Anda di halaman 1dari 5

IV.

GAMBARAN RADIOLOGIS
Terdapat gambaran radiologis yang penting dalam edema paru. Gambaran
tersebut adalah penebalan septa interlobar yang biasa disebut septal lines atau
kerley lines, peribronchial cuffing, cairan di fisura, dan efusi pleura. Septa
interlobar biasanya tidak terlihat pada rontgen dada. Septa ini akan terlihat jika
terdapat akumulasi cairan di daerah tersebut.

Gambar 8. Anatomi Interstitium Paru


Terdapat beberapa Kerley lines, kerley lines A, garis ini akan muncul ketika
jaringan ikat di sekitar bronchoarterial sheath di paru berisi cairan. Panjannya
sekitar 6 cm dari hilus dan tidak sampai ke perifer paru. Kerley lines B, garis ini
biasanya disebut sebagai septal lines, garis ini akan muncul biasanya di basis paru
atau di sekitar sudut costofrenikus. Panjang garis horizontal ini 1-2 cm dengan
tebal hanya 1 mm. Kerley lines C merupakan Kerley lines B en face, merupakan
opasitas reticular pada basis paru. Kerley lines D, merupakan garis yang sama
dengan Kerley lines B, dan akan terlihat hanya pada lateral chest radiograph.
Peribronchial cuffing adalah penebalan dinding bronkus dan terlihat seperti
ringlike density. Peribronchial cuffing terjadi ketika terdapatnnya akumulasi

14
cairan di jaringan ikat sekitar dinding bronkus. Peribronchial cuffing bentuknya
ringerlike, kecil, multiple, seperti donat.

Gambar 9. [Gambar Atas] Kerley lines A (panah putih), Kerley lines B (kepala
panah putih), Kerley lines C (kepala panah hitam), [Gambar Bawah]
Peribronchial cuffing, pleural effusion.
Edema paru dapat diklasifikasikan menjadi edema peningkatan tekanan
hidrostatik, edema permeabilitas dengan kerusakan alveolus difus, edema
permeabilitas tanpa kerusakan alveolus difus, edema campuran. Edema paru
memiliki beberapa manifestasi radiologis yang bermacam-macam. Edema paru
post-obstruktif memiliki gambaran khas pada radiologi berupa septal line (Kerley
B lines), peribronchial cuffing, dan pada kasus yang lebih berat terdapat central
alveolar edema (perivascular hazzines). Edema paru dengan emboli kronis paru
bermanifestasi sebagai area dengan garis demarkasi yang tajam atau sharply

15
demarcated area dengan peningkatan ground-glass attenuation. Edema paru
dengan penyakit oklusi vena bermanifestasi dengan arteri paru yang besar, edema
interstitial difus dengan kerley lines, peribronchial cuffing, dan dilatasi ventrikel.
Pada stadium 1 edema paru pada pasien yang hampir tenggelam bermanifestasi
dengan kerley lines, peribronchial cuffing, dan patchy, konsolidari perihilar
alveolus; sedangkan pada stadium 2 dan 3 manifestasi radiologisnya tidak
spesifik. Edema paru pada ketinggian bermanifestasi sebagai edema interstitial
sentral yang berhubungan dengan peribronchial cuffing, dan konsolidasi patchy
rongga udara. Pada edema paru neurogenik manifestasinya bilateral dengan
konsolidasi homogen ruang udara yang hampir ditemukan pada 50% kasus.
Reperfusi edema paru digambarkan dengan konsolidasi heterogen ruang udara
yang predominan pada bagian distal menuju kanal pembuluh darah. Post reduksi
edema paru digambarkan dengan konsolidasi ipsilateral paru, sedangkan edema
paru dikarenakan emboli udara digambarkan dengan terstitial edema diikuti
bilateral opasitas pada alveolus yang predominan di basis paru.

Gambar 1. Ilustrasi Edema Paru

16
 Gambaran jantung pada foto rontgen dada adalah berupa
bayangan yang radioopak di tengah bayangan radiolusen paru. 
Jantung berisi darah yang densitasnya lebih besar dari udara sehingga
terbentuk bayangan yang relatif opak/putih (tapi kurang putih daripada
tulang) dan paru yang relatif lusen/hitam (tapi kurang hitam daripada
ujung-ujung film dimana tidak ada yang menghalangi).
 Proyeksi yang digunakan biasanya PA (posterio anterior, yaitu
film diletakkan di depan dan sinar ditembakkan dari belakang pasien),
dengan proyeksi ini maka tidak akan terjadi pembesaran (magnifying)
karena film terletak lebih dekat dengan jantung, sehingga ukuran
bayangan jantung bisa dibilang sama dengan ukuran sebenarnya.
 Proyeksi lainnya yang juga dipakai adalah Lateral dan Oblik.
 Bisa juga digunakan barium yang dimasukkan melalui esofagus
untuk mengetahui apakah terdapat pendorongan oleh jantung
(kemungkinan akibat pembesaran jantung).
Radiologi jantung normal (pada foto thorax PA)
 Diameter keseluruhan kurang dari setengah diameter transversal
toraks.
 Jantung pada toraks berada pada tiga perempat ke kiri dan
seperempat ke kanan dari tulang belakang.
 CTI= 40-50%
Radiologi jantung patologis (pembesaran jantung)
 Dikatakan terjadi pembesaran jantung jika Cardio Thoraxic
Index/Ratio > 50%.
CTI= (a+b) /c x100%
 Pembesaran Atrium Kanan : batas kanan jantung melebihi
sepertiga diafragma.
 Pembesaran Atrium Kiri : double contour (batas kanannya
seperti ada 2 buah), bronkus utama kiri terangkat dan aurikula atrium
kiri menonjol.
 Pembesaran Ventrikel Kanan : jantung membesar ke kiri dengan
apeks terangkat (di atas diafragma) dan segmen pulmonal ( arteri dan
vena pulmonalis) menonjol.
 Pembesaran Ventrikel Kiri : jantung membesar ke kiri dengan
apeks menekan/tertanam di diafragma, segmen pulmonal tidak
menonjol.

17
Radiologi pada penyakit kardiovaskuler lainnya:
 Penyakit jantung hipertensi : gambaran pembesaran ventrikel
kiri.
 Penyakit jantung kongestif : pembesaran jantung kiri dan kanan,
hilus melebar, corakan vaskuler meningkat.
 Penyakit jantung rematik (tersering mengenai katup
mitral ) : Mitral Insuffisiensi (MI) = gambaran pembesaran atrium kiri
dan ventrikel kiri,  Mitral Stenosis (MS) = gambaran pembesaran
atrium kiri dan ventrikel kanan.
 Penyakit jantung kongenital :  
ASD = gambaran pembesaran atrium kanan dan ventrikel kanan, arteri
pulmonalis melebar. VSD = gambaran pembesaran atrium kiri dan
ventrikel kiri (defek kecil), ditambah gambaran pembesaran ventrikel
kanan (defek besar).PDA = gambaran pembesaran atrium kiri, ventrikel
kiri, ventrikel kanan, serta hilus lebar.

18

Anda mungkin juga menyukai