukan analisis preferensi layanan kereta api bandara New
Yogyakarta International Airport dengan memberikan berbagai pilihan alternatif
layanan kereta api bandara kepada responden atau calon penumpang. Sebagai
asumsi bahwa kereta api bandara yang akan diterapkan di New Yogyakarta
International Airport sama seperti kereta api bandara yang berada di Kualanamu
International Airport dimana segala fasilitas yang diberikan dapat dilihat pada
Lampiran 9.
diketahui tingkat preferensi terhadap layanan kereta api bandara New Yogyakarta
International Aiport seperti tertera pada Tabel 5.20.
Tabel 5.19 Atribut skenario layanan kereta api bandara New Yogyakarta
International Airport
Tabel 5.20 Perilaku pemilihan moda kereta api bandara New Yogyakarta
International Airport
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4
Perilaku (%) (%) (%) (%)
Pasti tidak naik (0) 32,25 8,75 9,25 3,50
Mungkin tidak naik (1) 26,75 25,25 18,75 6,00
Ragu-ragu (2) 23,75 24,75 28,00 9,00
Mungkin naik (3) 13,50 33,50 31,25 45,00
Pasti naik (4) 3,75 7,75 12,75 36,50
Dari hasil perilaku pemilihan moda kereta api bandara pada Tabel 5.25,
diketahui bahwa:
dilengkapi dengan fasilitas yang sangat baik pada kereta api bandara, maka
tingkat WTP calon penumpang adalah 45,00% memilih “mungkin naik”.
5. Alternatif 5, dengan kondisi pelayanan kereta api bandara dilakukan
peningkatan pada semua variabel kecuali pada tarif kereta api bandara dan
frekuensi keberangkatan kereta api bandara, sehingga tingkat WTP
penumpang terbesar adalah “ragu-ragu” yaitu sebesar 31,50%.
6. Alternatif 6, dengan kondisi pelayanan yang diberikan adalah pada tarif
kereta api yang lebih murah, frekuensi keberangkatan kereta api bandara lebih
cepat dan fasilitas yang sangat baik pada kereta api bandara, maka tingkat
WTP calon penumpang adalah 42,00% memilih “mungkin naik”.
7. Alternatif 7, dengan kondisi kereta api bandara yang tidak memberikan
pelayanan pada tarif kereta api yang lebih murah dan sistem tiket yang tidak
terintegrasi dengan pesawat. Sehinggan tingkat WTP-nya adalah 34,75%
“ragu-ragu”
8. Dan pada Alternatif 8, dengan kondisi semua variabel pelayanan kereta api
bandara New Yogyakarta International Airport mengalami peningkatan,
hanya pada fasilitas kereta api bandara saja yang biasa saja, maka WTP calon
penumpang adalah sebesar 56,00% memilih “pasti naik”.
1. Bentuk model
Dalam analisis ini, model yang digunakan adalah ordered probit
model yang menunjukkan model respon kemauan penumpang menggunakan
layanan kereta api bandara New Yogyakarta International Airport.
Pemodelan tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan :
Untuk :
yi = 0 (pasti tidak naik) : jika y1 < 0
yi = 1 (mungkin tidak naik) : jika 0 < yi* ≤ μ1
yi = 2 (ragu-ragu) : jika μ1 < yi* ≤ μ2
yi = 3 (mungkin naik) : jika μ2 < yi* ≤ μ3
yi = 4 (pasti naik) : jika μ3 < yi* ≤ μ4
Dengan :
y* : respon/pilihan responden
yi : kemungkinan penumpang pesawat menggunkan layanan kereta api
bandara (0 – 4)
β1 ... β2 : koefisien variabel
μ : nilai-nilai yang membatasi variable dependent 𝑦𝑖 ∗
2. Hasil pemodelan
Dari data yang diperoleh 3200 set data, selanjutnya masing-masing
dianalisis dengan penggunakan software Limdep versi 7.0. Proses pengolahan
data adalah sebagai berikut :
a. Memasukkan data ke dalam Ms. Exel dengan menggunakan kodefikasi
yang harus konsisetn, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
interprestasi oleh komputer yang mengakibatkan hasil keluaran keliru
dari software yang digunakan nantinya. Misalnya ketika mengisi data
artibut/variabel yang mengalami peningkatan diberi kode angka 1
sedangkan yang kondisinya tetap diberi kode angka 0. Begitu pula
dengan pemberian skala ordinal harus disesuaikan dengan syarat yang
diberlakukan oleh software yang digunakan, misalnya pada software
Limdep versi 7.0 harus memasukkan data dimulai dengan angka 0
kemudian 1, 2, dan seterusnya.
b. Data yang telah dimasukkan hendaknya dikoreksi, jangan sampai ada
kesalahan atau adanya sel yang kosong karena ini kan mengakibatkan
tidak beroperasinya atau kesalaha membaca dari software sehingga
menghasilkan keluaran yang salah.
c. Selanjutnya dilakukan pengolahan data, sebagian data seperti
karakteristik respnden langsung menggunakan Ms. Exel, sedangkan
data stated preference (data respon) setelah dimasukkan ke dalam Ms.
Exel harus diubah dahulu ke dalam notepad untuk kemudian dianalisis
dengan menggunakan Limdep vesi 7.0.
d. Analisis data oleh software Limdep versi 7.0 menghasilkan kontanta
dan koefisien model persamaan, juga uji statistik tergantung dari model
apa yang digunakan.
e. Hasil analisis yang berupa koefisien dan konstanta dimasukkan ke
dalam pemodelan yang selanjutnya dapat dilakukan kalibrasi untuk
menunjukkan apakah atribut-atribut dalam pemodelan valid dan
reliable secara uji statistik.
105
Dari Tabel 5.21 di atas dapat disusun bentuk persamaan model sebagai
berikut:
Untuk :
yi = 0 (pasti tidak naik) : jika y* < 0
106
pesawat (1) dan variabel lain diasumsikan pada level rendah (0), maka
kesediaan responden menggunakan Kereta Api Bandara adalah sebesar
0,277 + 0,741 = 1,018 yang artinya adalah “ragu-ragu”.
f. Nilai koefisien untuk frekuensi keberangkatan kereta api sebesar 0,287
artinya apabila level frekuensi keberangkatan yang diberlakukan adalah
45 menit (1) dan variabel lain diasumsikan pada level rendah (0), maka
kesediaan responden menggunakan Kereta Api Bandara adalah sebesar
0,277 + 0,287 = 0,565 yang artinya adalah “mungkin tidak naik”.
g. Nilai koefisien untuk fasilitas dalam kereta api sebesar 0,300 artinya
apabila level fasilitas yang diberlakukan adalah sangat baik (Sangat
bersih, AC, Toilet, Lampu, Bagasi, Tempat duduk, Wi-Fi, Tanggungan
asuransi) (1) dan variabel lain diasumsikan pada level rendah (0), maka
kesediaan responden menggunakan Kereta Api Bandara adalah sebesar
0,277 + 0,300 = 0,577 yang artinya adalah “mungkin tidak naik”.
3. Kalibrasi model
Kalibrasi model dilakukan dengan tujuan untuk melakukan estimasi
nilai parameter atau koefisien model sehingga hasil model yang didapatkan
mempunyai kesalahan yang sekecil mungkin dibandingkan dengan realita.
Parameter atau koefisien yang telah didapatkan dari hasil pemodelan tersebut
selanjutnya dilakukan kalibrasi melalui beberapa uji statistik, yaitu:
a. Uji tanda koefisien (single coefficient estimate)
Uji ini dilakukan dengan memeriksa tanda pada koefisien
masing-masing variabel dari model yang dihasilkan. Tabel 5.22
menyajikan tanda pada masing-masing koefisien variabel model
kemauan penumpang pesawat menggunakan layanan Kereta Api
Bandara serta penjelasannya.
108
Dari Tabel 5.24 di atas terlihat bahwa nilai dari koefisien variabel
bebas tidak ada yang mencapai nilai 1 (satu). Hal ini berarti bahwa antar
variabel bebas tersebut tidak mempunyai hubungan yang kuat atau tidak
terjadi multikolinearitas, sehingga semua variabel yang ada pada model
tersebut dapat digunakan.
4. Aplikasi model
Untuk mengetahui tingkat kemauan membayar penumpang pesawat
terhadap layanan kereta api bandara, maka dibuat skenario dari model yang
dihasilkan. Jumlah alternatif/skenario sebanyak 8 buah yang dibuat sesuai
dengan desain eksperimental yang disusun. Dari perhitungan setiap skenario
model dapat diketahui tingkat kemauan membayar (willingness to pay)
penumpang pesawat terhadap layanan kereta api bandara, seperti terlihat pada
Tabel 5.25 berikut.
Keterangan :
yi : tingkat kemauan penumpang menggunakan kereta api bandara
Dari tabel di atas terlihat estimasi dengan model bahwa tingkat
kemauan penumpang untuk menggunakan layanan kereta api bandara untuk
setiap alternatif/skenario adalah pasti tidak naik, ragu-ragu, mungkin tidak
naik dan pasti naik. Dari hasil pemodelan yang dihasilkan terlihat bahwa
kecenderungan penumpang pesawat menginginkan adanya layanan kereta api
bandara, hal ini dapat diketahui dari estimasi di atas bahwa rata-rata berkenan
menggunakn layanan kereta api bandara.
5. Uji kesuksesan prediksi
Uji kesuksesan prediksi dilakukan dengan membandingkan jumlah
pemilihan alternatif yang diharapkan (expected) memilih suatu alternatif
tertentu dengan jumlah penelitian hasil observasi (observed). Uji tersebut
diperoleh dari hasil analisis dengan menggunakan software Limdep 7.0
terhadap 3200 set data, dan hasil analisis data kesuksesan prediksi dapat
dilihat pada Tabel 5.26.
Tabel 5.26 Hasil uji prediksi struktur model kereta api bandara
Predicted
Actual 0 1 2 3 4 Total
0 129 (4,03%) 0 (0%) 0 (0%) 177( 5,53%) 10 (0,31%) 316 (9,88%)
1 108 (3,38%) 0 (0%) 0 (0%) 374 (11,69%) 12 (0,38%) 494 (15,44%)
2 94 (2,94%) 0 (0%) 0 (0%) 610 (19,06%) 19 (0,59%) 723 (22,59%)
3 55 (1,72%) 0 (0%) 0 (0%) 873 (27,28%) 130 (4,06%) 1058 (33,06%)
4 14 (0,44%) 0 (0%) 0 (0%) 366 (11,44%) 229 (7,16%) 609 (19,03%)
Total 400 (12,5%) 0 (0%) 0 (0%) 2400 (75%) 400 (12,5%) 3200 (100%)
Dari Tabel 5.26 di atas diperoleh hasil sebesar 100% dari hasil analisis
model dengan kondisi lapangan, dan terlihat bahwa calon penumpang kereta
api merespon “mungkin akan naik (3)” atau sebesar 75% terhadap jasa
pelayanan kereta api bandara yang ditawarkan. Pada respon (1) dan (2)
terlihat ketidak sesuaian respon yaitu sebesar 0%, hal ini dapat terjadi
dikarenakan model skenario yang mungkin kurang tepat.
112
Setelah diketahui nilai ATP dan WTP penumpang pesawat terhadap kereta
api bandara, selanjutnya dilakukan survei kembali terhadap penentuan moda
transportasi apakah yang akan dipilih oleh penumpang dalam akses dari/menuju
New Yogyakarta International Airport dengan pilihan moda transportasi adalah
kereta api bandara, bus damri, taxi, dan kendaraan pribadi. Dengan asumsi semua
pelayanan transportasi umum sudah terjadi peningkatan pelayanan secara
maksimal. Dari hasil survei wawancara terhadap 400 orang responden terkait
analisis pemilihan moda transportasi dari/menuju New Yogyakarta International
Airport, maka diketahui penumpang pesawat akan memilih menggunakan moda
transportasi Kereta Api Bandara yaitu sebesar 46,75%, Kendaraan Pribadi sebesar
23,50%, 78 orang atau 19,50% memilih Bis Damri, dan 10,25% memilih
menggunakan Taxi, data disajikan dalam Tabel 5.27, Gambar 5.17 dan secara
lengkap pada Lampiran 11.
24%
Kereta api bandara
47% Bis Damri
10%
Taxi
19% Kendaraan pribadi
Dari nilai ATP yang telah diketahui, selanjutnya dilakukan analisis WTP
terhadap moda transportasi Kereta Api Bandara, Kendaraan Pribadi, Bis Damri dan
Taxi. Dengan asumsi tarif yang diberlakukan setiap moda transportasi seperti yang
telah dijelaskan pada BAB IV bagian B. Pengumpulan Data, yaitu tarif Kereta Api
Bandara sebesar Rp.75.000,-, Tarif Bis Damri sebesar Rp.50.000,-, tarif Taxi
sebesar Rp. 150.000,- dan tarif Kendaraan Pribadi sebesar Rp. 100.000,-.
Selanjutnya dilakukan analisis ATP dan WTP pada setiap moda transportasi yang
telah dipilih. Berikut disajikan perbandingan ATP dan WTP terhadap tarif pada
Tabel 5.28 dan Gambar 5.18.
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
<31.000 31.000 - 60.000 61.000 - 90.000 91.000 - 120.000 >121.000
Frekuensi ATP 137 65 59 38 101
Frekuensi WTP 0 78 187 94 41
% Frekuensi ATP 34,25 16,25 14,75 9,50 25,25
% Frekuensi Kumulatif ATP 100,00 65,75 49,50 34,75 25,25
% Frekuensi WTP 0,00 19,50 46,75 23,50 10,25
% Frekuensi Kumulatif WTP 100,00 100,00 80,50 33,75 10,25
Dari Gambar 5.18 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tarif moda
transportasi dari/menuju New Yogyakarta International Airport yang akan
ditetapkan maka semakin rendah persentase ATP dan WTP responden. Untuk itu
dilakukan analisa untuk mengetahui bagaimana pengaruh ATP dan WTP terhadap
tarif yang akan ditetapkan.
Jika tarif Taxi yang ditetapkan sebesar Rp. 150.000,- maka ATP responden
sebesar 25,25% dan WTP responden sebesar 10,25%. Artinya adalah penumpang
bandara yang bersedia menggunakan Taxi dari/menuju New Yogyakarta
International Airport adalah sebanyak 10,25%. Dan jika tarif Kendaraan Pribadi
yang ditetapkan sebesar Rp. 100.000,- maka ATP responden sebesar 34,75% dan
WTP responden sebesar 33,75%. Ini berarti bahwa 33,75% penumpang pesawat
yang akan menggunakan kereta api bandara.
Jika tarif Kereta Api Bandara ditetapkan sebesar Rp. 75.000,- maka ATP
responden sebesar 49,50% dan WTP responden sebesar 80,50%. Maka sebanyak
80,50% penumpang pesawat yang akan menggunakan Kereta Api Bandara. Dan
apabila tarif Bis Damri yang ditetapkan sebesar Rp. 50.000,- maka ATP responden
sebesar 65,75% dan WTP responden sebesar 100%. Hal ini menunjukan bahwa
penumpang pesawat yang akan menggunakan Bis Damri sebagai moda transportasi
dari/menuju New Yogyakarta International Airport adalah sebesar 100%.
A. Kesimpulan
117
118
3. Nilai rata-rata Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) calon
pengguna jasa kereta api bandara New Yogyakarta International Airport serta
persentase ATP dan WTP terhadap tarif adalah sebagai berikut.
a. Nilai rata-rata ATP adalah sebesar Rp. 101.512,-.
b. Nilai rata-rata WTP adalah sebesar Rp. 43.864,- dan prioritas dimensi
kualitas jasa yang diharapkan adalah ketepatan waktu pelayanan,
kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, dan kemudahan
mendapatkan pelayanan.
c. Tarif ideal kereta api bandara New Yogyakarta International Airport
adalah sebesar Rp. 50.000,- dengan ATP responden 57,50% dan WTP
responden 50%.
d. Dari berbagai Alternatif yang ditawarkan dan dari hasil pemodelan,
tingkat WTP penumpang pesawat terhadap Kereta Api Bandara
diketahi bahwa penumpang pesawat menginginkan adanya layanan
tersebut sebagai mana Alternatif 8, yaitu tarif Rp.75.000,-, waktu
perjalanan yang cepat yaitu 45 menit (langsung menuju bandara),
dengan sistem tiket yang terintegrasi dengan layanan pesawat, dan
frekuensi keberangkatan setiap 45 menit, serta dengan fasilitas kereta
api “Baik”. Dan respon penumpang adalah “Pasti Naik” yaitu sebesar
56,00%.
4. Hasil analisis pemilihan moda transportasi dari/menuju New Yogyakarta
International Airport serta persentase ATP dan WTP terhadap tarif adalah
sebagai berikut.
a. Penumpang pesawat akan memilih menggunakan moda transportasi
Kereta Api Bandara yaitu sebesar 46,75%, Kendaraan Pribadi sebesar
23,50%, 78 orang atau 19,50% memilih Bis Damri, dan 10,25%
memilih menggunakan Taxi.
b. Persentase ATP dan WTP terhadap tarif adalah jika tarif Taxi yang
ditetapkan Rp.150.000,- maka ATP responden sebesar 25,25% dan
WTP responden sebesar 10,25%. Akan tetapi jika tarif Kendaraan
Pribadi yang ditetapkan sebesar Rp. 100.000,- maka ATP responden
119
sebesar 34,75% dan WTP responden sebesar 33,75%. Dan jika tarif
Kereta Api Bandara yang ditetapkan sebesar Rp. 75.000,- maka ATP
responden sebesar 49,50% dan WTP responden sebesar 80,50%. Serta
jika tarif Bis Damri yang ditetapkan sebesar Rp. 50.000,- maka ATP
responden sebesar 65,75% dan WTP responden sebesar 100%.
B. Saran
1. Pihak PT. Angkasa Pura I – Yogyakarta dan PT. Kereta Api DAOP VI
Yogyakarta perlu segera mensosialisasikan adanya Kereta Api Bandara yang
melayani penumpang dari/menuju New Yogyakarta International Airport.
Beserta segala fasilitas yang ada di dalamnya.
2. Perlu dilakukan penelitian ulang terhadap perbandingan Kereta Api Bandara
Adisutjipto dan Kereta Api Bandara New Yogyakarta International Airport
terkait dengan kinerja kualitas pelayanan apabila proyek tersebut telah selesai
dan telah beroperasi.
3. Perlu dilakukan penelitian kerkait Kereta Api Bandara dari
Purwokerto/Cilacap menuju New Yogyakarta International Airport, sesuai
dengan perencanaan yang akan direalisasikan.
4. Jarak ideal penumpang pesawat untuk bersedia menggunakan kereta api
bandara sebagai akses dari pusat kota menuju bandara adalah sebesar 37 km,
tidak dapat diacu sepenuhnya dalam mendesain integrasi antarmoda kereta
api bandara, karena peneliti hanya mengambil responden dari wilayah DIY.
5. Perlu dilakukan koreksi yang baik terhadap kuesioner khususnya apabila ada
banyak skenario pelayanan yang ditawarkan kepada responden, agar didapat
hasil respon yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abler, R., J. Adams, and P.Gould, 1971. Spatial Organization, Prentice Hall,
Englewood Cliffs, NJ.
Angkasa Pura I (Persero), PT, 2016. Data Penunjang Bandara Adisutjipto Dan New
Yogyakarta International Airport, Yogyakarta
Chiambaretto, P., Baudelaire, C., and Lavril, T. Measuring The Willingness To Pay
Of Air-Rail Intermodal Passengers. Journal Of Air Transport Management.
France.
Cochran, W. G. and Cox, G. M., 1957. Experimental Design, John Wiley & Sons
Ltd, New York.
Carlsson, Fredrik, 1999. Private Vs. Business And Rail Vs. Air Passengers:
Willingness To Pay For Transport Attributes. Goteborg University,
Sweden.
Greene, William. H., 2011. Limdep Version 9.0, Student Reference Guide,
Econometric Software, Inc., Gloria Place, Plainview, New York, USA.
120
121
Gubernur Sumatera Utara, 2014. Penetapan Upah Minimum Kota Tahun 2015,
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/1055/KPTS/Tahun
2014, Medan.
Iscahyono, A. F. dan Miharja, M., 2015. Analisis Peluang Pemilihan Moda Mobil
Pribadi dan Kereta Api Sebagai Moda Transportasi Menuju Bandara (Studi
Kasus: Bandara Baru di Kulonprogo, DIY), Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota A SAPPK V4N1, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Kazuyuki, Takada. and Makoto, Fujiu., 2010. Study Of Willingness To Pay For
Reducing Lost Time Of Railway Users. Journal Of The Eastern Asia Society
For Transportation Studies, Vol.8, 2010.
Kereta Api Indonesia (Persero), PT, 2016. Data Penunjang Stasiun Maguwo,
Yogyakarta.
122
Kereta Api Indonesia (Persero), PT, DAOP VI, 2016. Syarat-Syarat Dan Tarif
Angkutan Kereta Api Penumpang, Keputusan Direksi PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/LL/003/XI/1/LA-2015, Bandung.
Ortuzar, J. D., and Willumsen, L. G., 2007, Modelling Transport 3rd Edition, John
Wiley, England.
Pawening, T. N., 2009. Analisis Pelayanan Trans Jogja Sebagai Angkutan Pemadu
Moda Di Kawasan Bandara Adisutjipto, Tesis, Program Studi Magister
Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Parasuraman, Valarie, A Z., and Berry., 2002. Delivering Sercive Quality, Mc.
Milan, New York.
Permata, M. R., 2012. Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna
Jasa Kereta Api Bandara Soekarno Hatta – Maggarai, Tesis, Program Studi
Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Depok.
Sugiyanto, G. dan Malkhamah, S., 2009. Model Pemilihan Moda Antar Mobil
Pribadi Dan Bis Trans Jogja Akibat Penerapan Biaya Kemacetan, Jurnal
Transportasi Vol. 9 No. 2 Desember 2009: 97-106, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
123
Tamin, O. Z., Rahman, H., Kusumawati, A., Munandar, A. S., dan Setiadji, B. H.,
1999. Evaluasi Angkutan Umum dan “Ability To Pay‟ (ATP) dan
“Willingness To Pay‟ (WTP) di DKI Jakarta”, Jurnal, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Tamin, O. Z., Wulansari, D. N., Wibowo, S. S., dan Weningtyas, W., 2015. Analisis
Ability To Pay (ATP) Dan Willingness To Pay (WTP) Pengguna Kereta Api
Bandara (Studi Kasus: Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta),
Jurnal Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi, Program Studi
Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Tjiptono, Fandy., 2005. Pemasaran Jasa, (edisi pertama). Malang: Bayu Media
Publishing.
124