Anda di halaman 1dari 145

Baris bawah: Anwar Nasution, Abdullah Zainie

Baris tengah: Herman Widiananda, Imran,


Baharuddin Aritonang, Sapto Amal Damandari
Baris atas: I Gusti Agung Rai, Hasan Bisri, Udju Djuhaeri

SUSUNAN PIMPINAN BPK RI


Ketua: Anwar Nasution
Wakil Ketua: Abdullah Zainie
Anggota I: Imran
Anggota II: I Gusti Agung Rai
Anggota III: Baharuddin Aritonang
Anggota IV: Herman Widyananda
Anggota V: Hasan Bisri
Anggota VI: Sapto Amal Damandari
Anggota VII: Udju Djuhaeri
Visi
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara
yang bebas, mandiri, dan profesional, serta
berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola
keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

Misi
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara dalam rangka mendorong
terwujudnya akuntabilitas dan transparansi
keuangan negara, serta berperan aktif dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan
transparan.

Nilai Dasar
- Independensi
- Integritas
- Profesionalisme
Sambutan Pimpinan BPK
Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan bimbingan-Nya, akhirnya Pimpinan dan Anggota BPK dapat menyusun Buku Memori Masa
Jabatan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2004-2009. Penerbitan buku ini sekaligus
menandai akhir kepemimpinan BPK tahun 2004-2009. Buku memori masa jabatan ini merupakan
dokumentasi ringkas dari seluruh perjalanan dan kiprah BPK dalam mendorong transparansi dan
akuntabilitas keuangan negara serta dalam membangun kapasitas kelembagaan BPK selama lima
tahun terakhir. Berbagai peristiwa penting yang telah dilakukan oleh BPK selama tahun 2004-2009
merupakan bagian dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia di bidang keuangan negara.
Kami berharap kinerja dan hasil pemeriksaan BPK serta langkah inisiatif BPK beyond the
call of duty selama lima tahun terakhir telah dapat memberikan manfaat dan sumbangsih bagi
percepatan perbaikan sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Kami berharap
pula pembangunan dan penguatan kapasitas kelembagaan yang telah dicapai selama ini mampu
membentuk dan menyediakan landasan yang kuat bagi BPK ke depan dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga pemeriksa tertinggi yang menerapkan praktek-praktek organisasi modern sejajar
dengan lembaga serupa pada tataran internasional. Agar tidak hanya sekedar menjadi cerita masa
lalu, kami mencatat rekam jejak BPK tahun 2004-2009 tersebut dalam buku Memori Masa Jabatan
BPK RI 2004-2009. Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi siapa saja
yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang kiprah BPK selama masa tersebut.
Buku memori masa jabatan ini dimulai dengan uraian tentang implikasi reformasi konstitusi
terhadap keuangan negara dan BPK serta rekaman awal dimulainya kepemimpinan BPK tahun
2004-2009 yang sudah mencatat sejarah tersendiri dalam hubungan ketatanegaraan antar lembaga
negara. Selanjutnya diulas tentang berbagai capaian BPK di bidang kelembagaan, pemeriksaan,
serta peran dan inisiatif BPK dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara.
Pembabakan tulisan diakhiri dengan berbagai aspek yang sampai dengan akhir jabatan kami belum
dapat diselesaikan dan menurut hemat kami perlu untuk diteruskan oleh Pimpinan dan Anggota BPK
selanjutnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun, nara sumber, para editor, dan kepada
semua pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran hingga buku ini diterbitkan.
“Historia vitae magistrae”, sejarah adalah guru kehidupan. Hanya sistem kekuasaan yang
didasari atas keinginan luhur untuk mewujudkan tujuan bernegara serta mempraktekkan secara
nyata tata-kelola yang baik yang akan mampu mengatasi tantangan masa depan. Marilah kita segenap
warga bangsa memahami dan belajar dari masa lampau dengan segala dinamikanya agar berpeluang
lebih besar untuk menciptakan masa depan yang lebih bermartabat bagi seluruh Bangsa Indonesia
tercinta.
Akhir kata, dengan menyerahkan Buku Memori Masa Jabatan BPK RI 2004-2009 ini, kami
mengakhiri pengabdian selama lima tahun dan sekaligus menghantarkan Pimpinan dan Anggota BPK
selanjutnya untuk memulai tugas di BPK. Kiranya BPK di masa mendatang dapat lebih meningkatkan
perannya dan terus menjadi pelopor keteladanan (leading by example) dalam mendorong transparansi
dan akuntabilitas keuangan negara.

Jakarta, Oktober 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Prof. DR. Anwar Nasution


Abdullah Zainie, SH (Alm.)
Drs. Imran, Ak
Drs. I Gusti Agung Rai, Ak, MA
Drs. Baharuddin Aritonang, M.Hum
DR. Ir. Herman Widyananda, SE, M.Si
Hasan Bisri, SE, MM
Drs. Sapto Amal Damandari, Ak
Irjen Pol (Purn) Drs. Udju Djuhaeri
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

RINGKASAN EKSEKUTIF
II UMUM

1. Buku Memori Masa Jabatan BPK RI 2004-2009 ini merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) kepada para pemangku kepentingan yang
telah memberikan kepercayaan untuk menunaikan amanat Pasal 23E UUD 1945 selama kurun
waktu 2004-2009. Buku ini menguraikan visi dan misi, rencana dan capaian, serta evaluasi dan
pertanggungjawaban pimpinan BPK 2004-2009. Tidak ketinggalan pula disajikan dampak hasil
pemeriksaan dan harapan masa depan dalam upaya mendorong transparansi dan akuntabilitas
keuangan negara. Gambaran perjalanan lima tahun terakhir ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi BPK selanjutnya dalam memulai pengabdiannya untuk mengemban amanat yang sama.
BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI
2. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai suatu lembaga negara dibentuk
berdasarkan UUD 1945 hanya untuk melakukan satu tugas, yaitu memeriksa pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara dan menyerahkan hasilnya kepada lembaga perwakilan
untuk pelaksanaan fungsi budget dan pengawasan. Semua itu ditujukan untuk mendorong
transparansi dan akuntabilitas keuangan negara dalam rangka penegakan good governance
yang merupakan pondasi utama bagi terciptanya demokrasi politik, pemerintahan dan ekonomi
yang sesungguhnya.
3. Amandemen UUD 1945, paket tiga Undang-undang di Bidang Keuangan Negara Tahun 2003-2004
dan UU No. 15 Tahun 2006 sebagai pengganti UU No. 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan telah memberikan landasan hukum yang kuat bagi BPK untuk menjadi lembaga
RIGKASAN EKSEKUTIF

pemeriksa yang bebas dan mandiri. Penguatan aspek hukum ini sekaligus menandai dimulainya
reformasi kelembagaan BPK.

PIMPINAN, VISI dan MISI, SERTA RENCANA STRATEGIS


Pimpinan dan Anggota BPK 2004-2009
4. Pimpinan dan Anggota BPK RI 2004-2009 mengalami dan sekaligus mewarnai perubahan UU No.
5 Tahun 1973 menjadi UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Di bawah UU
No. 5 Tahun 1973, Pimpinan dan Anggota BPK untuk masa jabatan 2004-2009 terdiri dari tujuh
orang dan ditetapkan melalui Keputusan Presiden No. 185/M tanggal 19 Oktober 2004. Mereka
adalah Prof. Dr. Anwar Nasution (Ketua merangkap Anggota), Abdullah Zainie, SH (Wakil Ketua
merangkap Anggota), Drs. Imran, Ak (Anggota I), Drs. I Gusti Made Agung Rai, Ak, MA (Anggota
II), Hasan Bisri, S.E., M.M. (Anggota III), Drs. Baharuddin Aritonang, M.Hum (Anggota IV) dan
Irjen Pol. (Purn) Drs. Udju Djuhaeri (Anggota V).

5. Dengan terbitnya UU No. 15 Tahun 2006, Anggota BPK bertambah dua orang yang diangkat dan
ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 28/P/2007 tanggal 24 April 2007 untuk masa jabatan
2007-2012. Mereka adalah Dr. Ir. Herman Widyananda, S.E., M.Si. dan Drs. Sapto Amal Damandari,
Ak. Pada tahun terakhir masa jabatan BPK RI 2004-2009, BPK RI kehilangan Abdullah Zainie, SH,
Wakil Ketua karena meninggal dunia dan Irjen Pol. (Purn) Drs. Udju Djuhaeri, Anggota VII karena
mengundurkan diri. Sampai dengan akhir masa jabatan pada Oktober 2009, DPR tidak melakukan
penggantian. Ketua dan Anggota BPK mengambil alih tugas yang ditinggalkan untuk kelancaraan
pelaksanaan tugas.
Visi, Misi, Rencana Strategis dan Peranan BPK
6. Kehadiran BPK di tengah dinamika reformasi telah mendorong Pimpinan dan Anggota BPK untuk
merumuskan Visi, Misi, Rencana Strategis 2006-2010, serta peranan BPK masa kini dan
masa mendatang dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

7. Agar aktualisasi visi misi, rencana strategis, peranan BPK dapat tercapai secara optimal dan
mampu membangun BPK sebagai lembaga negara yang independen, berintegritas dan profesional,
BPK telah menyusun suatu konsep pengembangan dan penguatan lembaga BPK yang mencakup
sembilan elemen utama, yaitu: (1) Independensi dan Mandat; (2) Kepemimpinan dan Tata Kelola
Intern; (3) Manajemen Sumber Daya Manusia; (4) Standar dan Metodologi Pemeriksaan; (5)
Dukungan Kelembagaan; (6) Hubungan BPK dengan Pemangku Kepentingan; (7) Penyempurnaan
Berkelanjutan; (8) Kinerja Pemeriksaan; dan (9) Hasil Capaian dan Dampak. Sembilan elemen
tersebut merupakan building block (rancang bangun) suatu organisasi pemeriksa modern berstandar
internasional dan sekaligus merupakan elemen yang digunakan oleh International Organizations of
Supreme Audit Institutions (INTOSAI) dalam menguji dan menilai keandalan sistem pengendalian
mutu (SPM) suatu organisasi pemeriksa.

8. Buku Memori Masa Jabatan BPK 2004-2009 ini mengelompokkan capaian BPK atas sembilan
elemen tersebut dalam Bab IV Membangun Lembaga Menuju Pelopor Keteladanan (elemen 1 - 8)
dan Bab V Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas (elemen 9).

MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN


9. Bab ini menjelaskan capaian BPK terkait delapan elemen pertama sebagai dimaksud di atas.
Laporan peer review Algemene Rekenkamer atas elemen tersebut pada Agustus 2009 menyimpulkan
“Since 2004, it has laid strong foundations to function as a Supreme Audit Institution” (Sejak 2004,
BPK telah meletakkan dasar yang kuat untuk berfungsi sebagai lembaga pemeriksa tertinggi).
Beberapa contoh capaian penting berikut ini telah menunjukkan tanda-tanda BPK menuju pelopor
keteladanan sebagai organisasi modern dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas.

Independensi dan Mandat


10. BPK telah memperoleh independensi (kelembagaan, pemeriksaan, sumber daya manusia, dan
anggaran) dan mandat yang kuat melalui Pasal 23E UUD 1945 dan UU No. 15 Tahun 2004 dan
UU No. 15 Tahun 2006. Untuk mendukung hal tersebut, BPK telah menetapkan enam Peraturan
BPK dan delapan Keputusan BPK yang diamanatkan dalam UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No.
15 Tahun 2006 maupun yang merupakan inisiatif BPK.

11. Meskipun semua persyaratan independensi BPK sudah tertuang dalam peraturan perundang-
undangan, namun dalam pelaksanaannya masih ada yang belum terwujud, yaitu (1) Pasal 10 Ayat
(1.b) UU No. 15 Tahun 2004 dan Pasal 9 Ayat (1.b) UU No. 15 Tahun 2006 tentang kebebasan akses
informasi, dimana BPK masih menemui kendala dalam mengakses data perpajakan dan (2) Pasal
35 UU No. 15 Tahun 2006 tentang anggaran BPK, dimana BPK masih mengajukan kebutuhan
anggarannya ke Pemerintah dan mengikuti program-program yang ditetapkan pemerintah dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran (DIPA) yang tidak sesuai dengan karakteristik tugas
pemeriksaan BPK..

12. Dalam rangka penegakan independensi dan mandatnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah
BPK telah mengajukan judicial review atas UU No. 28 Tahun 2007 sebagai perubahan UU No. 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah membatasi mandat
BPK untuk memeriksa data perpajakan. Meskipun Mahkamah Konstitusi tidak menerima
pengajuan judicial review, BPK telah menunjukkan kepada para pemangku kepentingan tentang
apa yang telah dilakukannya sesuai koridor hukum. Demikian pula halnya dengan pembatasan
pemeriksaan biaya perkara oleh Mahkamah Agung. BPK melakukan upaya hukum dan media
campaign untuk dapat melakukan pemeriksaan atas biaya perkara. Upaya ini telah membuahkan
hasil dengan diterbitkannya UU No. 3 Tahun 2009 sebagai perubahan UU No. 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung yang antara lain memberikan kewenangan kepada BPK untuk
memeriksa biaya perkara. III
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Kepemimpinan dan Tata Kelola Intern


IV 13. Keberhasilan BPK sebagai organisasi lembaga pemeriksa dalam mewujudkan tata kelola yang
baik (good governance) sangat tergantung pada kepemimpinan dan tata kelola intern yang
meliputi aspek kepemimpinan dan arahan, perencanaan strategis dan operasional, pengawasan
dan pertanggungjawaban, kode etik, pengendalian intern dan pemerolehan keyakinan mutu.

14. Capaian penting dalam bidang ini antara lain (i) Peta Strategy BPK 2006-2010 yang dilengkapi
dengan Sistem Manajemen Kinerja berbasis Balanced Score Card, (ii) Laporan Keuangan BPK
diperiksa oleh KAP yang ditunjuk oleh DPR dan mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian
selama dua tahun buku terakhir dan sistem pengendalian mutu pemeriksaan BPK direviu oleh
BPK Belanda dengan hasil sangat positif, (iii) Penetapan Kode Etik dan Majelis Kode Etik dengan
anggota indenpenden dari kalangan profesi dan akademisi, (iv) penerapan sistem pengendalian
intern dan sistem pengendalian mutu serta Peningkatan fungsi satker yang melakukan reviu atas
hal tersebut.
Manajemen Sumber Daya Manusia
15. BPK menempatkan SDM sebagai titik sentral dalam organisasi. Kualitas hasil pemeriksaan
sangat tergantung pada kemampuan pemeriksa dalam merencanakan pemeriksaan, melakukan
pemeriksa sesuai dengan ketentuan yang ada, menganalisis informasi yang diterima, membuat
laporan dan melakukan tindak lanjut.
16. Capaian penting dalam bidang ini antara lain (i) cetak biru Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) dan pengembangan organisasi, (ii) penambahan jumlah dan kualitas SDM melalui proses
rekruitmen yang ketat. Jumlah SDM meningkat dari 2.823 pegawai (1164 di Kantor Pusat dan
RIGKASAN EKSEKUTIF

1159 di Kantor Perwakilan) pada 2004 menjadi 5.462 pegawai (2468 di Kantor Pusat dan 2994
di Kantor Perwakilan) pada 2009, (iii) pelaksanaan assessment center bagi seluruh pegawai, (iv)
pemberian penghargaan, percepatan kenaikan pangkat dan promosi bagi pegawai yang berprestasi
dan pemberian sanksi disiplin termasuk pemecatan terhadap pegawai yang melanggar disiplin,
(v) peningkatan kesejahteraan pegawai antara lain peningkatan remunerasi.

Standar dan Metodologi Pemeriksaan


17. UU No 15 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006 menghendaki BPK menyusun standar
pemeriksaan. Penyusunan standar tersebut perlu diikuti dengan perangkat-perangkat lunak yang
diperlukan sebagai ukuran dan pedoman pemeriksaan yang menjadi dasar, pertimbangan dan
referensi pemeriksa dalam menjamin kualitas pemeriksaannya.
18. Capaian penting dalam bidang ini antara lain: (i) Struktur Kerangka Pedoman Pemeriksaan BPK
berikut kodering yang mendasari seluruh penyusunan Standard dan Metodologi, (2) Penyusunan
Pedoman Umum Pemeriksaan, yaitu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Kode
Etik, dan Panduan Manajemen Pemeriksaan, SPKM, dan Petunjuk Pelaksanaan serta Petunjuk
Teknis untuk ketiga jenis pemeriksaan: keuangan, kinerja dan tujuan tertentu. Semua perangkat
lunak utama telah tersedia dan selanjutnya memerlukan upaya dan komitmen yang kuat untuk
mendesiminasi dan mengimplementasikannya dalam kegiatan pemeriksaan BPK di kantor pusat
dan seluruh perwakilan.
Dukungan Kelembagaan
19. BPK dan pimpinan satker pelaksana mengelola secara optimal sumber dayanya untuk memberikan
keyakinan bahwa pendukung pemeriksaan dapat diberikan secara memadai dan tepat waktu.
Dukungan kelembagaan tersebut mencakup anggaran, hukum, teknologi informasi, serta sarana
dan prasarana.
6HODPDOLPDWDKXQWHUDNKLUDQJJDUDQ%3.PHQLQJNDWVDQJDWVLJQLÀNDQ%HVDUDQDQJJDUDQ
senilai Rp1,7triliun naik 5 kali lipat dibandingkan anggaran 2004 senilai Rp304juta. Dalam hal
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan dua tahun terakhir, BPK mendapat penghargaan
tertinggi dari Pemerintah. Hal ini merupakan wujud kepercayaan pemangku kepentingan atas
prestasi yang telah ditunjukkan dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara.
Peningkatan anggaran ini pada gilirannya mendukung BPK dalam melakukan pengembangan
kapasitas organisasi, SDM, serta pelaksanaan pemeriksaan.

21. Dalam bidang hukum, BPK telah meningkatkan peran untuk melakukan penelaaahan aspek
hukum atas temuan pemeriksaan atau laporan hasil pemeriksaan BPK (legal due diligence);
(2) menyusun peraturan di bidang pemeriksaan keuangan negara sebagai aktualisasi sasaran
strategis BPK sebagai Pusat Regulator; (3) melakukan analisis hukum (legal review) (4)
memberikan advokasi hukum berupa litigasi, konsultasi hukum dan pendampingan hukum
terkait pemeriksaan maupun kelembagaan; (5) mengajukan permohonan pengujian undang-
undang (judicial review) kepada Mahkamah Konstitusi (MK) atas Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan; (6) penguatan peran BPK dalam mendorong penyelesaian kerugian negara
22. Pengembangan organisasi dan kantor perwakilan BPK yang tersebar di seluruh provinsi telah
menempatkan Teknologi Informasi (TI) sebagai elemen dukungan kelembagaan yang sangat
SHQWLQJ XQWXN PHQLQJNDWNDQ SURGXNWLYLWDV HÀVLHQVL GDQ HIHNWLYLWDV NHUMD -LND SDGD PDVD
sebelumnya pemanfaatan TI masih terbatas sebagai pemenuhan sarana prasarana TI, maka
pada 2004-2009 pembangunan TI ditujukan untuk mendukung pencapaian rencana strategis BPK
dan mendukung peran BPK dalam melakukan pemeriksaan. Beberapa capaian penting adalah
sebagai berikut: (1) Ratio jumlah notebook terhadap jumlah pegawai adalah 1:6,55 pada 2004
menjadi 1:2,89 tahun 2009, (2) peningkatan jaringan dan teknologi komunikasi, (3) pengembangan
aplikasi pendukung pemeriksaan, seperti Aplikasi PMP, Database Pemeriksaan, Sistem Informasi
Kerugian Negara, dan aplikasi EDFN RIÀFH (4) penyediaan alat bantu dan sumber daya audit,
seperti teknologi Geographic Information System (GIS) dan Remote Sensing (RS)
23. Pembenahan bidang sarana dan prasarana mencakup kewajiban BPK untuk membuka kantor
perwakilan di 33 provinsi. Pada tahun 2004, BPK memiliki 7 kantor perwakilan di 7 provinsi.
Saat ini BPK telah memiliki kantor perwakilan di 33 provinsi. Hal ini berarti dalam tempo empat
tahun, BPK 2004 – 2009 telah berhasil menjalankan amanat konstitusi untuk membuka 26 kantor
perwakilan. Penambahan jumlah kantor perwakilan sekaligus membuat aset BPK meningkat
tajam dari Rp204milyar pada 2004 menjadi Rp2,7 triliun pada 2009 atau mengalami kenaikan
lebih dari 1.125 kali.

Hubungan BPK dengan Pemangku Kepentingan


24. Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang transparan dan akuntabel merupakan
tanggung jawab bersama seluruh penyelenggara negara dan elemen masyarakat sesuai dengan
tugas, peran dan kapasitas masing-masing. Sebagai pelaksana mandat Pasal 23E UUD 1945,
BPK menyadari arti penting untuk membangun dan meningkatkan hubungan kemitraan yang
positif dengan para pemangku kepentingan demi tercapainya tugas dan tanggung jawab BPK
dalam memeriksa keuangan negara. Setidaknya terdapat enam kategori pemangku kepentingan
BPK, yaitu (1) Lembaga Perwakilan, (2) Pemerintah, (3) Penegak Hukum, (4) Media Massa dan
Masyarakat Umum, dan (6) Lembaga Internasional.
25. Lembaga perwakilan merupakan mitra kerja dan pemangku kepentingan yang utama dari BPK.
Hubungan BPK dengan lembaga perwakilan juga terjalin melalui acara rapat dengar pendapat
maupun konsultasi. Hubungan BPK dengan lembaga perwakilan semakin meningkat sejak
disahkannya UU No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang mendorong BPK
semakin kokoh keberadaan dan kedudukannya sebagai satu lembaga yang bebas dan mandiri.
Sebagai bentuk kerjasama yang baik dalam menjalankan perannya masing-masing, BPK telah
menandatangani MOU dengan DPD. Saat ini MOU dengan DPR dan DPRD masih dalam proses V
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

revisi. DPR telah menerima usulan BPK untuk membentuk Badan Akuntabilitas Keuangan Negara
(BAKN) dan perlu segera diatur mekanisme kerja degan BPK.
VI
26. Hubungan antara BPK dengan pemerintah ditandai dengan semangat bersama untuk menciptakan
tata pemerintahan yang berwibawa dengan fungsi dan peran masing-masing. Hal ini sejalan dengan
sasaran strategis BPK untuk mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Dalam kaitan ini, BPK telah melakukan kerjasama dengan
Departemen Keuangan dalam rangka pemeriksaan melalui sistem jaringan komunikasi data dan
dengan LAPAN dalam pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh.
27. Hubungan BPK dengan penegak hukum merupakan salah satu wujud upaya BPK dalam membantu
pemberantasan korupsi. Tugas BPK adalah memeriksa bukan terjun langsung memberantas
korupsi yang merupakan ranah penegak hukum. Namun demikian, dalam hal pemeriksaan BPK
menemukan indikasi tindak pidana, BPK berkewajiban melaporkannya kepada penegak hukum.
BPK telah melakukan penandatanganan MOU dengan aparat penegak hukum – KPK, Kepolisian
dan Kejaksaan Agung- agar koordinasi antar instansi dalam mengatasi tindak pidana korupsi
semakin baik. BPK juga melakukan kerjasama dengan PPATK.
28. Pemangku kepentingan yang berperan besar menanamkan budaya dan perilaku transparan dan
akuntabel dalam pengelolaan keuangan negara adalah kalangan media dan pers, baik nasional
maupun internasional. BPK senantiasa menyediakan akses informasi, termasuk melalui website
www.bpk.go.id, bagi media maupun masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai berbagai
kegiatan BPK, termasuk penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada para pemangku kepentingan.
Hanya dengan demikianlah, hasil kerja dan kinerja BPK dapat diketahui masyarakat luas sehingga
dapat turut meningkatkan partisipasi masyarakat luas dalam ikut mendorong transparansi dan
RIGKASAN EKSEKUTIF

akuntabilitas keuangan negara.


29. Upaya BPK untuk mewujudkan cita-cita reformasi sistem sosial tidak hanya dilakukan dengan
pembenahan ke dalam, tapi juga dengan meningkatkan pergaulan BPK di lingkungan global
melalui INTOSAI (International Organization of Supreme Audit Institutions) dan regional melalui
ASOSAI (Asian Organisation of Supreme Audit Institutions). Keterlibatan dalam pergaulan
internasional ini merupakan aksi nyata BPK dalam mewujudkan amanat konstitusi dan sekaligus
bagi kepentingan nasional. Selain memberikan kontribusi kepada komunitas INTOSAI dan
ASOSAI, keterlibatan BPK dalam forum antar bangsa ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan
BPK bagi peningkatan kinerja pemeriksaan, organisasi dan kualitas SDM. Saat ini BPK terlibat
aktif dalam beberapa committee, working group, task force INTOSAI, IDI serta menjadi tuan rumah
beberapa kegiatan INTOSAI & ASOSAI. BPK juga menjalin kerjasama bilateral dengan beberapa
SAI negara lain untuk menguatkan, meningkatkan dan mengembangkan kerangka kerjasama dan
HÀVLHQVLKXEXQJDQWLPEDOEDOLNGLELGDQJSHPHULNVDDQVHNWRUSXEOLN+LQJJDVDDWLQL%3.WHODK
menandatangani 13 MOU dengan SAI negara lain. Kerjasama yang dilakukan BPK tidak hanya
dengan SAI negara lain tetapi juga dengan beberapa lembaga donor untuk peningkatan kapasitas
dan kapabilitas lembaga dan sumber daya BPK.

30. Peningkatan hubungan dengan KAP dilakukan oleh BPK dalam rangka penggunaan pemeriksa
dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK sesuai pasal 9 UU
No. 15 Tahun 2004 dan pasal 9 UU No. 15 Tahun 2006 maupun penggunaannya untuk melakukan
pemeriksaan keuangan negara selain untuk dan atas nama BPK. Untuk itu, BPK telah
mengeluarkan Keputusan BPK No 10/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Persyaratan Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik yang melakukan pemeriksaan keuangan Negara. Sampai dengan Agustus
2009, jumlah KAP yang terdaftar di BPK adalah sebanyak 109 KAP dengan 340 auditor dan telah
dipublikasikan dalam website BPK. BPK melakukan evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan
akuntan publik atas Laporan Keuangan (LK) BUMN, BUMD, dan BLU. Untuk itu, BPK telah
menerbitkan Keputusan BPK No 11/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Petunjuk Teknis Evaluasi terhadap
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

pelaksanaan pemeriksaan Akuntan Publik (AP) atas laporan keuangan. Pada tahun 2007, 2008,
dan sampai dengan September 2009, BPK telah mengevaluasi pelaksanaan pemeriksaan akuntan
publik masing-masing 10 AP atas LK BUMN Tahun Buku (TB) 2006, 11 AP atas LK BUMN dan
BLU TB 2007, dan 15 AP atas LK BUMN TB 2008.

Penyempurnaan Berkelanjutan
31. BPK selalu siap menyelesaikan permasalahan yang muncul setiap saat secara efektif, mengantisipasi
permasalahan potensial yang akan timbul secara memuaskan, dan memanfaatkan peluang serta
tantangan baru. Aspek penyempurnaan berkelanjutan mencakup penelitian dan pengembangan,
pengembangan organisasi, dan manajemen perubahan. Di antara ketiga bidang tersebut, BPK
telah menajamkan fungsi kelitbangan untuk mencakup ketiga jenis pemeriksaan BPK. Saat ini
BPK belum memiliki satker yang bertanggung jawab secara khusus untuk menangani manajemen
perubahan yang diperlukan untuk membantu transisi perubahan kelembagaan BPK dari UU No.
5 Tahun 1973 ke UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006.

Kinerja Pemeriksaan
32. Ditinjau dari sisi kinerja pemeriksaan secara individu, Standar dan Metodologi Pemeriksaan yang
disusun olen BPK telah menjamin adanya pengaturan, panduan dan kriteria yang harus dilakukan
untuk setiap tahapan pemeriksaan: perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan,
supervisi dan reviu, pelaporan hasil pemeriksaan dan pemantauan tindak lanjut, pemantauan
tindak lanjut pemeriksaan, dan evaluasi pemeriksaan. Hasil review secara uji petik oleh ARK
Belanda pada tahun 2009 terhadap 14 pemeriksaan BPK tahun 2007-2008, yang meliputi 8
pemeriksaan keuangan, 3 pemeriksaan kinerja dan 3 pemeriksaan dengan tujuan tertentu, secara
umum menyimpulkan bahwa kinerja pemeriksaan BPK sudah memadai, positif dan sesuai dengan
SPKN, Juklak dan Juknis Pemeriksaan serta sesuai dengan standar internasional dari IFAC,
INTOSAI dan ASOSAI.

MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS


33. Tugas dan kewenangan BPK untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara
dilakukan melalui tiga bidang kegiatan yakni pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut dan
Kerugian Negara. BPK juga melakukan upaya beyond the call of duty untuk membantu percepatan
perwujudan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara akibat lambannya pemerintah dan
ketiadaan upaya secara komprehensif dalam memperbaiki dan menerapkan sistem pengelolaan
keuangan negara pasca amandemen Pasal 23 UUD 1945 dan paket tiga undang-undang di bidang
keuangan negara.
34. BPK melaksanakan tiga jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) dengan mendasarkan pada segitiga peranan BPK
masa kini dan masa mendatang. Selama 2004-2009, BPK telah menetapkan strategi pemeriksaan
dengan memfokuskan pada: (1) pemeriksaan laporan keuangan yang harus dilakukan setiap tahun;
(2) perluasan cakupan pemeriksaan pada sisi penerimaan negara dan pengeluaran negara, baik di
tingkat pusat maupun daerah; (3) pemeriksaan terhadap pengeluaran negara yang rawan KKN,
misalnya pengadaan barang dan jasa; serta (4) pemeriksaan terhadap sektor-sektor yang strategis
dan menyangkut hajat hidup orang banyak, yaitu pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. BPK
juga telah mencanangkan pemeriksaan berperspektif lingkungan. Selama 2004-2009, BPK telah
menghasilkan 2.899 laporan hasil pemeriksaan keuangan, 194 laporan hasil pemeriksaan kinerja,
dan 3.070 laporan hasil PDTT dengan total temuan pemeriksaan senilai Rp702,65 triliun.
35. Hasil pemeriksaan keuangan selama lima tahun menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan
negara oleh pemerintah masih menunjukkan banyak kelemahan. Namun demikian satu
tahun terakhir ini menunjukkan tanda-tanda positif. Pada periode 2004-2009 Pemeriksaan
kinerja masih belum menjadi prioritas pemeriksaan BPK. Namun demikian pimpinan telah
VII
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

menggariskan cakupan jumlah obyek pemeriksaan akan ditingkatkan secara bertahap dari 2%
pada 2006 sampai dengan 5% di Tahun 2010. Dalam hal pemeriksaan dengan tujuan tertentu, BPK
VIII mempertimbangkan sejumlah faktor seperti urgensi permasalahan yakni masalah yang menjadi
perhatian publik ataupun karena adanya berbagai kelemahan yang ditemukan pada pemeriksaan
/.33 VHKLQJJD PHPHUOXNDQ SHQGDODPDQ DWDV SHUPDVDODKDQ \DQJ PHQMDGL NXDOLÀNDVL RSLQL
PDTT dapat dikelompokkan menurut segmen laporan keuangan seperti pendapatan, belanja,
utang luar negeri ataupun tema pemeriksaan lain seperti dana perimbangan, manajemen hutan,
rehabilitasi hutan dan lahan, pelaksanaan subsidi, pengelolaan dan pertanggungjawaban dana
bantuan operasional sekolah (BOS). Guna merespon tuntutan publik dan upaya untuk membantu
pemberantasan korupsi, BPK memperkuat kelembagaan jenis PDTT dengan pembentukan unit
khusus bidang investigasi. Prestasi BPK di bidang pemeriksaan menghasilkan capaian penting
dengan adanya hasil pemeriksaan yang banyak mendapat perhatian publik seperti aliran dana
YPPI dan pemeriksaan Bank Indover.
+DVLO SHPHULNVDDQ NLQHUMD VHODPD OLPD WDKXQ PHQXQMXNNDQ EDKZD VHODLQ NHWLGDNHÀVLHQDQ
penggunaan anggaran dan ketidakefektifan pencapaian tujuan program/kegiatan, sebagian hasil
pemeriksaan kinerja juga mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan yang mengakibatkan kerugian negara/daerah, potensi kerugian negara/daerah,
kekurangan penerimaan, ketidakhematan, dan temuan yang bersifat administrasi.
37. Dalam kurun waktu dari Tahun 2006 sampai dengan 2008, BPK telah melakukan pemeriksaan
investigative atas 17 kasus dengan perincian lima kasus pada Tahun 2006, enam kasus pada
Tahun 2007 dan enam kasus pada Tahun 2008. Dari ke-17 kasus itu, dua kasus telah diputuskan
di pengadilan, yaitu pemeriksaan investigatif atas pelaksanaan APBD Pemerintah Kota Medan
RIGKASAN EKSEKUTIF

TA 2002-2006 dengan jumlah kerugian senilai Rp26,86 miliar dan pelaksanaan APBD Pemerintah
Kabupaten Kutai Kertanegara TA 2004-2006 dengan jumlah kerugian senilai Rp6,27 miliar.
38. Hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan BPK sampai akhir Semester
I TA 2009 terdapat 62.564 temuan senilai Rp2.956,06 triliun dengan jumlah 112.557 rekomendasi
senilai Rp2.181,39 triliun.

39. Hasil pemantauan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah atas 27.659 kasus pada semester
I Tahun 2009 adalah senilai Rp4,51 triliun, USD46,94 juta, JPY545,25 juta, AUD1,47 juta,
DFLS672,74 ribu, DM306,58 ribu, FFr32,29 juta, CA$1,17 juta, NLG182,97 ribu dengan tingkat
penyelesaian sebesar 39,49% senilai Rp1,14 triliun dan USD40.71 juta.

40. Sampai dengan Semester I Tahun 2009, Hasil Pemeriksaan (HP) BPK berindikasi unsur pidana
yang disampaikan kepada instansi berwenang sebanyak 223 kasus senilai Rp30,57 triliun dan
USD470.40 juta. Dari 223 kasus tersebut, Instansi Penegak hukum (Kejaksaan, Kepolisian dan
KPK) telah menindaklanjuti 132 kasus (59,19%) ke dalam proses peradilan yaitu penyelidikan
20 kasus (8,97%), penyidikan 15 kasus (6,73%), penuntutan 8 kasus (3,59%), putusan 37 kasus
(16,59%), dihentikan 10 kasus (4,48%), dan dilimpahkan kepada Kejaksaan Tinggi sebanyak 42
kasus (18,83%).. Untuk Semester I Tahun 2009, hasil pemeriksaan BPK yang berindikasi unsur
pidana yang diserahkan kepada instansi penegak hukum sebanyak 19 kasus senilai Rp340,29 miliar
dan USD94.64 ribu dengan rincian sebanyak delapan kasus senilai Rp92,09 miliar diserahkan
kepada Kejaksaan Agung serta sebanyak 11 kasus senilai Rp248,19 miliar dan USD94.64 ribu
diserahkan kepada KPK.

41. Selain melakukan tugas pemeriksaan dan pemantauan sebagai tersebut di atas, selama 2004-2009
BPK telah melaksanakan kewenangan memberi pendapat terkait penerapan SAP berbasis akrual,
penumpukan anggaran di akhir tahun, dan sistem pengendalian intern Pemerintah.
42. Dalam rangka mempercepat pembangunan sistem keuangan negara agar sesuai jiwa dan semangat
transparansi dan akuntabilitas yang tercermin dalam UU Tahun 2003-2004. BPK mengambil
enam inisiatif beyond the call of duty yang mempengaruhi eksekutif maupun legislatif, yaitu:
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

(1) memperluas objek pemeriksaan, baik pada sisi pendapatan maupun pengeluaran negara; (2)
mewajibkan terperiksa (auditee) menyerahkan management representation letter; (3) meminta
terperiksa menyusun rencana aksi untuk meningkatkan opini pemeriksaan laporan keuangan; (4)
membantu entitas pemerintah mencari jalan keluar untuk implementasi rencana aksi, termasuk
dalam mengatasi kelangkaan SDM melalui penggunaan tenaga BPKP atau mengirim pejabat
mendapat pendidikan di bidang pembukuan dan manajemen keuangan; (5) mendorong perombakan
struktural BLU, BUMN, dan BUMD agar lebih mandiri dan korporatis; serta (6) menyarankan
kepada DPR, DPD, DPRD untuk membentuk panitia akuntabilitas publik atau PAP.
43. Selain enam inisiatif tersebut BPK juga memiliki inisiatif khusus untuk membangun kelembagaan
keuangan daerah di lingkungan Provinsi Papua dan Papua Barat, yang meliputi bidang perencanaan
pembangunan, manajemen keuangan daerah serta teknologi informasi dan komunikasi untuk
dapat dicontoh dan diterapkan di daerah lain.

44. Dengan inisiatif BPK tersebut, pada 2008 sudah terlihat tanda-tanda positif perbaikan
sistem keuangan negara di Indonesia yaitu (1) sudah banyak instansi pemerintah pusat maupun
daerah yang menyerahkan rencana aksi perbaikan opini sistem keuangan kepada BPK; (2)
terjadi peningkatan opini LKKL, termasuk pada berbagai departemen besar seperti Departemen
Perindustrian, Departemen Keuangan, Departemen Pertahanan dan TNI, Departemen Pertanian,
dan Departemen Pendidikan Nasional; (3) terjadi peningkatan opini LKPD tahun 2006-2008;
(4) lembaga legislatif juga sudah memenuhi saran BPK untuk membentuk Badan Akuntabilitas
Keuangan Negara (BAKN) melalui UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD;
dan (5) Direktorat Jenderal Pajak sudah semakin terbuka untuk diperiksa BPK.

HARAPAN MASA DEPAN


45. BPK 2004-2009 telah selesai menunaikan amanat konstitusi. Selanjutnya, Pimpinan dan
Anggota BPK 2004-2009 menaruh harapan kepada BPK untuk melanjutkan langkah penguatan
kelembagaan menuju pelopor keteladanan dan terus mengupayakan peningkatan peranan BPK
dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan negara melalui tugas pemeriksaan,
non-pemeriksaan maupun inisiatif beyond the call of duty. Kerja keras BPK telah menunjukkan
hasil pada satu tahun terakhir. Namun, masih banyak permasalahan yang belum selesai untuk
menuntaskan reformasi di bidang keuangan negara, termasuk dalam menerapkan paket tiga
UU di Bidang Keuangan Negara. Oleh karena itu, BPK ke depan diharapkan dapat semakin
memantapkan perannya sebagaimana tertuang dalam segitiga peran BPK masa kini dan masa
mendatang seiring dengan perkembangan sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara.

IX
X
DAFTAR ISI
Sambutan Pimpinan BPK i
Ringkasan Eksekutif ii
Daftar Isi x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Tujuan 2
1.3 Sistematika Penulisan 3

BAB II BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI 5


2.1 Implikasi Reformasi Konstitusi Terhadap Keuangan Negara dan BPK 7
2.2 Menjadi BPK yang Bebas, Mandiri, dan Profesional 11
2.2.1 BPK yang Bebas dan Mandiri 11
2.2.2 BPK yang Profesional 13

BAB III PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK 17
3.1 Pimpinan dan Anggota BPK 2004 – 2009 18
3.2 Visi dan Misi BPK 21
3.3 Renstra dan Implementasi Renstra BPK Tahun 2006 -2010 24

BAB IV MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN 31


4.1 Independensi dan Mandat 33
4.2 Kepemimpinan dan Tata Kelola Intern 39
4.2.1 Kepemimpinan dan Arahan 39
4.2.2 Perencanaan Strategis dan Operasional 40
4.2.3 Pengawasan dan Pertanggungjawaban 41
4.2.4 Kode etik dan majelis kehormatan dan kode etik (MKKE) 43
4.3 Sumber Daya Manusia (SDM) 44
4.3.1 Pengelolaan SDM yang Integratif dan Berbasiskan Kompetensi 45
4.3.2 Menuju SDM yang Berintegritas dan Profesional 46
4.4 Standar dan Metodologi Pemeriksaan 48
4.5 Dukungan Kelembagaan 50
4.5.1 Hukum 50
4.5.2 Anggaran 51
4.5.3 Teknologi Informasi (TI) 52
4.5.4 Sarana dan Prasarana 54
4.6 Hubungan BPK dengan Pemangku Kepentingan 54
4.6.1 Lembaga Perwakilan 55
4.6.2 Pemerintah 57
4.6.3 Penegak Hukum 57
4.6.4 Media Massa 59
4.6.5 Masyarakat Umum 60
4.6.6 Lembaga Internasional 60
4.7 Penyempurnaan Berkelanjutan 64
4.8 Kinerja Pemeriksaan 65
BAB V MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS 67
5.1 Strategi Pemeriksaan BPK 68
5.2 Hasil Pemeriksaan 69
5.2.1 Pemeriksaan Keuangan 70
5.2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 71
5.2.1.2 Laporan Keuangan Kementrian / Lembaga (LKKL) 72
5.2.1.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 74
5.2.2 Pemeriksaan Kinerja 77
5.2.3 Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu 80
5.2.3.1 Penerimaan 81
5.2.3.2 Pengeluaran 82
5.2.3.3 Kekayaan Negara 84
5.2.3.4 Hutang 85
5.2.3.5 PDTT Berperspektif Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan 85
5.2.3.6 Pemeriksaan Investigatif 88
5.2.3.7 Pemeriksaan Menonjol Lainnya 90
5.3 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 92
5.3.1 Hasil Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan pada
Pemerintah Pusat 92
5.3.2 Hasil Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan pada BUMN 92
5.3.3 Hasil Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil pemeriksaan pada
Pemerintah Daerah 93
5.4 Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara / Daerah 94
5.4.1 Hasil Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara pada Pemerintah Pusat 96
5.4.2 Hasil Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara pada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 96
5.4.3 Hasil Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Daerah pada Pemerintah Daerah 96
5.4.4 Hasil Pemantauan terhadap Hasil Pemeriksaan BPK Berindikasi Kerugian
Negara/Tindak Pidana yang Disampaikan Kepada Instansi yang Berwenang 96
5.5 Pemberian Pendapat 98
5.5.1 Pertimbangan atas Rancangan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 99
5.5.2 Penerapan SAP Berbasis Akrual 100
5.5.3 Penumpukan Pencairan Anggaran pada Akhir Tahun 101
5.6 Upaya Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara 102
5.6.1 Inisiatif BPK 103
5.6.2 Kemajuan Pengelolaan Keuangan Negara 106
5.6.3 Penghargaan BPK 107

BAB VII HARAPAN MASA DEPAN 109


6.1 Penuntasan Capaian Elemen Kelembagaan 110
6.2 Peranan BPK di Masa Mendatang 113

LAMPIRAN 115
XI
Daftar Lampiran

Lampiran 4.1. Metodologi Pemeriksaan Keuangan 116


XII
Lampiran 4.2. Metodologi Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 116
Lampiran 4.3. Metodologi Pemeriksaan atas LKPP & LKKL 117
Lampiran 4.4. Metodologi Pemeriksaan Kinerja 117
Lampiran 4.5. Metodologi Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu 118
Lampiran 4.6. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif 118
Lampiran 4.7. Keterlibatan BPK dalam Organisasi INTOSAI 119
Lampiran 4.8. Kerjasama Bilateral 121
Lampiran 4.9. Kerjasama BPK dengan Lembaga Donor 124
Lampiran 4.10. Mekanisme penyusunan Perencanaan 125
Lampiran 4.11. Proses Perencanaan Pemeriksaan 125
Lampiran 4.12. Proses Pelaksanaan Pemeriksaan 126
Lampiran 4.13. Pelaksanaan Supervisi & Reviu 126
Lampiran 5.1. Kementrian Lembaga yang pada Tahun 2008 Menyerahkan Action Plan
atas LKKL Tahun 2007 127
Lampiran 5.2. Jumlah Pemerintah Daerah yang Menyerahkan Action Plan 129
BAB I
PENDAHULUAN
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

1
2

FG
Latar Belakang

P
impinan dan Anggota BPK RI tugas pokoknya dan dalam pembangunan
Tahun 2004–2009 yang diangkat kapasitas kelembagaan untuk menjadi
berdasarkan Keputusan Presiden organisasi modern-pelopor keteladanan dalam
No.185/M tanggal 19 Oktober 2004 mengakhiri menegakkan transparansi dan akuntabilitas
masa bhaktinya pada 19 Oktober 2009. keuangan ne-gara bagi instansi dan lembaga
Selama masa bhakti 2004-2009, BPK telah pemerintahan lainnya.
PENDAHULUAN

menetapkan berbagai kebijakan pemeriksaan


dan kelembagaan serta melaksanakannya
dalam rangka memenuhi tugas pokok BPK 1.1 Tujuan
dan sekaligus menjadikan BPK sebagai Selain sebagai bentuk
lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri dan pertanggungjawaban Pimpinan dan Anggota
profesional sesuai amanat konstitusi, tiga BPK 2004-2009 kepada para pemangku
paket UU di Bidang Keuangan Negera Tahun kepentingan yang telah memberikan mandat
2003 – 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006 dan kepercayaan, Buku Memori Masa
tentang Badan Pemeriksa Keuangan Jabatan BPK RI 2004-2009 ini diharapkan
dapat menjadi masukan bagi Pimpinan dan
Selama masa itu pula, BPK telah
Anggota BPK selanjutnya dalam melakukan
menghasilkan berbagai capaian dan prestasi
tugasnya. Dengan demikian, diharapkan
serta menghadapi berbagai tantangan
terjadi kesinambungan kebijakan dan berbagai
dan kendala dalam melaksanakan tugas
kegiatan yang telah berjalan dengan baik
konstitusionalnya dan dalam membangun
selama lima tahun. Adapun beberapa langkah
kelembagaan. Semuanya itu merupakan
dan hambatan yang dihadapi BPK 2004 – 2009
bagian penting dari sejarah perjalanan bangsa
yang masih belum terselesaikan sampai
Indonesia di bidang keuangan negara yang
akhir masa jabatan pada Oktober 2009 dapat
perlu dicatat.
GLMDGLNDQUHÁHNVLGDQKDUDSDQPDVDNHGHSDQ
Untuk memberikan gambaran
menyeluruh mengenai berbagai kebijakan dan
pelaksanaan kebijakan yang ditempuh selama
masa bhakti 2004-2009, BPK perlu menyusun
suatu naskah Memori Masa Jabatan BPK RI
2004-2009 yang memuat capaian, prestasi,
tantangan dan kendala dalam pelaksanaan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Buku Memori Masa Jabatan BPK

BAB I
RI 2004-2009 ini diharapkan
dapat menjadi masukan
bagi Pimpinan dan Anggota
BPK selanjutnya dalam
melakukan tugasnya. Dengan
demikian, diharapkan terjadi
kesinambungan kebijakan dan
berbagai kegiatan yang telah
berjalan dengan baik selama lima
tahun.

Dr. Anwar Nasution-Ketua BPK RI 2004-2009

modern. Penguatan kedelapan elemen


1.2 Sistematika Penulisan
tersebut sekaligus mendorong BPK sebagai
Sistematika buku memori ini adalah se-
pelopor keteladanan dalam menegakkan
bagai berikut:
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN dan pertanggungjawaban keuangan Negara.
Bab ini menjelaskan latar belakang, Kedelapan elemen tersebut yaitu independensi
maksud dan tujuan, serta sistematika dan mandat; kepemimpinan dan tata
penulisan buku ini. kelola intern; manajemen SDM; standar
dan metodolog i pemeriksaan; dukungan
BAB II BPK DI TENGAH DINAMIKA
kelembagaan; hubungan BPK dengan
REFORMASI
pemangku kepentingan; penyempurnaan
Bab ini mengungkapkan implikasi berkelanjutan; dan kinerja pemeriksaan.
reformasi konstitusi terhadap keuangan
BAB V MENDORONG TRANPARANSI DAN
negara dan BPK serta kondisi ideal BPK
AKUNTABILITAS
sebagai lembaga yang bebas, mandiri dan
professional dalam melaksanakan tugas Bab ini menjelaskan capaian atau hasil
konstitusionalnya. kerja BPK dalam bidang pemeriksaan dan
non pemeriksaan serta upaya mendorong
BAB III PIMPINAN, VISI, DAN MISI SERTA
transparansi dan akuntabilitas keuangan
RENCANA STRATEGIS BPK
negara.
Bab ini menggambarkan dinamika
BAB VI HARAPAN MASA DEPAN
proses pengangkatan pimpinan dan Anggota
BPK serta menjelaskan secara ringkas visi, Bab ini berisi harapan Pimpinan dan
misi, rencana strategis dan implementasi Anggota BPK 2004-2009 terhadap upaya
Rencana Strategis BPK Tahun 2006 – 2010. melanjutkan visi sebagai pelopor keteladanan
dan peningkatan peran BPK dalam mendorong
BAB IV MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU
transparansi dan akuntabilitas keuangan
PELOPOR KETELADANAN
negara melalui tugas pemeriksaan dan non
Bab ini menjelaskan capaian BPK pemeriksaan serta inisiatif beyond the call of
pada delapan bidang yang merupakan duty.*
elemen penting dan prasyarat mutlak
bagi pembangunan organisasi pemeriksa 3
BAB II
BPK
DI TENGAH
DINAMIKA REFORMASI
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

2
6

FG
besarnya kemakmuran rakyat.”

R
eformasi konstitusi dengan
amandemen UUD 1945 Dalam rangka memastikan dan
sebanyak empat kali telah meyakinkan pengelolaan keuangan negara
BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI

mengamanatkan perubahan fundamental telah dilakukan secara terbuka dan


sistem pemerintahan negara Indonesia, bertanggung jawab serta untuk sebesar-
termasuk sistem keuangan negara. Dalam besarnya kemakmuran rakyat, UUD 1945
konteks keuangan negara, reformasi konstitusi mengamanatkan diadakannya BPK dalam
menghendaki terwujudnya transparansi dan Pasal 23E ayat (1) sebagai berikut.
akuntabilitas keuangan negara. Oleh karena “Untuk memeriksa pengelolaan dan
itu, amandemen UUD 1945 menghasilkan tanggung jawab tentang keuangan negara
perubahan pengaturan keuangan negara yang diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan
semula diatur dalam satu bab menjadi dua yang bebas dan mandiri.”
bab. Pertama, pengaturan masalah keuangan
Pembentukan BPK untuk memeriksa
negara pada Bab VIII yang semula terdiri dari
keuangan negara tersebut dimaksudkan untuk
satu pasal menjadi lima pasal, yaitu Pasal
mendorong terwujudnya transparansi dan
23, Pasal 23A, Pasal 23B, Pasal 23C, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
Pasal 23D. Kedua, pengaturan tentang BPK
Pemeriksaan dilakukan terhadap seluruh
pada Bab VIIIA yang semula hanya satu ayat
keuangan negara, yang meliputi penerimaan
sebagai bagian dari bab tentang Hal Keuangan
negara –baik berupa pajak dan non pajak,
menjadi bab tersendiri yang terdiri dari tiga
memeriksa seluruh aset dan piutang negara
pasal.
maupun utangnya, memeriksa penempatan
Berangkat dari pengelolaan keuangan kekayaan negara– serta penggunaan
negara yang memprihatinkan pada masa pengeluaran negara.
orde baru, amandemen konstitusi secara
Pasal 23E ayat (2) UUD 1945
tegas mengatur pengelolaan keuangan negara
mengamanatkan bahwa hasil pemeriksaan
sebagai berikut:
BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan
“Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai
DPRD, sesuai dengan kewenangannya. Hal
wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan
tersebut dilakukan agar lembaga perwakilan
setiap tahun dengan Undang-undang dan dilaksanakan
mengetahui tentang cara Pemerintah
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-
melaksanakan pengelolaan dan tanggung
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

dengan sistem yang semakin banyak


menggunakan mekanisme pasar dalam
memasuki persaingan global. Sistem lama
yang terpusat telah menghasilkan distorsi
GDQLQHÀVLHQVLPDXSXQNRUXSVLNROXVLGDQ
nepotisme (KKN). Sebaliknya, mekanisme
pasar hanya dapat berjalan secara efektif dan
HÀVLHQMLNDDGDWUDQVSDUDQVLGDQDNXQWDELOLWDV
pelaku ekonomi, termasuk negara.
Transparansi dan akuntabilitas keuangan

BAB II
negara memudahkan Pemerintah untuk
mengetahui setiap saat kondisi keuangannya
sendiri agar dapat melakukan pengaturan
perencanaan pendanaan pembangunan dan
memonitor pelaksanaannya dengan baik.
Krisis tahun 1997-1998 terjadi, antara lain,
karena Pemerintah tidak memiliki informasi
dan kontrol atas posisi keuangannya sendiri
yang tersebar di berbagai instansi dan BUMN/
Abdullah Zainie (Alm)-Wakil Ketua BPK 2004-2009
BUMD serta di berbagai rekening individu
jawab keuangan negara sehingga dapat pejabat negara.
melaksanakan fungsi bujet dan fungsi
Sasaran keempat adalah untuk
pengawasan dengan baik.
meningkatkan governance di bidang usaha
Amanat konstitusi kepada BPK untuk nasional, utamanya BUMN/BUMD, agar
memeriksa keuangan negara dalam rangka mampu bersaing di pasar global. Transparansi
mendorong transparansi dan akuntablitas dan akuntabilitas perekonomian, termasuk
keuangan negara sejalan dengan cita-cita keuangan negara, sekaligus merupakan
reformasi yang ingin mewujudkan empat aspek prasyarat bagi perekonomian nasional agar
sasaran perbaikan sistem sosial Indonesia. mampu bersaing di pasar dunia.
Sasaran pertama adalah menggantikan
sistem politik yang otoriter dengan demokrasi.
Demokrasi menuntut transparansi dan 2.1 Implikasi Reformasi
akuntabilitas keuangan negara agar rakyat Konstitusi Terhadap
melalui DPR/DPRD dapat menggunakan hak
Keuangan Negara dan BPK
bujetnya. Sasaran kedua reformasi adalah
menggantikan sistem pemerintahan yang Tuntutan reformasi konstitusi
sentralistis dengan memberikan otonomi di bidang keuangan negara didasari
luas kepada kabupaten/kota. Sistem sosial keprihatinan karena banyaknya
nya kelemahan
Indonesia yang majemuk memerlukan mendasar dalam sistem keuangan negara
WUDQVSDUDQVLGDQDNXQWDELOLWDVÀVNDOVHEDJDL yang diwariskan pemerintahan Orde Baru.
perekat bagi terpeliharanya keutuhan Negara Kelemahan itu mencakup (1) disain dan
Kesatuan Republik Indonesia agar tidak ada pelaksanaan sistem pengendalian intern,
rasa curiga antar kelompok atau antar daerah. (2) ketidakpatuhan terhadap peraturan
perUndang-undangan, (3) penyimpanan
Sasaran ketiga dari reformasi adalah
keuangan negara yang semrawut, (4) tidak
menggantikan sistem ekonomi yang
ada informasi tentang aset maupun hutang
mengandalkan perencanaan terpusat dan
negara, serta (5) pengungkapan sisa anggaran
campur tangan pemerintah yang berlebihan 7
Lebih (SAL) secara tidak konsisten dan tidak
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

memadai. sistem pembukuan satu sisi (single entry


account) dengan sistem pembukuan dua sisi
8 Belajar dari kelemahan itu, dipandang
(double entry account). Ketiga, secara bertahap
mendesak untuk segera menerapkan kaidah-
menggantikan akuntansi berbasis kas dengan
kaidah atau asas-asas yang baik (best practices)
akuntansi berbasis akrual. Keempat, lahirnya
dalam pengelolaan keuangan negara, meliputi
UXPXVDQDWDXGHÀQLVLEDUXWHQWDQJNHXDQJDQ
akuntabilitas yang berorientasi pada hasil,
negara3 yang mengartikan keuangan negara
transparansi, profesionalitas, proporsionalitas,
dengan pendekatan dari sisi obyek, subyek,
dan pemeriksaan keuangan negara oleh badan
proses, dan tujuan.4
pemeriksa yang bebas dan mandiri, di samping
asas tahunan, universalitas, kesatuan, Kelima, adanya perubahan jenis
dan spesialitas, yang sudah dikenal dalam dan format laporan keuangan negara yang
pengelolaan keuangan negara sebelumnya. menggunakan sistem akuntansi yang terpadu
dan terkomputerisasi, serta menerapkan
Oleh karena kurangnya transparansi dan
desentralisasi pelaksanaan akuntansi secara
rendahnya akuntabilitas merupakan masalah
berjenjang oleh unit-unit akuntansi, baik
pokok yang telah memperburuk pengelolaan
di instansi kantor pusat maupun di daerah.
keuangan negara, reformasi keuangan negara
Keenam, penerapan anggaran berbasis kinerja
harus dimulai dengan mendorong transparansi
(performance-based budgeting).
dan akuntabilitas. Dengan semangat reformasi
untuk memperbaiki sistem keuangan Upaya mewujudkan tuntutan reformasi
BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI

negara dan daerah, DPR dan Pemerintah keuangan negara tersebut tidak mudah,
mengesahkan tiga Undang-undang di bidang karena penyelenggara negaramasih sarat
keuangan negara1, Undang-undang Nomor dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa (KKN) serta SDM yang tidak siap, baik pada
Keuangan (UU BPK) dan dua Undang-undang pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
terkait Otonomi Daerah2. Terbitnya Undang-
Di antara tuntutan reformasi keuangan
undang bidang keuangan negara dan otonomi
negara yang ideal serta kondisi bangsa dan
daerah ini menandai dimulainya peletakan
negara yang lemah itulah, BPK masa jabatan
batu pertama reformasi pengelolaan keuangan
negara dan daerah sebagai salah satu elemen
penting dalam rangka mewujudkan clean 3 Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
government dan good governance.
berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Setidaknya terdapat enam perubahan
tersebut (Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun
fundamental yang dapat dicatat sebagai 2003 tentang Keuangan Negara).
implikasi reformasi pengelolaan keuangan 4 Penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
negara yang dimulai pada 2003. Pertama, tentang Keuangan Negara. Dari sisi obyek, keuangan
negara mencakup semua hak dan kewajiban negara yang
penerapan sistem perbendaharaan tunggal
dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
yang terpadu (treasury single account - TSA) dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan
dalam rangka maksimalisasi pemanfaatan negara yang dipisahkan. Dari sisi subyek, keuangan
negara mencakup seluruh obyek sebagaimana tersebut
keuangan negara. Kedua, menggantikan yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan
badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Sementara dari sisi proses, keuangan negara mencakup
Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15
pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas, mulai dari
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai
Jawab Keuangan Negara
dengan pertanggungjawaban. Sedangkan dari sisi tujuan,
2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang keuangan negara mencakup seluruh kebijakan, kegiatan dan
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam
Pusat dan Pemerintahan Daerah rangka penyelenggaraan pemerintahan negara
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

2004-2009 harus melaksanakan tugas dan masalah kerugian negara berupa: (a)
wewenangnya memenuhi amanat konstitusi pemeriksaan investigatif untuk mengungkap
agar pengelolaan keuangan negara dilakukan adanya kerugian negara8, (b) penetapan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk nilai kerugian negara yang disebabkan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Suatu oleh bendahara/pengelola BUMN/BUMD/
tugas yang amat berat. lembaga/badan lain9, (c) pemantauan
penyelesaian ganti kerugian negara
Untuk melaksanakan tugas berat ini,
termasuk yang diputuskan pengadilan10,
DPR menerbitkan Undang-undang Nomor 15
(d) pemberian pertimbangan kepada
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 15
Pemerintah atas penyelesaian kerugian
Tahun 2006. Kedua UU ini telah memperkuat

BAB II
negara11, serta (e) pemberian keterangan
BPK, baik secara kelembagaan maupun
ahli tentang kerugian negara dalam proses
pemeriksaan, yang pada masa sebelumnya
peradilan.12
tidak atau kurang dilakukan oleh BPK tatkala
masih berada di bawah Undang-undang Nomor 4. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas
5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa keuangan dan kinerja BPK. Laporan
Keuangan. Penguatan BPK sebagai implikasi Keuangan Tahunan BPK diperiksa oleh
dari pemberlakukan kedua Undang-undang Akuntan Publik13 yang ditunjuk oleh DPR
tersebut telah menghasilkan empat belas dan hasilnya diserahkan kepada DPR
bidang perubahan mendasar seperti dapat dengan salinan kepada Pemerintah. Sistem
dilihat pada tabel 2.1. Pengendalian Mutu BPK direviu 5. oleh
BPK negara lain.14 Reviu dilakukan untuk
Landasan hukum untuk melakukan
menjamin mutu pemeriksaan pengelolaan
perubahan terhadap empat belas bidang
dan tanggung jawab oleh BPK sesuai dengan
tersebut di atas dapat dikelompokan dalam
standar.
dua aspek, yaitu (1) landasan hukum terkait
penguatan kelembagaan dan (2) landasan Sedangkan landasan hukum yang terkait
hukum terkait pelaksanaan pemeriksaan penguatan pemeriksaan BPK adalah yang
BPK dalam mendorong transparansi dan berhubungan dengan:
akuntabilitas keuangan negara. Landasan
1. Kebebasan dan kemandirian BPK
hukum yang terkait dengan penguatan
dalam menentukan objek pemeriksaan,
kelembagaan BPK adalah yang berhubungan
merencanakan dan melaksanakan
dengan:
pemeriksaan, menentukan waktu dan
1. Penguatan independensi BPK di bidang metode pemeriksaan, serta menyusun dan
pemeriksaan5, organisasi (termasuk menyajikan laporan pemeriksaan15.
pembentukan perwakilan di setiap provinsi),
2. Tindak lanjut pemeriksaan BPK yang
SDM (baik keanggotaan maupun para
mewajibkan pejabat untuk menindaklanjuti
pelaksananya), dan anggaran6.
rekomendasi hasil pemeriksaan BPK beserta
2. Pemberian kewenangan baru kepada
BPK yang tidak dimiliki sebelumnya
untuk menetapkan Peraturan BPK yang 8 Pasal 13 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2004.
diundangkan dalam lembaran negara.7 9 Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
3. Penguatan peran BPK dalam menyelesaikan 10 Pasal 10 ayat (3) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
11 Pasal 11 huruf b Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
5 Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 dan Pasal 9
12 Pasal 11 huruf c Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
13 Pasal 32 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
6 Pasal 34 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006.
14 Pasal 33 UUD 1945.
7 Pasal 12 jo. Pasal 1 angka 17 Undang-undang Nomor 15
9
Tahun 2006. 15 Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009
Tabel 2.1. Perbandingan BPK Pada Masa Orde Baru dengan Orde Reformasi

Di bawah UU No. 5 Tahun 1973 dan Di bawah UU No.15 Tahun 2004 dan UU No.15 Tahun 2006
Uraian
Dalam Masa Pemerintahan Orde Baru dan dalam Masa Reformasi

10 1.Kantor Perwakilan di daerah Tidak diatur Ada di setiap Ibukota Provinsi


2. Jumlah Ketua, Wakil Ketua dan Anggota 7 orang 9 orang
3. Pemilihan Pimpinan Diangkat oleh Presiden atas usul DPR Dipilih dari dan oleh Anggota BPK sendiri
4. Independensi
4.1 Organisasi Diatur oleh Menpan Ada fleksibilitas
4.2. Keuangan Bersumber dari APBN Anggaran tersendiri dalam APBN
4.3 Kepegawaian PNS PNS tapi lebih fleksibel
Dikonsultasikan dengan Pemerintah
Disampaikan ke DPR/DPD/DPRD tanpa perlu konsultasi terlebih
4.4 Laporan Pemeriksaan sebelum diserahkan ke DPR agar tidak
dahulu dengan Pemerintah
mengganggu stabilitas nasional
5. Akuntabilitas
BPK telah memiliki Ikrar Pemeriksa Mengikat dan pelaksanaannya diawasi oleh Majelis Kode Etik
5.1 Kode etik namun disusun bukan berdasar amanat yang anggotanya termasuk unsur profesi dan akademisi dari luar
Undang-undang. BPK
Diperiksa sendiri oleh auditor BPK yang
membidangi Lembaga Tinggi Negara Dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan diumumkan secara
5.2 Pemeriksaan Anggaran BPK
(Lettina) dan hasilnya tidak diumumkan luas
secara luas
5.3 Penilaian mutu kerja BPK Tidak ada Dilakukan oleh BPK negara lain anggota INTOSAI
a. Terbuka untuk umum sehingga dapat dinilai oleh masyarakat
a. Tidak terbuka untuk umum
5.4 Laporan Pemeriksaan luas
b. Disampaikan kepada DPR
b. Disampaikan kepada DPR, DPD, DPRD
6. Objek Pemeriksaan

Mulai memeriksa kontrak pertambangan, termasuk migas,


6.1 Penerimaan Negara Hampir tidak ada dan PNBP. Namun, UU Pajak tetap menutup akses BPK pada
pemeriksaan penerimaan pajak

Mulai melakukan pemeriksaan dan pada Tahun 2005 BPK


BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI

melaporkan sebanyak 957 rekening pribadi pejabat negara


6.2 Penyimpanan Uang Negara Hampir tidak ada
yang menyimpan uang negara dan tahun 2006 sebanyak 1.303
rekening

Terbatas pada Pemerintah Pusat saja


dan dari sumber APBN dan beberapa Meliputi seluruh tingkat Pemerintahan: Pusat, Provinsi dan
6.3 Pengeluaran Negara
provinsi yang dapat dijangkau oleh Kabupaten/Kota dan termasuk dari anggaran non-bujeter
kantor perwakilan BPK.

BI, Pertamina dan sebagian BUMN lain


6.4 Bank Indonesia, Pertamina dan BUMN lainnya bukan merupakan objek pemeriksaan Merupakan objek pemeriksaan BPK
BPK

7. Jadwal waktu penyusunan dan pemeriksaan serta


Tidak diatur Diatur dengan jelas dalam Bab IV UU No. 15 Tahun 2004
pertanggungjawaban anggaran belanja Negara

a. Disampaikan kepada DPR, DPD, dan DPRD;


a. Disampaikan kepada DPR;
b. Seluruh laporan yang disampaikan kepada DPR, DPD
b. Dugaan criminal dilaporkan kepada
dan DPRD dimuat dalam website BPK agar diketahui oleh
8. Laporan Pemeriksaan Pemerintah;
masyarakat luas;
c. Tidak dipublikasikan untuk
c. Dugaan criminal dilaporkan kepada Kepolisian, Kejaksaan,
kepentingan umum.
dan KPK.

Dilakukan oleh pejabat negara dan pelaksaannya dipantau dan


9. Tindak lanjut temuan Tidak diatur dilaporkan kepada BPK serta adanya sanksi pidana bagi yang
tidak melaksanakan tindak lanjut.

Dilakukan oleh BPK dengan perluasan obyek pemantuan


10. Pemantauan Ganti Kerugian Negara Tidak diatur yang meliputi pula ganti kerugian negara berdasarkan putusan
pengadilan

Diatur menurut ketentuan BPK. Akuntan publik dilatih tentang


11. Penggunaan Kantor Akuntan Publik untuk a. Tidak diatur
standar pemeriksaan maupun peraturan mengenai keuangan
memeriksa sektor publik: Pemerintah, BUMN dan b. Dilakukan dengan menerbitkan ‘cover
negara dan memberikannya sertifikat dan surat ijin bagi yang
BUMD letter’
telah lulus ujian.

Ditetapkan oleh BPK secara sepihak


Ditetapkan oleh BPK setelah konsultasi dengan
an
n Pemerintah,
12. Standar pemeriksaan keuangan Negara tanpa konsultasi dengen Pemerintah,
akademisi, dan praktisi
akademisi, dan praktisi

Sebagai otorita, BPK dapat menerbitkan peraturan yang


13. Peraturan BPK yang menyangkut pemeriksaan
Tidak ada kewenangan menyangkut pemeriksaan keuangan negara, termasuk
keuangan negara
menetapkan SPKN.

a. Anggota BPK tidak dapat dituntut dalam menjalankan tugas,


kewajiban,, dan wewenangnya
b. Anggota BPK, Pemeriksa dan pihak lain yang bekerja untuk
14. Kekebalan, perlindungan dan bantuan hukum serta dan atas nama BPK diberikan perlindungan hukum dan
Tidak diatur
jaminan keamanan jaminan keamanan oleh instansi berwenang.
c. BPK berhak atas bantuan hukum dengan biaya negara
apabila terjadi gugatan dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.

Sumber : Pokok Pikiran Anwar Nasution


Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

sanksinya.16 Pemberian sanksi tersebut 2.2.1 BPK yang Bebas dan Mandiri
belum pernah ada sebelumnya.
BPK sebagai lembaga bebas dan
3. Amanat kepada BPK untuk menetapkan mandiri dalam konstitusi telah dipertegas
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dalam Pasal 2 UU BPK sebagai berikut:
(SPKN)17 yang berlaku bagi BPK maupun
BPK merupakan satu lembaga negara
pemeriksa lainnya di luar BPK yang
yang bebas dan mandiri dalam memeriksa
melakukan pemeriksaan keuangan negara,18
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
antara lain akuntan publik yang melakukan
negara.
pemeriksaan atas laporan keuangan BUMN,
baik yang dilakukan untuk dan atas nama Perwujudan kebebasan dan kemandirian

BAB II
BPK maupun atas permintaan rapat umum atau independensi19 yang melekat pada BPK
pemegang saham (RUPS). diimplementasikan melalui pasal-pasal
dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004
4. Kewajiban mempublikasikan hasil
dan Undang-Undang No 15 Tahun 2006..
pemeriksaan BPK yang telah disampaikan
Independensi BPK meliputi independensi
kepada lembaga perwakilan melalui
di bidang kelembagaan/organisatoris,
web site BPK. Selain sebagai bentuk
pemeriksaan, sumber daya manusia, dan
pertanggungjawaban atas hasil kerja BPK,
anggaran.
hal ini sekaligus membantu peningkatan
partisipasi masyarakat dalam mendorong
transparansi dan akuntabilitas keuangan 2.2.1.1 Independensi kelembagaan/
negara sesuai dengan tugas dan tanggung organisatoris
jawab masing-masing.
Lembaga pemeriksa dapat melakukan
tugasnya secara obyektif dan efektif jika
memiliki kedudukan dan posisi yang
2.2 Menjadi BPK yang Bebas,
independen dari instansi yang diperiksa dan
Mandiri, dan Profesional memiliki independensi dalam pengaturan
Berbagai perubahan fundamental organisasinya.
sebagai implikasi dari reformasi konstitusi
BPK mempunyai kedudukan yang
sebagaimana diuraikan di atas menuntut BPK
sangat tinggi dalam struktur ketatanegaraan
untuk dapat merespon perubahan tersebut
di Indonesia dan posisinya setara dengan
secara cepat, tepat dan positif sehingga mampu
lembaga negara lainnya. BPK tidak berada
melaksanakan tugas konstitusionalnya sesuai
di bawah kendali pemerintah maupun
harapan. Hal ini hanya dapat terjadi melalui
lembaga perwakilan. Dalam penyusunan
kondisi ideal BPK yang bebas, mandiri dan
dan pengembangan struktur organisasinya,
profesional.
%3.PHPSXQ\DLÁHNVLELOLWDVVHVXDLGHQJDQ
kebutuhan dan bidang tugas pemeriksaannya.

16 Pasal 20 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 2.2.1.2 Independensi pemeriksaan


menyatakan bahwa pejabat wajib menindaklanjuti
rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan (ayat (1)), dan Independensi di bidang pemeriksaan
jika pejabat yang bersangkutan diketahui tidak melaksanakan atau disebut pula independensi fungsional
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut,
dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan mengandung makna bahwa lembaga
peraturan-perUndang-undangan di bidang kepegawaian (ayat pemeriksa memiliki kecukupan mandat
(5)).
dan keleluasaan untuk melakukan tugas
17 Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004.
18 Pasal 5 ayat (1) jo. Pasal 3 Undang-undang Nomor 15 19 Kata bebas dan mandiri seringkali digabung menjadi satu
11
Tahun 2004. kata, yakni independen.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan,


pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan,
12
termasuk keberadaan mekanisme tindak lanjut
yang efektif atas rekomendasi pemeriksaan.
Independensi dalam tahap perencanaan
mencakup kebebasan dalam merumuskan
strategi, prioritas dan obyek pemeriksaan,
termasuk pemeriksaan yang obyeknya
telah diatur tersendiri dalam undang-
undang, atau pemeriksaan berdasarkan
permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
Independensi dalam tahap pelaksanaan
mencakup kebebasan dalam melakukan
prosedur pemeriksaan, memperoleh
akses informasi yang tidak dibatasi dan
mengumpulkan bukti pemeriksaan melalui
berbagai teknik pemeriksaan sesuai dengan
standar pemeriksaan dan peraturan
perundang-undangan. Independensi dalam
BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI

tahap pelaporan mempunyai arti kebebasan


untuk menentukan isi dan penetapan waktu Drs. Imran, Ak-Anggota I BPK RI.

penyerahan laporan pemeriksaan, serta untuk oleh Presiden. Pada tingkat pelaksana,
mempublikasikannya sesuai dengan peraturan LQGHSHQGHQVLGDSDWGLOLKDWPHODOXLÁHNVLELOLWDV
perundangan-undangan. Tidak ada satupun BPK dalam merekrut dan memenuhi
pihak yang dapat mengintervensi maupun kebutuhan pegawai sesuai kompetensi dan
mempengaruhi isi laporan pemeriksaan. jumlah yang diperlukan. Independensi sumber
daya manusia dalam kaitannya dengan tugas
pemeriksaan mengandung arti tidak adanya
2.2.1.3 Independensi sumber daya manusia perbenturan kepentingan FRQÁLFWRILQWHUHVW
Independensi kelembagaan dan antara pemeriksa dengan pihak terperiksa.
organisatoris suatu lembaga pemeriksa negara
tidak dapat dipisahkan dari independensi
sumber daya manusia yang meliputi pimpinan, 2.2.1.4 Independensi di bidang anggaran
anggota dan para pelaksananya. Pada tingkat Pada kondisi ideal, independensi
pimpinan dan anggota, independensi yang di bidang anggaran bagi BPK setidaknya
dimaksud mencakup pemilihan anggota BPK mencakup tiga hal, yaitu: ketersediaan dana
oleh lembaga perwakilan dan pengaturan yang memadai untuk melaksanakan tugas,
pemilihan pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua) permintaan dana secara langsung kepada
dari dan oleh para anggota BPK20. Pada masa lembaga perwakilan selaku pengambil
sebelumnya, pemilihan Ketua dan Wakil Ketua keputusan tentang anggaran negara, serta
BPK dilakukan oleh DPR dan ditetapkan penentuan penggunaan anggaran dan
pengalokasian anggaran pemeriksaan dalam
20 Pasal 15 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 satu mata anggaran tersendiri/terpisah di
mengatur bahwa Pimpinan BPK terdiri atas seorang ketua dalam APBN. Pasal 35 Undang-Undang No. 15
dan seorang wakil ketua. Ketua dan wakil ketua dipilih dari
dan oleh anggota BPK dalam sidang Anggota BPK yang Tahun 2006 telah mengatur bahwa anggaran
dipimpin oleh anggota tertua dengan cara musyawarah BPK dibebankan pada bagian anggaran
mufakat dalam jangka waktu paling lama satu tahun
terhitung sejak diresmikannya keanggotaan BPK oleh
Presiden.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

tersendiri dalam anggaran pendapatan dan


BPK merupakan satu lembaga negara
belanja negara (APBN). Anggaran BPK
tersebut diajukan BPK kepada DPR untuk yang bebas dan mandiri dalam memeriksa

dibahas dalam pembicaraan pendahuluan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


rancangan APBN. Hasil pembahasan negara.
disampaikan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan penyusunan Rancangan tanggung jawab keuangan negara. Seorang
Undang-undang tentang APBN. atau suatu lembaga disebut profesional jika
memiliki beberapa ciri, yakni (1) memiliki
Kebebasan dan kemandirian BPK
kompetensi, keahlian dan fungsi khusus
sebagaimana diamanatkan konstitusi sejak

BAB II
yang selalu ditingkatkan; (2) bekerja secara
tahun 1945 dan Undang-undang Nomor
independen dan tidak tunduk pada kekuasaan
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
orang atau pihak lain; (3) bekerja atas dasar
Keuangan sejalan dengan himbauan
rasionalitas dan ilmu pengetahuan; (4)
Deklarasi Lima21 (1977) dan Deklarasi
bersikap jujur, obyektif, dan konsisten dalam
Mexico (2007) yang muncul kemudian yang
mencari kebenaran; serta (5) berasosiasi dan
menegaskan, bahwa mutlak bagi setiap negara
menjunjung kode etik profesi.
untuk memiliki suatu lembaga pemeriksa
tertinggi (Supreme Audit Institution) yang Pembangunan profesionalisme
independensinya dijamin oleh Undang-undang. kelembagaan atau organisasi didasari
pemikiran bahwa lembaga atau institusi
Selama masa bhakti 2004-2009,
bukanlah sekadar unit organisasi atau jenjang
Pimpinan dan Anggota BPK telah melakukan
hierarki jabatan. Lembaga termasuk pula
berbagai upaya untuk mewujudkan BPK
sistem yang meliputi aturan main, tata cara,
sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan
dan norma-norma yang mengatur perilaku
mandiri. Semua kebijakan, capaian dan
serta cara berinteraksi antara aturan, tata
tantangan untuk mewujudkan hal tersebut
cara, dan norma-norma tersebut. Oleh karena
tergambar di dalam pembahasan Bab IV
LWX%3.SHUOXPHQGHVDLQRUJDQLVDVLVHÁHNVLEHO
Membangun Lembaga Menuju Pelopor
mungkin agar mudah menyesuaikan diri
Keteladanan.
dengan tuntutan perubahan yang terjadi,
melalui penyempurnaan struktur organisasi
2.2.2 BPK yang Profesional sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan
sistem kerja kelembagaan yang baku atau
Sejalan dengan tuntutan reformasi
standar, dan menciptakan lingkungan yang
dan amanat konstitusi, perwujudan bebas
kondusif agar karyawan BPK selalu belajar
dan mandiri BPK perlu diimbangi dengan
dan mengembangkan kemampuan (organisasi
profesionalisme lembaga dan sumber daya
pembelajar). Kemampuan karyawan yang terus
manusianya dalam melaksanakan tugas dan
meningkat akan menyumbang pada kinerja
tanggung jawab pemeriksaan pengelolaan dan
kelembagaan, yang selanjutnya memberikan
landasan bagi terciptanya profesionalisme.
21 Deklarasi Lima merupakan hasil pembahasan dalam
Kongres IX INTOSAI (The International Organization BPK membangun profesionalisme
of The Supreme Audit Instituions) yang diselenggarakan
pada 17 s/d 26 Oktober 1977 di Lima, Peru. Kongres yang kelembagaan antara lain dengan
diikuti oleh 95 negara anggota yang berasal dari lima benua meningkatkan mutu dan kinerja pemeriksaan,
ini antara lain membahas masalah pedoman umum bagi
memperluas hubungan kemitraan dan kerja
Supreme Audit Institution (Lembaga Pemeriksa Keuangan
Negara). Hasil perumusan masalah inilah yang kemudian sama dengan para pemangku kepentingan
dirumuskan dalam suatu deklarasi yang dikenal dengan di bidang-bidang kegiatan yang sesuai dan
Deklarasi Lima (Lihat BPK RI, Deklarasi Lima tentang
Garis-garis Dasar Pemeriksaan Keuangan Negara, Kongres mendukung kinerja lembaga, berpartisipasi
IX INTOSAI, Lima Peru, 17 s/d 26 Oktober 1977 dan aktif dalam kegiatan organisasi profesi dan
13
Penafsiran Deklarasi Lima, h.3).
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

organisasi lembaga pemeriksa, seperti ASOSAI di bidang pemeriksaan ini sudah tercantum di
dan INTOSAI, berdasarkan kebutuhan kode etik.
14
dan manfaatnya bagi kemajuan BPK, serta
Profesionalisme menjadi mutlak antara
menyediakan sarana dan prasarana yang
lain karena sangat terkait dengan kepercayaan
memadai berdasarkan jenjang jabatan dan
pemilik kepentingan. Hasil pemeriksaan BPK
kebutuhannya.
digunakan oleh pemerintah dan terperiksa
Profesionalisme SDM harus dimulai lainnya untuk melakukan koreksi dan
sejak proses rekrutmen pegawai dengan perbaikan yang diperlukan. Dengan kata lain,
memperketat seleksi, menempatkan pegawai hasil pemeriksaan BPK digunakan sebagai
sesuai kompetensi, dan mengembangkan instrumen untuk melakukan perbaikan
pegawai untuk meningkatkan keberhasilan secara terukur terkait pengelolaan dan
setiap unit kerja di lingkungan BPK. Bagi pertanggungjawaban keuangan negara. Hasil
seorang pemeriksa, profesionalisme artinya pemeriksaan yang diperoleh dari proses yang
harus mampu melakukan pemeriksaan sesuai tidak dilakukan secara profesional, akan
dengan standar pemeriksaan. Pemeriksa mempengaruhi tingkat kepercayaan pemilik
tersebut juga harus memiliki kemampuan, kepentingan terhadap hasil pemeriksaan
antara lain menilai aktivitas atau informasi BPK, dan terhadap BPK sendiri. Maka, untuk
yang disajikan dengan membandingkannya menjaga kepercayaan pemilik kepentingan,
terhadap recoqnized framework atau pre- perlu ada standar pemeriksaan, yang meliputi
BPK DI TENGAH DINAMIKA REFORMASI

determined-criteria, dan mengumpulkan perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan


bukti-bukti untuk mendukung penilaian pemeriksaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan
tersebut. Berdasarkan bukti-bukti itu, yang dirancang sesuai dengan kebutuhan
pemeriksa kemudian menyiapkan opini/ pemilik kepentingan, yang keseluruhannya
rekomendasi/kesimpulan yang disajikan dilakukan secara profesional.
dalam laporan hasil pemeriksaan.
Selama masa bhakti 2004-2009,
Kemampuan mendasar lain yang wajib
Pimpinan dan Anggota BPK telah melakukan
dikuasai pemeriksa adalah melaksanakan
berbagai upaya untuk mewujudkan
pemeriksaan ketaatan (compliance audit).
profesionalisme BPK dan sumber daya
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menguji
manusianya. Semua kebijakan, capaian dan
apakah terperiksa (auditee) telah mematuhi
tantangan untuk mewujudkan profesionalisme
prosedur, aturan, dan kebijakan yang
tersebut tergambar di dalam pembahasan
ditetapkan organisasi di atasnya. Agar mampu
Bab IV Membangun Lembaga Menuju
menjalankan prosedur ini, seorang pemeriksa
Pelopor Keteladanan dan Bab V Mendorong
harus memiliki pengetahuan mengenai
Transparansi dan Akuntabilitas yang
berbagai peraturan, baik pusat maupun
memuat hasil dan kinerja BPK selama
daerah. Selain itu, pemeriksa juga mesti
masa 2004-2009 dalam melaksanakan
memiliki kemampuan manajemen publik,
amanat konstitusionalnya. Hal ini sekaligus
manajemen keuangan, manajemen pelayanan
merupakan bukti profesionalisme dan
publik serta kebijakan publik. Dalam standar
pertanggungjawaban BPK atas kepercayaan
pemeriksaan keuangan negara dinyatakan
yang diberikan oleh para pemangku
bahwa para pemeriksa keuangan negara
kepentingan.**
yang ditugasi melaksanakan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara untuk dan atas nama BPK, harus
secara kolektif memiliki kecakapan profesional
yang memadai untuk melaksanakan tugas
yang disyaratkan. Nilai-nilai profesionalisme
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

EWDZ/<^<hE'EZWh>/</EKE^/

BAB II
Ketua Wakil Ketua Anggota I
WƌŽĨ͘Z͘ŶǁĂƌEĂƐƵƟŽŶ͕^͕DW ďĚƵůůĂŚĂŝŶŝĞ͕^, ƌƐ͘/ŵƌĂŶ͕Ŭ
Bidang tugas pembinaan: Bidang tugas pembinaan: Bidang tugas pembinaan:
• Kelembagaan BPK • Pelaksanaan Tugas Penunjang dan • Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
• Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Sekretaris Jenderal Jawab Keuangan Negara Bidang Politik,
Jawab Keuangan Negara secara umum • Penanganan Kerugian Negara Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.
• Pemeriksaan Investigatif
• Hubungan Kelembagaan Dalam Negeri
dan Luar Negeri

Anggota II Anggota III Anggota IV


ƌƐ͘/'ƵƐƟŐƵŶŐZĂŝ͕Ŭ͕D ƌƐ͘ĂŚĂƌƵĚĚŝŶƌŝƚŽŶĂŶŐ͕D͘,Ƶŵ ƌ͘/ƌ͘,ĞƌŵĂŶtŝĚLJĂŶĂŶĚĂ͕^͕D͘^ŝ
Bidang tugas pembinaan: Bidang tugas pembinaan: Bidang tugas pembinaan:
• Pemeriksaan Pengelolaan dan • Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung • Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Tanggung Jawab Keuangan Negara Jawab Keuangan Negara Bidang Jawab Keuangan Negara Bidang
Bidang Perekonomian dan Perencanaan Lembaga Negara, Kesejahteraan Rakyat, Lingkungan Hidup, Pengelola Sumber
Pembangunan Nasional. Kesekretariatan Negara, Aparatur Negara, Daya Alam, dan Infrastruktur.
Riset dan Teknologi.

Anggota V Anggota VI Anggota VII


,ĂƐĂŶŝƐƌŝ͕^͕DD ƌƐ͘^ĂƉƚŽŵĂůĂŵĂŶĚĂƌŝ͕Ŭ Drs. Udju Djuhaeri
Bidang tugas pembinaan: Bidang tugas pembinaan: Bidang tugas pembinaan:
• Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung • Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung • Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan Jawab Keuangan Negara Bidang
Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah I Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah Keuangan negara yang Dipisahkan.
(Sumatera dan Jawa) II (Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Papua).

ΎWĂĚĂϰƉƌŝůϮϬϬϵtĂŬŝů<ĞƚƵĂW<ŵĞŶŝŶŐŐĂůĚƵŶŝĂĚĂŶϭϵ:ƵŶŝϮϬϬϵŶŐŐŽƚĂs//ŵĞŶŐƵŶĚƵƌŬĂŶĚŝƌŝĚĂƌŝW<
15
BAB III
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA
RENCANA STRATEGIS BPK

BPK RI
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

3
18

FG

R
eformasi konsitusi terhadap 2004 dan diulangi dengan pengiriman dua
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK

keuangan negara dan BPK surat, yakni pada 6 Agustus dan 23 September
telah memberikan landasan 2004, karena Presiden belum mengeluarkan
hukum dan gerak yang kuat bagi BPK untuk Surat Keputusan untuk menetapkan pimpinan
mewujudkan lembaga pemeriksa yang bebas, dan anggota BPK 2004-2009. Akhirnya pada
mandiri dan profesional untuk melaksanakan tanggal 19 Oktober 2004 diterbitkan Surat
tugas pemeriksaan atas pengelolaan dan Keputusan Presiden (Keppres) No.185/M
tanggung jawab keuangan negara. Hal ini Tahun 2004 tentang Pemberhentian Anggota
merupakan peluang sekaligus tantangan BPK 1999-2004 dan Pengangkatan Anggota
bagi Pimpinan dan Anggota 2004-2009. BPK 2004 – 2009 oleh Presiden Megawati
Untuk menjawab hal tersebut serta untuk Soekarnoputri tepat pada hari terakhir beliau
memberikan arah dan pedoman untuk menjabat sebagai Kepala Negara.
mewujudkannya, Pimpinan dan Anggota
Karena DPR RI tidak meminta
BPK 2004-2009 telah menetapkan visi dan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
misi yang jelas dan mantap yang dijabarkan
(DPD) dalam pengambilan keputusan
ke dalam suatu Rencana Strategis (Renstra)
menngenai usulan Pimpinan dan Anggota
BPK dan Implementasi Renstra Tahun 2006-
BPK 2004 - 2009, pada 4 Nopember 2004 DPD
2010, dan merumuskan peran BPK masa kini
mengajukan permohonan kepada Mahkamah
dan mendatang dalam rangka mendorong
Konstitusi (MK) untuk membatalkan
percepatan transparansi dan akuntabilitas
keputusan DPR tersebut. Pertimbangan dari
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan
DPD mengenai pemilihan Anggota BPK oleh
negara.
DPR diatur dalam UUD 1945 Pasal 23F. MK
menolak permohonan DPD karena pemilihan
Pimpinan dan Anggota BPK dilakukan oleh
3.1 Pimpinan dan Anggota BPK
DPR pada bulan Juni-Juli, 3 bulan sebelum
2004 – 2009
DPD terbentuk pada 1 Oktober 2004.
Sesuai UU No. 5 Tahun 1973 Pasal 6
Setelah MK menolak gugatan DPD
dan 7, DPR RI periode 1999-2004 memilih
tersebut pada 12 November 2004, akhirnya
Ketua, Wakil Ketua, dan lima orang Anggota
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik
BPK tahun 2004-2009. Keputusan DPR RI
Pimpinan dan Anggota BPK 2004 - 2009 pada
diteruskan kepada Presiden RI pada 8 Juni
3 Desember 2004, hampir 2 bulan sesudah
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 3.1 Bidang Tugas Pimpinan dan Anggota BPK 2004-2009 berdasarkan UU No. 5 Tahun 1973

No. Nama Jabatan Bidang tugas

kelembagaan BPK, pemeriksaan pengelolaan dan


Ketua tanggung jawab keuangan negara secara umum,
1. Prof. DR. Anwar Nasution
merangkap Anggota pemeriksaan investigatif, hubungan kelembagaan dalam
negeri dan luar negeri

Wakil Ketua pelaksanaan tugas penunjang dan sekretariat jenderal dan


2. Abdullah Zainie, SH
merangkap Anggota penanganan kerugian negara

3. Drs. Imran, Ak Anggota I Politik, Hukum dan Keamanan

4. Drs. I Gusti Agung Made Rai, Ak, MA Anggota II sektor Industri, Perdagangan dan Keuangan

5. Hasan Bisri, SE, MM Anggota III Bidang Kesejahteraan Rakyat

6.. Drs. Baharuddin Aritonang, M.Hum Anggota IV Bidang Pemerintah Daerah

BAB III
7.. Irjen Pol (Purn) Drs. Udju Djuhaeri Anggota V Bidang BUMN

Keppres ditandatangani. Dengan demikian, Penambahan jumlah anggota ini


sebelum mulai bekerja, Pimpinan dan Anggota merupakan jawaban terhadap penguatan
BPK 2004 - 2009, sudah masuk dalam catatan kelembagaan dan tantangan yang harus
tersendiri dalam sejarah sengketa kewenangan dihadapi BPK dalam mendorong transparansi
dua lembaga negara Republik Indonesia, yakni dan akuntabilitas keuangan negara sesuai
DPR dan DPD. dengan amanat konstitusi dan tiga undang-
Selanjutnya Pimpinan dan Anggota BPK undang di bidang keuangan negara tahun
mengatur pembagian bidang tugasnya secara 2003-2004. Salah satu perubahan mendasar
kolegial dapat dilihat pada tabel 3.1. dalam pembidangan tugas adalah terkait
dengan peningkatan peran BPK dalam
Terbitnya Undang-undang Nomor 15
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
Tahun 2006 yang menggantikan Undang-
jawab keuangan negara/daerah di tingkat
undang Nomor 5 Tahun 1973 mengubah
provinsi dan kabupaten/kota sebagai
komposisi jumlah Anggota BPK sebagaimana
konsekuensi logis dari pembukaan kantor
diatur dalam ketentuan Pasal 4 ayat (1) yang
perwakilan BPK di seluruh provinsi. Untuk
menyatakan bahwa BPK mempunyai sembilan
menguatkan rentang kendali dan memberikan
orang Anggota. Guna memenuhi kekurangan
manfaat pemeriksaan bagi seluruh daerah,
dua orang Anggota tersebut, berdasarkan
bidang pemeriksaan pemerintah daerah
ketentuan Pasal 37 ayat (2) Undang-undang
di seluruh Indonesia yang semula berada
Nomor 15 Tahun 2006, tepat 6 bulan sesudah
dalam bidang tugas seorang anggota menjadi
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
bidang tugas dua Anggota dengan pembagian
ditetapkan, BPK memiliki dua orang Anggota
wilayah Indonesia Bagian Barat dan Indonesia
baru untuk masa jabatan 2007-2012, yakni
Bagian Timur. Berikut ini pembidangan tugas
DR. Ir. Herman Widyananda, SE, M.Si dan
kesembilan Pimpinan dan Anggota BPK
Drs. Sapto Amal Damandari, Ak., sesuai
setelah pemberlakuan UU Nomor 15 Tahun
dengan Keppres No.28/P/ 2007 tanggal 24 April
2006 tentang BPK:
2007.
19
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 3.2 Bidang Tugas Pimpinan dan Anggota BPK setelah pemberlakuan UU Nomor 15 Tahun 2006

20 No. Nama Jabatan Bidang tugas Pembinaan

Membina Kelembagaan
elembagaan BPK, Pemeriksaan
emeriksaan Pengelolaan
engelolaan
Ketua dan Tanggung
anggung Jawab
awab Keuangan
euangan Negara
egara secara
ecara Umum,
mum,
1. Prof. DR. Anwar Nasution
merangkap Anggota Pemeriksaan
emeriksaan Investigatif,
nvestigatif, Hubungan
ubungan Kelembagaan
elembagaan
Dalam
alam Negeri
egeri dan Luar
uar Negeri
egeri

Wakil Ketua Membina Pelaksanaan Tugas Penunjang dan Sekretariat


2. Abdullah Zainie, SH
merangkap Anggota Jenderal dan Penanganan Kerugian Negara

Membina Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab


3. Drs. Imran, Ak Anggota I Keuangan Negara Bidang Politik, Hukum Pertahanan dan
Keamanan

Membina Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


4. Drs. I Gusti Agung Made Rai, Ak, MA Anggota II Jawab Keuangan Negara Bidang Perekonomian dan
Perencanaan Pembangunan Nasional

Membina Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


Jawab Keuangan Negara Bidang Lembaga Negara,
5. Drs. Baharuddin Aritonang, M.Hum Anggota III
Kesejahteraan Rakyat, Kesekretariatan
kretariatan
an Negara,, Aparatur
Negara, Riset dan Teknologi
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK

Membina Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab


6. DR. Ir. Herman Widyananda, SE, M.Si Anggota IV Keuangan Negara Bidang Lingkungan Hidup, Pengelola
Sumber Daya Alam dan Infrastruktur

Membina Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan pada Wilayah I (Sumatera dan Jawa),
7. Hasan Bisri, SE, MM Anggota V
Departemen Dalam Negeri, Departemen Agama, Badan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias, dan Otorita
Pengembangan Industri Pulau Batam

Membina Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan pada Wilayah II (Bali, Nusa Tenggara,
8. Drs. Sapto Amal Damandari, Ak Anggota VI Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua), Departemen
Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional,
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Badan Pengawas Obat dan Makanan

Membina Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


9. Irjen Pol (Purn) Drs. Udju Djuhaeri Anggota VII Jawab Keuangan Negara Bidang Kekayaan Negara yang
Dipisahkan

Selain pembidangan sebagaimana dan Anggota VII BPK, Drs. Udju Djuhaeri
tersebut di atas, dalam rangka percepatan mengundurkan diri pada tanggal 19 Juni 2009.
reformasi kelembagaan dan implementasi Selanjutnya Presiden telah memberhentikan
Rencana Strategis BPK 2006-2010, Pimpinan dengan hormat disertai ucapan terima kasih
dan Anggota BPK mengambil peran dan atas pengabdian dan jasa-jasanya selama
tanggung jawab untuk memimpin penguatan memangku jabatan kepada Bapak H. Abdullah
dan memberi perhatian khusus terhadap Zainie, S.H. sebagai Wakil Ketua merangkap
beberapa bidang unggulan BPK (champion Anggota BPK dan Bapak Drs. Udju Djuhaeri
area) di luar bidang utama pemeriksaan. (lihat sebagai Anggota BPK masing-masing melalui
tabel 3.3) Keputusan Presiden Nomor 34/P Tahun
2009 tanggal 24 April 2009 dan Keputusan
Menjelang akhir masa bhakti pada tahun
Presiden Nomor 58/P Tahun 2009 tanggal
2009, BPK kehilangan wakil ketua dan seorang
21 Juli 2009. Hingga masa jabatan berakhir
anggotanya. Wakil Ketua BPK, H. Abdullah
pada 19 Oktober 2009, DPR tidak melakukan
Zainie S.H., meninggal dunia pada 4 April 2009
penggantian antar waktu. Kekosongan jabatan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 3.3 Pembagian Tugas atas Bidang Unggulan Non-Pemeriksaan

No. Nama Jabatan Champion

1. Abdullah Zainie, SH Wakil Ketua Bidang Kerugian Negara

2. Drs. Imran, Ak Anggota I Bidang Manajemen Pemeriksaan

3. Drs. I Gusti Agung Made Rai, Ak, MA Anggota II Bidang SDM

4. Drs. Baharuddin Aritonang, M.Hum Anggota III Bidang Hukum

5. DR. Ir. Herman Widyananda, SE, M.Si Anggota IV Bidang Teknologi Informasi

6. Hasan Bisri, SE, MM Anggota V Bidang Organisasi

7. Drs. Sapto Amal Damandari, Ak Anggota VI Bidang Rekomendasi dan Pendapat

8. Irjen Pol (Purn) Drs. Udju Djuhaeri Anggota VII Bidang Keuangan

tersebut segera ditindaklanjuti dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


pengalihan tugas-tugasnya oleh Ketua dan negara. Hal inilah yang mendorong BPK
Anggota lainnya. Dengan demikian kelancaran menyusun Rencana Strategis (Renstra) 2006
tugas BPK dapat tetap terjaga dengan baik. – 2010 agar dapat dengan segera mengadaptasi

BAB III
perubahan pelaksanaan tugas dan fungsinya
sesuai amanat UUD 1945 Pasal 23 ayat 23E,
3.2 Visi dan Misi BPK 23F dan 23G.
Perubahan kepemimpinan BPK terjadi Renstra BPK 2006 – 2010 memuat
bersamaan dengan perubahan lingkungan antara lain visi dan misi serta nilai-nilai dasar
eksternal terkait pengelolaan keuangan BPK
negara. Perubahan tersebut antara lain
Visi :
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
memiliki pemerintahan yang bersih, akuntabel, Menjadi lembaga pemeriksa keuangan
dan transparan dalam mengelola keuangan negara yang bebas, mandiri, dan profesional
negara. Perubahan lingkungan eksternal serta berperan aktif dalam mewujudkan tata
yang kedua adalah kewajiban Pemerintah kelola keuangan negara yang akuntabel dan
Pusat dan Daerah untuk menyusun laporan transparan.
keuangan sebagai wujud akuntabilitas
Misi :
pengelolaan keuangan negara/daerah. Sesuai
Undang Undang Dasar 1945, BPK mempunyai Memeriksa pengelolaan dan tanggung
kewajiban dan mandat untuk melakukan jawab keuangan negara dalam rangka
pemeriksaan atas laporan keuangan tersebut. mendorong terwujudnya akuntabilitas dan
Perubahan lingkungan eksternal yang terakhir transparansi keuangan negara, serta berperan
berkaitan dengan pemberian otonomi kepada aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang
daerah dalam mengelola keuangan daerah dan baik, bersih, dan transparan.
juga keuangan Pemerintah Pusat. Pengelolaan Nilai-Nilai Dasar :
keuangan negara yang sebelumnya terpusat
Independensi
di ibu kota negara menjadi tersebar di
masing-masing provinsi dan kabupaten/kota. BPK adalah lembaga negara yang
Perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan independen di bidang organisasi, legislasi, dan
negara di atas sangat mempengaruhi posisi anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga
BPK sebagai satu-satunya lembaga yang negara lainnya.
bertanggung jawab melakukan pemeriksaan
21
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

pilar yang mendukung terwujud kinerja


kelembagaan secara optimal.
22

* Terpenuhinya semua kebutuhan dan


harapan pemilik kepentingan.

Dalam rangka memenuhi harapan


dan kebutuhan para pemilik kepentingan
yaitu DPR, DPD, DPRD, dan masyarakat
pada umumnya dengan menyediakan
informasi yang akurat dan tepat waktu
atas penggunaan, pengelolaan, keefektifan,
dan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan Negara, BPK telah menetapkan
Arah Kebijakan Pemeriksaan 2006 - 2010
yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan Negara guna meningkatkan
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK

transparansi dan akuntabilitas keuangan


negara. BPK selalu mengupayakan
Drs. I Gusti Agung Made Rai, Ak, MA-
untuk memperluas obyek pemeriksaan,
Anggota II BPK RI.
meningkatkan pemeriksaan kinerja dan
Integritas meningkatkan kualitas pemeriksaan antara
lain dengan meningkatkan pemeriksaan
BPK menjunjung tinggi integritas investigatif dan pemeriksaan berperspektif
dengan mewajibkan setiap pemeriksa dalam lingkungan. Di samping itu mengupayakan
melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi pengukuran tingkat pemanfaatan hasil
Kode Etik Pemeriksa dan Standar Perilaku pemeriksaan dengan sumber daya
Profesional. pemeriksaan melalui metodologi return on
Profesionalisme investment (ROI).

BPK melaksanakan tugas sesuai


dengan standar profesionalisme pemeriksaan * Terwujudnya BPK sebagai pusat
keuangan negara, kode etik, dan nilai-nilai regulator di bidang pemeriksaan
kelembagaan organisasi. pengelolaan dan tanggung jawab
Berdasarkan visi dan misi tersebut, keuangan negara.
terdapat empat tujuan strategis yang akan BPK bertujuan menjadi pusat
dicapai pada akhir pelaksanaan Renstra BPK pengaturan di bidang pemeriksaan atas
2006 – 2010, yaitu : pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
* Terwujudnya BPK sebagai lembaga negara yang berkekuatan hukum mengikat,
pemeriksa keuangan negara yang yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas,
independen dan profesional. wewenang dan fungsi BPK sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perUndang-
BPK mengedepankan nilai-nilai
undangan.
independensi, integritas dan profesionalisme
dalam semua aspek tugasnya menuju Hal ini diwujudkan dengan
terwujudnya akuntabilitas dan transparansi terselenggaranya regulasi di bidang
pengelolaan keuangan negara. Selain itu, pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
SHPHULNVDDQ\DQJHÀVLHQGDQHIHNWLIPHQMDGL keuangan negara di bidang pemeriksaan,
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

bidang pengelolaan keuangan negara yang governance). BPK tidak semata-mata berada
berkaitan dengan tugas, fungsi dan wewenang pada posisi sebagai pemeriksa, melainkan juga
BPK di luar tugas pemeriksaan, penyusunan mitra pemerintah sebagai terperiksa (auditee)
pedoman evaluasi penerapan regulasi di dalam mewujudkan misi secara bersama-
bidang pemeriksaan keuangan negara dan sama. Ini antara lain diwujudkan dengan
pemantauan atas penerapan regulasi oleh bantuan aktif BPK dalam menyusun Standar
pemilik kepentingan. Diharapkan juga pada Akuntansi Pemerintah (SAP) dan mendorong
akhir implementasi Renstra 2006-2010, pemerintah untuk menyusun rencana aksi
seluruh peraturan negara di bidang keuangan untuk menindaklanjuti rekomendasi hasil
negara sudah harmonis dengan regulasi pemeriksaan BPK. Selain itu, BPK juga
pemeriksaan di bidang keuangan negara yang membantu kerja DPR melalui laporan hasil
diatur BPK. pemeriksaan yang diserahkan. DPR bisa
mendapat informasi tentang bagaimana
pengelolaan keuangan negara dilakukan oleh
* BPK yang mampu mendorong eksekutif melalui laporan hasil pemeriksaan
terwujudnya tata kelola yang baik BPK, sehingga DPR bisa menjalankan fungsi
atas pengelolaan dan tanggung jawab kontrolnya Lebih efektif. Di samping itu,
keuangan negara. laporan pemeriksaan BPK juga bisa membantu

BAB III
Pengertian kata ‘mendorong’ dalam DPR menjalankan hak bujetnya sebagaimana
hal ini adalah BPK tidak hanya melakukan mestinya. Dengan begitu, terjadi hubungan
pemeriksaan, tetapi juga ikut membantu yang profesional dan bermartabat antara BPK
legislatif dan eksekutif dalam menjalankan dengan DPR serta dengan pemerintah.
tugasnya mengelola keuangan negara Transparansi dan akuntabilitas
agar lebih transparan dan akuntabel. BPK merupakan kristalisasi rumusan visi dan misi
membantu pemerintah dan DPR dalam BPK yang tercermin dalam tujuan strategis
menjalankan tata kelola yang baik (good 2006 – 2010 guna mewujudkan tata kelola

Konferensi pers penyerahan LKPP kepada Presiden. 23


Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

yang baik atas pengelolaan dan tanggung keputusan. Gambar 3.1 Peran BPK Masa
jawab keuangan negara. Kini dan Masa Datang memperlihatkan enam
24
sasaran peranan BPK dalam mendorong
Secara konseptual, transparansi dan
transparansi dan akuntabilitas keuangan
akuntabilitas merupakan bagian dari tata
negara. Sasaran jangka pendek peranan BPK
kelola pemerintahan yang baik. Transparansi
digambarkan pada ketiga lapis bawah Gambar
berarti terbukanya akses bagi semua pihak
3.11 dan sasaran jangka panjang digambarkan
yang berkepentingan terhadap setiap
pada ketiga lapis atas (dengan garis patah)
informasi pengelolaan keuangan negara.
Keterbukaan ini mencakup semua aspek, Selama masa bhakti 2004-2006, terdapat
mulai dari perencanaan anggaran sampai empat peranan BPK yang diharapkan
penggunaannya. Transparansi dibangun atas sebagaimana dapat dilihat pada tiga lapis
dasar arus informasi yang bebas. Seluruh bawah dalam Gambar 3.1. Peran BPK Masa
proses penyelenggaraan pemerintahan, Kini dan Masa Datang. Peran pertama
lembaga-lembaga dan informasi harus dapat adalah meningkatkan kegiatan dalam
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, membantu upaya pemberantasan KKN
dan informasi yang tersedia harus memadai dengan melaporkan temuan yang mengandung
agar dapat dimengerti dan dipantau. dugaan tindakan kriminal kepada penegak
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK

Transparansi bermanfaat untuk mengurangi hukum. Kedua, meningkatkan transparansi


tingkat ketidakpastian dalam proses dan akuntabilitas keuangan negara dengan
pengambilan keputusan dan implementasi meningkatkan kualitas pemeriksaan dan
kebijakan publik. semakin memperluas objek pemeriksaan.
Ketiga, membantu Pemerintah untuk
Akuntabilitas dipahami sebagai
mengimplementasikan paket tiga UU
kapasitas suatu instansi pemerintah untuk
bidang Keuangan Negara Tahun 2003-2004.
bertanggung jawab atas keberhasilan
Keempat, membantu pemerintah untuk
dan kegagalannya dalam mengelola
melakukan reformasi institusional, termasuk
keuangan negara. Artinya, setiap instansi
restrukturalisasi BUMN dan badan pelayanan
pemerintah mempunyai kewajiban untuk
umum, seperti sekolah/Universitas dan
mempertanggungjawabkan pengelolaan
rumah sakit. Peran seperti ini merupakan
sumberdaya yang dipercayakan kepadanya,
bagian dari tugas BPK untuk memberikan
mulai dari tahap perencanaan, implementasi,
opini, kesimpulan, dan rekomendasi untuk
sampai pada pemantauan dan evaluasi.
ditindaklanjuti oleh terperiksa (auditee)
Selain itu, akuntabilitas merupakan kunci
serta oleh pemerintah. Secara bertahap BPK
untuk memastikan apakah sumber daya yang
akan meningkatkan peran menuju ketiga
dipercayakan telah digunakan sesuai dengan
sasaran peranan jangka panjang (ketiga lapis
harapan dan kepentingan publik. Peningkatan
atas) dengan meningkatkan kemampuan
WUDQVSDUDQVLGDQDNXQWDELOLWDVÀVNDO
SHPHULNVDDQNLQHUMDJXQDPHQLODLHÀVLHQVL
sekaligus merupakan upaya preventif untuk
QLODLHNRQRPLPDXSXQHIHNWLÀWDVNHJLDWDQ
memberantas KKN.
instansi pemerintah.
Sesuai visi dan misi, memperhatikan
lingkungan eksternal dan aktualisasi BPK
sampai dengan tahun 2009, BPK merumuskan 3.3 Renstra dan Implementasi
kerangka pemikiran peran BPK masa kini dan Renstra BPK Tahun 2006 -
mendatang. Pada gilirannya BPK diharapkan 2010
dapat memberikan kecenderungan serta
BPK menetapkan Rencana Strategis
pemikiran jangka panjang sebagai bahan
dan Implementasi Renstra 2006-2010 masing-
pertimbangan bagi badan legislatif, eksekutif
serta masyarakat luas untuk mengambil 1 Pokok Pikiran Anwar Nasution
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Membantu
masyarakat dan
pengambil
keputusan untuk
melakukan alternatif
pilihan masa depan

Mendalami kebijakan dan masalah publik

Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi


bagi peningkatan efektivitas dan efisiensi kebijakan
pemerintah serta ketaatan atas aturan lingkungan hidup
dan pembangunan berkelanjutan

Membantu Pemerintah melakukan perubahan struktural BUMN


maupun badan pelayanan umum seperti sekolah, universitas dan
rumah sakit

Membantu Pemerintah untuk mengimplementasikan paket ketiga UU tentang


keuangan negara tahun 2003-2004 melalui:
a. Penyatuan anggaran nonbujeter dan kegiatan quasi fiskal kedalam APBN;
b. Memperjelas peranan dan tanggung jawab lembaga negara pada semua
tingkatan;
c. Mendorong proses penyiapan, pelaksanaan dan pelaporan anggaran negara
yang transparan dan akuntabel .
d. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas transaksi keuangan antara
instansi pemerintah di tingkat pusat dan daerah serta antara keduanya maupun

BAB III
antara Pemerintah dengan BUMN, BUMD serta perusahaan swasta yang
mendapatkan subsidi dari negara.

Upaya Pemberantasan Korupsi dengan melaporkan dugaan tindakan kriminal kepada penegak hukum; Kepolisian;
Kejaksaan Agung / Tastipikor dan Komisi Pemberantasan Korupsi

Sumber: Pokok Pikiran Anwar Nasution


Gambar 3.1 Peranan BPK Masa Kini dan Masa Datang

masing berdasarkan Surat Keputusan BPK undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
No.10/SK/I-VIII.3/8/2005 tanggal 15 Agustus Perencanaan Pembangunan Nasional. Dimulai
2005 dan Surat Keputusan BPK No.25/SK/I- pada tahun 2005, BPK mengadopsi kerangka
VIII.3/7/2006 tanggal 4 Juli 2006. The Baldrige Criteria for Performance
Selain sebagai penjabaran dari amanat Excellence2 untuk mengembangkan sistem
konstitusi, tiga undang-undang di bidang pengukuran kinerja organisasi. Renstra
keuangan negara tahun 2003-2004, Undang- merupakan salah satu elemen (subsistem) dari
undang Nomor 15 Tahun 2006, serta peran kerangka tersebut. Dalam perkembangannya,
BPK masa kini dan mendatang dalam BPK tidak melanjutkan pembangunan
melaksanakan tugas pemeriksaan atas kerangka secara menyeluruh. BPK hanya
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan menggunakan The Baldrige Criteria untuk
negara, Renstra dan Implementasi Renstra menuntaskan penyusunan Renstra dan
2006-2010 merupakan dokumen hidup (living Implementasi Renstra 2006-2010 serta untuk
document) sebagai pedoman bagi seluruh memilih alat ukur kinerja Balanced Score Card
satuan kerja dan pelaksana BPK dalam
melakukan tugas sesuai dengan bidang dan 2 The Baldrige Criteria for Performance Excellence
sasaran kerja masing-masing. merupakan suatu kerangka untuk menyusun, mengelola
dan mengukur kinerja organisasi secara menyeluruh
Penyusunan Rencana Strategis 2006- sebagai suatu sistem yang terdiri dari tujuh elemen.
2010 diawali dengan keinginan BPK untuk Ketujuh elemen tersebut adalah (1) leadership, (2)
strategic planning, (3) customer focus, (4) measurement,
merancang sistem pengukuran kinerja analysis, and knowledge management, (5) workforce,
organisasi secara menyeluruh mulai dari (6) process management, dan (7) results (product dan
outcome). Penggunaan The Baldrige Criteria di BPK
tingkat lembaga sampai kepada individu dan
adalah berkat bantuan dari USAID dan dukungan US
sekaligus untuk memenuhi amanat Undang- 25
GAO.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

26
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK

Pencanangan Sistem Manajemen Kinerja (SIMAK) dalam raker Desember 2007.

(BSC) dari berbagai alat ukur lainnya seperti dikaitkan dengan pencapaian tujuan strategis
ISO 9000, Lean, Six Sigma, dan sebagainya. dalam Renstra dan Implementasi Renstra
2006-2010. Berikut ini peta strategi BPK yang
Sinkronisasi Renstra dan Implementasi
berisi visi, misi dan penjabarannya ke dalam
Renstra 2006-2010,, yang merupakan hasil
tiga perspektif Balanced Score Card.
dari proses The Baldrige Criteria, dengan
dokumen dari sistem perencanaan BPK selama Dalam peta strategi BPK RI terdapat
ini, yang terdiri dari Rencana Kerja Tahunan tiga perspektif yang diukur yaitu: (1) )XOÀOOLQJ
(RKT), Rencana Kerja Pemeriksaan (RKPP) stakeholder’s expectation, (2) Strategic drivers
dan Rencana Kerja Penunjang Pendukung dan (3) Intangible assets and resources.
(RKPP) Semester II TA 2006 menandai awal Perspektif IXOÀOOLQJVWDNHKROGHUV·H[SHFWDWLRQ
dimulainya implementasi Renstra BPK 2006 menilai sejauhmana outcome BPK telah dapat
– 2010 secara terpadu, konkrit dan aplikatif. memenuhi/sesuai dengan tuntutan para
pemilik kepentingan. Perspektif strategic
Selanjutnya dalam raker Desember
drivers menilai sejauhmana BPK mengelola
2007, BPK mencanangkan penggunaan Sistem
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang
Manajemen Kinerja (SIMAK) yang dimulai
GLDPDQDWNDQ88VHFDUDHIHNWLIGDQHÀVLHQ
pada 2008.
Sedangkan perspektif intangible assets and
SIMAK merupakan aplikasi sistem resources menilai sejauh mana BPK mengelola
manajemen kinerja berbasis alat ukur dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
Balanced Score Card, bekerja secara on line untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok
pada tingkat satker, dan berfungsi untuk dan fungsinya secara optimal.
memonitor, mengevaluasi, dan mengukur
Peta strategi BPK tersebut menjadi
pencapaian kinerja masing-masing satker
acuan bagi setiap satuan kerja (satker)
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

BAB III
Gambar 3.2 Peta Strategi BPK-RI

pelaksana BPK untuk menjabarkan dan dan profesionalisme, BPK mengembangkan


merancang peta strategi dan indikator suatu rancang bangun (building block) yang
kinerja yang akan dicapai selama 2006- terdiri dari sembilan elemen dasar yang
2010 pada tingkat satker dan individu harus dikelola secara terus menerus oleh BPK
pegawai di lingkungannya. Peta strategi untuk menjadi suatu organisasi pemeriksa
yang pada dasarnya merupakan Renstra dan modern yang bekerja dengan praktek-
Implementasi Renstra 2006-2010 selanjutnya praktek terbaik berstandar internasional
dijabarkan dalam sistem perencanaan tahunan (best practices). Kesembilan elemen dasar
BPK (RKT, RKP serta RKPP). Dengan tersebut adalah (1)Independensi dan Mandat;
demikian, pengukuran kinerja BPK untuk (2) Kepemimpinan dan Tata Kelola Intern;
mencapai visi, misi dan tujuan strategis selama (3) Manajemen Sumber Daya Manusia; (4)
2006-2010 merupakan gabungan hasil kerja Standar dan Metodologi Pemeriksaan; (5)
dan kesatuan kinerja tahunan yang saling Dukungan Kelembagaan; (6) Hubungan
mendukung dari seluruh tingkat - individu, BPK dengan Pemangku Kepentingan; (7)
satuan kerja dan lembaga BPK. Penyempurnaan Berkelanjutan; (8) Kinerja
Pemeriksaan; dan (9) Hasil berupa capaian dan
Agar aktualisasi Renstra dan
dampak.
Implementasi Renstra 2006-2010 dapat secara
efektif mendukung BPK dalam mencapai Gambar 3.3 menunjukkan rancang
visi dan misi sekaligus membangun dan bangun (building blocks) BPK yang terdiri dari
memperkuat kelembagaan BPK berdasarkan sembilan elemen dasar dimaksud.
nilai-nilai organisasi: independensi, integritas 27
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

28
PIMPINAN, VISI DAN MISI SERTA RENCANA STRATEGIS BPK

Gambar 3.3 Rancang Bangun BPK

Untuk menjamin bahwa Rancang secara intern, sistem pengendalian mutu


Bangun BPK tersebut lengkap dan berfungsi BPK diwajibkan untuk direview oleh lembaga
dengan baik sehingga dapat mencapai visi pemeriksa negara lain yang menjadi Anggota
dan misi, BPK menetapkan dan menjalankan INTOSAI minimal setiap lima tahun sekali
kesembilan elemen tersebut sebagai Sistem sesuai Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006
Pengendalian Mutu (SPM) BPK3. Selanjutnya, dan SPKN.
BPK menetapkan dan menyelenggarakan
Penggunaan kesembilan elemen rancang
Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM)
bangun BPK dan SPM tersebut menandai
yang berisi prosedur dan kebijakan untuk
diawalinya pembangunan dan penguatan
menilai dan memperoleh keyakinan memadai
kelembagaan BPK oleh Pimpinan dan Anggota
bagi BPK, pimpinan satker pelaksana BPK,
BPK 2004-2009 sebagai organisasi modern
dan para pemangku kepentingan mengenai
yang independen, berintegritas dan profesional
sejauh mana hasil pemeriksaan dan capaian
dan merupakan red carpet treatment bagi
kerja BPK terkait sembilan elemen tersebut
BPK selanjutnya dalam menuntaskan tujuan
telah memenuhi kualitas yang memadai dan
dan sasaran Renstra 2006-2010 sekaligus
mencapai tujuannya. Selain dilakukan review
mempersiapkan Renstra dan Implementasi
Renstra 2011-2015
3 Kesembilan elemen Rancang Bangun BPK 2006-2010
yang sekaligus elemen SPM yang disusun oleh BPK Untuk memperoleh gambaran
tersebut ternyata sejalan dengan elemen SPM yang
diperkenalkan oleh INTOSAI Development Initiative menyeluruh mengenai capaian BPK dalam
(IDI) dan kelompok regional INTOSAI dalam membangun membangun lembaga sesuai visi, misi dan
kapasitas sistem pengendalian mutu lembaga pemeriksa
anggota INTOSAI.
tujuan strategis selama kurun waktu 2004-
2009, Buku Memori Masa Jabatan BPK RI
2004-2009 membagi pembahasan tentang
capaian sembilan elemen Rancang Bangun
BPK ke dalam dua bab. Bab IV Membangun
Lembaga Menuju Pelopor Keteladanan yang
berisi capaian atas delapan elemen, yaitu: (1)
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Independensi dan Mandat; (2) Kepemimpinan keuangan negara dan pencapaian atas elemen
dan Tata Kelola Intern; (3) Manajemen kesembilan mampu menunjukkan hasil
Sumber Daya Manusia; (4) Standar dan kerja yang optimal dan dampak yang konkrit
Metodologi Pemeriksaan; (5) Dukungan dari pelakasanaan tugas pemeriksaan atas
Kelembagaan; (6) Hubungan BPK dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Pemangku Kepentingan; (7) Penyempurnaan negara. Dengan semakin kuatnya kedelapan
Berkelanjutan; dan (8) Kinerja Pemeriksaan. elemen kelembagaan BPK, semakin meningkat
Bab V Mendorong Transparansi dan pula hasil kerja dan dampak positif yang
Akuntabilitas berisi capaian atas elemen dihasilkan oleh BPK bagi para pemangku
kesembilan yaitu hasil yang dicapai BPK kepentingan. ***
sebagai lembaga pemeriksa beserta dampak
yang dihasilkannya.

BPK berharap bahwa pencapaian


atas delapan elemen yang pertama mampu
menguatkan lembaga BPK sekaligus
mewujudkan BPK sebagai lembaga pelopor
keteladanan (leading by example) dalam
mendorong transparansi dan akuntabilitas

BAB III

29
BAB IV
MEMBANGUN LEMBAGA
MENUJU PELOPOR
KETELADANAN
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

4
32

FG

B
ab ini menjelaskan aktualisasi setelah pemberlakuan UU No. 15 Tahun
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

BPK dalam mencapai visi 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


dan misi serta berbagai Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU
capaian penting terkait delapan elemen No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
kelembagaan selama kurun waktu 2004-2009. Keuangan sebagai pengganti atas UU No. 5
Kedelapan elemen kelembagaan tersebut Tahun 1973. Reformasi kelembagaan BPK
adalah (1)independensi dan mandat, (2) tersebut pada perkembangannya mempunyai
kepemimpinan dan tata kelola intern, (3) tujuan dan cakupan yang sama dengan yang
manajemen sumber daya manusia, (4) standar dikembangkan oleh Pemerintah melalui
dan metodologi pemeriksaan, (5) dukungan Program Reformasi Birokrasi Nasional
kelembagaan seperti keuangan, teknologi yang dimulai kemudian pada 2007. Sebagai
informasi, dan sarana-prasarana, (6) hubungan salah satu pilot proyek penerapan Program
BPK dengan pemangku kepentingan, (7) Reformasi Birokrasi Nasional, BPK dinilai
penyempurnaan berkelanjutan, dan (8) kinerja telah menunjukkan pencapaian dan kemajuan
pemeriksaan. kelembagaan yang sangat tinggi dibandingkan
saat dimulainya proyek tersebut.
Membangun lembaga menuju pelopor
keteladanan mengandung arti bahwa capaian Capaian yang diperoleh BPK untuk
BPK atas kedelapan elemen kelembagaan membangun delapan elemen kelembagaan
selama 2004-2009 diharapkan mampu merupakan hasil kerja keras bersama dan
mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa memperoleh penilaian positif dari Algemene
modern yang independen, berintegritas, dan Rekenkamer (ARK) dalam laporan peer review,
profesional sehingga dapat berperan sebagai Agustus 2009. ARK menyatakan bahwa
pelopor keteladanan (leading by example) “Since 2004, it has laid strong foundations to
bagi lembaga/instansi lain, termasuk dalam function as a Supreme Audit Institution” (Sejak
hal transparansi dan akuntabilitas keuangan 2004, BPK telah meletakkan dasar yang kuat
negara. untuk berfungsi sebagai lembaga pemeriksa
tertinggi).
Pembangunan delapan elemen yang
sudah dimulai sejak awal masa bhakti Berikut ini capaian-capaian penting
2004 semakin meningkat dan mencapai BPK atas delapan elemen kelembagaan selama
fase sebagai reformasi kelembagaan BPK tahun 2004-2009:
secara menyeluruh pada awal 2006 segera
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi BPK

4.1 Independensi dan Mandat Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15


Independensi dan mandat berkaitan Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dengan kedudukan, fungsi dan mandat BPK dan Tanggung Jawab Keuangan Negara turut
yang independen yang dijamin dengan suatu memberikan landasan formal atas kebebasan
kerangka landasan hukum yang kuat untuk dan kemandirian BPK. Aktualisasi “bebas
melaksanakan tugas pemeriksaan. UUD 1945, dan mandiri” mencakup empat unsur, yaitu

BAB IV
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan kelembagaan/organisatoris, pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan SDM, dan anggaran. Dari empat unsur
Negara, dan UU No. 15 Tahun 2006 tentang tersebut, pemeriksaan merupakan unsur
Badan Pemeriksa Keuangan telah memberikan utama yang harus terselenggara dengan
landasan hukum yang kuat mengenai baik, karena terkait erat dengan tugas pokok
kedudukan, fungsi dan mandat BPK sebagai BPK dalam melakukan pemeriksaan atas
lembaga yang independen (bebas dan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
mandiri) dalam melakukan pemeriksaan atas negara.
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara.
Independensi kelembagaan/organisatoris

Lembaga pemeriksa dapat melakukan


4.1.1. Independensi tugasnya secara obyektif dan efektif jika
BPK mengawali upayanya untuk memiliki kedudukan, posisi dan fungsi
menuju lembaga yang independen (bebas dan yang independen dari instansi yang
mandiri) melalui usulan kepada DPR untuk diperiksa dan memiliki independensi dalam
mengamandemen UU No. 5 Tahun 1973 pengaturan organisasinya. Dengan peraturan
tentang BPK yang kemudian melahirkan UU perundangan yang berlaku saat ini BPK
No. 15 Tahun 2006. Tiga paket UU Bidang mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
Keuangan Negara tahun 2003-2004, yaitu dalam struktur ketatanegaraan di Indonesia
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan dan posisinya setara dengan lembaga negara
Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang lainnya. BPK tidak berada di bawah kendali
33
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

pemerintah maupun lembaga perwakilan. meningkatkan kajian aspek hukum


terhadap temuan dan laporan pemeriksaan,
34 Demikian pula dalam penyusunan
dan memberikan advokasi hokum untuk
dan pengembangan struktur organisasinya,
penguatan kantor perwakilan, antara
%3.PHPSXQ\DLÁHNVLELOLWDVVHVXDLGHQJDQ
lain dengan pembentukan eselon IV yang
kebutuhan dan bidang tugas pemeriksaannya.
membidangi hukum dan humas.3.
Hal tersebut mendasari BPK untuk melakukan
perubahan organisasi sebagai wujud kebebasan 4. Pengembangan satker di bawah
dan kemandirian BPK. Kesekretariatan Jenderal seiring dengan
Peningkatan peran dan layanan unsur
Kalau pada masa lalu pemerintah
pendukung, seperti:
sangat berperan dalam mengatur dan
menyusun organisasi BPK, dewasa ini BPK a. fungsi kesekretariatan pimpinan
telah mempunyai kewenangan luas untuk BPK dikelola oleh unit eselon II (Biro
menyusun dan mengatur organisasinya Sekretariat Pimpinan);
sendiri. Independensi di bidang organisasi
b. fungsi hubungan dan kerja sama luar
memberikan kesempatan bagi BPK untuk
negeri meningkat menjadi dua bagian
merancang struktur organisasi yang hemat
di bawah Biro Humas dan Luar
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

struktur dan kaya fungsi dengan tata laksana


Negeri seiring dengan peningkatan
yang terintegrasi dan adaptif. Hal ini sangat
peran BPK dan manfaatnya bagi
membantu dalam peningkatan kapabilitas
lembaga.
organisasi dalam mendukung pelaksanaan
tugas pemeriksaan BPK. c. fungsi pengelolaan SDM secara
profesional. Biro SDM (sebelumnya
Keputusan BPK No. 34/K/I-VIII.3/6/2007
Biro Kepegawaian) mempunyai unit
tanggal 15 Juni 2007 tentang Struktur
kerja yang mengelola pengembangan
Organisasi BPK merupakan salah satu wujud
kompetensi dan evaluasi kinerja
independensi BPK dalam menyusun struktur
agar fokus dalam pengembangan
organisasinya sesuai dengan kebutuhan BPK
SDM BPK. Di samping itu, dibentuk
Struktur organisasi baru tersebut unit kerja yang mengelola aspek
PHPSXQ\DLSHUEHGDDQ\DQJFXNXSVLJQLÀNDQ konseling bagi pegawai. Hal penting
dibandingkan dengan struktur sebelumnya, lainnya adalah pengelolaan gaji dan
antara lain: penghasilan pegawai (aspek payroll)
sebelumnya menjadi domain Biro
1. Pembidangan unit pemeriksa (dhi.
Keuangan dipindahkan ke Biro SDM
Auditama Keuangan Negara atau AKN)
sesuai dengan praktik terbaik yang
berdasarkan sektor dan bidang pemeriksaan
berlaku.
yang saling berhubungan dan integratif
serta memperhatikan rentang kendalinya.
Sebagai contoh: AKN IV melakukan
Independensi pemeriksaan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara pada bidang Independensi pemeriksaan atau disebut
lingkungan hidup, pengelolaan sumber daya pula independensi fungsional mengandung
alam, dan infrastruktur; AKN V dan AKN makna bahwa lembaga pemeriksa memiliki
VI membagi wilayah pemeriksaan daerah kecukupan mandat dan keleluasaan untuk
menjadi wilayah barat dan wilayah timur. melakukan tugas pemeriksaan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan
2. Peningkatan satker eselon II yang
pelaporan hasil pemeriksaan, termasuk
membidangi hukum menjadi satker eselon
keberadaan mekanisme tindak lanjut yang
I, antara lain untuk mendukung tujuan
efektif atas rekomendasi pemeriksaan.
strategis BPK sebagai pusat regulator,
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

1. Legislative
2. Executive
APARATPENEGAKHUKUM
PROSESPEMERIKSAAN 3. Public
WEBSITE


1.Kepolisian
2.Kejaksaan BPKRI 
3.KPK


 LHP&IHPS

 LaporanHasilPemeriksaan
&IkhtisarHasil
PemeriksaanSemesteran
Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan


PEMERIKSAAN
RencanaKerja
1. PemeriksaanKeuangan
Pemeriksaan LAPORANHASIL
2. PemeriksaanKinerja EVALUASI
PEMANTAUAN
RKP 3. PemeriksaanDenganTujuan PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN 
Tertentu LHP  TINDAKLANJUTHASIL
PEMERIKSAAN

UsulanRencanaPemeriksaan
 TahunBerikutnya

RAKER PRARAKER
(RAPATKERJA) (RAPATKERJA)
SifatnyaInternal

SistemPengendalianMutu

Penjelasan: Pemeriksaan BPK di awali dengan penyusunan RKP untuk membahas rencana pemeriksaan pada satu masa tahun kerja. Penyusunan RKP ini didasarkan pada hasil Pra Raker dan Raker internal BPK.
PenyusunanRKPdapatbersumberdariinternalBPKmaupunpermintaanDPR.Pemeriksaanmemiliki3tahapanyakniperencanaan,pemeriksaandanpelaporandan3jenispemeriksaanyaknipemeriksaanKeuangan,
Kinerjadan Tujuan Tertentu. Akhiratau hasil pemeriksaan ini berupa LHP. LHP selanjutnya dikompilasi menjadi laporan IHPSyangdidalamnya mencakup hasil pemantauan tindak lanjut. LHP dan IHPS diserahkan
kepadaDPR,pemerintahdandinyatakanterbukauntukumum,danBPKharusmempublikasikannyamelaluiwebsiteBPK(www.bpk.go.id),UntukLHPyangmengandungunsurtindakpidanakorupsiBPKmenyerahkan
laporannya kepada aparat penegak hukum untuk ditindaklanjuti seseuai kewenangannya. Evaluasi pemeriksaan sebagai bentuk pengendalian untuk menjaga mutu pemeriksaan. Hasil evaluasi dan usulan rencana
pemeriksaantahunberikutnyadibahasdalamPraRakerkemudiandisempurnakandandsetujuimelaluiRakeruntukperiodeselanjutnya.

Gambar 4.2: Proses Pemeriksaan

Independensi dalam tahap perencanaan perencanaan sampai dengan pelaporan,


mencakup kebebasan dalam merumuskan monitoring tindak lanjut, publikasi hasil
strategi, prioritas dan obyek pemeriksaan, pemeriksaan di dalam website BPK (www.
termasuk pemeriksaan yang obyeknya bpk.go.id) dan penyerahan laporan yang
telah diatur tersendiri dalam undang- berindikasi tindak pidana korupsi kepada

BAB IV
undang, atau pemeriksaan berdasarkan aparat penegak hukum.
permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
Sebagai ilustrasi, dalam tahap
Independensi dalam tahap pelaksanaan
perencanaan BPK memiliki kebebasan
mencakup kebebasan dalam melakukan
untuk menentukan obyek pemeriksaan
prosedur pemeriksaan, memperoleh
yang dianggap penting dan strategis untuk
akses informasi yang tidak dibatasi dan
dilakukan pemeriksaan sesuai dengan
mengumpulkan bukti pemeriksaan melalui
pelaksanaan dalam penggunaan keuangan
berbagai teknik pemeriksaan sesuai dengan
negara. Penentuan obyek pemeriksaan
standar pemeriksaan dan peraturan
dituangkan dalam rencana kerja pemeriksaan
perundang-undangan. Independensi dalam
(RKP) yang dibuat per tahun dan berisikan
tahap pelaporan mempunyai arti kebebasan
obyek yang akan diperiksa dalam tahun
untuk menentukan isi dan penetapan waktu
tersebut. RKP ini merupakan turunan (break-
penyerahan laporan pemeriksaan (kecuali
down) Renstra yang telah ditetapkan BPK.
yang dibatasi dengan UU) serta untuk
Dalam penyusunan RKP, masing-masing
mempublikasikannya sesuai dengan peraturan
AKN mengajukan obyek yang akan diperiksa
perundangan-undangan. Tidak ada satupun
untuk dibahas dalam rapat kerja internal
pihak yang dapat mengintervensi maupun
BPK. Di samping sumber internal, penyusunan
mempengaruhi isi laporan pemeriksaan.
RKP dapat juga bersumber dari permintaan
Independensi pemeriksaan dapat pihak legislatif (DPR/DPRD). RKP inilah
dilihat pada Gambar 4.2. yang menjelaskan yang menjadi patokan bagi pemeriksa dalam
alur proses pemeriksaan BPK mulai dari menjalankan pemeriksaan. Dari proses ini
35
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

nampak jelas penentuan obyek pemeriksaan


tidak diintervensi oleh pihak luar BPK.
36
Terkait dengan ruang lingkup
pemeriksaan, sampai saat ini sebagian besar
pemeriksaan yang dilakukan BPK merupakan
pemeriksaan keuangan. Secara bertahap, BPK
akan meningkatkan kemampuannya untuk
melakukan pemeriksaan kinerja guna menilai
HÀVLHQVLQLODLHNRQRPLPDXSXQHIHNWLYLWDV
kegiatan instansi pemerintah. Dalam masa
mendatang, BPK berharap dapat memberikan
kecenderungan serta pemikiran jangka
panjang sebagai bahan pertimbangan bagi
badan legislatif, eksekutif dan masyarakat luas
untuk mengambil keputusan.
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

Drs. Baharuddin Aritonang, M.Hum-


Independensi SDM
Anggota III BPK RI.
Independensi kelembagaan dan
organisatoris tidak dapat dipisahkan dari Independensi Anggaran
independensi sumber daya manusia yang Pada kondisi ideal, independensi
meliputi pimpinan, anggota dan para di bidang anggaran bagi BPK setidaknya
pelaksananya. Pada tingkat pimpinan dan mencakup tiga hal, yaitu: ketersediaan dana
anggota, independensi yang dimaksud yang memadai untuk melaksanakan tugas,
mencakup pemilihan anggota BPK oleh permintaan dana secara langsung kepada
lembaga perwakilan dan pengaturan lembaga perwakilan selaku pengambil
pemilihan pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua) keputusan tentang anggaran negara, serta
dari dan oleh anggota BPK1. Pada masa penentuan penggunaan dan pengalokasian
sebelumnya, pemilihan Ketua dan Wakil Ketua anggaran pemeriksaan dalam satu mata
BPK dilakukan oleh DPR dan ditetapkan anggaran tersendiri/terpisah di dalam APBN.
oleh Presiden. Pada tingkat pelaksana,
Dalam prakteknya, independensi
LQGHSHQGHQVL6'0PHQFDNXSÁHNVLELOLWDV%3.
BPK dalam anggaran belum sepenuhnya
dalam merekrut dan memenuhi kebutuhan
terwujud sesuai Pasal 35 UU No. 15 Tahun
pegawai sesuai kompetensi dan jumlah
2006, dimana sampai saat ini BPK masih
yang diperlukan. Independensi sumber daya
mengajukan kebutuhan anggarannya ke
manusia dalam kaitannya dengan tugas
Pemerintah dan mengikuti program-program
pemeriksaan mengandung arti tidak adanya
yang ditetapkan pemerintah dalam dokumen
perbenturan kepentingan FRQÁLFWRILQWHUHVW
perencanaan dan penganggaran (DIPA) yang
antara pemeriksa dengan pihak terperiksa.
tidak sesuai dengan karakteristik tugas
pemeriksaan BPK.. Meskipun belum ideal,
WHODKWHUMDGLSHUXEDKDQ\DQJFXNXSVLJQLÀNDQ
dalam pola anggaran BPK.
1 Pasal 15 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 mengatur
bahwa Pimpinan BPK terdiri atas seorang ketua dan seorang Anggaran BPK yang pada masa lalu
wakil ketua. Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh berada di bawah kendali pemerintah dan
anggota BPK dalam sidang Anggota BPK yang dipimpin
oleh anggota tertua dengan cara musyawarah mufakat
menjadi bagian dari anggaran pemerintah
dalam jangka waktu paling lama satu tahun terhitung sejak mengharuskan BPK mengajukan anggarannya
diresmikannya keanggotaan BPK oleh Presiden.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

ke Menteri Keuangan. Kini untuk mengadopsi negara serta menyerahkan hasilnya kepada
UU No.15 Tahun 2006 BPK berhubungan lembaga perwakilan. Berdasarkan amanat
langsung dengan DPR dalam urusan konstitusi tersebut, diperlukan peraturan
anggarannya. BPK mengusulkan agar perundang-undangan yang secara khusus
anggaran dibahas pemerintah bersama DPR. mengatur tentang BPK. Menyusul UU No. 15
Di sana, BPK mengusulkan program-program Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan anggaran yang dibutuhkan, kemudian dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
keluar pagu indikatif. Tahap selanjutnya pada masa bhakti 2004-2009, BPK berhasil
berproses sesuai dengan mekanisme RAPBN, mendorong DPR dan pemerintah untuk
GDQWHUDNKLUGLWHWDSNDQSDJXGHÀQLWLI'HQJDQ mengesahkan UU No. 15 tahun 2006 tentang
demikian, harus dipahami bahwa walaupun BPK. UU tersebut semakin jelas mengatur
belum ideal dan anggaran BPK tetap dalam independensi, kewenangan, tugas, fungsi, hak
satu entitas laporan keuangan dalam APBN, dan kewajiban BPK terkait pemeriksaan dan
elah terjadi perubahan pola anggaran BPK. keanggotaan BPK. Secara rinci dapat dilihat
kembali pada tabel 2.1 dalam Bab II.
Peningkatan anggaran BPK selama
beberapa tahun belakangan ini menunjukkan Selain mandat pemeriksaan, untuk
bahwa program-program yang diusulkan BPK mendukung BPK dalam memperkuat tugas
disetujui DPR maupun pemerintah. Hal ini pemeriksaan serta mendorong transparansi
menunjukkan adanya kepercayaan yang besar dan akuntabilitas keuangan Negara, UU
terhadap institusi BPK dari pihak pemerintah BPK memberi kewenangan
wenangan kepada BPK
dan parlemen. untuk mengeluarkan Peraturan BPK yang
diundangkan dalam lembaran negara yang
Independensi BPK sebagai diamanatkan
bersifat mengikat bagi pihak internal maupun
konstitusi sejak tahun 1945 dan UU No.
eksternal BPK. Sehubungan dengan hal
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
tersebut melalui Surat Keputusan BPK No.
Keuangan sejalan dengan himbauan Deklarasi

BAB IV
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus
Lima2 (1977) dan Deklarasi Mexico (2007) yang
2006, BPK telah menetapkan Tata Cara
muncul kemudian yang menegaskan, bahwa
Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan
mutlak bagi setiap negara untuk memiliki
Naskah Dinas pada BPK,PK, yang merupakan
suatu lembaga pemeriksa tertinggi (Supreme
payung hukum bagi pembentukan produk
Audit Institution) yang independensinya
hukum BPK. Surat Keputusan tersebut
dijamin oleh Undang-undang.
mengatur hirarki peraturan
uran yang diterbitkan
BPK.
4.1.2 Mandat Berikut ini capaian BPK masa bhakti
UUD 1945 memberikan mandat yang 2004-2009 terkait penguatan mandat dan
jelas dan kuat bagi BPK untuk memeriksa pusat regulator di bidang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan keuangan negara.

Meskipun UUD 1945, UU No. 15 Tahun 2004


2 Deklarasi Lima merupakan hasil pembahasan dalam
Kongres IX INTOSAI (The International Organization dan UU No. 15 Tahun 2006 telah memberikan
of The Supreme Audit Instituions) yang diselenggarakan kerangka atau landasan hukum yang jelas
pada 17 s/d 26 Oktober 1977 di Lima, Peru. Kongres yang dan kuat bagi BPK untuk menegakkan
diikuti oleh 95 negara anggota yang berasal dari lima benua
ini antara lain membahas masalah pedoman umum bagi independensi dan melaksanakan mandatnya
Supreme Audit Institution (Lembaga Pemeriksa Keuangan secara murni dan konsekuen, pada prakteknya
Negara). Hasil perumusan masalah inilah yang kemudian
dirumuskan dalam suatu deklarasi yang dikenal dengan
independensi dan mandat BPK khususnya
Deklarasi Lima (Lihat BPK RI, Deklarasi Lima tentang yang berkaitan dengan akses informasi
Garis-garis Dasar Pemeriksaan Keuangan Negara, Kongres pemeriksan masih menghadapi tantangan dan
IX INTOSAI, Lima Peru, 17 s/d 26 Oktober 1977 dan
kendala. 37
Penafsiran Deklarasi Lima, h.3).
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 4.1 : Peraturan BPK dan Keputusan BPK yang telah ditetapkan selama kepemimpinan 2004-2009
38
Peraturan BPK Perihal

1 Peraturan BPK No.1 tahun 2007 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

2 Peraturan BPK No.2 tahun 2007 Kode Etik BPK

3 Peraturan BPK No.3 tahun 2007 Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara;

4 Peraturan BPK No.1 tahun 2008 Penggunaan Pemeriksa dan/atau Tenaga Ahli dari Luar BPK

5 Peraturan BPK No.2 tahun 2008 Tata Cara Penyegelan Dalam Pelaksanaan Pemeriksaan

6 Peraturan BPK No.3 tahun 2008 Tata Cara Pemanggilan dan Permintaan Keterangan oleh BPK

Keputusan BPK Perihal

Keputusan BPK No.01/K/I-XIII.2/2/2008


1 Panduan Manajemen Pemeriksaan
tahun 2008
Keputusan BPK No.02/K/I-XIII.2/3/2008
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

2 Majelis Kehormatan Kode Etik


tahun 2008
Keputusan BPK No.04/K/I-XIII.2/5/2008
3 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan;
tahun 2008
Keputusan BPK No.06/K/I-XIII.2/6/2008
4 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja;
tahun 2008
Keputusan BPK No.11/K/I-XIII.2/7/2008 Petunjuk Teknis Evaluasi terhadap pelaksanaan pemeriksaan
5
tahun 2008 Akuntan Publik atas laporan keuangan.
Keputusan BPK No.10/K/I-XIII.2/7/2008 Persyaratan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang
6
tahun 2008 melakukan pemeriksaan keuangan negara
Keputusan BPK No.02/K/I-XIII.2/2/2009
7 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
tahun 2009
Keputusan BPK No. 03/K/I-
8 Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
XIII.2/03/2009

Sebagai contoh, yaitu terkait dengan sesuai koridor hukum yang dilakukan BPK
(1) Pasal 10 Ayat (1.b) UU No.15 Tahun 2004 untuk menegakkan mandat konstitusional.
dan Pasal 9 Ayat (1.b) UU No. 15 Tahun 2006, Penting untuk dicatat bahwa dengan
dimana BPK masih menemui kendala dalam putusan demikian, MK baru melihat pada
mengakses data perpajakan. tataran legal standing BPK dan sama sekali
belum sampai pada substansi ‘bebas dan
Untuk pertama kalinya dalam sejarah,
mandiri’ yang dipersoalkan. Bahkan MK
BPK mengajukan judicial review atas UU
mengalihkan persoalan tersebut kepada
No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
DPR agar melakukan legislative review,
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
yakni mengharmonisasikan kewenangan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
konstitusional BPK dengan hak konstitusional
telah membatasi kewenangan BPK untuk
individu berupa informasi perpajakan sebagai
memeriksa data perpajakan. Meskipun
milik pribadi yang harus dirahasiakan.
Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusannya
Penting pula untuk dicatat bahwa salah satu
menyatakan bahwa permohonan BPK
Hakim MK, Maruarar Siahaan telah sampai
tidak dapat diterima (niet ontvankelijke
pada substansi yang dipermasalahkan dan
verklaard), BPK telah menunjukkan kepada
secara teliti memberikan dissenting opinion
para pemangku kepentingan tentang upaya
bahwa kewenangan konstitusional BPK telah
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

dilanggar karena UU KUP tidak proporsional


dan rasional membatasi akses BPK, dan hak
asasi yang diargumentasikan Pemerintah
bukanlah hak asasi yang non-derogable (tidak
terbatas). Dengan demikian UU KUP tersebut
telah menghalangi dan menghambat tugas
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara yang bebas dan
mandiri oleh BPK dalam kerangka good
governance, transparency dan accountability
secara adil.3

Demikian pula halnya dengan


pembatasan pemeriksaan biaya perkara oleh
Mahkamah Agung. BPK melakukan upaya
hukum dan media campaign untuk dapat
melakukan pemeriksaan atas biaya perkara
dalam rangka mendorong transparansi dan
akuntabilitas keuangan negara. Biaya perkara
memenuhi unsur sebagai bagian dari keuangan
negara (UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Dr. Ir. Herman Widyananda, SE, M.Si-
Keuangan Negara Pasal 2h) dan oleh karena Anggota IV BPK RI.
itu wajib diperiksa oleh BPK. Upaya ini telah
membuahkan hasil dengan diterbitkannya
Berikut ini ringkasan upaya dan capain atas
UU No. 3 Tahun 2009 sebagai perubahan UU
keenam aspek kepemimpinan dan tata kelola
No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
intern:

BAB IV
yang antara lain memberikan kewenangan
kepada BPK untuk memeriksa biaya perkara.
4.2.1. Kepemimpinan dan Arahan

Pada awal masa bhaktinya, Badan


4.2 Kepemimpinan dan Tata
menetapkan pembagian bidang kerja di antara
Kelola Intern
tujuh pimpinan dan anggotanya. Menyusul
Keberhasilan BPK sebagai organisasi
pemberlakuan UU No. 15 Tahun 2006
lembaga pemeriksa dalam mewujudkan tata
tentang BPK dan upaya percepatan reformasi
kelola yang baik (good governance) sangat
kelembagaan, Badan mengatur kembali
tergantung pada aspek kepemimpinan dan
pembagian bidang kerja di antara sembilan
tata kelola intern yang mencakup unsur-
pimpinan dan anggotanya. Rincian bidang
unsur sebagai berikut: kepemimpinan dan
tugas Badan dapat dilihat kembali pada Bab
arahan, perencanaan strategis dan operasional,
III.
pengawasan dan pertanggungjawaban
(akuntabilitas), dan penegakan kode etik. Prosedur tata cara pemilihan Ketua
dan Wakil Ketua BPK masih dalam proses
3 Dissenting Opinion diungkapkan hakim Maruarar Siahaan, penyelesaian dan hal ini merupakan suatu hal
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Nomor 3/PUU- penting yang diperlukan dalam pelaksanaanya
VI/2008. Maruarar Siahaan berpendapat seyogyanya MK
memutuskan untuk mengabulkan Permohonan BPK untuk pada BPK masa bakti 2009 – 2014.
sebagian; menyatakan Penjelasan Pasal 34 ayat (2a) huruf b
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pimpinan dan Angggota BPK secara
Umum dan Tatacara Perpajakan bertentangan dengan UUD
rutin menetapkan arah organisasi melalui
1945 dan seyogianya juga menyatakan Penjelasan Pasal 34
ayat (2a) huruf b Undang-Undang a quo tidak mempunyai berbagai Keputusan BPK, Sidang Badan 39
kekuatan hukum mengikat.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

rutin setiap hari Selasa, dan rapat-rapat 4.2.2. Perencanaan Strategis dan
pimpinan yang menekankan capaian yang Operasional
40
harus dipenuhi oleh pelaksana BPK di bidang
Penerapan manajemen kinerja
pemeriksaan serta penunjang dan pendukung.
sebelumnya tidak ditangani secara jelas dan
Selama 2004-2009, BPK telah melaksanakan
penilaian kinerja organisasi belum dilakukan
227 Sidang Badan dan 2 Sidang Badan Khusus
secara terukur. Saat itu BPK sebagaimana
yang membahas capaian yang harus dipenuhi
institusi lainnya hanya menyusun laporan
oleh pelaksana BPK.
akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah
Untuk menumbuhkan motivasi (LAKIP) yang merupakan pengukuran
dan menciptakan budaya kerja yang secara subjektif dan bersifat formal. BPK
berkualitas, Ketua BPK telah memberikan memerlukan pengukuran kinerja yang lebih
enam penghargaan pada 2008 dan 31 objektif, sesuai dengan keunikan BPK dan
penghargaan pada 2009 kepada karyawan dapat dimonitor terus-menerus. Oleh karena
yang berprestasi. Kebijakan dan pedoman itu, untuk memonitor pencapaian Renstra BPK
pemberian penghargaan maupun hal lain Tahun 2006 – 2010 sekaligus untuk mengukur
yang mendukung terciptanya budaya kerja pencapaian kinerja, telah dikembangkan suatu
yang berkualitas perlu dilanjutkan secara
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

Sistem Manajemen Kinerja (SIMAK) BPK yang


berkesinambungan. mulai diimplementasikan pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama pula telah


dilakukan pengukuran kinerja level BPK-
wide dan terhadap 63 kinerja level Satker
(belum termasuk Perwakilan Provinsi Bangka
Belitung, Bengkulu, Banten, Jawa Tengah,

Gambar 4. 3 Realisasi Pencapaian Peta Strategi BPK-Wide Tahun 2008


Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

dan Sulawesi Barat) dengan hasil seperti perubahan organisasi, unit pengawas
terlihat pada Gambar 4.3 yang menunjukkan internal pun mengalami perubahan peran
pencapaian kinerja BPK-wide tahun 2008 yang mendasar. BPK telah memberikan
untuk setiap perspektif. tugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi seluruh
Hasil pengukuran SIMAK tahun
unsur pelaksana kepada Inspektorat Utama
2008 telah dapat memberikan gambaran
(Itama). Dalam pelaksanaan tugas tersebut,
mengenai posisi pencapaian kinerja BPK
unit pengawas internal memiliki fungsi
hingga akhir tahun 2008 terkait dengan
untuk melaksanakan kegiatan pengawasan
pencapaian visi, misi dan tujuan strategis
internal dan pemerolehan keyakinan
BPK yang telah diamanatkan dalam
mutu.
Renstra 2006 – 2010. Di samping itu,
pendekatan balanced scorecard dalam SIMAK
juga telah memberikan gambaran mengenai
4.2.3.1.1 Pengawasan Internal (internal
pengelolaan proses bisnis utama (pemeriksaan
control)
keuangan negara/daerah, pemberian
rekomendasi dan pendapat, serta penetapan/ Fungsi pengawasan internal mencakup
pemantauan kerugian negara/daerah) dan beberapa kegiatan, antara lain pemeriksaan
pengelolaan sumber daya (baik sumber daya terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
manusia, teknologi dan informasi, organisasi unsur pelaksana, pelaksanaan reviu atas
dan keuangan). konsep Laporan Keuangan BPK sebelum
diperiksa oleh KAP, dan penelitian terhadap
Penerapan manajemen kinerja ini
dugaan pelanggaran disiplin pegawai.
menjadi penting mengingat BPK seharusnya
bisa menjadi panutan dalam mengembangkan Pengawasan terhadap pelaksanaan
manajemen kinerja organisasi bagi institusi tugas pokok dan fungsi unsur pelaksana
pemerintahan lainnya. Hal ini sejalan dengan dimaksudkan untuk menilai apakah

BAB IV
motto “New BPK: Leading by Example”. pelaksanaan tugas satuan kerja (Itama,
Direktorat Utama (Ditama), Setjen, Staf
Ahli, AKN dan Perwakilan), termasuk proses
4.2.3 Pengawasan dan pengadaan barang dan jasa di BPK, telah
Pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang ada dan
EHUMDODQVHFDUDHIHNWLIHÀVLHQGDQHNRQRPLV
4.2.3.1 Pengawasan Internal dan Pemerolehan
Keyakinan Mutu Sedangkan reviu atas konsep Laporan
Keuangan BPK merupakan fungsi baru
Pada awal kepemimpinan BPK 2004-
sebagai konsekuensi logis adanya keharusan
2009, kegiatan pengawasan internal atas
bagi instansi pemerintah, termasuk BPK,
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pelaksana
untuk menyusun laporan keuangan sebagai
dibagi menjadi empat bidang. Pertama,
bagian transparansi instansi. Penelitian
kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh
terhadap dugaan pelanggaran disiplin pegawai
auditorat dan perwakilan. Kedua, pelaksanaan
lebih banyak dilakukan untuk menindaklanjuti
kegiatan unit penunjang dan pendukung (biro,
pengaduan dari pemangku kepentingan.
staf ahli, dan tenaga ahli). Ketiga, kegiatan
Keseluruhan kegiatan pengawasan ini
atas dugaan pelanggaran disiplin pegawai.
mencerminkan komitmen BPK dalam rangka
Keempat, kegiatan pemantauan kerugian
mendorong terwujudnya transparansi dan
Negara. Pengawasan pada masa tersebut
akuntabilitas dari dalam.
KDQ\DEHUIRNXVSDGDDVSHNYHULÀNDWLIGDQ
ketaatan atas perundang-undangan. Hasil kegiatan pengawasan dilaporkan
kepada Wakil Ketua, satuan kerja yang
Sejalan dengan perkembangan 41
diperiksa, dan Auditor Utama (Tortama)
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

42
MSDM=Manajemen
Sumber Daya Manusia,
S&MP=Standar dan
Metodologi Pemeriksaan,
DK=Dukungan
Kelembagaan,
PB=Penyempurnaan
Berkelanjutan,
I&M=Independensi
dan Mandat,
KTKI=Kepemimpinan
dan Tata Kelola Intern

Gambar 4. 4 Rencana Reviu SPM 2010-2013

KN III untuk mendapatkan tindak lanjut unsur, yaitu (1) Independensi dan Mandat,
yang diperlukan guna perbaikan kinerja (2) Kepemimpinan dan Tata Kelola Intern,
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pelaksana (3) Manajemen Sumber Daya Manusia, (4)
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

BPK. Khusus untuk pengawasan atas dugaan Standar dan Metodologi Pemeriksaan, (5)
pelanggaran disiplin yang dilakukan pegawai, Dukungan Kelembagaan, (6) Hubungan
hasil penelitian dijadikan sebagai salah BPK dengan Pemangku Kepentingan, (7)
satu bahan pengambilan keputusan pada Penyempurnaan Berkelanjutan, (8) Hasil, dan
Sidang Atasan yang Berwenang Memberikan (9) Kinerja Pemeriksaan.
Hukuman (Ankum) dan Majelis Kehormatan
Untuk memperoleh keyakinan
Kode Etik (MKKE). Dalam kaitannya dengan
yang memadai bahwa SPM tersebut telah
MKKE, unit pengawas internal memiliki fungsi
mengatur seluruh unsur pengendalian mutu
sebagai Panitera MKKE.
yang diperlukan dan telah dilaksanakan
Saat ini BPK masih dalam proses secara konsisten, BPK menetapkan dan
menyempurnakan Sistem Pengendalian Intern menyelenggarakan sistem pemerolehan
untuk dituangkan ke dalam Internal Audit keyakinan mutu (SPKM) dengan Keputusan
Charter dengan mempertimbangkan kerangka BPK No. 03/K/I-XIII.2/03/2009 tanggal 25
yang disusun oleh Committee of Sponsoring Maret 2009. Sesuai dengan ketentuan, peran
Organization of the Treadway Commission untuk melaksanakan quality assurance
(COSO) yang telah diadopsi oleh INTOSAI. terhadap keseluruhan SPM secara internal
berada pada Itama dan secara eksternal
berada pada tim peer review. Mulai tahun 2009,
4.2.3.1.2 Pemerolehan keyakinan mutu Itama telah melaksanakan reviu SPM kinerja
(quality assurance) pemeriksaan yang mengacu pada kerangka
Untuk menjamin mutu pemeriksaan SPKM. Dalam periode empat tahun ke depan
keuangan negara, BPK telah menetapkan (2010-2013), pengawas internal merencanakan
dan melaksanakan sistem pengendalian untuk melakukan reviu terhadap delapan
mutu (SPM) atau quality control system. SPM unsur SPM lainnya, sehingga diharapkan pada
merupakan unsur penting dalam pemerolehan tahun 2014 keseluruhan unsur SPM tersebut
keyakinan yang memadai (reliable assurance) telah direviu untuk memastikan bahwa SPM
bahwa pemeriksaan telah mematuhi berjalan efektif sebelum peer review oleh BPK
ketentuan perundang-undangan serta standar negara lain. Reviu seluruh unsur SPM ini
pemeriksaan dan pedoman pemeriksaan yang juga dimaksudkan untuk menindaklanjuti
ditetapkan BPK. SPM yang mendukung mutu hasil peer review Algemene Rekenkamer
pemeriksaan tersebut terdiri atas sembilan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 4.2 Perkembangan Opini atas Laporan Keuangan BPK

Tahun Buku Opini Keterangan

2004 Tidak ada Opini hanya pada tingkat LKPP

2005 Tidak ada Opini hanya pada tingkat LKPP

Pengecualian pada saldo aset tetap, penyusutan


2006 Wajar Dengan Pengecualian dan pembukuan aset lainnya dan aset tidak
berwujud

Wajar Tanpa Pengecualian Penjelasan tentang saldo aset tetap (1,99% dari
2007
dengan paragraf penjelasan total aset tetap) dan penyusutan aset tetap

Penjelasan tentang penyusutan aset tetap


Wajar Tanpa Pengecualian (Cat: Penyusutan tidak dapat dilakukan sebelum
2008
dengan paragraf penjelasan Menteri Keuangan selaku pengelola barang
menetapkan aturan teknis penyusutan aset tetap.

(ARK) Belanda yang merekomendasikan unit Opini atas Laporan Keuangan BPK
pengawas internal untuk lebih meningkatkan pada Tahun 2006 adalah Wajar dengan
kualitas reviu SPMnya dan memperbaiki Pengecualian (WDP) dan pada Tahun 2007 dan
kualitas SDM yang dimiliki. Rencana tahapan 2008 adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
reviu unsur SPM dapat dilihat dalam gambar Hal ini menunjukkan bahwa sebagai lembaga
4. 4. pemeriksa, BPK pun mampu menunjukkan
akuntabilitas keuangan baik. Hasil lengkap
opini BPK dapat dilhat pada tabel 4.2.
4.2.3.2. Pertanggungjawaban (Akuntabilitas)
Dalam hal akuntabilitas kinerja
Pertanggungjawaban atau akuntabilitas

BAB IV
pemeriksaan, sesuai pasal 33 UU No. 15
BPK mencakup dua hal, yaitu akuntabilitas Tahun 2006, Sistem Pengendalian Mutu BPK
keuangan dan akuntabilitas kinerja ditelaah oleh badan pemeriksa keuangan
pemeriksaan. negara lain yang menjadi anggota organisasi
Dalam hal akuntabilitas keuangan, pemeriksa keuangan sedunia untuk menjamin
sebagaimana instansi pemerintahan lainnya, bahwa mutu pemeriksaan BPK telah sesuai
BPK sesuai dengan UU No 17/2003 dan UU dengan standar.
No. 1 Tahun 2004 wajib menyusun laporan
keuangan yang terdiri dari neraca, laporan
4.2.4 Kode etik dan majelis kehormatan
realisasi anggaran, laporan arus kas dan
dan kode etik (MKKE)
catatan atas laporan keuangan. BPK telah
menyusun laporan keuangan sejak tahun buku Penegakan kode etik menjadi
2006 secara lengkap. perhatian serius dari kepemimpinan BPK
2004-2009. Pemeriksa keuangan negara
Dalam rangka transparansi dan
merupakan profesi yang sangat rentan
akuntabilitas pengelolaan keuangan BPK,
dengan penyalahgunaan wewenang dan
sesuai Pasal 31 UU No. 15 Tahun 2006
perbenturan kepentingan (FRQÁLFWRILQWHUHVW)
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
sehingga dapat mempengaruhi kualitas hasil
BPK diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik
pemeriksaan.
(KAP) yang ditunjuk dan ditetapkan oleh DPR.
Hasil pemeriksaan KAP disampaikan kepada Dalam perkembangan lebih lanjut,
DPR dengan salinan kepada Pemerintah sesuai UU No. 15 Tahun 2006, BPK kemudian
sebagai bahan penyusunan LKPP. menegaskan kembali dan menetapkan tiga 43
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

44

BPK membentuk Majelis Kehormatan Kode Etik (MKKE) .


MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

nilai dasar, yaitu independensi, integritas, dari unsur akademisi. MKKE ini telah
dan profesionalisme. Ketiga nilai dasar ini dibentuk melalui Keputusan BPK No. 02/K/I-
dijabarkan dalam kode etik yang mengatur XIII/2//3/2008 tentang Majelis Kehormatan
perilaku para anggota dan pemeriksa BPK Kode Etik BPK. Anggota MKKE tersebut
dalam menjalankan tugasnya demi menjaga adalah:
martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas
1. Prof. Dr. Anwar Nasution (Ketua BPK).
BPK. Kode etik tersebut juga memuat
mekanisme penegakan kode etik dan jenis 2. H. Abdullah Zainie, SH (Wakil Ketua BPK).
sanksi. 3. Drs. I Gusti Agung Made Rai, Ak., MA
Kode etik ini dituangkan dalam (Anggota II BPK).
Peraturan BPK No.2 Tahun 2007 tentang Kode 4. Prof. Dr. Wahjudi Prakarsa (Guru Besar
Etik BPK, tanggal 22 Agustus 2007. Misalnya, Universitas Indonesia).
Pasal 6 ayat (2), khususnya huruf c, d, dan
5. Prof. Dr. Suwardjono (Universitas Gadjah
e, peraturan itu menyatakan, bahwa untuk
Mada).
menjamin independensi dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya, pemeriksa dilarang:
(1) tunduk pada intimidasi atau tekanan
4.3 Sumber Daya Manusia
orang lain, (2) membocorkan informasi
yang diperolehnya dari terperiksa, dan (3) (SDM)
dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi BPK menempatkan SDM sebagai
atau kepentingan tertentu, baik kepentingan titik sentral dalam organisasi. Kualitas
pribadi pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak hasil pemeriksaan sangat tergantung pada
lainnya yang berkepentingan dengan hasil kemampuan pemeriksa dalam merencanakan
pemeriksaan. pemeriksaan, melakukan pemeriksaan sesuai
standar, menganalisa informasi yang diterima,
Peraturan BPK No.2 Tahun 2007 itu membuat laporan dan melakukan tindak
juga menyatakan, bahwa untuk menegakkan lanjut. Karena itu, BPK periode ini menyadari
kode etik tersebut, BPK membentuk Majelis betapa pentingnya pengelolaan SDM yang
Kehormatan Kode Etik (MKKE) yang terdiri memiliki integritas dan profesionalisme
dari tiga orang Anggota BPK dan dua orang yang dapat mendukung upaya BPK dalam
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

mendorong transparansi dan akuntabilitas auditor. Peningkatan jumlah yang paling besar
pengelolaan keuangan negara. terjadi pada pegawai Non Auditor, porsi jumlah
kelompok pegawai Non Auditor mengalami
Peningkatan kuantitas dan kualitas
peningkatan dari 31,63% tahun 2004 menjadi
pemeriksaan, serta perluasan kantor
50,18% pada Juli 2009. Sementara porsi
perwakilan BPK di seluruh provinsi menuntut
jumlah auditor mengalami penurunan dari
BPK meningkatkan kualitas dan kuantitas
68,37% tahun 2004 menjadi 49,82 pada Juli
SDM. *UDÀN menunjukkan jumlah
2009. Hal ini dapat dilihat pada *UDÀN
pegawai BPK meningkat selama tahun 2004
– Juli 2009 sebesar 93,48%. Kalau dilihat
perbandingan antara pegawai BPK di kantor
4.3.1 Pengelolaan SDM yang Integratif
pusat dan perwakilan, penambahan paling
dan Berbasiskan Kompetensi
besar terjadi di kantor perwakilan. Proporsi
jumlah pegawai di kantor perwakilan ini Pada masa bhakti 2004-2009, BPK
mengalami peningkatan dari 41,06% tahun mulai meningkatkan fokus pengelolaan SDM
2004 menjadi 54,82% pada Juli 2009. Sejalan yang semula hanya pada bidang administratif,
dengan kondisi tersebut, porsi jumlah pegawai seperti pengurusan kenaikan pangkat, gaji
di kantor pusat mengalami penurunan dari berkala dan promosi dan mutasi, menjadi
58,94% tahun 2004 menjadi 45,18% pada Juli pengelolaan atas seluruh fungsi SDM modern
2009. Dengan demikian terjadi pergeseran secara integratif. Peningkatan dan perluasan
porsi jumlah pegawai dari kondisi di mana fungsi SDM ini sekaligus menghindari
jumlah terbesar di kantor pusat menjadi pengelolaan SDM yang berjalan sendiri-sendiri
jumlah terbesar di kantor perwakilan. dengan mementingkan aspek ketaatan pada
peraturan kepegawaian. Selanjutnya pada
Selain itu, pergeseran jumlah pegawai
tahun 2007, BPK telah menyusun Blue Print
juga terjadi pada komposisi auditor dan non
SDM dengan kerangka kerja sebagaimana
dalam Gambar 4.5.

BAB IV
Grafik 4. 1 Jumlah SDM BPK Tahun 2004 – 2009

Blue print tersebut menegaskan


J u m la h S D M B P K R I P e rio d e 2 0 0 4 - 2 0 0 9
bahwa strategi pengelolaan sumber
daya manusia di BPK mendasarkan
pada arti penting kompetensi. Model
kompetensi yang dikembangkan saling
2004 2005 2006 2007 2008 2009 mempengaruhi dan selaras dengan setiap
1664 1712 1778 1927 2129 2468
1. K antor P us at
2. K antor P erw ak ilan 1159 1254 1778 2367 2741 2994
fungsi manajemen SDM modern seperti
1. K antor P us at 2. K antor P erw ak ilan perekrutan, assessmen, manajemen

Grafik 4.2, Komposisi Pegawai BPK Tahun 2004 - 2009

45
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

46

Gambar 4. 5 Sistem Manajemen SDM di BPK

kinerja, manajemen karir, remunerasi dan pada Tabel 4.3 .


MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

program pengembangan dan pelatihan. Sedangkan reward yang diberikan


kepada pegawai yang berprestasi dapat berupa
promosi jabatan maupun grade, kenaikan
4.3.2 Menuju SDM yang Berintegritas dan
pangkat istimewa, penghargaan dari BPK dan
Profesional
Presiden, yang diharapkan dapat memotivasi
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pegawai untuk lebih meningkatkan kinerjanya
memperhatikan dua aspek penting mengenai . Rekapitulasi pegawai yang menerima
kualitas SDM, yakni terkait dengan integritas penghargaan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
dan profesionalisme.

4.3.2.2 SDM yang Profesional


4.3.2.1 SDM yang Berintegritas
Untuk memenuhi SDM yang profesional,
Peningkatan integritas dilakukan BPK telah melakukan penataan pengelolaan
melalui penerapan kode etik dan menegakkan SDM berbasis kompetensi. Hal ini dimulai
aturan yang berlaku dengan lebih tegas. dengan kegiatan penyusunan standar
Untuk mendukung ini, BPK telah menerbitkan kompetensi yang digunakan sebagai standar
Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2007 Tentang penilaian kompetensi pegawai. Hasil penilaian
Kode Etik BPK dan Keputusan Sekjen BPKNo. kompetensi tersebut selanjutnya digunakan
21/K/X-XIII.2/1/2009 tentang Petunjuk untuk menyusun program pengembangan
Pelaksanaan Pemeriksaan Dan Penjatuhan kompetensi SDM.
Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pada
Penerapan standar kompetensi ini sudah
Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan.
mulai diterapkan saat melakukan rekrutmen.
Dalam implementasinya BPK Pegawai yang masuk ke BPK sudah diuji
menerapkan sistem reward dan punishment. berdasarkan kompetensi teknis, manajerial
Pemberian hukuman diharapkan dapat maupun perilaku.
memberikan efek jera kepada pegawai baik
Untuk meningkatkan kompetensi
berupa teguran tertulis/lisan, penurunan gaji,
pegawai, BPK telah melakukan pemetaan
penurunan pangkat, pembebasan jabatan
kompetensi 1058 pemeriksa dan 100 pejabat
hingga pemberhentian. Rekapitulasi pegawai
struktural melalui kegiatan assesment dan
yang terkena hukuman disiplin dapat dilihat
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 4.3 Rekapitulasi pegawai yang terkena hukuman disiplin BPK juga mengembangkan Pusat
Jenis Hukuman 2004 2005 2006 2007
2008 s.d. Juli
Jumlah
Pendidikan dan Pelatihan dengan tugas utama
2009

Ringan 3 2 17 50 7 79
untuk menyusun dan menyelenggarakan
Sedang 2 18 6 34 56 116
berbagai program pelatihan sesuai dengan
Berat 2 15 2 9 20 48
kebutuhan BPK. Seluruh pegawai BPK
wajib mengikuti pendidikan profesional
TOTAL 7 35 25 93 83 243
berkelanjutan, berupa pelatihan 40 jam dalam
Tabel 4.4 Rekapitulasi Pegawai BPKYang Menerima Penghargaan setahun. Pada tahun 2008, realisasi rata-rata
Tahun 2004-2009 jam pelatihan per pemeriksa adalah 52 jam per
Tahun tahun.
Jenis Penghargaan
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tabel 4.5 dan 4.6 dapat memberikan
Satya Lencana Wira Karya 17 16 25 0 7 0

Satya Lencana Karya Satya 135 5 816 176 255 335


gambaran mengenai perkembangan diklat
Piagam Penghargaan Ketua 0 0 0 0 6 31
sesuai kebutuhan BPK dan perkembangan
Jumlah 152 21 841 176 268 366 diklat berbasis kompetensi.

BPK juga telah melakukan kerja sama


assesment center. Dari hasil pemetaan tersebut pengembangan dan peningkatan kualitas
diketahui gap kompetensi sehingga disusun SDM di bidang pemeriksaan maupun non-
program pengembangan kompetensi berupa pemeriksaan dengan berbagai pihak, baik
pengiriman pegawai ke SAI negara lain nasional maupun internasional, antara lain:
(Secondment), program degree (S1, S2, S3), (1) bidang metodologi pemeriksaan kinerja dan
Short CourseSURJUDPVHUWLÀNDVL PLVDOQ\D keuangan dengan BPK Australia, (2) bidang
CPA, CIA, CISA) dan penugasan lain. Selama pemeriksaan investigatif dengan instansi
2004-2009 BPK telah mengirim 117 pegawai penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan,
untuk magang dan shortcourse di luar negeri. KPK) dan Pusat Pelaporan Akuntansi dan
Sedangkan jumlah pegawai yang melanjutkan Transaksi Keuangan (PPATK) dan USAID, (3)

BAB IV
pendidikannya selama 2004-2009 adalah 44 bidang pemeriksaan lingkungan dan bencana
orang DIV, 259 orang S2 dalam negeri dan 84 alam, serta penggunaan teknologi Geographic
orang S2 luar negeri dan satu orang mengikuti Information System dan Remote Sensing
program doktor. BPK juga telah memiliki 12 dengan BRR, LAPAN, ITB, beberapa BPK
SHPHULNVD&,6$EHUVHUWLÀNDW&)(GDQ negara lain, dan INTOSAI. Atas prestasinya
EHUVHUWLÀNDW&,$\DQJPHUXSDNDQVHUWLÀNDVL dalam mendorong pemasyarakatan,
bidang pemeriksaan yang diakui secara penggunaan dan pengembangan teknologi
internasional. penginderaan jauh dalam pelaksanaan
tugas pemeriksaan, BPK telah mendapatkan
Tabel 4.5 Perkembangan Diklat Sesuai Kebutuhan BPK2004 - 2008

JENIS DIKLAT 2004 2005 2006 2007 2008


Diklat Sesuai Kebutuhan Diklat Peserta Diklat Peserta Diklat Peserta Diklat Peserta Diklat Peserta
Pemeriksaan Kinerja 7 235 2 140 5 165 7 289 29 1,022
Pemeriksaan Investigatif 3 107 6 185 1 19 - - - -
Pemeriksaan Atas Bank Sentral - - - - 1 39 1 22 - -
Tabel 4.6 Perkembangan Diklat Berbasis Kompetensi

U raian 2004 2005 2006 2007 2008 2009


Jum lah Jenis K urik ulum 1,521 1,521 1,521 1,863 1,863 1,863
Jum lah M odul 84 84 84 111 111 113
Jum lah D ik lat 96 118 97 125 189 -
Jum lah P eserta D ik lat 3,495 5,352 4,651 5,076 8,313 - 47
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

penghargaan dari Masyarakat Penginderaan 4.4 Standar dan Metodologi


Jauh Indonesia (MAPIN) (4) bidang
48 Pemeriksaan
pemeriksaan infratruktur dengan NESO
UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15
Belanda, (5) bidang sistem pemerolehan
Tahun 2006 menghendaki BPK menyusun
keyakinan mutu, pengembangan organisasi,
standar dan perangkat lunak di bidang
training, dan sebagainya.
pemeriksaan dan non pemeriksaan. Hal ini
Bentuk dan area kerjasama secara lebih merupakan ukuran dan pedoman BPK yang
rinci dapat dilihat pada bagian 4.6 Hubungan menjadi dasar, pertimbangan dan panduan
dengan Pemangku Kepentingan. bagi pegawainya dalam menjamin kualitas
proses dan hasil kegiatan pemeriksaan dan
Selain pengembangan kompetensi untuk
non pemeriksaan.
mewujudkan profesionalisme, BPK berupaya
meningkatkan kesejahteraan pegawai melalui Pada awal masa bhakti 2004-2009, BPK
perbaikan remunerasi. Remunerasi tersebut menerima pelimpahan dari Badan sebelumnya
disusun melalui proses evaluasi jabatan (Job untuk melakukan evaluasi Standar Audit
Evaluation) dengan mempertimbangkan faktor Pemerintahan (SAP) 1995 dan penyempurnaan
pendidikan dan keahlian, tingkat kesulitan berbagai perangkat lunak pemeriksaan,
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

dan dampak suatu pekerjaan dibandingkan termasuk Panduan Manajemen Pemeriksaan


dengan pekerjaan yang lain. Hasil evaluasi (PMP) Tahun 2002 yang sudah tidak relevan
jabatan adalah berupa peringkat pegawai di dengan semangat UU No. 15 Tahun 2004 dan
BPK sebanyak 27 grade. Kemudian pegawai UU No. 15 Tahun 2006. Penyempurnaan kedua
BPK menerima remunerasi sesuai dengan perangkat lunak tersebut menjadi salah satu
grade tersebut. bagian dari upaya BPK untuk melakukan
penyempurnaan secara menyeluruh terhadap
semua perangkat lunak yang telah ada dan
diperlukan di masa mendatang.

Undang-undang No.17 Tahun 2003; Undang-undang No.1 Tahun 2004;


Undang-undang No.15 Tahun 2004; Undang-undang No.15 Tahun 2006

Gambar 4.6 Struktur Kerangka Pedoman Pemeriksan BPK


Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

BPK mengawali penyempurnaan Menyusul penetapan SPKN, untuk


Standar dan Metodologi Pemeriksaan dengan menjamin agar manajemen pemeriksaan
menyusun Struktur Kerangka Pedoman sesuai dengan Standar, BPK menyusun
Pemeriksaan BPK berikut kodering yang Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP)
diperlukan (Lihat Gambar 4.6). Terdapat tiga tahun 2008 sebagai penyempurnaan atas PMP
jenis tingkatan pedoman yang dikembangkan 2002. Penyempurnaan tersebut dilakukan
mulai dari yang bersifat umum sampai yang dengan mempertimbangkan sinkronisasi antar
lebih teknis, yaitu Pedoman Umum, Petunjuk pedoman pemeriksaan, sinkronisasi antara
Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis. Ketiga perencanaan pemeriksaan dan penganggaran
jenis pedoman tersebut mengacu pada mandat biaya pemeriksaan, serta komputerisasi proses
UUD 1945, paket tiga UU di bidang keuangan pemeriksaan dengan aplikasi sistem informasi
Negara 2003-2004, dan UU No. 15 Tahun 2006 manajemen pemeriksaan atau Sistem
tentang BPK . Manajemen Pemeriksaan (SMP). Selanjutnya,
BPK juga menetapkan Peraturan BPK No.
Sampai dengan akhir masa jabatan pada
02 Tahun 2007 tentang kode Etik Badan
bulan Oktober 2009, BPK telah memiliki tiga
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
jenis Pedoman Umum (Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara, Kode Etik, dan Panduan Selain telah menyelesaikan Pedoman
Manajemen Pemeriksaan tujuh Petunjuk Umum yang diperlukan, yaitu SPKN, Kode
Pelaksanaan, dan 78 Petunjuk Teknis. Etik dan PMP, selama lima tahun terakhir
Semua perangkat lunak utama telah tersedia BPK juga telah menyelesaikan penyusunan
dan selanjutnya memerlukan upaya dan juklak untuk ketiga jenis pemeriksaan yang
komitmen yang kuat untuk mendesiminasi diamanatkan undang-undang, yaitu juklak
dan mengimplementasikannya dalam kegiatan pemeriksaan keuangan, juklak pemeriksaan
pemeriksaan BPK di kantor pusat dan seluruh kinerja dan juklak pemeriksaan dengan tujuan
kantor perwakilan. tertentu. Terakhir, BPK telah menetapkan

BAB IV
juklak Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
Dengan melihat kerangka yang telah
melalui Surat Keputusan BPK No. 03/K/I-
disusun sebagaimana terlihat pada gambar 4.6,
XIII.2/03/2009 tahun 2009.
BPK memprioritaskan penyelesaian standar
pemeriksaan sebagai tolok ukur kualitas Di samping perangkat lunak di
pemeriksaan dan acuan bagi penyusunan bidang pemeriksaan, BPK menyusun dan
juklak dan juknis selanjutnya. Lampiran 4.1 mengembangkan perangkat lunak atau
s.d 4.6 menjelaskan secara umum metodologi standar operasional dan prosedur (SOP) di
pemeriksan. bidang penunjang dan pendukung (juklak non
pemeriksaan). Selama lima tahun terakhir,
Setelah melalui suatu proses
BPK telah selesai menyusun dua perangkat
penyusunan secara menyeluruh dengan
lunak, yaitu Juklak Tata Cara Penyusunan
melibatkan para stakeholders dalam dan luar
atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan
negeri, BPK menetapkan Standar Pemeriksaan
dan Pedoman Non Pemeriksaan dan Juknis
Keuangan Negara (SPKN) pada tanggal 18
Penelitian di Lingkungan BPK. Selain itu,
Januari 2007. Berbeda dengan penyusunan
terdapat satu perangkat lunak masih dalam
Standar Audit Pemerintahan (SAP, 1995),
penyempurnaan dan 17 perangkat lunak
penyusunan SPKN dilakukan melalui
dalam proses penyusunan, antara lain Juknis
proses konsultasi dan pembahasan dengan
Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP) yang
pemerintah, akademisi dan praktisi sebelum
merupakan perbaikan atas jabatan fungsional
ditetapkan sebagai produk hukum oleh BPK.
auditor (JFA) yang telah berlaku sejak tahun
Perbandingan antara SAP dengan SPKN dapat
1996. Setidaknya terdapat tiga hal perbaikan
dilihat dalam Tabel 4.7
fundamental JFP dibandingkan JFA 1996. 49
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 4.7 Perbandingan antara SAP dengan SPKN

50 Uraian SAP 1995 SPKN 2007

Ketetapan SE BPK Nomor 04/HP/SE/III/95 Tanggal 30 Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 Tanggal 18 Januari
Oktober 1995 2007
Dasar UU No. 5 Tahun 1973 UU No. 5 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006
Bentuk Standar Bab Pernyataan Standar
Jumlah Paragraph 27 terdiri dari 20 paragraf utama dan 7 46 terdiri dari 25 paragraf utama dan 21 paragraf tambahan
Standar paragraf tambahan
Pengguna SPKN BPK, APIF termasuk SPI, dan AP BPK dan AP atau pihak lain yang bekerja untuk dan atas
berdasarkan Kontrak nama BPK
Hanya mengenal dua jenis pemeriksaan DĞŶŐĞŶĂůƟŐĂũĞŶŝƐƉĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶƐĞƐƵĂŝhhEŽ͘ϭϱdĂŚƵŶ
Jenis Pemeriksaan yaitu (1) Pemeriksaan Keuangan dan (2) 2004 yaitu (1) Pemeriksaan Keuangan (2) Pemeriksaan
Pemeriksaan Kinerja Kinerja, dan (3) Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu

Diperlakukan sebagai tugas lain di samping ŝŬůĂƐŝĮŬĂƐŝƐĞďĂŐĂŝƉĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶĚĞŶŐĂŶƚƵũƵĂŶƚĞƌƚĞŶƚƵ


Penugasan Tertentu ƚƵŐĂƐĂƵĚŝƚLJĂŶŐƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶŶLJĂƟĚĂŬ yang diatur pelaksanaannya dalam SPKN.
diatur dalam SAP
Persyaratan ϭ͘ ^ĞĐĂƌĂŬŽůĞŬƟĨŵĞŵŝůŝŬŝŬĞĂŚůŝĂŶĚŝďŝĚĂŶŐŬĞƵĂŶŐĂŶ
Kemampuan Staf Secara individual harus akuntan yang Ϯ͘ WĞŶĂŶŐŐƵŶŐũĂǁĂďŚĂƌƵƐďĞƌƐĞƌƟĮŬĂƐŝƉƌŽĨĞƐŝLJĂŶŐ
dalam Peneriksaan ƚĞƌĚĂŌĂƌ berlaku (baca: Akuntan beregister sampai pada saat BPK
Keuangan mampu mencetak BAP).
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

Materialitas Diatur tersendiri dalam SAP (par. 5.7 dan dŝĚĂŬĚŝĂƚƵƌĚĂůĂŵ^W<EŬĂƌĞŶĂĚŝŬůĂƐŝĮŬĂƐŝŬĂŶƐĞďĂŐĂŝ


5.8) sistem bukan standar.
/ŶĨƌĂƐƚƌƵŬƚƵƌĞƌŝǀĂƟĨͬ Tidak jelas pengungkapannya dalam SAP Mengungkapkan keberadaan infrastruktur turunan sebagai
Turunan pelaksanaan SPKN.
ŝƵƚĂŵĂŬĂŶŝƐƟůĂŚLJĂŶŐĚŝŐƵŶĂŬĂŶĚĂůĂŵhhĂŶƚĂƌĂůĂŝŶ͗
/ƐƟůĂŚLJĂŶŐŝŐƵŶĂŬĂŶ DĞŶĞŬĂŶŬĂŶƉĂĚĂŝƐƟůĂŚƉƌŽĨĞƐŝ Pemeriksa bukan Audit dan Standar Pelaksanaan bukan
Standar Pekerjaan Lapangan

Konsepsi 1. Sebagai bagian dari Standar Profesional Pemeriksa


Pembangunan Tidak diatur secara jelas Keuangan Negara
2. Dibentuk Komite SPKN

Pertama, JFP sudah memperhatikan kegiatan hukum, anggaran, teknologi informasi, serta
pemeriksaan yang sesuai dengan keadaan di sarana dan prasarana.
lapangan dan praktik-praktik yang terbaik
yang berlaku di bidang pemeriksaan. Kedua,
JFP memperjelas peran pemeriksa sesuai 4.5.1. Hukum
dengan levelnya yang selama ini banyak Dukungan hukum merupakan salah satu
tumpang tindih jika mengacu pada JFA. bentuk dukungan kelembagaan yang sangat
Peran ketua tim berbeda dengan anggota penting untuk pelaksanaan tugas pemeriksaan
tim dan pengendali teknis. Ketiga, walaupun maupun untuk penguatan kelembagaan BPK.
kualitas pemeriksaan tetap tidak diukur dalam Dukungan ini antara lain melalui aktualisasi
JFP, aspek penilaian kinerja tim pemeriksa BPK sebagai pusat regulator di bidang
diperbaiki dengan ukuran yang lebih objektif pemeriksaan keuangan negara maupun BPK
sehingga kualitas pemeriksaan dapat diyakini. sebagai lembaga yang bebas, mandiri dan
profesional sesuai UU No. 15 Tahun 2004 dan
UU No. 15 Tahun 2006.
4.5 Dukungan Kelembagaan
BPK dan pimpinan satker pelaksana Berikut ini capaian dan kegiatan
mengelola secara optimal sumber dayanya dukungan hukum terkait tugas pemeriksaan
dalam rangka memberikan keyakinan bahwa BPK selama lima tahun terakhir dalam , (1)
dukungan pemeriksaan dapat diberikan melakukan penelaahan aspek hukum atas
secara memadai dan tepat waktu. Dukungan temuan pemeriksaan atau laporan hasil
kelembagaan tersebut mencakup dukungan pemeriksaan BPK (legal due diligence),
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

yang mengungkapkan unsur pidana agar kerugian negara melalui berbagai rekomendasi
dapat ditindaklanjuti oleh aparat penegak dalam hasil pemeriksaan BPK, dan (iv)
hukum secara cepat dan tepat; (2) menyusun mengkompilasi data dan memantau
peraturan di bidang pemeriksaan keuangan perkembangan penyelesaian kerugian negara/
negara sebagai aktualisasi sasaran daerah se-Indonesia.
strategis BPK sebagai Pusat Regulator.
Selain capaian tersebut di atas,
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
dukungan hukum juga dilakukan untuk
dalam Tabel 4.1, saat ini BPK telah memiliki
memperkuat kelembagaan BPK, yaitu antara
enam Peraturan BPK dan delapan Keputusan
lain: (1) pengkajian aspek hukum naskah
BPK sebagai bentuk pengaturan lebih lanjut
kerjasama BPK dengan lembaga/instansi
dari UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15
dalam dan luar negeri, misalnya dengan KPK,
Tahun 2006; (3) melakukan analisis hukum
Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, PPATK dan
(legal review) atas (i) peraturan perundang-
kerjasama bilateral dengan BPK negara lain.
undangan yang terkait dengan pelaksanaan
Saat ini BPK sedang menjajaki kerjasama
pemeriksaan BPK, antara lain analisis
dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
hukum atas peraturan BUMN, peraturan
(KPPU) dengan fokus peningkatan pengelolaan
kearsipan, peraturan tentang kebijakan
keuangan negara; (2) meningkatkan fungsi
ÀVNDO88.HXDQJDQ1HJDUD88%3.GDQ
satker bidang hukum yang semula berada di
sebagainya, (ii) masalah hukum yang terkait
bawah Sekretaris Jenderal BPK serta hanya
dengan pelaksanaan pemeriksaan BPK, antara
mengurusi masalah-masalah kesekretariatan
lain analisis hukum atas piutang BUMN,
jenderal menjadi satuan kerja yang berada
(iii) berbagai kondisi yang menghambat
di bawah pembinaan Wakil Ketua BPK; (3)
pelaksanaan pemeriksaan BPK, seperti
membentuk struktur subbagian Hukum
analisis hukum atas kewenangan BPK untuk
pada setiap perwakilan BPK yang bertugas
memeriksa biaya perkara MA dan analisa
memperkuat aspek legal pemeriksaan BPK di
hukum atas kewenangan konstitusional

BAB IV
tiap-tiap kantor perwakilan; (4) memperkuat
BPK untuk memeriksa perpajakan, dan
jaringan dokumentasi dan informasi hukum
(iv) berbagai Juklak/Juknis yang mengatur
(JDIH) BPK baik di Kantor Pusat, Kantor
pedoman pemeriksaan, antara lain analisis
Perwakilan maupun JDIH pada tiap-tiap
hukum atas Juklak Pemeriksaan LKPP dan
depertemen dan provinsi/kabupaten/kota.
analisa hukum atas Juklak Pemeriksaan
Limbah; (4) memberikan advokasi hukum
berupa litigasi, konsultasi hukum dan 4.5.2. Anggaran
pendampingan hukum terkait pemeriksaan
Salah satu faktor penting untuk
maupun kelembagaan; (5) mengajukan
menggerakkan roda organisasi adalah
permohonan pengujian undang-undang
anggaran yang memadai. Oleh karena
(judicial review) kepada Mahkamah Konstitusi
itu anggaran menjadi salah satu prioritas
(MK) atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun
yang diperjuangkan oleh pemimpin BPK
2007 tentang Perubahan Undang-Undang
tahun 2004-2009. Hasil yang dicapai cukup
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
membesarkan hati, karena telah terjadi
Umum Perpajakan; (6) penguatan peran BPK
SHQLQJNDWDQDQJJDUDQ\DQJVDQJDWVLJQLÀNDQ
dalam mendorong penyelesaian kerugian
dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan
negara melalui (i) Peraturan BPK Nomor 3
harapan dan kepercayaan DPR, Pemerintah
Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian
dan masyarakat luas terhadap hasil kerja dan
Kerugian Negara terhadap Bendahara, (ii)
lembaga BPK dalam melaksanakan tugasnya.
Keputusan Pembebanan terhadap Bendahara
untuk mengganti kerugian negara, (iii) Data Tabel 4.8 menunjukkan besaran
mendorong entitas untuk menyelesaikan anggaran untuk BPK tahun 2009 naik 5,5 51
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

TABEL 4.8

PERKEMBANGAN ANGGARAN DAN BELANJA 2004 – 2009


52
UNTUK BAGIAN ANGGARAN 004, 69 DAN 999 YANG DIKELOLA OLEH BPK-RI
BA 2004 2005 2006 2007 2008 2009
BA 004 ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN
Bel. Pegawai 54.228.960.000 59.170.766.000 148.595.502.000 211.002.042.000 552.684.097.000 553.327.062.000
Bel. Barang 57.577.459.000 152.639.203.000 343.545.046.000 615.314.329.000 514.765.840.000 631.115.057.000
Bel. Modal 167.267.127.000 79.648.677.000 198.090.619.000 375.516.791.000 423.386.881.000 551.855.890.000
JUMLAH A 279.073.546.000 291.458.646.000 690.231.167.000 1.201.833.162.000 1.490.836.818.000 1.736.298.009.000

BA 69
Bel. Pegawai 2.289.888.722 1.850.941.000
Bel. Barang 43.141.494.550 5.087.369.000
Bel. Lain-lain 31.994.783.000 62.016.000.000
JUMLAH B 45.431.383.272 38.933.093.000 - 62.016.000.000 - -

BA 999
Bel. Lain-lain 48.543.972.000
JUMLAH C - - - - - 48.543.972.000
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

TOTAL 324.504.929.272 330.391.739.000 690.231.167.000 1.263.849.162.000 1.490.836.818.000 1.784.841.981.000

kali atau naik 450% dibandingkan dengan penghargaan dengan capaian standar tertinggi
tahun 2004 dengan persentase kenaikan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
paling tinggi pada tahun 2006 dan 2007. pemerintah dari Pemerintah Indonesia.
Tahun 2006 anggaran BPK sebesar 2,09
kali atau naik 109% dibanding tahun 2005,
4.5.3 Teknologi Informasi (TI)
dan pada tahun 2007 anggarannya hampir
dua kali dibandingkan tahun 2006, atau Sebagai hasil pelaksanaan mandat di
naik 83,1%. Peningkatan anggaran ini pada bidang pengembangan kelembagaan, dimana
gilirannya mendukung BPK dalam melakukan BPK telah memiliki 33 kantor perwakilan
pengembangan kapasitas organisasi dan SDM, dan 5.462 pegawai, maka dukungan TI untuk
serta pelaksanaan pemeriksaan. PHQLQJNDWNDQSURGXNWLYLWDVHÀVLHQVLGDQ
efektivitas kerja menjadi suatu hal yang
Atas prestasinya dalam menyusun dan
krusial. Jika sebelumnya pemanfaatan
menyajikan laporan keuangan tahun 2007
teknologi informasi masih terbatas pada
dan tahun 2008, BPK telah memperoleh
pemenuhan sarana prasarana TI, maka
pada masa BPK 2004-2009 pembangunan
TI ditujukan untuk mendukung pencapaian
rencana strategis BPK dan mendukung peran
BPK dalam mendorong transparansi dan
akuntabilitas keuangan negara. Capaian
pembangunan bidang TI dijelaskan dalam
Tabel 4.9.
9.

Secara keseluruhan pembangunan


dan pemanfaatan TI di BPK pada masa ini
sudah secara optimal mendukung kinerja
BPK dalam rangka mendorong transparansi
dan akuntabilitas keuangan Negara, baik
Penghargaan kepada BPK RI atas Penyusunan Laporan Laporan
Keuangan tahun 2008 dengan capaian Standar teringgi. pada pelaksanaan pemeriksaan, maupun
pada penguatan kelembagaan BPK. Ini
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 4.9 Capaian Pembangunan Teknologi Informasi Tahun 2004-2009

Peran TI Capaian Rincian

Jumlah PC meningkat sebanyak 125,26% ( 1.397 unit pada tahun 2004


menjadi 1.750 unit tahun 2009)) dan jumlah Notebook meningkat 437,35%
(431
431 unit tahun 2004 menjadi 1.885 unit tahun 2009). ). Rasio jumlah
notebook dengan total jumlah pegawai yang ada meningkat dari 1 :
DĞŶĚƵŬƵŶŐƉƌŽĚƵŬƟǀŝƚĂƐĚĂŶ Peningkatan perangkat TI
6,55 tahun 2004 menjadi 1 : 2,89 tahun 2009, sementara perbandingan
ĞĮƐŝĞŶƐŝŬĞƌũĂ (PC dan Notebook)
jumlah PC dengan total pegawai mengalami penurunan dari 1 : 2,02 tahun
2004 menjadi 1 : 3,12 tahun 2009.. Hal ini karena adanya penurunan
penggunaan PC di lingkungan BPK dalam rangka mendorong ‘green TI’
melalui penghematan sumber daya energy listrik.

Pemanfaatan:
a. Pimpinan dan pegawai antar satu kantor dengan kantor lain sudah
memanfaatkan komunikasi melalui peralatan IP Phone, sedang untuk
Pemanfaatan teknologi
komunikasi data dan informasi sudah memanfaatkan jaringan Wide
Mendorong komunikasi dan VOIP (Voice Over
Area Network (WAN) dan Lokal Area Network. Saat ini seluruh kantor
ŬŽŽƌĚŝŶĂƐŝĞĨĞŬƟĨĚĂůĂŵŬĞŐŝĂƚĂŶ Internet Protocol),
telah dilengkapi dengan jaringan WAN/LAN. Sedang untuk perangkat
pemeriksaan dan kegiatan kantor teknologi jaringan dan
hotspot baru dipasang di lima perwakilan
teknologi VPN
b. Pemeriksa yang sedang melaksanakan pemeriksaan di lapangan
dapat memanfaatkan peralatan VPN sehingga tetap dapat
berkoordinasi dengan pimpinan BPK
Seluruh hasil pemeriksaan BPK setelah disampaikan kepada pemilik
ŬĞƉĞŶƟŶŐĂŶƐĞƐƵĂŝĚĞŶŐĂŶŬĞƚĞŶƚƵĂŶƉĞƌƵŶĚĂŶŐĂŶůĂŶŐƐƵŶŐĚĂƉĂƚ
Pemanfaatan dan
Mendukung akses publik terhadap diakses oleh publik melalui website BPK (www.bpk.go.id). Hal ini sesuai
pengembangan teknologi
transparansi hasil pemeriksaan dengan ketentuan dalam UUD 1945 dimana dinyatakan setelah hasil
website
pemeriksaan diserahkan ke DPR/DPRD maka dapat dipublikasikan melalui
website

Dikembangkannya dan dimanfaatkan:


a. Aplikasi Sistem Manajemen Pemeriksaan (SMP) untuk mengelola
manajemen pemeriksaan BPK, sejak tahapan perencanaan,
ƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶ͕ƉĞůĂƉŽƌĂŶĚĂŶƟŶĚĂŬůĂŶũƵƚƉĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶ͖
Mendukung proses tata kelola b. Aplikasi Database Pemeriksaan untuk mendukung pengelolaan obyek
Pengembangan aplikasi
pemeriksaan yang baik di lingkungan ƉĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶW<͖
pendukung pemeriksaan
BPK c. Sistem aplikasi akses data berupa suatu portal yang secara langsung

BAB IV
terhubung dengan Departemen Keuangan, berisi informasi keuangan
ŽŶůŝŶĞLJĂŶŐĂŬĂŶĚŝƉĞƌŝŬƐĂŽůĞŚW<͖
d. Sistem Informasi Kerugian Negara/Daerah merupakan suatu aplikasi
pemantauan dan monitoring kerugian Negara dan daerah

Pemanfaatan:
a. Teknologi 'ĞŽŐƌĂƉŚŝĐ/ŶĨŽƌŵĂƟŽŶ^LJƐƚĞŵ(GIS) dan ZĞŵŽƚĞ^ĞŶƐŝŶŐ
(RS) digunakan sebagai alat bantu untuk audit lingkungan. Teknologi
ini diaplikasikan dibidang kehutanan, pertambangan, pertanian,
ŬĞůĂƵƚĂŶ͕ƉĞŶŐĞŵďĂŶŐĂŶǁŝůĂLJĂŚ͕ŵŝƟŐĂƐŝďĞŶĐĂŶĂ͕ĚĂŶůĂŝŶͲůĂŝŶ͘
Penyediaan alat bantu Teknologi GIS dan RS Digunakan pertama kali oleh BPK dalam
Mendukung pelaksanaan pemeriksaan
dan sumber daya audit program WŝůŽƚ^ƚƵĚLJŽŶƚŚĞhƐĞŽĨ'/^ĨŽƌƵĚŝƚŽĨŝƐĂƐƚĞƌZĞůĂƚĞĚ
ŝĚdalam rangka /ŶƚĞƌŶĂƟŽŶĂůKƌŐĂŶŝnjĂƟŽŶŽĨ^ƵƉƌĞŵĞƵĚŝƚ
/ŶƐƟƚƵƟŽŶ(INTOSAI) dĂƐŬ&ŽƌĐĞŽŶdŚĞĐĐŽƵŶƚĂďŝůŝƚLJĂŶĚƵĚŝƚŽĨ
ŝƐĂƐƚĞƌZĞůĂƚĞĚŝĚ;ZͿ͖
ď͘ ^ŽŌǁĂƌĞ>;ƵĚŝƚŽŵŵĂŶĚ>ĂŶŐƵĂŐĞͿĚĂŶƌďƵƌƚƵƐƐĞďĂŐĂŝĂůĂƚ
bantu analisa data dalam kegiatan audit.

Dikembangkannya dan dimanfaatkan:


a. Aplikasi Sistem Informasi Sumber Daya Manusia untuk mengelola
manajemen SDM BPK, sejak tahapan penerimaan pegawai,
ƉĞŶŐĞŵďĂŶŐĂŶƉĞŐĂǁĂŝƐĂŵƉĂŝƉĞŐĂǁĂŝďĞƌŚĞŶƟĚĂƌŝW<͖
Mendukung manajemen kantor yang Pengembangan aplikasi
b. Aplikasi Absensi Pegawai merupakan aplikasi untuk mendorong
transparan dan profesional ͚ďĂĐŬŽĸĐĞ͛
ƉĞŶŝŶŐŬĂƚĂŶŬŝŶĞƌũĂƉĞŐĂǁĂŝŵĞůĂůƵŝƉĞŶŐƵŬƵƌĂŶĚŝƐŝƉůŝŶƉĞŐĂǁĂŝ͖
c. Sistem Informasi Keuangan merupakan suatu aplikasi yang
membantu pimpinan dalam menilai akuntabili tas pengelolaan
ŬĞƵĂŶŐĂŶĚŝůŝŶŐŬƵŶŐĂŶW<͖

Dukungan terhadap infrastruktur dan implementasi Sistem Manajemen


Mendukung akuntabilitas pengukuran Pengembangan sistem
Kinerja yang berfungsi menilai capaian kinerja dari organisasi BPK secara
kinerja organisasi pengukuran kinerja
keseluruhan

53
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Grafik 4.3 Perkembangan Kantor Perwakilan BPK dan aplikatif. Fasilitas pendukung dibenahi,
seperti pengelolaan kearsipan, pembangunan
54
G r a fik P e r k e m b a n g a n K a n to r
P e r w a k ila n B P K
33 33
dan renovasi gedung kantor baik kantor
31
28
pusat maupun perwakilan, pengadaan
17
kendaraan operasional, modernisasi bis kantor,
Jumlah

7 7
pembangunan mess dan rumah jabatan.
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pengadaan sarana dan prasarana yang
Ta hun
dilakukan dalam masa ini telah membuat
PHQXQMXNNDQSHUXEDKDQVLJQLÀNDQ\DQJ DVHW%3.PHQLQJNDWVDQJDWVLJQLÀNDQ\DLWX
sebelumnya TI hanya mendukung kegiatan sebesar 1.351,58%, dari Rp204.510.089.671
EDFNRIÀFH menjadi TI enabling proses pada tahun 2004 menjadi Rp2.764.118.423.867
perubahan/transformasi BPK. pada tahun 2009. Kenaikan yang sangat
besar ini dilaksanakan dan dikelola dengan
kesungguhan dalam kerangka reformasi
4.5.4. Sarana dan Prasarana sarana dan prasarana demi peningkatan
Dalam rangka memenuhi mandat kinerja organisasi.
BPK guna memeriksa pengelolaan keuangan Atas kinerja dan upaya luar biasa
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

Negara sesuai peraturan perundang-undangan, dalam penyelenggarakan dan pembinaan


diperlukan perluasan rentang kendali atau kearsipan sehingga terwujud Peningkatan
span of control melalui pembenahan bidang mutu penyelenggaraan kearsipan, BPK
sarana dan prasarana yang mencakup telah mendapatkan penghargaan dari Arsip
modernisasi peralatan kerja dan penyediaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2009.
fasilitas pendukung. Perkembangan sarana
dan prasarana yang dimiliki BPK dapat dilihat
dari perkembangan Pembangunan Kantor 4.6 Hubungan BPK dengan
Perwakilan. Pemangku Kepentingan
Selama masa 2004-2009 atau Pengelolaan dan tanggung jawab
selama lima tahun berturut-turut BPK keuangan negara yang transparan dan
telah melaksanakan pembangunan kantor akuntabel merupakan tanggung jawab
perwakilan di setiap provinsi. Total kantor bersama seluruh elemen penyelenggara
perwakilan yang dibangun selama masa ini negara dan masyarakat luas sesuai dengan
adalah sebanyak 26 kantor perwakilan. tugas, peran dan kapasitas masing-masing.
Sebagai pelaksana mandat Pasal 23 E UUD
BPK juga melakukan pengadaan dan
1945, BPK menyadari arti penting untuk
pemanfaatan peralatan kerja yang modern

Tabel 4.9 Perkembangan Aset BPK RI 2004 - 2009

Nilai Kenaikan
Nama Aset
2004 2009 (%)
Tanah Rp28.515.347.224
28.515.347.224 Rp1.079.848.646.536
1.079.848.646.536 3.786,90
Peralatan dan Mesin Rp84.048.243.379
84.048.243.379
8.243.379 Rp381.249.387.731 453,61
Gedung dan Bangunan Rp90.735.991.199 Rp783.802.294.834 863,83
Jalan Irigasi dan Jaringan Rp119.940.000 Rp7.552.190.797 6.296,64
Aset Tetap Lainnya Rp1.090.567.869 Rp27.759.651.231 2.545,43
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp483.906.252.738
Total Rp204.510.089.671 Rp2.764.118.423.867 1.351,58
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

hubungan BPK dengan lembaga legislatif


dan penegak hukum pasif menjadi aktif.
Kemudian, hubungan dengan terperiksa yang
sebelumnya sebatas hubungan kerjasama
dalam penyelesaian rekomendasi menjadi
BPK berperan sebagai mitra dalam mendorong
terciptanya tata kelola keuangan negara yang
baik di lingkungan terperiksa. Hubungan
dengan lembaga lainnya yang lebih bersifat
protokoler menjadi aktif dalam kegiatan
kesadaran masyarakat (public awareness)
dan hubungan serta kerjasama dalam dan
luar negeri terus ditingkatkan. Berikut
disampaikan berbagai upaya yang dilakukan
BPK dalam meningkatkan hubungan dengan
sejumlah pemangku kepentingan: lembaga
perwakilan, pemerintah, penegak hukum,
Hasan Bisri, SE, MM-Anggota V BPK RI.
media massa, masyarakat umum, dan lembaga
membangun dan meningkatkan hubungan internasional.
kemitraan yang positif dengan para pemangku
kepentingan demi tercapainya tugas dan
tangung jawab BPK dalam mendorong 4.6.1 Lembaga Perwakilan
transparansi dan akuntabilitas keuangan Hubungan antara BPK dengan lembaga
negara. Hal ini sekaligus merupakan perwakilan diatur dalam Pasal 7 ayat (1)
sarana bagi BPK untuk mewujudkan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
keterbukaan dan akuntabilitasnya kepada Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

BAB IV
seluruh pemangku kepentingan. Pemangku Negara yang menyatakan bahwa dalam
kepentingan dimaksud adalah: (1) Lembaga merencanakan tugas pemeriksaan, BPK
Perwakilan (DPR, DPD, dan DPRD – Provinsi, memperhatikan permintaan, saran, dan
Kabupaten/Kota); (2) Pemerintah terdiri pendapat lembaga perwakilan. Selanjutnya
dari Kementrian dan Lembaga serta Pemda ayat (2) menyatakan bahwa dalam rangka
Provinsi, Kabupaten/Kota; (3) Penegak membahas permintaan, saran, dan pendapat
Hukum (Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK); sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK
(4) Lembaga Donor dan Luar Negeri maupun atau lembaga perwakilan dapat mengadakan
SAI’s negara lain terutama yang melakukan pertemuan konsultasi. Hubungan baik dengan
kerjasama dengan BPK; (5) Masyarakat terdiri lembaga perwakilan antara lain dapat dilihat
dari LSM dan Media baik cetak maupun pada tabel 4.10.
elektronik.
BPK menyerahkan hasil pemeriksaan
Oleh karena itu, peningkatan hubungan atas pengelolaan dan tanggung jawab
dan kerjasama dengan pemangku kepentingan keuangan negara kepada DPR, DPD dan
menjadi salah satu bidang penting yang DPRD sesuai dengan kewenangannya. DPR,
mendapat perhatian pimpinan BPK selama DPD, dan DPRD menindaklanjuti hasil
lima tahun terakhir sebagai bagian dari pemeriksaan BPK sesuai dengan Peraturan
reformasi BPK secara keseluruhan. Tata Tertibnya. Tata cara penyerahan hasil
Reformasi yang dilakukan BPK pemeriksaan BPK kepada DPR diatur dalam
telah merubah pola hubungan BPK dengan Kesepakatan Bersama antara pimpinan BPK
dengan pimpinan DPR RI yang ditandatangani
para pemangku kepentingan. Misalnya, 55
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 4.10 Kegiatan Rapat Konsultasi Dan Koordinasi Dengan Lembaga Perwakilan

No. Tanggal Kegiatan WĞŵĂŶŐŬƵ<ĞƉĞŶƟŶŐĂŶ Materi

56 Tahun 2005
1. 20 Januari 2005 Rapat Konsultasi WĂŶŝƟĂŶŐŐĂƌĂŶWZZ/
2. 27 Januari 2005 Rapat Konsultasi Komisi XI DPR RI
WĞŶLJĞƌĂŚĂŶ,ĂƐŝůWĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶ>ŽŐŝƐƟŬWD/>h
3. 21 April 2005 Pertemuan DPR RI
di KPU
4. 10 Mei 2005 Pertemuan Ketua DPR RI Penyerahan Hasil Pemeriksaan atas KPU
5. 18 Mei 2005 Rapat Konsultasi Komisi XI DPR RI
6. 30 Mei 2005 Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI
7. 29 Juni 2005 Rapat Konsultasi Komisi III DPR RI
8. 21 September 2005 Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI
9. 10 Oktober 2005 Pertemuan DPR RI Penyerahan Audit Atas Pertamina
10. 24 Oktober 2005 Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI, Bappenas, Menkeu, BPKP,
Tahun 2006
1. 9 Maret 2006 Pertemuan DPR RI Penyerahan Hasil Pemeriksaan PLN
2. 9 Juni 2006 Rapat Konsultasi DPR RI, Menkeu, Menko Perekonomian
3. 19 Juli 2006 Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI
Tahun 2007
1. 23 Januari 2007 Rapat Konsultasi Komisi X DPR RI
2. 20 Maret 2007 Rapat Konsultasi Komisi XI DPR RI
Tahun 2008
1. 24 Januari 2008 Rapat Konsultasi Komisi VIII DPR RI IHPS I BPKTahun Anggaran 2007
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

2. 21 Februari 2008 Rapat Konsultasi Komisi X DPR RI IHPS I BPKTahun Anggaran 2007
3. 28 April 2008 Pertemuan Sekretariat Komisi DPR RI IHPS II BPKTahun Anggaran 2007
4. 12 Mei 2008 Rapat Konsultasi WĂŶŝƟĂŶŐŐĂƌĂŶWZZ/ RUU tentang Migas
5. 3 Desember 2008 Rapat Dengar Pendapat WĂŶŝƟĂ<ĞƌũĂ<ŽŵŝƐŝyWZZ/ Penyaluran Dana Block Grant
WĞƌŵŝŶƚĂĂŶWĞƌƟŵďĂŶŐĂŶŶŐŐŽƚĂ/EdK^/LJĂŶŐ
6. 17 Desember 2008 Rapat Konsultasi Komisi XI DPR RI
akan melakukan Peer Review

pada 15 Desember 1998. Kesepakatan tersebut baik. Hubungan kerja yang baik antara BPK
saat ini dalam proses revisi untuk disesuaikan dengan DPR telah memberikan dukungan yang
dengan Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 kuat bagi BPK dalam melaksanakan tugas
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. konstitusionalnya. Dukungan DPR tidak hanya
Penyerahan hasil pemeriksaan BPK dalam peningkatan anggaran yang diterima
kepada DPD juga diatur dalam Kesepakatan BPK, tetapi juga pada penguatan kelembagaan
Bersama antara BPK dengan DPD yang BPK, yaitu antara lain: (1) pengesahan
ditandatangani pimpinan masing-masing UU No.15 Tahun 2006 tentang Badan
lembaga pada tanggal 10 Juni 2009. Pemeriksa Keuangan yang telah memulihkan
Penyerahan tersebut dilakukan dalam sidang independensi dan otonomi BPK. BPK menjadi
paripurna yang dihadiri oleh pimpinan beserta semakin kokoh keberadaan dan kedudukannya
seluruh anggota DPR RI dan pimpinan BPK sebagai lembaga yang bebas, mandiri dan
beserta para pejabat eselon I. profesional; dan (2) pembentukan kantor
perwakilan BPK di semua provinsi sebelum
Di tingkat daerah, tata cara penyerahan akhir 2008. Di lain pihak, kerjasama yang baik
hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD antara BPK dan DPR juga telah membantu
Provinsi/Kabupaten/Kota telah diatur dalam DPR dalam meningkatkan kapasitas
kesepakatan bersama yang ditandatangani kelembagaan. Sesuai dengan usulan BPK,
oleh Kepala Perwakilan masing-masing kantor DPR telah membentuk Badan Akuntabilitas
perwakilan BPK dengan Ketua DPRD Propinsi/ Keuangan Negara (BAKN) sebagai salah satu
Kabupaten/Kota. alat kelengkapan DPR berdasarkan Undang-
Selama masa 2004–2009 BPK telah Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR,
menyerahkan IHPS dan LKPP kepada DPR DPR, DPD dan DPRD yang telah disahkan
sebagaimana terlihat dalam tabel 4.11. dalam sidang paripurna DPR pada tanggal 3
Agustus 2009.
Hubungan kerja antara DPR dengan
BPK selama masa 2004-2009 terjalin dengan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Konferensi pers penyerahan hasil pemeriksaan BPK RI kepada pemangku kepentingan.

4.6.2 Pemerintah menjadi mitra pemerintah dan institusi lain


Dalam perspektif BPK, lembaga yang diperiksanya dalam rangka mencapai
eksekutif (pemerintah) memiliki dua posisi, keadaan yang lebih baik. BPK memikul
yaitu sebagai auditee dan sebagai mitra dalam tanggung jawab untuk bersama-sama dengan
mendorong transparansi dan akuntabilitas auditee dan departemen teknis memperbaiki
pengelolaan keuangan negara. transparansi dan akuntabilitas keuangan
negara. Untuk mencapai sasaran ini BPK
Hubungan BPK dengan pemerintah melakukan antara lain, (1) komunikasi dan
diatur dalam Pasal 17 ayat (3) UU No. 15 konsultasi dengan pemerintah, (2) pemantauan

BAB IV
Tahun 2004 dan Pasal 8 UU No. 15 tahun tindak lanjut rekomendasi, dan (3) melakukan
2006 yang menyatakan bahwa laporan hasil pemberdayaan aparat pengawas intern
pemeriksaan BPK disampaikan pula kepada pemerintah (APIP).
Presiden/Gubernur/Bupati/ Walikota sesuai
dengan kewenangannya. Hubungan antara Upaya BPK meningkatkan hubungan
BPK dengan pemerintah juga terjadi dalam dengan Pemerintah juga dilakukan melalui
penyampaian hasil pemeriksaan atas Laporan penandatanganan kerjasama agar tercipta
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan hubungan yang sinergi dan efektif untuk
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, mendukung visi dan misi BPK. Selama
laporan hasil pemeriksan kinerja, laporan masa 2004-2009 BPK telah melaksanakan
hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Kesepakatan Bersama dengan pemerintah.
Ikhtisar Hasil Semester/IHPS dan pemantauan
pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
4.6.3 Penegak Hukum
Perubahan pola hubungan ini merupakan
upaya untuk mencapai sasaran strategis BPK Kerja sama BPK dengan penegak hukum
untuk mendorong terwujudnya tata kelola dilakukan terkait dengan tindaklanjut hasil
yang baik atas pengelolaan dan tanggung pemeriksaan yang mengandung unsur pidana.
jawab keuangan negara. Karena itu, BPK Hal tersebut sesuai dengan Pasal 14 ayat
memandang betapa pentingnya kerja sama (1) UU No 15 Tahun 2004 yang menyatakan
yang konstruktif dengan pemerintah sebagai bahwa apabila dalam pemeriksaan ditemukan
terperiksa. Prinsip utamanya adalah tugas unsur pidana, BPK segera melaporkan hal
BPK tidak hanya memeriksa, tetapi BPK tersebut kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan perundang- 57
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 4. 11 Penyerahan IHPS dan LKPP Masa BPK 2004-2009

58
Tanggal
Nomor Surat Tanggal Surat
No. Uraian Pelaksanaan
Pengantar Pengantar
Penyerahan

HAPSEM/IHPS

1. HAPSEM II TA 2004 16/S/I/03/2005 10 Maret 2005 15 Maret 2005

2. IHPS I TA 2005 146/S/I/09/2005 28 September 2005 29 November 2005

3. IHPS II TA 2005 28/S/I/03/2006 24 Maret 2006 16 Mei 2006

4. IHPS I TA 2006 94a/S/I/09/2006 29 September 2006 3 Oktober 2006

5. IHPS II TA 2006 10/S/I/03/2007 30 Maret 2007 30 Maret 2007

6. IHPS I TA 2007 81/S/I/09/2007 21 September 2007 10 Oktober 2007

7. IHPS II TA 2007 20/S/I/03/2008 25 Maret 2008 10 April 2008


MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

9. IHPS I TA 2008 86/S/I/09/2008 15 September 2008 21 Oktober 2008

10. IHPS II TA 2008 27/S/I/03/2009 16 Maret 2009 21 April 2009

LKPP

1. LKPP Tahun 2004 122/S/I/9/2005 11 September 2005 September 2005

2. LKPP Tahun 2005 63/S/I/XII/07/2006 20 Juli 2006 Oktober 2006

3. LKPP Tahun 2006 52/S/I/XII/05/2007 28 Mei 2007 19 Juni 2007

4. LKPP Tahun 2007 44/S/I/XII/05/2008 30 Mei 2008 3 Juni 2008

5. LKPP Tahun 2008 148/S/I/XV/05/2009 22 Mei 2009 9 Juni 2009

Kesepakatan Bersama dengan pemerintah

NOMOR DAN TANGGAL


NO LEMBAGA TENTANG
KESEPAKATAN BERSAMA
Akses Data Keuangan dalam Rangka Pemeriksaan
1. Departemen Keuangan 5 Maret 2009 Keuangan Negara Melalui Sistem Jaringan
Komunikasi Data

Lembaga Penerbangan dan Pemanfaatan Data dan Teknologi Penginderaan


2.
Antariksa Nasional (LAPAN) 14 Januari 2009 Jauh.

undangan. Selanjutnya Pasal 8 ayat (4) UU beberapa lembaga penegak hukum, yaitu
No. 15 Tahun 2006 menyatakan laporan BPK Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
yang mengandung unsur pidana dijadikan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
dasar penyidikan oleh pejabat penyidik Keuangan (PPATK), Kejaksaan Agung, dan
yang berwenang sesuai dengan peraturan Kepolisian. Bentuk kerjasama tersebut adalah
perundang undangan. Kesepakatan Bersama yang ditanda tangani
oleh pimpinan lembaga masing-masing,
BPK telah melakukan langkah strategis
sebagaimana terlihat pada tabel 4.12.
untuk meningkatkan kerja sama dengan
institusi penegak hukum. Sepanjang tahun
2006 hingga 2008 BPK telah melakukan
berbagai bentuk kerjasama dengan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

4.6.4 Media Massa penting dan menyebarluaskan pesan tersebut


melalui suatu communication mix berupa
BPK selama ini telah membangun
gabungan berbagai saluran komunikasi untuk
hubungan yang harmonis dan saling
efektivitas penyampaian pesan. Misalnya,
mendukung dengan berbagai media massa
dalam rangka penyerahan IHPS, selain
cetak dan elektronik, baik di tingkat nasional
memuat dalam website, BPK menyebarluaskan
dan lokal. Kerjasama yang baik selama
informasi tentang kegiatan penyerahan dan
ini dapat terjalin karena BPK dan media
materi IHPS melalui live report sebelum dan
memiliki kesamaan tujuan untuk mendorong
setelah penyerahan IHPS, press conference,
transparansi dan akuntabilitas keuangan
press release, talkshow, media workshop dan
negara, meskipun tugas dan fungsinya
lain sebagainya. Strategi komunikasi tersebut
berbeda satu sama lain. Sinergi antara BPK
sangat bermanfaat dalam crisis management
dan media terjadi karena pada satu sisi BPK
atas berbagai kasus penting yang dihadapi
memerlukan media untuk mempublikasikan
BPK, seperti pemeriksaan biaya perkara,
hasil pemeriksaan dan kegiatannya, dan
pemeriksaan pajak, dan pemeriksaan atas
pada sisi lain media memerlukan informasi
aliran dana YPPI.
tentang BPK dan hasil kerjanya sebagai materi
pemberitaan. Untuk menjalin dan meningkatkan
hubungan kemitraan dengan media, BPK
Untuk mengelola pesan agar dapat
menyelenggarakan temu muka dengan
disampaikan kepada publik secara cepat, tepat,
wartawan dan pimpinan redaksi melalui
akurat, mudah dipahami dan bermanfaat bagi
media gathering, media visit, press lunch, press
pencitraan positif lembaga, BPK merancang
gathering, editor’s forum dan lain sebagainya.
message house untuk setiap kegiatan BPK yang

Tabel 4.12 Kerjasama antara BPK dengan Lembaga Penegak Hukum

NOMOR DAN TANGGAL

BAB IV
NO LEMBAGA TENTANG Capaian/Lingkup
KESEPAKATAN BERSAMA
- Penyerahan hasil pemeriksaan BPK yang
ďĞƌŝŶĚŝŬĂƐŝ ƟŶĚĂŬ ƉŝĚĂŶĂ ŬĞƉĂĚĂ ŬĞƉŽůŝƐŝĂŶ
ƵŶƚƵŬ ĚŝƟŶĚĂŬůĂŶũƵƟ  ƐĞƐƵĂŝ ŬĞƚĞŶƚƵĂŶ
Tindak Lanjut Penegakan Hukum ƉĞƌĂƚƵƌĂŶƉĞƌƵŶĚĂŶŐͲƵŶĚĂŶŐĂŶ
EŽ͗ϭͬ<ͬ/Ͳy///͘ϮͬϭϭͬϮϬϬϴ
Terhadap Hasil Pemeriksaan - <ĞƌũĂ ƐĂŵĂ ŬĞĚƵĂ ƉŝŚĂŬ ĚĂůĂŵ ƉƌŽƐĞƐ ƟŶĚĂŬ
1. POLRI No.POL.: B/11/XI/2008
Badan Pemeriksa Keuangan RI lanjut penanganan perkara terkait dengan
21 November 2008
yang Berindikasi Tindak Pidana penegakan hukum.
- <ĞƌũĂƐĂŵĂĚŝďŝĚĂŶŐƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶĚĂŶƉĞůĂƟŚĂŶ
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia pada kedua pihak.
EKDKZ͗Ϭϭͬ<ͬ/Ͳ
Kerjasama Dalam Upaya
VIII.3/09/2006 pertukaran informasi, bantuan personil, pendidikan
Pencegahan dan Pemberantasan
EKDKZ͗ϮϮͬ<W<ͲW<ͬ/yͬϮϬϬϲ ĚĂŶƉĞůĂƟŚĂŶ͕ƉĞŶŐŬĂũŝĂŶ͕ĚĂŶŬŽŽƌĚŝŶĂƐŝ
K o m i s i Tindak Pidana Korupsi
25 September 2006
2. Pemberantasan
Korupsi (KPK) EŽŵŽƌ͗^W:ͲϭϬϱͬϭϬͬϬϯͬϮϬϬϵ
EŽŵŽƌ͗ϮͬƐƉĞƌũͬyͲyŝŝŝ͘ϮͬϯͬϮϬϬϵ Pengelolaan Data Wajib LHKPN
9 Maret 2009

EKDKZ͗Ϭϭͬ<ͬ/Ͳ - ƉĞŶLJĞƌĂŚĂŶ ŚĂƐŝů ƉĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶ W<͕ ƟŶĚĂŬ


VIII.3/07/2007 Tindak Lanjut Penegakan Hukum lanjut penegakan hukum atas penyerahan hasil
Kejaksaan EKDKZ͗<WͲϬϳϭͬͬ Terhadap Hasil Pemeriksaan BPK pemeriksaan BPK,
3.
Agung JA/07/2007 Yang Diduga Mengandung Unsur - kegiatan koordinasi dalam pelaksanaan tugas
25 Juli 2007 Tindak Pidana penegakan hukum,
- ŬĞƌũĂƐĂŵĂƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶĚĂŶƉĞůĂƟŚĂŶ͘

- tukar menukar informasi yang terkait dengan


EŽŵŽƌ͗ϬϮͬ<ͬ/Ͳs///͘ϯͬϬϵͬϮϬϬϲ
ƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶ ƚƵŐĂƐ ĚĂŶ ŬĞǁĞŶĂŶŐĂŶ ŵĂƐŝŶŐͲ
EŽŵŽƌ͗E<Ͳϭͬϭ͘ϬϮͬ Pencegahan Dan Pemberantasan
4. PPATK masing instansi
PPATK/09/06 Tindak Pidana Pencucian Uang
- pemberian bantuan untuk mendukung
25 September 2006
ƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶƚƵŐĂƐŵĂƐŝŶŐͲŵĂƐŝŶŐ
59
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Dengan hubungan baik dan ketersediaan BPK telah membangun hubungan yang
database media, BPK pun telah mudah harmonis dan saling mendukung dengan
60
PHODNXNDQNRPXQLNDVLNRUHNVLGDQNODULÀNDVL berbagai kelompok dan komunitas dalam
atas pemberitaan yang kurang tepat atau masyarakat, sehingga masyarakat dapat
negatif mengenai BPK. turut mendukung tugas BPK. Sebagai
contoh, BPK membuka komunikasi dengan
Untuk mendorong para insan pers
masyarakat luas melalui pembuatan website
ataupun masyarakat umum mengenal lebih
yang lebih interaktif. Setiap orang dapat
dalam tentang BPK dan turut berpartisipasi
mengakses hasil pemeriksaan , pemantauan
dalam mendorong transparansi dan
tindak lanjut hasil pemeriksaan serta
akuntabilitas keuangan negara melalui karya
berbagai kegiatan dan produk BPK melalui
jurnalistik, BPK telah menyelenggarakan
website. Dengan demikian masyarakat
acara pemberian penghargaan bagi media,
luas dapat dengan mudah mengetahui
para jurnalis atau penulis, atas pemberitaan
bagaimana institusi publik mengelola uang
softnews dan feature, serta editorial/tajuk
negara atau mengetahui kinerja berbagai
yang menyajikan informasi tentang BPK
lembaga dalam mengelola keuangan negara.
dan pemeriksaannya dalam mendorong
Website ini telah dirancang ulang agar lebih
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

komunikatif dan memungkinkan masyarakat


keuangan negara.
menyampaikan pengaduan dan melihat kinerja
Pada tahun terakhir masa jabatan Kantor Perwakilan. Menyusul peluncuran
Badan 2004 – 2009, BPK melakukan program website BPK pada bulan Januari 2009,
diseminasi IHPS melalui acara “BPK Review” BPK meluncurkan website seluruh kantor
selama tiga bulan berturut-turut di Metro perwakilan.
TV dan Radio KBR 68H berama konsultan
Bentuk lain dari pola hubungan
komunikasi sebagai bagian dari Program
BPK dengan masyarakat adalah dengan
Public Awareness BPK. Respon masyarakat
kegiatan kunjungan mahasiswa dan pelajar,
atas acara ini sangat positif karena merupakan
diseminasi/sosialisasi dan pameran tentang
salah satu acara yang ditunggu oleh para
BPK, penanganan pengaduan masyarakat, dan
pemangku kepentingan. Hal ini terbukti dari
penerbitkan media komunikasi BPK berupa
perolehan rating yang cukup tinggi. Acara
buku ke-BPK-an, Majalah Pemeriksa, Majalah
BPK Review menempati ranking kedua dari
The Audit Forum, Exhibisi ke-BPK-an.
sekian banyak acara dialog yang ditayangkan
di Metro TV. Demikian pula, acara di Radio
KBR68H mendapatkan respon yang bagus
4.6.6 Lembaga Internasional
dengan banyaknya respon pendengar pada
setiap acara talkshow. Upaya BPK untuk mewujudkan cita-
cita reformasi sistem sosial tidak hanya
BPK berharap dengan semakin
dilakukan dengan pembenahan ke dalam,
melembaganya kegiatan terkait dengan media
tapi juga dengan meningkatkan pergaulan
massa, para pemangku kepentingan semakin
BPK di lingkungan global melalui INTOSAI
memahami tugas dan peran BPK dalam
(International Organization of Supreme Audit
mendorong transparansi dan akuntabilitas
Institutions) dan regional melalui ASOSAI
keuangan negara.
(Asian Organisation of Supreme Audit
Institutions). Selain itu, BPK meningkatkan
hubungan dan kerjasama bilateral dengan
4.6.5 Masyarakat Umum
BPK Negara lain dan lembaga donor.
Partisipasi masyarakat merupakan Keterlibatan dalam pergaulan internasional
salah satu elemen penting dalam tata kelola ini merupakan aksi nyata BPK dalam
pemerintahan yang baik. Secara berkelanjutan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

mewujudkan amanat konstitusi dan sekaligus Negara donor dan sudah berkoordinasi serta
bagi kepentingan nasional. memberikan nasehat kepada BPK pada April
2006 di Jakarta dan Agustus 2009 di Aceh dan
Jakarta. Peristiwa ini menjadi momentum
* INTOSAI yang sangat penting, karena menimbulkan
Kiprah dalam kegiatan INTOSAI solidaritas antar BPK seluruh dunia dan
diwujudkan melalui kegiatan pemeriksaan, mendorong semakin intensnya bentuk-bentuk
pilot roject, penyusunan pedoman dan buku, kerjasama antar BPK di dunia internasional.
program pembangunan kapasitas (capacity Konferensi internasional tersebut
building), serta pertukaran pengetahuan dan sekaligus mendorong INTOSAI untuk
pengalaman sesuai dengan motto INTOSAI, membentuk Task Force on Audit and
yaitu 0XWXDO([SHULHQFH%HQHÀWV$OO. Selain Accountability of Disaster-related Aid tahun
memberikan kontribusi kepada komunitas 2006, yang diketuai oleh Ketua BPK Negeri
INTOSAI, kegiatan capacity building serta Belanda dengan dua orang wakilnya yakni
keikutsertaan tenaga auditornya bagi Ketua BPK Indonesia dan Korea Selatan.
peningkatan transparansi dan akuntabilitas Berbeda dengan negara lain, seperti Sri
di dunia internasional, berbagai pengalaman Lanka dan Kashmir, Indonesia menggunakan
yang diperoleh dalam forum antarbangsa ini bencana alam tersebut sekaligus untuk
dimanfaatkan oleh BPK untuk meningkatkan memulihkan perdamaian dengan GAM
kinerja organisasi dan kualitas SDM, terutama berdasarkan perjanjian Helsinki pada Agustus
dalam melakukan pemeriksaan sektor publik tahun 2005.
dan membawa BPK menuju independensi dan
Berikut ini beberapa catatan penting
kemandiriannya. Salah satu contoh peran
kegiatan BPK dalam pergaulan internasional
penting BPK dalam dunia internasional
di lingkungan INTOSAI selama lima tahun
adalah setelah terjadinya gempa tektonik yang
terakhir:
diikuti oleh gelombang Tsunami yang melanda

BAB IV
Provinsi NAD dan Sumut pada tanggal 1. Ketua BPK dan Anggota II menghadiri
26 Desember 2004. Untuk meningkatkan the XIX INCOSAI (International Congress
kepercayaan masyarakat dalam dan luar of Supreme Audit Institutions), yaitu
negeri akan penyaluran bantuannya pada pertemuan BPK sedunia pada November
korban bencana alam di NAD dan Sumut yang 2007 di Mexico. Pertemuan selanjutnya, the
begitu besar, BPK telah melakukan audit atas XX INCOSAI, akan dilaksanakan November
bantuan tersebut. Dengan bantuan ADB (Asian 2010 di Afrika Selatan. Berbagai komitmen
Development Bank), BPK menyelenggarakan dan hasil kerja BPK dalam organ INTOSAI,
konferensi internasional tentang Promoting antara lain Pedoman Pemeriksaan
Financial Accountability in Managing Funds Lingkungan dan Pedoman Pemeriksaan
5HODWHGWR7VXQDPL&RQÁLFWDQG2WKHU Bencana, akan dilaporkan dalam pertemuan
Disasters di Jakarta pada tanggal 25-27 April tersebut melalui masing-masing ketua organ
2005. Konferensi itu dihadiri oleh 142 delegasi INTOSAI untuk mendapatkan persetujuan
dari enam negara yang mengalami bencana, dari peserta kongres. Selain itu, Ketua BPK
14 negara donor dan perwakilan 16 lembaga juga menghadiri dan menjadi pembicara
internasional. Konferensi itu antara lain dalam Symposium INTOSAI dan UN
menghasilkan kesepakatan untuk membantu yang diselenggarakan setiap dua tahun di
BPK melakukan pemeriksaan, baik berupa Austria, Wina.
pemberian bantuan teknis maupun kerjasama
2. BPK berpartisipasi secara aktif dalam
melakukan pemeriksaan. Bantuan teknis
kegiatan organ INTOSAI, yaitu: (1)
diberikan melalui Dewan Penasehat BPK (BPK
Professional Standard Committee-Financial
Advisory Board) yang beranggota dari 12 BPK 61
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Audit Guideliness Subcommittee, (2) Working dua masa 1998-1991 dan 1997-2000. Sejak
Group on Environmental Audit (WGEA), (3) 2000, BPK mengundurkan diri sebagai anggota
62
Working Group on Accountability for and Governing Board untuk lebih berkonsentrasi
Audit of Disaster-related Aid (WG-AADA), melakukan pembenahan ke dalam seiring
(4) Working Group on Fight Against Money dengan reformasi bidang keuangan negara
Laundering and Corruption (WG-FAIMLAC), yang sedang berlangsung. Sebagai anggota
(5) Working Group on Key National biasa, BPK tetap berkomitmen dan aktif
Indicators (WG-KNI), (6) Task Force on memberikan kontribusinya dalam berbagai
Global Financial Crisis, (7) IDI-ASOSAI kegiatan ASOSAI, antara lain: (1) menjadi
Quality Assurance Program, (8) IDI-ASOSAI ASOSAI Audit Committee 2003-2006; (2)
E-Blended Training Program, dan (9) IDI menjadi tuan rumah, instruktur dan peserta
Transregional Capacity Building on Audit dalam kegiatan the ASOSAI Design Meeting
of Public Debt. Capaian dan komitmen BPK on Audit of Privatization (Jakarta, 2005), the
dalam organ INTOSAI, yaitu Committee, ASOSAI Workshop on Audit of Procurement
Working Group, Task Force dan INTOSAI (Pusdiklat, 2006), the ASOSAI-IDI Instructor’s
Development Initiative (IDI) tersebut Design Meeting on Financial Audit in an
secara lebih terperinci dapat dilihat dalam IT Environment (Pusdiklat, 2007), the IDI-
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

Lampiran 4.7 ASOSAI Quality Assurance Program Review


Meeting (Jakarta, 2008), (3)Mengirimkan dua
3. BPK ikut berkompetisi untuk menjadi
training specialists dalam berbagai Design
external auditor organisasi internasional,
and Development Meeting, Course Delivery,
yaitu International Labour Organization
dan Capacity Building Needs Assessment serta
(ILO, 2006), World Health Organization
mengirimkan peserta pada berbagai kegiatan
(WHO, 2007), dan Comprehensive Nuclear
training ASOSAI.
Test Ban Treaty Organization (CTBTO,
2008). Saat ini BPK melanjutkan program Saat ini BPK memiliki tambahan empat
pengembangan kapasitas sebagai persiapan orang Training Specialist baru pada tahun
untuk menjadi external auditor organisasi 2009 sehingga saat ini memiliki enam orang
internasional pada tahun 2012. IDI-ASOSAI Training Specialists.

4. Atas usulan BPK, Pemerintah Indonesia Pada 10-15 Oktober 2009, Anggota VI
menganugerahkan Bintang Tanda Jasa BPK menghadiri the 11th ASOSAI Assembly
Utama kepada Mr. David Walker (mantan and Symposium di Islamabad, Pakistan. Pada
Auditor General US-GAO), Mrs. Saskia J. kesempatan tersebut, BPK telah terpilih
Stuiveling (President Netherlands Court menjadi anggota Governing Board ASOSAI
of Audit), dan Mr. Ian McPhee (Auditor periode 2009-2012.
*HQHUDO$XVWUDOLDQ1DWLRQDO$XGLW2IÀFH 
berkat jasa-jasanya dalam meningkatkan
kerjasama antar Negara, khususnya • Kerjasama dengan Supreme Audit
dalam pemeriksaan dana bantuan bencana Institutions (SAI) Lain
tsunami di Aceh dan Nias serta peningkatan Kerjasama bilateral BPK dan SAI
kapasitas pemeriksaan BPK. negara lain dengan penandatanganan
Memorandum of Understanding (MOU)
bertujuan untuk menguatkan, meningkatkan
* ASOSAI
dan mengembangkan kerangka kerjasama dan
BPK adalah salah satu charter member HÀVLHQVLKXEXQJDQWLPEDOEDOLNDQWDUD%3.
dan merupakan pendiri ASOSAI pada the 1st dan SAI’s negara lain di bidang pemeriksaan
ASOSAI Assembly 1979 di India. BPK pernah sektor publik. Pada prinsipnya MOU tersebut
menjadi Ketua Governing Board ASOSAI pada bersifat umum dan perlu dijabarkan oleh
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

masing-masing counterpart kedalam rencana BPK telah mendapatkan pinjaman dan


aksi sebagai pedoman implementasi kerjasama hibah dari lembaga donor seperti ADB, Bank
berdasarkan area dan kesamaan masalah- Dunia, AusAID dan USAID. Lampiran 4.9
PDVDODKVSHVLÀN\DQJGLVHSDNDWLEHUVDPD menjelaskan kerjasama BPK dengan Lembaga
dalam rangka peningkatan kapasitas kedua Donor secara lebih terperinci.
SAI’s dan bermanfaat bagi kedua negara
tersebut.

Dalam lima tahun terakhir ini BPK


telah melakukan kerjasama bilateral Selain membina hubungan dengan
melalui penandatanganan Memorandum pemangku kepentingan sebagai dijelaskan
of Understanding (MOU) dengan BPK dari di atas, selama masa 2004-2009 BPK telah
negara Aljazair, Australia, Brunei, Ceko, meningkatkan hubungan dengan Kantor
China, Iran, Malaysia, Maroko, Norwegia, Akuntan Publik (KAP) dan Asosiasi Profesional
Perancis, Polandia, Rusia, Swedia, Tunisia, seperti Ikatan Akuntan Publik Indonesia
dan Thailand. Lampiran 4.8 memuat dan Institut Akuntan Publik Indonesia, serta
penjelasan secara lebih rinci mengenai area dengan lembaga pendidikan atau perguruan
dan bentuk kerjasama bilateral beserta tinggi antara lain Universitas Indonesia,
capaian selama ini. Universitas Gajah Mada, Universitas
Brawijaya, Universitas Padjajaran, Institut
Sesuai urgensi dan kebutuhan yang
Teknologi Bandung dan sebagainya.
saling menguntungkan, BPK juga menjalin
hubungan baik dan kerjasama yang Peningkatan hubungan dengan KAP
bermanfaat dengan BPK negara lain di luar adalah dalam rangka penggunaan pemeriksa
MOU, antara lain: (1)2IÀFHRIWKH$XGLWRU dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang
General of New Zealand dalam penyusunan bekerja untuk dan atas nama BPK sesuai pasal
SPKN dan program secondment; (2) Algemene 9 UU No. 15 Tahun 2004 dan pasal 9 UU No.

BAB IV
Rekenkamer (ARK) dalam penyusunan 15 Tahun 2006 maupun penggunaannya untuk
SPKN, konsultan organisasi dan peer review melakukan pemeriksaan keuangan negara
pada tahun 2009, (3). SAI Denmark dalam lainnya untuk dan atas nama BPK. Untuk itu,
penyusunan kode etik BPK dan (4) United BPK telah mengeluarkan Keputusan BPK
6WDWH*RYHUQPHQW$FFRXQWDELOLW\2IÀFH 86 No 10/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Persyaratan
GAO) dalam penyusunan SPKN, International Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
Fellowship Program bagi pejabat BPK, serta yang melakukan pemeriksaan keuangan
masukan untuk konferensi internasional dana Negara. Sejalan dengan hal tersebut, BPK
bantuan bencana. Sebaliknya, BPK juga telah telah melakukan sosialisasi peraturan
memberikan bantuan kepada US GAO dalam tersebut, mengadakan pelatihan bagi
pengujian prosedur pengiriman barang-barang pemeriksa KAP, serta mengelola pendaftaran
strategis ke luar negeri. dan database KAP terdaftar di BPK untuk
melakukan pemeriksaan keuangan negara.
Sampai dengan Agustus 2009, jumlah KAP
• Kerjasama dengan Lembaga Donor yang terdaftar di BPK adalah sebanyak
109 KAP dengan 340 auditor dan telah
Selain meningkatkan hubungan dan
dipublikasikan dalam website BPK.
kerjasama dengan BPK negara lain, BPK juga
meningkatkan kerjasama dengan lembaga Selain penggunaan akuntan publik dan
donor dalam rangka peningkatan kapasitas di KAP untuk melakukan pemeriksaan keuangan
bidang reformasi kelembagaan, pemeriksaan negara, BPK juga berkewajiban melakukan
bencana, pemeriksaan investigatif, dan evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan
sebagainya. Selama lima tahun terakhir akuntan publik atas Laporan Keuangan (LK) 63
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

BUMN, BUMD, dan BLU sesuai dengan yang berkemampuan untuk memajukan
ketentuan peraturan perundang-undangan. dirinya dalam beradaptasi dengan
64
Untuk itu, BPK telah menerbitkan Keputusan perkembangan jaman, BPK telah memperkuat
BPK No 11/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Petunjuk fungsi satker penelitian dan pengembangan
Teknis Evaluasi terhadap pelaksanaan (litbang) untuk mencakup ketiga jenis
pemeriksaan Akuntan Publik (AP) atas pemeriksaan: keuangan, kinerja dan dengan
laporan keuangan. Pada tahun 2007, 2008, tujuan tertentu. Fungsi litbang tersebut secara
dan sampai dengan September 2009, BPK terus menerus memperbarui metodologi dan
telah mengevaluasi pelaksanaan pemeriksaan instrumen pemeriksaan, merancang perubahan
akuntan publik masing-masing 10 AP atas LK kelembagaan, dan melakukan kajian stratejik
BUMN Tahun Buku (TB) 2006, 11 AP atas LK yang ditugaskan oleh Badan. Dalam konteks
BUMN dan BLU TB 2007, dan 15 AP atas LK reformasi birokrasi, produk kelitbangan
BUMN TB 2008 dengan hasil sebagai berikut: tersebut diharapkan dapat menjadi better
practice guide bagi para penyelenggara negara
1. Untuk pemeriksaan atas LK TB 2006, enam
dalam meningkatkan pelayanan kepada
AP dinyatakan belum sepenuhnya sesuai
publik. Selama masa lima tahun ini, BPK
dengan Standar Audit Pemerintahan (SAP)
telah menyelesaikan struktur kerangka
dan empat AP tidak sesuai dengan SAP;
MEMBANGUN LEMBAGA MENUJU PELOPOR KETELADANAN

perangkat lunak pemeriksaan BPK dan


2. Untuk pemeriksaan atas LK TB 2007, tiga menetapkan berbagai perangkat lunak berupa
AP dinyatakan sesuai dengan Standar pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), petunjuk teknis sebagaimana telah dijelaskan
lima AP belum sepenuhnya sesuai dengan dalam bagian 4.4. Standar dan Metodologi.
SPKN, dan tiga AP tidak sesuai dengan
Kedepannya BPK perlu mengantisipasi
SPAP; dan
dan melakukan penyempurnaan berkelanjutan
3. Untuk pemeriksaan atas LK TB 2008, terhadap juklak yang sudah ada, khususnya
evaluasi masih dalam proses. juklak serta juknis pemeriksaan keuangan
BPK telah menyampaikan laporan hasil karena adanya perubahan peraturan standar
evaluasi tersebut kepada Lembaga Perwakilan akuntansi pemerintah yang berbasis kas
dan Pemerintah dalam hal ini Menteri menuju standar akuntansi pemerintah
Keuangan dan Menteri Negara BUMN. berbasis akrual.

Disamping penyempurnaan
berkelanjutan terkait litbang pemeriksaan,
4.7 Penyempurnaan BPK menaruh perhatian pada penyempurnaan
Berkelanjutan berkelanjutan terkait litbang non pemeriksaan.
BPK perlu secara terus menerus Dalam hal ini, BPK masih dalam proses
meningkatkan dan melakukan penyempurnaan penyelesaian standard operating procedures
berkelanjutan terhadap seluruh elemen (SOP) untuk seluruh satuan kerja di BPK.
Rancang Bangun BPK yang sekaligus Sebagaimana halnya dengan institusi-institusi
merupakan unsur Sistem Pengendalian modern di dunia lainnya, seperti misalnya
Mutu untuk mengantisipasi dan menjawab GAO atau World Bank, peranan SOP semacam
perubahan maupun perkembangan lingkungan itu sangatlah penting untuk menyeragamkan
yang terjadi. Penyempurnaan berkelanjutan pelaksanaan tugas yang selanjutnya akan
mencakup penelitian dan pengembangan, bermanfaat bagi peningkatan mutu baik di
pengembangan organisasi, dan manajemen satuan kerja pemeriksaan maupun satuan
perubahan. kerja penunjang pemeriksaan. Hal ini sesuai
Untuk merubah BPK agar menjadi dengan apa yang disarankan oleh ARK
organisasi pembelajar (learning organization) Belanda di dalam laporan hasil peer review
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

mereka atas BPK. Kinerja pemeriksaan menekankan


pada sejauh mana BPK telah merencanakan,
Hasil kajian kelitbangan diharapkan
melaksanakan, melaporkan hasil, memantau
dapat digunakan untuk mengantisipasi
tindak lanjut, dan evaluasi terhadap masing-
kemungkinan pengembangan organisasi
masing pemeriksaan secara individu sesuai
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
dengan peraturan perundang-undangan,
perubahan yang terjadi di lingkungan
SPKN, Kode Etik dan pedoman pemeriksaan
internal dan eksternal BPK. Dalam kaitannya
yang ditetapkan.
dengan pengembangan organisasi, BPK telah
menyempurnakan SK atas Organisasi dan Capaian BPK sebagaimana diuraikan
Tatalaksana dengan SK no 34/K/I-VIII.3/6/2007 dalam bagian 4.1 sampai 4.7 telah memberikan
dan SK Organisasi Tata Laksana Pelaksana infrastruktur yang kuat sekaligus alat ukur
Badan dengan SK 39/ K/I-VIII.3/7/2007. yang memadai bagi BPK untuk meningkatkan
dan sekaligus menilai sampai sejauh mana
Tujuan pengembangan organisasi
kinerja dari setiap pemeriksaan – baik
akan tercapai jika BPK mampu mengelola
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja
perubahan yang terjadi dari kondisi sebelum
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
pengembangan organisasi kepada kondisi
– yang telah dilakukan oleh BPK.
yang diharapkan dari adanya pengembangan
organisasi. Selama kurun waktu 2004-2009, Hasil review secara uji petik oleh
BPK mengalami reformasi kelembagaan ARK Belanda pada tahun 2009 terhadap 14
yang sangat mendasar sebagai implikasi pemeriksaan BPK tahun 2007-2008, yang
dari diterbitkannya UU No. 15 Tahun 2004 meliputi delapan pemeriksaan keuangan, tiga
dan UU No. 15 Tahun 2006. Selama masa pemeriksaan kinerja dan tiga pemeriksaan
LWXSXOD%3.WHODKPHQJLGHQWLÀNDVLNDQ dengan tujuan tertentu, secara umum
perubahan-perubahan yang diperlukan menyimpulkan bahwa kinerja pemeriksaan
dan mengelola perubahan secara optimal BPK sudah memadai, positif dan sesuai dengan

BAB IV
dengan cara membangun kesembilan elemen SPKN, Juklak dan Juknis Pemeriksaan serta
Rancang Bangun BPK secara bertahap. sesuai dengan standar internasional dari
Kedepannya, BPK perlu meningkatkan IFAC, INTOSAI dan ASOSAI. ****
manajemen perubahan secara komprehensif
dan terintegrasi. Hal ini diperlukan untuk
menuntaskan reformasi kelembagaan sesuai
amanat UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15
Tahun 2006 dalam mewujudkan BPK sebagai
lembaga yang bebas, mandiri dan professional.

4.8. Kinerja Pemeriksaan


Tugas pokok BPK adalah memeriksa
pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara dan menyerahkan hasil
pemeriksaannya kepada lembaga perwakilan
untuk melakukan fungsi pengawasan dan
bujet. Oleh karena itu, kinerja dari setiap
pemeriksaan yang dilakukan BPK merupakan
unsur penting dalam rangka meningkatkan
kepercayaan pemangku kepentingan terhadap
nilai tambah dari keberadaan BPK. 65
Situs www.bpk.go.id sebagai salah satu media informasi mengenai BPK RI.
BAB V
MENDORONG TRANSPARANSI
DAN AKUNTABILITAS
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

5
68

FG

S
alah satu penyebab terpuruknya keuangan negara. Tugas yang diamanatkan
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Indonesia ke dalam krisis konstitusi dapat dilaksanakan dengan sebaik-


ekonomi Tahun 1997-1998 dan baiknya. Berbagai pemeriksaan dilakukan
munculnya penyakit kronis korupsi, kolusi, dan menjangkau hampir semua entitas yang
dan nepotisme (KKN) yang telah memporak- mengelola keuangan negara. Hasil-hasil
porandakan sistem sosial kita adalah akibat pemeriksaan BPK mulai banyak mendapat
kurangnya transparansi dan akuntabilitas perhatian publik dan dirasakan manfaatnya
keuangan negara. Salah satu solusi atas untuk perbaikan pengelolaan keuangan
permasalahan krisis keuangan global yang negara. Selain di bidang pemeriksaan, upaya
menerpa negara kita pada tahun 2008 adalah BPK dalam mendorong transparansi dan
PHODOXLNHELMDNDQÀVNDO\DQJWUDQVSDUDQVLGDQ akuntabilitas keuangan negara dilakukan
akuntabel. melalui pemantauan tindak lanjut dan
BPK menilai pelaksanaan transparansi pemberian pendapat.
dan akuntabilitas keuangan negara
sampai saat ini masih jauh dari harapan.
Kelemahan sistem akuntansi dan sistem 5.1 Strategi Pemeriksaan BPK
hukum sebagaimana terungkap dari berbagai Sebagaimana diketahui, jumlah obyek
pemeriksaan BPK telah membuat Indonesia yang harus diperiksa BPK sangat banyak. Di
menjadi salah satu negara terkorup di dunia. sisi lain, BPK memiliki keterbatasan sumber
Akibat ulah kita sendiri, kehidupan rakyat daya yang dimiliki seperti SDM dan anggaran.
menjadi sengsara dan Indonesia dianggap Oleh karena itu untuk dapat mencapai hasil
sebagai the sick man of Asia. Oleh karena itu, pemeriksaan yang optimal, BPK membutuhkan
upaya untuk mewujudkan transparansi dan suatu strategi pemeriksaan yang terstruktur.
akuntabilitas keuangan negara merupakan yaitu dengan melakukan penentuan prioritas
harga yang tidak bisa ditawar bila tidak ingin pemeriksaan.
jatuh dalam krisis seperti Tahun 1997-1998.
Secara garis besar prioritas pemeriksaan
Didukung dengan landasan hukum BPK diarahkan terhadap obyek-obyek sebagai
yang kokoh, sepanjang tahun 2004-2009 berikut: Pertama, pemeriksaan atas laporan
BPK telah menunjukkan kinerja yang keuangan yang harus dilakukan setiap tahun.
menggembirakan dalam upaya mendorong Kedua, pemeriksaan pada sisi penerimaan
terciptanya transparansi dan akuntabilitas dan pengeluaran negara, baik ditingkat
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.1: Jumlah Obyek, Nilai Cakupan dan Temuan Pemeriksaan Tahun 2004-2009

Jumlah Temuan
Cakupan
Tahun Obyek Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan
Anggaran (triliun
Keuangan Kinerja PDTT Total (triliun rupiah)
rupiah)
2004 534 16 261 811 1.362,49 75,03
2005 355 41 520 916 1.442,60 67,85
2006 496 45 653 1.194 2.240,38 206,29
2007 568 25 1.000 1.593 2.767,92 242,52
2008 564 61 533 1.158 547,56 77,40**
2009* 382 6 103 491 2.568,33 33,56**
Jumlah 2.899 194 3.070 6.163 10.929,28 702,65
Sumber: IHPS 2004-2009
* s.d Semester I Tahun 2009
** berdasarkan sidang badan, nilai temuan sistem pengendalin intern (SPI) dan administrasi tidak dimunculkan

pusat maupun daerah. Pemeriksaan bidang dengan tetap memberi perhatian pada audit
penerimaan negara antara lain pemeriksaan penerimaan negara, pengelolaan hutan,
sektor pajak, penerimaan negara bukan penyelenggaraan pemilu 2009, dan operasional
pajak (PNBP), privatisasi BUMN, penjualan BPD.
aset negara/daerah, serta divestasi aset
Dengan memperhatikan permasalahan
Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Pada sisi
lingkungan, termasuk perubahan iklim,
pengeluaran, pemeriksaan diprioritaskan
yang menjadi perhatian nasional dan global,
pada obyek-obyek yang membebani keuangan
BPK memandang penting untuk melakukan
negara seperti subsidi. Prioritas ketiga
tiga
pemeriksaan berspektif lingkungan dan
adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran
pembangunan berkelanjutan. Pemeriksaan ini
negara yang rawan KKN misalnya, dalam
dapat berupa pemeriksaan keuangan, kinerja
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
dan dengan tujuan tertentu. Sampai saat ini,
Adapun prioritas keempat BPK adalah
BPK telah melakukan pemeriksaan kinerja
pemeriksaan sektor-sektor yang strategis bagi
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
perekonomian dan menyangkut hajat hidup

BAB V
orang banyak. Adapun audit rekonstruksi
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
5.2 Hasil Pemeriksaan
Nias yang mengalami musibah tsunami pada
Desember 2004 dikategorikan dalam prioritas Sesuai ketentuan Undang-Undang
karena kekhususannya. Hal ini karena Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
obyek yang diperiksa adalah penggunaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
bantuan internasional yang begitu besar dan Negara terdapat tiga jenis pemeriksaan yaitu
dikucurkan pada masa darurat maupun saat pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
pembangunan kembali daerah tersebut. dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Sebelum ada ketentuan tersebut BPK hanya
Untuk tahun 2009, prioritas
mengenal dua jenis pemeriksaan yaitu
pemeriksaan BPK meliputi pemeriksaan
pemeriksaan keuangan dan hal yang berkaitan
Program Jamkesmas, Wajar Diknas 9 Tahun,
dengan keuangan.
Pembangunan Jalan dan Jembatan serta
Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Tabel 5.1 menggambarkan bahwa sejak
Tahun 2004 s.d 2007, baik jumlah obyek, nilai 69
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

70
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Penyerahan IHPS dari Keua BPK RI kepada Ketua DPR

cakupan maupun nilai temuan pemeriksaan disebabkan prioritas pemeriksaan BPK Tahun
BPK terus meningkat. Hal tersebut seiring 2004–2009 adalah pemeriksaan keuangan.
dengan peningkatan jumlah entitas BPK telah melakukan berbagai persiapan baik
pemeriksaan yang salah satunya disebabkan SDM maupun perangkat pendukung lainnya
kebijakan pemekaran daerah. Selama Tahun untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan
2004-2009, BPK telah menghasilkan 2.899 kinerja pada masa yang akan datang.
laporan hasil pemeriksaan keuangan, 194
laporan hasil pemeriksaan kinerja, dan 3.070
laporan hasil PDTT dengan total temuan 5.2.1 Pemeriksaan Keuangan
pemeriksaan senilai Rp702,65 triliun. Pemeriksaan keuangan adalah
Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan.
dari Tahun 2007 s.d 2008 jumlah obyek Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai
pemeriksaan BPK mengalami penurunan,, kewajaran penyajian atas laporan keuangan
namun hal tersebut tidak berarti telah dengan menggunakan empat kriteria, yaitu:
terjadi penurunan kinerja pemeriksaan. kesesuaian dengan standar akuntansi
Berdasarkan hasil Sidang Badan 11 Pebruari pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan,
2009, diputuskan bahwa nilai temuan SPI kepatuhan terhadap ketentuan perundang-
dan administrasi tidak dimunculkan untuk undangan dan efektivitas sistem pengendalian
menghindari persepsi publik bahwa semua internal. Pemeriksaan atas laporan
temuan pemeriksaan itu merugikan negara. keuangan dilakukan atas laporan keuangan
Perlu diketahui bahwa secara
ecara rata-rata pemerintahan pusat (LKPP), laporan keuangan
besarnya nilai temuan SPI dan administrasi kementerian/lembaga (LKKL), laporan
adalah 70% dari total temuan. keuangan pemerintah daerah (LKPD) dan
laporan keuangan badan lainnya.
Jumlah pemeriksaan kinerja lebih
sedikit dibanding pemeriksaan lainnya. Hal ini
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.2 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan 2004-2009

No. ŶƟƚĂƐ 2004 2005 2006 2007 2008 2009*


1 Pemerintah Pusat 5 2 67 87 90 88
2 Pemerintah Daerah 210 289 373 459 470 294
3 BUMN 313 31 31 15 2 0
4 BUMD 6 33 25 7 2 0
Jumlah 534 355 496 568 564 382
Sumber: buku IHPS Tahun 2004-2009
*S.d. Semester I Tahun 2009

Pemeriksaan atas laporan keuangan disclaimer. Kondisi ini mencerminkan masih


baru dilakukan BPK sejak adanya kewajiban rendahnya transparansi dan akuntabilitas
pemerintah/badan lainnya untuk menyusun pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
laporan keuangan sebagaimana tertuang pada negara. Beberapa permasalahan penting pada
UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan pemerintah pusat yang menjadikan BPK
Negara dan UU No 1 Tahun 2004 tentang memberikan opini tidak memberikan pendapat
Perbendaharaan Negara, kecuali untuk (disclaimer) atas LKPP selama Tahun 2004-
laporan keuangan Bank Indonesia yang 2008 antara lain sebagai berikut:
diperiksa sejak laporan keuangan Tahun 1999.
a. Adanya pembatasan lingkup pemeriksaan
Sebelumnya, BPK melakukan pemeriksaan
penerimaan dan piutang pajak oleh
atas Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dan
pemerintah. Selain itu, penerimaan
Perhitungan Anggaran Daerah (PAD) serta
perpajakan belum dapat diyakini
laporan keuangan badan lainnya.
kewajarannya karena masih terdapat
Hasil pemeriksaan menunjukkan kelemahan dalam pencatatan transaksi pada
bahwa pengelolaan keuangan negara oleh aplikasi modul penerimaan negara (MPN).
pemerintah pada Tahun 2004-2007 masih Hasil rekonsiliasi antara data penerimaan
menunjukkan banyak kelemahan. Tanda- menurut MPN dan data penerimaan
tanda perbaikan baru terlihat dalam satu menurut sistem akuntansi umum (SAU)
tahun terakhir. Akibat kelambanan perbaikan menunjukkan adanya perbedaan data
sistem keuangan negara, selama Tahun penerimaan yang dihasilkan kedua sistem
2006–2008 opini BPK terhadap LKPP, tersebut.
sebagian LKKL, maupun sebagian LKPD

BAB V
b. Masih terdapat perbedaan pencatatan
adalah tidak menyatakan pendapat (TMP/
realisasi APBN menurut kementerian/
disclaimer). Bahkan,, dari 293 pemda yang
lembaga dengan pencatatan penerimaan
diperiksa s.d Semester I Tahun 2009 masih
dan pengeluaran anggaran yang dilakukan
terdapat 21 entitas yang memperoleh opini
oleh bendahara umum negara (BUN) yang
tidak wajar pada Tahun 2008. Untuk melihat
menimbulkan pos suspen dalam laporan
perkembangan jumlah LHP keuangan pada
realisasi anggaran (LRA).
setiap lini pemerintahan dapat dilihat pada
Tabel 5.2. c. Perbedaan sisa anggaran lebih (SAL) antara
VDOGREXNXGHQJDQÀVLNNDV\DQJWHUMDGL
sejak Tahun 2004 senilai Rp5,42 triliun
5.2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat belum dapat ditelusuri oleh pemerintah.
(LKPP)
d. Dalam kurun waktu Tahun 2004-2007,
Sejak pemerintah menyusun LKPP BPK menemukan 4.543 rekening yang
pada Tahun 2004, BPK selalu memberi opini 71
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

tidak tercatat dalam laporan keuangan. penerimaan perpajakan;


Pada Tahun 2008, berdasarkan Laporan c. Mulai membuka lingkup pemeriksaan
72
Penertiban Rekening Pemerintah pada penerimaan dan piutang pajak;
kementerian/lembaga masih terdapat
d. Mengungkapkan secara memadai belanja di
rekening yang harus dibekukan dan
luar mekanisme APBN yang berasal dari
rekening yang akan diinvestigasi.
rekening antara penerimaan;
e. Banyak investasi penyertaan modal negara
e. Menertibkan rekening pemerintah;
yang belum didasarkan pada data yang
valid. Investasi tersebut hanya mendasarkan f. Menyajikan sebagian besar penyertaan
modal negara berdasarkan laporan keuangan
pada laporan keuangan BUMN unaudited
yang telah diperiksa;
atau prognosa.
g. Menyelesaikan inventarisasi dan revaluasi
f. Pencatatan aset sejak Tahun 2004-2007
atas sebagian aset tetap; dan
tidak tertib dan tidak pernah dilakukan
inventarisasi serta penilaian kembali. h. Menyempurnakan administrasi pinjaman
luar negeri, khususnya penyajian saldo
Inventarisasi dan penilaian kembali aset
pinjaman luar negeri.
tetap baru dilakukan pada Tahun 2008
untuk sebagian satuan kerja yang ada.
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

g. Pemerintah belum melakukan inventarisasi 5.2.1.2 Laporan Keuangan Kementerian/


dan penilaian kembali terhadap aset Lembaga (LKKL)
kontraktor kontrak kerja sama (KKKS)
BPK mulai melakukan pemeriksaan
dan aset eks Badan Penyehatan Perbankan
keuangan atas LKKL Tahun 2005.
Nasional (BPPN). Pemerintah juga tidak
Sebelumnya, kementerian/lembaga tidak
mengadministrasikan secara memadai
menyusun laporan keuangan melainkan
atas aset eks BPPN dan belum memiliki
menyusun pertanggungjawaban berupa
kebijakan akuntansi untuk pengakuan dan
perhitungan anggaran departemen (PA Dep
pengukuran atas aset KKKS. Akumulasi
s.d Tahun 2004). BPK baru memberikan opini
nilai aset eks BPPN dan aset KKKS Tahun
atas LKKL sejak LKKL Tahun 2006.. Sesuai
2008 senilai Rp12,42 triliun dan Rp303,39
ketentuan perundang-undangan yang ada,
triliun.
untuk menjaga independensinya khusus untuk
h. Sampai dengan Tahun 2007, nilai laporan keuangan BPK, pemeriksaannya
outstanding utang luar negeri pada dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang
laporan keuangan tidak dapat diyakini ditunjuk oleh DPR. Opini BPK atas LKKL
kewajarannya karena tidak memadainya Tahun 2006-2008 dapat dilihat pada Tabel 5.3.
pengadministrasian dan pencatatan
Jumlah kementerian/lembaga (K/L) yang
utang luar negeri. Selain itu, pencatatan
memperoleh opini WTP semakin meningkat
penarikan utang luar negeri oleh BUN tidak
yaitu dari tujuh K/L pada Tahun 2006 menjadi
terekonsiliasi.
16 pada Tahun 2007 dan meningkat menjadi
Namun demikian, setiap tahun 35 pada Tahun 2008. Hal ini menunjukkan
pemerintah pusat telah melakukan upaya terdapat peningkatan jumlah K/L yang
perbaikan. Adapun berbagai upaya perbaikan menyajikan laporan keuangannya secara
yang telah dilakukan oleh pemerintah antara wajar. Dengan demikian semakin banyak
lain: informasi keuangan dari K/L yang dapat
diandalkan para pengguna laporan keuangan.
a. Menyusun laporan keuangan bendahara
umum negara (LKBUN); Perkembangan opini BPK atas LKKL dalam
bentuk persentase dapat dilihat pada Gambar
b. Menyempurnakan aplikasi administrasi
5.1.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.3 Opini LKKL Tahun 2006 - 2008

Opini
LKKL Jumlah
WTP WDP TW TMP
Tahun 2006 7 37 0 36 80
Tahun 2007 16 31 1 33 81
Tahun 2008 35 30 0 18 83
Sumber: buku IHPS I Tahun 2009

BPK memberikan opini disclaimer atas bukti bahwa K/L telah berupaya memperbaiki
sebagian besar LKKL Tahun 2006 karena tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan
adanya pembatasan dan keterbatasan lingkup dan tanggung jawab keuangan negara.
pemeriksaan, kelemahan SPI, ketidakpatuhan Kementerian dan lembaga menanggapi positif
terhadap ketentuan perundang-undangan serta upaya BPK dalam memperbaiki kualitas
belum adanya tindak lanjut yang memadai laporan keuangannya. Hal ini sekaligus
dari pemerintah atas pemeriksaan LKKL merupakan jawaban dari hasil kerja keras BPK
Tahun 2005. Sementara itu, permasalahan dalam mendorong terciptanya transparansi
pokok sehingga BPK memberikan opini dan akuntabilitas keuangan negara. Perbaikan
TMP atas 33 LKKL Tahun 2007 adalah opini BPK atas LKKL Tahun 2008 antara lain
karena lemahnya SPI atas pencatatan dan disebabkan:
pelaporan persediaan, pendapatan, dan aset
a. Sebagian besar K/L sudah menyampaikan
tetap, adanya pembatasan dan keterbatasan
dan melaksanakan rencana aksi (action
lingkup pemeriksaan sehingga tidak cukup
plan) yang dibuat untuk menindaklanjuti
memungkinkan BPK untuk menyatakan
saran-saran hasil pemeriksaan BPk pada
pendapat.
Tahun 2007;
Opini BPK atas LKKL Tahun 2006–2008
b. Selisih realisasi belanja sistem akuntansi
menunjukkan perkembangan yang membaik,
umum (SAU) dan sistem akuntansi
terutama dilihat dari peningkatan jumlah K/L
instansi (SAI) yang semakin kecil dan tidak
yang mendapat opini WTP dan penurunan
VLJQLÀNDQ
jumlah K/L yang mendapat opini disclaimer
dan opini tidak wajar (TW). Lampiran 5.1 c. Sebagian besar K/L sudah melakukan
menjelaskan secara lengkap opini K/L Tahun inventarisasi dan revaluasi aset tetap
Angaran 2008. Perkembangan ini merupakan meskipun hasilnya belum seluruhnya

BAB V
50% 46% 45%
45% 42% 42%
38%
40% 36%
2006
35%
30% 2007
25% 22%
2008
20% 19%
15%
9%
10%
5% 0% 1% 0%
0%
W TP W DP TW TMP

Gambar 5.1: Perkembangan Opini BPK atas LKKL Tahun 2006-2008


73
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

dibukukan (diinput) ke dalam sistem; dan 5.2.1.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD)
74 d. Perbaikan administrasi dan inventarisasi
persediaan akhir tahun. Pemeriksaan atas LKPD dilakukan oleh
BPK sejak LKPD Tahun 2004. Pemeriksaan
Selain memberikan opini terhadap
atas LKPD Tahun 2004 dan 2005 hanya
LKPP, LHP terkait juga memaparkan
dilakukan atas laporan realisasi anggaran.
beberapa temuan tentang kelemahan SPI
Sejak Tahun 2006, pemerintah daerah
serta berbagai ketidakpatuhan terhadap
diwajibkan menyusun laporan keuangan yang
peraturan perundang-undangan. Secara umum
terdiri dari laporan realisasi anggaran (LRA),
kelemahan-kelemahan pada pemeriksaan
neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
LKKL Tahun 2006-2008 tampak pada tabel 5.4
laporan keuangan (CaLK). BPK memberikan
.
opini atas laporan keuangan yang disusun oleh
pemerintah daerah tersebut. Opini BPK atas
LKPD Tahun 2004-2008 dapat dilihat pada
tabel 5.5.

Tabel 5.4 Kelemahan SPI serta Berbagai Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Tahun LKKL Temuan kelemahan SPI dĞŵƵĂŶ<ĞƟĚĂŬƉĂƚƵŚĂŶƚĞƌŚĂĚĂƉWĞƌƵŶĚĂŶŐͲƵŶĚĂŶŐĂŶ

1) pelaksanaan sistem akuntansi pemerintah (SAP) belum ϭͿ ĂƐĞƚ ďĞƌƵƉĂ ƚĂŶĂŚ ĚĂŶ ďĂŶŐƵŶĂŶ ďĞůƵŵ ďĞƌƐĞƌƟĮŬĂƚ
memadai; sehingga hak atas aset lemah;
2) prosedur pembukuan dan penyusunan laporan keuangan ϮͿ ƚĂŶĂŚLJĂŶŐĚŝŬƵĂƐĂŝƉŝŚĂŬŬĞƟŐĂƐƵůŝƚĚŝƐĞůĞƐĂŝŬĂŶ͖
dan LRA belum dilakukan sesuai Peraturan Menkeu No 3) 3) pencatatan dan pelaporan barang inventaris negara belum
59/PMK.06/2005 tentang sistem akuntansi dan pelaporan diselenggarakan sesuai dengan sistem akuntansi instansi
keuangan pemerintah pusat; (SAI);
2006
3) personil yang memiliki kemampuan baik bidang akuntansi 4) PNBP terlambat/belum disetor ke kas negara;
keuangan maupun aset masih terbatas; 5) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/
ϰͿ ƌĞŬŽŶƐŝůŝĂƐŝ ĚĂŶ ǀĞƌŝĮŬĂƐŝ ďĂŝŬ ƉĞŶĚĂƉĂƚĂŶ ŵĂƵƉƵŶ Barang belum memberikan pernyataan bahwa pengelolaan
ďĞůĂŶũĂƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶŶLJĂďĞůƵŵƐĞďĂŐĂŝŵĂŶĂŵĞƐƟŶLJĂ͖ APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem
5) LRA sebagian besar K/L belum direviu oleh unit pengawas pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan
intern K/L yang bersangkutan. telah diselenggarakan sesuai dengan SAP

1) pelaksanaan SAP belum memadai;


2) prosedur pembukuan dan penyusunan laporan keuangan ϭͿ ĂƐĞƚ ďĞƌƵƉĂ ƚĂŶĂŚ ĚĂŶ ďĂŶŐƵŶĂŶ ďĞůƵŵ ďĞƌƐĞƌƟĮŬĂƚ
dan LRA belum dilakukan sesuai Peraturan Menkeu No sehingga hak atas aset lemah;
59/PMK.06/2005; ϮͿ ƚĂŶĂŚ LJĂŶŐ ĚŝŬƵĂƐĂŝ ƉŝŚĂŬ ŬĞƟŐĂ ƚĂŶƉĂ ƉĞƌũĂŶũŝĂŶ LJĂŶŐ
2007
3) belum dilakukannya inventarisasi dan revaluasi aset jelas;
tetap sebagai dasar penyusunan neraca awal; dan 3) pemakaian langsung PNBP;
4) pencatatan dan pelaporan aset, persediaan dan ϰͿ ƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶŬĞŐŝĂƚĂŶƟĚĂŬƐĞƐƵĂŝŬĞƚĞŶƚƵĂŶ͘
pendapatan belum memadai.

1) kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan


ƐĞƉĞƌƟ ƉĞŶLJƵƐƵŶĂŶ ůĂƉŽƌĂŶ ƟĚĂŬ ƐĞƐƵĂŝ ŬĞƚĞŶƚƵĂŶ͕
ƉĞŶĐĂƚĂƚĂŶƟĚĂŬͬďĞůƵŵĚŝůĂŬƵŬĂŶĂƚĂƵƟĚĂŬĂŬƵƌĂƚ͕ĚĂŶ
pengendalian atas aset belum memadai;
1) pemerintah belum menetapkan kebijakan akuntansi atas
2) kelemahan sistem pengendalian anggaran pendapatan
penerbitan promissory notes kepada lembaga internasional
ĚĂŶ ďĞůĂŶũĂ ƐĞƉĞƌƟ ƉĞƌĞŶĐĂŶĂĂŶ ƟĚĂŬ ŵĞŵĂĚĂŝ͕
dan belum mengakui utang kepada Bank Indonesia atas
pelaksanaan belanja diluar mekanisme APBN, dan
dana talangan dalam rangka keanggotaan kepada lembaga
2008 mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan
tersebut;
ƐĞƌƚĂ ƉĞŶŐŐƵŶĂĂŶ ƉĞŶĞƌŝŵĂĂŶ ŶĞŐĂƌĂ ĚĂŶ ŚŝďĂŚ ƟĚĂŬ
2) pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya sesuai ketentuan
sesuai ketentuan; dan
sehingga mengakibatkan adanya kerugian negara dan
ϯͿ ŬĞůĞŵĂŚĂŶ ƐƚƌƵŬƚƵƌ ƉĞŶŐĞŶĚĂůŝĂŶ ŝŶƚĞƌŶ ƐĞƉĞƌƟ ďĞůƵŵ
kekurangan penerimaan negara.
adanya standar operasional dan prosedur (SOP) formal,
ƟĚĂŬ ĂĚĂ ƉĞŵŝƐĂŚĂŶ ƚƵŐĂƐ ĚĂŶ ĨƵŶŐƐŝ LJĂŶŐ ŵĞŵĂĚĂŝ͕
ĚĂŶ^KWLJĂŶŐĂĚĂƟĚĂŬďĞƌũĂůĂŶŽƉƟŵĂů͘
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Sumber: buku IHPS I Tahun 2009

Gambar 5.2 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2004-2008

Opini BPK atas LKPD Tahun 2004 wajar. Selain itu, penyajian suatu laporan
dan 2005 dibandingkan dengan opini BPK keuangan yang wajar merupakan suatu
atas LKPD Tahun 2006 s.d 2008 mengalami gambaran dan hasil dari pengelolaan keuangan
penurunan karena lingkup pemeriksaan BPK negara yang lebih baik.
diperluas yang semula hanya meliputi laporan
Selain memberikan opini, pemeriksaan
realisasi anggaran (LRA) diperluas meliputi
atas LKPD Tahun 2004-2008 juga menemukan
LRA, neraca, laporan arus kas, dan CaLK.
adanya kelemahan sistem pengendalian intern
Perkembangan opini LKPD 2004-2008 dapat
dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
dilihat pada Gambar 5.2.
perundang-undangan yaitu antara lain:
Opini BPK atas LKPD Tahun 2008
• Kelemahan pengendalian intern yang
secara persentase, menunjukkan suatu
ditemukan pada pemeriksaan LKPD
kenaikan pada opini WTP dan WDP dan
meliputi kelemahan sistem pengendalian
penurunan pada opini TW dan TMP
akuntansi dan pelaporan, kelemahan

BAB V
dibandingkan opini LKPD Tahun 2007 dan
sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
2006. Hal ini berarti adanya perbaikan
pendapatan dan belanja; serta kelemahan
yang dicapai oleh pemerintah daerah dalam
struktur pengendalian intern. Pada
menyajikan suatu laporan keuangan yang
umumnya, LKPD yang memperoleh opini

Tabel 5.5 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2004 – 2008

LKPD WTP WDP TW TMP Jumlah


Tahun 2004 21 249 10 7 287
Tahun 2005 17 308 12 25 362
Tahun 2006 3 326 28 106 463
Tahun 2007 4 283 59 121 467
Tahun 2008 8 217 21 47 293
Sumber: buku IHPS Tahun 2005 - 2009
75
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

WTP dan WDP pengendalian internnya penting atas sistem pengendalian intern
telah memadai, sedangkan LKPD yang keuangan negara yaitu:
76
memperoleh opini TMP dan TW masih
a. Masih perlunya perbaikan mendasar
memerlukan perbaikan pengendalian
sistem akuntansi keuangan negara agar
intern dalam hal keandalan informasi
dapat diseragamkan dengan sistem yang
yang disajikan dalam laporan keuangan.
ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada
Kelemahan SPI pada umumnya terjadi
Tahun 2003 dan 2005.
karena perencanaan tidak memadai, belum
adanya koordinasi antara pihak-pihak b. Perlunya sinkronisasi sistem komputer
terkait, pejabat yang bertanggung jawab instansi pemerintah agar menjadi
belum optimal dalam pengawasan maupun terintegrasi dan kompatibel antara satu
pengendalian kegiatan serta kompetensi dengan lainnya.
SDM yang tidak memadai. c.Perlunya mengimplementasikan
• LKPD Tahun 2008 mengungkapkan, perbendaharaan tunggal (treasury single
terdapat kerugian daerah sebanyak 1.152 account) agar uang negara tidak lagi tersebar
kasus senilai Rp337,49 miliar terdiri dari: di berbagai rekening, termasuk rekening
EHODQMDDWDXSHQJDGDDQEDUDQJMDVDÀNWLI individu pejabat negara yang sudah lama
meninggal dunia. Temuan BPK tentang
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

rekanan pengadaan barang/jasa tidak


menyelesaikan pekerjaan; kekurangan rekening yang belum dilaporkan oleh
volume pekerjaan; pemahalan harga Kementerian/Lembaga dan kuasa BUN
(mark up); penggunaan uang/barang (Bendahara Umum Negara) dalam LKPP
untuk kepentingan pribadi; pembayaran selama Tahun 2004-2007 menggambarkan
honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas bahwa jumlah rekening pemerintah seperti
JDQGDVSHVLÀNDVLEDUDQJMDVD\DQJGLWHULPD itu semakin banyak dari tahun ke tahun dan
tidak sesuai dengan kontrak; pembebanan nilainya semakin besar juga. Hal yang sama
biaya tidak sesuai atau melebihi ketentuan; juga terjadi di tingkat provinsi, kabupaten
pengembalian pinjaman/piutang atau dana atau kota.
bergulir macet; penjualan/pertukaran d. Perlunya inventarisasi aset dan utang
aset daerah tidak sesuai ketentuan dan negara, baik di tingkat pusat maupun
merugikan daerah. daerah.
• LKPD Tahun 2007, terdapat 556 kasus e. Perlunya penyediaan tenaga administrasi
kerugian daerah senilai Rp310,86 miliar pembukuan pada setiap unit instansi
terdiri dari: rekanan pengadaan barang/jasa pemerintahan, mulai dari tingkat pusat
tidak menyelesaikan pekerjaan; kurang hingga daerah.
volume atas pengadaan barang dan/jasa;
f. Perlunya transparansi dan akuntabilitas
pemahalan harga (mark up); kelebihan
pemungutan pajak maupun penyimpanannya
pembayaran; pembayaran honorarium atau
sebelum ditransfer ke kas negara.
ELD\DSHUMDODQDQGLQDVJDQGDVSHVLÀNDVL
barang/jasa yang diterima tidak sama g. Perlunya sinkronisasi penerimaan dan
dengan kontrak; pembebanan biaya tidak pengeluaran di sektor perminyakan dengan
sesuai atau melebihi ketentuan; dan perincian ongkos produksi penambangan
pengembalian pinjaman kepada bank migas oleh kontraktor swasta harus
pemerintah macet atau pengembalian dana dirasionalisasikan dalam perhitungan
bergulir macet. cost recovery agar dapat mengoptimalkan
penerimaan negara.
Dari pengalaman pemeriksaan BPK
atas LKPP, LKKL, dan LKPD pada Tahun
2004-2008, sedikitnya ada sepuluh catatan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

h. Karena dihambat oleh undang-undang, serta meningkatkan akuntabilitas publik.


BPK tidak dapat melaksanakan tugas
Jika dilihat dari obyek pemeriksaan
konstitusionalnya untuk melakukan
kinerja selama Tahun 2004-2009, ada
pemeriksaan atas penerimaan negara yang
kecenderungan peningkatan jumlah obyek
bersumber dari pajak. Secara tradisional
pemeriksaan kinerja. Hal ini sejalan dengan
berbagai jenis PNBP (Penerimaan Negara
rencana prioritas pemeriksaan kinerja selama
Bukan Pajak) tidak dilaporkan dalam APBN
lima tahun dalam implementasi Rencana
atau tidak diaudit oleh BPK.
Strategis (Renstra) BPK. Secara bertahap BPK
i. Perlu adanya penertiban dasar pemungutan akan meningkatkan kemampuannya untuk
PNBP, penyimpanan dan penggunaannya melakukan pemeriksaan kinerja guna menilai
agar seluruhnya menjadi transparan dan HÀVLHQVLQLODLHNRQRPLPDXSXQHIHNWLYLWDV
akuntabel serta dilaporkan kepada rakyat kegiatan instansi pemerintah. Melalui rencana
banyak. prioritas pemeriksaan kinerja selama lima
tahun dalam implementasi Renstra BPK,
j. Belum adanya pemerolehan keyakinan mutu
Pimpinan telah menggariskan cakupan
Laporan Keuangan Departemen/Lembaga
jumlah obyek pemeriksaan akan ditingkatkan
maupun Pemda karena belum direviu oleh
secara bertahap dari 2% di Tahun 2006
aparat pengawasan internal pemerintah
sampai dengan 5% di Tahun 2010. Kebijakan
sebagaimana diharapkan oleh undang-
tersebut diambil dengan memperhatikan
undang, sebelum ditandatangani oleh
kesiapan kapasitas BPK dalam melaksanakan
Menteri/Kepala Instansi maupun Gubernur
pemeriksaan dan urgensi harapan publik atas
serta Bupati/Walikota dan diserahkan untuk
hasil pemeriksaan kinerja BPK.
diperiksa BPK.
Penentuan obyek pemeriksaan kinerja,
selain berdasarkan rencana kerja pemeriksaan
5.2.2 Pemeriksaan Kinerja (RKP) yang ditetapkan setiap tahun, juga
Pemeriksaan kinerja adalah dapat dilakukan pada obyek pemeriksaan yang
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan menjadi perhatian publik, seperti pemeriksaan
negara yang bertujuan untuk menilai aspek atas Pencegahan dan Pengendalian Flu
HNRQRPLVHÀVLHQVLGDQHIHNWLYLWDV3HQJXMLDQ Burung serta pemeriksaan atas Semburan
terhadap ketentuan perundang-undangan Lumpur Lapindo. Untuk mengetahui jumlah
dan pengendalian intern juga dilakukan obyek pemeriksaan kinerja selama lima tahun
dalam pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 5.6.
kinerja menghasilkan informasi yang berguna

BAB V
Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa
untuk meningkatkan kinerja suatu program/ jumlah laporan hasil pemeriksaan kinerja dari
kegiatan entitas terperiksa dan memudahkan Tahun 2005-2009 cenderung meningkat. Obyek
pengambilan keputusan bagi pihak yang pemeriksaan tersebut di antaranya adalah
bertanggung jawab untuk mengawasi sebagai berikut.
manajemen dan mengambil tindakan koreksi,

Tabel 5.6 : Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja 2004-2009

No. ŶƟƚĂƐ 2004 2005 2006 2007 2008 2009*


1 Pemerintah Pusat 2 15 29 11 14 2
2 Pemerintah Daerah 14 21 13 9 45 4
3 BUMN 0 1 0 0 0 0
4 BUMD 0 4 3 5 2 0
Jumlah 16 41 45 25 61 6
Sumber: buku IHPS Tahun 2004-2009
77
*S.d. Semester I Tahun 2009
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

• Tahun 2005 pemeriksaan kinerja yang DGDQ\DNHWLGDNHÀVLHQDQSHQJJXQDDQ


dilakukan sebanyak 41 obyek pemeriksaan, anggaran dan ketidakefektifan pencapaian
78
antara lain: Kinerja RSPAD Gatot Subroto, tujuan program/kegiatan dan ketidakpatuhan
dan Kinerja Proyek Koordinasi Perencanaan terhadap ketentuan perundang-undangan.
Peningkatan Ketahanan Pangan.
Beberapa hasil pemeriksaan kinerja
• Tahun 2006 pemeriksaan kinerja yang menyimpulkan, antara lain sebagai berikut.
dilakukan sebanyak 23 obyek pemeriksaan,
a. Pelaksanaan Program Pencegahan
antara lain: Rehabilitasi dan Rekonstruksi
dan Pengendalian Flu Burung dan
NAD-Nias bidang Perumahan dan
Kesiapsiagaan menghadapi Pandemi
Pertanahan, Infrastruktur dan Penanganan
,QÁXHQ]D7$GDQEHOXPHIHNWLI
Pantai.
karena lemahnya koordinasi baik antar
• Tahun 2007 pemeriksaan kinerja yang instansi pemerintahan di pusat maupun
dilakukan sebanyak 51 obyek pemeriksaan, antara pemerintah pusat dan pemerintah
antara lain: Pengendalian Flu Burung, GDHUDK5XPDKVDNLWUXMXNDQSDVLHQÁX
Penanggulangan Semburan Lumpur burung belum dapat merawat pasien
Lapindo, dan Kinerja Pelayanan Kantor secara optimal, dan pasien yang diduga
Pertanahan di Bekasi. ÁXEXUXQJ\DQJEHUREDWNH3XVNHVPDV
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

tidak seluruhnya diberikan obat antiviral


• Tahun 2008 pemeriksaan kinerja yang
sehingga penempatan dan penggunaan
dilakukan sebanyak 61 obyek pemeriksaan,
REDWRVHOWDPLYLUWDPLÁXEHOXPVHSHQXKQ\D
antara lain: Pelaksanaan Rekonstruksi NAD-
mencapai tujuan.
Nias bidang Perumahan dan Infrastruktur,
Proses Administrasi Pemekaran Daerah, dan b. Pelayanan Kantor Pertanahan belum
Penyelenggaraan Ibadah Haji. efektif karena masih banyak petugas dan
koordinator yang terlibat sekaligus pada
• Tahun 2009 (s.d Semester I) pemeriksaan
proses pelayanan penerimaan dokumen
kinerja yang dilakukan sebanyak enam
(IURQWRIÀFH), pemrosesan (EDFNRIÀFH) dan
obyek pemeriksaan, antara lain: DAS
penyerahan kembali dokumen produk
Ciliwung dan kegiatan BNP2TKI
layanan sehingga membuka peluang
Selain pemeriksaan kinerja seperti penyalahgunaan wewenang, distribusi beban
tersebut di atas, BPK juga menaruh perhatian pekerjaan petugas ukur belum merata dan
terhadap pemeriksaan kinerja berspektif ada kecenderungan pemohon dapat meminta
lingkungan yang mencakup pemberian petugas ukur tertentu.
keyakinan bahwa indicator-indikator kinerja
c. BLU RSUP Persahabatan belum efektif
terkait lingkungan benar-benar menunjukkan
dalam merencanakan, melaksanakan,
kinerja entitas yang diperiksa dan program
dan melakukan monitoring dan evaluasi
lingkungan dilaksanakan dengan cara yang
pelayanan kefarmasian Tahun 2007 dan
HNRQRPLVHÀVLHQGDQHIHNWLI3DGDPDVD
Semester I Tahun 2008.
bhakti 2004-2009, BPK telah melakukan
pemeriksaan berperspektif lingkungan, d. Pelayanan kesehatan pada 32 RSUD dan
antara lain: (1) Pemeriksaan atas Gerakan sembilan Dinas Kesehatan Tahun 2008
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan belum dilaksanakan secara efektif karena
(GNRLH) dan (2) Pemeriksaan atas Kegiatan sebagian besar pelayanan kesehatan
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana masih berada di bawah standar pelayanan
Banjir Wilayah Daerah Aliran Sungai minimum, sarana dan prasarana kesehatan
Bengawan Solo. pada RSUD belum tersedia sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan
Secara keseluruhan, hasil pemeriksaan
dan belum dimanfaatkan sesuai dengan
kinerja terhadap sejumlah obyek menunjukkan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

peruntukannya.

e. Pelayanan pendidikan pada empat Dinas


Pendidikan Tahun 2008 belum sepenuhnya
efektif karena penyelenggaraan pelayanan
pendidikan belum memenuhi standar
pelayanan minimum, pemanfaatan barang
tidak sesuai rencana, dan penggunaan
anggaran tidak tepat sasaran.

f. Perencanaan, pencapaian dan pemanfaatan


program/kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi pada BRR NAD-Nias Tahun
2006 dan 2007 atas bidang perumahan
dan pemukiman, bidang agama, sosial dan
budaya, bidang pendidikan dan kesehatan,
serta bidang transportasi udara belum
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

g. Proses Administrasi dan Pemekaran Daerah


masih lemah pada periode Tahun 1999-2008,
Pemerintah telah melakukan pemekaran
Drs.Sapto Amal Damandari,Ak-Anggota VI BPK RI.
daerah atau pembentukan Daerah Otonomi
Baru (DOB) sebanyak 203 daerah, yaitu monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
tujuh provinsi dan 196 kabupaten/kota. ibadah haji Tahun 1428 H/2007 M oleh
Namun sampai dengan saat ini, Pemerintah Departemen Agama belum efektif karena:
belum mempunyai grand desain yang - Belum ditetapkannya standar pelayanan
mengatur arah kebijakan dan strategi minimal (SPM) yang memadai dan seragam
pemekaran daerah, serta prediksi mengenai pada setiap embarkasi sehingga pelayanan
jumlah daerah otonomi ideal di wilayah penyelenggaraan ibadah haji yang meliputi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Grand prosedur, waktu, sarana, dan prasarana
desain tersebut dapat dijadikan pedoman bervariasi. Hal ini terlihat dari berbedanya
bagi Pemerintah dan DPR RI dalam fasilitas yang disediakan oleh embarkasi,
menyikapi aspirasi masyarakat mengenai proses penanganan dokumen keberangkatan
pembentukan DOB. Depdagri tidak haji, mekanisme penyajian katering, dan
mempunyai dokumen yang menunjukkan

BAB V
pemeriksaan akhir kesehatan.
bahwa pemekaran daerah periode Tahun
- Kebijakan strategis pola pemondokan haji
1999-2002 telah melalui observasi yang
Indonesia di Arab Saudi belum dirancang
dilakukan oleh para ahli yang kompeten dan
secara komprehensif dan berkesinambungan
independen. Sedangkan untuk pemekaran
yang terlihat dari belum tercakupnya seluruh
daerah periode Tahun 2003-2008 pada
permasalahan penyelenggaraan haji dalam
umumnya telah melalui proses observasi,
Rencana Strategis Departemen Agama
untuk menilai kebenaran data teknis yang
Tahun 2005-2009. Ketidakjelasan Rencana
diusulkan oleh calon DOB. Pemeriksaan
Strategis tersebut mendorong pola pengadaan
BPK menunjukkan bahwa observasi tersebut
pemondokan lebih bersifat reaktif dan
dilakukan oleh tenaga ahli atau konsultan
kondisional pada pasar pemondokan di Arab
yang tidak kompeten dan tidak independen.
Saudi. Hal ini diperburuk dengan lemahnya
h. Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1428 substansi kontrak pemondokan yang tidak
H/2007 M, perencanaan, pelaksanaan, implementatif di lapangan.
79
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.7: Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan PDTT

80
No. ŶƟƚĂƐ 2004 2005 2006 2007 2008 2009*
1 Pemerintah Pusat 90 219 209 161 174 46
2 Pemerintah Daerah 104 257 371 777 298 36
3 BUMN 19 23 35 27 30 16
4 BUMD 48 21 38 35 31 5
Jumlah 261 520 653 1.000 533 103
Sumber: buku IHPS 2004-2009
*S.d. Semester I Tahun 2009

- Pelayanan transportasi belum didukung tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas
dengan standar baku yang harus diikuti hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan
oleh penyedia transportasi dan petugas investigatif, dan pemeriksaan atas sistem
lapangan, baik untuk transportasi udara pengendalian intern pemerintah, serta
maupun darat. Hal ini diperlemah oleh pemeriksaan berperspektif lingkungan dan
substansi kontrak yang tidak mengatur pembangunan berkelanjutan.
secara jelas mengenai teknis transportasi
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

dan standar baku pelayanan yang harus ada Istilah PDTT baru dikenal sejak
pada setiap kegiatan transportasi. Rendahnya berlakunya UU No. 15 Tahun 2004 tentang
dukungan standar pelayanan dan kualitas pemeriksaan dan tanggung jawab pengelolaan
kontrak mendorong terjadinya kasus-kasus keuangan negara. Sebelumnya, jenis
penyediaan transportasi, diantaranya pemeriksaan ini termasuk dalam pemeriksaan
keterlambatan penerbangan, serta keuangan. Pada Tahun 2004–2009 BPK
penumpukan penumpang dan kelangkaan melakukan pemeriksaan yang termasuk dalam
transportasi darat. pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Petunjuk
teknis PDTT baru ditetapkan oleh BPK pada
- Evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan Tahun 2008 karena kesulitan untuk mencari
ibadah haji belum menyajikan indikator benchmarking.
kinerja yang jelas, konsisten, dan dapat
diperbandingkan Penetapan obyek pemeriksaan dengan
tujuan tertentu mempertimbangkan sejumlah
Selain belum efektifnya berbagai faktor seperti urgensi permasalahan antara
kegiatan tersebut di atas, sebagian hasil lain masalah yang menjadi perhatian publik
pemeriksaan kinerja juga mengungkapkan ataupun karena adanya berbagai kelemahan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang ditemukan pada pemeriksaan LKPP,
perundang-undangan yang mengakibatkan sehingga memerlukan pendalaman atas
kerugian negara/daerah, potensi kerugian SHUPDVDODKDQ\DQJPHQMDGLNXDOLÀNDVL
negara/daerah, kekurangan penerimaan, opini. PDTT dapat dikelompokkan menurut
ketidakhematan, dan temuan yang bersifat segmen laporan keuangan seperti pendapatan,
administrasi. belanja, utang luar negeri ataupun tema
pemeriksaan lain seperti dana perimbangan,
manajemen hutan, rehabilitasi hutan dan
5.2.3 Pemeriksaan Dengan Tujuan
lahan, pelaksanaan subsidi, pengelolaan
Tertentu
dan pertanggungjawaban dana bantuan
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu operasional sekolah (BOS).
(PDTT) adalah pemeriksaan yang bertujuan
Jumlah laporan hasil PDTT cenderung
untuk memberikan simpulan atas suatu hal
meningkat dari tahun ke tahun. Sebagian
yang diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan
besar pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

dilaksanakan pada Semester II karena pada SDA telah memberikan sumbangan yang
Semester I pemeriksaan lebih diprioritaskan VDQJDWVLJQLÀNDQEDJLSHPEDQJXQDQHNRQRPL
pada pemeriksaan keuangan. Jumlah obyek bangsa. Oleh karena itu perlu pengawalan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu Tahun agar SDA dapat digunakan secara optimal dan
2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 5.7. berkesinambungan lewat pemeriksaan yang
terarah.
Hasil pemeriksaan dengan tujuan
tertentu diantaranya dapat disajikan pada Pada pemeriksaan Semester II Tahun
uraian sebagai berikut ini. 2008 terungkap kekurangan penerimaan
dari penghitungan kembali bagi hasil
Pertamina Petroleum Contract (PPC) dan
5.2.3.1 Penerimaan Kontrak Minyak dan Gas Bumi Pertamina
• PDTT atas Penerimaan Pajak (KMGBP) periode Tahun 2003 s.d. 2007
sehubungan koreksi alokasi biaya depresiasi
Pemeriksaan atas penerimaan pajak
yang diperhitungkan dalam cost recovery.
dilaksanakan baik pada Direktorat Jenderal
Hal tersebut mengakibatkan Kontraktor
Pajak maupun Direktorat Jenderal Bea dan
Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT Pertamina
Cukai Departemen Keuangan. Sampai dengan
(Persero) dan KKKS PT Pertamina EP
Tahun 2008, BPK masih kesulitan untuk
mempunyai kewajiban untuk menyerahkan
mengakses informasi perpajakan di Direktorat
tambahan bagian negara masing-masing
Jenderal Pajak karena adanya pembatasan
senilai USD683.83 juta dan USD631.91 juta
berkaitan dengan dokumen yang dapat
atau seluruhnya senilai USD1.31 miliar atau
diperiksa karena Undang-undang Nomor 28
ekuivalen Rp14,40 triliun.
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Pada pemeriksaan Semester I Tahun
2008 terungkap berkurangnya penerimaan
negara karena terdapat pembebanan biaya-
• PDTT atas PNBP biaya yang tidak relevan dengan pelaksanaan
Pada Tahun 2006, BPK melakukan PSC dalam Cost Recovery. Nilai temuan BPK
pemeriksaan tematik atas PNBP TA 2005 atas cost recovery pada Tahun 2004 dan 2005
dan 2006 (Semester I) pada 17 kementerian/ yang telah disetujui untuk dikoreksi sebesar
lembaga. Pemeriksaan tersebut meliputi USD14.3 juta dan Rp1,35 miliar, dan yang
realisasi penerimaan senilai Rp16,41 triliun belum disetujui untuk dkoreksi sebesar
dan USD14.83 miliar, sedangkan cakupan USD1,4 miliar dan Rp56 juta. Kemudian,
penentuan batas maksimal harga minyak

BAB V
pemeriksaan meliputi jumlah senilai Rp16,02
triliun dan USD14.83 miliar dengan total mentah pada harga sebesar USD38/barel
temuan senilai Rp1,49 triliun dan USD146.88 dalam formula harga jual LNG ke Fujian
juta. Hasil pemeriksaan atas PNBP secara telah membatasi kesempatan pemerintah
umum menunjukkan adanya penerimaan memperoleh pendapatan yang lebih besar
PNBP tanpa dasar hukum, penggunaan karena harga minyak mentah melebihi
langsung PNBP dan keterlambatan penyetoran USD100/barel. Pada bulan Agustus 2008,
PNBP ke kas negara. Ketua BPK, Anwar Nasution, menyurati
pemerintah agar melakukan renegosiasi
harga gas alam cair (LNG) Tangguh ke
• PDTT atas Minyak dan Gas Bumi Fujian, Cina, karena harganya dinilai terlalu
murah. Kontrak penjualan gas Tangguh ke
Undang-undang Dasar 1945
Cina dilakukan pada Tahun 2002. Melihat
mengamanatkan agar sumber daya alam (SDA)
harganya, kontrak penjualan gas Tangguh
dikuasai oleh negara untuk dipergunakan
disebut-sebut sebagai kontrak penjualan 81
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

dan melakukan perbaikan pengendalian cost


recovery agar pengelolaan kegiatan usaha hulu
82
minyak dan gas bumi lebih transparan dan
akuntabel tanpa mengganggu iklim investasi
migas.

• PDTT atas Pengelolaan Pertambangan


(Batubara dan Timah)

Pemeriksaan ini dilaksanakan pada


Semester II Tahun 2008. Hasil pemeriksaan
menunjukkan masih adanya kelemahan
kebijakan dan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketidakpatuhan tersebut mengakibatkan
adanya potensi kerugian negara, kekurangan
penerimaan negara, indikasi tindak pidana,
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

dan kerusakan lingkungan. Hasil pemeriksaan


menunjukkan adanya kekurangan penerimaan
negara senilai Rp2,55 triliun dan USD775.57
Drs. Udju Djuhaeri-Anggota VII BPK RI.
Juta.

gas terjelek dan terparah dalam sejarah


perminyakan di Indonesia. Gas Tangguh 5.2.3.2 Pengeluaran
dijual dengan harga USD3,2/MMBTU, atau • PDTT atas Penetapan Alokasi dan
1/6 harga pasar. Bekenaan dengan kasus itu, Penyaluran Dana Perimbangan
BPK mulai mengaudit BP Migas pada 16
Pemeriksaan ini dilaksanakan pada
September 2008 untuk menelusuri kontrak
Semester II Tahun 2007 pada Departemen
dan membandingkannya dengan kontrak-
Keuangan, 33 Provinsi, dan 210 pemerintah
kontrak penjualan lain. Dari situ BPK akan
NDEXSDWHQNRWD7HPXDQVLJQLÀNDQ\DQJ
memberikan penilaian kewajaran kontrak
terungkap dari pemeriksaan atas penetapan
tersebut.
alokasi dan penyaluran dana perimbangan
%3.WHODKPHQJLGHQWLÀNDVLNHOHPDKDQ pusat dan daerah, antara lain sebagai berikut:
desain dan pelaksanaan kebijakan Cost
a. Lemahnya koordinasi antara Pemerintah
Recovery, antara lain: banyaknya biaya tidak
dan DPR dalam mengimplementasikan
berkaitan langsung dengan eksplorasi dan
ketentuan Dana Perimbangan, khususnya
eksploitasi migas yang telah diperhitungkan
UU No. 33 Tahun 2004 dan PP Nomor
dalam cost recovery karena longgarnya
55 Tahun 2005, sehingga terdapat
aturan; tidak adanya standardisasi biaya dan
penetapan alokasi Dana Perimbangan yang
benchmarking cost recovery; adanya transaksi
bertentangan dengan ketentuan tersebut;
DÀOLDVL\DQJEHUSRWHQVLPHUXJLNDQQHJDUDGDQ
permasalahan menyangkut insentif interest b. Belum ada mekanisme monitoring dan
recovery. rekonsiliasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah untuk memastikan
Hasil pemeriksaan BPK di bidang Gas
bahwa dana yang disalurkan pemerintah
dan Minyak telah digunakan oleh Pemerintah
pusat sudah diterima oleh pemerintah
untuk mengambil kebijakan pengaturan
daerah dan penerimaannya di kas daerah;
lebih lanjut atas kebijakan Cost Recovery
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

c. Masih kurang efektifnya koordinasi antara ketidakhematan sebesar Rp16,30 triliun.


Departemen Keuangan, departemen teknis,
Pemeriksaan atas subsidi BBM pada
dan pemerintah daerah dalam menentukan
Semester I Tahun 2008 menunjukkan bahwa
besarnya realisasi dana bagi hasil sumber
pemberian subsidi BBM oleh pemerintah
daya alam (DBH SDA) sehingga penyaluran
kepada Pertamina lebih besar dari yang
DBH SDA terhambat;
seharusnya, sehingga harus dikoreksi sebesar
d. Belum ada prosedur yang memadai untuk Rp18,13
,13 triliun selama tujuh tahun terakhir.
memberikan keyakinan kepada pemerintah
Pemeriksaan Semester II Tahun 2008
daerah mengenai jumlah dana perimbangan
mengungkapkan beberapa temuan subsidi
yang akan dialokasikan kepada suatu
kepada sejumlah BUMN:
daerah, serta waktu penyalurannya
terutama untuk DBH SDA; a. Di PT Kereta Api (Persero) terdapat 11 kasus
senilai Rp32,81 miliar terdiri dari satu
e. Belum adanya harmonisasi anggaran
kasus kerugian negara/perusahaan senilai
pendapatan dan belanja negara dan
Rp22,51 juta, satu kasus potensi kerugian
anggaran pendapatan dan belanja daerah
perusahaan senilai Rp1,79 miliar, tiga kasus
(APBN dan APBD) untuk memperjelas
kekurangan penerimaan senilai Rp555,55
sasaran pembangunan nasional dan daerah;
juta, empat kasus administrasi, dan dua
dan
kasus efektivitas senilai Rp30,44 miliar;
f. Ada peluang terjadinya penyalahgunaan
b. Di PT Pertani (Persero) terdapat lima kasus
kebijakan pemerintah pusat pada Tahun
senilai Rp4,99 miliar terdiri dari satu
2006 yang memberikan perintah kepada
kasus kerugian negara/perusahaan senilai
pemerintah daerah untuk segera mencairkan
Rp352,94 juta, dua kasus kekurangan
dana alokasi khusus (DAK) pada akhir tahun
penerimaan senilai Rp1,12 miliar, satu
tanpa melihat kesiapan pemerintah daerah.
kasus administrasi, dan satu kasus
efektivitas senilai Rp3,52 miliar;

• PDTT atas Subsidi c. Di PT Sang Hyang Seri (Persero) terdapat


satu kasus kekurangan penerimaan senilai
Hasil pemeriksaan yang dilakukan
Rp185,24 juta.
BPK menunjukkan terjadi pemborosan
dalam pelaksanaannya. Misalnya, kelebihan
penghitungan nilai subsidi yang membebani
• PDTT atas BOS dan DPL
keuangan negara. Pemeriksaan atas subsidi

BAB V
listrik Tahun 2007 pada PT PLN mengoreksi Pada Semester II Tahun 2008 BPK
besarnya subsidi Tahun 2007 menjadi sebesar melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
Rp37,48 triliun dari nilai subsidi sesuai pertanggungjawaban dana bantuan operasional
pagu dalam APBN-P sebesar Rp39,26 triliun sekolah (BOS) dan dana pendidikan lainnya
sehingga terdapat sisa anggaran sebesar (DPL) sumber dana APBN dan APBD TA
Rp1,78 triliun. Kerusakan PLTG Borang 2007 dan Semester I TA 2008. Pemeriksaan
dan Pengalihan Operasi PLTG Apung ke dilakukan pada seluruh pemerintah provinsi
Sumatera Utara periode Tahun 2004 – 2007 (33) dan 62 pemerintah kabupaten/kota
berpotensi merugikan PT PLN (Persero) dengan jumlah sekolah yang dijadikan sampel
sebesar Rp62,59 miliar atau sebanyak pemeriksaan sebanyak 4.127 sekolah.
6.645.160 MMBTU (Million British Thermal Hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan
Unit), dan penggunaan bahan bakar minyak bahwa secara umum pengendalian terhadap
untuk pembangkit listrik tenaga gas PT pengelolaan dan pertanggungjawaban dana
PLN (Persero) Tahun 2007 meningkatkan BOS dan DPL telah cukup baik, namun
biaya pemeliharaan yang mengakibatkan 83
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

demikian masih terdapat beberapa kelemahan, terhadap pencapaian tugas pokok dan fungsi
antara lain: departemen/lembaga, membuka peluang
84
hilangnya BMN departemen/lembaga dan
a.Sebanyak 2.592 sekolah (62,84%) tidak
negara kehilangan kesempatan untuk
mencantumkan seluruh penerimaan dana
memperoleh pendapatan dari pemanfaatan
BOS dan DPL dalam rencana anggaran dan
aset oleh pihak lain.
pendapatan belanja sekolah (RAPBS) senilai
Rp624,19 miliar; b. Pemanfaatan BMN dilakukan tidak sesuai
ketentuan, mengakibatkan tidak ada
b. Dana BOS digunakan tidak sesuai
penerimaan dari hasil pemanfaatan aset
peruntukannya, senilai Rp28,14 miliar;
negara yang seharusnya disetorkan ke
c. Sisa dana BOS Tahun 2007 senilai kas negara sebesar Rp190,29 miliar dan
Rp21,80 miliar dan pendapatan jasa giro berpotensi merugikan keuangan negara
di rekening penampungan Tim Manajemen sebesar Rp531,22 miliar.
BOS provinsi senilai Rp1,59 miliar tidak
c. Pelaksanaan pengamanan dan pemeliharaan
di setor ke kas negara, mengakibatkan
BMN tidak menjamin kepentingan negara,
pengendalian atas sisa dana BOS yang
berpotensi hilangnya BMN dan munculnya
belum disalurkan lemah, dan penerimaan
NRQÁLNGDQDWDXSRWHQVLNRQÁLNGDODP
negara atas pendapatan jasa giro senilai
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

kepemilikan dan pengelolaan BMN


Rp1,59 miliar tertunda; Penggunaan dan
departemen/lembaga, berpotensi merugikan
pertanggungjawaban dana safeguarding
keuangan negara dari perubahan status
tidak sesuai ketentuan senilai Rp2,40 miliar.
kepemilikan yang tidak sah senilai Rp87,30
miliar dan keberadaan BMN yang tidak jelas
5.2.3.3 Kekayaan Negara senilai Rp13,68 miliar.

• PDTT atas Manajemen Aset d. Kegiatan penghapusan dan


pemindahtanganan BMN menyalahi
Dalam Semester I Tahun 2008,
ketentuan dan berpotensi merugikan
BPK telah menyelesaikan laporan hasil
keuangan negara sebesar Rp7,41 triliun.
pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas
Manajemen Aset TA 2005, 2006 dan 2007 e. Pelaksanaan penilaian barang milik
pada 17 Kementerian dan enam Lembaga. negara (BMN) belum sesuai dengan SAP
Pemeriksaan atas manajemen aset pada 23 mengakibatkan neraca departemen/lembaga
departemen/lembaga meliputi jumlah aset belum menyajikan informasi nilai kekayaan
dengan nilai sebesar Rp304,75 triliun, cakupan yang sebenarnya.
pemeriksaan dengan nilai sebesar Rp64,15 f. Penatausahaan BMN dilaksanakan tidak
triliun atau 21,05% dari nilai aset, dan temuan tertib mengakibatkan neraca departemen/
dengan nilai sebesar Rp40,36 triliun atau lembaga belum menyajikan informasi nilai
62,91% dari cakupan pemeriksaan. kekayaan yang sebenarnya.
Temuan hasil pemeriksaan yang perlu g. Pengelolaan BMN berupa aset tanah,
mendapat perhatian antara lain sebagai gedung, bangunan, serta peralatan
berikut: menyimpang dari ketentuan, sehingga
a. Penggunaan Barang Milik Negara (BMN) berpotensi merugikan keuangan negara
pada 17 departemen/lembaga tidak sesuai sebesar Rp13,57 miliar, neraca departemen/
dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) lembaga belum menggambarkan keadaan
departemen/lembaga minimal senilai yang sebenarnya, dan penyelesaian Aset
Rp685,62 miliar, mengakibatkan keberadaan Bekas Milik Asing/China (ABMA/C)
BMN tidak memberikan kontribusi berlarut-larut.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

• PDTT atas Pengelolaan Rekening Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/


Pemerintah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
sembilan Kementerian/Lembaga dan delapan
Hasil Pemeriksaan BPK ats LKPP/LKKL
BUMN sebagai pengguna pinjaman luar
Tahun 2004, 2005 dan 2006 menemukan
negeri. Hasil pemeriksaan menyimpulkan
rekening-rekening atas nama pemerintah
bahwa :
yang tidak dilaporkan seluruhnya sebanyak
4.543 rekening senilai Rp32,33 triliun. Oleh a. Sistem pengendalian atas pengelolaan
karena itu, pada Semester I Tahun 2008 pinjaman luar negeri yang berkaitan dengan
BPK melakukan pendalaman pemeriksaan pencatatan realisasi pinjaman, monitoring
atas pengelolaan kas dan rekening milik rekening khusus, dan pencatatan barang
pemerintah pada Departemen Keuangan dan milik negara masih lemah. Sementara
31 kementerian/lembaga selama TA 2006 dan itu, prosedur perencanaan dan penarikan
2007. Pemeriksaan tidak mencakup mutasi pinjaman yang telah dirancang tidak
transaksi penerimaan dan penggunaan dana berjalan efektif;
pada rekening kas umum negara (RKUN) dan
b. Klausul mengenai biaya asuransi,
sub RKUN, rekening-rekening operasional
biaya komitmen, dan biaya jasa bank
penerimaan dan pengeluaran yang dikelola
penatausahaan yang dipersyaratkan dalam
oleh Bendahara Umum Negara (BUN) dan
naskah perjanjian memberatkan keuangan
Kuasa BUN di pusat maupun di daerah.
negara minimal senilai Rp36,38 miliar; dan
Sebagai tindak lanjut atas rekomendasi
c. Karena lemahnya perencanaan, koordinasi,
BPK, pemerintah telah menerbitkan PP No.
dan monitoring mengakibatkan beberapa
39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
hasil proyek yang didanai dari pinjaman luar
Negara/Daerah (termasuk di dalamnya
negeri senilai Rp438,47 miliar tidak dapat
pengelolaan rekening pemerintah) dan aturan
dimanfaatkan atau tidak dimanfaatkan
pelaksanaannya. Sampai dengan 31 Desember
secara optimal, serta adanya tambahan biaya
2007 telah terdata sebanyak 32.570 rekening
minimal senilai Rp2,02 triliun sehubungan
(baik yang selama ini telah dilaporkan maupun
keterlambatan pelaksanaan proyek.
yang belum dilaporkan dalam LKPP/LKKL),
dengan saldo sebesar Rp36,76 trilun dan
USD685,736,071 serta Euro462,398. 5.2.3.5 PDTT Berperspektif Lingkungan dan
Pembangunan Berkelanjutan

5.2.3.4 Hutang Pemeriksaan berperspektif lingkungan

BAB V
dan pembangunan berkelanjutan mencakup
• PDTT atas Pinjaman Luar Negeri
tiga jenis pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
Pemeriksaan BPK terhadap LKPP sejak keuangan, pemeriksaan kinerja dan
TA 2004 sampai dengan 2007 menunjukkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
adanya ketidakberesan dalam sistem Pembahasannya secara umum pada bagian
pengelolaan pinjaman luar negeri yang akan pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini
memberatkan APBN. semata-mata karena saat ini sebagian besar
Untuk memperdalam permasalahan pemeriksaan berperspektif lingkungan dan
yang telah ada dalam pemeriksaan atas pembangunan berkelanjutan yang dilakukan
LKPP, BPK juga melaksanakan pemeriksaan BPK adalah pemeriksaan dengan tujuan
dengan tujuan tertentu atas Pinjaman Luar tertentu.
Negeri. Pemeriksaan ini dilaksanakan pada Kerusakan lingkungan saat ini sudah
Semester II Tahun 2008, yang dilaksanakan cukup serius dan telah berdampak langsung
pada Departemen Keuangan, Kementerian kepada kehidupan masyarakat luas dan telah 85
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

menimbulkan kerugian negara/daerah dan menjadi sebab utama kurang berhasilnya


masyarakat. BPK memberikan perhatian program-program terkait dengan lingkungan
86
pada masalah lingkungan dan pembangunan hidup yang telah ditentukan/diprogramkan
berkelanjutan sejak Tahun 2001. Terjadinya pemerintah. BPK merekomendasikan kepada
tsunami Aceh Tahun 2004, membuat BPK pemerintah dan lembaga perwakilan untuk
memberikan perhatian lebih, diawali lebih memperhatikan penanggulangan/
dengan pemeriksaan atas penataan pantai. pencegahan kerusakan alam dan lingkungan
Selanjutnya, pemeriksaan-pemeriksaan hidup, sehingga alam dan lingkungan
terkait lingkungan dilakukan setelah adanya hidup dapat dilestarikan untuk kehidupan
kejadian lingkungan, seperti pemeriksaan dan kesejahteraan masyarakat. Berikut
gempa Jogja, lumpur lapindo Sidoarjo, banjir disampaikan beberapa kasus hasil
Jember, jebolnya Tanggul Situ Gintung, pemeriksaan lingkungan yang merupakan
pencemaran udara, program langit biru, pemeriksaan dengan tujuan tertentu:
daerah aliran sungai, kebakaran hutan.. Oleh
karena itu, sejak pertengahan Tahun 2007,
BPK telah menetapkan rencana strategis * Manajemen Hutan.
pemeriksaan berperspektif lingkungan Pemeriksaan manajemen hutan
Tahun 2007–2012 yang menjadi dasar bagi dilakukan di Departemen Kehutanan (Pusat)
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

pelaksanaan pemeriksaan bidang lingkungan. dan sample pada empat provinsi yaitu
Perluasan lingkup pemeriksaan BPK dan Provinsi Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan
pengalaman dalam bidang-bidang di atas Tengah dan Kalimantan Timur, sedangkan
memberikan keyakinan pada BPK untuk dapat pemeriksaan atas pembangunan HTI oleh PT
berkiprah di dunia internasional. Hal tersebut Inhutani V dilakukan di Jakarta dan Provinsi
ditunjukkan dengan peran serta BPK dalam Lampung.
INTOSAI WGEA, misalnya sebagai ketua
Hasil pemeriksaan menemukan adanya
komite penyusunan audit guidelines bidang
kerusakan lingkungan yang disebabkan
kehutanan, sebagai sub committe member
penyerobotan kawasan hutan lindung, hutan
bidang perubahan iklim dan berpartisipasi
konservasi, dan hutan produksi. Temuan
aktif dalam global audit project on climate
pemeriksaan lainnya mengungkapkan
changes.
penyimpangan atas kriteria/peraturan
8QWXNPHQLQJNDWNDQHÀVLHQVLGDQ lainnya yaitu : penanaman tidak sesuai sistem
efektivitas bidang pemeriksaan lingkungan silvikultur yang ditetapkan; kerja sama operasi
hidup, BPK telah memanfaatkan technologi geo belum mendapatkan ijin dari Menhut; kegiatan
spatial yaitu dengan menggunakan Geograpic pembangunan HTI serta tata batas yang belum
Information System (GIS) dan Global dilaksanakan; pengamanan dan inventarisasi
Positioning System (GPS), serta menggunakan hutan tidak sesuai ketentuan; Departemen
konsultan ahli, khususnya untuk mengukur Kehutanan belum sepenuhnya melaksanakan
dampak kerusakan lingkungan dan dampak komitmen terkait.
ekonomi regional.
Ketidak patuhan pada ketentuan
Berdasarkan pemeriksaan di atas, yang berlaku mengakibatkan perubahan
diketahui antara lain, ketidakpatuhan kawasan hutan seluas 241.797,19 ha menjadi
pemerintah, instansi terkait, swasta dan pemukiman transmigrasi. Perubahan
masyarakat kepada peraturan perundang- kawasan ini tidak sesuai dengan ketentuan
undangan bidang lingkungan hidup, serta menghilangkan fungsi lindung, fungsi
adanya kelemahan penegakan hukum dalam konservasi dan fungsi produksi pada kawasan
pelaksanaan pencegahan, penanggulangan hutan yang berubah menjadi pemukiman
dan pemulihan kerusakan lingkungan yang transmigrasi.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Pemerintah Indonesia belum sepenuhnya penting yang terungkap dalam pemeriksaan.


melakukan upaya mitigasi dan adaptasi
Menteri ESDM memberikan konsesi
terkait perubahan iklim, antara lain: belum
lahan kepada tiga kontraktor PKP2B dan satu
dilakukannya National Inventory Carbon;
pemegang KP seluas 238.962 Ha yang sebagian
Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim
wilayah konsesinya seluas 98.548,61 Ha berada
(RAN-PI) yang tidak berkekuatan hukum;
dalam kawasan Taman Nasional Kutai (TNK)
Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI)
dan seluas 130,82 Ha berada di hutan lindung
dibentuk tanpa mempertimbangkan aspek
di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Sebanyak
keberlanjutan, akuntabilitas dan kepentingan
16 bupati di Provinsi Kalimantan Selatan,
daerah.
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan
Sumatera Selatan memberikan konsesi lahan
kepada 326 pemegang KP seluas 1.757.477,12
* Pembangunan Hutan Tanaman Industri
Ha, diantaranya seluas 1.209.712,59 Ha
(HTI)
arealnya berada di kawasan hutan produksi,
BPK melakukan pemeriksaan tertentu hutan lindung dan hutan konservasi. Kedua
atas pembangunan HTI oleh PT Inhutani permasalahan tersebut tidak mendukung
V Unit Lampung. Hasil pemeriksaan upaya pencegahan kerusakan hutan dan
menunjukkan PT Inhutani V Unit Lampung lingkungan di kawasan TNK, hutan produksi,
tidak melaksanakan penanaman dengan hutan lindung dan hutan konservasi, sehingga
sistem silvikultur sesuai ketentuan sejak dapat menimbulkan terganggunya kelestarian
penghentian penyaluran dana reboisasi (DR) sumber daya alam hayati dan keseimbangan
Tahun 1999/2000. Sebagian besar areal konsesi ekosistemnya.
seluas 56.547 ha berubah menjadi perkebunan
Enam puluh pemegang KP di Kabupaten
singkong, mengakibatkan pengelolaan hutan
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur
tanaman secara lestari pada areal konsesi
dan 30 pemegang KP di Kabupaten Tanah
PT Inhutani V Unit Lampung tidak dapat
Laut Provinsi Kalimantan Selatan serta dua
dilaksanakan, dan PT Inhutani V tidak dapat
kontraktor PKP2B PT KJA dan PT MSJ belum
mengembalikan pinjaman DR. PT Inhutani V
memenuhi kewajiban jaminan reklamasi
belum pernah membayar pinjaman DR yang
senilai USD3.18 juta dan Rp127,25 miliar,
telah jatuh tempo sejak Tahun 2000 senilai
sehingga dapat menimbulkan kerugian negara
Rp89,75 miliar.
dan daerah atas terbebaninya keuangan
pemerintah/daerah apabila Pemegang KP dan
* Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Kontraktor PKP2B dimaksud lalai atau tidak

BAB V
Batubara melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi
di areal bekas tambangnya.
BPK telah melakukan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu atas pengelolaan Pengelolaan tanah pucuk dan tanah
pertambangan batubara Tahun Anggaran penutup oleh 61 pemegang KP dan lima
2006 dan 2007 pada Departemen ESDM, kontraktor PKP2B tidak sesuai ketentuan
empat pemerintah provinsi, 28 pemerintah sehingga dapat mengakibatkan longsor dan
kabupaten/kota, 1358 pemegang KP, 40 erosi serta berkurangnya kesuburan tanah
kontraktor PKP2B serta instansi terkait serta manfaat tanah pucuk sebagai penutup
lainnya di Jakarta, Kalimantan Selatan, lahan bekas tambang dan sebagai tempat
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, tumbuhnya tanaman vegetasi akan berkurang
dan Sumatera Selatan. Hasil pemeriksaan bahkan hilang. Demikian pula pelaksanaan
menemukan 56 kasus kerusakan lingkungan reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang
yaitu kerusakan dan/atau pencemaran batubara oleh 72 pemegang KP dan enam
lingkungan. Berikut disampaikan beberapa hal Kontraktor PKP2B tidak sesuai ketentuan, 87
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

sehingga dapat mengakibatkan kerusakan proaktif, pemeriksaan investigatif bersifat


lingkungan, berkurangnya kesuburan reaktif yaitu pemeriksaan yang dilakukan
88
tanah dan kerugian yang membebani sesudah ditemukannya indikasi awal adanya
keuangan Pemerintah apabila pemegang penyimpangan.
ijin penambangan batubara lalai atau tidak
BPK telah menerbitkan Petunjuk Teknis
melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi.
Pemeriksaan Investigatif, namun dalam
Pengelolaan limbah B3 oleh 44 pemegang petunjuk teknis baru mengatur mengenai dua
KP dan 11 kontraktor PKP2B, dan pengelolaan jenis pemeriksaan investigatif1, yaitu:
air asam tambang oleh 63 pemegang KP
a. Pemeriksaan investigatif atas indikasi
dan empat kontraktor PKP2B tidak sesuai
tindak pidana korupsi yang mengakibatkan
ketentuan. Masalah tersebut mengakibatkan
kerugian negara/daerah sesuai dengan pasal
kerusakan dan atau pencemaran lingkungan
2 dan pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 jo UU
yang mengganggu kepentingan masyarakat di
No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
sekitar lahan berupa kontaminasi tanah, air
Tindak Pidana Korupsi; dan
tanah, badan air yang mengganggu ekosistem.
b. Pemeriksaan investigatif dalam rangka
penghitungan kerugian negara/daerah.
5.2.3.6 Pemeriksaan Investigatif
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Apabila dari hasil pemeriksaan


Pemeriksaan Investigatif merupakan disimpulkan adanya unsur pidana, maka hasil
salah satu jenis dari pemeriksaan dengan pemeriksaan tersebut disampaikan kepada
tujuan tertentu. Pelaksanaan pemeriksaan instansi yang berwenang sesuai dengan
investigatif dilakukan berdasarkan ketentuan ketentuan Pasal 14 ayat (1) UU No. 15 Tahun
Pasal 13 Undang-undang nomor 15 Tahun 2004 jo Pasal 8 ayat (3) UU No.15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan 2006 yang antara lain menyatakan bahwa
Tanggung Jawab Keuangan Negara yang apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur
menyatakan “pemeriksa dapat melaksanakan pidana, BPK segera melaporkan hal tersebut
pemeriksaan investigatif guna mengungkap kepada instansi yang berwenang sesuai
adanya indikasi kerugian negara/daerah dengan ketentuan peraturan perundang-
dan/atau unsur pidana”. Ketentuan tersebut undangan. Hal ini mengandung arti bahwa
menegaskan bahwa pemeriksaan investigatif hanya apabila simpulan hasil pemeriksaan
merupakan pemeriksaan yang bertujuan menyatakan adanya unsur pidana, tidak
memberikan simpulan berupa: termasuk jika hasil simpulannya hanya berupa
a. ada atau tidaknya indikasi kerugian negara/ indikasi kerugian negara yang tidak terkait
daerah; dengan tindak pidana, maka BPK mempunyai
kewajiban untuk melaporkan hal tersebut
b. ada atau tidaknya indikasi unsur pidana;
kepada instansi yang berwenang. Selanjutnya
dan
hasil pemeriksaan tersebut dijadikan sebagai
c. ada atau tidaknya indikasi kerugian negara/ dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang
daerah dan unsur pidana. berwenang sesuai dengan ketentuan Pasal 8
Pada dasarnya, pemeriksaan investigatif ayat (4) yang menyatakan bahwa laporan BPK
merupakan pemeriksaan ”lanjutan” dari yang mengandung unsur pidana dijadikan
pemeriksaan sebelumnya baik pemeriksaan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik
keuangan, kinerja ataupun dengan tujuan yang berwenang sesuai dengan peraturan
tertentu, yang lebih khusus dan mendalam,
1 Juknis tersebut belum mengatur pemeriksaan
menuju pada pengungkapan penyimpangan. investigatif selain atas indikasi tindak pidana korupsi yang
Berbeda dengan pemeriksaan keuangan mengakibatkan kerugian negara/daerah sesuai dengan Pasal
2 dan Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun
dan pemeriksaan kinerja yang sifatnya 2001.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

perundang-undangan. negara/daerah ini merupakan elemen penting


yang mempengaruhi keyakinan hakim dalam
Ketentuan Pasal 8 ayat (4) tersebut
memutuskan nilai kerugian negara/daerah
menjadi pemicu bagi BPK, agar hasil
yang terjadi, sehingga mempengaruhi diterima
pemeriksaan yang disampaikan kepada
atau tidaknya keterangan ahli yang diberikan
instansi yang berwenang mempunyai kualitas
oleh BPK. Di sisi lain, belum ada satu
yang sama dengan hasil penyelidikan aparat
penelitian ilmiah yang menetapkan metode
penegak hukum sehingga dapat langsung
yang baku, karena metode penghitungan
dijadikan bahan penyidikan.
kerugian negara/daerah ini sangat tergantung
Pemeriksaan investigatif juga dilakukan pada modus operandi yang beragam dan
berdasarkan permintaan instansi yang VSHVLÀNSDGDVHWLDSNDVXV\DQJWHUMDGL
berwenang dalam rangka menghitung nilai
Pemeriksaan investigatif juga dilakukan
kerugian negara/daerah yang terjadi akibat
jika hasil pemeriksaan memerlukan
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
pendalaman lebih lanjut, misalnya dalam
negara/daerah, atas suatu kasus tindak pidana
hal terdapat indikasi tindak pidana korupsi.
yang sedang dalam proses penyidikan atau
Hasil pemeriksaan itu sendiri akan dilaporkan
sidang pengadilan. Dari sisi pemeriksaan, BPK
kepada penegak hukum. Pemeriksaan ini
hanya bertanggung jawab atas penghitungan
dilakukan bisa karena temuan dari BPK
kerugian negara, sedangkan unsur perbuatan
sendiri, bisa pula atas permintaan dari
melawan hukumnya sudah diperoleh
lembaga lain, misalnya DPR.
berdasarkan hasil penyelidikan oleh instansi
yang berwenang. Dalam kurun waktu 2006 sampai
dengan 2008, unit pemeriksaan investigatif
Permintaan pemeriksaan investigatif
BPK telah melakukan pemeriksaan atas
untuk menghitung kerugian negara/daerah
17 kasus dengan perincian lima kasus pada
ini biasanya bermuara pada pemberian
Tahun 2006, enam kasus pada Tahun 2007
keterangan ahli2 dalam sidang pengadilan.
dan enam kasus pada Tahun 2008. Salah satu
Pemberian keterangan ahli tersebut
contoh, pemeriksaan investigatif BPK atas
merupakan kewenangan BPK berdasarkan
pengadaan pesawat tanpa awak senilai USD6.6
ketentuan dalam Pasal 11 huruf c 3 Undang-
juta. Sejak dibeli, pesawat itu tidak dapat
undang nomor 15 Tahun 2004, yang
berfungsi, sehingga merugikan keuangan
dilaksanakan oleh pejabat/staf BPK sebagai
negara. Hasil pemeriksaan investigatif BPK
pelaksana Badan.
pada Tahun 2008 mendorong penyelesaian
Hal yang terpenting dalam pemeriksaan kerugian tersebut melalui proses setlement

BAB V
investigatif untuk menghitung kerugian antara pemasok dan auditee. BPK selanjutnya
negara/daerah adalah bahwa pemeriksa merekomendasikan agar pelaksanaan
harus menentukan metode penghitungan setlement mengacu pada ketentuan yang
kerugian negara/daerah yang digunakan berlaku dan tujuan pengadaan semula, dengan
dalam pemeriksaannya. Ini merupakan tetap memperhatikan kerugian negara yang
suatu tantangan tersendiri bagi BPK, karena timbul. BPK pun mendorong agar dilakukan
di satu sisi metode penghitungan kerugian perbaikan metode, standar dan prosedur
pengadaan terutama yang menggunakan
2 Juknis tersebut belum mengatur pemeriksaan
investigatif selain atas indikasi tindak pidana korupsi yang fasilitas kredit ekspor.
mengakibatkan kerugian negara/daerah sesuai dengan Pasal
2 dan Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun Dari ke-17 kasus itu, dua kasus telah
2001. diputuskan di pengadilan, yaitu pemeriksaan
3 Pasal 11 huruf c Undang-undang nomor 15 Tahun investigatif atas pelaksanaan APBD
2006 tentang BPK menyatakan “BPK dapat memberikan Pemerintah Kota Medan TA 2002-2006 dengan
keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian
jumlah kerugian senilai Rp26,86 miliar dan 89
negara/daerah”.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

90

Konferensi pers HUT 62 BPK.

pelaksanaan APBD Pemerintah Kabupaten


MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

BI, maka Tim Audit BPK meminta laporan


Kutai Kertanegara TA 2004-2006 dengan keuangannya agar dapat diungkapkan dalam
jumlah kerugian senilai Rp6,27 miliar. Laporan Keuangan BI. Dari perbandingan
Salah satu tantangan yang saat ini kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003
dihadapi oleh BPK adalah semakin canggihnya dengan posisi keuangannya per Juni 2003,
modus operandi kejahatan. Oleh karena itu, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar
BPK menaruh perhatian dan membutuhkan Rp93 miliar (Informasi mengenai kekayaan
pengembangan kemampuan dan teknologi bagi YPPI per 31 Desember 2003 ini diperoleh dari
DXGLWRUPHODOXLSHODWLKDQGDQXMLDQVHUWLÀNDVL Laporan Keuangan yang diaudit oleh Kantor
CFE (&HUWLÀHG)UDXG([DPLQDWLRQ) untuk Akuntan Publik Mohammad Toha).
mengembangkan kompetensinya di bidang ini. Beberapa penyimpangan yang terjadi
dalam kasus di atas dapat dikelompokkan
dalam beberapa permasalahan.
5.2.3.7 Pemeriksaan Menonjol Lainnya
Pertama, manipulasi pembukuan, baik
• Aliran Dana YPPI buku YPPI maupun buku Bank Indonesia.
Kasus pemeriksaan BI atas aliran dana Pada saat perubahan status YPPI dari UU
YPPI merupakan salah satu kasus keuangan Yayasan lama ke UU No 16 Tahun 2001
paling kontroversial pada Tahun 2008, tentang Yayasan, kekayaan dalam pembukuan
terutama karena melibatkan serentetan nama YPPI berkurang Rp100 miliar. Jumlah Rp100
anggota Dewan Gubernur BI dan anggota DPR miliar ini lebih besar dari penurunan nilai
terkemuka. Kasus Aliran dana YPPI atau aset YPPI yang diduga semula sebesar Rp93
Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI
Indonesia (YLPPI) dimulai dari temuan tim sebesar Rp100 miliar tersebut tidak tercatat
pemeriksa BPK dalam pemeriksaan LK pada pembukuan BI sebagai penerimaan atau
Bank Indonesia pada bulan Maret 2005 yang utang.
menemukan bahwa terdapat aset/ tanah yang Kedua, menghindari Peraturan
digunakan oleh YLPPI. Berkaitan dengan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang
dibuatnya peraturan Tahun 1993 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Dimana
penggunaan aset/tanah oleh YLPPI serta dana tersebut dipindahkan dulu dari rekening
KXEXQJDQWHUDÀOLDVLDQWDUD</33,GHQJDQ
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

YPPI di berbagai bank komersil, ke rekening yang terus menurun dan ketergantungan pada
yang terdapat BI, baru kemudian ditarik penempatan dana cadangan devisa negara.
keseluruhan secara tunai. Oleh karena itu, pada Tahun 2006 tersebut,
BPK RI telah menyarankan kepada Bank
Ketiga, Penarikan dan penggunaan dana
Indonesia agar mempertimbangkan untuk
YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan
melikuidasi IBA karena selama ini hanya
pendirian yayasan semula. Ini bertentangan
menjadi beban bagi BI.
dengan UU Yayasan, dan putusan RDG
tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa Dengan telah dibangkrutkannya IBA
dana YPPI digunakan untuk pembiayaan oleh pengadilan Belanda tersebut, saat ini
kegiatan sosial kemasyarakatan. IBA berada di bawah penguasaan kurator,
Mr. A. van Hees dan Mr. H.P. de Haan yang
Keempat, penggunaan dana senilai
ditunjuk oleh pengadilan Amsterdam, Belanda,
Rp31,5 miliar diduga untuk menyuap oknum
dan sepenuhnya berlaku UU Kebangkrutan
anggota DPR. Sisanya senilai Rp68,5 miliar
di negara Belanda. Berdasarkan ketentuan
disalurkan langsung kepada individu mantan
perundang-undangan Eropa dan Belanda, BPK
pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga,
tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa
dana ini digunakan untuk menyuap oknum
IBA yang saat ini berstatus dilikuidasi dalam
penegak hukum untuk menangani masalah
wilayah hukum Belanda. Satu-satunya cara
hukum atas lima orang mantan Anggota
untuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap
Dewan Direksi/Dewan Gubernur BI. Padahal,
IBA adalah melalui mekanisme Mutual Legal
kelimanya sudah mendapat bantuan hukum
Assistance yaitu pertukaran informasi antar
dari sumber resmi anggaran BI sendiri senilai
lembaga penegak hukum di kedua negara atas
Rp27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi
hal-hal yang berindikasi pidana.
itu telah disalurkan kepada para pengacara
masing-masing. Sampai saat ini, kasus ini
telah terangkat ke meja hijau dan sebagian
• PDTT atas Komisi Pemilihan Umum
pihak yang terlibat telah mendapat vonis
hukum. Pada Semester II TA 2005, BPK
melakukan pemeriksaan di KPU Pusat
atas pengelolaan dan pertanggungjawaban
• Indover Bank Amsterdam (IBA) anggaran pemilihan presiden dan wakil
presiden tahap I dan II Tahun 2004,
IBA adalah anak perusahaan BI dengan
serta pemeriksaan di 16 KPU Provinsi/
kepemilikan 100%, dimana IBA semula
Kabupaten/Kota atas pengelolaan dan
merupakan cabang dari De Javasche Bank.

BAB V
pertanggungjawaban anggaran pemilu 2004
Karena adanya nasionalisasi De Javasche
yang dibiayai dari dana APBN dan APBD.
Bank menjadi BI, maka cabang tersebut
diubah statusnya menjadi anak perusahaan Hasil pemeriksaan antara lain:
BI yaitu N.V Indover Bank Amsterdam. IBA pengelolaan persediaan kertas tidak sesuai
memiliki anak perusahaan yaitu IBHK dengan ketentuan sehingga berpotensi menimbulkan
kepemilikan 100%. pemborosan senilai Rp4,31 miliar, dalam
pencetakan surat suara pemilihan presiden
IBA menjadi perhatian publik pada
tahap I dan II terjadi pemborosan senilai
saat IBA dibangkrutkan oleh pengadilan
Rp7,43 miliar, denda keterlambatan atas
Belanda pada tanggal 1 Desember 2008. Hasil
pemborongan pekerjaan pengadaan barang
pemeriksaan BPK RI atas Indover Bank
dan jasa pada sekretariat KPU Provinsi DKI
Amsterdam (IBA) pada Tahun 2006, antara
Jakarta senilai Rp3,15 miliar belum dipungut,
lain menyimpulkan bahwa keberadaan IBA
dan penggunaan dana bantuan APBD pada
tidak memberikan manfaat dan cenderung
menjadi beban bagi BI karena kinerjanya
43 KPU Provinsi/Kabupaten/Kota berpotensi 91
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

merugikan keuangan daerah senilai Rp13,77 persentase kenaikan jumlah rekomendasi


miliar. Kasus ini telah diangkat ke pengadilan sebesar 12,65%. Bila keadaan ini dibiarkan
92
dan sebagian pihak yang terlibat telah terus menerus maka secara kumulatif akan
mendapat hukuman. terjadi penumpukan jumlah rekomendasi yang
belum ditindaklanjuti, karena perkembangan
jumlah rekomendasi lebih cepat dibandingkan
5.3 Pemantauan Tindak Lanjut jumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti
Hasil Pemeriksaan sesuai rekomendasi. Oleh karena itu, BPK
terus mendorong Pemerintah dan juga DPR
Besarnya manfaat yang diperoleh dari
agar segera menindaklanjuti rekomendasi BPK
pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada
sesuai dengan kewenangannya.
temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau
rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak
pada efektivitas penyelesaian yang ditempuh 5.3.1 Hasil Pemantauan Pelaksanaan
oleh entitas yang diperiksa. Manajemen Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
entitas yang diperiksa bertanggung jawab pada Pemerintah Pusat
untuk menindaklanjuti rekomendasi serta
Hasil pemantauan pelaksanaan tindak
menciptakan dan memelihara suatu proses
lanjut hasil pemeriksaan pada pemerintah
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

dan sistem informasi untuk memantau status


pusat atas 84 kementerian/lembaga sampai
tindak lanjut rekomendasi atas pemeriksaan
dengan Semester I Tahun 2009 digambarkan
dimaksud. Sesuai ketentuan undang-undang,
dalam Tabel 5.10 dan Gambar 5.3. Dari 14.628
BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut
rekomendasi senilai Rp860,54 triliun, Jumlah
hasil pemeriksaan dan memberitahukan hasil
rekomendasi yang telah ditindaklanjuti sesuai
pemantauan tindak lanjut secara tertulis
dengan rekomendasi sebanyak 7.769 senilai
kepada DPR, DPD, DPRD, dan pemerintah
Rp160,60 triliun atau 53,11%. Sementara itu
dalam IHPS.
sebanyak 3.103 rekomendasi senilai Rp574,67
Hasil pemantauan pelaksanaan triliun atau 21,21% belum ditindaklanjuti
tindak lanjut atas hasil pemeriksaan BPK, sesuai rekomendasi atau masih dalam proses
mengungkapkan bahwa sampai dengan akhir tindak lanjut, dan sisanya sebanyak 3.756
Semester I TA 2009, secara keseluruhan rekomendasi senilai Rp125,24 triliun atau
terdapat 62.564 temuan senilai Rp2.956,06 25,68% belum ditindaklanjuti.
triliun dengan jumlah 112.559 rekomendasi
senilai Rp2.181,39 triliun. Dari jumlah
tersebut, diantaranya 49.281 rekomendasi 5.3.2 Hasil Pemantauan Pelaksanaan
senilai Rp582,48 triliun telah ditindaklanjuti Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
sesuai dengan rekomendasi. Sebanyak pada BUMN
21.974 rekomendasi senilai Rp1.285,78
Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut
triliun ditindaklanjuti belum sesuai dengan
hasil pemeriksaan pada BUMN sampai dengan
rekomendasi/dalam proses ditindaklanjuti
akhir Semester I TA 2009 dilaksanakan pada
dan sisanya 41.304 rekomendasi senilai
116 BUMN. Untuk periode sampai dengan
Rp313,11 triliun belum ditindaklanjuti. Hasil
akhir Semester II TA 2008 pemantauan
pemantauan pelaksanaan tindak lanjut
pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan 5.9.
hanya dilaksanakan pada 94 BUMN.
Berdasarkan tabel 5.9, tampak bahwa
Hasil pemantauan pelaksanaan tindak
pada persentase jumlah rekomendasi
lanjut hasil pemeriksaan atas 116 BUMN
yang telah ditindaklanjuti sesuai dengan
mengungkapkan bahwa sampai dengan
rekomendasi pada pemerintah pusat
akhir Semester I TA 2009 terdapat 2.649
sebesar Rp5,75% lebih rendah dibandingkan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.8: Hasil Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi s.d Semester I Tahun 2009

Tabel 5.9: Perkembangan Jumlah Rekomendasi yang Telah Ditindaklanjuti

pada Periode s.d Semester II TA 2008 dan Periode s.d Semester I TA 2009

temuan pemeriksaan senilai Rp650,06 triliun sebanyak 1.175 rekomendasi senilai Rp61,87
serta sejumlah valas dan 3.509 rekomendasi triliun atau 33,49%, dan sisanya sebanyak
senilai Rp166,32 triliun serta sejumlah valas. 697 rekomendasi senilai Rp32,45 triliun atau
Diantaranya sebanyak 1.635 rekomendasi 19,92% belum ditindaklanjuti.
senilai Rp71,98 triliun serta sejumlah
valas telah ditindaklanjuti sesuai dengan

BAB V
rekomendasi, 1.175 rekomendasi senilai 5.3.3 Hasil Pemantauan Pelaksanaan
Rp61,87 triliun serta sejumlah valas belum Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
sesuai rekomendasi/dalam proses tindak pada Pemerintah Daerah
lanjut, dan sisanya 699 rekomendasi senilai Hasil pemantauan pelaksanaan tindak
Rp32,45 triliun serta sejumlah valas belum lanjut hasil pemeriksaan di lingkungan
ditindaklanjuti. Rekapitulasi hasil pemantauan Pemerintah Daerah di 33 provinsi terungkap
tindak lanjut s.d. Semester I TA 2009 disajikan bahwa sampai dengan akhir Semester I TA
dalam Tabel 5.11. 2009 terdapat 50.365 temuan pemeriksaan
Tindak lanjut hasil pemeriksaan senilai Rp691,52 triliun dan USD505.43 ribu
diatas terlihat bahwa rekomendasi yang serta 94.422 rekomendasi senilai Rp474,67
telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi triliun dan USD505.43 ribu. Dari total
sebanyak 1.635 senilai Rp71,98 triliun rekomendasi, sebanyak 39.877 rekomendasi
atau 46,59%, belum ditindaklanjuti sesuai senilai Rp142,77 triliun telah ditindaklanjuti
rekomendasi/dalam proses tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi, sebanyak 17.696 93
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.10 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

pada Pemerintah Pusat s.d Semester I TA 2009


9
94
(dalam juta rupiah dan ribu valas)

Status Pemantauan Tindak Lanjut

Temuan Rekomendasi Belum Sesuai


Sesuai dengan
Rekomendasi/Dalam m Belum Ditindaklanjuti
Rekomendasi
Proses Tindak Lanjut

Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai

9.550 919.153.123,07 14.628 860.536.063,92 7.769 160.608.324,59 3.103 574.678.156,46 3.756 125.249.582,86
USD USD
USD 105.350,18 USD 929.426,59 USD 440.985,81
1.496.943,95 1.475.762,58
AUD 7.222,12 AUD 7.222,12 AUD 100,00 AUD 682,01 AUD 6.440,11
VND 32.580,00 VND 32.580,00 VND 32.580,00 VND 0,00 VND 0,00
JPY JPY
JPY 736.792,33 JPY 854.909,84 JPY 2.799,04
1.594.501,21 1.594.501,21
EUR 33.974,00 EUR 33.774,00 EUR 2.269,00 EUR 31.450,00 EUR 55,00
CAD 454,30 CAD 60,00 CAD 60,00 CAD 0,00 CAD 394,30
SGD 820,00 SGD 820,00 SGD 770,00 SGD 50,00 SGD 0,00
CNY 2.810,00 CNY 2.400,00 CNY 0,00 CNY 0,00 CNY 2.400,00
GBP 1.351,89 GBP 1.351,89 GBP 1.006,10 GBP 310,00 GBP 35,79
SAR 96.664,16 SAR 96.664,16 SAR 25.090,93 SAR 39.306,40 SAR 32.266,83
Sumber: IHPS I tahun 2009.
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

5.4 Pemantauan Penyelesaian


S e su a i d e n g a n Ganti Kerugian Negara/
R e ko m e n d a si
25,68% Daerah
53,11% B e l u m S e su a i
21,21%
R e ko m e n d a si /D a l a m
P ro se s T i n d a k L a n j u t
Untuk menjamin pelaksanaan
Belum pembayaran ganti kerugian negara/daerah
D i ti n d a kl a n j u ti
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2006, BPK diberikan kewenangan untuk
Gambar 5.3: Status Penyelesaian Tindak Lanjut Jumlah Rekomendasi
memantau penyelesaian kerugian negara/
pada Pemerintah Pusat s.d. Semester I TA 2009 (dalam %)
daerah yang ditetapkan oleh pemerintah,
rekomendasi senilai Rp198,28 triliun dan pelaksanaan pengenaan ganti kerugian
USD449.50 ribu belum sesuai rekomendasi/ negara/daerah yang ditetapkan oleh BPK
dalam proses tindak lanjut. Sisanya sebanyak dan pelaksanaan pengenaan ganti kerugian
36.849 rekomendasi senilai Rp133,61 triliun negara/daerah yang ditetapkan oleh putusan
dan USD55.93 ribu belum ditindaklanjuti. pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
Rekapitulasi hasil pemantauan tindak lanjut hukum tetap.
sampai dengan Semester I TA 2009 disajikan
Sasaran pemantauan ganti kerugian
dalam tabel
negara/daerah yang dilakukan oleh BPK
'DULJUDÀNSHPDQWDXDQGLDWDVWHUOLKDW meliputi :
bahwa dari total nilai rekomendasi, prentase
• kepatuhan instansi untuk membentuk Tim
rekomendasi yang telah ditindaklanjuti
Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
sebesar 30,08% senilai Rp142,77 triliun. Nilai
(TPKN/D), kinerja dan ketepatan waktu
rekomendasi yang belum ditindaklanjuti
dalam penyelesaian kerugian negara/daerah.
sesuai rekomendasi/dalam proses tindak lanjut
sebesar 41,77% atau senilai Rp198,28 triliun • pelaksanaan penyelesaian ganti kerugian
serta sejumlah valas. Adapun persentase negara/daerah:
nilai rekomendasi yang belum ditindaklanjuti - terhadap pegawai negeri bukan
adalah sebesar 28,15% senilai Rp133,61 triliun bendahara atau pejabat lain oleh
serta sejumlah valas. pemerintah;
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.11 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan


pada BUMN s.d Semester I TA 20099
(dalam juta rupiah dan ribu valas)
^ƚĂƚƵƐWĞŵĂŶƚĂƵĂŶdŝŶĚĂŬ>ĂŶũƵƚ
ĞůƵŵ^ĞƐƵĂŝ
dĞŵƵĂŶ ZĞŬŽŵĞŶĚĂƐŝͬƐĂƌĂŶ ^ĞƐƵĂŝĚĞŶŐĂŶ ĞůƵŵ
ZĞŬŽŵĞŶĚĂƐŝͬĂůĂŵ
ZĞŬŽŵĞŶĚĂƐŝ ŝƚŝŶĚĂŬůĂŶũƵƚŝ
WƌŽƐĞƐdŝŶĚĂŬ>ĂŶũƵƚ
:ƵŵůĂŚ EŝůĂŝ :ƵŵůĂŚ EŝůĂŝ :ƵŵůĂŚ EŝůĂŝ :ƵŵůĂŚ EŝůĂŝ :ƵŵůĂŚ EŝůĂŝ
2.649 650.065.408,71 3.509 166.322.844,14 1.635 71.986.179,52 1.175 61.876.693,73 32.459.970,89
699
USD USD USD USD USD
65.976.919,55 64.511.211,20 19.885.017,44 43.090.215,97 1.535.977,78
AUD AUD AUD
AUD 0,00 AUD 516,47
115.834,47 115.834,47 115.318,00
CHF 27,34 CHF 27,34 CHF 27,34 CHF 0,00 CHF 0,00
DEM 1.135,00 DEM 1.135,00 DEM 1.135,00 DEM 0,00 DEM 0,00
EUR EUR
EUR 31.806,47 EUR 31.806,47 EUR 0,00
16.939,25 14.867,22
GBP
GBP 33.416,30 GBP 20.416,30 GBP 143,72 GBP 0,00
20.272,58
JPY JPY JPY JPY
JPY 0,00
24.789.197,97 24.489.197,97 24.214.917,44 274.280,53
SGD 836,15 SGD 836,15 SGD 0,00 SGD 836,15 SGD 0,00
Sumber: IHPS I tahun 2009.

Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Provinsi


Jambi, Pemerintah Kabupaten Sragen,
19,92% Ses ua i denga n Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen
Rekomenda s i
46,59%
Komunikasi dan Informatika, Badan
Bel um Ses ua i
Rekomenda s i /Da l a m Pertanahan Nasional (BPN), Departemen
33,49% Pros es Ti nda k La njut
Bel um Kehutanan, Departemen ESDM, Kanwil
Di ti nda kl a njuti
Departemen Agama Provinsi Jawa Timur,
Departemen Dalam Negeri, Departemen
Sosial, dan Mahkamah Agung RI.
Gambar 5.4: Status Penyelesaian Tindak Lanjut Jumlah Rekomendasi
pada BUMN s.d. Semester I Tahun 2009 (dalam %) • Kerugian negara yang dipantau pada
Semester I Tahun 2009 adalah senilai
- terhadap bendahara, pengelola BUMN/
Rp4,51 triliun, USD46,94 juta, JPY545,25
BUMD dan pengelola keuangan negara
juta, AUD1,47 juta, DFLS672,74 ribu,
lainnya yang ditetapkan oleh BPK; dan
DM306,58 ribu, FFr32,29 juta, CA$1,17 juta,
- terhadap pihak ketiga yang telah NLG182,97 ribu dengan tingkat penyelesaian
ditetapkan oleh pengadilan.

BAB V
sebesar 39,49% atau senilai Rp1,14 triliun
• proses penyelesaian ganti kerugian negara/ dan USD40.71 juta.
daerah yang belum dapat ditetapkan,
maupun yang masih berupa indikasi
kerugian negara/daerah dari hasil Sesuai dengan
Rekomendasi
pemeriksaan BPK dan APIP yang harus
segera diproses penyelesaiannya oleh 28,15% 30,08% Belum Sesuai
Rekomendasi/Dalam
instansi yang bersangkutan. Proses Tindak Lanjut
41,77% Belum
Ditindaklanjuti
• Entitas yang telah secara aktif
menyampaikan laporan penyelesaian ganti
kerugian negara/daerah kepada BPK yaitu
Departemen Hukum dan HAM, Departemen Gambar 5.5: Status Penyelesaian Tindak Lanjut Nilai Rekomendasi
Kesehatan, Dephan d.h.i TNI AL, POLRI pada Pemerintah Daerah s.d. Semester I TA 2009 (dalam %)

(Badan Reserse Kriminal), Pemerintah


95
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.12: Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan pada Pemerintah Daerah s.d.

Semester I TA 2009
96

Sumber: IHPS I tahun 2009.

5.4.1 Hasil Pemantauan Penyelesaian 5.4.3 Hasil Pemantauan Penyelesaian


Ganti Kerugian Negara pada Ganti Kerugian Daerah pada
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Sampai dengan 31 Juli 2009, cakupan Cakupan kerugian daerah pada


kasus kerugian negara di instansi pusat pemerintah daerah yang dipantau mencapai
yang dipantau mencapai 24,70% yang terdiri 73,42% yang terdiri dari 20.307 kasus
dari 6.832 kasus senilai Rp1,34 triliun, senilai Rp2,33 triliun dan dua kasus senilai
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

USD46.24 juta, JPY545,25 juta, AUD1,47 juta, USD382.92 ribu dengan tingkat penyelesaian
DFLS672,74 ribu, DM306,58 ribu, FFr32,29 sebesar 44,27% (lihat tabel 5.15).
juta, CA$1,17 juta, dan NLG182,97 ribu
dengan tingkat penyelesaian sebesar 27,93%
5.4.4 Hasil Pemantauan terhadap Hasil
(lihat tabel 5.13).
Pemeriksaan BPK Berindikasi
Kerugian Negara/Tindak Pidana
5.4.2 Hasil Pemantauan Penyelesaian yang Disampaikan Kepada Instansi
Ganti Kerugian Negara pada Badan yang Berwenang
Usaha Milik Negara (BUMN) Ketentuan Pasal 14 Undang-Undang
Cakupan kerugian negara pada BUMN Nomor 15 Tahun 2004 telah mewajibkan BPK
yang sebanyaki 520 kasus senilai Rp840,94 untuk melaporkan hasil pemeriksaan yang
miliar dan USD313.50 ribu dengan tingkat mengandung indikasi unsur pidana kepada
penyelesaian sebesar 4,81% (lihat tabel 5.14). instansi yang berwenang. Sejak Tahun 2003
BPK telah melaporkan hasil pemeriksaan yang
Tabel 5.13: Penyelesaian Kerugian Negara pada Instansi Pusat
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.14: Penyelesaian Kerugian Negara pada BUMN

dĂďĞůϱ͘ϭϱ͗WĞŶLJĞůĞƐĂŝĂŶ<ĞƌƵŐŝĂŶEĞŐĂƌĂƉĂĚĂWĞŵĞƌŝŶƚĂŚĂĞƌĂŚ

mengandung indikasi unsur pidana kepada senilai Rp92,09 miliar diserahkan kepada
Kepolisian Negara RI, Kejaksaan, dan Komisi Kejaksaan Agung serta sebanyak 11 kasus
Pemberantasan Korupsi. senilai Rp248,19 miliar dan USD94.64 ribu
Sampai dengan Semester I Tahun 2009, diserahkan kepada KPK.
Hasil Pemeriksaan (HP) BPK berindikasi Beberapa permasalahan yang dihadapi
unsur pidana yang disampaikan kepada dalam rangka penyelesaian ganti kerugian
instansi berwenang sebanyak 223 kasus negara adalah :
senilai Rp30,57 triliun dan USD470.40 juta.
a. Belum dipahaminya Peraturan BPK Nomor
Dari 223 kasus tersebut, Instansi Penegak
3 Tahun 2007 dan belum diterbitkannya

BAB V
hukum (Kejaksaan, Kepolisian dan KPK)
Peraturan Pemerintah yang mengatur
telah menindaklanjuti 132 kasus (59,19%) ke
tentang Penyelesaian Kerugian Negara/
dalam proses peradilan yaitu penyelidikan 20
Daerah terhadap Pegawai Negeri Bukan
kasus (8,97%), penyidikan 15 kasus (6,73%),
Bendahara/Pejabat lain yang menyebabkan
penuntutan 8 kasus (3,59%), putusan 37
beberapa instansi pemerintah pusat/
kasus (16,59%), dihentikan 10 kasus (4,48%),
pemerintah daerah belum membentuk
dan dilimpahkan kepada Kejaksaan Tinggi
TPKN/D atau sudah ada TPKN/D namun
sebanyak 42 kasus (18,83%),
kinerjanya belum optimal, baik dalam
Untuk Semester I Tahun 2009, hasil memproses penyelesaian kerugian negara,
pemeriksaan BPK yang berindikasi unsur menatausahakan dokumen kerugian negara,
pidana yang diserahkan kepada instansi maupun mengkoordinasikan penyelesaian
penegak hukum sebanyak 19 kasus senilai kerugian negara dengan instansi terkait.
Rp340,29 miliar dan USD94.64
.64 ribu
b. Pelaksanaan eksekusi ganti kerugian
dengan rincian sebanyak delapan kasus
negara/daerah yang telah ditetapkan baik 97
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Tabel 5.16: Pemantauan Hasil Pemeriksaan BPK Berindikasi Kerugian/Pidana

98

oleh pemerintah pusat/daerah, BPK maupun Bukan Bendahara/Pejabat Lain dan Pihak
putusan pengadilan yang telah mempunyai Ketiga.
kekuatan hukum tetap belum optimal.
b. Pimpinan instansi pemerintah pusat/
c. Penyelesaian kerugian yang masih berupa pemerintah daerah melaksanakan :
temuan dari hasil pemeriksaan BPK maupun
dari aparat pengawasan intern pemerintah i. sosialisasi penyelesaian kerugian negara/
belum ditindaklanjuti secara cepat daerah di lingkungannya masing-masing;
dalam mekanisme penyelesaian kerugian ii. pembentukan TPKN dan/ atau
negara sesuai ketentuan dalam peraturan optimalisasi kinerja TPKN; dan
perundang-undangan.
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

iii. optimalisasi pelaksanaan pengenaan


d. Kurangnya koordinasi instansi pemerintah (eksekusi) atas kerugian negara/daerah
pusat/daerah dengan instansi terkait, yaitu yang telah ditetapkan dan mempercepat
Ditjen Kekayaan Negara dan lembaga proses penyelesaian kerugian negara/
peradilan. daerah yang belum ditetapkan.
e. Belum adanya ketentuan yang mengatur c. Instansi pemerintah pusat, pemerintah
tentang penyelesaian kerugian negara/ daerah, BUMN dan BUMD menyampaikan
daerah yang dilakukan oleh pihak ketiga.f. laporan kerugian negara/daerah secara
g. Belum adanya ketentuan tentang periodik kepada BPK.
penyelesaian kerugian negara/daerah
oleh pengelola BUMN/BUMD, sehingga
BUMN/BUMD belum mempunyai landasan
5.5 Pemberian Pendapat
hukum dan mekanisme yang pasti dalam Sesuai Pasal 11 Undang-undang 15
penyelesaian kerugian negara.h. Tahun 2006, BPK dapat memberikan pendapat
kepada DPR, DPD, DPRD, pemerintah pusat/
i. Adanya perbedaan data nilai kerugian
pemerintah daerah, lembaga negara lain,
negara secara global pada lingkup BUMN
Bank Indonesia, badan usaha milik negara,
dengan unit-unit teknis.j.
badan layanan umum, badan usaha milik
k. Belum tersedianya data kerugian daerah daerah, yayasan, dan lembaga atau badan lain,
pada BUMD.l. yang diperlukan karena sifat pekerjaannya.
m. Belum adanya ketentuan yang mengatur Memenuhi ketentuan tersebut, BPK telah
tentang penyelesaian kerugian negara/ memberikan tiga bahan pendapat selama
daerah oleh pengelola BUMN/BUMD yang Tahun 2008 yaitu:
dilakukan oleh pihak ketiga.

Atas permasalahan tersebut di atas,


BPK merekomendasikan :

a. Pemerintah segera menerbitkan Peraturan


Pemerintah tentang Penyelesaian Ganti
Kerugian Negara terhadap Pegawai Negeri
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

5.5.1 Pertimbangan atas Rancangan • Kemungkinan implementasi


Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
PP No. 60 Tahun 2008 mengatur secara
60 Tahun 2008 tentang Sistem
normatif pengendalian intern, namun bentuk
Pengendalian Intern Pemerintah
implementasinya tidak jelas dan memerlukan
(SPIP)
pengaturan lebih lanjut, misalnya bentuk
Sesuai dengan Pasal 58 Undang- penerapan aturan/ketentuan dalam PP
Undang (UU) No. 1 Tahun 2004 tentang tersebut, penetapan satuan kerja manajemen
Perbendaharaan Negara, pemerintah risiko, dan penyusunan laporan manajemen
mengatur dan menyelenggarakan sistem risiko.
pengendalian intern di lingkungan
• Pengefektifan SPIP
pemerintahan. Pengaturan tersebut ditetapkan
dalam suatu peraturan pemerintah setelah Pengefektifan SPIP telah mengatur
berkonsultasi dengan BPK. penanggung jawab SPIP sesuai dengan
kerangka Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003 dan
Sebagai pelaksanaan ketentuan tersebut,
penjelasan Pasal 58 UU No. 1 Tahun 2004.
pemerintah dhi Menteri Keuangan telah
Dengan pengaturan penanggung jawab sistem
menyampaikan rancangan PP tentang SPIP
pengendalian intern, pengaturan aparat
pada bulan Oktober 2005. Sampai dengan
pengawasan intern dapat dirancang.
akhir Tahun 2007 pembahasan rancangan
PP SPIP antara tim yang dibentuk Menteri Permasalahan pengaturan mengenai
Keuangan dengan tim yang dibentuk BPK keefektifan SPI meliputi:
mengalami kebuntuan (deadlock). Kebuntuan • Jenis aparat pengawasan intern
tersebut terkait dengan pengaturan pengertian
Jenis aparat pengawasan intern
pengawasan intern, lingkup pengawasan
tidak sesuai dengan kerangka pengelolaan
intern, dan jenis aparat pengawasan intern
keuangan negara. Dengan pengaturan jenis
pemerintah. Akhirnya pada Tahun 2008,
aparat pengawasan intern tersebut, maka
Pemerintah menetapkan PP No. 60 Tahun
permasalahan yang timbul adalah:
2008 tentang SPIP.
• Ketidakjelasan pengawasan intern oleh
Atas rancangan PP tentang SPIP
BPKP dalam kerangka pengelolaan
tersebut, BPK melakukan kajian BPK keuangan negara. Presiden telah
tentang perbandingan kerangka SPIP dengan menguasakan pengelolaan keuangan
Committee of Sponsoring Organization (COSO), negara kepada Menteri Keuangan, menteri/
kemungkinan implementasi, dan kajian pimpinan lembaga, dan menyerahkan kepada

BAB V
mengenai pengefektifan SPIP. Hasil kajian kepala daerah.
tersebut adalah sebagai berikut:
• Tumpang tindih atau duplikasi pengawasan
intern.

• Perbandingan kerangka SPIP dengan • Ketidaksesuaian pembinaan pengawasan


COSO intern dengan arah otonomi daerah dan
desentralisasi pengelolaan keuangan negara/
Secara umum, pengaturan SPIP dalam daerah.
PP No. 60 Tahun 2008 telah sesuai dengan
• Pengertian dan tugas pengawasan intern
kerangka internal control COSO. Namun, ada
pengaturan COSO yang tidak diadopsi oleh Pengertian dan tugas pengawasan
SPIP yaitu langkah untuk mengatasi risiko intern meliputi audit, evaluasi, reviu, dan
yang ada dan peran pegawai untuk memantau pengawasan lainnya. Permasalahan pengertian
penyelenggaraan pengendalian intern. dan tugas pengawasan intern sebagai berikut:

• Pengertian pengawasan intern lebih terfokus 99


Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

pada audit dibandingkan dengan fungsi 5.5.2 Penerapan SAP Berbasis Akrual
pengendalian sebagai bagian dari fungsi
100 BPK mendukung pengaturan dan
manajemen pemerintah.
penerapan SAP berbasis akrual karena selain
• PP No. 60 Tahun 2008 lebih menekankan untuk memenuhi ketentuan perundang-
dan menjelaskan secara detail tugas undangan, Pemerintah dapat melakukan
pengawas intern dalam bentuk audit perencanaan jangka panjang melebihi
dibandingkan dengan evaluasi, reviu dan satu tahun anggaran, dan meningkatkan
pengawasan lainnya. Sebagai contoh terkait transparansi dan akuntabilitas keuangan
audit, PP No. 60 Tahun 2008 mengatur negara. Bagi pemerintah, akuntansi berbasis
WHQWDQJVWDQGDUDXGLWNXDOLÀNDVLRUDQJQ\D akrual dapat digunakan sebagai dasar untuk
dan laporannya. mengukur kinerja lebih akurat, menyelesaikan
permasalahan yang terkait dengan “Rekening
• Pengertian dan tugas pengawasan intern
Liar”, pelaksanaan anggaran mendesak seperti
berupa audit dapat menimbulkan duplikasi
terjadi pada KPU pada akhir Tahun 2008
dengan peran pemeriksaan BPK. Hal ini
yang lalu, serta pengungkapan kewajiban
terlihat dari pengertian dalam PP No. 60
kontinjensi Pemerintah.
Tahun 2008 tentang audit yang mirip dengan
pengertian pemeriksaan. Keharusan untuk mengadopsi basis
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

akrual telah diatur dalam UU Nomor 17 Tahun


• PP No.60 Tahun 2008 tidak selaras dengan
2003 dan UU Nomor 1 Tahun 2004, namun
UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15
ternyata hingga saat ini, Pemerintah belum
Tahun 2006 terkait dengan tidak adanya
merubah sistem keuangannya dan belum
ketentuan mengenai penyampaian laporan
membuat suatu pentahapan pengaturan dan
hasil pengawasan intern kepada BPK untuk
penerapan akuntansi berbasis akrual dengan
dapat dimanfaatkan.
jelas dan terjadwal.
• Pembinaan aparat pengawasan intern oleh
Secara penyajian dan substansi, Draf
BPKP tidak selaras dengan desentralisasi
Final SAP Berbasis Akrual yang telah disusun
pengelolaan keuangan negara/daerah dan
oleh Pemerintah tersebut masih mengandung
otonomi daerah.
ketidakkonsistenan, ketidakjelasan,
• Pengaruh terhadap pemeriksaan BPK ketidaklengkapan dan duplikasi, serta
Pengaruh PP No. 60 Tahun 2008 ketidakakuratan pengaturan. Dengan
terhadap pemeriksaan BPK adalah terkait demikian, Draf Final SAP Berbasis Akrual
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan tersebut perlu disempurnakan. Sebelum
pelaporan hasil pemeriksaan, serta hubungan SAP berbasis akrual ditetapkan dalam suatu
BPK dengan aparat pengawasan intern Peraturan Pemerintah (PP) dan dalam rangka
pemerintah. keefektifan penerapannya, Pemerintah perlu
mempertimbangkan mengenai:
Akibat dari substansi pengawasan
intern yang tugasnya difokuskan pada audit, • Mengganti Standar Akuntansi Pemerintahan
maka telah diterbitkan Permenpan No. 220 (SAP) berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005
tahun 2008 tentang JFA yang terminologi dengan SAP yang berbasis akrual.
essensinya jadi duplicated dengan JFP. Di • Menyusun sistem manajemen dan
samping itu Menpan telah pula menetapkan pertanggungjawaban keuangan negara yang
peraturan tentang standar audit APIP yang sesuai dengan Paket Tiga UU Keuangan
meliputi standar audit keuangan, kinerja dan Negara tahun 2003-2004.
PDTT. Padahal SPI tidak melaksanakan audit
• Melakukan sosialisasi pemahaman atas
keuangan.
manfaat akuntansi berbasis akrual oleh
stakeholder khususnya DPR dan DPRD.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

• Melakukan sosialisasi dan pelatihan proses politik yang terlalu panjang dalam
pada pejabat pengelola keuangan negara pengesahan APBN maupun APBD serta
mengingat kompleksitas laporan yang harus buatan birokrasi pemerintahan itu sendiri.
disusun pemerintah sesuai SAP berbasis
Penyerapan anggaran pemerintah
akrual, yaitu sebanyak tujuh laporan
propinsi di seluruh Indonesia pada tahun 2008
dibandingkan dengan empat laporan sesuai
rata-rata hanya berkisar antara 60% sampai
SAP yang diatur dalam PP No. 24 Tahun
70% dan hanya empat provinsi yang dapat
2005.
menyerap 80% anggaran untuk keperluan
• Menyiapkan sumber daya manusia dan pembangunan daerahnya seperti terlihat pada
infrastruktur sistem, serta biaya atau Gambar 5.6.
investasi yang harus disediakan pemerintah
Dana pemerintah daerah yang tidak
untuk mempersiapkan sumber daya tersebut.
terserap sebagian besar disimpan pada
• Meningkatkan kualitas laporan keuangan industri perbankan, terutama di BPD dan
pemerintah karena masih banyak yang bank-bank negara. Peningkatan jumlah dana
memperoleh opini disclaimer atau tidak Pemda yang ditempatkan di sektor perbankan
menyatakan pendapat dari BPK. selama Tahun 2003-2008 terlihat pada Gambar
5.7.
• Memulai uji coba atau simulasi pada satu
atau lebih pemerintah pusat dan daerah Dana Pemerintah Daerah yang tidak
dengan data aktual. terserap dan disimpan pada BPD dan bank-
bank negara kemudian didaur ulang oleh bank
Berdasarkan hal-hal di atas, Draf Final
WHUVHEXWXQWXNPHPEHOL6%, 6HUWLÀNDW%DQN
SAP Berbasis Akrual yang disampaikan
Indonesia) ataupun membeli SUN.
Menteri Keuangan kepada BPK perlu
disempurnakan serta dibuat pentahapan Realisasi pengeluaran anggaran
yang jelas dan terjadwal termasuk uji coba yang menumpuk menjelang kuartal keempat
atau simulasi untuk melihat keterterapan tahun anggaran, utamanya terjadi pada
SAP tersebut oleh pemerintah pusat dan bulan Desember. Hal tersebut terlihat
pemerintah daerah. pada Gambar 5.8 dan Gambar 5.9. Gambar
5.8 mencerminkan jadwal waktu (timing)
pengeluaran belanja Pemerintah Pusat dan
5.5.3 Penumpukan Pencairan Anggaran Gambar 5.9 menggambarkan realisasi transfer
pada Akhir Tahun. dana perimbangan dari Pemerintah Pusat ke
BPK memahami keterbatasan Pemerintah Daerah, Tahun 2005-2008.

BAB V
kemampuan Pemerintah Indonesia melakukan Realisasi pengeluaran anggaran
VWLPXOXVÀVNDOJXQDPHQJJHUDNNDQNHPEDOL yang terkonsentrasi pada kuartal keempat
pertumbuhan ekonominya. Untuk itu, tahun anggaran seperti ini mengurangi
Pemerintah perlu menajamkan waktu (timing) HIHNWLYLWDVVWLPXOXVÀVNDOSHPHULQWDK'DODP
pencairan anggaran untuk membiayai keadaan seperti itu muncul kemungkinan
kegiatannya dan menajamkan struktur serta rekayasa dan terganggunya efektivitas,
arah sasaran pengeluaran negara yang ingin HNRQRPLVGDQHÀVLHQVLSHQJDGDDQEDUDQJ
dituju. dan jasa pemerintah, pembukaan rekening
Hasil pemeriksaan BPK menggambarkan antara (escrow account) dan rekening liar
EDKZDHIHNWLYLWDVHÀVLHQVLGDQNHKHPDWDQ untuk menyimpan anggaran yang belum
ekonomi pengeluaran Pemerintah Pusat dan digunakan serta kemungkinan pembuatan
Daerah masih rendah. Penyebab permasalahan SHUWDQJJXQJMDZDEDQÀNWLI
tersebut antara lain perencanaan dan Hasil pemeriksaan BPK di berbagai
penggunaan anggaran negara terlambat, instansi pemerintah pusat dan daerah 101
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Gambar 5.6: Penyerapan Anggaran Pemerintah Provinsi per 30 November 2008

102 PENYERAPAN ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI


PER 30 NOVEMBER 2008
1 0 0 ,0 0 %

9 0 ,0 0 %

8 0 ,0 0 %

7 0 ,0 0 %

6 0 ,0 0 %

5 0 ,0 0 %

4 0 ,0 0 %

3 0 ,0 0 %

2 0 ,0 0 %

1 0 ,0 0 %

0 ,0 0 %

NTT
NTB
RIAU
NAD

JAMBI

BALI
BANTEN

PAPUA
LAMPUNG
BENGKULU

MALUKU
JAWA TIMUR

GORONTALO
DKI JAKARTA
KEPULAUAN RIAU

JAWA TENGAH

PAPUA BARAT
KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI TENGAH

MALUKU UTARA
JAWA BARAT
SUMATERA UTARA

SUMATERA BARAT

KEP. BANGKA BELITUNG

SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
D.I. YOGYAKARTA

SULAWESI UTARA
KALIMANTAN BARAT

SULAWESI BARAT
KALIMANTAN SELATAN
SUMATERA SELATAN

SULAWESI TENGGARA
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Sumber: Ditjen BAKD Depdagri, 2008

menunjukkan adanya permasalahan pencairan 2003–2004, implementasi undang-undang


anggaran akhir tahun dengan menggunakan tersebut berlangsung sangat lamban. Hampir
bukti pertanggungjawaban keuangan yang tidak ada satu pun jadwal waktu masa transisi
bersifat formalitas dan tidak sesuai dengan yang disebut dalam undang-undang tersebut
kondisi sebenarnya. dipenuhi. Lambannya upaya pembangunan
0HQJLQJDWSHUDQDQNHELMDNDQÀVNDO sistem keuangan tersebut disebabkan belum
sangat penting pada situasi krisis, perlu adanya upaya terpadu dari pemerintah
kiranya Pemerintah, Kepala Daerah, DPR- untuk mengimplementasikan paket tiga UU
RI dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota Keuangan Negara. Hingga saat ini, sistem
melakukan langkah-langkah perbaikan dan perbendaharaan negara belum sepenuhnya
terobosan yang diperlukan untuk mengatasi terkonsolidasi dalam suatu treasury single
permasalahan yang telah diuraikan di atas. account (TSA), sistem akuntansi umum belum
selaras dengan sistem akuntansi instansi dan
administrasi aset maupun hutang negara
5.6 Upaya Mendorong belum tertata dengan baik. Peranan anggaran
nonbujeter masih tetap besar, berbagai
Transparansi dan
undang-undang dan peraturan pemerintah
Akuntabilitasi Keuangan dalam bidang keuangan negara masih saling
Negara bertentangan satu dengan lainnya dan belum
Sebagaimana diketahui hasil selaras dengan semangat paket tiga UU
pemeriksaan BPK atas pengelolaan dan Keuangan Negara. Disamping itu, lambannya
tanggung jawab keuangan negara/daerah pembangunan sistem keuangan negara
terhadap pemerintah pusat dan daerah oleh pemerintah juga terlihat pada belum
selama Tahun 2004-2008 masih menunjukkan terwujudnya anggaran berbasis kinerja, belum
banyak kelemahan dan baru menunjukkan terpadunya teknologi informasi, rendahnya
tanda-tanda perbaikan dalam satu tahun kualitas sumber daya manusia di bidang
terakhir. Sejak diterbitkannya paket tiga akuntansi, serta belum berfungsi dengan baik
Undang-Undang Keuangan Negara Tahun sistem pengendalian internal.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

ĂŶĂWĞŵĚĂWĂĚĂ^ĞŬƚŽƌWĞƌďĂŶŬĂŶ
(Triliun Rp)

100.6
93.4 91.5 94.4
86.0
75.6
68.9 68.3

41.9

21.5 24.6

Gambar 5.7: Dana Pemda Pada Sektor Perbankan Tahun 2003 – 2008 (Triliun Rp)

Lambannya pembangunan sistem


5.6.1 Inisiatif BPK
keuangan negara terjadi pada pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Diantara kedua BPK tidak berwenang untuk
tingkat pemerintahan tersebut, pembangunan mengambil kebijakan dan tindakan langsung
sistem keuangan pemda lebih lambat bagi perbaikan sistem keuangan negara.
kemajuannya daripada pemerintah pusat. Kewenangan seperti ini hanya dimiliki oleh
Hal ini menggambarkan kemampuan daerah Pemerintah bersama dengan lembaga-lembaga
yang sangat terbatas untuk membangun perwakilan Rakyat melalui pembuatan UU dan
kelembagaannya agar dapat menggunakan aturan maupun tindakan lain yang bersifat
wewenang dan dananya yang semakin memaksa. Selain berwenang untuk membuat
besar dalam rangka otonomi daerah. Akibat UU, DPR sekaligus memiliki hak budjet
kelambanan perbaikan sistem keuangan sehingga dapat mengawasi anggaran negara
negara, selama Tahun 2006–2008 opini yang mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta
diberikan atas LKPP, sebagian LKKL, dan pertanggungjawaban.
sebagian LKPD adalah disclaimer/TMP. Setelah memperoleh kembali otonomi
Satu-satunya tugas konstitusional dan independensinya dalam UU No. 15 Tahun
BPK adalah untuk melakukan pemeriksaan 2006, ada enam bentuk inisiatif yang telah
keuangan negara. Berdasarkan hasil dilakukan oleh BPK untuk mempercepat
pemeriksaannya, BPK memberikan opini pembangunan sistem keuangan negara agar
pemeriksaan serta saran dan rekomendasi sesuai dengan jiwa dan semangat transparansi
kepada Pemerintah dan DPR untuk dan akuntabilitas yang tercermin dalam UU
membangun dan menyempurnakan sistem Tahun 2003-2004. Keenam bentuk inisiatif itu

BAB V
keuangan negara. Setelah menyerahkannya merupakan beyond the call of duty bagi BPK
kepada DPR, sebagai pemegang hak yang mempengaruhi baik eksekutif maupun
budjet, BPK wajib mengumumkan hasil legislatif, yakni; Inisiatif pertama adalah untuk
pemeriksaannya secara luas kepada memperluas objek pemeriksaannya, baik pada
masyarakat. BPK wajib untuk segera sisi pendapatan maupun pengeluaran negara.
melaporkan hasil pemeriksaan yang diduga Tadinya, selama masa pemerintahan Orde
mengandung aspek kriminal kepada penegak Baru, BPK hanya dapat memeriksa sebagian
hukum untuk disidik. Selain itu, BPK diberi saja dari pengeluaran negara. Misalnya,
kewenangan quasi-judicial untuk menghitung masih adanya pembatasan pemeriksaan
dan menetapkan kerugian negara. UU laporan keuangan instansi penegak hukum
No. 15 Tahun 2006 juga menugaskan BPK dan keamanan, seperti Dephan, TNI/POLRI,
untuk memantau tindak lanjut saran serta berbagai BUMN/BUMD strategis, seperti
rekomendasi pemeriksaannya. Pertamina dan bank-bank negara adalah
diluar jangkauan pemeriksaan BPK. Hal ini
juga terjadi disisi penerimaan negara seperti 103
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

104 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (Triliun Rupiah)


Jan 2005 - Juni 2008

50.00
Belanja Barang
40.00 Belanja Modal
30.00 Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain
20.00

10.00

0.00
Des Des Des
2005 2006 2007 2008

Gambar 5.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (triliun Rupiah) Jan 2005 - Juni 2008

pajak, berbagai jenis PNBP, penjualan aset jangka panjang berbasis kinerja;
negara termasuk privatisasi BUMN/BUMD,
b. mewujudkan sistem pembukuan keuangan
serta penerimaan negara dari hibah maupun
negara yang terpadu (TSA-Treasury Single
utang.
Account);
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Inisiatif kedua adalah untuk mewajibkan


c. menggunakan sistem aplikasi teknologi
semua terperiksa (auditees) menyerahkan
komputer yang terintegrasi;
Management Representation Letter (MRL)
kepada BPK. Surat ini merupakan pernyataan d. melakukan inventarisasi serta penilaian
dari pimpinan instansi pemerintah yang kembali aset maupun hutang negara;
bersangkutan yang mengatakan bahwa e. memenuhi jadwal penyusunan laporan
laporan keuangan yang diserahkan untuk keuangan dan pemeriksaan serta
diperiksa oleh BPK tersebut adalah pertanggungjawaban anggaran negara
disajikan secara wajar sesuai dengan SAP sebagaimana diatur dalam Paket Tiga UU
Tahun 2005. MRL sekaligus dimaksudkan Keuangan Negara Tahun 2003-2004;
untuk memberdayakan pengawas internal
f. meningkatkan quality assurance oleh
pemerintah agar dapat mencegah terjadinya
pengawas internal; dan
LQHÀVLHQVLVHUWDPHQGHWHNVLGLQLNHMDKDWDQ
korupsi. Ketiga sasaran ini ingin dicapai g. meningkatkan mutu sumber daya manusia
dengan mewajibkan agar laporan keuangan (SDM) dalam bidang akuntansi dan
yang diserahkan untuk diperiksa oleh BPK pengelolaan keuangan negara.
itu hendaknya direviu terlebih dahulu oleh
Inisiatif BPK keempat adalah membantu
Inspektur Jenderal/Satuan Pengawasan Intern
entitas pemerintah mencari jalan keluar untuk
serta Bawasda.
mengimplementasikan Rencana Aksi yang
Inisiatif BPK ketiga adalah mewajibkan telah disusun dan diserahkannya kepada BPK.
semua terperiksa untuk menyusun Rencana Untuk mengatasi kelangkaan SDM, misalnya,
Aksi guna meningkatkan opini pemeriksaan BPK menyarankan agar instansi pemerintah
laporan keuangannya. Rencana Aksi itu Pusat dan Daerah meminta bantuan
hendaknya memuat rencana perbaikan sistem tenaga akuntan dari BPKP. Tujuan awal
keuangan instansi dengan program serta Pemerintah mendirikan BPKP adalah untuk
jadwal yang jelas. Perbaikan sistem keuangan membangun sistem akuntansi pemerintahan
itu menyangkut berbagai aspek, yakni: di Indonesia dan mengawasi keuangan
negara. Dalam masa pemerintahan orde baru,
a. menuju sistem pembukuan dan anggaran
BPKP disalahgunakan untuk melakukan
akrual untuk mengungkapkan hak dan
pemeriksaan keuangan negara menyaingi
kewajiban kontijensi serta perencanaan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Realisasi Transfer Dana Perimbangan (Triliun Rupiah)


Jan 2005 - Juni 2008

140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Des Des Des
2005 2006 2007 2008

Gambar 5.9 Realisasi Transfer Dana Perimabangan (triliun Rupiah) Jan 2005-Juni 2008

BPK. Alternatif lain untuk memenuhi Kedua jenis program itu adalah dalam
keperluan SDM adalah dengan merekrut bidang perencanaan pembangunan dan
sendiri tenaga-tenaga akuntan ataupun manajemen keuangan daerah dan diharapkan
mengirimkan pejabatnya pada berbagai dimulai pada bulan September 2009. Kedua
perguruan tinggi yang memiliki jurusan program ini dimaksudkan untuk membangun
akuntansi ataupun berbagai kursus kedinasan kapasitas Pemda kedua provinsi itu dalam
mengenai administrasi keuangan negara. melaksanakan otonomi daerah. Kedua
Inisiatif BPK kelima adalah mendorong program pelatihan itu akan dilakukan di
perombakan struktural Badan Layanan Umum dua universitas yang ada di kedua provinsi
(BLU), BUMN dan BUMD serta yayasan tersebut dengan bantuan desain silabus serta
maupun kegiatan bisnis yang terkait dengan tenaga pengajar dari LPEM Fakultas Ekonomi
kedinasan agar menjadi lebih mandiri dan UI maupun enam perguruan tinggi yang telah
korporatis. digunakan oleh Depkeu untuk melakukan
pelatihan manajemen keuangan daerah4.
Inisiatif BPK yang keenam adalah
menyarankan kepada DPR-RI, DPD-RI dan Dibidang teknologi informasi dan
DPRD Provinsi maupun Kabupaten/Kota komunikasi, kedua provinsi tersebut
untuk membentuk Panitia Akuntabilitas membutuhkan perangkat dan sistem
Publik (PAP). PAP perlu dibentuk agar teknologi untuk memudahkan pertukaran
lembaga-lembaga legislatif dapat mewujudkan informasi dan komunikasi terkait pengelolaan
hak budjetnya dan mengawasi perencanaan, keuangan daerah dan pelaksanaan otonomi
pengelolaan, pelaksanaan maupun daerah. Pembangunan sistem informasi dan
pertanggungjawaban anggaran negara serta komunikasi antara pemerintah daerah di

BAB V
program kerja pemerintah secara utuh. kedua provinsi tersebut sangat mendesak
PHQJLQJDWIDNWRUNRQGLVLJHRJUDÀVVHUWD
Disamping keenam bentuk inisiatif
keterbatasan sarana dan prasarana
yang telah diuraikan sebelumnya, BPK
komunikasi. Dalam hal ini, BPK menyarankan
juga memiliki insiatif khusus untuk
untuk membangun sistem informasi dan
membangun kelembagaan keuangan daerah
komunikasi, dengan mengambil contoh
di lingkungan Provinsi Papua dan Papua
Barat, yang kemudian dapat dicontoh
4 Keenam Perguruan Tinggi itu adalah Universitas Indonesia,
untuk diterapkan di daerah lain. Inisiatif Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, Universitas
tersebut meliputi bidang perencanaan Hasanuddin, Universitas Brawijaya dan Universitas Sam Rat-
ulangi. UI dan UGM memulai pembukaan Latihan Keuangan
pembangunan, manajemen keuangan daerah, Daerah (LKD) pada tahun 1981/82. Kursus Keuangan Daerah
serta teknologi informasi dan komunikasi. dibuka pada tahun 1985/86 di UI, UGM, Unand dan Unhas
yang kemudian diperluas ke Unibraw dan Unsrat pada tahun
Dewasa ini, BPK, bersama dengan Depkeu
2007. Pada tahun 2007 itu juga dibuka Kursus Keuangan
dan Depdagri sedang mendesain dua jenis Daerah (KKD) Khusus Penataan dan Akuntansi Keuangan di
program khusus dibidang keuangan daerah. keenam Perguruan Tinggi tersebut.
105
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

106
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Upaya mendorong tata kelola keuangan negara.

seperti yang telah dibangun dan dilaksanakan rangkaian kegiatan Dialog Publik dalam
oleh BRR Aceh-Nias untuk mengelola dan rangka mendorong terciptanya transparansi
PHPDQWDXVHPXDDNWLÀWDVWHUNDLWGHQJDQ dan akuntabilitas pengelolaan dan tanggung
pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di jawab keuangan negara. Kegiatan tersebut
daerah Aceh dan Nias. dilaksanakan pada sejumlah instansi
Pemerintah Pusat, seluruh Pemerintah
Kabupaten/Kota serta DPRD di Indonesia,
5.6.2 Kemajuan Pengelolaan Keuangan serta pada berbagai kedutaan besar RI di
Negara luar negeri. Kegiatan yang bertujuan untuk
Sebagai auditor eksternal, kewenangan membangun sistem pengendalian dan
BPK hanya terbatas pada pemberian opini pertanggungjawaban keuangan negara seperti
pemeriksaan, saran maupun rekomendasi ini sebenarnya merupakan porsi pemerintah.
perbaikan. BPK tidak memiliki kewenangan Melalui berbagai kegiatan dialog publik
membuat UU, aturan, maupun tindakan dan enam insiatif yang merupakan beyond the
yang bersifat memaksa guna memperbaiki call of duty bagi BPK, pada Tahun 2008 sudah
sistem keuangan negara. Berbagai jenis terlihat tanda-tanda positif perbaikan sistem
kewenangan yang disebut terakhir hanya keuangan negara di Indonesia. Tanda-tanda
dimiliki oleh Pemerintah dan DPR. Dengan perbaikan tersebut adalah sebagai berikut:
dilatarbelakangi rasa keprihatinan terhadap Tanda yang pertama adalah bahwa sudah
fenomena penyimpangan keuangan negara banyak dari instansi pemerintah di Pusat
baik di tingkat pusat maupun daerah yang maupun Daerah yang telah menyerahkan
semakin marak, sejak Mei 2008 sampai dengan MRL dan Rencana Aksi perbaikan opini sistem
April 2009, Ketua BPK telah melakukan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

keuangannya kepada BPK. sebagai Badan Akuntabilitas Keuangan


Tanda kemajuan yang kedua adalah Negara (BAKN). Dengan terbentuknya BAKN,
pesatnya kemajuan opini pemeriksaan Laporan DPR sebagai representasi dari seluruh rakyat
Keuangan Departemen dan Lembaga Negara Indonesia yang memiliki hak budjet dan
(LKKL). LKKL adalah merupakan komponen pengawasan diharapkan lebih mengetahui
utama LKPP. Kemajuan dalam LKKL secara transparan penggunaan uang rakyat
sudah terjadi pada berbagai Departemen secara menyeluruh.
besar seperti Departemen Perindustrian, Tanda positif kelima adalah bahwa
Departemen Keuangan, Dephankam/TNI, Ditjen Pajak sudah mulai semakin terbuka
Departemen Pertanian, serta Depdiknas. untuk diperiksa oleh BPK. Diharapkan, Ditjen
Tadinya opini pemeriksaan WTP dan WDP Pajak, BP Migas dan Departemen terkait dapat
hanya merupakan monopoli lembaga kecil merasionalisir komponen biaya eksploirasi dan
dan lembaga yang baru didirikan seperti penambangan migas (cost recovery) maupun
Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, pertambangan non-migas, menetapkan
Lemhannas, dan Badan Intelijen Negara pagu rasio hutang terhadap ekuitas (debt-to-
yang menguasai porsi anggaran negara yang equity ratio) perusahaan pertambangan dan
relatif kecil. Dilain pihak, laporan keuangan mencegah terjadinya kejahatan perpajakan
beberapa Departemen penting dan penegak termasuk transfer pricing. Dengan demikian
hukum, seperti Departemen Dalam Negeri dan BPK dapat melakukan pemeriksaan dua
Departemen Agama serta Mahkamah Agung sisi anggaran negara. Tidak lagi hanya
dan Kejaksaan Agung, masih mendapatkan pada sisi pengeluaran APBN tetapi juga sisi
opini TMP. penerimaan.
Tanda perbaikan ketiga, adalah
kemajuan opini pemeriksaan LKPD. Jumlah
5.6.3 Penghargaan BPK
pemda yang memperoleh opini WTP meningkat
dari tiga pemda pada tahun 2006 menjadi Upaya BPK dalam mendorong perbaikan
delapan pemda pada Tahun 2008. Sementara tata kelola keuangan negara tidak hanya
itu opini TMP menurun dari 106 pemda pada sebatas mendorong pemerintah untuk
Tahun 2006 menjadi 32 pemda pada Tahun melaksanakan inisiatif BPK. Sebagai tanda
2008. Memenuhi inisiatif BPK, terdapat 279 apresiasi BPK atas pencapaian Pemerintah
Pemda yang sudah menyerahkan Rencana dalam melaksanakan pengelolaan dan
Aksi (action plan). Provinsi yang paling rendah tanggung jawab keuangan negara BPK telah
menyerahkan Rencana Aksi perbaikan sistem memberikan penghargaan kepada instansi

BAB V
keuangannya adalah: Lampung, Sumatera pemerintah pusat dan daerah yang memiliki
Barat, Maluku Utara dan Jawa Tengah. prestasi di bidang tata kelola yang baik.

Tanda positif keempat adalah Lembaga Penghargaan BPK diberikan untuk


perwakilan/legislatif sudah memenuhi saran pertama kalinya pada peringatan 60 tahun
BPK agar membentuk Panitia Akuntabilitas BPK pada Tahun 2007. Saat itu, BPK hanya
Publik yang disebut sebagai Badan memberikan penghargaan untuk satu kategori,
Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN). BPK yaitu apresiasi BPK atas upaya menuju tertib
menyampaikan apresiasi terhadap Pimpinan administrasi keuangan daerah. Pemerintah
dan segenap anggota DPR periode Tahun 2004- daerah yang mendapat penghargaan tersebut
2009 yang telah menerima saran BPK agar adalah Pemerintah Provinsi Gorontalo.
membentuk PAP dengan disahkannya UU
Pada Tahun 2009 ini, BPK
No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD,
menganugerahkan penghargaan kepada 17
dan DPRD pada tanggal 29 Agustus 2009.
Kementerian/Lembaga dan 4 Pemerintah
Dalam pasal 110 UU tersebut, PAP disebut 107
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Daerah. Kategori pertama yaitu Penghargaan kepada satu pemerintah daerah, yaitu Kota
BPK atas Laporan Keuangan Tahun 2007 Tangerang.
108
dengan Opini WTP, diberikan kepada 14
Penghargaan BPK ini difokuskan pada
Kementerian/Lembaga, yaitu: Kementerian
pelaporan keuangan dan tidak dimaksudkan
Negara BUMN, Badan Intelijen Negara,
untuk menjamin ketiadaan pelanggaran
Dewan Ketahanan Nasional, Lembaga
terhadap ketentuan peraturan perundang-
Ketahanan Nasional, Makamah Konstitusi,
undangan. Melalui penganugerahan
Pusat Pelaporan Analisa Transaksi Keuangan
penghargaan ini, dapat terbentuk pandangan
(PPATK), Lembaga Administrasi Negara,
bahwa suatu pelaporan keuangan yang baik
Kementerian Perumahan Rakyat, BRR NAD-
tidak hanya berujung pada tercapainya opini
Nias, Dewan Perwakilan Daerah, Komisi
Wajar Tanpa Pengecualian, namun, BPK
Yudisial, Lembaga Penjamin Simpanan,
berharap terjadi suatu pemahaman bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi, serta Bank
laporan keuangan yang baik dapat menjadi
Indonesia. Untuk kategori yang sama
sumber informasi yang strategis dalam
penghargaan ini juga diberikan kepada empat
pengambilan keputusan oleh pengguna laporan
pemerintah daerah, yaitu: Provinsi Gorontalo,
keuangan. Selanjutnya, harapan BPK dengan
Kota Tangerang, Kota Banjar, dan Kabupaten
pemberian penghargaan ini dapat memacu
Aceh Tengah.
MENDORONG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

pemerintah pusat/daerah dalam mempercepat


Pada kategori kedua yaitu Penghargaan perwujudan transparansi dan akuntabilitas
BPK atas Upaya Pencapaian Pelaporan keuangan negara.*****
Keuangan yang baik Tahun 2007, diberikan
kepada tiga departemen, yaitu: Departemen
Perindustrian, Departemen Sosial, dan
Departemen Pertahanan. Penghargaan
dengan kategori kedua ini juga diberikan
BAB VI
HARAPAN
MASA DEPAN
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

6
110

FG

A
ktualisasi visi dan misi, rencana BPK dalam mengemban amanat konstitusi
strategi dan capaiannya, serta dan menciptakan kepercayaan para pemangku
peranan BPK dalam mendorong kepentingan. BPK telah memberikan nilai
transparansi dan akuntabilitas keuangan tambah tersendiri dalam catatan perjalanan
Negara sesuai dengan amanat konstitusi, UU reformasi transparansi dan akuntabilitas
HARAPAN MASA DEPAN

Nomor 15 Tahun 2006, dan paket tiga Undang- keuangan negara yang masih belum purna.
undang di bidang keuangan Negara telah
Capaian dan upaya penguatan atas
mencapai hasil yang optimal pada akhir
delapan elemen kelembagaan (Bab IV
masa jabatan BPK RI 2004-2009. Pimpinan
Membangun Lembaga Menuju Pelopor
dan Anggota BPK yang berkarya selama 2004-
Keteladanan) dan atas hasil pemeriksaan
2009 mengucapkan terima kasih kepada para
maupun tugas non-pemeriksaan (Bab V
pemangku kepentingan dan seluruh pegawai
Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas
BPK atas dukungan dan kerjasama yang
Keuangan Negara) masih menyisakan
baik. Berkat itu semua, BPK telah berhasil
beberapa hal yang perlu mendapatkan
melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan
perhatian untuk menjamin pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab keuangan negara dengan
BPK sebagai lembaga negara yang bebas,
baik dan meletakkan dasar-dasar suatu
mandiri dan profesional.
organisasi pemeriksa yang modern dalam
mewujudkan BPK sebagai lembaga yang bebas,
mandiri dan profesional. 6.1. Penuntasan Capaian Elemen
Visi dan Misi yang mendasari Rencana Kelembagaan
Strategis dan Implementasi Rencana Strategis Pimpinan dan Anggota BPK 2004-2009
2006-2010 telah mampu memberikan arah telah berhasil membangun delapan elemen
dan gerak langkah seluruh satuan kerja di kelembagaan BPK selama lima tahun terakhir.
BPK – pusat maupun perwakilan – untuk Hal ini pun sesuai dengan simpulan hasil reviu
secara bersama-sama meraih keempat BPK Belanda yang menyebutkan bahwa sejak
tujuan strategis BPK secara terukur dengan 2004 BPK telah meletakkan dasar yang kokoh
berlandaskan ketiga nilai dasar: independen, agar dapat berfungsi sebagai sebuah lembaga
integritas dan profesionalisme. Segitiga pemeriksa tertinggi. Namun demikian, terlepas
peranan BPK masa kini dan masa mendatang dari keberhasilan dan capaian tersebut,
telah mampu menumbuhkan kepercayaan diri BPK menyadari bahwa tuntutan perubahan
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Peranan BPK RI di kancah pergaulan Internasional.

kelembagaan yang terjadi dalam BPK sebagai 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006, BPK telah
implikasi dari UU No. 15 Tahun 2004 dan UU menyelesaikan 9 peraturan dan keputusan
No. 15 Tahun 2006 sangat luar biasa besarnya. BPK dan masih harus menyelesaikan
Hal ini memerlukan upaya yang luar biasa 10 lainnya, antara lain: (1) Tata Cara
dan waktu yang tidak pendek untuk menjawab Pelaksanaan Tugas BPK (Pasal 6 ayat 6 UU
tuntutan perubahan tersebut. Berikut ini No. 15 Tahun 2006); (2) Tata Cara Pemilihan
beberapa hal penting terkait delapan elemen Ketua dan Wakil Ketua BPK serta pembagian
kelembagaan yang masih perlu dituntaskan: tugas dan wewenang Ketua, Wakil Ketua,
dan Anggota BPK (Pasal 15 ayat 5 UU No. 15
a. Independensi dan Mandat
Tahun 2006); dan (3) Pemberian Keterangan
Meskipun semua persyaratan Ahli ttg Kerugian Negara/Daerah dalam proses
independensi BPK sudah tertuang dalam peradilan (Pasal 11 huruf c UU 15 Tahun
peraturan perundang-undangan, namun 2006).
dalam pelaksanaannya masih ada yang
b. Kepemimpinan dan Tata Kelola Intern
belum terwujud. Pertama, terkait Pasal 10
Ayat (1.b) UU No. 15 Tahun 2004 dan Pasal Kontinuitas merupakan satu hal penting
9 Ayat (1.b) UU No. 15 Tahun 2006 tentang dalam setiap pergantian pimpinan. BPK
kebebasan akses informasi, dimana BPK masih telah memiliki rancang bangun kelembagaan
menemui kendala dalam mengakses data BPK yang merupakan elemen dasar bagi
perpajakan dan pemeriksaan atas laporan organisasi modern dan sekaligus merupakan
keuangan proyek yang didanai dari hibah dan aspek penting dari sistem pengendalian
pinjaman luar negeri. Kedua, terkait Pasal intern. Komitmen BPK untuk melanjutkan
35 UU No. 15 Tahun 2006 tentang anggaran pembangunan kelembagaan BPK dengan
BPK, dimana BPK masih mengajukan menggunakan rancang bangun dan sistem
BAB VI

kebutuhan anggarannya ke Pemerintah dan pengendalian mutu yang sama akan sangat
mengikuti program-program yang ditetapkan menentukan keberhasilan tujuan reformasi
pemerintah dalam dokumen perencanaan BPK sesuai amanat undang-undang. Hal lain
dan penganggaran (DIPA) yang tidak sesuai yang tidak kalah penting adalah penyelesaian
dengan karakteristik tugas pemeriksaan BPK. SIMAK sampai kepada perumusan indikator
kinerja individu. Hal ini berguna untuk
Sesuai amanat UU No. 15 Tahun 111
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

melakukan evaluasi menyeluruh dan pengelolaan keuangan. Di bidang teknologi


berjenjang terhadap aktualisasi Renstra informasi (TI), BPK perlu melakukan penilaian
112
dan Implementasi Renstra 2006-2010 serta tentang tingkat dukungan TI dalam proses
untuk mulai mempersiapkan Renstra dan bisnis BPK dan menetapkan langkah-langkah
Implementasi Renstra 2011-2015. Penyusunan yang diperlukan untuk meningkatkan
Renstra BPK dan kebijakan ke depan perlu dukungan tersebut. Selain itu, BPK perlu
sejalan dengan kebijakan dan program yang mengembangkan TI untuk menjadikan
dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam hal BPK sebagai organisasi pembelajar melalui
pengawasan, BPK perlu memperkuat fungsi Knowledge Management Information System
Inspektorat Utama untuk melakukan reviu (KMIS).
atas sistem pemerolehan keyakinan mutu dan
f. Hubungan BPK dan Pemangku
menyempurnakan sistem pengendalian intern
Kepentingan
BPK. Selain perlu segera memilih Anggota
Majelis Kehormatan Kode Etik (MKKE), BPK Dalam kaitannya dengan peningkatan
perlu mengembangkan suatu sistem yang hubungan kerja terkait penyerahan hasil
menjamin penanaman kode etik pemeriksa. pemeriksaan, BPK perlu menyelesaikan revisi
MOU dengan DPR dan DPRD. Selain itu, BPK
Dalam hal akuntabilitas, meskipun
juga perlu mengatur mekanisme hubungan
tidak diwajibkan oleh peraturan perundang-
kerja dengan Badan Akuntabilitas Keuangan
undangan, BPK perlu menyusun laporan
Negara sebagai alat kelengkapan DPR yang
tahunan sebagai bentuk pertanggungjawaban
dibentuk berdasarkan usulan BPK.
kepada para stakeholder mengenai kinerja
HARAPAN MASA DEPAN

BPK. Dalam kaitannya dengan kegiatan


internasional, BPK telah mempunyai
c. Manajemen Sumber Daya Manusia
komitmen dengan INTOSAI, ASOSAI, lembaga
BPK telah menyusun cetak biru donor dan BPK negara lain melalui kerjasama
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) bilateral. Dengan memperhatikan asas
berbasis kompetensi. BPK perlu memberikan manfaat, selain menyelesaikan strategi dan
perhatian dan komitmen yang tinggi untuk kebijakan internasional, BPK perlu melakukan
menerapkan MSDM secara menyeluruh. Upaya evaluasi dan memfokuskan kegiatan
peningkatan kualitas SDM dan penuntasan internasional pada penyelesaian komitmen
peraturan BPK tentang Jabatan Fungsional yang telah disepakati.
Pemeriksa merupakan hal penting yang perlu
g. Penyempurnaan Berkelanjutan
mendapat perhatian khusus.
Reformasi kelembagaan BPK sebagai
d. Standar dan Metodologi
implikasi dari UU No. 15 Tahun 2004
Struktur kerangka pedoman dan UU No. 15 Tahun 2006 masih terus
pemeriksaan dan berbagai perangkat lunak berlangsung dan memerlukan evaluasi yang
di bidang pemeriksaan telah selesai disusun. memadai sebagai dasar untuk melakukan
Selain beberapa pedoman masih perlu penyempurnaan berkelanjutan. Dengan
penyempurnaan, BPK perlu memastikan memperhatikan tingkat perubahan yang
bahwa standar dan metodologi yang ada dapat luar biasa, BPK perlu menentukan fungsi
diterapkan secara menyeluruh terhadap semua yang bertanggung jawab dalam mengelola
kegiatan pemeriksaan. perubahan (change management).

e. Dukungan Kelembagaan h. Kinerja Pemeriksaan

Di bidang keuangan, BPK perlu Penilaian positif ARK terhadap empat


menunjuk suatu fungsi controller untuk belas uji petik pemeriksaan merupakan bukti
meningkatkan pengendalian dalam terhadap kualitas kinerja pemeriksaan BPK.
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

Praktek-praktek semacam ini perlu menjadi terhampar di antara Das sein (apa yang
contoh bagi seluruh pemeriksaan yang diharapkan atau harapan) dengan Das
dilakukan pada masa mendatang. sollen (apa yang terjadi atau realitas), dan
jika kemudian jarak di antara keduanya
Selain hal-hal di atas, BPK perlu
semakin besar, maka akan semakin besar pula
menindaklanjuti rekomendasi peer-review ARK
tantangan yang dihadapi oleh BPK.
Belanda untuk melakukan penyempurnaan
seluruh aspek sistem pengendalian mutu. Memperhatikan hal tersebut, enam
Diharapkan kualitas kelembagaan dan hasil peranan BPK yang digambarkan dalam
kerja BPK semakin meningkat pada lima segitiga peranan BPK masa kini dan
tahun mendatang ketika kinerja pemeriksaan masa mendatang masih relevan untuk
BPK kembali harus direviu oleh BPK negara memberikan arah ke depan dalam mendorong
lain. transparansi dan akuntabilitas keuangan
negara. Selama lima tahun terakhir BPK
terus membantu upaya pemberantasan KKN
6.2 Peranan BPK masa dengan melaporkan temuan berindikasi
mendatang tindak pidana kepada aparat penegak hukum,
Satu-satunya tugas BPK sesuai memperluas cakupan pemeriksaan, serta
amanat konstitusi adalah untuk memeriksa membantu pemerintah dalam menuntaskan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan implementasi paket tiga undang-undang
negara dan melaporkannya kepada lembaga keuangan negara tahun 2003-2004, dan
perwakilan untuk mendorong transparansi dan dalam melakukan reformasi institusional,
akuntabilitas keuangan negara dalam rangka termasuk restrukturalisasi BUMN dan badan
penegakan good governance. pelayanan umum, seperti sekolah/Universitas
dan rumah sakit. Secara bertahap BPK mulai
Meski hasil pemeriksaan BPK
meningkatkan peranan dalam melakukan
dan upaya beyond the call of duty sudah
SHPHULNVDDQNLQHUMDJXQDPHQLODLHÀVLHQVL
NLQHUMD JXQD PHQLODL HÀVLHQVL
menunjukkan tanda-tanda positif perbaikan
QLODLHNRQRPLPDXSXQHIHNWLÀWDVNHJLDWDQ
sistem keuangan negara setahun terakhir
instansi pemerintah.
ini, BPK masih menghadapi tantangan besar
dalam mendorong perbaikan transparansi Akhirnya, sebagai penutup dari
dan akuntabilitas keuangan negara. Hal ini keseluruhan uraian dalam Memori Masa
terkait dengan sistem manajemen keuangan Jabatan ini, Pimpinan dan Anggota BPK 2004-
pemerintah yang masih lemah, tingkat korupsi 2009 menyampaikan tongkat estafet tugas dan
yang masih tinggi, dan tindak lanjut atas hasil tanggung jawab konstitusi dalam memimpin
pemeriksaan yang sangat rendah. BPK kepada Pimpinan dan Anggota BPK
selanjutnya. ******
Upaya BPK untuk mendorong
transparansi dan akuntabilitas keuangan
negara belum sepenuhnya diikuti oleh instansi/
lembaga pemerintahan. Akibatnya, terjadi
kesenjangan yang lebar antara harapan
yang dikehendaki BPK di satu pihak (Das
BAB VI

sein), dengan realitas yang dihasilkan dari


pemeriksaan BPK di pihak lain (Das sollen).
Fenomena ini tergambar dengan sangat
jelas pada tindak lanjut hasil pemeriksaan
BPK. Karena “masalah” adalah jarak yang

113
Memori Jabatan BPK RI 2004-2009

114
HARAPAN MASA DEPAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
2004-2009
LAMPIRAN
116

Lampiran 4.1.
Metodologi Pemeriksaan Keuangan

Sumber: Juklak Pemeriksaan Keuangan

Lampiran 4.2.
Metodologi Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

S b J k i P ik LKPD
Sumber: Juknis Pemeriksaan LKPD
Lampiran 4.3.
Metodologi Pemeriksaan atas LKPP dan LKKL

Sumber: Juknis Pemeriksaan LKPP dan LKKL

Lampiran 4.4.
Metodologi Pemeriksaan Kinerja

117
Sumber: Juklak Pemeriksaan Kinerja
Lampiran 4.5.
Metodologi Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
118

Sumber: Juklak Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu

Lampiran 4.6.
Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif

Sumber: Juknis Pemeriksaan Investigatif


Lampiran 4.7.
Keterlibatan BPK dalam Organisasi INTOSAI

No Bidang dan Deskripsi Peran dan Komitmen Manfaat


Unit in Charge
COMMITTEE
1. Professional Standard Selama 6 tahun terakhir BPK mulai bergabung pada tahun Masukan untuk
ŽŵŵŝƚƚĞĞʹ&ŝŶĂŶĐŝĂů ŵĞŶLJƵƐƵŶ/EdK^/͛Ɛ 2007 sebagai Back Office Expert penyempurnan Standard dan
Audit Guidelines Financial Audit Guidelines dengan tugas memberikan Pedoman Pemeriksaan BPK
^ƵďĐŽŵŵŝƚƚĞĞ yang akan diadopsi dalam masukan terhadap konsep ISSAI sesuai dengan ISSAIs
the XX INCOSAI di Afrika dan mengikuti pembahasan
(AKN II & Direktorat Selatan tahun 2010. dalam forum Reference Panel
Litbang) Meeting tahun 2008.

WORKING GROUP

2. Working Group on WGEA dibentuk pada the BPK mulai terlibat dalam WGEA Peningkatan kemampuan
Environmental Audit XIV INCOSAI 1992 di pada 1999 dan menjadi anggota BPKdalam memeriksa
(WGEA) Washington, DC dengan Steering Committee pada 2004. lingkungan hidup termasuk
tujuan mendorong Saat ini, BPK bertanggung jawab
dengan penggunaan
penggunaan mandat dan atas Guidance Material on
instrumen pemeriksaan Auditing Forestry dan terlibat teknologi Geographic
dalam bidang kebijakan aktif dalam penyusunan Information System (GIS),
(AKN IV dan Staf Ahli perlindungan lingkungan Guidance Material on Auditing kerjasama pemeriksaan dan
Bidang Lingkungan Hidup hidup. Mining & Minerals, Auditing pertukaran informasi antar
dan Pembangunan Fisheries, dan Auditing Climate BPK, serta penyusunan
Berkelanjutan Change. BPK menjadi tuan rumah pedoman pemeriksaan
th
the 8 SC meeting of WGEA,
lingkungan hidup berstandar
Agustus 2009 di Ubud, Bali.
internasional.

3. Working Group on Semula berupa Task Force BPK menjadi wakil ketua Task Peningkatan kemampuan
yang dibentuk pasca Force. dalam pemeriksaan bencana,
ĐĐŽƵŶƚĂďŝůŝƚLJĨŽƌĂŶĚ
bencana di Asia Tenggara Dengan dana WB, BPK Belanda pertukaran informasi dan
Audit of Disaster-related (Desember 2004). dan BPKmemimpin pelaksanaan pengetahuan tentang
aid (AADA) Statusnya ditingkatkan Pilot Project Penggunaan manajemen dan audit
(AKN V dan AKN III) menjadi Working Group Teknologi GIS dalam Audit bencana, penggunaan GIS
yang bertujuan Bencana di Aceh yang hasilnya untuk audit bencana, serta
mengembangkan dan disampaikan dalam the XIX penyusunan manual audit
menyebarluaskan INCOSAI 2007 di Mexico. Saat ini pemeriksaan dana bantuan
pedoman & praktek BPK bertanggunjawab atas bencana;
terbaik pengelolaan & Guidance for the Audits on
pemeriksaan bantuan Disaster-related Aid.
bencana.
4. tŽƌŬŝŶŐ'ƌŽƵƉŽŶ&ŝŐŚƚ Semula merupakan Task BPKditerima menjadi anggota Sharing informasi dan
nd
ŐĂŝŶƐƚDŽŶĞLJ Force dan menjadi WG FAIMLAC dalam the 2 kerjasama dalam
Laundering and Working Group pada the Meeting pada 30 Juli 2008 di pemberantasan international
ŽƌƌƵƉƌŝŽŶ;&/D>Ϳ XIX INCOSAI 2007 di Mesir. money laundering and
Mexico. Tujuan: corruption, termasuk
mendorong kerjasama mempelajari praktek
internasional dan pelacakan stolen assets dari
rd
(Staf Ahli Bidang menyusun kebijakan, BPKmenjadi tuan rumah the 3 SAI lain, untuk mendukung
Pemeriksaan Investigatif) strategi dan rencana aksi Meeting of WG on FAIMLAC upaya BPK dalam membantu
SAI dalam anti money tanggal 14-16 Juli 2009 di pemberantasan korupsi di
laundering. Jakarta. Indonesia.

5. tŽƌŬŝŶŐ'ƌŽƵƉŽŶ<ĞLJ Dibentuk pada the XIX BPKmenjadi anggota WG KNI Sharing informasi dan
EĂƚŝŽŶĂů/ŶĚŝĐĂƚŽƌƐ;<E/Ϳ INCOSAI 2007 di Mexico. pada Januari 2009 dan menimba pengalaman SAI
nd
Tujuan: mendorong peran berpartisipasi dalam the 2 lain dalam mengembangkan
BPK untuk menilai efisiensi Meeting of the WG pada April key national indicators dan
dan efektivitas kegiatan 2009. menggunakannya dalam
(Ditama Revbangdiklat) pemerintah dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan key national kinerja yang saat ini sedang
and supranational ditumbuhkembangkan di
indicators di bidang BPK. 119
ekonomi, social dan
lingkungan.
TASK FORCE
6. Task Force on Global Task Force ini dibentuk BPK menjadi anggota sejak Sharing informasi dan
th
120 &ŝŶĂŶĐŝĂůƌŝƐŝƐʹ pada the 58 Governing proses pembentukan Task Force berbagi pengalaman dengan
Challenge to SAIs Board Meeting, November dan saat ini menjadi ketua sub SAI lain dalam merespon
2008 sebagai inisiatif BPK group 2b yang bertanggungjawab krisis keuangan global
sedunia terhadap krisis untuk mempelajari pengaruh maupun memberikan
keuangan global. Tujuan: inisiatif stimulus fiscal terhadap rekomendasi perbaikan
(AKN II dan meningkatkan ekonomi riil. sistem untuk pencegahan
Revbangdiklat) pengetahuan dasar SAI kemungkinan terjadi krisis di
tentang permasalahan kemudian hari.
keuangan dan ekonomi
terkait dengan krisis dan
membantu pemerintah
dan respon dunia pada
krisis sebagai sumber
informasi.

INTOSAI Development Initiative (IDI)


7. IDI-ASOSAI Quality Merupakan program BPK merupakan satu dari 10 Peningkatan kapasitas BPK di
Assurance Program capacity building negara peserta yang dipilih dari bidang Sistem Pemerolehan
kerjasama antara IDI dan 45 anggota ASOSAI. BPK Keyakinan Mutu melalui
2008-2009 program pilot penerapan
ASOSAI dalam penerapan mengirimkan satu tim pilot untuk
QAS serta penyusunan
Quality Assurance System mempelajari, mempraktekan, Pedoman Sistem
(Ditama Revbangdiklat di lingkungan ASOSAI. dan memberikan masukan atas Pemerolehan Keyakinan
dan konsep IDI-ASOSAI Guidelines on Mutu BPK yang sesuai
Quality Assurance System. BPK dengan standar
Itama) sebagai tuan rumah internasional.

Review Meeting pada 25


EŽǀĞŵďĞƌʹϯĞƐĞŵďĞƌϮϬϬϴĚŝ
Jakarta.

9. IDI-ASOSAI Electronic Merupakan program BPK menjadi salah satu instruktur Pengembangan kapasitas
Blended Program for capacity building untuk untuk program ini dan memiliki 4 training sesuai dengan
Trainers mendidik Training certified Training Specialist yang standar IDI dan ASOSAI bagi
BPK maupun komunitas SAI
Specialist bersertifikasi IDI baru.
regional dan internasional.
2008-2009 dan ASOSAI.

Program ini
diselenggarakan dengan
(Ditama Revbangdiklat) media electronic dan face-
to-face learning.

10. IDI Transregional Capacity Program capacity building BPK merupakan satu dari dua Peningkatan kapasitas BPK di
Building on Audit of kerjasama IDI, WG on wakil ASOSAI yang dipilih untuk bidang pemeriksaan public
WƵďůŝĐĞďƚϮϬϬϵʹϮϬϭϭ Public Debt, WB, dan mengikuti program lintas debt management melalui
pertukaran informasi,
UNTACD untuk regional INTOSAI. BPK telah
program pilot audit dan
peningkatan kapasitas membentuk tim audit untuk penyusunan Pedoman
pemeriksaan public debt mengikuti program ini. Pemeriksaan di bidang Public
(AKN II dan Ditama management. Debt Management.
Binbangkum)
Lampiran 4.8.
Kerjasama Bilateral

No ^/͛Ɛ ĞƐŬƌŝƉƐŝ ŝĚĂŶŐ ĂƉĂŝĂŶ

ϭ͘ Australian x Tujuan: Meningkatkan Mencakup tiga bidang Peningkatan kapasitas pemeriksaan
National Audit kapasitas dan kapabilitas ŬĞƌũĂƐĂŵĂ͕LJĂŝƚƵ͗ kinerja dan keuangan melalui (1) pilot
Office (ANAO) auditor BPKdalam WĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶ<ŝŶĞƌũĂ͕ ĂƵĚŝƚ͕;ϮͿƐĞĐŽŶĚŵĞŶƚĚĂŶ
melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Keuangan; dan ƐƵƉĞƌǀŝƐŽƌLJǀŝƐŝƚ͕;ϯͿƉĞŶLJƵƐƵŶĂŶ
kinerja dan pemeriksaan
Contract Management. ŵŽĚƵůĚĂŶƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶƉĞůĂƚŝŚĂŶ͕;ϰͿ
keuangan;
x DĂƐĂ͗ϭ:ƵůŝϮϬϬϲʹϯϬ:ƵŶŝ ƉĞŶLJĞŵƉƵƌŶĂĂŶƉĂŶĚƵĂŶ
Sekjen dan pemeriksaan kinerja dan keuangan
2009 dan diperpanjang
Ditama Revbang ƐĞůĂŵĂϭƚĂŚƵŶƐ͘ĚϯϬ:ƵŶŝ berbasis risiko. Diseminasi informasi
Diklat PKN 2010; tentang hubungan ANAO dengan
x :ƵŵůĂŚĚĂŶĂ͗hϯ͕ϯ Public Accounts and Audit Committee
juta. ;WͿĚŝƵƐƚƌĂůŝĂĚĂůĂŵƵƉĂLJĂ
pembentukan Badan Akuntabilitas
Keuangan Negara pada lembaga
perwakilan di Indonesia.

Ϯ͘ Cour des Comptes x Hubungan BPK dengan Mencakup bidang Peningkatan kapasitas pemeriksaan
Perancis Cour des Comptes Perancis WĞŶĚŝĚŝŬĂŶĚĂŶWĞůĂƚŝŚĂŶ͕ atas lembaga internasional melalui
terjalin sejak tahun 2000 Pemeriksaan atas Lembaga internasional training dan
ƐĂĂƚƉĞŶLJƵƐƵŶĂŶ
/ŶƚĞƌŶĂƐŝŽŶĂů͕ĚĂŶ secondment pemeriksaan PBB di
Implementation
Pemeriksaan Keuangan dan ƌŝƚƌĞĂ͕<ŽŶŐŽ͕<ŽƐŽǀŽĚĂŶŵĂƌŬĂƐ
Development Plan.
Sekjen dan ^ŽĐŝĂů^ĞĐƵƌŝƚLJ͘ besar PBB di New York Amerika
x Kerjasama berlanjut
Ditama Revbang Serikat.
dengan dukungan dana
Diklat dari Kedutaan Besar
Perancis.
ϯ͘ Jabatan Audit x MOU ditandatangani Mencakup bidang audit Peningkatan kapasitas melalui
Negara Malaysia ƚĂŶŐŐĂůϰEŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϳ ŬĞŚƵƚĂŶĂŶ͕ĂƵĚŝƚƉĂũĂŬĚĂŶ kegiatan bilateral meetings͕ parallel
(JAN) saat INCOSAI di Mexico; ďĞĂĐƵŬĂŝ͕ƚƌĂŝŶŝŶŐĚĂŶƌŝƐĞƚ audit sector kehutanan,secondment
x DĂƐĂϮƚĂŚƵŶ;ϰ bersama; Programme audit perpajakan; dan
EŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϳͲϰ
joint training dan riset.
November 2009)
<E//͕/s͕ĚĂŶ
Kaditama
Revbang Diklat
PKN

ϰ͘ National Audit x MOU ditandatangani pada x Audit Information Pertemuan teknis bilateral BPKdan
Office of The ϮϱDĞŝϮϬϬϵĚŝĞŝũŝŶŐͲ Technology; Quality EKĚŝĂůŝƚĂŶŐŐĂůϰŐƵƐƚƵƐϮϬϬϵ
WĞŽƉůĞ͛ƐZĞƉƵďůŝĐ China; Assurance; (bersamaan dengan The 8th Steering
of China (CNAO) x DĂƐĂ͗ϮƚĂŚƵŶ;ϮϬϬϵͲ x Pemeriksaan Kinerja; Committee Meeting of INTOSAI
2011) x Monitor tindak lanjut;
WGEA) bertujuan untuk
x Investigative Audit;
mendiskusikan action plan.
x Environmental Audit͕͘
Sekjen dan
Ditama Revbang
Diklat PKN

ϱ͘ Najwyzsza Izba x MOU ditandatangani pada Kerjasama mencakup Sharing informasi tentang kedua SAI
Kontroli (NIK) 29 Oktober 2008 di pertukaran informasi di dan public lecture oleh Ketua BPK
Polandia tĂƌƐĂǁĂ͕WŽůĂŶĚŝĂ͘ bidang pemeriksaan sektor tentang ZĞĨŽƌŵŽŶWƵďůŝĐ&ŝŶĂŶĐĞ
x DĂƐĂ͗KŬƚŽďĞƌϮϬϬϴʹ ƉƵďůŝĐƐĞƐƵĂŝŬĞƐĞƉĂŬĂƚĂŶ͕ Auditing.
Oktober 2010
bidang pemberantasan
ŬŽƌƵƉƐŝ͕ĚĂŶƉĂƌƚŝƐŝƉĂƐŝĚŝ
<E/͕//͕/s͕ĚĂŶ organisasi regional ASOSAI
s/͕^ƚĂĨŚůŝ dan EUROSAI. WĂĚĂEŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϵ͕W<ĚĂŶE/<
Bidang sepakat untuk melakukan joint
Pemeriksaan seminar di Jakarta.
Investigatif

121
6. Nejvyssi Kontrolni x MOU ditandatangani pada Kerjasama dalam bidang Sharing informasi tentang kedua SAI
Urad (NKU) Ceko 3 November 2008 di audit pertahanan; dan public lecture oleh Ketua BPK
Praha, Ceko; tentang Reform on Public Finance
x DĂƐĂ͗EŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϴʹ Auditing
November 2010
122 Staf Ahli Bidang Pembahasan Action Plan selesai pada
Pemeriksaan 2009 dan sedang membahas TOR
Investigatif untuk kegiatan April 2010.

7. Riksrevisjonen x MOU ditandatangani pada Kerjasama bidang Sharing informasi tentang kedua SAI
Norwegia 5 November 2008 di Oslo, pemeriksaan minyak, dan public lecture oleh Ketua BPK
Norwegia; kehutanan dan lingkungan, tentang Reform on Public Finance
x Masa: 2 tahun (2008- serta manajemen Auditing.
2010)
penerimaan negara.
AKN II, IV, VII

8. Supreme Court of x MOU ditandatangani pada Kerjasama bidang Sharing informasi tentang kedua SAI,
Audit (SCA) Iran Juni 2008 di Teheran, Iran; pemeriksaan minyak dan reciprocal visit dan public lecture oleh
x DĂƐĂ͗:ƵŶŝϮϬϬϴʹ:ƵŶŝ perbankan syariah. Ketua SAI.
AKN VII 2010

9. Swedish National x MOU ditandatangani pada Kegiatan dalam kerjasama ini Peningkatan kemampuan auditor
Audit Office 6 November 2007 pada meliputi: pelatihan, dalam pemeriksaan Bank Indonesia,
(SNAO) saat INCOSAI Meeting di workshop, seminar, studi dalam hal:
Mexico;
banding, dan technical
x DĂƐĂ͗EŽǀĞŵďĞƌϮϬϬϳʹ
assistance x Pendokumentasian siklus audit
Desember 2008 dengan
yang lebih sistematis dan saling
dana Technical Assistance
AKN II terhubung;
1,6 million SEK
x Peningkatan pemahaman analisa
x Sedang merumuskan area
resiko dalam perencanaan audit;
kerjasama yang baru.
x Pelaporan audit yangringkas dan
efektif;
x Pengetahuan transaksi derivatif.
10. The Accounts x MOU ditandatangani pada Mencakup pertukaran Sharing informasi tentang kedua SAI,
Chambers of the 6 September 2007 di informasi di bidang reciprocal visit dan public lecture oleh
Russian Istana Presiden, pemeriksaan sector public Ketua SAI.
bersamaan dengan dengan area sesuai
Federation (ACH)
kunjungan Presiden Rusia kesepakatan bersama.
ke Jakarta;; Melakukan parallel audit
x DĂƐĂ͗^ĞƉƚĞŵďĞƌϮϬϬϳʹ bidang pertahanan;
Peningkatan kapasitas melalui parallel
September 2011 (4 tahun)
AKN I audit bidang pertahanan.

11. The Audit Court x MOU ditandatangani pada Mencakup pertukaran Sharing informasi tentang kedua SAI,
Account of The 30 April 2009 di Maroko; informasi dan keahlian reciprocal visit dan Public Lecture
Kingdom Morocco x DĂƐĂ͗ϯϬƉƌŝůϮϬϬϵʹϮϵ tentang Majelis oleh Ketua BPKdengan topik:
April 2011. Perbendaharaan di Pusat
(ACAM) ͞Combating Corruption in Indonesia
dan Perwakilan,
Perhitungan Kerugian sinceϮϬϬϯ͟ĚĂŶ͞Transparency and
Negara, pemeriksaan Accountability in Public Sector:
tematik, program diklat Reform of Public Finance Auditing in
Ditama berkelanjutan, dan program Indonesia͖͟
Binbangkum, evaluation.
Ditama
Revbangdiklat

12. The Audit Court in x MOU ditandatangani pada Mencakup pertukaran Sharing informasi tentang kedua SAI
The Republic of 27 April 2009 di Aljazair; informasi dan keahlian dan Public Lecture oleh Ketua BPK
Algeria (ACRA) x DĂƐĂ͗ϮϳƉƌŝůϮϬϬϵʹϮϲ tentang Majelis ĚĞŶŐĂŶƚŽƉŝŬ͗͞Combating Corruption
April 2012 Perbendaharaan di Pusat in Indonesia sinceϮϬϬϯ͘͟
dan Perwakilan, Perhitungan
Kerugian Negara; Internal
Ditama Control; Pelatihan dan
Binbangkum, penelitian; hubungan
Itama, Ditama internasional; dan Audit
Revbangdiklat, Lingkungan.
AKN IV, Setjen
13. The Court of x MOU ditandatangani pada Mencakup pertukaran Sharing informasi tentang kedua SAI
Account of Tunisia pada 24 April 2009 di informasi dan keahlian dan Public Lecture oleh Ketua BPK
(CAT) Tunisia; tentang Majelis ĚĞŶŐĂŶƚŽƉŝŬ͗͞Combating Corruption
x DĂƐĂ͗ϮϰƉƌŝůϮϬϬϵʹϮϯ Perbendaharaan di Pusat in Indonesia sinceϮϬϬϯ͘͟
April 2011.
dan Perwakilan, Perhitungan
Kerugian Negara, Quality
Kaditama Assurance System;Human
Binbangkum, Resource Management Plan;
Itama, Setjen,
Revbangdiklat Diklat Berkelanjutan;

Public Awareness pada Audit


Sektor Publik;

Program Evaluation.

123
LAMPIRAN 4.9.
Kerjasama BPK dengan Lembaga Donor

124 No ^/͛Ɛ ĞƐŬƌŝƉƐŝ ƌĞĂ WĞŶĐĂƉĂŝĂŶ

ϭ͘ State Audit Bagian dari STAR Project Mencakup peningkatan x Peningkatan mandat BPK;
Reform Sector Nasional yang melibatkan kapasitas dan kapabilitas BPK x Penyusunan SPKN, Kode Etik,
Development beberapa departemen dan di bidang sistem dan prosedur PMP dan beberapa Manual
Project (STAR- pengawas internal pemerintah. baru di bidang pemeriksaan; Pemeriksaan;
x Penyusunan Renstra TI,
SDP) Asian strategi dan implementasi
Renstra Humas, HRM Plan;
Development HRM; manajemen sumber
x WĞŶŐĂĚĂĂŶϭ͘ϴϬϬŬŽŵƉƵƚĞƌ
Bank (ADB) daya TI; Pengembangan (PC dan NB);
DĂƐĂ͗ĞƐĞŵďĞƌϮϬϬϰʹϮϬϭϬ program public awareness. x Pengadaan peralatan dan
infrastruktur TI di Kantor Pusat
Jumlah Dana: dan Perwakilan;
Setjen dan Ditama x Pegawai dengan sertifikasi
Revbang Diklat ϭ͘ Hibah Pemerintah Belanda : ŝŶƚĞƌŶĂƐŝŽŶĂů͗Ϯϴ&͕ϵ/^͕
h^ϯ͕ϭϳϬ͕ϱϬϬ͘ϬϬ ϭϮ/͖
2. Pinjaman ADB: x Pelaksanaan program
h^ϲ͕ϯϳϯ͕ϵϬϬ͘ϬϬ beasiswa di universitas dalam
ŶĞŐĞƌŝƐĞďĂŶLJĂŬϭϭϬŽƌĂŶŐ͕
secondment & kursus dalam
dan luar negeri;
x Membiayai pelaksanaan peer
review.
Ϯ͘ Earthquake and Merupakan bagian dari Mencakup bantuan untuk x Pelaksanaan advisory board
Tsunami Program ETESP nasional. Pemeriksaan Keuangan, meetingƉĞƌƚĂŵĂƚĂŶŐŐĂůϮϱͲ
Emergency Sector Pemeriksaan kinerja, ϮϳƉƌŝůϮϬϬϱŵĞůŝďĂƚŬĂŶ
DĂƐĂϮϭ:ƵŶŝϮϬϬϱʹϯϬ ďĞďĞƌĂƉĂ^/͛ƐĚĂŶ
Project (ETESP) Pemeriksaan dengan tujuan
perwakilan lembaga dan
Asian ĞƐĞŵďĞƌϮϬϬϵ͖ tertentu (investigatif), dan
negara donor;
Development ƉĞůĂŬƐĂŶĂĂŶW<͛ƐĚǀŝƐŽƌLJ x WĞůĂŬƐĂŶĂĂŶĂƵĚŝƚZϭ;ŵĂƐĂ
Bank (ADB) :ƵŵůĂŚĚĂŶĂ͗h^Ϯ͕ϰϯϱ͕ϰϬϬ Board Meeting. krisis);
x Pelaksanaan audit R 2 (masa
PIC : Tortama V Rehabilitasi dan
dan Perwakilan Rekonstruksi)
Aceh

ϯ͘ Project Integrity Division ADB Secondment program x Pelaksanaan audit pada
Procurement mengikutsertakan auditor BPK pemeriksaan proyek ADB dan proyek ADB di departemen
Related Audit untuk melakukan pemeriksaan pelatihan pemeriksaan pertanian;
(PPRA) ) Asian atas PPRA; berspektif fraud and x Pelaksanaan regional seminar
on anticorruption di Jakarta
Development corruptions di dalam dan luar
dan Manila
Bank (ADB) negeri.

PIC : Tortama IV
dan Sekjen

ϰ͘ Strengthening for Untuk membantu kegiatan BPK x Pembuatan kerangka x Penyusunan country paper;
and dalam keikutsertaannya di akuntabilitas dana bantuan x Pelaksanaan workshop GIS dan
Accountability on /EdK^/dĂƐŬ&ŽƌĐĞŽŶ bencana; piloting audit;
Audit Disaster x Pemanfaatan teknologi GIS x Mengikuti beberapa kegiatan
Strengthening the dalam pelaksanaan audit INTOSAI terkait dengan
Related Aid
atas dana bantuan bencana; penanganan bencana;
(SAADRA) World Accountability for and Audit of
x Tukar menukar informas dan
Bank (WB) Disaster-Related Aid (SAADRA) pengalaman;
x Membangun website
PIC : Tortama III DĂƐĂ͗ϮϬϬϲʹϮϬϬϵ bencana.
dan V
:ƵŵůĂŚĚĂŶĂ͗h^ϯϬϬ͘ϬϬ͕Ͳ

5. Strengthening Untuk membantu BPK dalam x Review mandat BPK untuk x Laporan atas hasil review
Forensic Audit meningkatkan kapasitas melakukan pemeriksaan mandate BPK;
Capacity World pemeriksaan investigative. investigatif; x Pengadaan buku terkait
Bank (WB) x Review terhadap organisasi dengan audit investigative;
DĂƐĂ͗ϭDĞŝϮϬϬϲʹϭDĂƌĞƚ BPK sehubungan dengan x Pelaksanaan training
pelaksanaan tugas sertifikasi internasional yang
PIC : Staf Ahli 2009;
pemeriksaan investigative; menghasilkan 29 orang
Bidang x Pelatihan dan penyediaan bersertifikan CFE.
Pemeriksaan Jumlah dana: USD 300.000,- library.
Investigatif dan
Kaditama
Revbang Diklat
PKN
Lampiran 4.10.
Mekanisme Penyusunan Perencanaan

Sumber: PSMK dan Biro Keuangan

Lampiran 4.11.
Proses Perencanaan Pemeriksaan

125
Lampiran 4.12.
Proses Perencanaan Pemeriksaan

126

LAMPIRAN 4.13.
Pelaksanaan Supervisi & Reviu
LAMPIRAN 5.1.
Kementerian/Lembaga yang pada Tahun 2008 Menyerahkan Action Plan atas LKKL
Tahun 2007

Tida k
M e nye ra hka n
No. BA Entita s O pini Ta hun 2007 M e nye ra hka n Ke te ra nga n O pini Ta hun 2008
A ction Plan
A ction Plan
1 001 M ajelis P erm us y awaratan Rak y at W DP 1 W TP
2 002 Dewan P erwak ilan Rak y at W DP 1 W DP
W TP dengan WTP dengan
3 004 B adan P em erik s a K euangan 2) W tambahan
Paragraf TP
P aragraf P enjelas an 1
4 005 M ahk am ah A gung TM P 1 TM P
5 006 K ejak s aan A gung TM P 1 TM P
6 007 S ek retariat Negara W DP 1 W DP
7 010 Departem en Dalam Negeri TM P 1 TM P
8 011 Departem en Luar Negeri TM P 1 W DP
9 012 Departem en P ertahanan TM P 1 W DP
10 013 Departem en Huk um dan HA M TM P 1 TM P
11 015 Departem en K euangan TM P 1 W DP
12 018 Departem en P ertanian TM P 1 W DP
W TP dengan
13 019 Departem en P erindus trian W DP
1 P aragraf P enjelas an
14 020 Departem en E S DM W DP 1 W DP
15 022 Departem en P erhubungan TM P 1 W DP
16 023 Departem en P endidik an Nas ional TM P 1 W DP
17 024 Departem en K es ehatan TM P 1 W DP
18 025 Departem en A gam a TM P 1 TM P
19 026 Departem en Nak ertrans TM P 1 W DP
20 027 Departem en S os ial W DP 1 W DP
21 029 Departem en K ehutanan TM P 1 TM P
22 032 Departem en K elautan & P erik anan TM P 1 TM P
23 033 Departem en P ek erjaan Um um TM P 1 TM P
W TP dengan
24 034 K em enterian K oordinator P olhuk am W DP
P aragraf P enjelas an
1
25 035 K em enterian K oordinator P erek onom ian W DP 1 W TP
26 036 K em enterian K oordinator K es ra W DP 1 W DP
27 040 Departem en B udpar TM P 1 TM P
S udah M endapat opini
28 041 K em enterian Negara B UM N W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
29 042 K em enterian Negara Ris tek W DP 1 W TP
30 043 K em enterian Negara LH TM P 1 TM P
31 044 K em enterian Negara K UK M TM P 1 W DP
32 047 K em enterian Negara P . P erem puan W DP 1 W TP
33 048 K em enterian Negara P A N W DP 1 W TP
34 050 B adan Intelijen Negara W TP 1 W TP
35 051 Lem baga S andi Negara W DP 1 W DP
36 052 Dewan K etahanan Nas ional W TP 1 W TP
37 054 B adan P us at S tatis tik TM P 1 TM P
38 055 B appenas W DP 1 W TP
39 056 B adan P ertahanan Nas ional TM P 1 TM P
40 057 P erpus tak aan Nas ional TM P 1 W DP
41 059 Departem en K om info TW 1 W DP
42 060 K epolis ian Republik Indones ia TM P 1 TM P

127
Tida k
M e nye ra hka n
No. BA Entita s O pini Ta hun 2007 M e nye ra hka n Ke te ra nga n O pini Ta hun 2008
128 A ction Plan
A ction Plan
43 061 B A P P 61 (P em bay aran B unga Utang) W TP 1 W TP
W TP dengan
44 062 B A P P 62 (S ubs idi & Trans fer Lainny a) TM P
1 P aragraf P enjelas an
45 063 B adan P engawas an O bat dan M ak anan W DP 1 W DP
S udah M endapat opini
46 064 Lem baga K etahanan Nas ional W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
47 065 B adan K oordinas i P enanam an M odal W DP 1 W TP
W TP dengan
48 066 B adan Nark otik a Nas ional W DP
1 P aragraf P enjelas an
49 067 K em enterian Negara P DT W DP 1 W DP
50 068 BKKBN W DP 1 W DP
51 069 B A P P 69 (B elanja Lain-Lain) TM P 1 TM P
52 070 B A P P 70 (Dana P erim bangan) TM P 1 W DP
53 071 B A P P 71 (Dana O ts us & P eny es uaian) TM P 1 W TP
W TP dengan
54 074 K om is i Nas ional HA M W DP
1 P aragraf P enjelas an

W TP dengan
55 075 B adan M eteorologi dan G eofis ik a W DP
1 P aragraf P enjelas an
56 076 K om is i P em ilihan Um um TM P 1 TM P
S udah M endapat opini
57 077 M ahk am ah K ons titus i W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
S udah M endapat opini
58 078 P P A TK W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
59 079 Lem baga Ilm u P engetahuan Indones ia W DP 1 W DP
60 080 B adan Tenaga Nuk lir Nas ional W DP 1 W DP
61 081 BPPT W DP 1 W DP
62 082 LA P A N W DP 1 W DP
63 083 B ak ors urtanal TM P 1 W TP
64 084 BSN W DP 1 W TP
65 085 B apeten W DP 1 W TP
S udah M endapat opini
66 086 Lem baga A dm inis tras i Negara W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
67 087 A rs ip Nas ional Republik Indones ia W DP 1 W TP
68 088 BKN W DP 1 W DP
W TP dengan
69 089 BPKP W DP
1 P aragraf P enjelas an
70 090 Departem en P erdagangan TM P 1 W DP
71 091 K em enterian P erum ahan Rak y at W TP 1 W TP
72 092 K em enterian P em uda dan O lahraga W DP 1 W DP
W TP dengan
73 093 K om is i P em berantas an K orups i W TP
P aragraf P enjelas an 1
74 094 B RR NA D-Nias W TP 1 ---
S udah M endapat opini
75 095 Dewan P erwak ilan Daerah W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
W TP dengan
76 096 B A P P 96 (Cic ilan P ok ok Utang LN) TM P
1 P aragraf P enjelas an
77 097 B A P P 97 (Cic ilan P ok ok Utang DN) W TP 1 W TP
78 098 B A P P 98 (P enerus an P injam an) TM P 1 TM P
79 099 B A P P 99 (P eny ertaan M odal Negara) W TP 1 W DP
S udah M endapat opini
80 100 K om is i Y udis ial W TP W TP
1 W TP atas LK K L 2007
81 103 B adan Nas ional P enanggulangan B enc ana TM P TM P
1
B adan Nas ional P enem patan dan Lem baga y ang baru
82 104 --- W TP
P erlindungan Tenaga K erja Indones ia3 dibentuk
Lem baga y ang baru
83 105 B adan P enanggulangan Lum pur S idoarjo --- W DP
dibentuk
Lem baga y ang baru
84 999.02 B A P P 999.02 - P enerim aan Hibah --- TM P
dibentuk
Tota l 71 10

K e te ra n g a n :
D a ri 8 4 e n tita s , 3 le m b a g a d ia n ta ra n ya m e ru p a ka n le m b a g a b a ru ya kn i B N P 2 TK I, B P L S , d a n B AP P 9 9 9 .0 2 P e n e rim a H ib a h

S u m b e r: B a d a n P e m e riks a K e u a n g a n
Data hingga 24 Juli 2008
Lampiran 5.2
Jumlah Pemerintah Daerah yang Menyerahkan ĐƟŽŶWůĂŶ

Jumlah Pemda Persentase Pemda yang


Jumlah
No Pemerintah Daerah yang Menyerahkan Menyerahkan ĐƟŽŶ
Pemda
ĐƟŽŶWůĂŶ WůĂŶ (%)
1 NAD 24 15 62.5
2 Sumatera Utara 27 9 33.3
3 Sumatera Barat 20 2 10.0
4 Riau 12 2 16.7
5 Jambi 12 9 75.0
6 Sumatera Selatan 16 15 93.8
7 Bengkulu 10 10 100.0
8 Lampung 11 1 9.1
9 Bangka Belitung 8 8 100.0
10 Kep. Riau 7 3 42.9
11 DKI Jakarta 1 1 100.0
12 Jawa Barat 27 10 37.0
13 Jawa Tengah 36 5 13.9
14 DIY 6 6 100.0
15 Jawa Timur 39 39 100.0
16 Banten 7 7 100.0
17 Bali 10 10 100.0
18 NTB 10 9 90.0
19 NTT 17 6 35.3
20 Kalimantan Barat 13 8 61.5
21 Kalimantan Tengah 15 12 80.0
22 Kalimantan Selatan 14 12 85.7
23 Kalimantan Timur 14 9 64.3
24 Sulawesi Utara 10 10 100.0
25 Sulawesi Tengah 11 8 72.7
26 Sulawesi Selatan 24 9 37.5
27 Sulawesi Tenggara 11 4 36.4
28 Gorontalo 7 6 85.7
29 Sulawesi Barat 6 4 66.7
30 Maluku 10 8 80.0
31 Maluku Utara 9 1 11.1
32 Papua Barat 10 5 50.0
33 Papua 21 16 76.2
Total 475 279 58.7

129

Anda mungkin juga menyukai