Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai, hingga alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Waktu yang di butuhkan adalah 6-8 minggu. Selama proses
ini system tubuh ibu akan mengalami berbagai proses ini system tubuh ibu akan mengalami
berbagai proses penyesuaian untuk menjadi normal kembali. Beberapa gangguan dapat muncul,
tergantung dari jenis persalinan dan faktor perorangan lainnya. Gangguan yang sering muncul pada
masa nifas adalah proses laktasi yang umumnya dialami oleh ibu baru (ibu yang baru mempunyai
anak untuk pertama kalinya) dengan berbagai faktor penyebab kadang terdapat gangguan seperti
bendungan ASI.
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi letal, payudara sering
mengalami distensi, menjadi keras dan benjol-benjol. Keadaan ini, yahng lazim dikenal sebagai
pembendungan air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan nyeri yang cukup hebat dan bisa
sertai dengan kenaikan suhu yang sepintas. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena
normal yang berlebihan dan penggembungan linfatik dalam payudara, yang merupakan precursor
regular untuk terjadinya laktasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar ibu nifas dengan bendungan ASI ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pasa ibu nifas dengan bendungan ASI ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui penanganan dalam pembendungan ASI.
2. Agar mahasiswa mengetahui tanda-tanda klien pada pembendungan.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui terapi pada pembendungan ASI.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan pembendungan ASI.

BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Anatomi Payudara


Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kelenjarpayudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Gambar 1. Anatomi payudara

2.2 Fisiologi Laktasi


Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya belum
keluar karea masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
perasalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun drastis, sehingga prolaktin lebih dominan
dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan
putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar.
Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu Reflek prolaktin
dan Reflek let down.
a. Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi.
Pascapersalinan, yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen
dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan payudara karena
ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan
ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar
prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan rangsangan
puting susu.
b. Reflek let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk
melalui duktuslactiferus masuk ke
mulut bayi.Kontraksi.dari.sel.akan.memeras.air.susu.yang.telah.terbuat keluar.

2.3 Definisi Bendungan ASI


Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu.
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2005).
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan linfa pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini disebabkan dari saluran system laktasi. Payudara
bengkak ini sering terjadi pada hari ke 3 atau ke 4 sesudah melahirkan. Status pada pembuluh
darah dan limfe akan mengakibatakan meningkatnya tekanan intradukfal yang akan
mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat
akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang nyeri. Kemudian diikuti penurunan produksi ASI
dan penurunan reflek let down. BH yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement,
demikian pula putting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.

2.4 Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau tiga hari ketika payudara telah
memproduksi air susu dengan lancar. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan,
hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu
menyusui. (Sarwono, 2009)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:


a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan,
maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif
mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya
dan terjadi bendungan ASI.
d. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
e. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak
dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya
ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
2.5 Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesterone turun dalam 2-3 hari.
Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone
(prolaktin) waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hifofisis. Hormone ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Reflex ini timbul ketika bayi menyusui. Pada permulaan nifas apabila bayi belum
menyusu dengan baik, atau kemudian apa bila kelenjar-kelenjar tidak di kosongkan dengan
sempurna, terjadi pembendungan air susu.

2.6 Manifestasi Klinis


Bedakan antara payudara dengan bendungan ASI dengan payudara bengkak.
Pada payudara bengkak :
a. Payudara udem
b. Sakit
c. Putting susu kencang
d. Kulit mengkilap merah
e. ASI tidak keluar
f. Badan menjadi demam setelah 24 jam.(Vivian nanny, 2011)

Pada payudara dengan bendungan ASI :


a. Payudara terlihat bengkak.
b. Payudara terasa panas.
c. Payudara terasa keras.
d. Terdapat nyeri tekan pada payudara. (Prawirohardjo, 2005)

2.7 Komplikasi

a. Payudara bengkak (Engorgement)


Payudara terasa lebih penuh/ tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan
akibat statis di vena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Sering terjadi
pada payudara yang elastisitasnya kurang. Bila tidak dikeluarkan, ASI menumpuk pada payudara
sehingga aerola mamae menjadi lebih menonjol, putting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit
payudara Nampak lebih merah mengkilat, ibu demam, dan payudara terasa nyeri sekali.
b. Saluran ASI tersumbat (Obstruktive Duct)
Terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran air susu yang dapat disebabkan tekanan jari waktu
menyusui . pemakaian BH terlalu ketat, maupun komplikasi payudara bengakak yang berlanjut
sehingga ASI dalam saluran air susu tidak segera dikeluarkan dan menjadi sumbatan
c. Radang payudara (Mastitis)
Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minghu setelah persalinan sebagai komplikasi
sumbatan saluran air susu. Biasanya diawali dengan putingsusu lecet/ luka. Gejala yang biasa
diamati kulit merah, payudara lebih keras, serta nyeri dan berbenjol-benjol
d. Abses payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan. Sakit ibu tampak lebih parah,
payudara lebih merah mengkilat, benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih penuh atau bengkak
berisi cairan. (Kapita Selekta, 2001 : 323-325)
2.8 Penatalaksanaan
1. Jika ibu menyusui:
a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan
bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras.
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada
awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi
belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut.
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan
dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-
lahan turun ke arah puting susu.
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
g. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

2. Jika ibu tidak menyusui :


a. Gunakan bra yang menopang
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
c. Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
e. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
3. Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah :
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping,
kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari
payudara.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi
kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara
kanan.
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan
kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

4. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:


a. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
b. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
c. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d. Gunakan BH yang menopang
e. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan
hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk
sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan
pijatan.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Penegakan Diagnosa


- Pengumpulan data
a. Identitas
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, bahasa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan.
b. Keluhan utama
Pada umumnya klien mengeluh payudara terasa tegang dan nyeri.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, Hepatitis,
penyakit kelamin atau abortus, riwayat lalu tidak pernah menderita.
- Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada post partum didapatkan payudaranya terasa tegang dan nyeri karena belum ditetekan
ke bayinya.
- Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti adanya penyakit jantung, hipertensi, DM,
keturunan bayi kembar, TBC, hepatitis, penyakit kelamin dan abortus. Memungkinkan penyakit
tersebut ditularkan pada klien.
- Riwayat psikososial
Pada klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin
meningkat dan membuat harga dirinya rendah.

d. Pola-pola fungsi kesehatan


- Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang bendungan ASI dan cara pencegahannya,
penanganan serta perawatannya dan kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
- Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena pengaruh dari keinginan
menyusui bayinya.
- Pola aktifitas
Klien dapat melakuakan aktifitas seperti biasanya, terbatas apa aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, cepat lesu. Pada klien nifas di dapatkan keterbatasan
aktifitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
- Pola eleminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan sering/sudah kencing selama nifas yang
ditimbulkan karenya terjadinya oedema dari trigono yang menimbulkan obstruksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
- Pola tidur dan istirahat
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran bayi dan
nyeri epis setelah persalinan.
- Pola hubungan peran
Peran klien dalam keuarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
- Pola penanggulangan stess
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas atas bendungan ASInya dan cara menetek yang
benar.
- Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien nifas merasakan nyeri pada perineum akibat. Luka jahitan dan nyeri perut akibat
involusi uteri. Pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurang pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
- Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilannya, lebih-lebih menjelang persalinan
dampak psikologis, klien terjadi perubahan konsep diri antara lain body image dan ideal diri
- Pola produksi seksual
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual/fungsi dari seksual yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
- Pola tata nilai dan keperawatan
Biasanya saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal
ibadahnya karena harus bedrest totl setelah partus sehiangga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya.
e. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya closma gravidarum
dan apakah ada benjolan.
- Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar gondok karena dalam proses menelan
yang salah.
- Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan
selaput mata pucat (anemia) karena prises persalinan yang mengalami perdarahan, sclera kuning.

- Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya adakah cairan yang keluar
dari telinga.
- Hidung
Ada polip atau tidak dan apabila pada saat ppost partum mengalami pernafasan cuping hidung.
- Dada
Terdapat adanya pembedaran pada payudara, adanya hipopigmentasi aerola mamae dan papilla
mamae.
- Abdomen
Pada klien nifas, abdomen kendor kadang-kadang striac masih terasa nyeri, fundus uteri 3 jari
bawah pusat.
- Genetalia
Pengeluaran darah campur lender, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekonium
yautu feses yang di bentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
- Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture.
- Ekstremitas
Pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
kerenapenyakit jantung/ginjal.
- Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya tejadi keterbatasan gerak dan aktifitas karena adanya luka
episiotomy.
- Tanda-tanda Vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh menurun.

3.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan bendungan ASI
Tujuan :
a. Nyeri berkurang/hilang
b. Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman
c. Bendungan ASI dapat berkurang/hilang
Intervensi :
a. Ajarkan teknik relasksasi
b. Kompres pada area nyeri
c. Kolaborasi pemberian obat analgetik
d. Lakukan pengurutan yang dimulai dari puting ke arah korpus mamae untuk mengurangi
bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara
Rasional :
a. Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi rasa nyeri
b. Kompres hangat akan membantu melancarkan peredaran darah pada area nyeri
c. Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa nyeri
d. Proses pengurutan akan membantu melancarkan peredaran darah pada area nyeri.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


Tujuan :
a. Intake nutrisi adekuat
b. Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa menyusui
Intervensi :
a. Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
b. Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui
c. Jika perlu berikan tambahan multi vitamin

Rasional :
a. Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan bagi pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya
b. Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk lebih
memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
c. Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan

3. Cemas berhubungan dengan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan payudara


Tujuan :
a. Klien tidak merasakan cemas lagi
b. Klien mengerti tentang cara perawatan payudara
c. Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang perawatan payudara
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu tentang penyebab dan cara mengatasi bendungan ASI.
b. Anjurkan ibu dan ajari ibu untuk melakukan perawatan payudara.
c. Ajari ibu meneteki yang benar.
d. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya lebih sering pada kedua payudaranya secara bergantian.
e. Anjurkan ibu untuk memberi kompres hangat pada payudara sebelum ditetekkan.
Rasional :
a. Pengetahuan yang benar akan menambah kooferatif ibu.
b. Dengan memperaktekkan secara langsung dapar merubah perilaku ibu.
c. Dengan posisi yang benar dapat meningkatkan rangsangan ASI secara maksimal.
d. Dengan menyusui lebih sering aka merangsang ASi keluar dengan lancar.
e. Dengan kompres hangat merangsang produksi ASI.

4. Ketidakefektifan pemberian ASI, berhubungan dengan terhentinya menyusui, sekunder akibat:


bendungan ASI.
Tujuan :
a. Ibu akan mengaku percaya diri dalam menerapkan aktifitas menyusui yang memuaskan dan
efektif
b. Ibu akan memperlihatkan aktifitas menyusui yang efektif secara mandiri
Intervensi :
a. Kaji adanya faktor penyebab munculnya kesulitan atau ketidakpuasan
b. Ajarkan bagaimana memeras, menangani, menyimpan, dan mengirimkan ASI dengan aman.
c. Pastikan mulut bayi berada pada posisi yang tepat di payudara.
Rasional :
a. Mengatasi faktor penyebab terlebih dahulu dapat mengurangi ketidakefektifan.
b. Memudahkan dalam pemberian ASI, tanpa menggunakan susu formula.
c. Mencegah ASI terbendung.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan menjalani posisi biasa, sekunder akibat: Nyeri
pada payudara.
Tujuan :
a. Individu akan mengatakan keseimbangan optimal antara istirahat dan aktifitas
Intervensi :
a. kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan istirahat pasien
b. kaji faktor-faktor penyebab gangguan pola tidur
c. berikan lingkungan yang nyaman
d. beri kesempatan ibu mengungkapkan perasaannya
e. Ajarkan untuk mandi air hangat sebelum tidur.
Rasional :
a. untuk mengetahui tingkat kebutuhannya sehingga terpenuhi pola istirahatnya.
b. mengetahui penyebab sehingga dapat tidur dengan baik.
c. untuk memberi kenyamanan dan ketenangan pasien
d. Untuk terapi psikis dan mengurangi beban pkiran dan membantu mengatasimasalahnya
e. Relaksaki dapat membuat tidur lebih nyenyak.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN BENDUNGAN ASI

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama : Ny. R
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bali/Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMU
: Jl. Nangka, Denpasar. Bali
No. RM : 25 12 13
Tanggal Masuk RS : 30 November 2012

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. G
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Bali/Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
: Jl. Nangka, Denpasar. Bali
Hubungan dengan klien : Suami
2. STATUS KESEHATAN
a. Keluhan
 Keluhan Utama : Nyeri
 Keluhan saat Pengkajian : Klien mengatakan pengeluaran ASInya sedikit, payudara terasa
keras dan sakit saat menyusui .
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan ASInya sedikit dan payudara terasa sakit saat menyusui sejak 3 hari yang lalu,
payudara terasa keras dan tegang.
Klien mengatakan ini adalah anak pertama dan cemas akan bayinya karena bayinya menangis terus
menerus.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi, TBC, dll.

3. KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan jenis makanan nasi, sayur, dan lauk. Minum 5 gelas sehari. Ibu
mengatakan tidak ada keluhan pada saat makan dan tidak ada pantangan.
b. Eliminasi
Ibu BAK 6 - 8x sehari dan BAB 1 x sehari dengan tidak ada keluhan apapun.
c. Istirahat
Ibu mengatakan sulit tidur, tidur hanya kurang lebih 4 jam karena nyeri pada payudara.
d. Aktifitas
Ibu mengatakan aktifitasnya terbatas karena nyeri pada payudara.
e. Psikososial
Ibu merasa cemas karena ASInya keluar hanya sedikit sehingga bayi menangis terus menerus
serta cara melakukan perawatan payudara.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda vital :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Napas : 22 x/menit
- Suhu : 370C
3. TB dan BB : TB : 167 cm, BB : 55 kg.
4. Inspeksi
a. Muka : bulat, bersih, tidak oedem.
b. Mulut dan Gigi : bersih, bibir tampak pucat, tidak ada caries gigi, tidak ada stomatitis, gigi
lengkap, tidak ada gangguan menelan.
c. Leher : tidak ada pembendungan vena jugularis, kelenjar tiroid ataupun limfe yang
membengkak.
d. Payudara : Bentuk payudara tidak simetris kiri dan kanan, teraba keras, ada nyeri tekan, tidak
terdapat benjolan, pembesaran ada namun pada bagian kanan lebih besar dari yang kiri dan sudah
ada pengeluaran ASI ,namun puting susu sebelah kanan ibu tenggelam sedikit.
e. Abdomen : masih terlihat linea alba dan striae gravidarum, tidak teraba massa/tumor, tidak ada
nyeri tekan pada perut bagian bawah, tidak ada pembesaran hepar.
f. Ekstremitas : tidak ada udema, akral; hangat, tidak ada varises.
g. Genetalia : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tidak ada perdarahan, tidak ada oedem dan
varices pada vagina.
h. Jahitan dalam : 2 jahitan
i. Jahitan luar : 5 jahitan
j. Lochea : Serosa, kecoklatan, bau khas
k. Anus : tidak ada haemoroid

5. Data Penunjang
a. Riwayat persalinan
Tanggal : 27 November 2012 Jam : 10.15 WIB
Masa gestasi : 40 minggu
Komplikasi : Tidak ada
Plasenta : lengkap
Lahir : spontan
Berat : 2,800 gram
Tali pusat : panjang 30 cm
Insersio : Sentralis
Kelainan : Tidak ada
b. Perineum
Robekan di : mukosa vagina, otot bulbokavernosus
Jahitan dalam : 2 jahitan
Jahitan luar : 5 jahitan
c. Lama Persalinan Perdarahan
Kala I : 9 jam 5 menit 10 cc
Kala II : 20 menit 50cc
Kala III : 10 menit 90cc
Kala IV : 2 jam 100cc
Total : 11 jam 35 menit 250cc
Tindakan lain : Tidak dilakukan
Nilai APGAR : 1’ : 8 5’ : 9 10’ : 9

C. ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. DS : Klien mengatakan nyeri pada Bendungan Nyeri
payudara ASI
DO :
- P : Nyeri karena terbendungnya
ASI
- Q : Seperti Tertekan
- R : Daerah payudara kiri dan kanan
- S : skala nyeri 4
- T : Sewaktu-waktu
2. DS : Klien mengatakan cemas Kurang Cemas
karena ASI yang di keluarkan pengetahuan
sedikit. tentang
DO : Klien sering melamun perawatan
payudara
3. DS : Klien mengatakan kurang Nyeri pada Gangguan
tidur karena nyeri pada payudara payudara pola tidur
DO : Terlihat klien tampak
gelisah dan sulit tidur.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan bendungan ASI
2. Cemas berhubungan dengan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan payudara
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan menjalani posisi biasa, sekunder akibat: Nyeri
pada payudara.
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan e. Ajarkan teknik e. Teknik relaksasi akan
nyaman : nyeri perawatan 1 x 30 relasksasi sangat membantu
berhubungan Menit, klienf. Kompres pada area mengurangi rasa nyeri
dengan mengatakan : nyeri f. Kompres hangat akan
bendungan ASI d. Nyeri g.Kolaborasi membantu
berkurang/hilang pemberian obat melancarkan
e. Ibu dapat menyusui analgetik peredaran darah pada
bayinya dengan h.Lakukan pengurutan area nyeri
nyaman yang dimulai dari g. Pemberian obat
f. Bendungan ASI dapat puting ke arah analgetik bekerja
berkurang/hilang korpus mamae untuk mengurangi rasa nyeri
mengurangi h. Proses pengurutan
bendungan di vena akan membantu
dan pembuluh getah melancarkan
bening dalam peredaran darah pada
payudara area nyeri.

f. Jelaskan pada ibuf. Pengetahuan yang


tentang penyebab benar akan menambah
Setelah dilakukan dan cara mengatasi kooferatif ibu.
2. Cemas tindakan diharapkan : bendungan ASI. g. Dengan
berhubungan d. Klien tidakg. Anjurkan ibu dan memperaktekkan
dengan kurangnya merasakan cemas lagi ajari ibu untuk secara langsung dapar
pengetahuan e. Klien mengerti melakukan merubah perilaku ibu.
tentang perawatan tentang cara perawatan payudara.h. Dengan posisi yang
payudara perawatan payudara h. Ajari ibu meneteki benar dapat
yang benar. meningkatkan
f. Klien tidak bertanya-i. Anjurkan ibu untuk rangsangan ASI secara
tanya lagi tentang menyusui bayinya maksimal.
perawatan payudara lebih sering padai. Dengan menyusui
kedua payudaranya lebih sering aka
secara bergantian. merangsang ASi
j. Anjurkan ibu untuk keluar dengan lancar.
memberi kompresj. Dengan kompres
hangat pada hangat merangsang
payudara sebelum produksi ASI.
ditetekkan.

f. kaji tingkat
kelelahan dan
kebutuhan istirahat
pasien
g. kaji faktor-faktor
f. untuk mengetahui
penyebab gangguan tingkat kebutuhannya
Setelah dilakukan pola tidur sehingga terpenuhi
tindakan diharapakanh. berikan lingkungan pola istirahatnya.
Gangguan pola klien akan yang nyaman g. mengetahui penyebab
tidur berhubungan mengatakan i. beri kesempatan ibu sehingga dapat tidur
3. dengan kesulitan keseimbangan mengungkapkan dengan baik.
menjalani posisi optimal antara perasaannya h. untuk memberi
biasa, sekunder istirahat dan aktifitas j. Ajarkan untuk kenyamanan dan
akibat: Nyeri pada mandi air hangat ketenangan pasien
payudara. sebelum tidur. i. Untuk terapi psikis
dan mengurangi beban
pkiran dan membantu
mengatasimasalahnya
j. Relaksaki dapat
membuat tidur lebih
nyenyak.

https://id.scribd.com/doc/305169170/Askep-Ibu-Nifas-Dgn-Bendungan-Asi

Anda mungkin juga menyukai