Misi
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara dalam rangka mendorong
terwujudnya akuntabilitas dan transparansi
keuangan negara, serta berperan aktif dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan
transparan.
Nilai Dasar
- Independensi
- Integritas
- Profesionalisme
Sambutan Pimpinan BPK
Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan bimbingan-Nya, akhirnya Pimpinan dan Anggota BPK dapat menyusun Buku Memori Masa
Jabatan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2004-2009. Penerbitan buku ini sekaligus
menandai akhir kepemimpinan BPK tahun 2004-2009. Buku memori masa jabatan ini merupakan
dokumentasi ringkas dari seluruh perjalanan dan kiprah BPK dalam mendorong transparansi dan
akuntabilitas keuangan negara serta dalam membangun kapasitas kelembagaan BPK selama lima
tahun terakhir. Berbagai peristiwa penting yang telah dilakukan oleh BPK selama tahun 2004-2009
merupakan bagian dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia di bidang keuangan negara.
Kami berharap kinerja dan hasil pemeriksaan BPK serta langkah inisiatif BPK beyond the
call of duty selama lima tahun terakhir telah dapat memberikan manfaat dan sumbangsih bagi
percepatan perbaikan sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Kami berharap
pula pembangunan dan penguatan kapasitas kelembagaan yang telah dicapai selama ini mampu
membentuk dan menyediakan landasan yang kuat bagi BPK ke depan dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga pemeriksa tertinggi yang menerapkan praktek-praktek organisasi modern sejajar
dengan lembaga serupa pada tataran internasional. Agar tidak hanya sekedar menjadi cerita masa
lalu, kami mencatat rekam jejak BPK tahun 2004-2009 tersebut dalam buku Memori Masa Jabatan
BPK RI 2004-2009. Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi siapa saja
yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang kiprah BPK selama masa tersebut.
Buku memori masa jabatan ini dimulai dengan uraian tentang implikasi reformasi konstitusi
terhadap keuangan negara dan BPK serta rekaman awal dimulainya kepemimpinan BPK tahun
2004-2009 yang sudah mencatat sejarah tersendiri dalam hubungan ketatanegaraan antar lembaga
negara. Selanjutnya diulas tentang berbagai capaian BPK di bidang kelembagaan, pemeriksaan,
serta peran dan inisiatif BPK dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara.
Pembabakan tulisan diakhiri dengan berbagai aspek yang sampai dengan akhir jabatan kami belum
dapat diselesaikan dan menurut hemat kami perlu untuk diteruskan oleh Pimpinan dan Anggota BPK
selanjutnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun, nara sumber, para editor, dan kepada
semua pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran hingga buku ini diterbitkan.
“Historia vitae magistrae”, sejarah adalah guru kehidupan. Hanya sistem kekuasaan yang
didasari atas keinginan luhur untuk mewujudkan tujuan bernegara serta mempraktekkan secara
nyata tata-kelola yang baik yang akan mampu mengatasi tantangan masa depan. Marilah kita segenap
warga bangsa memahami dan belajar dari masa lampau dengan segala dinamikanya agar berpeluang
lebih besar untuk menciptakan masa depan yang lebih bermartabat bagi seluruh Bangsa Indonesia
tercinta.
Akhir kata, dengan menyerahkan Buku Memori Masa Jabatan BPK RI 2004-2009 ini, kami
mengakhiri pengabdian selama lima tahun dan sekaligus menghantarkan Pimpinan dan Anggota BPK
selanjutnya untuk memulai tugas di BPK. Kiranya BPK di masa mendatang dapat lebih meningkatkan
perannya dan terus menjadi pelopor keteladanan (leading by example) dalam mendorong transparansi
dan akuntabilitas keuangan negara.
RINGKASAN EKSEKUTIF
II UMUM
1. Buku Memori Masa Jabatan BPK RI 2004-2009 ini merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) kepada para pemangku kepentingan yang
telah memberikan kepercayaan untuk menunaikan amanat Pasal 23E UUD 1945 selama kurun
waktu 2004-2009. Buku ini menguraikan visi dan misi, rencana dan capaian, serta evaluasi dan
pertanggungjawaban pimpinan BPK 2004-2009. Tidak ketinggalan pula disajikan dampak hasil
pemeriksaan dan harapan masa depan dalam upaya mendorong transparansi dan akuntabilitas
keuangan negara. Gambaran perjalanan lima tahun terakhir ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi BPK selanjutnya dalam memulai pengabdiannya untuk mengemban amanat yang sama.
BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI
2. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai suatu lembaga negara dibentuk
berdasarkan UUD 1945 hanya untuk melakukan satu tugas, yaitu memeriksa pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara dan menyerahkan hasilnya kepada lembaga perwakilan
untuk pelaksanaan fungsi budget dan pengawasan. Semua itu ditujukan untuk mendorong
transparansi dan akuntabilitas keuangan negara dalam rangka penegakan good governance
yang merupakan pondasi utama bagi terciptanya demokrasi politik, pemerintahan dan ekonomi
yang sesungguhnya.
3. Amandemen UUD 1945, paket tiga Undang-undang di Bidang Keuangan Negara Tahun 2003-2004
dan UU No. 15 Tahun 2006 sebagai pengganti UU No. 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan telah memberikan landasan hukum yang kuat bagi BPK untuk menjadi lembaga
RIGKASAN EKSEKUTIF
pemeriksa yang bebas dan mandiri. Penguatan aspek hukum ini sekaligus menandai dimulainya
reformasi kelembagaan BPK.
5. Dengan terbitnya UU No. 15 Tahun 2006, Anggota BPK bertambah dua orang yang diangkat dan
ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 28/P/2007 tanggal 24 April 2007 untuk masa jabatan
2007-2012. Mereka adalah Dr. Ir. Herman Widyananda, S.E., M.Si. dan Drs. Sapto Amal Damandari,
Ak. Pada tahun terakhir masa jabatan BPK RI 2004-2009, BPK RI kehilangan Abdullah Zainie, SH,
Wakil Ketua karena meninggal dunia dan Irjen Pol. (Purn) Drs. Udju Djuhaeri, Anggota VII karena
mengundurkan diri. Sampai dengan akhir masa jabatan pada Oktober 2009, DPR tidak melakukan
penggantian. Ketua dan Anggota BPK mengambil alih tugas yang ditinggalkan untuk kelancaraan
pelaksanaan tugas.
Visi, Misi, Rencana Strategis dan Peranan BPK
6. Kehadiran BPK di tengah dinamika reformasi telah mendorong Pimpinan dan Anggota BPK untuk
merumuskan Visi, Misi, Rencana Strategis 2006-2010, serta peranan BPK masa kini dan
masa mendatang dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
7. Agar aktualisasi visi misi, rencana strategis, peranan BPK dapat tercapai secara optimal dan
mampu membangun BPK sebagai lembaga negara yang independen, berintegritas dan profesional,
BPK telah menyusun suatu konsep pengembangan dan penguatan lembaga BPK yang mencakup
sembilan elemen utama, yaitu: (1) Independensi dan Mandat; (2) Kepemimpinan dan Tata Kelola
Intern; (3) Manajemen Sumber Daya Manusia; (4) Standar dan Metodologi Pemeriksaan; (5)
Dukungan Kelembagaan; (6) Hubungan BPK dengan Pemangku Kepentingan; (7) Penyempurnaan
Berkelanjutan; (8) Kinerja Pemeriksaan; dan (9) Hasil Capaian dan Dampak. Sembilan elemen
tersebut merupakan building block (rancang bangun) suatu organisasi pemeriksa modern berstandar
internasional dan sekaligus merupakan elemen yang digunakan oleh International Organizations of
Supreme Audit Institutions (INTOSAI) dalam menguji dan menilai keandalan sistem pengendalian
mutu (SPM) suatu organisasi pemeriksa.
8. Buku Memori Masa Jabatan BPK 2004-2009 ini mengelompokkan capaian BPK atas sembilan
elemen tersebut dalam Bab IV Membangun Lembaga Menuju Pelopor Keteladanan (elemen 1 - 8)
dan Bab V Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas (elemen 9).
11. Meskipun semua persyaratan independensi BPK sudah tertuang dalam peraturan perundang-
undangan, namun dalam pelaksanaannya masih ada yang belum terwujud, yaitu (1) Pasal 10 Ayat
(1.b) UU No. 15 Tahun 2004 dan Pasal 9 Ayat (1.b) UU No. 15 Tahun 2006 tentang kebebasan akses
informasi, dimana BPK masih menemui kendala dalam mengakses data perpajakan dan (2) Pasal
35 UU No. 15 Tahun 2006 tentang anggaran BPK, dimana BPK masih mengajukan kebutuhan
anggarannya ke Pemerintah dan mengikuti program-program yang ditetapkan pemerintah dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran (DIPA) yang tidak sesuai dengan karakteristik tugas
pemeriksaan BPK..
12. Dalam rangka penegakan independensi dan mandatnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah
BPK telah mengajukan judicial review atas UU No. 28 Tahun 2007 sebagai perubahan UU No. 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah membatasi mandat
BPK untuk memeriksa data perpajakan. Meskipun Mahkamah Konstitusi tidak menerima
pengajuan judicial review, BPK telah menunjukkan kepada para pemangku kepentingan tentang
apa yang telah dilakukannya sesuai koridor hukum. Demikian pula halnya dengan pembatasan
pemeriksaan biaya perkara oleh Mahkamah Agung. BPK melakukan upaya hukum dan media
campaign untuk dapat melakukan pemeriksaan atas biaya perkara. Upaya ini telah membuahkan
hasil dengan diterbitkannya UU No. 3 Tahun 2009 sebagai perubahan UU No. 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung yang antara lain memberikan kewenangan kepada BPK untuk
memeriksa biaya perkara. III
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
14. Capaian penting dalam bidang ini antara lain (i) Peta Strategy BPK 2006-2010 yang dilengkapi
dengan Sistem Manajemen Kinerja berbasis Balanced Score Card, (ii) Laporan Keuangan BPK
diperiksa oleh KAP yang ditunjuk oleh DPR dan mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian
selama dua tahun buku terakhir dan sistem pengendalian mutu pemeriksaan BPK direviu oleh
BPK Belanda dengan hasil sangat positif, (iii) Penetapan Kode Etik dan Majelis Kode Etik dengan
anggota indenpenden dari kalangan profesi dan akademisi, (iv) penerapan sistem pengendalian
intern dan sistem pengendalian mutu serta Peningkatan fungsi satker yang melakukan reviu atas
hal tersebut.
Manajemen Sumber Daya Manusia
15. BPK menempatkan SDM sebagai titik sentral dalam organisasi. Kualitas hasil pemeriksaan
sangat tergantung pada kemampuan pemeriksa dalam merencanakan pemeriksaan, melakukan
pemeriksa sesuai dengan ketentuan yang ada, menganalisis informasi yang diterima, membuat
laporan dan melakukan tindak lanjut.
16. Capaian penting dalam bidang ini antara lain (i) cetak biru Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) dan pengembangan organisasi, (ii) penambahan jumlah dan kualitas SDM melalui proses
rekruitmen yang ketat. Jumlah SDM meningkat dari 2.823 pegawai (1164 di Kantor Pusat dan
RIGKASAN EKSEKUTIF
1159 di Kantor Perwakilan) pada 2004 menjadi 5.462 pegawai (2468 di Kantor Pusat dan 2994
di Kantor Perwakilan) pada 2009, (iii) pelaksanaan assessment center bagi seluruh pegawai, (iv)
pemberian penghargaan, percepatan kenaikan pangkat dan promosi bagi pegawai yang berprestasi
dan pemberian sanksi disiplin termasuk pemecatan terhadap pegawai yang melanggar disiplin,
(v) peningkatan kesejahteraan pegawai antara lain peningkatan remunerasi.
pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan dua tahun terakhir, BPK mendapat penghargaan
tertinggi dari Pemerintah. Hal ini merupakan wujud kepercayaan pemangku kepentingan atas
prestasi yang telah ditunjukkan dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara.
Peningkatan anggaran ini pada gilirannya mendukung BPK dalam melakukan pengembangan
kapasitas organisasi, SDM, serta pelaksanaan pemeriksaan.
21. Dalam bidang hukum, BPK telah meningkatkan peran untuk melakukan penelaaahan aspek
hukum atas temuan pemeriksaan atau laporan hasil pemeriksaan BPK (legal due diligence);
(2) menyusun peraturan di bidang pemeriksaan keuangan negara sebagai aktualisasi sasaran
strategis BPK sebagai Pusat Regulator; (3) melakukan analisis hukum (legal review) (4)
memberikan advokasi hukum berupa litigasi, konsultasi hukum dan pendampingan hukum
terkait pemeriksaan maupun kelembagaan; (5) mengajukan permohonan pengujian undang-
undang (judicial review) kepada Mahkamah Konstitusi (MK) atas Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan; (6) penguatan peran BPK dalam mendorong penyelesaian kerugian negara
22. Pengembangan organisasi dan kantor perwakilan BPK yang tersebar di seluruh provinsi telah
menempatkan Teknologi Informasi (TI) sebagai elemen dukungan kelembagaan yang sangat
SHQWLQJ XQWXN PHQLQJNDWNDQ SURGXNWLYLWDV HÀVLHQVL GDQ HIHNWLYLWDV NHUMD -LND SDGD PDVD
sebelumnya pemanfaatan TI masih terbatas sebagai pemenuhan sarana prasarana TI, maka
pada 2004-2009 pembangunan TI ditujukan untuk mendukung pencapaian rencana strategis BPK
dan mendukung peran BPK dalam melakukan pemeriksaan. Beberapa capaian penting adalah
sebagai berikut: (1) Ratio jumlah notebook terhadap jumlah pegawai adalah 1:6,55 pada 2004
menjadi 1:2,89 tahun 2009, (2) peningkatan jaringan dan teknologi komunikasi, (3) pengembangan
aplikasi pendukung pemeriksaan, seperti Aplikasi PMP, Database Pemeriksaan, Sistem Informasi
Kerugian Negara, dan aplikasi EDFN RIÀFH (4) penyediaan alat bantu dan sumber daya audit,
seperti teknologi Geographic Information System (GIS) dan Remote Sensing (RS)
23. Pembenahan bidang sarana dan prasarana mencakup kewajiban BPK untuk membuka kantor
perwakilan di 33 provinsi. Pada tahun 2004, BPK memiliki 7 kantor perwakilan di 7 provinsi.
Saat ini BPK telah memiliki kantor perwakilan di 33 provinsi. Hal ini berarti dalam tempo empat
tahun, BPK 2004 – 2009 telah berhasil menjalankan amanat konstitusi untuk membuka 26 kantor
perwakilan. Penambahan jumlah kantor perwakilan sekaligus membuat aset BPK meningkat
tajam dari Rp204milyar pada 2004 menjadi Rp2,7 triliun pada 2009 atau mengalami kenaikan
lebih dari 1.125 kali.
revisi. DPR telah menerima usulan BPK untuk membentuk Badan Akuntabilitas Keuangan Negara
(BAKN) dan perlu segera diatur mekanisme kerja degan BPK.
VI
26. Hubungan antara BPK dengan pemerintah ditandai dengan semangat bersama untuk menciptakan
tata pemerintahan yang berwibawa dengan fungsi dan peran masing-masing. Hal ini sejalan dengan
sasaran strategis BPK untuk mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Dalam kaitan ini, BPK telah melakukan kerjasama dengan
Departemen Keuangan dalam rangka pemeriksaan melalui sistem jaringan komunikasi data dan
dengan LAPAN dalam pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh.
27. Hubungan BPK dengan penegak hukum merupakan salah satu wujud upaya BPK dalam membantu
pemberantasan korupsi. Tugas BPK adalah memeriksa bukan terjun langsung memberantas
korupsi yang merupakan ranah penegak hukum. Namun demikian, dalam hal pemeriksaan BPK
menemukan indikasi tindak pidana, BPK berkewajiban melaporkannya kepada penegak hukum.
BPK telah melakukan penandatanganan MOU dengan aparat penegak hukum – KPK, Kepolisian
dan Kejaksaan Agung- agar koordinasi antar instansi dalam mengatasi tindak pidana korupsi
semakin baik. BPK juga melakukan kerjasama dengan PPATK.
28. Pemangku kepentingan yang berperan besar menanamkan budaya dan perilaku transparan dan
akuntabel dalam pengelolaan keuangan negara adalah kalangan media dan pers, baik nasional
maupun internasional. BPK senantiasa menyediakan akses informasi, termasuk melalui website
www.bpk.go.id, bagi media maupun masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai berbagai
kegiatan BPK, termasuk penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada para pemangku kepentingan.
Hanya dengan demikianlah, hasil kerja dan kinerja BPK dapat diketahui masyarakat luas sehingga
dapat turut meningkatkan partisipasi masyarakat luas dalam ikut mendorong transparansi dan
RIGKASAN EKSEKUTIF
30. Peningkatan hubungan dengan KAP dilakukan oleh BPK dalam rangka penggunaan pemeriksa
dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK sesuai pasal 9 UU
No. 15 Tahun 2004 dan pasal 9 UU No. 15 Tahun 2006 maupun penggunaannya untuk melakukan
pemeriksaan keuangan negara selain untuk dan atas nama BPK. Untuk itu, BPK telah
mengeluarkan Keputusan BPK No 10/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Persyaratan Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik yang melakukan pemeriksaan keuangan Negara. Sampai dengan Agustus
2009, jumlah KAP yang terdaftar di BPK adalah sebanyak 109 KAP dengan 340 auditor dan telah
dipublikasikan dalam website BPK. BPK melakukan evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan
akuntan publik atas Laporan Keuangan (LK) BUMN, BUMD, dan BLU. Untuk itu, BPK telah
menerbitkan Keputusan BPK No 11/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Petunjuk Teknis Evaluasi terhadap
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
pelaksanaan pemeriksaan Akuntan Publik (AP) atas laporan keuangan. Pada tahun 2007, 2008,
dan sampai dengan September 2009, BPK telah mengevaluasi pelaksanaan pemeriksaan akuntan
publik masing-masing 10 AP atas LK BUMN Tahun Buku (TB) 2006, 11 AP atas LK BUMN dan
BLU TB 2007, dan 15 AP atas LK BUMN TB 2008.
Penyempurnaan Berkelanjutan
31. BPK selalu siap menyelesaikan permasalahan yang muncul setiap saat secara efektif, mengantisipasi
permasalahan potensial yang akan timbul secara memuaskan, dan memanfaatkan peluang serta
tantangan baru. Aspek penyempurnaan berkelanjutan mencakup penelitian dan pengembangan,
pengembangan organisasi, dan manajemen perubahan. Di antara ketiga bidang tersebut, BPK
telah menajamkan fungsi kelitbangan untuk mencakup ketiga jenis pemeriksaan BPK. Saat ini
BPK belum memiliki satker yang bertanggung jawab secara khusus untuk menangani manajemen
perubahan yang diperlukan untuk membantu transisi perubahan kelembagaan BPK dari UU No.
5 Tahun 1973 ke UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006.
Kinerja Pemeriksaan
32. Ditinjau dari sisi kinerja pemeriksaan secara individu, Standar dan Metodologi Pemeriksaan yang
disusun olen BPK telah menjamin adanya pengaturan, panduan dan kriteria yang harus dilakukan
untuk setiap tahapan pemeriksaan: perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan,
supervisi dan reviu, pelaporan hasil pemeriksaan dan pemantauan tindak lanjut, pemantauan
tindak lanjut pemeriksaan, dan evaluasi pemeriksaan. Hasil review secara uji petik oleh ARK
Belanda pada tahun 2009 terhadap 14 pemeriksaan BPK tahun 2007-2008, yang meliputi 8
pemeriksaan keuangan, 3 pemeriksaan kinerja dan 3 pemeriksaan dengan tujuan tertentu, secara
umum menyimpulkan bahwa kinerja pemeriksaan BPK sudah memadai, positif dan sesuai dengan
SPKN, Juklak dan Juknis Pemeriksaan serta sesuai dengan standar internasional dari IFAC,
INTOSAI dan ASOSAI.
menggariskan cakupan jumlah obyek pemeriksaan akan ditingkatkan secara bertahap dari 2%
pada 2006 sampai dengan 5% di Tahun 2010. Dalam hal pemeriksaan dengan tujuan tertentu, BPK
VIII mempertimbangkan sejumlah faktor seperti urgensi permasalahan yakni masalah yang menjadi
perhatian publik ataupun karena adanya berbagai kelemahan yang ditemukan pada pemeriksaan
/.33 VHKLQJJD PHPHUOXNDQ SHQGDODPDQ DWDV SHUPDVDODKDQ \DQJ PHQMDGL NXDOLÀNDVL RSLQL
PDTT dapat dikelompokkan menurut segmen laporan keuangan seperti pendapatan, belanja,
utang luar negeri ataupun tema pemeriksaan lain seperti dana perimbangan, manajemen hutan,
rehabilitasi hutan dan lahan, pelaksanaan subsidi, pengelolaan dan pertanggungjawaban dana
bantuan operasional sekolah (BOS). Guna merespon tuntutan publik dan upaya untuk membantu
pemberantasan korupsi, BPK memperkuat kelembagaan jenis PDTT dengan pembentukan unit
khusus bidang investigasi. Prestasi BPK di bidang pemeriksaan menghasilkan capaian penting
dengan adanya hasil pemeriksaan yang banyak mendapat perhatian publik seperti aliran dana
YPPI dan pemeriksaan Bank Indover.
+DVLO SHPHULNVDDQ NLQHUMD VHODPD OLPD WDKXQ PHQXQMXNNDQ EDKZD VHODLQ NHWLGDNHÀVLHQDQ
penggunaan anggaran dan ketidakefektifan pencapaian tujuan program/kegiatan, sebagian hasil
pemeriksaan kinerja juga mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan yang mengakibatkan kerugian negara/daerah, potensi kerugian negara/daerah,
kekurangan penerimaan, ketidakhematan, dan temuan yang bersifat administrasi.
37. Dalam kurun waktu dari Tahun 2006 sampai dengan 2008, BPK telah melakukan pemeriksaan
investigative atas 17 kasus dengan perincian lima kasus pada Tahun 2006, enam kasus pada
Tahun 2007 dan enam kasus pada Tahun 2008. Dari ke-17 kasus itu, dua kasus telah diputuskan
di pengadilan, yaitu pemeriksaan investigatif atas pelaksanaan APBD Pemerintah Kota Medan
RIGKASAN EKSEKUTIF
TA 2002-2006 dengan jumlah kerugian senilai Rp26,86 miliar dan pelaksanaan APBD Pemerintah
Kabupaten Kutai Kertanegara TA 2004-2006 dengan jumlah kerugian senilai Rp6,27 miliar.
38. Hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan BPK sampai akhir Semester
I TA 2009 terdapat 62.564 temuan senilai Rp2.956,06 triliun dengan jumlah 112.557 rekomendasi
senilai Rp2.181,39 triliun.
39. Hasil pemantauan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah atas 27.659 kasus pada semester
I Tahun 2009 adalah senilai Rp4,51 triliun, USD46,94 juta, JPY545,25 juta, AUD1,47 juta,
DFLS672,74 ribu, DM306,58 ribu, FFr32,29 juta, CA$1,17 juta, NLG182,97 ribu dengan tingkat
penyelesaian sebesar 39,49% senilai Rp1,14 triliun dan USD40.71 juta.
40. Sampai dengan Semester I Tahun 2009, Hasil Pemeriksaan (HP) BPK berindikasi unsur pidana
yang disampaikan kepada instansi berwenang sebanyak 223 kasus senilai Rp30,57 triliun dan
USD470.40 juta. Dari 223 kasus tersebut, Instansi Penegak hukum (Kejaksaan, Kepolisian dan
KPK) telah menindaklanjuti 132 kasus (59,19%) ke dalam proses peradilan yaitu penyelidikan
20 kasus (8,97%), penyidikan 15 kasus (6,73%), penuntutan 8 kasus (3,59%), putusan 37 kasus
(16,59%), dihentikan 10 kasus (4,48%), dan dilimpahkan kepada Kejaksaan Tinggi sebanyak 42
kasus (18,83%).. Untuk Semester I Tahun 2009, hasil pemeriksaan BPK yang berindikasi unsur
pidana yang diserahkan kepada instansi penegak hukum sebanyak 19 kasus senilai Rp340,29 miliar
dan USD94.64 ribu dengan rincian sebanyak delapan kasus senilai Rp92,09 miliar diserahkan
kepada Kejaksaan Agung serta sebanyak 11 kasus senilai Rp248,19 miliar dan USD94.64 ribu
diserahkan kepada KPK.
41. Selain melakukan tugas pemeriksaan dan pemantauan sebagai tersebut di atas, selama 2004-2009
BPK telah melaksanakan kewenangan memberi pendapat terkait penerapan SAP berbasis akrual,
penumpukan anggaran di akhir tahun, dan sistem pengendalian intern Pemerintah.
42. Dalam rangka mempercepat pembangunan sistem keuangan negara agar sesuai jiwa dan semangat
transparansi dan akuntabilitas yang tercermin dalam UU Tahun 2003-2004. BPK mengambil
enam inisiatif beyond the call of duty yang mempengaruhi eksekutif maupun legislatif, yaitu:
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
(1) memperluas objek pemeriksaan, baik pada sisi pendapatan maupun pengeluaran negara; (2)
mewajibkan terperiksa (auditee) menyerahkan management representation letter; (3) meminta
terperiksa menyusun rencana aksi untuk meningkatkan opini pemeriksaan laporan keuangan; (4)
membantu entitas pemerintah mencari jalan keluar untuk implementasi rencana aksi, termasuk
dalam mengatasi kelangkaan SDM melalui penggunaan tenaga BPKP atau mengirim pejabat
mendapat pendidikan di bidang pembukuan dan manajemen keuangan; (5) mendorong perombakan
struktural BLU, BUMN, dan BUMD agar lebih mandiri dan korporatis; serta (6) menyarankan
kepada DPR, DPD, DPRD untuk membentuk panitia akuntabilitas publik atau PAP.
43. Selain enam inisiatif tersebut BPK juga memiliki inisiatif khusus untuk membangun kelembagaan
keuangan daerah di lingkungan Provinsi Papua dan Papua Barat, yang meliputi bidang perencanaan
pembangunan, manajemen keuangan daerah serta teknologi informasi dan komunikasi untuk
dapat dicontoh dan diterapkan di daerah lain.
44. Dengan inisiatif BPK tersebut, pada 2008 sudah terlihat tanda-tanda positif perbaikan
sistem keuangan negara di Indonesia yaitu (1) sudah banyak instansi pemerintah pusat maupun
daerah yang menyerahkan rencana aksi perbaikan opini sistem keuangan kepada BPK; (2)
terjadi peningkatan opini LKKL, termasuk pada berbagai departemen besar seperti Departemen
Perindustrian, Departemen Keuangan, Departemen Pertahanan dan TNI, Departemen Pertanian,
dan Departemen Pendidikan Nasional; (3) terjadi peningkatan opini LKPD tahun 2006-2008;
(4) lembaga legislatif juga sudah memenuhi saran BPK untuk membentuk Badan Akuntabilitas
Keuangan Negara (BAKN) melalui UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD;
dan (5) Direktorat Jenderal Pajak sudah semakin terbuka untuk diperiksa BPK.
IX
X
DAFTAR ISI
Sambutan Pimpinan BPK i
Ringkasan Eksekutif ii
Daftar Isi x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Tujuan 2
1.3 Sistematika Penulisan 3
BAB III PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK 17
3.1 Pimpinan dan Anggota BPK 2004 – 2009 18
3.2 Visi dan Misi BPK 21
3.3 Renstra dan Implementasi Renstra BPK Tahun 2006 -2010 24
LAMPIRAN 115
XI
Daftar Lampiran
1
2
FG
Latar Belakang
P
impinan dan Anggota BPK RI tugas pokoknya dan dalam pembangunan
Tahun 2004–2009 yang diangkat kapasitas kelembagaan untuk menjadi
berdasarkan Keputusan Presiden organisasi modern-pelopor keteladanan dalam
No.185/M tanggal 19 Oktober 2004 mengakhiri menegakkan transparansi dan akuntabilitas
masa bhaktinya pada 19 Oktober 2009. keuangan ne-gara bagi instansi dan lembaga
Selama masa bhakti 2004-2009, BPK telah pemerintahan lainnya.
PENDAHULUAN
BAB I
RI 2004-2009 ini diharapkan
dapat menjadi masukan
bagi Pimpinan dan Anggota
BPK selanjutnya dalam
melakukan tugasnya. Dengan
demikian, diharapkan terjadi
kesinambungan kebijakan dan
berbagai kegiatan yang telah
berjalan dengan baik selama lima
tahun.
2
6
FG
besarnya kemakmuran rakyat.”
R
eformasi konstitusi dengan
amandemen UUD 1945 Dalam rangka memastikan dan
sebanyak empat kali telah meyakinkan pengelolaan keuangan negara
BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI
BAB II
negara memudahkan Pemerintah untuk
mengetahui setiap saat kondisi keuangannya
sendiri agar dapat melakukan pengaturan
perencanaan pendanaan pembangunan dan
memonitor pelaksanaannya dengan baik.
Krisis tahun 1997-1998 terjadi, antara lain,
karena Pemerintah tidak memiliki informasi
dan kontrol atas posisi keuangannya sendiri
yang tersebar di berbagai instansi dan BUMN/
Abdullah Zainie (Alm)-Wakil Ketua BPK 2004-2009
BUMD serta di berbagai rekening individu
jawab keuangan negara sehingga dapat pejabat negara.
melaksanakan fungsi bujet dan fungsi
Sasaran keempat adalah untuk
pengawasan dengan baik.
meningkatkan governance di bidang usaha
Amanat konstitusi kepada BPK untuk nasional, utamanya BUMN/BUMD, agar
memeriksa keuangan negara dalam rangka mampu bersaing di pasar global. Transparansi
mendorong transparansi dan akuntablitas dan akuntabilitas perekonomian, termasuk
keuangan negara sejalan dengan cita-cita keuangan negara, sekaligus merupakan
reformasi yang ingin mewujudkan empat aspek prasyarat bagi perekonomian nasional agar
sasaran perbaikan sistem sosial Indonesia. mampu bersaing di pasar dunia.
Sasaran pertama adalah menggantikan
sistem politik yang otoriter dengan demokrasi.
Demokrasi menuntut transparansi dan 2.1 Implikasi Reformasi
akuntabilitas keuangan negara agar rakyat Konstitusi Terhadap
melalui DPR/DPRD dapat menggunakan hak
Keuangan Negara dan BPK
bujetnya. Sasaran kedua reformasi adalah
menggantikan sistem pemerintahan yang Tuntutan reformasi konstitusi
sentralistis dengan memberikan otonomi di bidang keuangan negara didasari
luas kepada kabupaten/kota. Sistem sosial keprihatinan karena banyaknya
nya kelemahan
Indonesia yang majemuk memerlukan mendasar dalam sistem keuangan negara
WUDQVSDUDQVLGDQDNXQWDELOLWDVÀVNDOVHEDJDL yang diwariskan pemerintahan Orde Baru.
perekat bagi terpeliharanya keutuhan Negara Kelemahan itu mencakup (1) disain dan
Kesatuan Republik Indonesia agar tidak ada pelaksanaan sistem pengendalian intern,
rasa curiga antar kelompok atau antar daerah. (2) ketidakpatuhan terhadap peraturan
perUndang-undangan, (3) penyimpanan
Sasaran ketiga dari reformasi adalah
keuangan negara yang semrawut, (4) tidak
menggantikan sistem ekonomi yang
ada informasi tentang aset maupun hutang
mengandalkan perencanaan terpusat dan
negara, serta (5) pengungkapan sisa anggaran
campur tangan pemerintah yang berlebihan 7
Lebih (SAL) secara tidak konsisten dan tidak
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
negara dan daerah, DPR dan Pemerintah keuangan negara tersebut tidak mudah,
mengesahkan tiga Undang-undang di bidang karena penyelenggara negaramasih sarat
keuangan negara1, Undang-undang Nomor dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa (KKN) serta SDM yang tidak siap, baik pada
Keuangan (UU BPK) dan dua Undang-undang pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
terkait Otonomi Daerah2. Terbitnya Undang-
Di antara tuntutan reformasi keuangan
undang bidang keuangan negara dan otonomi
negara yang ideal serta kondisi bangsa dan
daerah ini menandai dimulainya peletakan
negara yang lemah itulah, BPK masa jabatan
batu pertama reformasi pengelolaan keuangan
negara dan daerah sebagai salah satu elemen
penting dalam rangka mewujudkan clean 3 Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
government dan good governance.
berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Setidaknya terdapat enam perubahan
tersebut (Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun
fundamental yang dapat dicatat sebagai 2003 tentang Keuangan Negara).
implikasi reformasi pengelolaan keuangan 4 Penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
negara yang dimulai pada 2003. Pertama, tentang Keuangan Negara. Dari sisi obyek, keuangan
negara mencakup semua hak dan kewajiban negara yang
penerapan sistem perbendaharaan tunggal
dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
yang terpadu (treasury single account - TSA) dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan
dalam rangka maksimalisasi pemanfaatan negara yang dipisahkan. Dari sisi subyek, keuangan
negara mencakup seluruh obyek sebagaimana tersebut
keuangan negara. Kedua, menggantikan yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan
badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Sementara dari sisi proses, keuangan negara mencakup
Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15
pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas, mulai dari
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai
Jawab Keuangan Negara
dengan pertanggungjawaban. Sedangkan dari sisi tujuan,
2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang keuangan negara mencakup seluruh kebijakan, kegiatan dan
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam
Pusat dan Pemerintahan Daerah rangka penyelenggaraan pemerintahan negara
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
2004-2009 harus melaksanakan tugas dan masalah kerugian negara berupa: (a)
wewenangnya memenuhi amanat konstitusi pemeriksaan investigatif untuk mengungkap
agar pengelolaan keuangan negara dilakukan adanya kerugian negara8, (b) penetapan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk nilai kerugian negara yang disebabkan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Suatu oleh bendahara/pengelola BUMN/BUMD/
tugas yang amat berat. lembaga/badan lain9, (c) pemantauan
penyelesaian ganti kerugian negara
Untuk melaksanakan tugas berat ini,
termasuk yang diputuskan pengadilan10,
DPR menerbitkan Undang-undang Nomor 15
(d) pemberian pertimbangan kepada
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 15
Pemerintah atas penyelesaian kerugian
Tahun 2006. Kedua UU ini telah memperkuat
BAB II
negara11, serta (e) pemberian keterangan
BPK, baik secara kelembagaan maupun
ahli tentang kerugian negara dalam proses
pemeriksaan, yang pada masa sebelumnya
peradilan.12
tidak atau kurang dilakukan oleh BPK tatkala
masih berada di bawah Undang-undang Nomor 4. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas
5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa keuangan dan kinerja BPK. Laporan
Keuangan. Penguatan BPK sebagai implikasi Keuangan Tahunan BPK diperiksa oleh
dari pemberlakukan kedua Undang-undang Akuntan Publik13 yang ditunjuk oleh DPR
tersebut telah menghasilkan empat belas dan hasilnya diserahkan kepada DPR
bidang perubahan mendasar seperti dapat dengan salinan kepada Pemerintah. Sistem
dilihat pada tabel 2.1. Pengendalian Mutu BPK direviu 5. oleh
BPK negara lain.14 Reviu dilakukan untuk
Landasan hukum untuk melakukan
menjamin mutu pemeriksaan pengelolaan
perubahan terhadap empat belas bidang
dan tanggung jawab oleh BPK sesuai dengan
tersebut di atas dapat dikelompokan dalam
standar.
dua aspek, yaitu (1) landasan hukum terkait
penguatan kelembagaan dan (2) landasan Sedangkan landasan hukum yang terkait
hukum terkait pelaksanaan pemeriksaan penguatan pemeriksaan BPK adalah yang
BPK dalam mendorong transparansi dan berhubungan dengan:
akuntabilitas keuangan negara. Landasan
1. Kebebasan dan kemandirian BPK
hukum yang terkait dengan penguatan
dalam menentukan objek pemeriksaan,
kelembagaan BPK adalah yang berhubungan
merencanakan dan melaksanakan
dengan:
pemeriksaan, menentukan waktu dan
1. Penguatan independensi BPK di bidang metode pemeriksaan, serta menyusun dan
pemeriksaan5, organisasi (termasuk menyajikan laporan pemeriksaan15.
pembentukan perwakilan di setiap provinsi),
2. Tindak lanjut pemeriksaan BPK yang
SDM (baik keanggotaan maupun para
mewajibkan pejabat untuk menindaklanjuti
pelaksananya), dan anggaran6.
rekomendasi hasil pemeriksaan BPK beserta
2. Pemberian kewenangan baru kepada
BPK yang tidak dimiliki sebelumnya
untuk menetapkan Peraturan BPK yang 8 Pasal 13 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2004.
diundangkan dalam lembaran negara.7 9 Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
3. Penguatan peran BPK dalam menyelesaikan 10 Pasal 10 ayat (3) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
11 Pasal 11 huruf b Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
5 Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 dan Pasal 9
12 Pasal 11 huruf c Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
13 Pasal 32 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
6 Pasal 34 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
14 Pasal 33 UUD 1945.
7 Pasal 12 jo. Pasal 1 angka 17 Undang-undang Nomor 15
9
Tahun 2006. 15 Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Tabel 2.1. Perbandingan BPK Pada Masa Orde Baru dengan Orde Reformasi
Di bawah UU No. 5 Tahun 1973 dan Di bawah UU No.15 Tahun 2004 dan UU No.15 Tahun 2006
Uraian
Dalam Masa Pemerintahan Orde Baru dan dalam Masa Reformasi
sanksinya.16 Pemberian sanksi tersebut 2.2.1 BPK yang Bebas dan Mandiri
belum pernah ada sebelumnya.
BPK sebagai lembaga bebas dan
3. Amanat kepada BPK untuk menetapkan mandiri dalam konstitusi telah dipertegas
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dalam Pasal 2 UU BPK sebagai berikut:
(SPKN)17 yang berlaku bagi BPK maupun
BPK merupakan satu lembaga negara
pemeriksa lainnya di luar BPK yang
yang bebas dan mandiri dalam memeriksa
melakukan pemeriksaan keuangan negara,18
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
antara lain akuntan publik yang melakukan
negara.
pemeriksaan atas laporan keuangan BUMN,
baik yang dilakukan untuk dan atas nama Perwujudan kebebasan dan kemandirian
BAB II
BPK maupun atas permintaan rapat umum atau independensi19 yang melekat pada BPK
pemegang saham (RUPS). diimplementasikan melalui pasal-pasal
dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004
4. Kewajiban mempublikasikan hasil
dan Undang-Undang No 15 Tahun 2006..
pemeriksaan BPK yang telah disampaikan
Independensi BPK meliputi independensi
kepada lembaga perwakilan melalui
di bidang kelembagaan/organisatoris,
web site BPK. Selain sebagai bentuk
pemeriksaan, sumber daya manusia, dan
pertanggungjawaban atas hasil kerja BPK,
anggaran.
hal ini sekaligus membantu peningkatan
partisipasi masyarakat dalam mendorong
transparansi dan akuntabilitas keuangan 2.2.1.1 Independensi kelembagaan/
negara sesuai dengan tugas dan tanggung organisatoris
jawab masing-masing.
Lembaga pemeriksa dapat melakukan
tugasnya secara obyektif dan efektif jika
memiliki kedudukan dan posisi yang
2.2 Menjadi BPK yang Bebas,
independen dari instansi yang diperiksa dan
Mandiri, dan Profesional memiliki independensi dalam pengaturan
Berbagai perubahan fundamental organisasinya.
sebagai implikasi dari reformasi konstitusi
BPK mempunyai kedudukan yang
sebagaimana diuraikan di atas menuntut BPK
sangat tinggi dalam struktur ketatanegaraan
untuk dapat merespon perubahan tersebut
di Indonesia dan posisinya setara dengan
secara cepat, tepat dan positif sehingga mampu
lembaga negara lainnya. BPK tidak berada
melaksanakan tugas konstitusionalnya sesuai
di bawah kendali pemerintah maupun
harapan. Hal ini hanya dapat terjadi melalui
lembaga perwakilan. Dalam penyusunan
kondisi ideal BPK yang bebas, mandiri dan
dan pengembangan struktur organisasinya,
profesional.
%3.PHPSXQ\DLÁHNVLELOLWDVVHVXDLGHQJDQ
kebutuhan dan bidang tugas pemeriksaannya.
penyerahan laporan pemeriksaan, serta untuk oleh Presiden. Pada tingkat pelaksana,
mempublikasikannya sesuai dengan peraturan LQGHSHQGHQVLGDSDWGLOLKDWPHODOXLÁHNVLELOLWDV
perundangan-undangan. Tidak ada satupun BPK dalam merekrut dan memenuhi
pihak yang dapat mengintervensi maupun kebutuhan pegawai sesuai kompetensi dan
mempengaruhi isi laporan pemeriksaan. jumlah yang diperlukan. Independensi sumber
daya manusia dalam kaitannya dengan tugas
pemeriksaan mengandung arti tidak adanya
2.2.1.3 Independensi sumber daya manusia perbenturan kepentingan FRQÁLFWRILQWHUHVW
Independensi kelembagaan dan antara pemeriksa dengan pihak terperiksa.
organisatoris suatu lembaga pemeriksa negara
tidak dapat dipisahkan dari independensi
sumber daya manusia yang meliputi pimpinan, 2.2.1.4 Independensi di bidang anggaran
anggota dan para pelaksananya. Pada tingkat Pada kondisi ideal, independensi
pimpinan dan anggota, independensi yang di bidang anggaran bagi BPK setidaknya
dimaksud mencakup pemilihan anggota BPK mencakup tiga hal, yaitu: ketersediaan dana
oleh lembaga perwakilan dan pengaturan yang memadai untuk melaksanakan tugas,
pemilihan pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua) permintaan dana secara langsung kepada
dari dan oleh para anggota BPK20. Pada masa lembaga perwakilan selaku pengambil
sebelumnya, pemilihan Ketua dan Wakil Ketua keputusan tentang anggaran negara, serta
BPK dilakukan oleh DPR dan ditetapkan penentuan penggunaan anggaran dan
pengalokasian anggaran pemeriksaan dalam
20 Pasal 15 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 satu mata anggaran tersendiri/terpisah di
mengatur bahwa Pimpinan BPK terdiri atas seorang ketua dalam APBN. Pasal 35 Undang-Undang No. 15
dan seorang wakil ketua. Ketua dan wakil ketua dipilih dari
dan oleh anggota BPK dalam sidang Anggota BPK yang Tahun 2006 telah mengatur bahwa anggaran
dipimpin oleh anggota tertua dengan cara musyawarah BPK dibebankan pada bagian anggaran
mufakat dalam jangka waktu paling lama satu tahun
terhitung sejak diresmikannya keanggotaan BPK oleh
Presiden.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB II
yang selalu ditingkatkan; (2) bekerja secara
tahun 1945 dan Undang-undang Nomor
independen dan tidak tunduk pada kekuasaan
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
orang atau pihak lain; (3) bekerja atas dasar
Keuangan sejalan dengan himbauan
rasionalitas dan ilmu pengetahuan; (4)
Deklarasi Lima21 (1977) dan Deklarasi
bersikap jujur, obyektif, dan konsisten dalam
Mexico (2007) yang muncul kemudian yang
mencari kebenaran; serta (5) berasosiasi dan
menegaskan, bahwa mutlak bagi setiap negara
menjunjung kode etik profesi.
untuk memiliki suatu lembaga pemeriksa
tertinggi (Supreme Audit Institution) yang Pembangunan profesionalisme
independensinya dijamin oleh Undang-undang. kelembagaan atau organisasi didasari
pemikiran bahwa lembaga atau institusi
Selama masa bhakti 2004-2009,
bukanlah sekadar unit organisasi atau jenjang
Pimpinan dan Anggota BPK telah melakukan
hierarki jabatan. Lembaga termasuk pula
berbagai upaya untuk mewujudkan BPK
sistem yang meliputi aturan main, tata cara,
sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan
dan norma-norma yang mengatur perilaku
mandiri. Semua kebijakan, capaian dan
serta cara berinteraksi antara aturan, tata
tantangan untuk mewujudkan hal tersebut
cara, dan norma-norma tersebut. Oleh karena
tergambar di dalam pembahasan Bab IV
LWX%3.SHUOXPHQGHVDLQRUJDQLVDVLVHÁHNVLEHO
Membangun Lembaga Menuju Pelopor
mungkin agar mudah menyesuaikan diri
Keteladanan.
dengan tuntutan perubahan yang terjadi,
melalui penyempurnaan struktur organisasi
2.2.2 BPK yang Profesional sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan
sistem kerja kelembagaan yang baku atau
Sejalan dengan tuntutan reformasi
standar, dan menciptakan lingkungan yang
dan amanat konstitusi, perwujudan bebas
kondusif agar karyawan BPK selalu belajar
dan mandiri BPK perlu diimbangi dengan
dan mengembangkan kemampuan (organisasi
profesionalisme lembaga dan sumber daya
pembelajar). Kemampuan karyawan yang terus
manusianya dalam melaksanakan tugas dan
meningkat akan menyumbang pada kinerja
tanggung jawab pemeriksaan pengelolaan dan
kelembagaan, yang selanjutnya memberikan
landasan bagi terciptanya profesionalisme.
21 Deklarasi Lima merupakan hasil pembahasan dalam
Kongres IX INTOSAI (The International Organization BPK membangun profesionalisme
of The Supreme Audit Instituions) yang diselenggarakan
pada 17 s/d 26 Oktober 1977 di Lima, Peru. Kongres yang kelembagaan antara lain dengan
diikuti oleh 95 negara anggota yang berasal dari lima benua meningkatkan mutu dan kinerja pemeriksaan,
ini antara lain membahas masalah pedoman umum bagi
memperluas hubungan kemitraan dan kerja
Supreme Audit Institution (Lembaga Pemeriksa Keuangan
Negara). Hasil perumusan masalah inilah yang kemudian sama dengan para pemangku kepentingan
dirumuskan dalam suatu deklarasi yang dikenal dengan di bidang-bidang kegiatan yang sesuai dan
Deklarasi Lima (Lihat BPK RI, Deklarasi Lima tentang
Garis-garis Dasar Pemeriksaan Keuangan Negara, Kongres mendukung kinerja lembaga, berpartisipasi
IX INTOSAI, Lima Peru, 17 s/d 26 Oktober 1977 dan aktif dalam kegiatan organisasi profesi dan
13
Penafsiran Deklarasi Lima, h.3).
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
organisasi lembaga pemeriksa, seperti ASOSAI di bidang pemeriksaan ini sudah tercantum di
dan INTOSAI, berdasarkan kebutuhan kode etik.
14
dan manfaatnya bagi kemajuan BPK, serta
Profesionalisme menjadi mutlak antara
menyediakan sarana dan prasarana yang
lain karena sangat terkait dengan kepercayaan
memadai berdasarkan jenjang jabatan dan
pemilik kepentingan. Hasil pemeriksaan BPK
kebutuhannya.
digunakan oleh pemerintah dan terperiksa
Profesionalisme SDM harus dimulai lainnya untuk melakukan koreksi dan
sejak proses rekrutmen pegawai dengan perbaikan yang diperlukan. Dengan kata lain,
memperketat seleksi, menempatkan pegawai hasil pemeriksaan BPK digunakan sebagai
sesuai kompetensi, dan mengembangkan instrumen untuk melakukan perbaikan
pegawai untuk meningkatkan keberhasilan secara terukur terkait pengelolaan dan
setiap unit kerja di lingkungan BPK. Bagi pertanggungjawaban keuangan negara. Hasil
seorang pemeriksa, profesionalisme artinya pemeriksaan yang diperoleh dari proses yang
harus mampu melakukan pemeriksaan sesuai tidak dilakukan secara profesional, akan
dengan standar pemeriksaan. Pemeriksa mempengaruhi tingkat kepercayaan pemilik
tersebut juga harus memiliki kemampuan, kepentingan terhadap hasil pemeriksaan
antara lain menilai aktivitas atau informasi BPK, dan terhadap BPK sendiri. Maka, untuk
yang disajikan dengan membandingkannya menjaga kepercayaan pemilik kepentingan,
terhadap recoqnized framework atau pre- perlu ada standar pemeriksaan, yang meliputi
BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI
EWDZ/<^<hE'EZWh>/</EKE^/
BAB II
Ketua Wakil Ketua Anggota I
WƌŽĨ͘Z͘ŶǁĂƌEĂƐƵƟŽŶ͕^͕DW ďĚƵůůĂŚĂŝŶŝĞ͕^, ƌƐ͘/ŵƌĂŶ͕Ŭ
Bidang tugas pembinaan: Bidang tugas pembinaan: Bidang tugas pembinaan:
• Kelembagaan BPK • Pelaksanaan Tugas Penunjang dan • Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
• Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Sekretaris Jenderal Jawab Keuangan Negara Bidang Politik,
Jawab Keuangan Negara secara umum • Penanganan Kerugian Negara Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.
• Pemeriksaan Investigatif
• Hubungan Kelembagaan Dalam Negeri
dan Luar Negeri
ΎWĂĚĂϰƉƌŝůϮϬϬϵtĂŬŝů<ĞƚƵĂW<ŵĞŶŝŶŐŐĂůĚƵŶŝĂĚĂŶϭϵ:ƵŶŝϮϬϬϵŶŐŐŽƚĂs//ŵĞŶŐƵŶĚƵƌŬĂŶĚŝƌŝĚĂƌŝW<
15
BAB III
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA
RENCANA STRATEGIS BPK
BPK RI
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
3
18
FG
R
eformasi konsitusi terhadap 2004 dan diulangi dengan pengiriman dua
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK
keuangan negara dan BPK surat, yakni pada 6 Agustus dan 23 September
telah memberikan landasan 2004, karena Presiden belum mengeluarkan
hukum dan gerak yang kuat bagi BPK untuk Surat Keputusan untuk menetapkan pimpinan
mewujudkan lembaga pemeriksa yang bebas, dan anggota BPK 2004-2009. Akhirnya pada
mandiri dan profesional untuk melaksanakan tanggal 19 Oktober 2004 diterbitkan Surat
tugas pemeriksaan atas pengelolaan dan Keputusan Presiden (Keppres) No.185/M
tanggung jawab keuangan negara. Hal ini Tahun 2004 tentang Pemberhentian Anggota
merupakan peluang sekaligus tantangan BPK 1999-2004 dan Pengangkatan Anggota
bagi Pimpinan dan Anggota 2004-2009. BPK 2004 – 2009 oleh Presiden Megawati
Untuk menjawab hal tersebut serta untuk Soekarnoputri tepat pada hari terakhir beliau
memberikan arah dan pedoman untuk menjabat sebagai Kepala Negara.
mewujudkannya, Pimpinan dan Anggota
Karena DPR RI tidak meminta
BPK 2004-2009 telah menetapkan visi dan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
misi yang jelas dan mantap yang dijabarkan
(DPD) dalam pengambilan keputusan
ke dalam suatu Rencana Strategis (Renstra)
menngenai usulan Pimpinan dan Anggota
BPK dan Implementasi Renstra Tahun 2006-
BPK 2004 - 2009, pada 4 Nopember 2004 DPD
2010, dan merumuskan peran BPK masa kini
mengajukan permohonan kepada Mahkamah
dan mendatang dalam rangka mendorong
Konstitusi (MK) untuk membatalkan
percepatan transparansi dan akuntabilitas
keputusan DPR tersebut. Pertimbangan dari
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan
DPD mengenai pemilihan Anggota BPK oleh
negara.
DPR diatur dalam UUD 1945 Pasal 23F. MK
menolak permohonan DPD karena pemilihan
Pimpinan dan Anggota BPK dilakukan oleh
3.1 Pimpinan dan Anggota BPK
DPR pada bulan Juni-Juli, 3 bulan sebelum
2004 – 2009
DPD terbentuk pada 1 Oktober 2004.
Sesuai UU No. 5 Tahun 1973 Pasal 6
Setelah MK menolak gugatan DPD
dan 7, DPR RI periode 1999-2004 memilih
tersebut pada 12 November 2004, akhirnya
Ketua, Wakil Ketua, dan lima orang Anggota
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik
BPK tahun 2004-2009. Keputusan DPR RI
Pimpinan dan Anggota BPK 2004 - 2009 pada
diteruskan kepada Presiden RI pada 8 Juni
3 Desember 2004, hampir 2 bulan sesudah
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Tabel 3.1 Bidang Tugas Pimpinan dan Anggota BPK 2004-2009 berdasarkan UU No. 5 Tahun 1973
4. Drs. I Gusti Agung Made Rai, Ak, MA Anggota II sektor Industri, Perdagangan dan Keuangan
BAB III
7.. Irjen Pol (Purn) Drs. Udju Djuhaeri Anggota V Bidang BUMN
Tabel 3.2 Bidang Tugas Pimpinan dan Anggota BPK setelah pemberlakuan UU Nomor 15 Tahun 2006
Membina Kelembagaan
elembagaan BPK, Pemeriksaan
emeriksaan Pengelolaan
engelolaan
Ketua dan Tanggung
anggung Jawab
awab Keuangan
euangan Negara
egara secara
ecara Umum,
mum,
1. Prof. DR. Anwar Nasution
merangkap Anggota Pemeriksaan
emeriksaan Investigatif,
nvestigatif, Hubungan
ubungan Kelembagaan
elembagaan
Dalam
alam Negeri
egeri dan Luar
uar Negeri
egeri
Selain pembidangan sebagaimana dan Anggota VII BPK, Drs. Udju Djuhaeri
tersebut di atas, dalam rangka percepatan mengundurkan diri pada tanggal 19 Juni 2009.
reformasi kelembagaan dan implementasi Selanjutnya Presiden telah memberhentikan
Rencana Strategis BPK 2006-2010, Pimpinan dengan hormat disertai ucapan terima kasih
dan Anggota BPK mengambil peran dan atas pengabdian dan jasa-jasanya selama
tanggung jawab untuk memimpin penguatan memangku jabatan kepada Bapak H. Abdullah
dan memberi perhatian khusus terhadap Zainie, S.H. sebagai Wakil Ketua merangkap
beberapa bidang unggulan BPK (champion Anggota BPK dan Bapak Drs. Udju Djuhaeri
area) di luar bidang utama pemeriksaan. (lihat sebagai Anggota BPK masing-masing melalui
tabel 3.3) Keputusan Presiden Nomor 34/P Tahun
2009 tanggal 24 April 2009 dan Keputusan
Menjelang akhir masa bhakti pada tahun
Presiden Nomor 58/P Tahun 2009 tanggal
2009, BPK kehilangan wakil ketua dan seorang
21 Juli 2009. Hingga masa jabatan berakhir
anggotanya. Wakil Ketua BPK, H. Abdullah
pada 19 Oktober 2009, DPR tidak melakukan
Zainie S.H., meninggal dunia pada 4 April 2009
penggantian antar waktu. Kekosongan jabatan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
5. DR. Ir. Herman Widyananda, SE, M.Si Anggota IV Bidang Teknologi Informasi
8. Irjen Pol (Purn) Drs. Udju Djuhaeri Anggota VII Bidang Keuangan
BAB III
perubahan pelaksanaan tugas dan fungsinya
sesuai amanat UUD 1945 Pasal 23 ayat 23E,
3.2 Visi dan Misi BPK 23F dan 23G.
Perubahan kepemimpinan BPK terjadi Renstra BPK 2006 – 2010 memuat
bersamaan dengan perubahan lingkungan antara lain visi dan misi serta nilai-nilai dasar
eksternal terkait pengelolaan keuangan BPK
negara. Perubahan tersebut antara lain
Visi :
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
memiliki pemerintahan yang bersih, akuntabel, Menjadi lembaga pemeriksa keuangan
dan transparan dalam mengelola keuangan negara yang bebas, mandiri, dan profesional
negara. Perubahan lingkungan eksternal serta berperan aktif dalam mewujudkan tata
yang kedua adalah kewajiban Pemerintah kelola keuangan negara yang akuntabel dan
Pusat dan Daerah untuk menyusun laporan transparan.
keuangan sebagai wujud akuntabilitas
Misi :
pengelolaan keuangan negara/daerah. Sesuai
Undang Undang Dasar 1945, BPK mempunyai Memeriksa pengelolaan dan tanggung
kewajiban dan mandat untuk melakukan jawab keuangan negara dalam rangka
pemeriksaan atas laporan keuangan tersebut. mendorong terwujudnya akuntabilitas dan
Perubahan lingkungan eksternal yang terakhir transparansi keuangan negara, serta berperan
berkaitan dengan pemberian otonomi kepada aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang
daerah dalam mengelola keuangan daerah dan baik, bersih, dan transparan.
juga keuangan Pemerintah Pusat. Pengelolaan Nilai-Nilai Dasar :
keuangan negara yang sebelumnya terpusat
Independensi
di ibu kota negara menjadi tersebar di
masing-masing provinsi dan kabupaten/kota. BPK adalah lembaga negara yang
Perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan independen di bidang organisasi, legislasi, dan
negara di atas sangat mempengaruhi posisi anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga
BPK sebagai satu-satunya lembaga yang negara lainnya.
bertanggung jawab melakukan pemeriksaan
21
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
bidang pengelolaan keuangan negara yang governance). BPK tidak semata-mata berada
berkaitan dengan tugas, fungsi dan wewenang pada posisi sebagai pemeriksa, melainkan juga
BPK di luar tugas pemeriksaan, penyusunan mitra pemerintah sebagai terperiksa (auditee)
pedoman evaluasi penerapan regulasi di dalam mewujudkan misi secara bersama-
bidang pemeriksaan keuangan negara dan sama. Ini antara lain diwujudkan dengan
pemantauan atas penerapan regulasi oleh bantuan aktif BPK dalam menyusun Standar
pemilik kepentingan. Diharapkan juga pada Akuntansi Pemerintah (SAP) dan mendorong
akhir implementasi Renstra 2006-2010, pemerintah untuk menyusun rencana aksi
seluruh peraturan negara di bidang keuangan untuk menindaklanjuti rekomendasi hasil
negara sudah harmonis dengan regulasi pemeriksaan BPK. Selain itu, BPK juga
pemeriksaan di bidang keuangan negara yang membantu kerja DPR melalui laporan hasil
diatur BPK. pemeriksaan yang diserahkan. DPR bisa
mendapat informasi tentang bagaimana
pengelolaan keuangan negara dilakukan oleh
* BPK yang mampu mendorong eksekutif melalui laporan hasil pemeriksaan
terwujudnya tata kelola yang baik BPK, sehingga DPR bisa menjalankan fungsi
atas pengelolaan dan tanggung jawab kontrolnya Lebih efektif. Di samping itu,
keuangan negara. laporan pemeriksaan BPK juga bisa membantu
BAB III
Pengertian kata ‘mendorong’ dalam DPR menjalankan hak bujetnya sebagaimana
hal ini adalah BPK tidak hanya melakukan mestinya. Dengan begitu, terjadi hubungan
pemeriksaan, tetapi juga ikut membantu yang profesional dan bermartabat antara BPK
legislatif dan eksekutif dalam menjalankan dengan DPR serta dengan pemerintah.
tugasnya mengelola keuangan negara Transparansi dan akuntabilitas
agar lebih transparan dan akuntabel. BPK merupakan kristalisasi rumusan visi dan misi
membantu pemerintah dan DPR dalam BPK yang tercermin dalam tujuan strategis
menjalankan tata kelola yang baik (good 2006 – 2010 guna mewujudkan tata kelola
yang baik atas pengelolaan dan tanggung keputusan. Gambar 3.1 Peran BPK Masa
jawab keuangan negara. Kini dan Masa Datang memperlihatkan enam
24
sasaran peranan BPK dalam mendorong
Secara konseptual, transparansi dan
transparansi dan akuntabilitas keuangan
akuntabilitas merupakan bagian dari tata
negara. Sasaran jangka pendek peranan BPK
kelola pemerintahan yang baik. Transparansi
digambarkan pada ketiga lapis bawah Gambar
berarti terbukanya akses bagi semua pihak
3.11 dan sasaran jangka panjang digambarkan
yang berkepentingan terhadap setiap
pada ketiga lapis atas (dengan garis patah)
informasi pengelolaan keuangan negara.
Keterbukaan ini mencakup semua aspek, Selama masa bhakti 2004-2006, terdapat
mulai dari perencanaan anggaran sampai empat peranan BPK yang diharapkan
penggunaannya. Transparansi dibangun atas sebagaimana dapat dilihat pada tiga lapis
dasar arus informasi yang bebas. Seluruh bawah dalam Gambar 3.1. Peran BPK Masa
proses penyelenggaraan pemerintahan, Kini dan Masa Datang. Peran pertama
lembaga-lembaga dan informasi harus dapat adalah meningkatkan kegiatan dalam
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, membantu upaya pemberantasan KKN
dan informasi yang tersedia harus memadai dengan melaporkan temuan yang mengandung
agar dapat dimengerti dan dipantau. dugaan tindakan kriminal kepada penegak
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK
Membantu
masyarakat dan
pengambil
keputusan untuk
melakukan alternatif
pilihan masa depan
BAB III
antara Pemerintah dengan BUMN, BUMD serta perusahaan swasta yang
mendapatkan subsidi dari negara.
Upaya Pemberantasan Korupsi dengan melaporkan dugaan tindakan kriminal kepada penegak hukum; Kepolisian;
Kejaksaan Agung / Tastipikor dan Komisi Pemberantasan Korupsi
masing berdasarkan Surat Keputusan BPK undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
No.10/SK/I-VIII.3/8/2005 tanggal 15 Agustus Perencanaan Pembangunan Nasional. Dimulai
2005 dan Surat Keputusan BPK No.25/SK/I- pada tahun 2005, BPK mengadopsi kerangka
VIII.3/7/2006 tanggal 4 Juli 2006. The Baldrige Criteria for Performance
Selain sebagai penjabaran dari amanat Excellence2 untuk mengembangkan sistem
konstitusi, tiga undang-undang di bidang pengukuran kinerja organisasi. Renstra
keuangan negara tahun 2003-2004, Undang- merupakan salah satu elemen (subsistem) dari
undang Nomor 15 Tahun 2006, serta peran kerangka tersebut. Dalam perkembangannya,
BPK masa kini dan mendatang dalam BPK tidak melanjutkan pembangunan
melaksanakan tugas pemeriksaan atas kerangka secara menyeluruh. BPK hanya
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan menggunakan The Baldrige Criteria untuk
negara, Renstra dan Implementasi Renstra menuntaskan penyusunan Renstra dan
2006-2010 merupakan dokumen hidup (living Implementasi Renstra 2006-2010 serta untuk
document) sebagai pedoman bagi seluruh memilih alat ukur kinerja Balanced Score Card
satuan kerja dan pelaksana BPK dalam
melakukan tugas sesuai dengan bidang dan 2 The Baldrige Criteria for Performance Excellence
sasaran kerja masing-masing. merupakan suatu kerangka untuk menyusun, mengelola
dan mengukur kinerja organisasi secara menyeluruh
Penyusunan Rencana Strategis 2006- sebagai suatu sistem yang terdiri dari tujuh elemen.
2010 diawali dengan keinginan BPK untuk Ketujuh elemen tersebut adalah (1) leadership, (2)
strategic planning, (3) customer focus, (4) measurement,
merancang sistem pengukuran kinerja analysis, and knowledge management, (5) workforce,
organisasi secara menyeluruh mulai dari (6) process management, dan (7) results (product dan
outcome). Penggunaan The Baldrige Criteria di BPK
tingkat lembaga sampai kepada individu dan
adalah berkat bantuan dari USAID dan dukungan US
sekaligus untuk memenuhi amanat Undang- 25
GAO.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
26
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK
(BSC) dari berbagai alat ukur lainnya seperti dikaitkan dengan pencapaian tujuan strategis
ISO 9000, Lean, Six Sigma, dan sebagainya. dalam Renstra dan Implementasi Renstra
2006-2010. Berikut ini peta strategi BPK yang
Sinkronisasi Renstra dan Implementasi
berisi visi, misi dan penjabarannya ke dalam
Renstra 2006-2010,, yang merupakan hasil
tiga perspektif Balanced Score Card.
dari proses The Baldrige Criteria, dengan
dokumen dari sistem perencanaan BPK selama Dalam peta strategi BPK RI terdapat
ini, yang terdiri dari Rencana Kerja Tahunan tiga perspektif yang diukur yaitu: (1) )XOÀOOLQJ
(RKT), Rencana Kerja Pemeriksaan (RKPP) stakeholder’s expectation, (2) Strategic drivers
dan Rencana Kerja Penunjang Pendukung dan (3) Intangible assets and resources.
(RKPP) Semester II TA 2006 menandai awal Perspektif IXOÀOOLQJVWDNHKROGHUV·H[SHFWDWLRQ
dimulainya implementasi Renstra BPK 2006 menilai sejauhmana outcome BPK telah dapat
– 2010 secara terpadu, konkrit dan aplikatif. memenuhi/sesuai dengan tuntutan para
pemilik kepentingan. Perspektif strategic
Selanjutnya dalam raker Desember
drivers menilai sejauhmana BPK mengelola
2007, BPK mencanangkan penggunaan Sistem
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang
Manajemen Kinerja (SIMAK) yang dimulai
GLDPDQDWNDQ88VHFDUDHIHNWLIGDQHÀVLHQ
pada 2008.
Sedangkan perspektif intangible assets and
SIMAK merupakan aplikasi sistem resources menilai sejauh mana BPK mengelola
manajemen kinerja berbasis alat ukur dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
Balanced Score Card, bekerja secara on line untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok
pada tingkat satker, dan berfungsi untuk dan fungsinya secara optimal.
memonitor, mengevaluasi, dan mengukur
Peta strategi BPK tersebut menjadi
pencapaian kinerja masing-masing satker
acuan bagi setiap satuan kerja (satker)
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB III
Gambar 3.2 Peta Strategi BPK-RI
28
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK
Independensi dan Mandat; (2) Kepemimpinan keuangan negara dan pencapaian atas elemen
dan Tata Kelola Intern; (3) Manajemen kesembilan mampu menunjukkan hasil
Sumber Daya Manusia; (4) Standar dan kerja yang optimal dan dampak yang konkrit
Metodologi Pemeriksaan; (5) Dukungan dari pelakasanaan tugas pemeriksaan atas
Kelembagaan; (6) Hubungan BPK dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Pemangku Kepentingan; (7) Penyempurnaan negara. Dengan semakin kuatnya kedelapan
Berkelanjutan; dan (8) Kinerja Pemeriksaan. elemen kelembagaan BPK, semakin meningkat
Bab V Mendorong Transparansi dan pula hasil kerja dan dampak positif yang
Akuntabilitas berisi capaian atas elemen dihasilkan oleh BPK bagi para pemangku
kesembilan yaitu hasil yang dicapai BPK kepentingan. ***
sebagai lembaga pemeriksa beserta dampak
yang dihasilkannya.
BAB III
29
BAB IV
MEMBANGUN LEMBAGA
MENUJU PELOPOR
KETELADANAN
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
4
32
FG
B
ab ini menjelaskan aktualisasi setelah pemberlakuan UU No. 15 Tahun
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
BAB IV
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan kelembagaan/organisatoris, pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan SDM, dan anggaran. Dari empat unsur
Negara, dan UU No. 15 Tahun 2006 tentang tersebut, pemeriksaan merupakan unsur
Badan Pemeriksa Keuangan telah memberikan utama yang harus terselenggara dengan
landasan hukum yang kuat mengenai baik, karena terkait erat dengan tugas pokok
kedudukan, fungsi dan mandat BPK sebagai BPK dalam melakukan pemeriksaan atas
lembaga yang independen (bebas dan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
mandiri) dalam melakukan pemeriksaan atas negara.
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara.
Independensi kelembagaan/organisatoris
1. Legislative
2. Executive
APARATPENEGAKHUKUM
PROSESPEMERIKSAAN 3. Public
WEBSITE
1.Kepolisian
2.Kejaksaan BPKRI
3.KPK
LHP&IHPS
LaporanHasilPemeriksaan
&IkhtisarHasil
PemeriksaanSemesteran
Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan
PEMERIKSAAN
RencanaKerja
1. PemeriksaanKeuangan
Pemeriksaan LAPORANHASIL
2. PemeriksaanKinerja EVALUASI
PEMANTAUAN
RKP 3. PemeriksaanDenganTujuan PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
Tertentu LHP TINDAKLANJUTHASIL
PEMERIKSAAN
UsulanRencanaPemeriksaan
TahunBerikutnya
RAKER PRARAKER
(RAPATKERJA) (RAPATKERJA)
SifatnyaInternal
SistemPengendalianMutu
Penjelasan: Pemeriksaan BPK di awali dengan penyusunan RKP untuk membahas rencana pemeriksaan pada satu masa tahun kerja. Penyusunan RKP ini didasarkan pada hasil Pra Raker dan Raker internal BPK.
PenyusunanRKPdapatbersumberdariinternalBPKmaupunpermintaanDPR.Pemeriksaanmemiliki3tahapanyakniperencanaan,pemeriksaandanpelaporandan3jenispemeriksaanyaknipemeriksaanKeuangan,
Kinerjadan Tujuan Tertentu. Akhiratau hasil pemeriksaan ini berupa LHP. LHP selanjutnya dikompilasi menjadi laporan IHPSyangdidalamnya mencakup hasil pemantauan tindak lanjut. LHP dan IHPS diserahkan
kepadaDPR,pemerintahdandinyatakanterbukauntukumum,danBPKharusmempublikasikannyamelaluiwebsiteBPK(www.bpk.go.id),UntukLHPyangmengandungunsurtindakpidanakorupsiBPKmenyerahkan
laporannya kepada aparat penegak hukum untuk ditindaklanjuti seseuai kewenangannya. Evaluasi pemeriksaan sebagai bentuk pengendalian untuk menjaga mutu pemeriksaan. Hasil evaluasi dan usulan rencana
pemeriksaantahunberikutnyadibahasdalamPraRakerkemudiandisempurnakandandsetujuimelaluiRakeruntukperiodeselanjutnya.
BAB IV
undang, atau pemeriksaan berdasarkan aparat penegak hukum.
permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
Sebagai ilustrasi, dalam tahap
Independensi dalam tahap pelaksanaan
perencanaan BPK memiliki kebebasan
mencakup kebebasan dalam melakukan
untuk menentukan obyek pemeriksaan
prosedur pemeriksaan, memperoleh
yang dianggap penting dan strategis untuk
akses informasi yang tidak dibatasi dan
dilakukan pemeriksaan sesuai dengan
mengumpulkan bukti pemeriksaan melalui
pelaksanaan dalam penggunaan keuangan
berbagai teknik pemeriksaan sesuai dengan
negara. Penentuan obyek pemeriksaan
standar pemeriksaan dan peraturan
dituangkan dalam rencana kerja pemeriksaan
perundang-undangan. Independensi dalam
(RKP) yang dibuat per tahun dan berisikan
tahap pelaporan mempunyai arti kebebasan
obyek yang akan diperiksa dalam tahun
untuk menentukan isi dan penetapan waktu
tersebut. RKP ini merupakan turunan (break-
penyerahan laporan pemeriksaan (kecuali
down) Renstra yang telah ditetapkan BPK.
yang dibatasi dengan UU) serta untuk
Dalam penyusunan RKP, masing-masing
mempublikasikannya sesuai dengan peraturan
AKN mengajukan obyek yang akan diperiksa
perundangan-undangan. Tidak ada satupun
untuk dibahas dalam rapat kerja internal
pihak yang dapat mengintervensi maupun
BPK. Di samping sumber internal, penyusunan
mempengaruhi isi laporan pemeriksaan.
RKP dapat juga bersumber dari permintaan
Independensi pemeriksaan dapat pihak legislatif (DPR/DPRD). RKP inilah
dilihat pada Gambar 4.2. yang menjelaskan yang menjadi patokan bagi pemeriksa dalam
alur proses pemeriksaan BPK mulai dari menjalankan pemeriksaan. Dari proses ini
35
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
ke Menteri Keuangan. Kini untuk mengadopsi negara serta menyerahkan hasilnya kepada
UU No.15 Tahun 2006 BPK berhubungan lembaga perwakilan. Berdasarkan amanat
langsung dengan DPR dalam urusan konstitusi tersebut, diperlukan peraturan
anggarannya. BPK mengusulkan agar perundang-undangan yang secara khusus
anggaran dibahas pemerintah bersama DPR. mengatur tentang BPK. Menyusul UU No. 15
Di sana, BPK mengusulkan program-program Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan anggaran yang dibutuhkan, kemudian dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
keluar pagu indikatif. Tahap selanjutnya pada masa bhakti 2004-2009, BPK berhasil
berproses sesuai dengan mekanisme RAPBN, mendorong DPR dan pemerintah untuk
GDQWHUDNKLUGLWHWDSNDQSDJXGHÀQLWLI'HQJDQ mengesahkan UU No. 15 tahun 2006 tentang
demikian, harus dipahami bahwa walaupun BPK. UU tersebut semakin jelas mengatur
belum ideal dan anggaran BPK tetap dalam independensi, kewenangan, tugas, fungsi, hak
satu entitas laporan keuangan dalam APBN, dan kewajiban BPK terkait pemeriksaan dan
elah terjadi perubahan pola anggaran BPK. keanggotaan BPK. Secara rinci dapat dilihat
kembali pada tabel 2.1 dalam Bab II.
Peningkatan anggaran BPK selama
beberapa tahun belakangan ini menunjukkan Selain mandat pemeriksaan, untuk
bahwa program-program yang diusulkan BPK mendukung BPK dalam memperkuat tugas
disetujui DPR maupun pemerintah. Hal ini pemeriksaan serta mendorong transparansi
menunjukkan adanya kepercayaan yang besar dan akuntabilitas keuangan Negara, UU
terhadap institusi BPK dari pihak pemerintah BPK memberi kewenangan
wenangan kepada BPK
dan parlemen. untuk mengeluarkan Peraturan BPK yang
diundangkan dalam lembaran negara yang
Independensi BPK sebagai diamanatkan
bersifat mengikat bagi pihak internal maupun
konstitusi sejak tahun 1945 dan UU No.
eksternal BPK. Sehubungan dengan hal
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
tersebut melalui Surat Keputusan BPK No.
Keuangan sejalan dengan himbauan Deklarasi
BAB IV
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus
Lima2 (1977) dan Deklarasi Mexico (2007) yang
2006, BPK telah menetapkan Tata Cara
muncul kemudian yang menegaskan, bahwa
Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan
mutlak bagi setiap negara untuk memiliki
Naskah Dinas pada BPK,PK, yang merupakan
suatu lembaga pemeriksa tertinggi (Supreme
payung hukum bagi pembentukan produk
Audit Institution) yang independensinya
hukum BPK. Surat Keputusan tersebut
dijamin oleh Undang-undang.
mengatur hirarki peraturan
uran yang diterbitkan
BPK.
4.1.2 Mandat Berikut ini capaian BPK masa bhakti
UUD 1945 memberikan mandat yang 2004-2009 terkait penguatan mandat dan
jelas dan kuat bagi BPK untuk memeriksa pusat regulator di bidang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan keuangan negara.
Tabel 4.1 : Peraturan BPK dan Keputusan BPK yang telah ditetapkan selama kepemimpinan 2004-2009
38
Peraturan BPK Perihal
3 Peraturan BPK No.3 tahun 2007 Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara;
4 Peraturan BPK No.1 tahun 2008 Penggunaan Pemeriksa dan/atau Tenaga Ahli dari Luar BPK
5 Peraturan BPK No.2 tahun 2008 Tata Cara Penyegelan Dalam Pelaksanaan Pemeriksaan
6 Peraturan BPK No.3 tahun 2008 Tata Cara Pemanggilan dan Permintaan Keterangan oleh BPK
Sebagai contoh, yaitu terkait dengan sesuai koridor hukum yang dilakukan BPK
(1) Pasal 10 Ayat (1.b) UU No.15 Tahun 2004 untuk menegakkan mandat konstitusional.
dan Pasal 9 Ayat (1.b) UU No. 15 Tahun 2006, Penting untuk dicatat bahwa dengan
dimana BPK masih menemui kendala dalam putusan demikian, MK baru melihat pada
mengakses data perpajakan. tataran legal standing BPK dan sama sekali
belum sampai pada substansi ‘bebas dan
Untuk pertama kalinya dalam sejarah,
mandiri’ yang dipersoalkan. Bahkan MK
BPK mengajukan judicial review atas UU
mengalihkan persoalan tersebut kepada
No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
DPR agar melakukan legislative review,
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
yakni mengharmonisasikan kewenangan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
konstitusional BPK dengan hak konstitusional
telah membatasi kewenangan BPK untuk
individu berupa informasi perpajakan sebagai
memeriksa data perpajakan. Meskipun
milik pribadi yang harus dirahasiakan.
Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusannya
Penting pula untuk dicatat bahwa salah satu
menyatakan bahwa permohonan BPK
Hakim MK, Maruarar Siahaan telah sampai
tidak dapat diterima (niet ontvankelijke
pada substansi yang dipermasalahkan dan
verklaard), BPK telah menunjukkan kepada
secara teliti memberikan dissenting opinion
para pemangku kepentingan tentang upaya
bahwa kewenangan konstitusional BPK telah
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB IV
yang antara lain memberikan kewenangan
kepada BPK untuk memeriksa biaya perkara.
4.2.1. Kepemimpinan dan Arahan
rutin setiap hari Selasa, dan rapat-rapat 4.2.2. Perencanaan Strategis dan
pimpinan yang menekankan capaian yang Operasional
40
harus dipenuhi oleh pelaksana BPK di bidang
Penerapan manajemen kinerja
pemeriksaan serta penunjang dan pendukung.
sebelumnya tidak ditangani secara jelas dan
Selama 2004-2009, BPK telah melaksanakan
penilaian kinerja organisasi belum dilakukan
227 Sidang Badan dan 2 Sidang Badan Khusus
secara terukur. Saat itu BPK sebagaimana
yang membahas capaian yang harus dipenuhi
institusi lainnya hanya menyusun laporan
oleh pelaksana BPK.
akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah
Untuk menumbuhkan motivasi (LAKIP) yang merupakan pengukuran
dan menciptakan budaya kerja yang secara subjektif dan bersifat formal. BPK
berkualitas, Ketua BPK telah memberikan memerlukan pengukuran kinerja yang lebih
enam penghargaan pada 2008 dan 31 objektif, sesuai dengan keunikan BPK dan
penghargaan pada 2009 kepada karyawan dapat dimonitor terus-menerus. Oleh karena
yang berprestasi. Kebijakan dan pedoman itu, untuk memonitor pencapaian Renstra BPK
pemberian penghargaan maupun hal lain Tahun 2006 – 2010 sekaligus untuk mengukur
yang mendukung terciptanya budaya kerja pencapaian kinerja, telah dikembangkan suatu
yang berkualitas perlu dilanjutkan secara
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
dan Sulawesi Barat) dengan hasil seperti perubahan organisasi, unit pengawas
terlihat pada Gambar 4.3 yang menunjukkan internal pun mengalami perubahan peran
pencapaian kinerja BPK-wide tahun 2008 yang mendasar. BPK telah memberikan
untuk setiap perspektif. tugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi seluruh
Hasil pengukuran SIMAK tahun
unsur pelaksana kepada Inspektorat Utama
2008 telah dapat memberikan gambaran
(Itama). Dalam pelaksanaan tugas tersebut,
mengenai posisi pencapaian kinerja BPK
unit pengawas internal memiliki fungsi
hingga akhir tahun 2008 terkait dengan
untuk melaksanakan kegiatan pengawasan
pencapaian visi, misi dan tujuan strategis
internal dan pemerolehan keyakinan
BPK yang telah diamanatkan dalam
mutu.
Renstra 2006 – 2010. Di samping itu,
pendekatan balanced scorecard dalam SIMAK
juga telah memberikan gambaran mengenai
4.2.3.1.1 Pengawasan Internal (internal
pengelolaan proses bisnis utama (pemeriksaan
control)
keuangan negara/daerah, pemberian
rekomendasi dan pendapat, serta penetapan/ Fungsi pengawasan internal mencakup
pemantauan kerugian negara/daerah) dan beberapa kegiatan, antara lain pemeriksaan
pengelolaan sumber daya (baik sumber daya terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
manusia, teknologi dan informasi, organisasi unsur pelaksana, pelaksanaan reviu atas
dan keuangan). konsep Laporan Keuangan BPK sebelum
diperiksa oleh KAP, dan penelitian terhadap
Penerapan manajemen kinerja ini
dugaan pelanggaran disiplin pegawai.
menjadi penting mengingat BPK seharusnya
bisa menjadi panutan dalam mengembangkan Pengawasan terhadap pelaksanaan
manajemen kinerja organisasi bagi institusi tugas pokok dan fungsi unsur pelaksana
pemerintahan lainnya. Hal ini sejalan dengan dimaksudkan untuk menilai apakah
BAB IV
motto “New BPK: Leading by Example”. pelaksanaan tugas satuan kerja (Itama,
Direktorat Utama (Ditama), Setjen, Staf
Ahli, AKN dan Perwakilan), termasuk proses
4.2.3 Pengawasan dan pengadaan barang dan jasa di BPK, telah
Pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang ada dan
EHUMDODQVHFDUDHIHNWLIHÀVLHQGDQHNRQRPLV
4.2.3.1 Pengawasan Internal dan Pemerolehan
Keyakinan Mutu Sedangkan reviu atas konsep Laporan
Keuangan BPK merupakan fungsi baru
Pada awal kepemimpinan BPK 2004-
sebagai konsekuensi logis adanya keharusan
2009, kegiatan pengawasan internal atas
bagi instansi pemerintah, termasuk BPK,
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pelaksana
untuk menyusun laporan keuangan sebagai
dibagi menjadi empat bidang. Pertama,
bagian transparansi instansi. Penelitian
kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh
terhadap dugaan pelanggaran disiplin pegawai
auditorat dan perwakilan. Kedua, pelaksanaan
lebih banyak dilakukan untuk menindaklanjuti
kegiatan unit penunjang dan pendukung (biro,
pengaduan dari pemangku kepentingan.
staf ahli, dan tenaga ahli). Ketiga, kegiatan
Keseluruhan kegiatan pengawasan ini
atas dugaan pelanggaran disiplin pegawai.
mencerminkan komitmen BPK dalam rangka
Keempat, kegiatan pemantauan kerugian
mendorong terwujudnya transparansi dan
Negara. Pengawasan pada masa tersebut
akuntabilitas dari dalam.
KDQ\DEHUIRNXVSDGDDVSHNYHULÀNDWLIGDQ
ketaatan atas perundang-undangan. Hasil kegiatan pengawasan dilaporkan
kepada Wakil Ketua, satuan kerja yang
Sejalan dengan perkembangan 41
diperiksa, dan Auditor Utama (Tortama)
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
42
MSDM=Manajemen
Sumber Daya Manusia,
S&MP=Standar dan
Metodologi Pemeriksaan,
DK=Dukungan
Kelembagaan,
PB=Penyempurnaan
Berkelanjutan,
I&M=Independensi
dan Mandat,
KTKI=Kepemimpinan
dan Tata Kelola Intern
KN III untuk mendapatkan tindak lanjut unsur, yaitu (1) Independensi dan Mandat,
yang diperlukan guna perbaikan kinerja (2) Kepemimpinan dan Tata Kelola Intern,
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pelaksana (3) Manajemen Sumber Daya Manusia, (4)
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
BPK. Khusus untuk pengawasan atas dugaan Standar dan Metodologi Pemeriksaan, (5)
pelanggaran disiplin yang dilakukan pegawai, Dukungan Kelembagaan, (6) Hubungan
hasil penelitian dijadikan sebagai salah BPK dengan Pemangku Kepentingan, (7)
satu bahan pengambilan keputusan pada Penyempurnaan Berkelanjutan, (8) Hasil, dan
Sidang Atasan yang Berwenang Memberikan (9) Kinerja Pemeriksaan.
Hukuman (Ankum) dan Majelis Kehormatan
Untuk memperoleh keyakinan
Kode Etik (MKKE). Dalam kaitannya dengan
yang memadai bahwa SPM tersebut telah
MKKE, unit pengawas internal memiliki fungsi
mengatur seluruh unsur pengendalian mutu
sebagai Panitera MKKE.
yang diperlukan dan telah dilaksanakan
Saat ini BPK masih dalam proses secara konsisten, BPK menetapkan dan
menyempurnakan Sistem Pengendalian Intern menyelenggarakan sistem pemerolehan
untuk dituangkan ke dalam Internal Audit keyakinan mutu (SPKM) dengan Keputusan
Charter dengan mempertimbangkan kerangka BPK No. 03/K/I-XIII.2/03/2009 tanggal 25
yang disusun oleh Committee of Sponsoring Maret 2009. Sesuai dengan ketentuan, peran
Organization of the Treadway Commission untuk melaksanakan quality assurance
(COSO) yang telah diadopsi oleh INTOSAI. terhadap keseluruhan SPM secara internal
berada pada Itama dan secara eksternal
berada pada tim peer review. Mulai tahun 2009,
4.2.3.1.2 Pemerolehan keyakinan mutu Itama telah melaksanakan reviu SPM kinerja
(quality assurance) pemeriksaan yang mengacu pada kerangka
Untuk menjamin mutu pemeriksaan SPKM. Dalam periode empat tahun ke depan
keuangan negara, BPK telah menetapkan (2010-2013), pengawas internal merencanakan
dan melaksanakan sistem pengendalian untuk melakukan reviu terhadap delapan
mutu (SPM) atau quality control system. SPM unsur SPM lainnya, sehingga diharapkan pada
merupakan unsur penting dalam pemerolehan tahun 2014 keseluruhan unsur SPM tersebut
keyakinan yang memadai (reliable assurance) telah direviu untuk memastikan bahwa SPM
bahwa pemeriksaan telah mematuhi berjalan efektif sebelum peer review oleh BPK
ketentuan perundang-undangan serta standar negara lain. Reviu seluruh unsur SPM ini
pemeriksaan dan pedoman pemeriksaan yang juga dimaksudkan untuk menindaklanjuti
ditetapkan BPK. SPM yang mendukung mutu hasil peer review Algemene Rekenkamer
pemeriksaan tersebut terdiri atas sembilan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Wajar Tanpa Pengecualian Penjelasan tentang saldo aset tetap (1,99% dari
2007
dengan paragraf penjelasan total aset tetap) dan penyusutan aset tetap
(ARK) Belanda yang merekomendasikan unit Opini atas Laporan Keuangan BPK
pengawas internal untuk lebih meningkatkan pada Tahun 2006 adalah Wajar dengan
kualitas reviu SPMnya dan memperbaiki Pengecualian (WDP) dan pada Tahun 2007 dan
kualitas SDM yang dimiliki. Rencana tahapan 2008 adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
reviu unsur SPM dapat dilihat dalam gambar Hal ini menunjukkan bahwa sebagai lembaga
4. 4. pemeriksa, BPK pun mampu menunjukkan
akuntabilitas keuangan baik. Hasil lengkap
opini BPK dapat dilhat pada tabel 4.2.
4.2.3.2. Pertanggungjawaban (Akuntabilitas)
Dalam hal akuntabilitas kinerja
Pertanggungjawaban atau akuntabilitas
BAB IV
pemeriksaan, sesuai pasal 33 UU No. 15
BPK mencakup dua hal, yaitu akuntabilitas Tahun 2006, Sistem Pengendalian Mutu BPK
keuangan dan akuntabilitas kinerja ditelaah oleh badan pemeriksa keuangan
pemeriksaan. negara lain yang menjadi anggota organisasi
Dalam hal akuntabilitas keuangan, pemeriksa keuangan sedunia untuk menjamin
sebagaimana instansi pemerintahan lainnya, bahwa mutu pemeriksaan BPK telah sesuai
BPK sesuai dengan UU No 17/2003 dan UU dengan standar.
No. 1 Tahun 2004 wajib menyusun laporan
keuangan yang terdiri dari neraca, laporan
4.2.4 Kode etik dan majelis kehormatan
realisasi anggaran, laporan arus kas dan
dan kode etik (MKKE)
catatan atas laporan keuangan. BPK telah
menyusun laporan keuangan sejak tahun buku Penegakan kode etik menjadi
2006 secara lengkap. perhatian serius dari kepemimpinan BPK
2004-2009. Pemeriksa keuangan negara
Dalam rangka transparansi dan
merupakan profesi yang sangat rentan
akuntabilitas pengelolaan keuangan BPK,
dengan penyalahgunaan wewenang dan
sesuai Pasal 31 UU No. 15 Tahun 2006
perbenturan kepentingan (FRQÁLFWRILQWHUHVW)
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
sehingga dapat mempengaruhi kualitas hasil
BPK diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik
pemeriksaan.
(KAP) yang ditunjuk dan ditetapkan oleh DPR.
Hasil pemeriksaan KAP disampaikan kepada Dalam perkembangan lebih lanjut,
DPR dengan salinan kepada Pemerintah sesuai UU No. 15 Tahun 2006, BPK kemudian
sebagai bahan penyusunan LKPP. menegaskan kembali dan menetapkan tiga 43
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
44
nilai dasar, yaitu independensi, integritas, dari unsur akademisi. MKKE ini telah
dan profesionalisme. Ketiga nilai dasar ini dibentuk melalui Keputusan BPK No. 02/K/I-
dijabarkan dalam kode etik yang mengatur XIII/2//3/2008 tentang Majelis Kehormatan
perilaku para anggota dan pemeriksa BPK Kode Etik BPK. Anggota MKKE tersebut
dalam menjalankan tugasnya demi menjaga adalah:
martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas
1. Prof. Dr. Anwar Nasution (Ketua BPK).
BPK. Kode etik tersebut juga memuat
mekanisme penegakan kode etik dan jenis 2. H. Abdullah Zainie, SH (Wakil Ketua BPK).
sanksi. 3. Drs. I Gusti Agung Made Rai, Ak., MA
Kode etik ini dituangkan dalam (Anggota II BPK).
Peraturan BPK No.2 Tahun 2007 tentang Kode 4. Prof. Dr. Wahjudi Prakarsa (Guru Besar
Etik BPK, tanggal 22 Agustus 2007. Misalnya, Universitas Indonesia).
Pasal 6 ayat (2), khususnya huruf c, d, dan
5. Prof. Dr. Suwardjono (Universitas Gadjah
e, peraturan itu menyatakan, bahwa untuk
Mada).
menjamin independensi dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya, pemeriksa dilarang:
(1) tunduk pada intimidasi atau tekanan
4.3 Sumber Daya Manusia
orang lain, (2) membocorkan informasi
yang diperolehnya dari terperiksa, dan (3) (SDM)
dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi BPK menempatkan SDM sebagai
atau kepentingan tertentu, baik kepentingan titik sentral dalam organisasi. Kualitas
pribadi pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak hasil pemeriksaan sangat tergantung pada
lainnya yang berkepentingan dengan hasil kemampuan pemeriksa dalam merencanakan
pemeriksaan. pemeriksaan, melakukan pemeriksaan sesuai
standar, menganalisa informasi yang diterima,
Peraturan BPK No.2 Tahun 2007 itu membuat laporan dan melakukan tindak
juga menyatakan, bahwa untuk menegakkan lanjut. Karena itu, BPK periode ini menyadari
kode etik tersebut, BPK membentuk Majelis betapa pentingnya pengelolaan SDM yang
Kehormatan Kode Etik (MKKE) yang terdiri memiliki integritas dan profesionalisme
dari tiga orang Anggota BPK dan dua orang yang dapat mendukung upaya BPK dalam
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
mendorong transparansi dan akuntabilitas auditor. Peningkatan jumlah yang paling besar
pengelolaan keuangan negara. terjadi pada pegawai Non Auditor, porsi jumlah
kelompok pegawai Non Auditor mengalami
Peningkatan kuantitas dan kualitas
peningkatan dari 31,63% tahun 2004 menjadi
pemeriksaan, serta perluasan kantor
50,18% pada Juli 2009. Sementara porsi
perwakilan BPK di seluruh provinsi menuntut
jumlah auditor mengalami penurunan dari
BPK meningkatkan kualitas dan kuantitas
68,37% tahun 2004 menjadi 49,82 pada Juli
SDM. *UDÀN menunjukkan jumlah
2009. Hal ini dapat dilihat pada *UDÀN
pegawai BPK meningkat selama tahun 2004
– Juli 2009 sebesar 93,48%. Kalau dilihat
perbandingan antara pegawai BPK di kantor
4.3.1 Pengelolaan SDM yang Integratif
pusat dan perwakilan, penambahan paling
dan Berbasiskan Kompetensi
besar terjadi di kantor perwakilan. Proporsi
jumlah pegawai di kantor perwakilan ini Pada masa bhakti 2004-2009, BPK
mengalami peningkatan dari 41,06% tahun mulai meningkatkan fokus pengelolaan SDM
2004 menjadi 54,82% pada Juli 2009. Sejalan yang semula hanya pada bidang administratif,
dengan kondisi tersebut, porsi jumlah pegawai seperti pengurusan kenaikan pangkat, gaji
di kantor pusat mengalami penurunan dari berkala dan promosi dan mutasi, menjadi
58,94% tahun 2004 menjadi 45,18% pada Juli pengelolaan atas seluruh fungsi SDM modern
2009. Dengan demikian terjadi pergeseran secara integratif. Peningkatan dan perluasan
porsi jumlah pegawai dari kondisi di mana fungsi SDM ini sekaligus menghindari
jumlah terbesar di kantor pusat menjadi pengelolaan SDM yang berjalan sendiri-sendiri
jumlah terbesar di kantor perwakilan. dengan mementingkan aspek ketaatan pada
peraturan kepegawaian. Selanjutnya pada
Selain itu, pergeseran jumlah pegawai
tahun 2007, BPK telah menyusun Blue Print
juga terjadi pada komposisi auditor dan non
SDM dengan kerangka kerja sebagaimana
dalam Gambar 4.5.
BAB IV
Grafik 4. 1 Jumlah SDM BPK Tahun 2004 – 2009
45
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
46
Tabel 4.3 Rekapitulasi pegawai yang terkena hukuman disiplin BPK juga mengembangkan Pusat
Jenis Hukuman 2004 2005 2006 2007
2008 s.d. Juli
Jumlah
Pendidikan dan Pelatihan dengan tugas utama
2009
Ringan 3 2 17 50 7 79
untuk menyusun dan menyelenggarakan
Sedang 2 18 6 34 56 116
berbagai program pelatihan sesuai dengan
Berat 2 15 2 9 20 48
kebutuhan BPK. Seluruh pegawai BPK
wajib mengikuti pendidikan profesional
TOTAL 7 35 25 93 83 243
berkelanjutan, berupa pelatihan 40 jam dalam
Tabel 4.4 Rekapitulasi Pegawai BPKYang Menerima Penghargaan setahun. Pada tahun 2008, realisasi rata-rata
Tahun 2004-2009 jam pelatihan per pemeriksa adalah 52 jam per
Tahun tahun.
Jenis Penghargaan
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tabel 4.5 dan 4.6 dapat memberikan
Satya Lencana Wira Karya 17 16 25 0 7 0
BAB IV
pendidikannya selama 2004-2009 adalah 44 bidang pemeriksaan lingkungan dan bencana
orang DIV, 259 orang S2 dalam negeri dan 84 alam, serta penggunaan teknologi Geographic
orang S2 luar negeri dan satu orang mengikuti Information System dan Remote Sensing
program doktor. BPK juga telah memiliki 12 dengan BRR, LAPAN, ITB, beberapa BPK
SHPHULNVD&,6$EHUVHUWLÀNDW&)(GDQ negara lain, dan INTOSAI. Atas prestasinya
EHUVHUWLÀNDW&,$\DQJPHUXSDNDQVHUWLÀNDVL dalam mendorong pemasyarakatan,
bidang pemeriksaan yang diakui secara penggunaan dan pengembangan teknologi
internasional. penginderaan jauh dalam pelaksanaan
tugas pemeriksaan, BPK telah mendapatkan
Tabel 4.5 Perkembangan Diklat Sesuai Kebutuhan BPK2004 - 2008
BAB IV
juklak Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
Dengan melihat kerangka yang telah
melalui Surat Keputusan BPK No. 03/K/I-
disusun sebagaimana terlihat pada gambar 4.6,
XIII.2/03/2009 tahun 2009.
BPK memprioritaskan penyelesaian standar
pemeriksaan sebagai tolok ukur kualitas Di samping perangkat lunak di
pemeriksaan dan acuan bagi penyusunan bidang pemeriksaan, BPK menyusun dan
juklak dan juknis selanjutnya. Lampiran 4.1 mengembangkan perangkat lunak atau
s.d 4.6 menjelaskan secara umum metodologi standar operasional dan prosedur (SOP) di
pemeriksan. bidang penunjang dan pendukung (juklak non
pemeriksaan). Selama lima tahun terakhir,
Setelah melalui suatu proses
BPK telah selesai menyusun dua perangkat
penyusunan secara menyeluruh dengan
lunak, yaitu Juklak Tata Cara Penyusunan
melibatkan para stakeholders dalam dan luar
atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan
negeri, BPK menetapkan Standar Pemeriksaan
dan Pedoman Non Pemeriksaan dan Juknis
Keuangan Negara (SPKN) pada tanggal 18
Penelitian di Lingkungan BPK. Selain itu,
Januari 2007. Berbeda dengan penyusunan
terdapat satu perangkat lunak masih dalam
Standar Audit Pemerintahan (SAP, 1995),
penyempurnaan dan 17 perangkat lunak
penyusunan SPKN dilakukan melalui
dalam proses penyusunan, antara lain Juknis
proses konsultasi dan pembahasan dengan
Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP) yang
pemerintah, akademisi dan praktisi sebelum
merupakan perbaikan atas jabatan fungsional
ditetapkan sebagai produk hukum oleh BPK.
auditor (JFA) yang telah berlaku sejak tahun
Perbandingan antara SAP dengan SPKN dapat
1996. Setidaknya terdapat tiga hal perbaikan
dilihat dalam Tabel 4.7
fundamental JFP dibandingkan JFA 1996. 49
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Ketetapan SE BPK Nomor 04/HP/SE/III/95 Tanggal 30 Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 Tanggal 18 Januari
Oktober 1995 2007
Dasar UU No. 5 Tahun 1973 UU No. 5 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006
Bentuk Standar Bab Pernyataan Standar
Jumlah Paragraph 27 terdiri dari 20 paragraf utama dan 7 46 terdiri dari 25 paragraf utama dan 21 paragraf tambahan
Standar paragraf tambahan
Pengguna SPKN BPK, APIF termasuk SPI, dan AP BPK dan AP atau pihak lain yang bekerja untuk dan atas
berdasarkan Kontrak nama BPK
Hanya mengenal dua jenis pemeriksaan DĞŶŐĞŶĂůƟŐĂũĞŶŝƐƉĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶƐĞƐƵĂŝhhEŽ͘ϭϱdĂŚƵŶ
Jenis Pemeriksaan yaitu (1) Pemeriksaan Keuangan dan (2) 2004 yaitu (1) Pemeriksaan Keuangan (2) Pemeriksaan
Pemeriksaan Kinerja Kinerja, dan (3) Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
Pertama, JFP sudah memperhatikan kegiatan hukum, anggaran, teknologi informasi, serta
pemeriksaan yang sesuai dengan keadaan di sarana dan prasarana.
lapangan dan praktik-praktik yang terbaik
yang berlaku di bidang pemeriksaan. Kedua,
JFP memperjelas peran pemeriksa sesuai 4.5.1. Hukum
dengan levelnya yang selama ini banyak Dukungan hukum merupakan salah satu
tumpang tindih jika mengacu pada JFA. bentuk dukungan kelembagaan yang sangat
Peran ketua tim berbeda dengan anggota penting untuk pelaksanaan tugas pemeriksaan
tim dan pengendali teknis. Ketiga, walaupun maupun untuk penguatan kelembagaan BPK.
kualitas pemeriksaan tetap tidak diukur dalam Dukungan ini antara lain melalui aktualisasi
JFP, aspek penilaian kinerja tim pemeriksa BPK sebagai pusat regulator di bidang
diperbaiki dengan ukuran yang lebih objektif pemeriksaan keuangan negara maupun BPK
sehingga kualitas pemeriksaan dapat diyakini. sebagai lembaga yang bebas, mandiri dan
profesional sesuai UU No. 15 Tahun 2004 dan
UU No. 15 Tahun 2006.
4.5 Dukungan Kelembagaan
BPK dan pimpinan satker pelaksana Berikut ini capaian dan kegiatan
mengelola secara optimal sumber dayanya dukungan hukum terkait tugas pemeriksaan
dalam rangka memberikan keyakinan bahwa BPK selama lima tahun terakhir dalam , (1)
dukungan pemeriksaan dapat diberikan melakukan penelaahan aspek hukum atas
secara memadai dan tepat waktu. Dukungan temuan pemeriksaan atau laporan hasil
kelembagaan tersebut mencakup dukungan pemeriksaan BPK (legal due diligence),
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
yang mengungkapkan unsur pidana agar kerugian negara melalui berbagai rekomendasi
dapat ditindaklanjuti oleh aparat penegak dalam hasil pemeriksaan BPK, dan (iv)
hukum secara cepat dan tepat; (2) menyusun mengkompilasi data dan memantau
peraturan di bidang pemeriksaan keuangan perkembangan penyelesaian kerugian negara/
negara sebagai aktualisasi sasaran daerah se-Indonesia.
strategis BPK sebagai Pusat Regulator.
Selain capaian tersebut di atas,
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
dukungan hukum juga dilakukan untuk
dalam Tabel 4.1, saat ini BPK telah memiliki
memperkuat kelembagaan BPK, yaitu antara
enam Peraturan BPK dan delapan Keputusan
lain: (1) pengkajian aspek hukum naskah
BPK sebagai bentuk pengaturan lebih lanjut
kerjasama BPK dengan lembaga/instansi
dari UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15
dalam dan luar negeri, misalnya dengan KPK,
Tahun 2006; (3) melakukan analisis hukum
Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, PPATK dan
(legal review) atas (i) peraturan perundang-
kerjasama bilateral dengan BPK negara lain.
undangan yang terkait dengan pelaksanaan
Saat ini BPK sedang menjajaki kerjasama
pemeriksaan BPK, antara lain analisis
dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
hukum atas peraturan BUMN, peraturan
(KPPU) dengan fokus peningkatan pengelolaan
kearsipan, peraturan tentang kebijakan
keuangan negara; (2) meningkatkan fungsi
ÀVNDO88.HXDQJDQ1HJDUD88%3.GDQ
satker bidang hukum yang semula berada di
sebagainya, (ii) masalah hukum yang terkait
bawah Sekretaris Jenderal BPK serta hanya
dengan pelaksanaan pemeriksaan BPK, antara
mengurusi masalah-masalah kesekretariatan
lain analisis hukum atas piutang BUMN,
jenderal menjadi satuan kerja yang berada
(iii) berbagai kondisi yang menghambat
di bawah pembinaan Wakil Ketua BPK; (3)
pelaksanaan pemeriksaan BPK, seperti
membentuk struktur subbagian Hukum
analisis hukum atas kewenangan BPK untuk
pada setiap perwakilan BPK yang bertugas
memeriksa biaya perkara MA dan analisa
memperkuat aspek legal pemeriksaan BPK di
hukum atas kewenangan konstitusional
BAB IV
tiap-tiap kantor perwakilan; (4) memperkuat
BPK untuk memeriksa perpajakan, dan
jaringan dokumentasi dan informasi hukum
(iv) berbagai Juklak/Juknis yang mengatur
(JDIH) BPK baik di Kantor Pusat, Kantor
pedoman pemeriksaan, antara lain analisis
Perwakilan maupun JDIH pada tiap-tiap
hukum atas Juklak Pemeriksaan LKPP dan
depertemen dan provinsi/kabupaten/kota.
analisa hukum atas Juklak Pemeriksaan
Limbah; (4) memberikan advokasi hukum
berupa litigasi, konsultasi hukum dan 4.5.2. Anggaran
pendampingan hukum terkait pemeriksaan
Salah satu faktor penting untuk
maupun kelembagaan; (5) mengajukan
menggerakkan roda organisasi adalah
permohonan pengujian undang-undang
anggaran yang memadai. Oleh karena
(judicial review) kepada Mahkamah Konstitusi
itu anggaran menjadi salah satu prioritas
(MK) atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun
yang diperjuangkan oleh pemimpin BPK
2007 tentang Perubahan Undang-Undang
tahun 2004-2009. Hasil yang dicapai cukup
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
membesarkan hati, karena telah terjadi
Umum Perpajakan; (6) penguatan peran BPK
SHQLQJNDWDQDQJJDUDQ\DQJVDQJDWVLJQLÀNDQ
dalam mendorong penyelesaian kerugian
dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan
negara melalui (i) Peraturan BPK Nomor 3
harapan dan kepercayaan DPR, Pemerintah
Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian
dan masyarakat luas terhadap hasil kerja dan
Kerugian Negara terhadap Bendahara, (ii)
lembaga BPK dalam melaksanakan tugasnya.
Keputusan Pembebanan terhadap Bendahara
untuk mengganti kerugian negara, (iii) Data Tabel 4.8 menunjukkan besaran
mendorong entitas untuk menyelesaikan anggaran untuk BPK tahun 2009 naik 5,5 51
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
TABEL 4.8
BA 69
Bel. Pegawai 2.289.888.722 1.850.941.000
Bel. Barang 43.141.494.550 5.087.369.000
Bel. Lain-lain 31.994.783.000 62.016.000.000
JUMLAH B 45.431.383.272 38.933.093.000 - 62.016.000.000 - -
BA 999
Bel. Lain-lain 48.543.972.000
JUMLAH C - - - - - 48.543.972.000
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
kali atau naik 450% dibandingkan dengan penghargaan dengan capaian standar tertinggi
tahun 2004 dengan persentase kenaikan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
paling tinggi pada tahun 2006 dan 2007. pemerintah dari Pemerintah Indonesia.
Tahun 2006 anggaran BPK sebesar 2,09
kali atau naik 109% dibanding tahun 2005,
4.5.3 Teknologi Informasi (TI)
dan pada tahun 2007 anggarannya hampir
dua kali dibandingkan tahun 2006, atau Sebagai hasil pelaksanaan mandat di
naik 83,1%. Peningkatan anggaran ini pada bidang pengembangan kelembagaan, dimana
gilirannya mendukung BPK dalam melakukan BPK telah memiliki 33 kantor perwakilan
pengembangan kapasitas organisasi dan SDM, dan 5.462 pegawai, maka dukungan TI untuk
serta pelaksanaan pemeriksaan. PHQLQJNDWNDQSURGXNWLYLWDVHÀVLHQVLGDQ
efektivitas kerja menjadi suatu hal yang
Atas prestasinya dalam menyusun dan
krusial. Jika sebelumnya pemanfaatan
menyajikan laporan keuangan tahun 2007
teknologi informasi masih terbatas pada
dan tahun 2008, BPK telah memperoleh
pemenuhan sarana prasarana TI, maka
pada masa BPK 2004-2009 pembangunan
TI ditujukan untuk mendukung pencapaian
rencana strategis BPK dan mendukung peran
BPK dalam mendorong transparansi dan
akuntabilitas keuangan negara. Capaian
pembangunan bidang TI dijelaskan dalam
Tabel 4.9.
9.
Pemanfaatan:
a. Pimpinan dan pegawai antar satu kantor dengan kantor lain sudah
memanfaatkan komunikasi melalui peralatan IP Phone, sedang untuk
Pemanfaatan teknologi
komunikasi data dan informasi sudah memanfaatkan jaringan Wide
Mendorong komunikasi dan VOIP (Voice Over
Area Network (WAN) dan Lokal Area Network. Saat ini seluruh kantor
ŬŽŽƌĚŝŶĂƐŝĞĨĞŬƟĨĚĂůĂŵŬĞŐŝĂƚĂŶ Internet Protocol),
telah dilengkapi dengan jaringan WAN/LAN. Sedang untuk perangkat
pemeriksaan dan kegiatan kantor teknologi jaringan dan
hotspot baru dipasang di lima perwakilan
teknologi VPN
b. Pemeriksa yang sedang melaksanakan pemeriksaan di lapangan
dapat memanfaatkan peralatan VPN sehingga tetap dapat
berkoordinasi dengan pimpinan BPK
Seluruh hasil pemeriksaan BPK setelah disampaikan kepada pemilik
ŬĞƉĞŶƟŶŐĂŶƐĞƐƵĂŝĚĞŶŐĂŶŬĞƚĞŶƚƵĂŶƉĞƌƵŶĚĂŶŐĂŶůĂŶŐƐƵŶŐĚĂƉĂƚ
Pemanfaatan dan
Mendukung akses publik terhadap diakses oleh publik melalui website BPK (www.bpk.go.id). Hal ini sesuai
pengembangan teknologi
transparansi hasil pemeriksaan dengan ketentuan dalam UUD 1945 dimana dinyatakan setelah hasil
website
pemeriksaan diserahkan ke DPR/DPRD maka dapat dipublikasikan melalui
website
BAB IV
terhubung dengan Departemen Keuangan, berisi informasi keuangan
ŽŶůŝŶĞLJĂŶŐĂŬĂŶĚŝƉĞƌŝŬƐĂŽůĞŚW<͖
d. Sistem Informasi Kerugian Negara/Daerah merupakan suatu aplikasi
pemantauan dan monitoring kerugian Negara dan daerah
Pemanfaatan:
a. Teknologi 'ĞŽŐƌĂƉŚŝĐ/ŶĨŽƌŵĂƟŽŶ^LJƐƚĞŵ(GIS) dan ZĞŵŽƚĞ^ĞŶƐŝŶŐ
(RS) digunakan sebagai alat bantu untuk audit lingkungan. Teknologi
ini diaplikasikan dibidang kehutanan, pertambangan, pertanian,
ŬĞůĂƵƚĂŶ͕ƉĞŶŐĞŵďĂŶŐĂŶǁŝůĂLJĂŚ͕ŵŝƟŐĂƐŝďĞŶĐĂŶĂ͕ĚĂŶůĂŝŶͲůĂŝŶ͘
Penyediaan alat bantu Teknologi GIS dan RS Digunakan pertama kali oleh BPK dalam
Mendukung pelaksanaan pemeriksaan
dan sumber daya audit program WŝůŽƚ^ƚƵĚLJŽŶƚŚĞhƐĞŽĨ'/^ĨŽƌƵĚŝƚŽĨŝƐĂƐƚĞƌZĞůĂƚĞĚ
ŝĚdalam rangka /ŶƚĞƌŶĂƟŽŶĂůKƌŐĂŶŝnjĂƟŽŶŽĨ^ƵƉƌĞŵĞƵĚŝƚ
/ŶƐƟƚƵƟŽŶ(INTOSAI) dĂƐŬ&ŽƌĐĞŽŶdŚĞĐĐŽƵŶƚĂďŝůŝƚLJĂŶĚƵĚŝƚŽĨ
ŝƐĂƐƚĞƌZĞůĂƚĞĚŝĚ;ZͿ͖
ď͘ ^ŽŌǁĂƌĞ>;ƵĚŝƚŽŵŵĂŶĚ>ĂŶŐƵĂŐĞͿĚĂŶƌďƵƌƚƵƐƐĞďĂŐĂŝĂůĂƚ
bantu analisa data dalam kegiatan audit.
53
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Grafik 4.3 Perkembangan Kantor Perwakilan BPK dan aplikatif. Fasilitas pendukung dibenahi,
seperti pengelolaan kearsipan, pembangunan
54
G r a fik P e r k e m b a n g a n K a n to r
P e r w a k ila n B P K
33 33
dan renovasi gedung kantor baik kantor
31
28
pusat maupun perwakilan, pengadaan
17
kendaraan operasional, modernisasi bis kantor,
Jumlah
7 7
pembangunan mess dan rumah jabatan.
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pengadaan sarana dan prasarana yang
Ta hun
dilakukan dalam masa ini telah membuat
PHQXQMXNNDQSHUXEDKDQVLJQLÀNDQ\DQJ DVHW%3.PHQLQJNDWVDQJDWVLJQLÀNDQ\DLWX
sebelumnya TI hanya mendukung kegiatan sebesar 1.351,58%, dari Rp204.510.089.671
EDFNRIÀFH menjadi TI enabling proses pada tahun 2004 menjadi Rp2.764.118.423.867
perubahan/transformasi BPK. pada tahun 2009. Kenaikan yang sangat
besar ini dilaksanakan dan dikelola dengan
kesungguhan dalam kerangka reformasi
4.5.4. Sarana dan Prasarana sarana dan prasarana demi peningkatan
Dalam rangka memenuhi mandat kinerja organisasi.
BPK guna memeriksa pengelolaan keuangan Atas kinerja dan upaya luar biasa
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
Nilai Kenaikan
Nama Aset
2004 2009 (%)
Tanah Rp28.515.347.224
28.515.347.224 Rp1.079.848.646.536
1.079.848.646.536 3.786,90
Peralatan dan Mesin Rp84.048.243.379
84.048.243.379
8.243.379 Rp381.249.387.731 453,61
Gedung dan Bangunan Rp90.735.991.199 Rp783.802.294.834 863,83
Jalan Irigasi dan Jaringan Rp119.940.000 Rp7.552.190.797 6.296,64
Aset Tetap Lainnya Rp1.090.567.869 Rp27.759.651.231 2.545,43
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp483.906.252.738
Total Rp204.510.089.671 Rp2.764.118.423.867 1.351,58
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB IV
seluruh pemangku kepentingan. Pemangku Negara yang menyatakan bahwa dalam
kepentingan dimaksud adalah: (1) Lembaga merencanakan tugas pemeriksaan, BPK
Perwakilan (DPR, DPD, dan DPRD – Provinsi, memperhatikan permintaan, saran, dan
Kabupaten/Kota); (2) Pemerintah terdiri pendapat lembaga perwakilan. Selanjutnya
dari Kementrian dan Lembaga serta Pemda ayat (2) menyatakan bahwa dalam rangka
Provinsi, Kabupaten/Kota; (3) Penegak membahas permintaan, saran, dan pendapat
Hukum (Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK); sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK
(4) Lembaga Donor dan Luar Negeri maupun atau lembaga perwakilan dapat mengadakan
SAI’s negara lain terutama yang melakukan pertemuan konsultasi. Hubungan baik dengan
kerjasama dengan BPK; (5) Masyarakat terdiri lembaga perwakilan antara lain dapat dilihat
dari LSM dan Media baik cetak maupun pada tabel 4.10.
elektronik.
BPK menyerahkan hasil pemeriksaan
Oleh karena itu, peningkatan hubungan atas pengelolaan dan tanggung jawab
dan kerjasama dengan pemangku kepentingan keuangan negara kepada DPR, DPD dan
menjadi salah satu bidang penting yang DPRD sesuai dengan kewenangannya. DPR,
mendapat perhatian pimpinan BPK selama DPD, dan DPRD menindaklanjuti hasil
lima tahun terakhir sebagai bagian dari pemeriksaan BPK sesuai dengan Peraturan
reformasi BPK secara keseluruhan. Tata Tertibnya. Tata cara penyerahan hasil
Reformasi yang dilakukan BPK pemeriksaan BPK kepada DPR diatur dalam
telah merubah pola hubungan BPK dengan Kesepakatan Bersama antara pimpinan BPK
dengan pimpinan DPR RI yang ditandatangani
para pemangku kepentingan. Misalnya, 55
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Tabel 4.10 Kegiatan Rapat Konsultasi Dan Koordinasi Dengan Lembaga Perwakilan
56 Tahun 2005
1. 20 Januari 2005 Rapat Konsultasi WĂŶŝƟĂŶŐŐĂƌĂŶWZZ/
2. 27 Januari 2005 Rapat Konsultasi Komisi XI DPR RI
WĞŶLJĞƌĂŚĂŶ,ĂƐŝůWĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶ>ŽŐŝƐƟŬWD/>h
3. 21 April 2005 Pertemuan DPR RI
di KPU
4. 10 Mei 2005 Pertemuan Ketua DPR RI Penyerahan Hasil Pemeriksaan atas KPU
5. 18 Mei 2005 Rapat Konsultasi Komisi XI DPR RI
6. 30 Mei 2005 Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI
7. 29 Juni 2005 Rapat Konsultasi Komisi III DPR RI
8. 21 September 2005 Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI
9. 10 Oktober 2005 Pertemuan DPR RI Penyerahan Audit Atas Pertamina
10. 24 Oktober 2005 Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI, Bappenas, Menkeu, BPKP,
Tahun 2006
1. 9 Maret 2006 Pertemuan DPR RI Penyerahan Hasil Pemeriksaan PLN
2. 9 Juni 2006 Rapat Konsultasi DPR RI, Menkeu, Menko Perekonomian
3. 19 Juli 2006 Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI
Tahun 2007
1. 23 Januari 2007 Rapat Konsultasi Komisi X DPR RI
2. 20 Maret 2007 Rapat Konsultasi Komisi XI DPR RI
Tahun 2008
1. 24 Januari 2008 Rapat Konsultasi Komisi VIII DPR RI IHPS I BPKTahun Anggaran 2007
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
2. 21 Februari 2008 Rapat Konsultasi Komisi X DPR RI IHPS I BPKTahun Anggaran 2007
3. 28 April 2008 Pertemuan Sekretariat Komisi DPR RI IHPS II BPKTahun Anggaran 2007
4. 12 Mei 2008 Rapat Konsultasi WĂŶŝƟĂŶŐŐĂƌĂŶWZZ/ RUU tentang Migas
5. 3 Desember 2008 Rapat Dengar Pendapat WĂŶŝƟĂ<ĞƌũĂ<ŽŵŝƐŝyWZZ/ Penyaluran Dana Block Grant
WĞƌŵŝŶƚĂĂŶWĞƌƟŵďĂŶŐĂŶŶŐŐŽƚĂ/EdK^/LJĂŶŐ
6. 17 Desember 2008 Rapat Konsultasi Komisi XI DPR RI
akan melakukan Peer Review
pada 15 Desember 1998. Kesepakatan tersebut baik. Hubungan kerja yang baik antara BPK
saat ini dalam proses revisi untuk disesuaikan dengan DPR telah memberikan dukungan yang
dengan Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 kuat bagi BPK dalam melaksanakan tugas
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. konstitusionalnya. Dukungan DPR tidak hanya
Penyerahan hasil pemeriksaan BPK dalam peningkatan anggaran yang diterima
kepada DPD juga diatur dalam Kesepakatan BPK, tetapi juga pada penguatan kelembagaan
Bersama antara BPK dengan DPD yang BPK, yaitu antara lain: (1) pengesahan
ditandatangani pimpinan masing-masing UU No.15 Tahun 2006 tentang Badan
lembaga pada tanggal 10 Juni 2009. Pemeriksa Keuangan yang telah memulihkan
Penyerahan tersebut dilakukan dalam sidang independensi dan otonomi BPK. BPK menjadi
paripurna yang dihadiri oleh pimpinan beserta semakin kokoh keberadaan dan kedudukannya
seluruh anggota DPR RI dan pimpinan BPK sebagai lembaga yang bebas, mandiri dan
beserta para pejabat eselon I. profesional; dan (2) pembentukan kantor
perwakilan BPK di semua provinsi sebelum
Di tingkat daerah, tata cara penyerahan akhir 2008. Di lain pihak, kerjasama yang baik
hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD antara BPK dan DPR juga telah membantu
Provinsi/Kabupaten/Kota telah diatur dalam DPR dalam meningkatkan kapasitas
kesepakatan bersama yang ditandatangani kelembagaan. Sesuai dengan usulan BPK,
oleh Kepala Perwakilan masing-masing kantor DPR telah membentuk Badan Akuntabilitas
perwakilan BPK dengan Ketua DPRD Propinsi/ Keuangan Negara (BAKN) sebagai salah satu
Kabupaten/Kota. alat kelengkapan DPR berdasarkan Undang-
Selama masa 2004–2009 BPK telah Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR,
menyerahkan IHPS dan LKPP kepada DPR DPR, DPD dan DPRD yang telah disahkan
sebagaimana terlihat dalam tabel 4.11. dalam sidang paripurna DPR pada tanggal 3
Agustus 2009.
Hubungan kerja antara DPR dengan
BPK selama masa 2004-2009 terjalin dengan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB IV
Tahun 2004 dan Pasal 8 UU No. 15 tahun tindak lanjut rekomendasi, dan (3) melakukan
2006 yang menyatakan bahwa laporan hasil pemberdayaan aparat pengawas intern
pemeriksaan BPK disampaikan pula kepada pemerintah (APIP).
Presiden/Gubernur/Bupati/ Walikota sesuai
dengan kewenangannya. Hubungan antara Upaya BPK meningkatkan hubungan
BPK dengan pemerintah juga terjadi dalam dengan Pemerintah juga dilakukan melalui
penyampaian hasil pemeriksaan atas Laporan penandatanganan kerjasama agar tercipta
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan hubungan yang sinergi dan efektif untuk
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, mendukung visi dan misi BPK. Selama
laporan hasil pemeriksan kinerja, laporan masa 2004-2009 BPK telah melaksanakan
hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Kesepakatan Bersama dengan pemerintah.
Ikhtisar Hasil Semester/IHPS dan pemantauan
pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
4.6.3 Penegak Hukum
Perubahan pola hubungan ini merupakan
upaya untuk mencapai sasaran strategis BPK Kerja sama BPK dengan penegak hukum
untuk mendorong terwujudnya tata kelola dilakukan terkait dengan tindaklanjut hasil
yang baik atas pengelolaan dan tanggung pemeriksaan yang mengandung unsur pidana.
jawab keuangan negara. Karena itu, BPK Hal tersebut sesuai dengan Pasal 14 ayat
memandang betapa pentingnya kerja sama (1) UU No 15 Tahun 2004 yang menyatakan
yang konstruktif dengan pemerintah sebagai bahwa apabila dalam pemeriksaan ditemukan
terperiksa. Prinsip utamanya adalah tugas unsur pidana, BPK segera melaporkan hal
BPK tidak hanya memeriksa, tetapi BPK tersebut kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan perundang- 57
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
58
Tanggal
Nomor Surat Tanggal Surat
No. Uraian Pelaksanaan
Pengantar Pengantar
Penyerahan
HAPSEM/IHPS
LKPP
undangan. Selanjutnya Pasal 8 ayat (4) UU beberapa lembaga penegak hukum, yaitu
No. 15 Tahun 2006 menyatakan laporan BPK Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
yang mengandung unsur pidana dijadikan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
dasar penyidikan oleh pejabat penyidik Keuangan (PPATK), Kejaksaan Agung, dan
yang berwenang sesuai dengan peraturan Kepolisian. Bentuk kerjasama tersebut adalah
perundang undangan. Kesepakatan Bersama yang ditanda tangani
oleh pimpinan lembaga masing-masing,
BPK telah melakukan langkah strategis
sebagaimana terlihat pada tabel 4.12.
untuk meningkatkan kerja sama dengan
institusi penegak hukum. Sepanjang tahun
2006 hingga 2008 BPK telah melakukan
berbagai bentuk kerjasama dengan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB IV
NO LEMBAGA TENTANG Capaian/Lingkup
KESEPAKATAN BERSAMA
- Penyerahan hasil pemeriksaan BPK yang
ďĞƌŝŶĚŝŬĂƐŝ ƟŶĚĂŬ ƉŝĚĂŶĂ ŬĞƉĂĚĂ ŬĞƉŽůŝƐŝĂŶ
ƵŶƚƵŬ ĚŝƟŶĚĂŬůĂŶũƵƟ ƐĞƐƵĂŝ ŬĞƚĞŶƚƵĂŶ
Tindak Lanjut Penegakan Hukum ƉĞƌĂƚƵƌĂŶƉĞƌƵŶĚĂŶŐͲƵŶĚĂŶŐĂŶ
EŽ͗ϭͬ<ͬ/Ͳy///͘ϮͬϭϭͬϮϬϬϴ
Terhadap Hasil Pemeriksaan - <ĞƌũĂ ƐĂŵĂ ŬĞĚƵĂ ƉŝŚĂŬ ĚĂůĂŵ ƉƌŽƐĞƐ ƟŶĚĂŬ
1. POLRI No.POL.: B/11/XI/2008
Badan Pemeriksa Keuangan RI lanjut penanganan perkara terkait dengan
21 November 2008
yang Berindikasi Tindak Pidana penegakan hukum.
- <ĞƌũĂƐĂŵĂĚŝďŝĚĂŶŐƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶĚĂŶƉĞůĂƟŚĂŶ
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia pada kedua pihak.
EKDKZ͗Ϭϭͬ<ͬ/Ͳ
Kerjasama Dalam Upaya
VIII.3/09/2006 pertukaran informasi, bantuan personil, pendidikan
Pencegahan dan Pemberantasan
EKDKZ͗ϮϮͬ<W<ͲW<ͬ/yͬϮϬϬϲ ĚĂŶƉĞůĂƟŚĂŶ͕ƉĞŶŐŬĂũŝĂŶ͕ĚĂŶŬŽŽƌĚŝŶĂƐŝ
K o m i s i Tindak Pidana Korupsi
25 September 2006
2. Pemberantasan
Korupsi (KPK) EŽŵŽƌ͗^W:ͲϭϬϱͬϭϬͬϬϯͬϮϬϬϵ
EŽŵŽƌ͗ϮͬƐƉĞƌũͬyͲyŝŝŝ͘ϮͬϯͬϮϬϬϵ Pengelolaan Data Wajib LHKPN
9 Maret 2009
Dengan hubungan baik dan ketersediaan BPK telah membangun hubungan yang
database media, BPK pun telah mudah harmonis dan saling mendukung dengan
60
PHODNXNDQNRPXQLNDVLNRUHNVLGDQNODULÀNDVL berbagai kelompok dan komunitas dalam
atas pemberitaan yang kurang tepat atau masyarakat, sehingga masyarakat dapat
negatif mengenai BPK. turut mendukung tugas BPK. Sebagai
contoh, BPK membuka komunikasi dengan
Untuk mendorong para insan pers
masyarakat luas melalui pembuatan website
ataupun masyarakat umum mengenal lebih
yang lebih interaktif. Setiap orang dapat
dalam tentang BPK dan turut berpartisipasi
mengakses hasil pemeriksaan , pemantauan
dalam mendorong transparansi dan
tindak lanjut hasil pemeriksaan serta
akuntabilitas keuangan negara melalui karya
berbagai kegiatan dan produk BPK melalui
jurnalistik, BPK telah menyelenggarakan
website. Dengan demikian masyarakat
acara pemberian penghargaan bagi media,
luas dapat dengan mudah mengetahui
para jurnalis atau penulis, atas pemberitaan
bagaimana institusi publik mengelola uang
softnews dan feature, serta editorial/tajuk
negara atau mengetahui kinerja berbagai
yang menyajikan informasi tentang BPK
lembaga dalam mengelola keuangan negara.
dan pemeriksaannya dalam mendorong
Website ini telah dirancang ulang agar lebih
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
mewujudkan amanat konstitusi dan sekaligus Negara donor dan sudah berkoordinasi serta
bagi kepentingan nasional. memberikan nasehat kepada BPK pada April
2006 di Jakarta dan Agustus 2009 di Aceh dan
Jakarta. Peristiwa ini menjadi momentum
* INTOSAI yang sangat penting, karena menimbulkan
Kiprah dalam kegiatan INTOSAI solidaritas antar BPK seluruh dunia dan
diwujudkan melalui kegiatan pemeriksaan, mendorong semakin intensnya bentuk-bentuk
pilot roject, penyusunan pedoman dan buku, kerjasama antar BPK di dunia internasional.
program pembangunan kapasitas (capacity Konferensi internasional tersebut
building), serta pertukaran pengetahuan dan sekaligus mendorong INTOSAI untuk
pengalaman sesuai dengan motto INTOSAI, membentuk Task Force on Audit and
yaitu 0XWXDO([SHULHQFH%HQHÀWV$OO. Selain Accountability of Disaster-related Aid tahun
memberikan kontribusi kepada komunitas 2006, yang diketuai oleh Ketua BPK Negeri
INTOSAI, kegiatan capacity building serta Belanda dengan dua orang wakilnya yakni
keikutsertaan tenaga auditornya bagi Ketua BPK Indonesia dan Korea Selatan.
peningkatan transparansi dan akuntabilitas Berbeda dengan negara lain, seperti Sri
di dunia internasional, berbagai pengalaman Lanka dan Kashmir, Indonesia menggunakan
yang diperoleh dalam forum antarbangsa ini bencana alam tersebut sekaligus untuk
dimanfaatkan oleh BPK untuk meningkatkan memulihkan perdamaian dengan GAM
kinerja organisasi dan kualitas SDM, terutama berdasarkan perjanjian Helsinki pada Agustus
dalam melakukan pemeriksaan sektor publik tahun 2005.
dan membawa BPK menuju independensi dan
Berikut ini beberapa catatan penting
kemandiriannya. Salah satu contoh peran
kegiatan BPK dalam pergaulan internasional
penting BPK dalam dunia internasional
di lingkungan INTOSAI selama lima tahun
adalah setelah terjadinya gempa tektonik yang
terakhir:
diikuti oleh gelombang Tsunami yang melanda
BAB IV
Provinsi NAD dan Sumut pada tanggal 1. Ketua BPK dan Anggota II menghadiri
26 Desember 2004. Untuk meningkatkan the XIX INCOSAI (International Congress
kepercayaan masyarakat dalam dan luar of Supreme Audit Institutions), yaitu
negeri akan penyaluran bantuannya pada pertemuan BPK sedunia pada November
korban bencana alam di NAD dan Sumut yang 2007 di Mexico. Pertemuan selanjutnya, the
begitu besar, BPK telah melakukan audit atas XX INCOSAI, akan dilaksanakan November
bantuan tersebut. Dengan bantuan ADB (Asian 2010 di Afrika Selatan. Berbagai komitmen
Development Bank), BPK menyelenggarakan dan hasil kerja BPK dalam organ INTOSAI,
konferensi internasional tentang Promoting antara lain Pedoman Pemeriksaan
Financial Accountability in Managing Funds Lingkungan dan Pedoman Pemeriksaan
5HODWHGWR7VXQDPL&RQÁLFWDQG2WKHU Bencana, akan dilaporkan dalam pertemuan
Disasters di Jakarta pada tanggal 25-27 April tersebut melalui masing-masing ketua organ
2005. Konferensi itu dihadiri oleh 142 delegasi INTOSAI untuk mendapatkan persetujuan
dari enam negara yang mengalami bencana, dari peserta kongres. Selain itu, Ketua BPK
14 negara donor dan perwakilan 16 lembaga juga menghadiri dan menjadi pembicara
internasional. Konferensi itu antara lain dalam Symposium INTOSAI dan UN
menghasilkan kesepakatan untuk membantu yang diselenggarakan setiap dua tahun di
BPK melakukan pemeriksaan, baik berupa Austria, Wina.
pemberian bantuan teknis maupun kerjasama
2. BPK berpartisipasi secara aktif dalam
melakukan pemeriksaan. Bantuan teknis
kegiatan organ INTOSAI, yaitu: (1)
diberikan melalui Dewan Penasehat BPK (BPK
Professional Standard Committee-Financial
Advisory Board) yang beranggota dari 12 BPK 61
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Audit Guideliness Subcommittee, (2) Working dua masa 1998-1991 dan 1997-2000. Sejak
Group on Environmental Audit (WGEA), (3) 2000, BPK mengundurkan diri sebagai anggota
62
Working Group on Accountability for and Governing Board untuk lebih berkonsentrasi
Audit of Disaster-related Aid (WG-AADA), melakukan pembenahan ke dalam seiring
(4) Working Group on Fight Against Money dengan reformasi bidang keuangan negara
Laundering and Corruption (WG-FAIMLAC), yang sedang berlangsung. Sebagai anggota
(5) Working Group on Key National biasa, BPK tetap berkomitmen dan aktif
Indicators (WG-KNI), (6) Task Force on memberikan kontribusinya dalam berbagai
Global Financial Crisis, (7) IDI-ASOSAI kegiatan ASOSAI, antara lain: (1) menjadi
Quality Assurance Program, (8) IDI-ASOSAI ASOSAI Audit Committee 2003-2006; (2)
E-Blended Training Program, dan (9) IDI menjadi tuan rumah, instruktur dan peserta
Transregional Capacity Building on Audit dalam kegiatan the ASOSAI Design Meeting
of Public Debt. Capaian dan komitmen BPK on Audit of Privatization (Jakarta, 2005), the
dalam organ INTOSAI, yaitu Committee, ASOSAI Workshop on Audit of Procurement
Working Group, Task Force dan INTOSAI (Pusdiklat, 2006), the ASOSAI-IDI Instructor’s
Development Initiative (IDI) tersebut Design Meeting on Financial Audit in an
secara lebih terperinci dapat dilihat dalam IT Environment (Pusdiklat, 2007), the IDI-
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
4. Atas usulan BPK, Pemerintah Indonesia Pada 10-15 Oktober 2009, Anggota VI
menganugerahkan Bintang Tanda Jasa BPK menghadiri the 11th ASOSAI Assembly
Utama kepada Mr. David Walker (mantan and Symposium di Islamabad, Pakistan. Pada
Auditor General US-GAO), Mrs. Saskia J. kesempatan tersebut, BPK telah terpilih
Stuiveling (President Netherlands Court menjadi anggota Governing Board ASOSAI
of Audit), dan Mr. Ian McPhee (Auditor periode 2009-2012.
*HQHUDO$XVWUDOLDQ1DWLRQDO$XGLW2IÀFH
berkat jasa-jasanya dalam meningkatkan
kerjasama antar Negara, khususnya • Kerjasama dengan Supreme Audit
dalam pemeriksaan dana bantuan bencana Institutions (SAI) Lain
tsunami di Aceh dan Nias serta peningkatan Kerjasama bilateral BPK dan SAI
kapasitas pemeriksaan BPK. negara lain dengan penandatanganan
Memorandum of Understanding (MOU)
bertujuan untuk menguatkan, meningkatkan
* ASOSAI
dan mengembangkan kerangka kerjasama dan
BPK adalah salah satu charter member HÀVLHQVLKXEXQJDQWLPEDOEDOLNDQWDUD%3.
dan merupakan pendiri ASOSAI pada the 1st dan SAI’s negara lain di bidang pemeriksaan
ASOSAI Assembly 1979 di India. BPK pernah sektor publik. Pada prinsipnya MOU tersebut
menjadi Ketua Governing Board ASOSAI pada bersifat umum dan perlu dijabarkan oleh
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB IV
Rekenkamer (ARK) dalam penyusunan 15 Tahun 2006 maupun penggunaannya untuk
SPKN, konsultan organisasi dan peer review melakukan pemeriksaan keuangan negara
pada tahun 2009, (3). SAI Denmark dalam lainnya untuk dan atas nama BPK. Untuk itu,
penyusunan kode etik BPK dan (4) United BPK telah mengeluarkan Keputusan BPK
6WDWH*RYHUQPHQW$FFRXQWDELOLW\2IÀFH86 No 10/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Persyaratan
GAO) dalam penyusunan SPKN, International Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
Fellowship Program bagi pejabat BPK, serta yang melakukan pemeriksaan keuangan
masukan untuk konferensi internasional dana Negara. Sejalan dengan hal tersebut, BPK
bantuan bencana. Sebaliknya, BPK juga telah telah melakukan sosialisasi peraturan
memberikan bantuan kepada US GAO dalam tersebut, mengadakan pelatihan bagi
pengujian prosedur pengiriman barang-barang pemeriksa KAP, serta mengelola pendaftaran
strategis ke luar negeri. dan database KAP terdaftar di BPK untuk
melakukan pemeriksaan keuangan negara.
Sampai dengan Agustus 2009, jumlah KAP
• Kerjasama dengan Lembaga Donor yang terdaftar di BPK adalah sebanyak
109 KAP dengan 340 auditor dan telah
Selain meningkatkan hubungan dan
dipublikasikan dalam website BPK.
kerjasama dengan BPK negara lain, BPK juga
meningkatkan kerjasama dengan lembaga Selain penggunaan akuntan publik dan
donor dalam rangka peningkatan kapasitas di KAP untuk melakukan pemeriksaan keuangan
bidang reformasi kelembagaan, pemeriksaan negara, BPK juga berkewajiban melakukan
bencana, pemeriksaan investigatif, dan evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan
sebagainya. Selama lima tahun terakhir akuntan publik atas Laporan Keuangan (LK) 63
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BUMN, BUMD, dan BLU sesuai dengan yang berkemampuan untuk memajukan
ketentuan peraturan perundang-undangan. dirinya dalam beradaptasi dengan
64
Untuk itu, BPK telah menerbitkan Keputusan perkembangan jaman, BPK telah memperkuat
BPK No 11/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Petunjuk fungsi satker penelitian dan pengembangan
Teknis Evaluasi terhadap pelaksanaan (litbang) untuk mencakup ketiga jenis
pemeriksaan Akuntan Publik (AP) atas pemeriksaan: keuangan, kinerja dan dengan
laporan keuangan. Pada tahun 2007, 2008, tujuan tertentu. Fungsi litbang tersebut secara
dan sampai dengan September 2009, BPK terus menerus memperbarui metodologi dan
telah mengevaluasi pelaksanaan pemeriksaan instrumen pemeriksaan, merancang perubahan
akuntan publik masing-masing 10 AP atas LK kelembagaan, dan melakukan kajian stratejik
BUMN Tahun Buku (TB) 2006, 11 AP atas LK yang ditugaskan oleh Badan. Dalam konteks
BUMN dan BLU TB 2007, dan 15 AP atas LK reformasi birokrasi, produk kelitbangan
BUMN TB 2008 dengan hasil sebagai berikut: tersebut diharapkan dapat menjadi better
practice guide bagi para penyelenggara negara
1. Untuk pemeriksaan atas LK TB 2006, enam
dalam meningkatkan pelayanan kepada
AP dinyatakan belum sepenuhnya sesuai
publik. Selama masa lima tahun ini, BPK
dengan Standar Audit Pemerintahan (SAP)
telah menyelesaikan struktur kerangka
dan empat AP tidak sesuai dengan SAP;
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN
Disamping penyempurnaan
berkelanjutan terkait litbang pemeriksaan,
4.7 Penyempurnaan BPK menaruh perhatian pada penyempurnaan
Berkelanjutan berkelanjutan terkait litbang non pemeriksaan.
BPK perlu secara terus menerus Dalam hal ini, BPK masih dalam proses
meningkatkan dan melakukan penyempurnaan penyelesaian standard operating procedures
berkelanjutan terhadap seluruh elemen (SOP) untuk seluruh satuan kerja di BPK.
Rancang Bangun BPK yang sekaligus Sebagaimana halnya dengan institusi-institusi
merupakan unsur Sistem Pengendalian modern di dunia lainnya, seperti misalnya
Mutu untuk mengantisipasi dan menjawab GAO atau World Bank, peranan SOP semacam
perubahan maupun perkembangan lingkungan itu sangatlah penting untuk menyeragamkan
yang terjadi. Penyempurnaan berkelanjutan pelaksanaan tugas yang selanjutnya akan
mencakup penelitian dan pengembangan, bermanfaat bagi peningkatan mutu baik di
pengembangan organisasi, dan manajemen satuan kerja pemeriksaan maupun satuan
perubahan. kerja penunjang pemeriksaan. Hal ini sesuai
Untuk merubah BPK agar menjadi dengan apa yang disarankan oleh ARK
organisasi pembelajar (learning organization) Belanda di dalam laporan hasil peer review
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB IV
dengan cara membangun kesembilan elemen SPKN, Juklak dan Juknis Pemeriksaan serta
Rancang Bangun BPK secara bertahap. sesuai dengan standar internasional dari
Kedepannya, BPK perlu meningkatkan IFAC, INTOSAI dan ASOSAI. ****
manajemen perubahan secara komprehensif
dan terintegrasi. Hal ini diperlukan untuk
menuntaskan reformasi kelembagaan sesuai
amanat UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15
Tahun 2006 dalam mewujudkan BPK sebagai
lembaga yang bebas, mandiri dan professional.
5
68
FG
S
alah satu penyebab terpuruknya keuangan negara. Tugas yang diamanatkan
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
Tabel 5.1: Jumlah Obyek, Nilai Cakupan dan Temuan Pemeriksaan Tahun 2004-2009
Jumlah Temuan
Cakupan
Tahun Obyek Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan
Anggaran (triliun
Keuangan Kinerja PDTT Total (triliun rupiah)
rupiah)
2004 534 16 261 811 1.362,49 75,03
2005 355 41 520 916 1.442,60 67,85
2006 496 45 653 1.194 2.240,38 206,29
2007 568 25 1.000 1.593 2.767,92 242,52
2008 564 61 533 1.158 547,56 77,40**
2009* 382 6 103 491 2.568,33 33,56**
Jumlah 2.899 194 3.070 6.163 10.929,28 702,65
Sumber: IHPS 2004-2009
* s.d Semester I Tahun 2009
** berdasarkan sidang badan, nilai temuan sistem pengendalin intern (SPI) dan administrasi tidak dimunculkan
pusat maupun daerah. Pemeriksaan bidang dengan tetap memberi perhatian pada audit
penerimaan negara antara lain pemeriksaan penerimaan negara, pengelolaan hutan,
sektor pajak, penerimaan negara bukan penyelenggaraan pemilu 2009, dan operasional
pajak (PNBP), privatisasi BUMN, penjualan BPD.
aset negara/daerah, serta divestasi aset
Dengan memperhatikan permasalahan
Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Pada sisi
lingkungan, termasuk perubahan iklim,
pengeluaran, pemeriksaan diprioritaskan
yang menjadi perhatian nasional dan global,
pada obyek-obyek yang membebani keuangan
BPK memandang penting untuk melakukan
negara seperti subsidi. Prioritas ketiga
tiga
pemeriksaan berspektif lingkungan dan
adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran
pembangunan berkelanjutan. Pemeriksaan ini
negara yang rawan KKN misalnya, dalam
dapat berupa pemeriksaan keuangan, kinerja
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
dan dengan tujuan tertentu. Sampai saat ini,
Adapun prioritas keempat BPK adalah
BPK telah melakukan pemeriksaan kinerja
pemeriksaan sektor-sektor yang strategis bagi
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
perekonomian dan menyangkut hajat hidup
BAB V
orang banyak. Adapun audit rekonstruksi
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
5.2 Hasil Pemeriksaan
Nias yang mengalami musibah tsunami pada
Desember 2004 dikategorikan dalam prioritas Sesuai ketentuan Undang-Undang
karena kekhususannya. Hal ini karena Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
obyek yang diperiksa adalah penggunaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
bantuan internasional yang begitu besar dan Negara terdapat tiga jenis pemeriksaan yaitu
dikucurkan pada masa darurat maupun saat pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
pembangunan kembali daerah tersebut. dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Sebelum ada ketentuan tersebut BPK hanya
Untuk tahun 2009, prioritas
mengenal dua jenis pemeriksaan yaitu
pemeriksaan BPK meliputi pemeriksaan
pemeriksaan keuangan dan hal yang berkaitan
Program Jamkesmas, Wajar Diknas 9 Tahun,
dengan keuangan.
Pembangunan Jalan dan Jembatan serta
Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Tabel 5.1 menggambarkan bahwa sejak
Tahun 2004 s.d 2007, baik jumlah obyek, nilai 69
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
70
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
cakupan maupun nilai temuan pemeriksaan disebabkan prioritas pemeriksaan BPK Tahun
BPK terus meningkat. Hal tersebut seiring 2004–2009 adalah pemeriksaan keuangan.
dengan peningkatan jumlah entitas BPK telah melakukan berbagai persiapan baik
pemeriksaan yang salah satunya disebabkan SDM maupun perangkat pendukung lainnya
kebijakan pemekaran daerah. Selama Tahun untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan
2004-2009, BPK telah menghasilkan 2.899 kinerja pada masa yang akan datang.
laporan hasil pemeriksaan keuangan, 194
laporan hasil pemeriksaan kinerja, dan 3.070
laporan hasil PDTT dengan total temuan 5.2.1 Pemeriksaan Keuangan
pemeriksaan senilai Rp702,65 triliun. Pemeriksaan keuangan adalah
Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan.
dari Tahun 2007 s.d 2008 jumlah obyek Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai
pemeriksaan BPK mengalami penurunan,, kewajaran penyajian atas laporan keuangan
namun hal tersebut tidak berarti telah dengan menggunakan empat kriteria, yaitu:
terjadi penurunan kinerja pemeriksaan. kesesuaian dengan standar akuntansi
Berdasarkan hasil Sidang Badan 11 Pebruari pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan,
2009, diputuskan bahwa nilai temuan SPI kepatuhan terhadap ketentuan perundang-
dan administrasi tidak dimunculkan untuk undangan dan efektivitas sistem pengendalian
menghindari persepsi publik bahwa semua internal. Pemeriksaan atas laporan
temuan pemeriksaan itu merugikan negara. keuangan dilakukan atas laporan keuangan
Perlu diketahui bahwa secara
ecara rata-rata pemerintahan pusat (LKPP), laporan keuangan
besarnya nilai temuan SPI dan administrasi kementerian/lembaga (LKKL), laporan
adalah 70% dari total temuan. keuangan pemerintah daerah (LKPD) dan
laporan keuangan badan lainnya.
Jumlah pemeriksaan kinerja lebih
sedikit dibanding pemeriksaan lainnya. Hal ini
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB V
b. Masih terdapat perbedaan pencatatan
adalah tidak menyatakan pendapat (TMP/
realisasi APBN menurut kementerian/
disclaimer). Bahkan,, dari 293 pemda yang
lembaga dengan pencatatan penerimaan
diperiksa s.d Semester I Tahun 2009 masih
dan pengeluaran anggaran yang dilakukan
terdapat 21 entitas yang memperoleh opini
oleh bendahara umum negara (BUN) yang
tidak wajar pada Tahun 2008. Untuk melihat
menimbulkan pos suspen dalam laporan
perkembangan jumlah LHP keuangan pada
realisasi anggaran (LRA).
setiap lini pemerintahan dapat dilihat pada
Tabel 5.2. c. Perbedaan sisa anggaran lebih (SAL) antara
VDOGREXNXGHQJDQÀVLNNDV\DQJWHUMDGL
sejak Tahun 2004 senilai Rp5,42 triliun
5.2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat belum dapat ditelusuri oleh pemerintah.
(LKPP)
d. Dalam kurun waktu Tahun 2004-2007,
Sejak pemerintah menyusun LKPP BPK menemukan 4.543 rekening yang
pada Tahun 2004, BPK selalu memberi opini 71
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Opini
LKKL Jumlah
WTP WDP TW TMP
Tahun 2006 7 37 0 36 80
Tahun 2007 16 31 1 33 81
Tahun 2008 35 30 0 18 83
Sumber: buku IHPS I Tahun 2009
BPK memberikan opini disclaimer atas bukti bahwa K/L telah berupaya memperbaiki
sebagian besar LKKL Tahun 2006 karena tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan
adanya pembatasan dan keterbatasan lingkup dan tanggung jawab keuangan negara.
pemeriksaan, kelemahan SPI, ketidakpatuhan Kementerian dan lembaga menanggapi positif
terhadap ketentuan perundang-undangan serta upaya BPK dalam memperbaiki kualitas
belum adanya tindak lanjut yang memadai laporan keuangannya. Hal ini sekaligus
dari pemerintah atas pemeriksaan LKKL merupakan jawaban dari hasil kerja keras BPK
Tahun 2005. Sementara itu, permasalahan dalam mendorong terciptanya transparansi
pokok sehingga BPK memberikan opini dan akuntabilitas keuangan negara. Perbaikan
TMP atas 33 LKKL Tahun 2007 adalah opini BPK atas LKKL Tahun 2008 antara lain
karena lemahnya SPI atas pencatatan dan disebabkan:
pelaporan persediaan, pendapatan, dan aset
a. Sebagian besar K/L sudah menyampaikan
tetap, adanya pembatasan dan keterbatasan
dan melaksanakan rencana aksi (action
lingkup pemeriksaan sehingga tidak cukup
plan) yang dibuat untuk menindaklanjuti
memungkinkan BPK untuk menyatakan
saran-saran hasil pemeriksaan BPk pada
pendapat.
Tahun 2007;
Opini BPK atas LKKL Tahun 2006–2008
b. Selisih realisasi belanja sistem akuntansi
menunjukkan perkembangan yang membaik,
umum (SAU) dan sistem akuntansi
terutama dilihat dari peningkatan jumlah K/L
instansi (SAI) yang semakin kecil dan tidak
yang mendapat opini WTP dan penurunan
VLJQLÀNDQ
jumlah K/L yang mendapat opini disclaimer
dan opini tidak wajar (TW). Lampiran 5.1 c. Sebagian besar K/L sudah melakukan
menjelaskan secara lengkap opini K/L Tahun inventarisasi dan revaluasi aset tetap
Angaran 2008. Perkembangan ini merupakan meskipun hasilnya belum seluruhnya
BAB V
50% 46% 45%
45% 42% 42%
38%
40% 36%
2006
35%
30% 2007
25% 22%
2008
20% 19%
15%
9%
10%
5% 0% 1% 0%
0%
W TP W DP TW TMP
dibukukan (diinput) ke dalam sistem; dan 5.2.1.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD)
74 d. Perbaikan administrasi dan inventarisasi
persediaan akhir tahun. Pemeriksaan atas LKPD dilakukan oleh
BPK sejak LKPD Tahun 2004. Pemeriksaan
Selain memberikan opini terhadap
atas LKPD Tahun 2004 dan 2005 hanya
LKPP, LHP terkait juga memaparkan
dilakukan atas laporan realisasi anggaran.
beberapa temuan tentang kelemahan SPI
Sejak Tahun 2006, pemerintah daerah
serta berbagai ketidakpatuhan terhadap
diwajibkan menyusun laporan keuangan yang
peraturan perundang-undangan. Secara umum
terdiri dari laporan realisasi anggaran (LRA),
kelemahan-kelemahan pada pemeriksaan
neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
LKKL Tahun 2006-2008 tampak pada tabel 5.4
laporan keuangan (CaLK). BPK memberikan
.
opini atas laporan keuangan yang disusun oleh
pemerintah daerah tersebut. Opini BPK atas
LKPD Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada
tabel 5.5.
Tabel 5.4 Kelemahan SPI serta Berbagai Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
1) pelaksanaan sistem akuntansi pemerintah (SAP) belum ϭͿ ĂƐĞƚ ďĞƌƵƉĂ ƚĂŶĂŚ ĚĂŶ ďĂŶŐƵŶĂŶ ďĞůƵŵ ďĞƌƐĞƌƟĮŬĂƚ
memadai; sehingga hak atas aset lemah;
2) prosedur pembukuan dan penyusunan laporan keuangan ϮͿ ƚĂŶĂŚLJĂŶŐĚŝŬƵĂƐĂŝƉŝŚĂŬŬĞƟŐĂƐƵůŝƚĚŝƐĞůĞƐĂŝŬĂŶ͖
dan LRA belum dilakukan sesuai Peraturan Menkeu No 3) 3) pencatatan dan pelaporan barang inventaris negara belum
59/PMK.06/2005 tentang sistem akuntansi dan pelaporan diselenggarakan sesuai dengan sistem akuntansi instansi
keuangan pemerintah pusat; (SAI);
2006
3) personil yang memiliki kemampuan baik bidang akuntansi 4) PNBP terlambat/belum disetor ke kas negara;
keuangan maupun aset masih terbatas; 5) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/
ϰͿ ƌĞŬŽŶƐŝůŝĂƐŝ ĚĂŶ ǀĞƌŝĮŬĂƐŝ ďĂŝŬ ƉĞŶĚĂƉĂƚĂŶ ŵĂƵƉƵŶ Barang belum memberikan pernyataan bahwa pengelolaan
ďĞůĂŶũĂƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶŶLJĂďĞůƵŵƐĞďĂŐĂŝŵĂŶĂŵĞƐƟŶLJĂ͖ APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem
5) LRA sebagian besar K/L belum direviu oleh unit pengawas pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan
intern K/L yang bersangkutan. telah diselenggarakan sesuai dengan SAP
Opini BPK atas LKPD Tahun 2004 wajar. Selain itu, penyajian suatu laporan
dan 2005 dibandingkan dengan opini BPK keuangan yang wajar merupakan suatu
atas LKPD Tahun 2006 s.d 2008 mengalami gambaran dan hasil dari pengelolaan keuangan
penurunan karena lingkup pemeriksaan BPK negara yang lebih baik.
diperluas yang semula hanya meliputi laporan
Selain memberikan opini, pemeriksaan
realisasi anggaran (LRA) diperluas meliputi
atas LKPD Tahun 2004-2008 juga menemukan
LRA, neraca, laporan arus kas, dan CaLK.
adanya kelemahan sistem pengendalian intern
Perkembangan opini LKPD 2004-2008 dapat
dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
dilihat pada Gambar 5.2.
perundang-undangan yaitu antara lain:
Opini BPK atas LKPD Tahun 2008
• Kelemahan pengendalian intern yang
secara persentase, menunjukkan suatu
ditemukan pada pemeriksaan LKPD
kenaikan pada opini WTP dan WDP dan
meliputi kelemahan sistem pengendalian
penurunan pada opini TW dan TMP
akuntansi dan pelaporan, kelemahan
BAB V
dibandingkan opini LKPD Tahun 2007 dan
sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
2006. Hal ini berarti adanya perbaikan
pendapatan dan belanja; serta kelemahan
yang dicapai oleh pemerintah daerah dalam
struktur pengendalian intern. Pada
menyajikan suatu laporan keuangan yang
umumnya, LKPD yang memperoleh opini
WTP dan WDP pengendalian internnya penting atas sistem pengendalian intern
telah memadai, sedangkan LKPD yang keuangan negara yaitu:
76
memperoleh opini TMP dan TW masih
a. Masih perlunya perbaikan mendasar
memerlukan perbaikan pengendalian
sistem akuntansi keuangan negara agar
intern dalam hal keandalan informasi
dapat diseragamkan dengan sistem yang
yang disajikan dalam laporan keuangan.
ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada
Kelemahan SPI pada umumnya terjadi
Tahun 2003 dan 2005.
karena perencanaan tidak memadai, belum
adanya koordinasi antara pihak-pihak b. Perlunya sinkronisasi sistem komputer
terkait, pejabat yang bertanggung jawab instansi pemerintah agar menjadi
belum optimal dalam pengawasan maupun terintegrasi dan kompatibel antara satu
pengendalian kegiatan serta kompetensi dengan lainnya.
SDM yang tidak memadai. c.Perlunya mengimplementasikan
• LKPD Tahun 2008 mengungkapkan, perbendaharaan tunggal (treasury single
terdapat kerugian daerah sebanyak 1.152 account) agar uang negara tidak lagi tersebar
kasus senilai Rp337,49 miliar terdiri dari: di berbagai rekening, termasuk rekening
EHODQMDDWDXSHQJDGDDQEDUDQJMDVDÀNWLI individu pejabat negara yang sudah lama
meninggal dunia. Temuan BPK tentang
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
BAB V
Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa
untuk meningkatkan kinerja suatu program/ jumlah laporan hasil pemeriksaan kinerja dari
kegiatan entitas terperiksa dan memudahkan Tahun 2005-2009 cenderung meningkat. Obyek
pengambilan keputusan bagi pihak yang pemeriksaan tersebut di antaranya adalah
bertanggung jawab untuk mengawasi sebagai berikut.
manajemen dan mengambil tindakan koreksi,
peruntukannya.
BAB V
pemeriksaan akhir kesehatan.
bahwa pemekaran daerah periode Tahun
- Kebijakan strategis pola pemondokan haji
1999-2002 telah melalui observasi yang
Indonesia di Arab Saudi belum dirancang
dilakukan oleh para ahli yang kompeten dan
secara komprehensif dan berkesinambungan
independen. Sedangkan untuk pemekaran
yang terlihat dari belum tercakupnya seluruh
daerah periode Tahun 2003-2008 pada
permasalahan penyelenggaraan haji dalam
umumnya telah melalui proses observasi,
Rencana Strategis Departemen Agama
untuk menilai kebenaran data teknis yang
Tahun 2005-2009. Ketidakjelasan Rencana
diusulkan oleh calon DOB. Pemeriksaan
Strategis tersebut mendorong pola pengadaan
BPK menunjukkan bahwa observasi tersebut
pemondokan lebih bersifat reaktif dan
dilakukan oleh tenaga ahli atau konsultan
kondisional pada pasar pemondokan di Arab
yang tidak kompeten dan tidak independen.
Saudi. Hal ini diperburuk dengan lemahnya
h. Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1428 substansi kontrak pemondokan yang tidak
H/2007 M, perencanaan, pelaksanaan, implementatif di lapangan.
79
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
80
No. ŶƟƚĂƐ 2004 2005 2006 2007 2008 2009*
1 Pemerintah Pusat 90 219 209 161 174 46
2 Pemerintah Daerah 104 257 371 777 298 36
3 BUMN 19 23 35 27 30 16
4 BUMD 48 21 38 35 31 5
Jumlah 261 520 653 1.000 533 103
Sumber: buku IHPS 2004-2009
*S.d. Semester I Tahun 2009
- Pelayanan transportasi belum didukung tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas
dengan standar baku yang harus diikuti hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan
oleh penyedia transportasi dan petugas investigatif, dan pemeriksaan atas sistem
lapangan, baik untuk transportasi udara pengendalian intern pemerintah, serta
maupun darat. Hal ini diperlemah oleh pemeriksaan berperspektif lingkungan dan
substansi kontrak yang tidak mengatur pembangunan berkelanjutan.
secara jelas mengenai teknis transportasi
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
dan standar baku pelayanan yang harus ada Istilah PDTT baru dikenal sejak
pada setiap kegiatan transportasi. Rendahnya berlakunya UU No. 15 Tahun 2004 tentang
dukungan standar pelayanan dan kualitas pemeriksaan dan tanggung jawab pengelolaan
kontrak mendorong terjadinya kasus-kasus keuangan negara. Sebelumnya, jenis
penyediaan transportasi, diantaranya pemeriksaan ini termasuk dalam pemeriksaan
keterlambatan penerbangan, serta keuangan. Pada Tahun 2004–2009 BPK
penumpukan penumpang dan kelangkaan melakukan pemeriksaan yang termasuk dalam
transportasi darat. pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Petunjuk
teknis PDTT baru ditetapkan oleh BPK pada
- Evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan Tahun 2008 karena kesulitan untuk mencari
ibadah haji belum menyajikan indikator benchmarking.
kinerja yang jelas, konsisten, dan dapat
diperbandingkan Penetapan obyek pemeriksaan dengan
tujuan tertentu mempertimbangkan sejumlah
Selain belum efektifnya berbagai faktor seperti urgensi permasalahan antara
kegiatan tersebut di atas, sebagian hasil lain masalah yang menjadi perhatian publik
pemeriksaan kinerja juga mengungkapkan ataupun karena adanya berbagai kelemahan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang ditemukan pada pemeriksaan LKPP,
perundang-undangan yang mengakibatkan sehingga memerlukan pendalaman atas
kerugian negara/daerah, potensi kerugian SHUPDVDODKDQ\DQJPHQMDGLNXDOLÀNDVL
negara/daerah, kekurangan penerimaan, opini. PDTT dapat dikelompokkan menurut
ketidakhematan, dan temuan yang bersifat segmen laporan keuangan seperti pendapatan,
administrasi. belanja, utang luar negeri ataupun tema
pemeriksaan lain seperti dana perimbangan,
manajemen hutan, rehabilitasi hutan dan
5.2.3 Pemeriksaan Dengan Tujuan
lahan, pelaksanaan subsidi, pengelolaan
Tertentu
dan pertanggungjawaban dana bantuan
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu operasional sekolah (BOS).
(PDTT) adalah pemeriksaan yang bertujuan
Jumlah laporan hasil PDTT cenderung
untuk memberikan simpulan atas suatu hal
meningkat dari tahun ke tahun. Sebagian
yang diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan
besar pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
dilaksanakan pada Semester II karena pada SDA telah memberikan sumbangan yang
Semester I pemeriksaan lebih diprioritaskan VDQJDWVLJQLÀNDQEDJLSHPEDQJXQDQHNRQRPL
pada pemeriksaan keuangan. Jumlah obyek bangsa. Oleh karena itu perlu pengawalan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu Tahun agar SDA dapat digunakan secara optimal dan
2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 5.7. berkesinambungan lewat pemeriksaan yang
terarah.
Hasil pemeriksaan dengan tujuan
tertentu diantaranya dapat disajikan pada Pada pemeriksaan Semester II Tahun
uraian sebagai berikut ini. 2008 terungkap kekurangan penerimaan
dari penghitungan kembali bagi hasil
Pertamina Petroleum Contract (PPC) dan
5.2.3.1 Penerimaan Kontrak Minyak dan Gas Bumi Pertamina
• PDTT atas Penerimaan Pajak (KMGBP) periode Tahun 2003 s.d. 2007
sehubungan koreksi alokasi biaya depresiasi
Pemeriksaan atas penerimaan pajak
yang diperhitungkan dalam cost recovery.
dilaksanakan baik pada Direktorat Jenderal
Hal tersebut mengakibatkan Kontraktor
Pajak maupun Direktorat Jenderal Bea dan
Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT Pertamina
Cukai Departemen Keuangan. Sampai dengan
(Persero) dan KKKS PT Pertamina EP
Tahun 2008, BPK masih kesulitan untuk
mempunyai kewajiban untuk menyerahkan
mengakses informasi perpajakan di Direktorat
tambahan bagian negara masing-masing
Jenderal Pajak karena adanya pembatasan
senilai USD683.83 juta dan USD631.91 juta
berkaitan dengan dokumen yang dapat
atau seluruhnya senilai USD1.31 miliar atau
diperiksa karena Undang-undang Nomor 28
ekuivalen Rp14,40 triliun.
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Pada pemeriksaan Semester I Tahun
2008 terungkap berkurangnya penerimaan
negara karena terdapat pembebanan biaya-
• PDTT atas PNBP biaya yang tidak relevan dengan pelaksanaan
Pada Tahun 2006, BPK melakukan PSC dalam Cost Recovery. Nilai temuan BPK
pemeriksaan tematik atas PNBP TA 2005 atas cost recovery pada Tahun 2004 dan 2005
dan 2006 (Semester I) pada 17 kementerian/ yang telah disetujui untuk dikoreksi sebesar
lembaga. Pemeriksaan tersebut meliputi USD14.3 juta dan Rp1,35 miliar, dan yang
realisasi penerimaan senilai Rp16,41 triliun belum disetujui untuk dkoreksi sebesar
dan USD14.83 miliar, sedangkan cakupan USD1,4 miliar dan Rp56 juta. Kemudian,
penentuan batas maksimal harga minyak
BAB V
pemeriksaan meliputi jumlah senilai Rp16,02
triliun dan USD14.83 miliar dengan total mentah pada harga sebesar USD38/barel
temuan senilai Rp1,49 triliun dan USD146.88 dalam formula harga jual LNG ke Fujian
juta. Hasil pemeriksaan atas PNBP secara telah membatasi kesempatan pemerintah
umum menunjukkan adanya penerimaan memperoleh pendapatan yang lebih besar
PNBP tanpa dasar hukum, penggunaan karena harga minyak mentah melebihi
langsung PNBP dan keterlambatan penyetoran USD100/barel. Pada bulan Agustus 2008,
PNBP ke kas negara. Ketua BPK, Anwar Nasution, menyurati
pemerintah agar melakukan renegosiasi
harga gas alam cair (LNG) Tangguh ke
• PDTT atas Minyak dan Gas Bumi Fujian, Cina, karena harganya dinilai terlalu
murah. Kontrak penjualan gas Tangguh ke
Undang-undang Dasar 1945
Cina dilakukan pada Tahun 2002. Melihat
mengamanatkan agar sumber daya alam (SDA)
harganya, kontrak penjualan gas Tangguh
dikuasai oleh negara untuk dipergunakan
disebut-sebut sebagai kontrak penjualan 81
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB V
listrik Tahun 2007 pada PT PLN mengoreksi Pada Semester II Tahun 2008 BPK
besarnya subsidi Tahun 2007 menjadi sebesar melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
Rp37,48 triliun dari nilai subsidi sesuai pertanggungjawaban dana bantuan operasional
pagu dalam APBN-P sebesar Rp39,26 triliun sekolah (BOS) dan dana pendidikan lainnya
sehingga terdapat sisa anggaran sebesar (DPL) sumber dana APBN dan APBD TA
Rp1,78 triliun. Kerusakan PLTG Borang 2007 dan Semester I TA 2008. Pemeriksaan
dan Pengalihan Operasi PLTG Apung ke dilakukan pada seluruh pemerintah provinsi
Sumatera Utara periode Tahun 2004 – 2007 (33) dan 62 pemerintah kabupaten/kota
berpotensi merugikan PT PLN (Persero) dengan jumlah sekolah yang dijadikan sampel
sebesar Rp62,59 miliar atau sebanyak pemeriksaan sebanyak 4.127 sekolah.
6.645.160 MMBTU (Million British Thermal Hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan
Unit), dan penggunaan bahan bakar minyak bahwa secara umum pengendalian terhadap
untuk pembangkit listrik tenaga gas PT pengelolaan dan pertanggungjawaban dana
PLN (Persero) Tahun 2007 meningkatkan BOS dan DPL telah cukup baik, namun
biaya pemeliharaan yang mengakibatkan 83
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
demikian masih terdapat beberapa kelemahan, terhadap pencapaian tugas pokok dan fungsi
antara lain: departemen/lembaga, membuka peluang
84
hilangnya BMN departemen/lembaga dan
a.Sebanyak 2.592 sekolah (62,84%) tidak
negara kehilangan kesempatan untuk
mencantumkan seluruh penerimaan dana
memperoleh pendapatan dari pemanfaatan
BOS dan DPL dalam rencana anggaran dan
aset oleh pihak lain.
pendapatan belanja sekolah (RAPBS) senilai
Rp624,19 miliar; b. Pemanfaatan BMN dilakukan tidak sesuai
ketentuan, mengakibatkan tidak ada
b. Dana BOS digunakan tidak sesuai
penerimaan dari hasil pemanfaatan aset
peruntukannya, senilai Rp28,14 miliar;
negara yang seharusnya disetorkan ke
c. Sisa dana BOS Tahun 2007 senilai kas negara sebesar Rp190,29 miliar dan
Rp21,80 miliar dan pendapatan jasa giro berpotensi merugikan keuangan negara
di rekening penampungan Tim Manajemen sebesar Rp531,22 miliar.
BOS provinsi senilai Rp1,59 miliar tidak
c. Pelaksanaan pengamanan dan pemeliharaan
di setor ke kas negara, mengakibatkan
BMN tidak menjamin kepentingan negara,
pengendalian atas sisa dana BOS yang
berpotensi hilangnya BMN dan munculnya
belum disalurkan lemah, dan penerimaan
NRQÁLNGDQDWDXSRWHQVLNRQÁLNGDODP
negara atas pendapatan jasa giro senilai
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
BAB V
dan pembangunan berkelanjutan mencakup
• PDTT atas Pinjaman Luar Negeri
tiga jenis pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
Pemeriksaan BPK terhadap LKPP sejak keuangan, pemeriksaan kinerja dan
TA 2004 sampai dengan 2007 menunjukkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
adanya ketidakberesan dalam sistem Pembahasannya secara umum pada bagian
pengelolaan pinjaman luar negeri yang akan pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini
memberatkan APBN. semata-mata karena saat ini sebagian besar
Untuk memperdalam permasalahan pemeriksaan berperspektif lingkungan dan
yang telah ada dalam pemeriksaan atas pembangunan berkelanjutan yang dilakukan
LKPP, BPK juga melaksanakan pemeriksaan BPK adalah pemeriksaan dengan tujuan
dengan tujuan tertentu atas Pinjaman Luar tertentu.
Negeri. Pemeriksaan ini dilaksanakan pada Kerusakan lingkungan saat ini sudah
Semester II Tahun 2008, yang dilaksanakan cukup serius dan telah berdampak langsung
pada Departemen Keuangan, Kementerian kepada kehidupan masyarakat luas dan telah 85
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
pelaksanaan pemeriksaan bidang lingkungan. dan sample pada empat provinsi yaitu
Perluasan lingkup pemeriksaan BPK dan Provinsi Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan
pengalaman dalam bidang-bidang di atas Tengah dan Kalimantan Timur, sedangkan
memberikan keyakinan pada BPK untuk dapat pemeriksaan atas pembangunan HTI oleh PT
berkiprah di dunia internasional. Hal tersebut Inhutani V dilakukan di Jakarta dan Provinsi
ditunjukkan dengan peran serta BPK dalam Lampung.
INTOSAI WGEA, misalnya sebagai ketua
Hasil pemeriksaan menemukan adanya
komite penyusunan audit guidelines bidang
kerusakan lingkungan yang disebabkan
kehutanan, sebagai sub committe member
penyerobotan kawasan hutan lindung, hutan
bidang perubahan iklim dan berpartisipasi
konservasi, dan hutan produksi. Temuan
aktif dalam global audit project on climate
pemeriksaan lainnya mengungkapkan
changes.
penyimpangan atas kriteria/peraturan
8QWXNPHQLQJNDWNDQHÀVLHQVLGDQ lainnya yaitu : penanaman tidak sesuai sistem
efektivitas bidang pemeriksaan lingkungan silvikultur yang ditetapkan; kerja sama operasi
hidup, BPK telah memanfaatkan technologi geo belum mendapatkan ijin dari Menhut; kegiatan
spatial yaitu dengan menggunakan Geograpic pembangunan HTI serta tata batas yang belum
Information System (GIS) dan Global dilaksanakan; pengamanan dan inventarisasi
Positioning System (GPS), serta menggunakan hutan tidak sesuai ketentuan; Departemen
konsultan ahli, khususnya untuk mengukur Kehutanan belum sepenuhnya melaksanakan
dampak kerusakan lingkungan dan dampak komitmen terkait.
ekonomi regional.
Ketidak patuhan pada ketentuan
Berdasarkan pemeriksaan di atas, yang berlaku mengakibatkan perubahan
diketahui antara lain, ketidakpatuhan kawasan hutan seluas 241.797,19 ha menjadi
pemerintah, instansi terkait, swasta dan pemukiman transmigrasi. Perubahan
masyarakat kepada peraturan perundang- kawasan ini tidak sesuai dengan ketentuan
undangan bidang lingkungan hidup, serta menghilangkan fungsi lindung, fungsi
adanya kelemahan penegakan hukum dalam konservasi dan fungsi produksi pada kawasan
pelaksanaan pencegahan, penanggulangan hutan yang berubah menjadi pemukiman
dan pemulihan kerusakan lingkungan yang transmigrasi.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB V
Batubara melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi
di areal bekas tambangnya.
BPK telah melakukan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu atas pengelolaan Pengelolaan tanah pucuk dan tanah
pertambangan batubara Tahun Anggaran penutup oleh 61 pemegang KP dan lima
2006 dan 2007 pada Departemen ESDM, kontraktor PKP2B tidak sesuai ketentuan
empat pemerintah provinsi, 28 pemerintah sehingga dapat mengakibatkan longsor dan
kabupaten/kota, 1358 pemegang KP, 40 erosi serta berkurangnya kesuburan tanah
kontraktor PKP2B serta instansi terkait serta manfaat tanah pucuk sebagai penutup
lainnya di Jakarta, Kalimantan Selatan, lahan bekas tambang dan sebagai tempat
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, tumbuhnya tanaman vegetasi akan berkurang
dan Sumatera Selatan. Hasil pemeriksaan bahkan hilang. Demikian pula pelaksanaan
menemukan 56 kasus kerusakan lingkungan reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang
yaitu kerusakan dan/atau pencemaran batubara oleh 72 pemegang KP dan enam
lingkungan. Berikut disampaikan beberapa hal Kontraktor PKP2B tidak sesuai ketentuan, 87
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB V
investigatif untuk menghitung kerugian antara pemasok dan auditee. BPK selanjutnya
negara/daerah adalah bahwa pemeriksa merekomendasikan agar pelaksanaan
harus menentukan metode penghitungan setlement mengacu pada ketentuan yang
kerugian negara/daerah yang digunakan berlaku dan tujuan pengadaan semula, dengan
dalam pemeriksaannya. Ini merupakan tetap memperhatikan kerugian negara yang
suatu tantangan tersendiri bagi BPK, karena timbul. BPK pun mendorong agar dilakukan
di satu sisi metode penghitungan kerugian perbaikan metode, standar dan prosedur
pengadaan terutama yang menggunakan
2 Juknis tersebut belum mengatur pemeriksaan
investigatif selain atas indikasi tindak pidana korupsi yang fasilitas kredit ekspor.
mengakibatkan kerugian negara/daerah sesuai dengan Pasal
2 dan Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun Dari ke-17 kasus itu, dua kasus telah
2001. diputuskan di pengadilan, yaitu pemeriksaan
3 Pasal 11 huruf c Undang-undang nomor 15 Tahun investigatif atas pelaksanaan APBD
2006 tentang BPK menyatakan “BPK dapat memberikan Pemerintah Kota Medan TA 2002-2006 dengan
keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian
jumlah kerugian senilai Rp26,86 miliar dan 89
negara/daerah”.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
90
YPPI di berbagai bank komersil, ke rekening yang terus menurun dan ketergantungan pada
yang terdapat BI, baru kemudian ditarik penempatan dana cadangan devisa negara.
keseluruhan secara tunai. Oleh karena itu, pada Tahun 2006 tersebut,
BPK RI telah menyarankan kepada Bank
Ketiga, Penarikan dan penggunaan dana
Indonesia agar mempertimbangkan untuk
YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan
melikuidasi IBA karena selama ini hanya
pendirian yayasan semula. Ini bertentangan
menjadi beban bagi BI.
dengan UU Yayasan, dan putusan RDG
tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa Dengan telah dibangkrutkannya IBA
dana YPPI digunakan untuk pembiayaan oleh pengadilan Belanda tersebut, saat ini
kegiatan sosial kemasyarakatan. IBA berada di bawah penguasaan kurator,
Mr. A. van Hees dan Mr. H.P. de Haan yang
Keempat, penggunaan dana senilai
ditunjuk oleh pengadilan Amsterdam, Belanda,
Rp31,5 miliar diduga untuk menyuap oknum
dan sepenuhnya berlaku UU Kebangkrutan
anggota DPR. Sisanya senilai Rp68,5 miliar
di negara Belanda. Berdasarkan ketentuan
disalurkan langsung kepada individu mantan
perundang-undangan Eropa dan Belanda, BPK
pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga,
tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa
dana ini digunakan untuk menyuap oknum
IBA yang saat ini berstatus dilikuidasi dalam
penegak hukum untuk menangani masalah
wilayah hukum Belanda. Satu-satunya cara
hukum atas lima orang mantan Anggota
untuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap
Dewan Direksi/Dewan Gubernur BI. Padahal,
IBA adalah melalui mekanisme Mutual Legal
kelimanya sudah mendapat bantuan hukum
Assistance yaitu pertukaran informasi antar
dari sumber resmi anggaran BI sendiri senilai
lembaga penegak hukum di kedua negara atas
Rp27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi
hal-hal yang berindikasi pidana.
itu telah disalurkan kepada para pengacara
masing-masing. Sampai saat ini, kasus ini
telah terangkat ke meja hijau dan sebagian
• PDTT atas Komisi Pemilihan Umum
pihak yang terlibat telah mendapat vonis
hukum. Pada Semester II TA 2005, BPK
melakukan pemeriksaan di KPU Pusat
atas pengelolaan dan pertanggungjawaban
• Indover Bank Amsterdam (IBA) anggaran pemilihan presiden dan wakil
presiden tahap I dan II Tahun 2004,
IBA adalah anak perusahaan BI dengan
serta pemeriksaan di 16 KPU Provinsi/
kepemilikan 100%, dimana IBA semula
Kabupaten/Kota atas pengelolaan dan
merupakan cabang dari De Javasche Bank.
BAB V
pertanggungjawaban anggaran pemilu 2004
Karena adanya nasionalisasi De Javasche
yang dibiayai dari dana APBN dan APBD.
Bank menjadi BI, maka cabang tersebut
diubah statusnya menjadi anak perusahaan Hasil pemeriksaan antara lain:
BI yaitu N.V Indover Bank Amsterdam. IBA pengelolaan persediaan kertas tidak sesuai
memiliki anak perusahaan yaitu IBHK dengan ketentuan sehingga berpotensi menimbulkan
kepemilikan 100%. pemborosan senilai Rp4,31 miliar, dalam
pencetakan surat suara pemilihan presiden
IBA menjadi perhatian publik pada
tahap I dan II terjadi pemborosan senilai
saat IBA dibangkrutkan oleh pengadilan
Rp7,43 miliar, denda keterlambatan atas
Belanda pada tanggal 1 Desember 2008. Hasil
pemborongan pekerjaan pengadaan barang
pemeriksaan BPK RI atas Indover Bank
dan jasa pada sekretariat KPU Provinsi DKI
Amsterdam (IBA) pada Tahun 2006, antara
Jakarta senilai Rp3,15 miliar belum dipungut,
lain menyimpulkan bahwa keberadaan IBA
dan penggunaan dana bantuan APBD pada
tidak memberikan manfaat dan cenderung
menjadi beban bagi BI karena kinerjanya
43 KPU Provinsi/Kabupaten/Kota berpotensi 91
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Tabel 5.8: Hasil Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi s.d Semester I Tahun 2009
pada Periode s.d Semester II TA 2008 dan Periode s.d Semester I TA 2009
temuan pemeriksaan senilai Rp650,06 triliun sebanyak 1.175 rekomendasi senilai Rp61,87
serta sejumlah valas dan 3.509 rekomendasi triliun atau 33,49%, dan sisanya sebanyak
senilai Rp166,32 triliun serta sejumlah valas. 697 rekomendasi senilai Rp32,45 triliun atau
Diantaranya sebanyak 1.635 rekomendasi 19,92% belum ditindaklanjuti.
senilai Rp71,98 triliun serta sejumlah
valas telah ditindaklanjuti sesuai dengan
BAB V
rekomendasi, 1.175 rekomendasi senilai 5.3.3 Hasil Pemantauan Pelaksanaan
Rp61,87 triliun serta sejumlah valas belum Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
sesuai rekomendasi/dalam proses tindak pada Pemerintah Daerah
lanjut, dan sisanya 699 rekomendasi senilai Hasil pemantauan pelaksanaan tindak
Rp32,45 triliun serta sejumlah valas belum lanjut hasil pemeriksaan di lingkungan
ditindaklanjuti. Rekapitulasi hasil pemantauan Pemerintah Daerah di 33 provinsi terungkap
tindak lanjut s.d. Semester I TA 2009 disajikan bahwa sampai dengan akhir Semester I TA
dalam Tabel 5.11. 2009 terdapat 50.365 temuan pemeriksaan
Tindak lanjut hasil pemeriksaan senilai Rp691,52 triliun dan USD505.43 ribu
diatas terlihat bahwa rekomendasi yang serta 94.422 rekomendasi senilai Rp474,67
telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi triliun dan USD505.43 ribu. Dari total
sebanyak 1.635 senilai Rp71,98 triliun rekomendasi, sebanyak 39.877 rekomendasi
atau 46,59%, belum ditindaklanjuti sesuai senilai Rp142,77 triliun telah ditindaklanjuti
rekomendasi/dalam proses tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi, sebanyak 17.696 93
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
9.550 919.153.123,07 14.628 860.536.063,92 7.769 160.608.324,59 3.103 574.678.156,46 3.756 125.249.582,86
USD USD
USD 105.350,18 USD 929.426,59 USD 440.985,81
1.496.943,95 1.475.762,58
AUD 7.222,12 AUD 7.222,12 AUD 100,00 AUD 682,01 AUD 6.440,11
VND 32.580,00 VND 32.580,00 VND 32.580,00 VND 0,00 VND 0,00
JPY JPY
JPY 736.792,33 JPY 854.909,84 JPY 2.799,04
1.594.501,21 1.594.501,21
EUR 33.974,00 EUR 33.774,00 EUR 2.269,00 EUR 31.450,00 EUR 55,00
CAD 454,30 CAD 60,00 CAD 60,00 CAD 0,00 CAD 394,30
SGD 820,00 SGD 820,00 SGD 770,00 SGD 50,00 SGD 0,00
CNY 2.810,00 CNY 2.400,00 CNY 0,00 CNY 0,00 CNY 2.400,00
GBP 1.351,89 GBP 1.351,89 GBP 1.006,10 GBP 310,00 GBP 35,79
SAR 96.664,16 SAR 96.664,16 SAR 25.090,93 SAR 39.306,40 SAR 32.266,83
Sumber: IHPS I tahun 2009.
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
BAB V
sebesar 39,49% atau senilai Rp1,14 triliun
• proses penyelesaian ganti kerugian negara/ dan USD40.71 juta.
daerah yang belum dapat ditetapkan,
maupun yang masih berupa indikasi
kerugian negara/daerah dari hasil Sesuai dengan
Rekomendasi
pemeriksaan BPK dan APIP yang harus
segera diproses penyelesaiannya oleh 28,15% 30,08% Belum Sesuai
Rekomendasi/Dalam
instansi yang bersangkutan. Proses Tindak Lanjut
41,77% Belum
Ditindaklanjuti
• Entitas yang telah secara aktif
menyampaikan laporan penyelesaian ganti
kerugian negara/daerah kepada BPK yaitu
Departemen Hukum dan HAM, Departemen Gambar 5.5: Status Penyelesaian Tindak Lanjut Nilai Rekomendasi
Kesehatan, Dephan d.h.i TNI AL, POLRI pada Pemerintah Daerah s.d. Semester I TA 2009 (dalam %)
Tabel 5.12: Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan pada Pemerintah Daerah s.d.
Semester I TA 2009
96
USD46.24 juta, JPY545,25 juta, AUD1,47 juta, USD382.92 ribu dengan tingkat penyelesaian
DFLS672,74 ribu, DM306,58 ribu, FFr32,29 sebesar 44,27% (lihat tabel 5.15).
juta, CA$1,17 juta, dan NLG182,97 ribu
dengan tingkat penyelesaian sebesar 27,93%
5.4.4 Hasil Pemantauan terhadap Hasil
(lihat tabel 5.13).
Pemeriksaan BPK Berindikasi
Kerugian Negara/Tindak Pidana
5.4.2 Hasil Pemantauan Penyelesaian yang Disampaikan Kepada Instansi
Ganti Kerugian Negara pada Badan yang Berwenang
Usaha Milik Negara (BUMN) Ketentuan Pasal 14 Undang-Undang
Cakupan kerugian negara pada BUMN Nomor 15 Tahun 2004 telah mewajibkan BPK
yang sebanyaki 520 kasus senilai Rp840,94 untuk melaporkan hasil pemeriksaan yang
miliar dan USD313.50 ribu dengan tingkat mengandung indikasi unsur pidana kepada
penyelesaian sebesar 4,81% (lihat tabel 5.14). instansi yang berwenang. Sejak Tahun 2003
BPK telah melaporkan hasil pemeriksaan yang
Tabel 5.13: Penyelesaian Kerugian Negara pada Instansi Pusat
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
dĂďĞůϱ͘ϭϱ͗WĞŶLJĞůĞƐĂŝĂŶ<ĞƌƵŐŝĂŶEĞŐĂƌĂƉĂĚĂWĞŵĞƌŝŶƚĂŚĂĞƌĂŚ
mengandung indikasi unsur pidana kepada senilai Rp92,09 miliar diserahkan kepada
Kepolisian Negara RI, Kejaksaan, dan Komisi Kejaksaan Agung serta sebanyak 11 kasus
Pemberantasan Korupsi. senilai Rp248,19 miliar dan USD94.64 ribu
Sampai dengan Semester I Tahun 2009, diserahkan kepada KPK.
Hasil Pemeriksaan (HP) BPK berindikasi Beberapa permasalahan yang dihadapi
unsur pidana yang disampaikan kepada dalam rangka penyelesaian ganti kerugian
instansi berwenang sebanyak 223 kasus negara adalah :
senilai Rp30,57 triliun dan USD470.40 juta.
a. Belum dipahaminya Peraturan BPK Nomor
Dari 223 kasus tersebut, Instansi Penegak
3 Tahun 2007 dan belum diterbitkannya
BAB V
hukum (Kejaksaan, Kepolisian dan KPK)
Peraturan Pemerintah yang mengatur
telah menindaklanjuti 132 kasus (59,19%) ke
tentang Penyelesaian Kerugian Negara/
dalam proses peradilan yaitu penyelidikan 20
Daerah terhadap Pegawai Negeri Bukan
kasus (8,97%), penyidikan 15 kasus (6,73%),
Bendahara/Pejabat lain yang menyebabkan
penuntutan 8 kasus (3,59%), putusan 37
beberapa instansi pemerintah pusat/
kasus (16,59%), dihentikan 10 kasus (4,48%),
pemerintah daerah belum membentuk
dan dilimpahkan kepada Kejaksaan Tinggi
TPKN/D atau sudah ada TPKN/D namun
sebanyak 42 kasus (18,83%),
kinerjanya belum optimal, baik dalam
Untuk Semester I Tahun 2009, hasil memproses penyelesaian kerugian negara,
pemeriksaan BPK yang berindikasi unsur menatausahakan dokumen kerugian negara,
pidana yang diserahkan kepada instansi maupun mengkoordinasikan penyelesaian
penegak hukum sebanyak 19 kasus senilai kerugian negara dengan instansi terkait.
Rp340,29 miliar dan USD94.64
.64 ribu
b. Pelaksanaan eksekusi ganti kerugian
dengan rincian sebanyak delapan kasus
negara/daerah yang telah ditetapkan baik 97
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
98
oleh pemerintah pusat/daerah, BPK maupun Bukan Bendahara/Pejabat Lain dan Pihak
putusan pengadilan yang telah mempunyai Ketiga.
kekuatan hukum tetap belum optimal.
b. Pimpinan instansi pemerintah pusat/
c. Penyelesaian kerugian yang masih berupa pemerintah daerah melaksanakan :
temuan dari hasil pemeriksaan BPK maupun
dari aparat pengawasan intern pemerintah i. sosialisasi penyelesaian kerugian negara/
belum ditindaklanjuti secara cepat daerah di lingkungannya masing-masing;
dalam mekanisme penyelesaian kerugian ii. pembentukan TPKN dan/ atau
negara sesuai ketentuan dalam peraturan optimalisasi kinerja TPKN; dan
perundang-undangan.
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
BAB V
mengenai pengefektifan SPIP. Hasil kajian kepala daerah.
tersebut adalah sebagai berikut:
• Tumpang tindih atau duplikasi pengawasan
intern.
pada audit dibandingkan dengan fungsi 5.5.2 Penerapan SAP Berbasis Akrual
pengendalian sebagai bagian dari fungsi
100 BPK mendukung pengaturan dan
manajemen pemerintah.
penerapan SAP berbasis akrual karena selain
• PP No. 60 Tahun 2008 lebih menekankan untuk memenuhi ketentuan perundang-
dan menjelaskan secara detail tugas undangan, Pemerintah dapat melakukan
pengawas intern dalam bentuk audit perencanaan jangka panjang melebihi
dibandingkan dengan evaluasi, reviu dan satu tahun anggaran, dan meningkatkan
pengawasan lainnya. Sebagai contoh terkait transparansi dan akuntabilitas keuangan
audit, PP No. 60 Tahun 2008 mengatur negara. Bagi pemerintah, akuntansi berbasis
WHQWDQJVWDQGDUDXGLWNXDOLÀNDVLRUDQJQ\D akrual dapat digunakan sebagai dasar untuk
dan laporannya. mengukur kinerja lebih akurat, menyelesaikan
permasalahan yang terkait dengan “Rekening
• Pengertian dan tugas pengawasan intern
Liar”, pelaksanaan anggaran mendesak seperti
berupa audit dapat menimbulkan duplikasi
terjadi pada KPU pada akhir Tahun 2008
dengan peran pemeriksaan BPK. Hal ini
yang lalu, serta pengungkapan kewajiban
terlihat dari pengertian dalam PP No. 60
kontinjensi Pemerintah.
Tahun 2008 tentang audit yang mirip dengan
pengertian pemeriksaan. Keharusan untuk mengadopsi basis
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
• Melakukan sosialisasi dan pelatihan proses politik yang terlalu panjang dalam
pada pejabat pengelola keuangan negara pengesahan APBN maupun APBD serta
mengingat kompleksitas laporan yang harus buatan birokrasi pemerintahan itu sendiri.
disusun pemerintah sesuai SAP berbasis
Penyerapan anggaran pemerintah
akrual, yaitu sebanyak tujuh laporan
propinsi di seluruh Indonesia pada tahun 2008
dibandingkan dengan empat laporan sesuai
rata-rata hanya berkisar antara 60% sampai
SAP yang diatur dalam PP No. 24 Tahun
70% dan hanya empat provinsi yang dapat
2005.
menyerap 80% anggaran untuk keperluan
• Menyiapkan sumber daya manusia dan pembangunan daerahnya seperti terlihat pada
infrastruktur sistem, serta biaya atau Gambar 5.6.
investasi yang harus disediakan pemerintah
Dana pemerintah daerah yang tidak
untuk mempersiapkan sumber daya tersebut.
terserap sebagian besar disimpan pada
• Meningkatkan kualitas laporan keuangan industri perbankan, terutama di BPD dan
pemerintah karena masih banyak yang bank-bank negara. Peningkatan jumlah dana
memperoleh opini disclaimer atau tidak Pemda yang ditempatkan di sektor perbankan
menyatakan pendapat dari BPK. selama Tahun 2003-2008 terlihat pada Gambar
5.7.
• Memulai uji coba atau simulasi pada satu
atau lebih pemerintah pusat dan daerah Dana Pemerintah Daerah yang tidak
dengan data aktual. terserap dan disimpan pada BPD dan bank-
bank negara kemudian didaur ulang oleh bank
Berdasarkan hal-hal di atas, Draf Final
WHUVHEXWXQWXNPHPEHOL6%,6HUWLÀNDW%DQN
SAP Berbasis Akrual yang disampaikan
Indonesia) ataupun membeli SUN.
Menteri Keuangan kepada BPK perlu
disempurnakan serta dibuat pentahapan Realisasi pengeluaran anggaran
yang jelas dan terjadwal termasuk uji coba yang menumpuk menjelang kuartal keempat
atau simulasi untuk melihat keterterapan tahun anggaran, utamanya terjadi pada
SAP tersebut oleh pemerintah pusat dan bulan Desember. Hal tersebut terlihat
pemerintah daerah. pada Gambar 5.8 dan Gambar 5.9. Gambar
5.8 mencerminkan jadwal waktu (timing)
pengeluaran belanja Pemerintah Pusat dan
5.5.3 Penumpukan Pencairan Anggaran Gambar 5.9 menggambarkan realisasi transfer
pada Akhir Tahun. dana perimbangan dari Pemerintah Pusat ke
BPK memahami keterbatasan Pemerintah Daerah, Tahun 2005-2008.
BAB V
kemampuan Pemerintah Indonesia melakukan Realisasi pengeluaran anggaran
VWLPXOXVÀVNDOJXQDPHQJJHUDNNDQNHPEDOL yang terkonsentrasi pada kuartal keempat
pertumbuhan ekonominya. Untuk itu, tahun anggaran seperti ini mengurangi
Pemerintah perlu menajamkan waktu (timing) HIHNWLYLWDVVWLPXOXVÀVNDOSHPHULQWDK'DODP
pencairan anggaran untuk membiayai keadaan seperti itu muncul kemungkinan
kegiatannya dan menajamkan struktur serta rekayasa dan terganggunya efektivitas,
arah sasaran pengeluaran negara yang ingin HNRQRPLVGDQHÀVLHQVLSHQJDGDDQEDUDQJ
dituju. dan jasa pemerintah, pembukaan rekening
Hasil pemeriksaan BPK menggambarkan antara (escrow account) dan rekening liar
EDKZDHIHNWLYLWDVHÀVLHQVLGDQNHKHPDWDQ untuk menyimpan anggaran yang belum
ekonomi pengeluaran Pemerintah Pusat dan digunakan serta kemungkinan pembuatan
Daerah masih rendah. Penyebab permasalahan SHUWDQJJXQJMDZDEDQÀNWLI
tersebut antara lain perencanaan dan Hasil pemeriksaan BPK di berbagai
penggunaan anggaran negara terlambat, instansi pemerintah pusat dan daerah 101
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
9 0 ,0 0 %
8 0 ,0 0 %
7 0 ,0 0 %
6 0 ,0 0 %
5 0 ,0 0 %
4 0 ,0 0 %
3 0 ,0 0 %
2 0 ,0 0 %
1 0 ,0 0 %
0 ,0 0 %
NTT
NTB
RIAU
NAD
JAMBI
BALI
BANTEN
PAPUA
LAMPUNG
BENGKULU
MALUKU
JAWA TIMUR
GORONTALO
DKI JAKARTA
KEPULAUAN RIAU
JAWA TENGAH
PAPUA BARAT
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI TENGAH
MALUKU UTARA
JAWA BARAT
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
D.I. YOGYAKARTA
SULAWESI UTARA
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI BARAT
KALIMANTAN SELATAN
SUMATERA SELATAN
SULAWESI TENGGARA
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
ĂŶĂWĞŵĚĂWĂĚĂ^ĞŬƚŽƌWĞƌďĂŶŬĂŶ
(Triliun Rp)
100.6
93.4 91.5 94.4
86.0
75.6
68.9 68.3
41.9
21.5 24.6
Gambar 5.7: Dana Pemda Pada Sektor Perbankan Tahun 2003 – 2008 (Triliun Rp)
BAB V
keuangan negara. Setelah menyerahkannya merupakan beyond the call of duty bagi BPK
kepada DPR, sebagai pemegang hak yang mempengaruhi baik eksekutif maupun
budjet, BPK wajib mengumumkan hasil legislatif, yakni; Inisiatif pertama adalah untuk
pemeriksaannya secara luas kepada memperluas objek pemeriksaannya, baik pada
masyarakat. BPK wajib untuk segera sisi pendapatan maupun pengeluaran negara.
melaporkan hasil pemeriksaan yang diduga Tadinya, selama masa pemerintahan Orde
mengandung aspek kriminal kepada penegak Baru, BPK hanya dapat memeriksa sebagian
hukum untuk disidik. Selain itu, BPK diberi saja dari pengeluaran negara. Misalnya,
kewenangan quasi-judicial untuk menghitung masih adanya pembatasan pemeriksaan
dan menetapkan kerugian negara. UU laporan keuangan instansi penegak hukum
No. 15 Tahun 2006 juga menugaskan BPK dan keamanan, seperti Dephan, TNI/POLRI,
untuk memantau tindak lanjut saran serta berbagai BUMN/BUMD strategis, seperti
rekomendasi pemeriksaannya. Pertamina dan bank-bank negara adalah
diluar jangkauan pemeriksaan BPK. Hal ini
juga terjadi disisi penerimaan negara seperti 103
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
50.00
Belanja Barang
40.00 Belanja Modal
30.00 Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain
20.00
10.00
0.00
Des Des Des
2005 2006 2007 2008
Gambar 5.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (triliun Rupiah) Jan 2005 - Juni 2008
pajak, berbagai jenis PNBP, penjualan aset jangka panjang berbasis kinerja;
negara termasuk privatisasi BUMN/BUMD,
b. mewujudkan sistem pembukuan keuangan
serta penerimaan negara dari hibah maupun
negara yang terpadu (TSA-Treasury Single
utang.
Account);
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Des Des Des
2005 2006 2007 2008
Gambar 5.9 Realisasi Transfer Dana Perimabangan (triliun Rupiah) Jan 2005-Juni 2008
BPK. Alternatif lain untuk memenuhi Kedua jenis program itu adalah dalam
keperluan SDM adalah dengan merekrut bidang perencanaan pembangunan dan
sendiri tenaga-tenaga akuntan ataupun manajemen keuangan daerah dan diharapkan
mengirimkan pejabatnya pada berbagai dimulai pada bulan September 2009. Kedua
perguruan tinggi yang memiliki jurusan program ini dimaksudkan untuk membangun
akuntansi ataupun berbagai kursus kedinasan kapasitas Pemda kedua provinsi itu dalam
mengenai administrasi keuangan negara. melaksanakan otonomi daerah. Kedua
Inisiatif BPK kelima adalah mendorong program pelatihan itu akan dilakukan di
perombakan struktural Badan Layanan Umum dua universitas yang ada di kedua provinsi
(BLU), BUMN dan BUMD serta yayasan tersebut dengan bantuan desain silabus serta
maupun kegiatan bisnis yang terkait dengan tenaga pengajar dari LPEM Fakultas Ekonomi
kedinasan agar menjadi lebih mandiri dan UI maupun enam perguruan tinggi yang telah
korporatis. digunakan oleh Depkeu untuk melakukan
pelatihan manajemen keuangan daerah4.
Inisiatif BPK yang keenam adalah
menyarankan kepada DPR-RI, DPD-RI dan Dibidang teknologi informasi dan
DPRD Provinsi maupun Kabupaten/Kota komunikasi, kedua provinsi tersebut
untuk membentuk Panitia Akuntabilitas membutuhkan perangkat dan sistem
Publik (PAP). PAP perlu dibentuk agar teknologi untuk memudahkan pertukaran
lembaga-lembaga legislatif dapat mewujudkan informasi dan komunikasi terkait pengelolaan
hak budjetnya dan mengawasi perencanaan, keuangan daerah dan pelaksanaan otonomi
pengelolaan, pelaksanaan maupun daerah. Pembangunan sistem informasi dan
pertanggungjawaban anggaran negara serta komunikasi antara pemerintah daerah di
BAB V
program kerja pemerintah secara utuh. kedua provinsi tersebut sangat mendesak
PHQJLQJDWIDNWRUNRQGLVLJHRJUDÀVVHUWD
Disamping keenam bentuk inisiatif
keterbatasan sarana dan prasarana
yang telah diuraikan sebelumnya, BPK
komunikasi. Dalam hal ini, BPK menyarankan
juga memiliki insiatif khusus untuk
untuk membangun sistem informasi dan
membangun kelembagaan keuangan daerah
komunikasi, dengan mengambil contoh
di lingkungan Provinsi Papua dan Papua
Barat, yang kemudian dapat dicontoh
4 Keenam Perguruan Tinggi itu adalah Universitas Indonesia,
untuk diterapkan di daerah lain. Inisiatif Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, Universitas
tersebut meliputi bidang perencanaan Hasanuddin, Universitas Brawijaya dan Universitas Sam Rat-
ulangi. UI dan UGM memulai pembukaan Latihan Keuangan
pembangunan, manajemen keuangan daerah, Daerah (LKD) pada tahun 1981/82. Kursus Keuangan Daerah
serta teknologi informasi dan komunikasi. dibuka pada tahun 1985/86 di UI, UGM, Unand dan Unhas
yang kemudian diperluas ke Unibraw dan Unsrat pada tahun
Dewasa ini, BPK, bersama dengan Depkeu
2007. Pada tahun 2007 itu juga dibuka Kursus Keuangan
dan Depdagri sedang mendesain dua jenis Daerah (KKD) Khusus Penataan dan Akuntansi Keuangan di
program khusus dibidang keuangan daerah. keenam Perguruan Tinggi tersebut.
105
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
106
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
seperti yang telah dibangun dan dilaksanakan rangkaian kegiatan Dialog Publik dalam
oleh BRR Aceh-Nias untuk mengelola dan rangka mendorong terciptanya transparansi
PHPDQWDXVHPXDDNWLÀWDVWHUNDLWGHQJDQ dan akuntabilitas pengelolaan dan tanggung
pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di jawab keuangan negara. Kegiatan tersebut
daerah Aceh dan Nias. dilaksanakan pada sejumlah instansi
Pemerintah Pusat, seluruh Pemerintah
Kabupaten/Kota serta DPRD di Indonesia,
5.6.2 Kemajuan Pengelolaan Keuangan serta pada berbagai kedutaan besar RI di
Negara luar negeri. Kegiatan yang bertujuan untuk
Sebagai auditor eksternal, kewenangan membangun sistem pengendalian dan
BPK hanya terbatas pada pemberian opini pertanggungjawaban keuangan negara seperti
pemeriksaan, saran maupun rekomendasi ini sebenarnya merupakan porsi pemerintah.
perbaikan. BPK tidak memiliki kewenangan Melalui berbagai kegiatan dialog publik
membuat UU, aturan, maupun tindakan dan enam insiatif yang merupakan beyond the
yang bersifat memaksa guna memperbaiki call of duty bagi BPK, pada Tahun 2008 sudah
sistem keuangan negara. Berbagai jenis terlihat tanda-tanda positif perbaikan sistem
kewenangan yang disebut terakhir hanya keuangan negara di Indonesia. Tanda-tanda
dimiliki oleh Pemerintah dan DPR. Dengan perbaikan tersebut adalah sebagai berikut:
dilatarbelakangi rasa keprihatinan terhadap Tanda yang pertama adalah bahwa sudah
fenomena penyimpangan keuangan negara banyak dari instansi pemerintah di Pusat
baik di tingkat pusat maupun daerah yang maupun Daerah yang telah menyerahkan
semakin marak, sejak Mei 2008 sampai dengan MRL dan Rencana Aksi perbaikan opini sistem
April 2009, Ketua BPK telah melakukan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
BAB V
keuangannya adalah: Lampung, Sumatera pemerintah pusat dan daerah yang memiliki
Barat, Maluku Utara dan Jawa Tengah. prestasi di bidang tata kelola yang baik.
Daerah. Kategori pertama yaitu Penghargaan kepada satu pemerintah daerah, yaitu Kota
BPK atas Laporan Keuangan Tahun 2007 Tangerang.
108
dengan Opini WTP, diberikan kepada 14
Penghargaan BPK ini difokuskan pada
Kementerian/Lembaga, yaitu: Kementerian
pelaporan keuangan dan tidak dimaksudkan
Negara BUMN, Badan Intelijen Negara,
untuk menjamin ketiadaan pelanggaran
Dewan Ketahanan Nasional, Lembaga
terhadap ketentuan peraturan perundang-
Ketahanan Nasional, Makamah Konstitusi,
undangan. Melalui penganugerahan
Pusat Pelaporan Analisa Transaksi Keuangan
penghargaan ini, dapat terbentuk pandangan
(PPATK), Lembaga Administrasi Negara,
bahwa suatu pelaporan keuangan yang baik
Kementerian Perumahan Rakyat, BRR NAD-
tidak hanya berujung pada tercapainya opini
Nias, Dewan Perwakilan Daerah, Komisi
Wajar Tanpa Pengecualian, namun, BPK
Yudisial, Lembaga Penjamin Simpanan,
berharap terjadi suatu pemahaman bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi, serta Bank
laporan keuangan yang baik dapat menjadi
Indonesia. Untuk kategori yang sama
sumber informasi yang strategis dalam
penghargaan ini juga diberikan kepada empat
pengambilan keputusan oleh pengguna laporan
pemerintah daerah, yaitu: Provinsi Gorontalo,
keuangan. Selanjutnya, harapan BPK dengan
Kota Tangerang, Kota Banjar, dan Kabupaten
pemberian penghargaan ini dapat memacu
Aceh Tengah.
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
6
110
FG
A
ktualisasi visi dan misi, rencana BPK dalam mengemban amanat konstitusi
strategi dan capaiannya, serta dan menciptakan kepercayaan para pemangku
peranan BPK dalam mendorong kepentingan. BPK telah memberikan nilai
transparansi dan akuntabilitas keuangan tambah tersendiri dalam catatan perjalanan
Negara sesuai dengan amanat konstitusi, UU reformasi transparansi dan akuntabilitas
HARAPAN MASA DEPAN
Nomor 15 Tahun 2006, dan paket tiga Undang- keuangan negara yang masih belum purna.
undang di bidang keuangan Negara telah
Capaian dan upaya penguatan atas
mencapai hasil yang optimal pada akhir
delapan elemen kelembagaan (Bab IV
masa jabatan BPK RI 2004-2009. Pimpinan
Membangun Lembaga Menuju Pelopor
dan Anggota BPK yang berkarya selama 2004-
Keteladanan) dan atas hasil pemeriksaan
2009 mengucapkan terima kasih kepada para
maupun tugas non-pemeriksaan (Bab V
pemangku kepentingan dan seluruh pegawai
Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas
BPK atas dukungan dan kerjasama yang
Keuangan Negara) masih menyisakan
baik. Berkat itu semua, BPK telah berhasil
beberapa hal yang perlu mendapatkan
melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan
perhatian untuk menjamin pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab keuangan negara dengan
BPK sebagai lembaga negara yang bebas,
baik dan meletakkan dasar-dasar suatu
mandiri dan profesional.
organisasi pemeriksa yang modern dalam
mewujudkan BPK sebagai lembaga yang bebas,
mandiri dan profesional. 6.1. Penuntasan Capaian Elemen
Visi dan Misi yang mendasari Rencana Kelembagaan
Strategis dan Implementasi Rencana Strategis Pimpinan dan Anggota BPK 2004-2009
2006-2010 telah mampu memberikan arah telah berhasil membangun delapan elemen
dan gerak langkah seluruh satuan kerja di kelembagaan BPK selama lima tahun terakhir.
BPK – pusat maupun perwakilan – untuk Hal ini pun sesuai dengan simpulan hasil reviu
secara bersama-sama meraih keempat BPK Belanda yang menyebutkan bahwa sejak
tujuan strategis BPK secara terukur dengan 2004 BPK telah meletakkan dasar yang kokoh
berlandaskan ketiga nilai dasar: independen, agar dapat berfungsi sebagai sebuah lembaga
integritas dan profesionalisme. Segitiga pemeriksa tertinggi. Namun demikian, terlepas
peranan BPK masa kini dan masa mendatang dari keberhasilan dan capaian tersebut,
telah mampu menumbuhkan kepercayaan diri BPK menyadari bahwa tuntutan perubahan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
kelembagaan yang terjadi dalam BPK sebagai 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006, BPK telah
implikasi dari UU No. 15 Tahun 2004 dan UU menyelesaikan 9 peraturan dan keputusan
No. 15 Tahun 2006 sangat luar biasa besarnya. BPK dan masih harus menyelesaikan
Hal ini memerlukan upaya yang luar biasa 10 lainnya, antara lain: (1) Tata Cara
dan waktu yang tidak pendek untuk menjawab Pelaksanaan Tugas BPK (Pasal 6 ayat 6 UU
tuntutan perubahan tersebut. Berikut ini No. 15 Tahun 2006); (2) Tata Cara Pemilihan
beberapa hal penting terkait delapan elemen Ketua dan Wakil Ketua BPK serta pembagian
kelembagaan yang masih perlu dituntaskan: tugas dan wewenang Ketua, Wakil Ketua,
dan Anggota BPK (Pasal 15 ayat 5 UU No. 15
a. Independensi dan Mandat
Tahun 2006); dan (3) Pemberian Keterangan
Meskipun semua persyaratan Ahli ttg Kerugian Negara/Daerah dalam proses
independensi BPK sudah tertuang dalam peradilan (Pasal 11 huruf c UU 15 Tahun
peraturan perundang-undangan, namun 2006).
dalam pelaksanaannya masih ada yang
b. Kepemimpinan dan Tata Kelola Intern
belum terwujud. Pertama, terkait Pasal 10
Ayat (1.b) UU No. 15 Tahun 2004 dan Pasal Kontinuitas merupakan satu hal penting
9 Ayat (1.b) UU No. 15 Tahun 2006 tentang dalam setiap pergantian pimpinan. BPK
kebebasan akses informasi, dimana BPK masih telah memiliki rancang bangun kelembagaan
menemui kendala dalam mengakses data BPK yang merupakan elemen dasar bagi
perpajakan dan pemeriksaan atas laporan organisasi modern dan sekaligus merupakan
keuangan proyek yang didanai dari hibah dan aspek penting dari sistem pengendalian
pinjaman luar negeri. Kedua, terkait Pasal intern. Komitmen BPK untuk melanjutkan
35 UU No. 15 Tahun 2006 tentang anggaran pembangunan kelembagaan BPK dengan
BPK, dimana BPK masih mengajukan menggunakan rancang bangun dan sistem
BAB VI
kebutuhan anggarannya ke Pemerintah dan pengendalian mutu yang sama akan sangat
mengikuti program-program yang ditetapkan menentukan keberhasilan tujuan reformasi
pemerintah dalam dokumen perencanaan BPK sesuai amanat undang-undang. Hal lain
dan penganggaran (DIPA) yang tidak sesuai yang tidak kalah penting adalah penyelesaian
dengan karakteristik tugas pemeriksaan BPK. SIMAK sampai kepada perumusan indikator
kinerja individu. Hal ini berguna untuk
Sesuai amanat UU No. 15 Tahun 111
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Praktek-praktek semacam ini perlu menjadi terhampar di antara Das sein (apa yang
contoh bagi seluruh pemeriksaan yang diharapkan atau harapan) dengan Das
dilakukan pada masa mendatang. sollen (apa yang terjadi atau realitas), dan
jika kemudian jarak di antara keduanya
Selain hal-hal di atas, BPK perlu
semakin besar, maka akan semakin besar pula
menindaklanjuti rekomendasi peer-review ARK
tantangan yang dihadapi oleh BPK.
Belanda untuk melakukan penyempurnaan
seluruh aspek sistem pengendalian mutu. Memperhatikan hal tersebut, enam
Diharapkan kualitas kelembagaan dan hasil peranan BPK yang digambarkan dalam
kerja BPK semakin meningkat pada lima segitiga peranan BPK masa kini dan
tahun mendatang ketika kinerja pemeriksaan masa mendatang masih relevan untuk
BPK kembali harus direviu oleh BPK negara memberikan arah ke depan dalam mendorong
lain. transparansi dan akuntabilitas keuangan
negara. Selama lima tahun terakhir BPK
terus membantu upaya pemberantasan KKN
6.2 Peranan BPK masa dengan melaporkan temuan berindikasi
mendatang tindak pidana kepada aparat penegak hukum,
Satu-satunya tugas BPK sesuai memperluas cakupan pemeriksaan, serta
amanat konstitusi adalah untuk memeriksa membantu pemerintah dalam menuntaskan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan implementasi paket tiga undang-undang
negara dan melaporkannya kepada lembaga keuangan negara tahun 2003-2004, dan
perwakilan untuk mendorong transparansi dan dalam melakukan reformasi institusional,
akuntabilitas keuangan negara dalam rangka termasuk restrukturalisasi BUMN dan badan
penegakan good governance. pelayanan umum, seperti sekolah/Universitas
dan rumah sakit. Secara bertahap BPK mulai
Meski hasil pemeriksaan BPK
meningkatkan peranan dalam melakukan
dan upaya beyond the call of duty sudah
SHPHULNVDDQNLQHUMDJXQDPHQLODLHÀVLHQVL
NLQHUMD JXQD PHQLODL HÀVLHQVL
menunjukkan tanda-tanda positif perbaikan
QLODLHNRQRPLPDXSXQHIHNWLÀWDVNHJLDWDQ
sistem keuangan negara setahun terakhir
instansi pemerintah.
ini, BPK masih menghadapi tantangan besar
dalam mendorong perbaikan transparansi Akhirnya, sebagai penutup dari
dan akuntabilitas keuangan negara. Hal ini keseluruhan uraian dalam Memori Masa
terkait dengan sistem manajemen keuangan Jabatan ini, Pimpinan dan Anggota BPK 2004-
pemerintah yang masih lemah, tingkat korupsi 2009 menyampaikan tongkat estafet tugas dan
yang masih tinggi, dan tindak lanjut atas hasil tanggung jawab konstitusi dalam memimpin
pemeriksaan yang sangat rendah. BPK kepada Pimpinan dan Anggota BPK
selanjutnya. ******
Upaya BPK untuk mendorong
transparansi dan akuntabilitas keuangan
negara belum sepenuhnya diikuti oleh instansi/
lembaga pemerintahan. Akibatnya, terjadi
kesenjangan yang lebar antara harapan
yang dikehendaki BPK di satu pihak (Das
BAB VI
113
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
114
HARAPAN MASA DEPAN
Lampiran 4.1.
Metodologi Pemeriksaan Keuangan
Lampiran 4.2.
Metodologi Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
S b J k i P ik LKPD
Sumber: Juknis Pemeriksaan LKPD
Lampiran 4.3.
Metodologi Pemeriksaan atas LKPP dan LKKL
Lampiran 4.4.
Metodologi Pemeriksaan Kinerja
117
Sumber: Juklak Pemeriksaan Kinerja
Lampiran 4.5.
Metodologi Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
118
Lampiran 4.6.
Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif
WORKING GROUP
2. Working Group on WGEA dibentuk pada the BPK mulai terlibat dalam WGEA Peningkatan kemampuan
Environmental Audit XIV INCOSAI 1992 di pada 1999 dan menjadi anggota BPKdalam memeriksa
(WGEA) Washington, DC dengan Steering Committee pada 2004. lingkungan hidup termasuk
tujuan mendorong Saat ini, BPK bertanggung jawab
dengan penggunaan
penggunaan mandat dan atas Guidance Material on
instrumen pemeriksaan Auditing Forestry dan terlibat teknologi Geographic
dalam bidang kebijakan aktif dalam penyusunan Information System (GIS),
(AKN IV dan Staf Ahli perlindungan lingkungan Guidance Material on Auditing kerjasama pemeriksaan dan
Bidang Lingkungan Hidup hidup. Mining & Minerals, Auditing pertukaran informasi antar
dan Pembangunan Fisheries, dan Auditing Climate BPK, serta penyusunan
Berkelanjutan Change. BPK menjadi tuan rumah pedoman pemeriksaan
th
the 8 SC meeting of WGEA,
lingkungan hidup berstandar
Agustus 2009 di Ubud, Bali.
internasional.
3. Working Group on Semula berupa Task Force BPK menjadi wakil ketua Task Peningkatan kemampuan
yang dibentuk pasca Force. dalam pemeriksaan bencana,
ĐĐŽƵŶƚĂďŝůŝƚLJĨŽƌĂŶĚ
bencana di Asia Tenggara Dengan dana WB, BPK Belanda pertukaran informasi dan
Audit of Disaster-related (Desember 2004). dan BPKmemimpin pelaksanaan pengetahuan tentang
aid (AADA) Statusnya ditingkatkan Pilot Project Penggunaan manajemen dan audit
(AKN V dan AKN III) menjadi Working Group Teknologi GIS dalam Audit bencana, penggunaan GIS
yang bertujuan Bencana di Aceh yang hasilnya untuk audit bencana, serta
mengembangkan dan disampaikan dalam the XIX penyusunan manual audit
menyebarluaskan INCOSAI 2007 di Mexico. Saat ini pemeriksaan dana bantuan
pedoman & praktek BPK bertanggunjawab atas bencana;
terbaik pengelolaan & Guidance for the Audits on
pemeriksaan bantuan Disaster-related Aid.
bencana.
4. tŽƌŬŝŶŐ'ƌŽƵƉŽŶ&ŝŐŚƚ Semula merupakan Task BPKditerima menjadi anggota Sharing informasi dan
nd
ŐĂŝŶƐƚDŽŶĞLJ Force dan menjadi WG FAIMLAC dalam the 2 kerjasama dalam
Laundering and Working Group pada the Meeting pada 30 Juli 2008 di pemberantasan international
ŽƌƌƵƉƌŝŽŶ;&/D>Ϳ XIX INCOSAI 2007 di Mesir. money laundering and
Mexico. Tujuan: corruption, termasuk
mendorong kerjasama mempelajari praktek
internasional dan pelacakan stolen assets dari
rd
(Staf Ahli Bidang menyusun kebijakan, BPKmenjadi tuan rumah the 3 SAI lain, untuk mendukung
Pemeriksaan Investigatif) strategi dan rencana aksi Meeting of WG on FAIMLAC upaya BPK dalam membantu
SAI dalam anti money tanggal 14-16 Juli 2009 di pemberantasan korupsi di
laundering. Jakarta. Indonesia.
5. tŽƌŬŝŶŐ'ƌŽƵƉŽŶ<ĞLJ Dibentuk pada the XIX BPKmenjadi anggota WG KNI Sharing informasi dan
EĂƚŝŽŶĂů/ŶĚŝĐĂƚŽƌƐ;<E/Ϳ INCOSAI 2007 di Mexico. pada Januari 2009 dan menimba pengalaman SAI
nd
Tujuan: mendorong peran berpartisipasi dalam the 2 lain dalam mengembangkan
BPK untuk menilai efisiensi Meeting of the WG pada April key national indicators dan
dan efektivitas kegiatan 2009. menggunakannya dalam
(Ditama Revbangdiklat) pemerintah dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan key national kinerja yang saat ini sedang
and supranational ditumbuhkembangkan di
indicators di bidang BPK. 119
ekonomi, social dan
lingkungan.
TASK FORCE
6. Task Force on Global Task Force ini dibentuk BPK menjadi anggota sejak Sharing informasi dan
th
120 &ŝŶĂŶĐŝĂůƌŝƐŝƐʹ pada the 58 Governing proses pembentukan Task Force berbagi pengalaman dengan
Challenge to SAIs Board Meeting, November dan saat ini menjadi ketua sub SAI lain dalam merespon
2008 sebagai inisiatif BPK group 2b yang bertanggungjawab krisis keuangan global
sedunia terhadap krisis untuk mempelajari pengaruh maupun memberikan
keuangan global. Tujuan: inisiatif stimulus fiscal terhadap rekomendasi perbaikan
(AKN II dan meningkatkan ekonomi riil. sistem untuk pencegahan
Revbangdiklat) pengetahuan dasar SAI kemungkinan terjadi krisis di
tentang permasalahan kemudian hari.
keuangan dan ekonomi
terkait dengan krisis dan
membantu pemerintah
dan respon dunia pada
krisis sebagai sumber
informasi.
9. IDI-ASOSAI Electronic Merupakan program BPK menjadi salah satu instruktur Pengembangan kapasitas
Blended Program for capacity building untuk untuk program ini dan memiliki 4 training sesuai dengan
Trainers mendidik Training certified Training Specialist yang standar IDI dan ASOSAI bagi
BPK maupun komunitas SAI
Specialist bersertifikasi IDI baru.
regional dan internasional.
2008-2009 dan ASOSAI.
Program ini
diselenggarakan dengan
(Ditama Revbangdiklat) media electronic dan face-
to-face learning.
10. IDI Transregional Capacity Program capacity building BPK merupakan satu dari dua Peningkatan kapasitas BPK di
Building on Audit of kerjasama IDI, WG on wakil ASOSAI yang dipilih untuk bidang pemeriksaan public
WƵďůŝĐĞďƚϮϬϬϵʹϮϬϭϭ Public Debt, WB, dan mengikuti program lintas debt management melalui
pertukaran informasi,
UNTACD untuk regional INTOSAI. BPK telah
program pilot audit dan
peningkatan kapasitas membentuk tim audit untuk penyusunan Pedoman
pemeriksaan public debt mengikuti program ini. Pemeriksaan di bidang Public
(AKN II dan Ditama management. Debt Management.
Binbangkum)
Lampiran 4.8.
Kerjasama Bilateral
ϭ͘ Australian x Tujuan: Meningkatkan Mencakup tiga bidang Peningkatan kapasitas pemeriksaan
National Audit kapasitas dan kapabilitas ŬĞƌũĂƐĂŵĂ͕LJĂŝƚƵ͗ kinerja dan keuangan melalui (1) pilot
Office (ANAO) auditor BPKdalam WĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶ<ŝŶĞƌũĂ͕ ĂƵĚŝƚ͕;ϮͿƐĞĐŽŶĚŵĞŶƚĚĂŶ
melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Keuangan; dan ƐƵƉĞƌǀŝƐŽƌLJǀŝƐŝƚ͕;ϯͿƉĞŶLJƵƐƵŶĂŶ
kinerja dan pemeriksaan
Contract Management. ŵŽĚƵůĚĂŶƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶƉĞůĂƚŝŚĂŶ͕;ϰͿ
keuangan;
x DĂƐĂ͗ϭ:ƵůŝϮϬϬϲʹϯϬ:ƵŶŝ ƉĞŶLJĞŵƉƵƌŶĂĂŶƉĂŶĚƵĂŶ
Sekjen dan pemeriksaan kinerja dan keuangan
2009 dan diperpanjang
Ditama Revbang ƐĞůĂŵĂϭƚĂŚƵŶƐ͘ĚϯϬ:ƵŶŝ berbasis risiko. Diseminasi informasi
Diklat PKN 2010; tentang hubungan ANAO dengan
x :ƵŵůĂŚĚĂŶĂ͗hϯ͕ϯ Public Accounts and Audit Committee
juta. ;WͿĚŝƵƐƚƌĂůŝĂĚĂůĂŵƵƉĂLJĂ
pembentukan Badan Akuntabilitas
Keuangan Negara pada lembaga
perwakilan di Indonesia.
Ϯ͘ Cour des Comptes x Hubungan BPK dengan Mencakup bidang Peningkatan kapasitas pemeriksaan
Perancis Cour des Comptes Perancis WĞŶĚŝĚŝŬĂŶĚĂŶWĞůĂƚŝŚĂŶ͕ atas lembaga internasional melalui
terjalin sejak tahun 2000 Pemeriksaan atas Lembaga internasional training dan
ƐĂĂƚƉĞŶLJƵƐƵŶĂŶ
/ŶƚĞƌŶĂƐŝŽŶĂů͕ĚĂŶ secondment pemeriksaan PBB di
Implementation
Pemeriksaan Keuangan dan ƌŝƚƌĞĂ͕<ŽŶŐŽ͕<ŽƐŽǀŽĚĂŶŵĂƌŬĂƐ
Development Plan.
Sekjen dan ^ŽĐŝĂů^ĞĐƵƌŝƚLJ͘ besar PBB di New York Amerika
x Kerjasama berlanjut
Ditama Revbang Serikat.
dengan dukungan dana
Diklat dari Kedutaan Besar
Perancis.
ϯ͘ Jabatan Audit x MOU ditandatangani Mencakup bidang audit Peningkatan kapasitas melalui
Negara Malaysia ƚĂŶŐŐĂůϰEŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϳ ŬĞŚƵƚĂŶĂŶ͕ĂƵĚŝƚƉĂũĂŬĚĂŶ kegiatan bilateral meetings͕ parallel
(JAN) saat INCOSAI di Mexico; ďĞĂĐƵŬĂŝ͕ƚƌĂŝŶŝŶŐĚĂŶƌŝƐĞƚ audit sector kehutanan,secondment
x DĂƐĂϮƚĂŚƵŶ;ϰ bersama; Programme audit perpajakan; dan
EŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϳͲϰ
joint training dan riset.
November 2009)
<E//͕/s͕ĚĂŶ
Kaditama
Revbang Diklat
PKN
ϰ͘ National Audit x MOU ditandatangani pada x Audit Information Pertemuan teknis bilateral BPKdan
Office of The ϮϱDĞŝϮϬϬϵĚŝĞŝũŝŶŐͲ Technology; Quality EKĚŝĂůŝƚĂŶŐŐĂůϰŐƵƐƚƵƐϮϬϬϵ
WĞŽƉůĞ͛ƐZĞƉƵďůŝĐ China; Assurance; (bersamaan dengan The 8th Steering
of China (CNAO) x DĂƐĂ͗ϮƚĂŚƵŶ;ϮϬϬϵͲ x Pemeriksaan Kinerja; Committee Meeting of INTOSAI
2011) x Monitor tindak lanjut;
WGEA) bertujuan untuk
x Investigative Audit;
mendiskusikan action plan.
x Environmental Audit͕͘
Sekjen dan
Ditama Revbang
Diklat PKN
ϱ͘ Najwyzsza Izba x MOU ditandatangani pada Kerjasama mencakup Sharing informasi tentang kedua SAI
Kontroli (NIK) 29 Oktober 2008 di pertukaran informasi di dan public lecture oleh Ketua BPK
Polandia tĂƌƐĂǁĂ͕WŽůĂŶĚŝĂ͘ bidang pemeriksaan sektor tentang ZĞĨŽƌŵŽŶWƵďůŝĐ&ŝŶĂŶĐĞ
x DĂƐĂ͗KŬƚŽďĞƌϮϬϬϴʹ ƉƵďůŝĐƐĞƐƵĂŝŬĞƐĞƉĂŬĂƚĂŶ͕ Auditing.
Oktober 2010
bidang pemberantasan
ŬŽƌƵƉƐŝ͕ĚĂŶƉĂƌƚŝƐŝƉĂƐŝĚŝ
<E/͕//͕/s͕ĚĂŶ organisasi regional ASOSAI
s/͕^ƚĂĨŚůŝ dan EUROSAI. WĂĚĂEŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϵ͕W<ĚĂŶE/<
Bidang sepakat untuk melakukan joint
Pemeriksaan seminar di Jakarta.
Investigatif
121
6. Nejvyssi Kontrolni x MOU ditandatangani pada Kerjasama dalam bidang Sharing informasi tentang kedua SAI
Urad (NKU) Ceko 3 November 2008 di audit pertahanan; dan public lecture oleh Ketua BPK
Praha, Ceko; tentang Reform on Public Finance
x DĂƐĂ͗EŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϴʹ Auditing
November 2010
122 Staf Ahli Bidang Pembahasan Action Plan selesai pada
Pemeriksaan 2009 dan sedang membahas TOR
Investigatif untuk kegiatan April 2010.
7. Riksrevisjonen x MOU ditandatangani pada Kerjasama bidang Sharing informasi tentang kedua SAI
Norwegia 5 November 2008 di Oslo, pemeriksaan minyak, dan public lecture oleh Ketua BPK
Norwegia; kehutanan dan lingkungan, tentang Reform on Public Finance
x Masa: 2 tahun (2008- serta manajemen Auditing.
2010)
penerimaan negara.
AKN II, IV, VII
8. Supreme Court of x MOU ditandatangani pada Kerjasama bidang Sharing informasi tentang kedua SAI,
Audit (SCA) Iran Juni 2008 di Teheran, Iran; pemeriksaan minyak dan reciprocal visit dan public lecture oleh
x DĂƐĂ͗:ƵŶŝϮϬϬϴʹ:ƵŶŝ perbankan syariah. Ketua SAI.
AKN VII 2010
9. Swedish National x MOU ditandatangani pada Kegiatan dalam kerjasama ini Peningkatan kemampuan auditor
Audit Office 6 November 2007 pada meliputi: pelatihan, dalam pemeriksaan Bank Indonesia,
(SNAO) saat INCOSAI Meeting di workshop, seminar, studi dalam hal:
Mexico;
banding, dan technical
x DĂƐĂ͗EŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϳʹ
assistance x Pendokumentasian siklus audit
Desember 2008 dengan
yang lebih sistematis dan saling
dana Technical Assistance
AKN II terhubung;
1,6 million SEK
x Peningkatan pemahaman analisa
x Sedang merumuskan area
resiko dalam perencanaan audit;
kerjasama yang baru.
x Pelaporan audit yangringkas dan
efektif;
x Pengetahuan transaksi derivatif.
10. The Accounts x MOU ditandatangani pada Mencakup pertukaran Sharing informasi tentang kedua SAI,
Chambers of the 6 September 2007 di informasi di bidang reciprocal visit dan public lecture oleh
Russian Istana Presiden, pemeriksaan sector public Ketua SAI.
bersamaan dengan dengan area sesuai
Federation (ACH)
kunjungan Presiden Rusia kesepakatan bersama.
ke Jakarta;; Melakukan parallel audit
x DĂƐĂ͗^ĞƉƚĞŵďĞƌϮϬϬϳʹ bidang pertahanan;
Peningkatan kapasitas melalui parallel
September 2011 (4 tahun)
AKN I audit bidang pertahanan.
11. The Audit Court x MOU ditandatangani pada Mencakup pertukaran Sharing informasi tentang kedua SAI,
Account of The 30 April 2009 di Maroko; informasi dan keahlian reciprocal visit dan Public Lecture
Kingdom Morocco x DĂƐĂ͗ϯϬƉƌŝůϮϬϬϵʹϮϵ tentang Majelis oleh Ketua BPKdengan topik:
April 2011. Perbendaharaan di Pusat
(ACAM) ͞Combating Corruption in Indonesia
dan Perwakilan,
Perhitungan Kerugian sinceϮϬϬϯ͟ĚĂŶ͞Transparency and
Negara, pemeriksaan Accountability in Public Sector:
tematik, program diklat Reform of Public Finance Auditing in
Ditama berkelanjutan, dan program Indonesia͖͟
Binbangkum, evaluation.
Ditama
Revbangdiklat
12. The Audit Court in x MOU ditandatangani pada Mencakup pertukaran Sharing informasi tentang kedua SAI
The Republic of 27 April 2009 di Aljazair; informasi dan keahlian dan Public Lecture oleh Ketua BPK
Algeria (ACRA) x DĂƐĂ͗ϮϳƉƌŝůϮϬϬϵʹϮϲ tentang Majelis ĚĞŶŐĂŶƚŽƉŝŬ͗͞Combating Corruption
April 2012 Perbendaharaan di Pusat in Indonesia sinceϮϬϬϯ͘͟
dan Perwakilan, Perhitungan
Kerugian Negara; Internal
Ditama Control; Pelatihan dan
Binbangkum, penelitian; hubungan
Itama, Ditama internasional; dan Audit
Revbangdiklat, Lingkungan.
AKN IV, Setjen
13. The Court of x MOU ditandatangani pada Mencakup pertukaran Sharing informasi tentang kedua SAI
Account of Tunisia pada 24 April 2009 di informasi dan keahlian dan Public Lecture oleh Ketua BPK
(CAT) Tunisia; tentang Majelis ĚĞŶŐĂŶƚŽƉŝŬ͗͞Combating Corruption
x DĂƐĂ͗ϮϰƉƌŝůϮϬϬϵʹϮϯ Perbendaharaan di Pusat in Indonesia sinceϮϬϬϯ͘͟
April 2011.
dan Perwakilan, Perhitungan
Kerugian Negara, Quality
Kaditama Assurance System;Human
Binbangkum, Resource Management Plan;
Itama, Setjen,
Revbangdiklat Diklat Berkelanjutan;
Program Evaluation.
123
LAMPIRAN 4.9.
Kerjasama BPK dengan Lembaga Donor
ϭ͘ State Audit Bagian dari STAR Project Mencakup peningkatan x Peningkatan mandat BPK;
Reform Sector Nasional yang melibatkan kapasitas dan kapabilitas BPK x Penyusunan SPKN, Kode Etik,
Development beberapa departemen dan di bidang sistem dan prosedur PMP dan beberapa Manual
Project (STAR- pengawas internal pemerintah. baru di bidang pemeriksaan; Pemeriksaan;
x Penyusunan Renstra TI,
SDP) Asian strategi dan implementasi
Renstra Humas, HRM Plan;
Development HRM; manajemen sumber
x WĞŶŐĂĚĂĂŶϭ͘ϴϬϬŬŽŵƉƵƚĞƌ
Bank (ADB) daya TI; Pengembangan (PC dan NB);
DĂƐĂ͗ĞƐĞŵďĞƌϮϬϬϰʹϮϬϭϬ program public awareness. x Pengadaan peralatan dan
infrastruktur TI di Kantor Pusat
Jumlah Dana: dan Perwakilan;
Setjen dan Ditama x Pegawai dengan sertifikasi
Revbang Diklat ϭ͘ Hibah Pemerintah Belanda : ŝŶƚĞƌŶĂƐŝŽŶĂů͗Ϯϴ&͕ϵ/^͕
h^ϯ͕ϭϳϬ͕ϱϬϬ͘ϬϬ ϭϮ/͖
2. Pinjaman ADB: x Pelaksanaan program
h^ϲ͕ϯϳϯ͕ϵϬϬ͘ϬϬ beasiswa di universitas dalam
ŶĞŐĞƌŝƐĞďĂŶLJĂŬϭϭϬŽƌĂŶŐ͕
secondment & kursus dalam
dan luar negeri;
x Membiayai pelaksanaan peer
review.
Ϯ͘ Earthquake and Merupakan bagian dari Mencakup bantuan untuk x Pelaksanaan advisory board
Tsunami Program ETESP nasional. Pemeriksaan Keuangan, meetingƉĞƌƚĂŵĂƚĂŶŐŐĂůϮϱͲ
Emergency Sector Pemeriksaan kinerja, ϮϳƉƌŝůϮϬϬϱŵĞůŝďĂƚŬĂŶ
DĂƐĂϮϭ:ƵŶŝϮϬϬϱʹϯϬ ďĞďĞƌĂƉĂ^/͛ƐĚĂŶ
Project (ETESP) Pemeriksaan dengan tujuan
perwakilan lembaga dan
Asian ĞƐĞŵďĞƌϮϬϬϵ͖ tertentu (investigatif), dan
negara donor;
Development ƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶW<͛ƐĚǀŝƐŽƌLJ x WĞůĂŬƐĂŶĂĂŶĂƵĚŝƚZϭ;ŵĂƐĂ
Bank (ADB) :ƵŵůĂŚĚĂŶĂ͗h^Ϯ͕ϰϯϱ͕ϰϬϬ Board Meeting. krisis);
x Pelaksanaan audit R 2 (masa
PIC : Tortama V Rehabilitasi dan
dan Perwakilan Rekonstruksi)
Aceh
ϯ͘ Project Integrity Division ADB Secondment program x Pelaksanaan audit pada
Procurement mengikutsertakan auditor BPK pemeriksaan proyek ADB dan proyek ADB di departemen
Related Audit untuk melakukan pemeriksaan pelatihan pemeriksaan pertanian;
(PPRA) ) Asian atas PPRA; berspektif fraud and x Pelaksanaan regional seminar
on anticorruption di Jakarta
Development corruptions di dalam dan luar
dan Manila
Bank (ADB) negeri.
PIC : Tortama IV
dan Sekjen
ϰ͘ Strengthening for Untuk membantu kegiatan BPK x Pembuatan kerangka x Penyusunan country paper;
and dalam keikutsertaannya di akuntabilitas dana bantuan x Pelaksanaan workshop GIS dan
Accountability on /EdK^/dĂƐŬ&ŽƌĐĞŽŶ bencana; piloting audit;
Audit Disaster x Pemanfaatan teknologi GIS x Mengikuti beberapa kegiatan
Strengthening the dalam pelaksanaan audit INTOSAI terkait dengan
Related Aid
atas dana bantuan bencana; penanganan bencana;
(SAADRA) World Accountability for and Audit of
x Tukar menukar informas dan
Bank (WB) Disaster-Related Aid (SAADRA) pengalaman;
x Membangun website
PIC : Tortama III DĂƐĂ͗ϮϬϬϲʹϮϬϬϵ bencana.
dan V
:ƵŵůĂŚĚĂŶĂ͗h^ϯϬϬ͘ϬϬ͕Ͳ
5. Strengthening Untuk membantu BPK dalam x Review mandat BPK untuk x Laporan atas hasil review
Forensic Audit meningkatkan kapasitas melakukan pemeriksaan mandate BPK;
Capacity World pemeriksaan investigative. investigatif; x Pengadaan buku terkait
Bank (WB) x Review terhadap organisasi dengan audit investigative;
DĂƐĂ͗ϭDĞŝϮϬϬϲʹϭDĂƌĞƚ BPK sehubungan dengan x Pelaksanaan training
pelaksanaan tugas sertifikasi internasional yang
PIC : Staf Ahli 2009;
pemeriksaan investigative; menghasilkan 29 orang
Bidang x Pelatihan dan penyediaan bersertifikan CFE.
Pemeriksaan Jumlah dana: USD 300.000,- library.
Investigatif dan
Kaditama
Revbang Diklat
PKN
Lampiran 4.10.
Mekanisme Penyusunan Perencanaan
Lampiran 4.11.
Proses Perencanaan Pemeriksaan
125
Lampiran 4.12.
Proses Perencanaan Pemeriksaan
126
LAMPIRAN 4.13.
Pelaksanaan Supervisi & Reviu
LAMPIRAN 5.1.
Kementerian/Lembaga yang pada Tahun 2008 Menyerahkan Action Plan atas LKKL
Tahun 2007
Tida k
M e nye ra hka n
No. BA Entita s O pini Ta hun 2007 M e nye ra hka n Ke te ra nga n O pini Ta hun 2008
A ction Plan
A ction Plan
1 001 M ajelis P erm us y awaratan Rak y at W DP 1 W TP
2 002 Dewan P erwak ilan Rak y at W DP 1 W DP
W TP dengan WTP dengan
3 004 B adan P em erik s a K euangan 2) W tambahan
Paragraf TP
P aragraf P enjelas an 1
4 005 M ahk am ah A gung TM P 1 TM P
5 006 K ejak s aan A gung TM P 1 TM P
6 007 S ek retariat Negara W DP 1 W DP
7 010 Departem en Dalam Negeri TM P 1 TM P
8 011 Departem en Luar Negeri TM P 1 W DP
9 012 Departem en P ertahanan TM P 1 W DP
10 013 Departem en Huk um dan HA M TM P 1 TM P
11 015 Departem en K euangan TM P 1 W DP
12 018 Departem en P ertanian TM P 1 W DP
W TP dengan
13 019 Departem en P erindus trian W DP
1 P aragraf P enjelas an
14 020 Departem en E S DM W DP 1 W DP
15 022 Departem en P erhubungan TM P 1 W DP
16 023 Departem en P endidik an Nas ional TM P 1 W DP
17 024 Departem en K es ehatan TM P 1 W DP
18 025 Departem en A gam a TM P 1 TM P
19 026 Departem en Nak ertrans TM P 1 W DP
20 027 Departem en S os ial W DP 1 W DP
21 029 Departem en K ehutanan TM P 1 TM P
22 032 Departem en K elautan & P erik anan TM P 1 TM P
23 033 Departem en P ek erjaan Um um TM P 1 TM P
W TP dengan
24 034 K em enterian K oordinator P olhuk am W DP
P aragraf P enjelas an
1
25 035 K em enterian K oordinator P erek onom ian W DP 1 W TP
26 036 K em enterian K oordinator K es ra W DP 1 W DP
27 040 Departem en B udpar TM P 1 TM P
S udah M endapat opini
28 041 K em enterian Negara B UM N W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
29 042 K em enterian Negara Ris tek W DP 1 W TP
30 043 K em enterian Negara LH TM P 1 TM P
31 044 K em enterian Negara K UK M TM P 1 W DP
32 047 K em enterian Negara P . P erem puan W DP 1 W TP
33 048 K em enterian Negara P A N W DP 1 W TP
34 050 B adan Intelijen Negara W TP 1 W TP
35 051 Lem baga S andi Negara W DP 1 W DP
36 052 Dewan K etahanan Nas ional W TP 1 W TP
37 054 B adan P us at S tatis tik TM P 1 TM P
38 055 B appenas W DP 1 W TP
39 056 B adan P ertahanan Nas ional TM P 1 TM P
40 057 P erpus tak aan Nas ional TM P 1 W DP
41 059 Departem en K om info TW 1 W DP
42 060 K epolis ian Republik Indones ia TM P 1 TM P
127
Tida k
M e nye ra hka n
No. BA Entita s O pini Ta hun 2007 M e nye ra hka n Ke te ra nga n O pini Ta hun 2008
128 A ction Plan
A ction Plan
43 061 B A P P 61 (P em bay aran B unga Utang) W TP 1 W TP
W TP dengan
44 062 B A P P 62 (S ubs idi & Trans fer Lainny a) TM P
1 P aragraf P enjelas an
45 063 B adan P engawas an O bat dan M ak anan W DP 1 W DP
S udah M endapat opini
46 064 Lem baga K etahanan Nas ional W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
47 065 B adan K oordinas i P enanam an M odal W DP 1 W TP
W TP dengan
48 066 B adan Nark otik a Nas ional W DP
1 P aragraf P enjelas an
49 067 K em enterian Negara P DT W DP 1 W DP
50 068 BKKBN W DP 1 W DP
51 069 B A P P 69 (B elanja Lain-Lain) TM P 1 TM P
52 070 B A P P 70 (Dana P erim bangan) TM P 1 W DP
53 071 B A P P 71 (Dana O ts us & P eny es uaian) TM P 1 W TP
W TP dengan
54 074 K om is i Nas ional HA M W DP
1 P aragraf P enjelas an
W TP dengan
55 075 B adan M eteorologi dan G eofis ik a W DP
1 P aragraf P enjelas an
56 076 K om is i P em ilihan Um um TM P 1 TM P
S udah M endapat opini
57 077 M ahk am ah K ons titus i W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
S udah M endapat opini
58 078 P P A TK W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
59 079 Lem baga Ilm u P engetahuan Indones ia W DP 1 W DP
60 080 B adan Tenaga Nuk lir Nas ional W DP 1 W DP
61 081 BPPT W DP 1 W DP
62 082 LA P A N W DP 1 W DP
63 083 B ak ors urtanal TM P 1 W TP
64 084 BSN W DP 1 W TP
65 085 B apeten W DP 1 W TP
S udah M endapat opini
66 086 Lem baga A dm inis tras i Negara W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
67 087 A rs ip Nas ional Republik Indones ia W DP 1 W TP
68 088 BKN W DP 1 W DP
W TP dengan
69 089 BPKP W DP
1 P aragraf P enjelas an
70 090 Departem en P erdagangan TM P 1 W DP
71 091 K em enterian P erum ahan Rak y at W TP 1 W TP
72 092 K em enterian P em uda dan O lahraga W DP 1 W DP
W TP dengan
73 093 K om is i P em berantas an K orups i W TP
P aragraf P enjelas an 1
74 094 B RR NA D-Nias W TP 1 ---
S udah M endapat opini
75 095 Dewan P erwak ilan Daerah W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
W TP dengan
76 096 B A P P 96 (Cic ilan P ok ok Utang LN) TM P
1 P aragraf P enjelas an
77 097 B A P P 97 (Cic ilan P ok ok Utang DN) W TP 1 W TP
78 098 B A P P 98 (P enerus an P injam an) TM P 1 TM P
79 099 B A P P 99 (P eny ertaan M odal Negara) W TP 1 W DP
S udah M endapat opini
80 100 K om is i Y udis ial W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
81 103 B adan Nas ional P enanggulangan B enc ana TM P TM P
1
B adan Nas ional P enem patan dan Lem baga y ang baru
82 104 --- W TP
P erlindungan Tenaga K erja Indones ia3 dibentuk
Lem baga y ang baru
83 105 B adan P enanggulangan Lum pur S idoarjo --- W DP
dibentuk
Lem baga y ang baru
84 999.02 B A P P 999.02 - P enerim aan Hibah --- TM P
dibentuk
Tota l 71 10
K e te ra n g a n :
D a ri 8 4 e n tita s , 3 le m b a g a d ia n ta ra n ya m e ru p a ka n le m b a g a b a ru ya kn i B N P 2 TK I, B P L S , d a n B AP P 9 9 9 .0 2 P e n e rim a H ib a h
S u m b e r: B a d a n P e m e riks a K e u a n g a n
Data hingga 24 Juli 2008
Lampiran 5.2
Jumlah Pemerintah Daerah yang Menyerahkan ĐƟŽŶWůĂŶ
129