Referat-Astigmatisma PDF
Referat-Astigmatisma PDF
PENDAHULUAN
Letak kelainan pada astigmatisma terdapat di dua tempat yaitu kelainan pada
kornea dan kelainan pada lensa. Pada kelainan kornea terdapat perubahan lengkung
kornea dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior- posterior
bola mata. Kelainan ini bisa merupakan kelainan kongenital atau didapat akibat
kecelakaan, peradangan kornea atau operasi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas :
- Kornea
- Humour aquous
- Lensa
- Vitreus humour
2
- Panjangnya bola mata. 1,2,3
2.2 Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya tidak terhingga akan terfokus pada retina,
demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi
benda dapat difokuskan pada retina atau macula lutea. Dengan berakomodasi,
maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi
adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot
siliari.Akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi
akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata
harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh reflex
akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada
waktu konvergensi atau melihat dekat.1
3
2.2.1 Mekanisme Akomodasi
1. Teori Helmholzt : Kalau mm. siliaris berkontraksi, maka iris dan badan
siliare, digerakkan kedepan bawah , sehingga zonulla zinii jadi kendor,
lensa menjadi lebih cembung, karena elastisitasnya sendiri. Banyak yang
mengikuti teori ini.
2. Teori Tschering : Bila mm, siliaris berkontraksi, maka iris dan badan
siliaris digerakkan kebelakang atas sehingga zonula zinii menjadi tegang,
juga bagian perifer lensa menjadi tegang sedang bagian tengahnya
didorong kesenteral dan menjadi cembung.1,2
2.3 Emetropia
Mata dengan sifat emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi
pembiasan sinar mata dan berfungsi normal.1
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan
sempurna di daerah macula lutea tanpa bantuan akomodasi .Bila sinar sejajar
tidak difokuskan pada macula lutea disebut Ametropia.1,2
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Bila media penglihatan seperti kornea, lensa , dan bada kaca keruh maka sinar
tidak dapat diteruskan ke macula lutea. Pada keadaan media penglihatan keruh
maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6. 1
4
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran
depan dan kelengkunagn kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai
daya pembiasan sinar tekuat dibanding bagian mata lainnya.Lensa memegang
peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila
melihat benda yang dekat.Panjang bola mata sesorang dapat berbeda-beda.Bila
terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau
adanya perubahan panjang (lebih panjang lebih pendek) bola mata maka sinar
normal tidak dapat terfokus pada macula.Keadaan ini disebut sebagai emetropia
yang dapat berupa miopia, hipermetropia atau astigmatisma.1
5
2.4 Ametropia
6
a) Ametropia aksial
Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang,
atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di
belakang retina. Pada miopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena
bola mata lebih panjang dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan
dibelakang retina.1,2
b) Ametropia Refraktif
Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata.
Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopi) atau
bila daya bias kurang maka bayangan benda akan terletak di belakang retina
(hipermetropia refraktif).1,2
a. Miopia
b. Hipermetropia
c. Astigmat
d. Presbiopia 1,2,3,4
7
2.5 MIOPIA
8
Kornea : lengkung kornea
Lensa : subluksasi atau katarak imatur
Cairan mata : daya bias bertambah (Daibetes Melitus)
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal. Miopia jenis ini biasanya
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
Anak –anak membaca terlalau dekat maka berkonvergensi
berlebihan , muskulus rektus internus berkontraksi berlebihan, bola
mata relatif terjepit oleh otot mata sehingga bagian lemah akan
memanjang.
Muka yang lebar menyebakan konvergensi berlebihan bila
mengerjakan pekerjaan dekat.
Bendungan , peradangan, dan menyababkan tekanan tinggi,
terutama bila membaca sambil tidur, tengkurap, terlalu menunduk.
1,2,3
9
2.5.3 Gejala miopia
Pupil midriasis
Vitreous floaters = obscuratio corpus vitreus ( badan kaca mencair ).
Stafiloma sklera posterior
Fundus tigroid
Kresen myopia
Perdarahan ke vitreus
Ablatio retina
Forster – Fuchs ( proliferasi sel pigmen )
Bola mata yang mungkin lebih menonjol
Bilik mata depan dalam2
Gejala Subjektif :
Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasia pigmen epitel
dan perdarahan atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi
degenerasi papil saraf optik.1
10
astenopia konvergensi. Bila kedudukan ini menetap maka penderita akan
terlihat juling ke dalam atau esotropia.1
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya
ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat
mata berkonvergensi terus menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi
satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia. 1
2.6 Hipermetropia
2.6.1 Definisi
11
Gambar 4.1 Hipermetropia
2.6.3 Pengobatan
– Bila foria/tropia tak ada, gunakan lensa sferis positif terkuat yang bisa
memberikan tajam penglihatan terbaik.
12
2.7 Astigmatisma
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis
pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari
satu titik.3
13
2.7.2Epidemiologi
14
Bola mata bentuknya merupai kistik yang dipertahankan oleh adanya
tekanan didalamnya. Walaupun secara umum bola mata dikatakan bentuknya
bulat atau globe namun bentuknya tidak bulat sempurna.
Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang didalamnya terdapat bola
mata, otot-otot ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah. Tiap-tiap
tulang orbita berbentuk menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya
meruncing pada daerah apeks dan optik kanal.1
15
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam
untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan
suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas
cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan
kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.
16
sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20
kaki) dianggap sejajar saat mencapai mata.
2.7.6 Etiologi
1. Kelainan kornea
Perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau
pemanjangan diameter anterior posterior bola mata.Bisa merupakan
kelainan kelainan kongenital/akwisita, akibat kecelakaan, peradangan atau
operasi. 1
2. Kelainan Dilensa
Kekeruhan lensa, biasanya katarak insipienatau imatur.Axis visual
disini tidak dapat diatasi dengan lensa, harus menunggu sampai saatnya
tiba untuk operasi lensa. 1,2,3
17
Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4
i. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.
Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar
adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,
sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan
pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan
tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior
bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena
kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan
kornea serta akibat pembedahan kornea.
ii. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa.
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa
kristalin juga semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin
akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.
iii. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty
iv. Trauma pada kornea
v. Tumor
2.7.7 Klasifikasi
18
1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua
bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada
salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang
yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris
yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal.
Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan
penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme
regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
i. Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang horizontal.
ii. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang vertikal.
2) Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme
dibagi sebagai berikut:
19
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan
titik B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari
daya bias terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias
terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah
Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki
angka yang sama.
20
3. Astigmatisme Miopia Kompositus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan
titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.
21
5. Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan
titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y,
di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X
menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
22
2.7.8 Tanda Dan Gejala
2.7.9 Diagnosis
1) Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah
berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau
kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila
ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada
23
pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila
ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan
media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.4,5
2) Uji refraksi
i. Subjektif (Optotipe dari Snellen & Trial lens)
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda „trial and error‟
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan
mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-
masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila
dengan lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5,
6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila
dengan pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan
kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan
5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia. Bila setelah pemeriksaan
tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal mungkin
pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji
pengaburan (fogging technique).4,5,6
ii. Objektif
- Autorefraktometer
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini
mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.
24
- Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat
berharga namun mempunyai keterbatasan.
3) Uji pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90°
yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau
lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°. Perlahan-lahan kekuatan
lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat
vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua
juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang
ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-
lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.4,5
G
a
m
b
a
r
8
Gambar 6.8 Kipas Astigmat
25
4) Keratoskop
Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.
Pemeriksa memerhatikan imej “ring” pada kornea pasien. Pada
astigmatisme regular, “ring” tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme
irregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.6,7
5) Javal ophtalmometer
Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, dimana
akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.6,7
2.7.10 Terapi
1) Koreksi lensa
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa
silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus
akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan
akan bertambah jelas.
2) Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa
kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi
datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan
sesuai dengan standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi
pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran
permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa
kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea
tertutup rata dan terisi oleh film air mata.
3) Bedah refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:8,9
Radial keratotomy (RK)
26
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di
parasentral. Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea
dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona
optik, angka dan kedalaman dari insisi.
Photorefractive keratectomy (PRK)
Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan
ablasi laser pada pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan
yang biasa terjadi setelah photorefractive keratectomy dan setelah
beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi
kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu
sebelum operasi.
Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu
titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang
saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan
permukaan kornea. Pada mata dengan astigmat lengkungan jari-jari
meredien yang tegak lurus padanya. 1,2,3
27
dengan silinder negative dilakukan dengan sumbu tegak lurus lurus
(60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-
150derajat).Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada
meredien horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea
vertical. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut. 1,2,3
Pengobatan dengan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh atau
lensa kontak lembek bila disebabkan infeksi,trauma dan distropi untuk
memberikan efek permukaan yang ireguler.1,2,3
28
Sferis Silindris Diagnosis Sketsa
(-) Miopia simpeks
(+) Hipermetrop
simpleks
(+) Astigmatisma
Hipermetrop
simpleks
29
2.8 PEMERIKSAAN REFRAKSI
a. Oftalmoskop 1,2
bila terdapat kelainan refraksi, fundus tak dapat terlihat jelas, pada
funduskopi, terkecuali jika diputarkan lensa koreksi pada lubang
penglihatannya. Besarnya lensa koreksi menetukan macam dan
besarnya kelainan refraksi secara kasar. Tetapi harus diperhitungkan
pula keadaan refraksi pemeriksanya
b. Retinoskope1,2
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak- anak, orang yang tak
dapat membaca, bisu karena tak dibutuhkan kerjasama dari penderita.
Dapat dilakukan cepat dan tepat.
Yang dinilai gerakan cahaya pada pupil yang disebut refleks fundus
Biasanya pasien duduk dengan jarak 50 cm dari pemeriksa. Dengan
memakai lensa bantu maka ukuran refraksi dapat ditentukan.
c. Autorefraktometer1,2
d. Keratometer, untuk lensa kontak1,2
30
2.8.2 Pemeriksaan refraksi secara subjektif
31
penglihatan perifer merupakan kemampuan menangkap adanya benda, gerakan,
atau warna objek di luar garis langsung penglihatan.1,2
32
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang
menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasaien adalah
6/30
3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang
menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50
4. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat
pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat
dilihat pada jarak 60 meter
5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen,
maka dilakukn uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang
normal pada jarak 60 meter
6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60
dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai
1/60 , yang berarti hanya dapat menghitung jari pad ajarak 1 meter.
7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam
penglihatan pasien yang lebih buruk dari pada 1/60. Orang normal
dapat melihat gerakan atau lambain tangan pada jarak 1 meter,
berarti tajam penglihatannya adalah 1/300
8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan
tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai
tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar
pada jarak tidak berhingga.
9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka
dikatakan penglihatannya adalah 0/ buta nol.1,2,3
Hal di atas dapat dilakukan pada orang yang telah dewasa atau dapat
berkomunikasi. 1,2,3
33
Bila seseorang diragukan penglihatannya berkurang akibat kelaianan refraksi,
maka dialkuakn uji Pinhole.
o Bila deilakukan uji Pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada
kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kaca mata.
o Bila penglihatan berkurang dengan diletakkannya pinhole di depan
mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan
yang mengakibatkan penglihatan menurun. 1,2,3
Pada seseorang yang terganggu akomodasinya atau adanya presbiopia, maka
apabila melihat benda-benda yang sedikit didekatkan akan terlihat kabut.1,2,3
34
5 bulan : objek yang menarik akan diambil dan dibawa ke mulutnya
dan akan menangis bila di tinggal ibunya.
6 -7 bulan : sudah dapat melihat jauh .
8 bulan : lebih sensitif terhadap perubahan situasi, seperti
perhatian terhadap orang sekitarnya, sudah ada memori dan
identifikasi seperti panggilan nama dan akan menangis melihat susu..
10 bulan : memberikan respon terhadap perubahan situasi .
21 bulan : orientasi ruang semakin bertambah .
24 bulan : sudah dapat berlari tanpa jatuh .
3 tahun : dapat diperiksa dengan E Chart .
5 tahun : sudah dapat diperiksa dengan huruf Snellen.2
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
36
DAFTAR PUSTAKA
3. Riordan P. Whitcher P John Eva. Optik dan refraksi dalam : Vaugan dan
Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC.2009.
37