Anda di halaman 1dari 21

i

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA KRISAN (Chrysanthemum


morifolium) TIDAK LOLOS SORTIR DENGAN CARA EKSTRAKSI
DENGAN PELARUT PETROLEUM ETER DAN ETANOL

BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN

Diusulkan Oleh :
Rizqi Triananda I8316049 Angkatan 2016
Larasati Dian Permatasari I8316032 Angkatan 2016
I83170 Angkatan 2017

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2018

i
ii

PENGESAHAAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Pembuatan Minyak Atsiri


(Chrysanthemum morifolium) Tidak
Lolos Sortir dengan Cara Ekstraksi
dengan Pelarut Petroleum Eter dan
Etanol
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Rizqi Triananda
b. NIM : I8316049
c. Jurusan : D3 Teknik Kimia
d. Universitas : Universitas Sebelas Maret
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Pucanganom RT 04 RW 03 Kebonsari,
Madiun/081333565349
f. Email : rizqitriananda@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ari Diana Susanti S.T., M.T.
b. NIDN : 0023017505
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Perumahan Loh Agung 3 No 1A Jaten
Karanganyar/085643614795
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemristekdikti : Rp. 11.371.000,00
b. Sumber lain : Rp. 0
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan
Surakarta, November 2017
Menyetujui,
Kepala Program Studi
D3 Teknik Kimia FT UNS Ketua Pelaksana Kegiatan

Mujtahid Kaavessina, S.T., M.T., Rizqi Triananda


Ph.D. NIM. I8316049
NIP. 19790924 200312 1 002

Wakil Rektor
Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Universitas Sebelas Maret, Dosen Pendamping

Prof. Dr. Ir. Darsono M.Si. Dr. Ari Diana Susanti S.T., M.T.
NIP. 19660611 199103 1 002 NIDN. 0023017505

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
DAFTAR IS.....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL............................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................1
1.4 Luaran…..............................................................................................1
1.5 Manfaat................................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Bunga Krisan ......................................................................................3
2.2 Minyak Atsiri.......................................................................................3
2.3 Ekstraksi...............................................................................................4
BAB 3. METODE PENELITIAN.....................................................................7
3.1 WAKTU DAN TEMPAT...................................................................5
3.2 BAHAN..............................................................................................6
3.3 ALAT..................................................................................................6
3.4 DESAIN PENELITIAN.....................................................................8
3.5 TAHAP PENELITIAN.......................................................................10
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN................................................11
4.1 ANGGARAN BIAYA........................................................................11
4.2 JADWAL KEGIATAN......................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
LAMPIRAN....................................................................................................13
1) Lampiran 1. Biodata Ketua,Anggota dan Dosen Pembimbing..................13
2) Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan..............................................20
3) Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas....22
4) Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan..........................................23

iii
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Anggaran Biaya................................................................................... 7


Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan.................................................................................. 7

iv
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bunga Krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan salah satu jenis
tanaman hias yang banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi. Selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi
untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun
serangga (hama). Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di
dunia. Pada perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu
bunga yang banyak diminati oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore
dan Hongkong, serta Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris (Astaningrum &
Djuwendah, 2015).
Bunga potong termasuk produk hortikultura yang mempunyai sifat mudah
rusak, kerusakan yang terjadi bisa disebabkan karena layu, cacat, luka,
pembengkokan batang, dan perubahan warna. Di masyarakat, bunga krisan yang
telah rusak atau tidak lolos sortir kebanyakan dibuang dan belum dimanfaatkan.
Masyarakat belum banyak yang mengetahui bahwa bunga krisan yang rusak atau
cacat dapat dimanfaatkan sehingga bunga krisan tersebut tidak menjadi limbah.
Melihat bunga krisan yang tidak tahan lama, perlu dilakukan pemanfaatan bunga
krisan menjadi berbagai produk yang bermanfaat. Salah satu pemanfaatan dari
bunga krisan yaitu sebagai bahan baku pembuatan minyak atsiri.
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(ethereal oil, volatile oil) yang dihasilkan oleh tumbuhan. Minyak tersebut
mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai
rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tumbuhan penghasilnya, umumnya
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985). Pada
konsentrasi tinggi, minyak atsiri dapat digunakan sebagai anastetik
lokal. Kebanyakan minyak atsiri juga bersifat antibakteri dan antijamur yang kuat
(Agusta, 2000).
Minyak atsiri biasanya didapatkan dengan menggunakan metode ekstraksi
dengan berbagai macam pelarut. Prinsip dari proses ini adalah melarutkan minyak
yang akan diambil dari suatu bahan yang diduga mengandung minyak
menggunakan pelarut. Pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi. Pemilihan
pelarut pada umumnya dipengaruhi faktor – faktor antara lain:
1. Selektivitas. Pelarut harus dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak
dengan cepat dan sempurna
2. Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah agar pelarut mudah
diuapkan tanpa mengunakan suhu tinggi
3. Pelarut harus bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain
4. Pelarut harus mempunyai titik didih seragam, dan jika diuapkan tidak tertinggal
dalam produk
5. Harga pelarut harus semurah mungkin
6. Pelarut harus tidak mudah terbakar ( Guenter, 1987 ).
2

Macam – macam pelarut yang digunakan antara lain air, etanol, petroleum
eter, metanol dan n-heksan. Petroleum eter merupakan pelarut yang banyak
digunakan dalam industri. Mempunyai sifat stabil, selektif dalam melarutkan zat
dan juga sifat mudah menguap, maka pelarut ini sangat baik digunakan dalam
proses ekstraksi, khususnya proses ekstraksi bunga ( Guenter, 1987 ).Etanol sering
digunakan sebagai pelarut karena mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan
bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lainnya (Guenter,1987).
Sehingga petroleum eter dan etanol cocok digunakan sebagai pelarut dalam
ekstraksi untuk menghasilkan minyak atsiri.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana proses pembuatan minyak atsiri sebagai pemanfaatan bunga
Krisan yang tidak lolos sortir?
2. Bagaimana pengaruh jenis pelarut terhadap rendemen minyak atsiri yang
dihasilkan?

1.3 Tujuan
1. Membuat minyak atsiri dengan memanfaatkan bunga Krisan yang tidak
lolos sortir dengan cara ekstraksi.
2. Membandingkan hasil rendemen minyak dari dua pelarut yang digunakan,
yaitu menggunakan petroleum eter dan etanol.

1.4 Luaran
- Jurnal ilmiah
- Seminar Nasional

1.5 Manfaat
1. Bagi mahasiswa :
a. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pemanfaatan bunga Krisan sebagai bahan pembuatan minyak atsiri.
b. Menambah referensi tentang cara membuat minyak atsiri secara
efektif.
2. Bagi masyarakat :
a. Dapat mengetahui bahwa bunga Krisan dapat dimanfaatkan sebagai
bahan untuk membuat minyak atsiri.
b. Dapat memanfaatkan bunga Krisan yang tidak lolos sortir sebagai
minyak atsiri.
3. Bagi institusi :
Dapat dikembangkan lebih lanjut mengenai pembuatan minyak atsiri dari
bunga Krisan yang tidak lolos sortir.
4. Bagi lingkungan :
Dapat memanfaatkan limbah bunga Krisan yang tidak lolos sortir menjadi
minyak atsiri sehingga tidak menjadi limbah yang menumpuk di alam.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bunga Krisan


Krisan (Crysanthemum sp.) merupakan tanaman bunga hias berupa perdu
dengan sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower). Tanaman ini
berasal dari Cina. Bentuk bunga krisan yang biasa dibudidayakan sebagai
bunga berukuran besar. Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan
tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang (Reginawanti,
1999). Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), tingkatan takson dari krisan
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Spesies : Chrysanthemum morifolium
Bunga potong krisan memiliki semua jenis warna kecuali biru dan hitam
serta memiliki ribuan varietas, 60 varietas diantaranya tumbuh di Indonesia.
Bunga potong krisan mempunyai usia hidup setidaknya 2 minggu setelah di
panen. Bunga potong krisan adalah salah satu tanaman hias yang mempunyai
prospek yang baik untuk dibudidayakan dan dijadikan sumber penghasilan,
karena jarak tanam bunga potong krisan hanya 11 x 11 cm menjadi faktor
tidak perlunya lahan yang luas untuk budidaya bunga potong krisan. Usia
bunga potong krisan dipengaruhi dengan cuaca setempat, bila cuaca kering
atau musim kering akan mempercepat waktu tanam hingga panen sebaliknya,
bila musim hujan akan memperpanjang umur tanaman sampai dengan panen.
Secara umum umur tanaman bunga potong krisan sampai dengan panen
terakhir berkisar 80 s.d 125 hari.
Bunga potong krisan mengandung minyak astiri juga dapat dimanfaatkan
untuk pengharum ruangan dan bahan anti serangga. Untuk produksi minyak
astiri faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah tingkat kemekaran
bunga, varietas dan metode ekstraksi. Bunga potong krisan warna kuning
dengan tingkat kemekaran 75% yang terbaik untuk diekstrak minyak astirinya
(Balai Peneltian Tanaman Hias Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2006).

2.2 Minyak Atsiri


Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils,
atau volatile oils adalah zat yang mudah menguap dan memiliki aroma yang
khas, tidak larut di dalam air, terdiri dari dari senyawa-senyawa organik,
Merupakan ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga,
4

kayu biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis minyak atsiri
yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 4 jenis di
antaranya dapat diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis minyak atsiri
yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri
yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia (Gunawan,
2009).
Pada umumnya variasi komposisi minyak atsiri disebabkan oleh perbedaan
jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen,
metode ekstraksi yang digunakan, dan cara penyimpanan minyak. Minyak
atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O), serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan
belerang (S). (Ketaren, 1985).
Pada umumnya komposisi kimia dalam minyak atsiri dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
1. Hidrokarbon yang terdiri terutama persenyawaan terpene.
2. “Oxygenated Hydrocarbon”
Tetapi umumnya sebagian besar minyak atsiri terdiri dari campuran
persenyawaan golongan hidrokarbon dan “oxygenated hydrocarbon”.
Disamping itu minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil
yang merupakan komponen tidak dapat menguap. (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri ini merupakan minyak yang mudah menguap, dengan
komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat
menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi
oleh suhu (Guenther, 2006). Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku
dalam perisa maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Pada
industri farmasi, minyak atsiri digunakan sebagai anti nyeri atau anti
infeksi/antibakteri. Pemanfaatan lain minyak atsiri yaitu sebagai bahan
pengawet maupun sebagai insektisida.

2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating
agent. Ekstraksi merupakan sistem pembuatan minyak atsiri yang bahan
bakunya memiliki rendemen kecil, rusak pada suhu tinggi, dan rata-rata larut
dalam air. Ekstraksi biasanya digunakan untuk bahan baku minyak atsiri
berupa bunga. Beberapa komoditas minyak atsiri yang menggunakan sistem
ekstraksi diantaranya mawar, melati, sedap malam dan krisan (Syahbana,
2010).
Ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ekstraksi dengan
pelarut menguap, dengan lemak dingin, dan ekstraksi dengan lemak panas.
Ekstraksi minyak atsiri secara komersialnya umumnya dilakukan dengan
pelarut menguap (solvent extraction) (Syahbana, 2010). Ekstraksi dengan
5

menggunakan pelarut adalah cara yang paling efisien dalam menghasilkan


minyak yang berkualitas. Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap
adalah melarutkan minyak atsiri di dalam bahan pelarut yang mudah menguap
(Syahbana, 2010).
Cara ini digunakan untuk mengektrak salah satu komponen seperti minyak
atsiri dari suatu bahan yang tidak dapat diekstrak dengan menggunakan jenis
ekstraksi lain. Pada ekstraksi ini komponen yang ingin diekstrak ditarik,
keluar dari bahan asal dengan bantuan pelarut tertentu yang titik didihnya
tidak tinggi. Jenis pelarut yang umum digunakan untuk melarutkan adalah
petroleum eter, n-heksana, aseton, methanol, etanol, iso propanol dan metilen
klorida. Pelarut ini harus mempunyai sifat mudah dipisahkan dari hasil
ekstraksinya. Besarnya persentase kadar yang dihasilkan dari proses ekstraksi
sangat dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan. Pelarut polar mudah
melarutkan senyawa resin, lemak, asam lemak, minyak, karbohidrat, dan
senyawa organik lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi
menggunakan pelarut mudah menguap ialah :
1. Perlakuan Pendahuluan sebelum Ekstraksi
Perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang mengandung minyak
umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara
pengecilan ukuran bahan (size reduction), pengeringan atau pelayuan.
(Ketaren, 1985).
Proses pengecilan ukuran dan pengeringan bahan yang bersifat
permiable (mudah ditembus dengan zat cair dan uap) kadang-kadang
dilakukan denga tujuan untuk mengekstraksi minyak dengan waktu yang
relatif lebih singkat.
Perlakuan pendahuluan dengan cara pengeringan akan mempercepat
proses ekstraksi dan memperbaiki mutu minyak, akan tetapi selama
pengeringan kemungkinan sebagian minyak, akan hilang karena
penguapan dan oksidasi oleh oksigen udara. (Ketaren, 1985).
a. Perajangan
Minyak atsiri dapat bersumber dari bahan berupa akar, batang,
daun, bunga, buah, dan biji. Sebelum bahan olah tersebut diekstrak atau
disuling, sebaiknya dirajang terlebih dahulu menjadi potonganpotongan
kecil. Proses perajangan ini bertujuan untuk mempermudah penguapan
minyak atsiri dari bahan. Besar ukuran partikel hasil rajangan
bervariasi, tergantung dari jenis bahan itu sendiri. Bahan berupa bunga
(mawar, kenanga, melati) dan daun (nilam, kayu putih) tida berserat,
dapat disuling langsung tanpa dirajang terlebih dahulu. Akan tetapi
bahan yang berupa akar (akar wangi, umbi jahe) ranting dan semua
bahan yang berupa kayu dan daun berserat harus dirajang menjadi
6

potongan-potongan kecil, khususnya bahan yang berupa biji (lada,


pala), harus dihancurkan. (Ketaren, 1985).
b. Penyimpanan bahan olah
Tempat dan kondisi bahan olah sebelum perajangan mempengaruhi
penyusustan minyak atsiri, namun pengaruhnya tidak begitu besar
seperti pada perajangan. Penyimpanan bahan olah dengan cara
penimbunan sering dilakukan akibat terhambatnya proses penyulingan
atau ekstraksi. (Ketaren, 1985). Kehilangan minyak disebabkan oleh
penguapan secara bertahap, disamping turunnya mutu akibat proses
oksidasi. Jika bahan olah harus disimpan sebelum proses, maka harus
disimpan dalam udara kering yang bersuhu rendah, dan udara tidak
disirkulasi. Jika mungkin ruang dilengkapi dengan ‘air conditioner’.
(Ketaren, 1985). Penyusutan minyak selama penyimpanan dalam udara
kering tergantung dari beberapa faktor, yaitu : kondisi bahann, metode
dan lama penyimpanan, dan komposisi kimia minyak dalam bahan.
Bahan olah berupa daun dan buangan tidak dapat disimpan lama,
namun sebaliknya bahan berupa kulit pohon, kulit, akar, kayu lebih
tahan disimpan lama, karena jumlah minyak yang menguap lebih kecil.
(Ketaren, 1985).
c. Pelayuan dan pengeringan
Sebagian bahan olah memerluka proses pengeringan, sebelum
disimpan atau disuling (diekstrak). Tujuan dari pelayuan dan
pengeringan bahan olah adalah untuk menguapkan sebagian air dalam
bahan, sehingga proses penyulingan mudah dan lebih singkat dan untuk
menguraikan zat tidak berbau sehingga berbau wangi. (Ketaren, 1985).
Kehilangan minyak selama periode pelayuan dan pengeringan lebih
besar dari kehilangan minyak selama proses penyimpanan. Hal ini
terjadi karena pada proses pengeringan, air dalam tanaman akan
berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri dan akhirnya menguap.
(Ketaren, 1985).
Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah menguap
biasanya hanya dilayukan atau dikeringkan pada tingkat kering udara,
sedangkan bahan yang mengandung minyak atsiri yang sukar menguap,
biasanya dikeringkan lebih lanjut. (Ketaren, 1985).
7

BAB 3
METODE PENELITIAN

3. 1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan selama empat bulan di Laboratorium Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret.

3.2 Alat

1. Ekstraktor soxhlet 10. Termometer


2. Labu leher tiga 11. Ember
3. Pemanas mantel 12. Erlemeyer
4. Pendingin bola 13. Pendingin lurus
5. Pompa dan selang 14. Kertas saring
6. Timbangan digital 15. Karet sumbat
7. Statif dan Klem 16. Labu leher satu
8. Bola hisap 17. Gelas beker
9. Pipet tetes 18. Piknometer

3.3 Bahan
1. Bunga Krisan
2. Petroleum Eter
3. Etanol 96%
8

Skema rangkaian alat penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :

Keterangan:
1. Statif
2. Air pendingin keluar
3. Pendingin bola
4. Air pendingin masuk
5. Klem
6. Soxhlet
7. Sampel
8. Labu leher satu
9. Pemanas mantel

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi

Keterangan:
1. Pipa bengkok
2. Klem
3. Labu leher tiga
4. Pemanas mantel
5. Meja
6. Statif
7. Pendingin lurus
8. Pipa bengkok
9. Erlenmeyer
10. Air pendingin keluar
11. Air pendingin masuk
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Destilasi

3.4 Desain Penelitian


a. Proses ekstraksi bunga krisan dengan pelarut petroleum eter menggunakan
ekstraktor soxhlet
9

Bunga krisan tidak


lolos sortir

Pemotongan

Penjemuran bunga krisan


t = 1 hari

Petroleum eter Ekstraksi dengan


250 mL menggunakan soxhlet
T = 80

Destilasi
T = 80

Minyak
Pengukuran berat dan volume
minyak
10

b. Proses ekstraksi bunga krisan dengan pelarut etanol menggunakan


ekstraktor soxhlet
Bunga krisan tidak
lolos sortir

Pemotongan

Penjemuran bunga krisan


t = 1 hari

Etanol 96% Ekstraksi dengan


250 mL menggunakan soxhlet
T = 78

Destilasi
T = 78

Minyak
Pengukuran berat dan volume
minyak

3.5 Tahap Penelitian


1. Pembuatan minyak atsiri dari bunga krisan yang tidak lolos sortir dengan
pelarut petroleum eter.
a. Bunga krisan yang telah kering dihaluskan dan ditimbang sebanyak 25
gram pada gelas arloji yang sebelumnya telah diketahui beratnya.
b. Bunga krisan dibungkus dalam kertas saring kemudian dimasukkan
pada alat ekstraksi soxhlet.
c. Pelarut berupa petroleum eter sebanyak 250 mL dimasukkan dalam labu
leher satu.
d. Pemanas mantel dihidupkan, proses ekstraksi dijalankan pada suhu
sekitar 80 °C.
e. Amati refluks yang terjadi, proses ekstraksi dihentikan setelah 1,5 jam.
f. Ekstrak yang dihasilkan dipisahkan pelarutnya dengan proses distilasi.
h. Pemanas mantel dihidupkan, proses distilasi dijalankan pada suhu
sekitar 80 °C.
11

i. Proses distilasi dihentikan setelah pelarut menguap semua dan terpisah


dari ekstrak (minyak).
j. Mengukur berat dan volume minyak yang dihasilkan.

2. Pembuatan minyak atsiri dari bunga krisan yang tidak lolos sortir dengan
pelarut etanol 96%.
a. Bunga krisan yang telah kering dihaluskan dan ditimbang sebanyak 25
gram pada gelas arloji yang sebelumnya telah diketahui beratnya.
b. Bunga krisan dibungkus dalam kertas saring kemudian dimasukkan
pada alat ekstraksi soxhlet.
c. Pelarut berupa etanol 96% sebanyak 250 mL dimasukkan dalam labu
leher satu.
d. Pemanas mantel dihidupkan, proses ekstraksi dijalankan pada suhu
sekitar 78 °C.
e. Amati refluks yang terjadi, proses ekstraksi dihentikan setelah 1,5 jam.
f. Ekstrak yang dihasilkan dipisahkan pelarutnya dengan proses distilasi.
h. Pemanas mantel dihidupkan, proses distilasi dijalankan pada suhu
sekitar 78 °C.
i. Proses distilasi dihentikan setelah pelarut menguap semua dan terpisah
dari ekstrak (minyak).
j. Mengukur berat dan volume minyak yang dihasilkan.

3. Uji densitas minyak atsiri yang dihasilkan


Menyiapkan piknometer yang telah diketahui beratnya. Selanjutnya
piknometer diisi minyak atsiri dari hasil ekstraksi bunga krisan dengan
menggunakan pipet tetes. Kemudian piknometer berisi sempel minyak
bunga krisan ditimbang kembali. Hasil penimbangan diperoleh massa
piknometer kosong dan massa piknometer yang berisi sampel minyak atsiri
bunga krisan yang digunakan untuk menghitung densitas minyak atsiri
bunga krisan. Densitas minyak atsiri bunga krisan dinyatakan dalam satuan
gr/ml. Rumus perhitungan densitas dapat dilihat dibawah ini.
Massa piknometer berisi minyak atsiri
Densitas =
Massa piknometer kosong

4. Menghitung Rendemen
Rendemen Rendemen dapat dihitung jika sudah mendapatkan hasil
minyak atsiri bunga krisan. Rumus perhitungan rendemen:
Massaminyak atsiri
Densitas = x 100 %
Massabunga kering
12

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4. 1 Anggaran biaya
Tabel IV.1 Ringkasan anggaran biaya PKM-P
No Jenis Pengeluaran Biaya pengeluaran (Rp.)
.
1 Peralatan penunjang 7.369.000
2 Bahan habis pakai 1.480.000
3 Biaya perjalanan 720.000
4 Lain – lain (administrasi, 2.015.000
publikasi, proposal, seminar dll)
Jumlah 11.584.000

4. 2 Jadwal kegiatan
Tabel IV.2 Jadwal kegiatan
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
No Jenis Kegiatan
Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi pustaka
Persiapan Bahan
2. dan Sampel
Pembuatan minyak
3. dengan cara
ekstraksi
Tahapan pengujian
4. Sampel
Evaluasi secara
5. umum
kegiatan
penelitian
6. Pengolahan data
Pembuatan draft
7. laporan akhir
13

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A.. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung:


ITB.

Astaningrum dan Djuwendah. 2015. Analisis Risiko Usahatani Bunga


Krisan Potong (Chrysanthenum indicum L.). Bandung: Universitas
Padjadjaran.

Guenter, E.. 1987. Minyak Atsiri . Jakarta: UI Press.

Guenther. E..2006. Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia.

Gunawan, W. 2009. Kualitas dan Nilai Minyak Atsiri, Implikasi pada


Pengembangan dan Turunannya. Semarang.

Ketaren. S.. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta.

Rukmana, R dan Mulyana, A. 1997. Krisan. Kanisius: Yogyakarta.

Rusli, Meika Syahbana. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. PT Agro


Media Pustaka: Bogor.
14

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Peralatan Penunjang
No material Justifikasi kuantitas Harga Jumlah
pemakaian satuan harga (Rp)
(Rp)
1. Timbangan Tempat 1 65.000 65.000
digital menimbang
2. Ember Wadah air 2 30.000 60.000
untuk
pendingin
bola
3. Labu leher 3 Wadah 2 250.000 500.000
pemanasan
4. Labu leher 1 Wadah 2 250.000 500.000
ekstraksi
5. Karet Penyumbat 4 10.000 40.000
sumbat

6. Erlenmeyer Wadah 2 100.000 200.000


250 ml destilasi
7. Kertas Pembungkus 2 8.000 16.000
saring bunga krisan
8. Gelas beker Wadah bahan 2 50.000 100.000
500 ml kering
9. Pendingin Pengembun 2 100.000 200.000
lurus uap
10. Statif Penopang 2 80.000 160.000
pendingin
lurus
11. Klem Penjepit 4 72.000 288.000
pendingin
lurus dan
pendingin
bola
12. Termometer Pengukur 2 45.000 90.000
suhu
13. Pemanas Pemanas pada 2 2.000.000 4.000.000
mantel saat ekstraksi
15

dan destilasi
14. Pipet tetes Memindahkan 2 10.000 20.000
larutan
15. Piknometer Wadah 2 150.000 300.000
minyak untuk
mengukur
densitas
16. Pendingin Pengembun 2 200.000 400.000
bola uap
17. Bola hisap Menghisap 2 75.000 150.000
larutan
18. Pompa Mempompa 2 80.000 160.000
air pendingin
19. Selang Mengalirkan 2 60.000 120.000
air pendingin
SUB 7.369.000
TOTAL

2. Bahan Habis Pakai

No. No. Material Justifikasi kuantitas Harga Jumlah


pemakaian satuan (Rp) harga (Rp)
1. Petroleum Bahan 1 liter 1.440.000 1.440.000
eter ekstrak
2. Etanol Pelarut 1 liter 40.000 40.000

SUB 1.480.000
TOTAL
3. Perjalanan

No Tempat keperluan Kuantitas Harga satuan Jumlah


tujuan (Rp) harga (Rp)

1. UNS-Pasar Belanja 4 kali 10.000/orang 120.000


Gede alat (3 Orang)
2. UNS-Pasar Belanja 4 kali 20.000/orang 240.000
Kembang bahan (3 Orang)
baku
3. UNS- Belanja 4 kali 30.000/orang 360.000
Kartasura bahan (3 orang)
kimia
SUB TOTAL 720.000

4. Lain – lain

No. Material Satuan Kuantitas Harga Jumlah Harga


16

Satuan (Rp) (Rp)


1. Dokumentasi set 1 99.000 99.000
2. Administrasi 4 30.000 120.000
3. Seminar 1 1.500.000 1.500.000
3. Proposal eks 5 30.000 150.000
5. HVS Rim 2 43.000 86.000
6. Alat tulis set 2 30.000 60.000
SUB TOTAL 2.015.000
TOTAL 11.584.000
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan Dan Pembagian Tugas

No. Nama Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


Studi Ilmu Waktu
(jam/hari)
1. Rizqi D3 Teknik Teknik 5 jam/hari Mengkoordinir
Triananda Kimia Kimia pelaksanaan
penelitian
2. Larasati Dian D3 Teknik Teknik 5 jam/hari Managemen
Permatasari Kimia Kimia alat dan bahan
3. 5 jam/hari Managemen
Keuangan
17

Anda mungkin juga menyukai