Anda di halaman 1dari 81

DIKLAT SERTIFIKASI BENDAHARA

MODUL
PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA

Disusun oleh:
1. Frida Zuliaty, Kasi Pelaporan RPLBI Dit. PKN
2. Sarimin, Pelaksana pada Dit. PKN
3. Ahmad Ngirfan, Pelaksana Dit. PPKBLU

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
JAKARTA, 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul pembukuan dan LPJ Bendahara
Pengeluaran ini.
Sesuai Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 7 ayat (2),
salah satu kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah melakukan
pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas beban rekening kas umum
negara. Dalam Pasal 19 ayat (1) juga ditegaskan bahwa pembayaran atas tagihan yang menjadi beban
APBN dilakukan oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa Umum Negara. Selanjutnya dalam Pasal 21
ayat (1), pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.
Ini berarti pada prinsipnya mekanisme pembayaran adalah LS (langsung), yaitu dengan cara
pemindahbukuan dari rekening bendahara umum negara ke rekening pihak yang berhak/penyedia
setelah barang/jasanya diserahterimakan.
Namun demikian, untuk kelancaran pelaksanaan tugas Kementerian Negara/Lembaga, kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran. Hal ini diatur dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-undang Perbendaharaan
Negara. Dengan demikian dapat dikatakan pada hakikatnya Bendahara Pengeluaran merupakan
kepanjangan tangan dari Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara. Bendahara
Pengeluaran menjalankan sebagian kewenangan Bendahara Umum Negara khususnya terkait
pembayaran tagihan kepada negara. Oleh karena itu, dalam Pasal 53 Undang-undang Perbendaharaan
Negara dikatakan bahwa Bendahara Pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara.
Sama halnya dengan kewajiban Bendahara Umum Negara untuk melakukan pengujian
sebelum dilakukannya pembayaran, Bendahara Pengeluaran dalam melaksanakan pembayaran dari
uang persediaan yang dikelolanya juga setelah meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, menguji kebenaran perhitungan
tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran, dan menguji ketersediaan dana yang
bersangkutan.
Sesuai dengan Undang-Undang Perbendaharaan nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara
dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada kantor/satuan
kerja Kementerian Negara/Lembaga. Dari pengertian fungsi tersebut tersebut Bendahara Pengeluaran
menjalankan fungsi yaitu menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang yang dikelolanya.
Uang yang diterima oleh Bendahara Pengeluaran berasal dari penerbitan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), pungutan pajak atas
pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran, dan uang lain yang menjadi hak negara.
Uang tersebut disimpan dalam rekening Bendahara Pengeluaran di bank dan sebagian dapat disimpan
dalam brankas. Selanjutnya uang tersebut dibayarkan kepada yang berhak sebagai belanja negara atau
disetorkan ke kas negara sebagai pendapatan negara. Dalam hal ini Bendahara Pengeluaran
menjalankan fungsi menerima, menyimpan dan membayarkan.

Selain menerima, menyimpan, dan membayarkan, tugas berikutnya dari Bendahara Pengeluaran
adalah menatausahakan. Bendahara Pengeluaran harus menatausahakan seluruh penerimaan,
penyimpanan, maupun pembayaran yang dilakukannya. Penatausahaan dilakukan dengan cara
mencatat seluruh transaksi yang terkait dengan penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran uang yang
terjadi di satuan kerja dalam suatu buku berdasarkan dokumen. Pencatatan transaksi oleh Bendahara
Pengeluaran inilah yang lebih dikenal dengan istilah pembukuan Bendahara Pengeluaran.

Setelah menatausahakan, tugas Bendahara Pengeluaran yang terakhir adalah


mempertanggungjawabkan. Secara fungsional, Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab atas uang
yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara/Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara. Selain itu, selaku pejabat yang diangkat oleh Menteri/pimpinan lembaga,
Bendahara Pengeluaran juga harus menyampaikan pertanggungjawaban kepada menteri/pimpinan
lembaga. Dan juga, mengingat pemeriksaan atas pelaksanaan tugas Bendahara, Bendahara
Pengeluaran juga menyampaikan LPJ Bendahara kepada BPK. Laporan pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran merupakan wujud pertanggungjawaban atas uang yang dikelolanya, LPJ
Bendahara disusun berdasarkan pembukuan yang telah dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran

Dalam melaksanakan fungsi Bendahara Pengeluaran tersebut , modul ini disusun dengan tujuan
agar Bendahara Pengeluaran melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan amanat Undang-undang
Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, serta diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013
tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, serta diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor PER-3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan
Pertanggungjawaban Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.
Modul ini disusun oleh Tim Penyusunan Pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
Bendahara Pengeluaran berdasarkan urutan dan jenis pembukuan penatausahaan, pembukuan, dan
pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran yang merupakan penjabaran dari Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-
3/PB/2014 sebagai pedoman pelaksanaannya.
Dengan adanya modul ini diharapkan pembukuan dan penyusunan LPJ Bendahara Pengeluaran
pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi para Bendahara Pengeluaran Kementerian Negara/Lembaga/Satuan
Kerja

Jakarta, Januari 2015

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Uraian Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
2.1 Tujuan Instruksional Umum
2.2 Tujuan Instruksional Khusus
2.3 Ruang Lingkup
Bab II Uang Dan Surat Berharga Yang Dikelola Bendahara
1. Uang Yang Berasal Dari UP
2. Uang yang berasal dari TUP
3. Uang yang berasal dari LS Bendahara
4. Uang Yang berasal dari Pungutan Pajak
5. Uang Yang Berasal dari Hibah
6. Uang Yang berasal dari PNBP
7 Uang Yang berasal dari pendapatan lainnya yang menjadi hak negara
Bab III Dokumen Pembukuan Bendahara
Bab IV Teknis Pembukuan Bendahara
1. Basis, Prinsip dan Asas Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP
2. Model Buku Bendahara Pengeluaran/BPP
3. Nomor dan Tanggal Pembukuan
Perbedaan Pembukuan Bendahara dan Laporan UAKPA
Teknis Pembukuan Bendahara Pengeluaran
Petunjuk Pembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu
Petunjuk Pembukuan Buku Pembantu Kas Tunai dan Buku Pembantu
Kas Bank
Petunjuk Pembukuan Buku Pembantu Uang Muka (Voucher)
Pembukuan Koreksi Atas Kesalahan Pembukuan
Pembukuan Jasa Giro, Administrasi Bank
Pembukuan Valuta Asing
BAB V Berita Acara Pemeriksaan Kas
BAB VI Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
BAB VII Simulasi Pembukuan Bendahara Pengeluaran dan BPP
Latihan Soal
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bendahara Pengeluaran, merujuk pada UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayar, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada
kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga. Oleh karena itu, tugas utama seorang Bendahara
Pengeluaran adalah terkait pengelolaan uang dimana ujung kegiatannya adalah pertanggungjawaban.
Dalam hal ini, kegiatan pembukuan oleh Bendahara Pengeluaran adalah terkait pertanggungjawaban
atas kegiatan menerima, menyimpan dan membayarkan uang yang dikelolanya berdasarkan dokumen-
dokumen yang ditatausahakannya.
Pembukuan Bendahara Pengeluaran dilakukan dengan basis, prinsip dan asas tertentu dan di
desain untuk bisa menunjukkan siapa yang memegang uang dan jenis uang dimaksud. Hal itu
dilakukan sebagai perwujudan dari amanat pasal 21 UU No. 1 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa
Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
Pembukuan Bendahara Pengeluaran juga di desain untuk mengakomodir fungsi Bendahara
Pengeluaran sebagai wajib pungut/potong dan wajib setor pajak dan/atau PNBP yang telah ditetapkan
dalam peraturan terkait masing-masing.
Bicara tentang pembukuan Bendahara Pengeluaran juga tidak bisa dilepaskan dari uang/surat
berharga apa saja yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran dan dokumen apa saja yang
ditatausahakannya. Dalam hal ini, Bendahara Pengeluaran harus mampu membedakan mana yang
menjadi dokumen sumber pembukuan dan mana yang menjadi syarat kelengkapan.
Lebih jauh lagi, cakupan pembukuan yang dimaksud dalam modul ini adalah pembukuan bagi
Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) baik yang ada di satker secara
umum maupun yang ada di Badan Layanan Umum (BLU).

2. Maksud dan Tujuan


Penyusunan modul Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara ini dimaksudkan agar
peserta pendidikan dan pelatihan Sertifikasi Bendahara dan para pembaca lainnya dapat memahami
tugas dan fungsi Bendahara pada Kementerian Negara/Lembaga. Diharapkan setelah menguasai
materi ini, Bendahara atau calon Bendahara memahami posisinya dalam struktur pejabat
perbendaharaan dan dapat melaksanakan tugas sesuai dengan hak dan kewajibannya.
Tujuan penyusunan modul ini adalah:
1. Tujuan Instruksional Umum
Sebagai pedoman bagi peserta pendidikan dan pelatihan Sertifikasi Bendahara sehingga dapat
memahami dan mengerti pembukuan dan pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran,
Bendahara Pengeluaran Pembantu baik dalam satker umum maupun satker Badan Layanan Umum
dalam rangka pelaksanaan APBN.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah membaca modul ini, diharapkan peserta pendidikan dan pelatihan Sertifikasi Bendahara
mampu menyusun pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara pada Kementerian
Negara/Lembaga/kantor/satker meliputi Buku Kas Umum, Buku Pembantu selain Buku Pembantu
Pajak, Buku Pembantu Pajak, dan Buku Pengawasan Anggaran Belanja serta Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara.

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi Uang/surat Berharga yang dikelola Bendahara
Pengeluaran/BPP, Dokumen Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP, Teknis Pembukuan Bendahara
Pengeluaran/BPP, dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran/BPP.

4. Cara Penggunaan Modul


Modul Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara Bendahara/BPP ini disusun dalam
rangka diklat Ujian Sertifikasi Profesi Bendahara yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Modul ini berisi materi Pembukuan dan
Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran/BPP yang terdiri dari Buku Kas Umum, Buku Pembantu
dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluran/BPP.
Untuk memudahkan pemahaman, peserta diklat sebaiknya mempelajari isi modul secara
berurutan mulai dari bagian awal (Pendahuluan) dan dilanjutkan dengan kegiatan belajar 1 sampai
dengan kegiatan belajar 3 dari bab II sampai dengan bab IV. Untuk efektivitas pemahaman modul,
kepada peserta diklat sangat disarankan untuk belajar secara berkelompok secara disiplin.
Pemahaman modul dapat diukur dengan kemampuan peserta diklat untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang tersedia dalam modul ini. Cocokkan jawaban anda dengan jawaban yang
tersedia pada bagian akhir modul. Skor minimal yang diharapkan untuk dianggap paham adalah 80.

5. Prasyarat Kompetensi
Prasyarat kompetensi adalah kemampuan awal yang harus dimiliki oleh peserta diklat yang
dipersyaratkan untuk mempelajari modul. Untuk dapat menguasai modul ini dengan baik, sebelum
mempelajari modul ini hendaknya peserta diklat sudah memperoleh pengetahuan tentang sistem
penerimaan dan pengeluaran negara.

6. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan tentang
kedudukan Bendahara dalam satuan kerja, tanggung jawab Bendahara, dan mengetahui prosedur
penyusunan pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.

7. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul Pembukuan dan Pertanggung-jawaban Bendahara/BPP Bendahara
ini, para peserta diklat diharapkan dapat :
1. Dapat menyebutkan jenis buku yang harus dibuat oleh Bendahara.
2. Dapat mencatat pagu DIPA dalam BKU dan Buku Pengawasan Kredit (dalam hal pembukuan
tidak menggunakan aplikasi).
3. Dapat membukukan transaksi SPM- UP/TUP.
4. Dapat membukukan transaksi SPM-GUP/SPM-PTUP
5. Dapat membukukan tansaksi SPM-LS Bendahara.
6. Dapat membukukan potongan pajak yang berasal dari pembayaran dengan menggunakan
dana UP/TUP.
7. Dapat membukukan pembayaran dengan uang muka.
8. Dapat memastikan bahwa uang kas di brankas yang berasal dari UP/TUP tidak lebih dari
Rp.50.000.000,-
9. Dapat membuat Berita Acara Keadaan Kas apabila saldo kas UP/TUP di brankas melebihi
Rp.50.000.000,- pada akhir hari kerja.
10. Dapat membuat Daftar Rincian Saldo Rekening yang dikelolanya.
11. Dapat membuat Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi.
12. Dapat membedakan saldo kas UP dengan saldo kas selain UP yang dikelolanya.
13. Dapat melakukan penutupan pembukuan setiap akhir bulan maupun pada saat diperlukan
sesuai ketentuan.
14. Dapat menuangkan saldo rekening koran kedalam LPJ Bendahara Pengeluaran.
15. Dapat menuangkan saldo kas pada buku pembantu kas kedalam LPJ Bendahara Pengeluaran.
16. Dapat menuangkan nilai kuitansi yang belum terbit SP2D-GUP-nya ke dalam LPJ bendahara
17. Dapat menyebutkan jenis dokumen pendukung LPJ Bendahara Pengeluaran yang
disampaikan ke KPPN.
18. Dapat melakukan koreksi pembukuan.
19. Dapat membuat Berita Acara Kesalahan Pembukuan Bendahara.
20. Dapat meneliti LPJ UP/TUP yang diterima dari BPP
BAB II
UANG/SURAT BERHARGA YANG DIKELOLA BENDAHARA PENGELUARAN

Pemahaman atas jenis dan karakter uang yang dikelolanya menjadi kemampuan dasar yang
harus dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran dan BPP. Secara umum, jenis-jenis uang yang dikelola
oleh Bendahara Pengeluaran/BPP adalah sebagai berikut:

1. Uang yang berasal dari UP


Uang persediaan adalah uang muka kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang
(revolving), diberikan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara kepada Bendahara Pengeluaran
hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan
dengan pembayaran langsung selama satu tahun anggaran. Penerimaan uang persediaan oleh
Bendahara Pengeluaran belum membebani anggaran dan belum dicatat sebagai belanja karena
pada prinsipnya uang persediaan hanya perpindahan kas dari Kuasa Bendahara Umum Negara ke
Bendahara Pengeluaran. Uang Persediaan digunakan untuk membayar pengeluaran atau belanja
yang tidak dapat dibayar langsung oleh Kuasa Bendahara Umum Negara baik karena
pertimbangan biaya manfaat dan kepraktisan karena jumlahnya kecil maupun karena pembayaran
secara langsung memang tidak dimungkinkan.
2. Uang yang berasal dari TUP
Tambahan Uang Persediaan (TUP) adalah uang yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran
untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan.
TUP memiliki sifat sama dengan UP yaitu untuk membiayai pengeluaran yang tidak dapat
dibayar dengan mekanisme LS, untuk keperluan operasional sehari-hari perkantoran, namun
tidak dapat diisi kembali (revolving). Apabila tidak habis digunakan dalam waktu satu bulan
maka sisa TUP harus disetor kembali ke rekening kas negara.
Uang Persediaan (UP) dan Tambahan Uang Persediaan (TUP) merupakan jenis uang yang
bersifat uang muka sehingga harus dilakukan pertanggungjawaban kepada pemberi (KPPN)
untuk bisa disahkan menjadi belanja. Sehingga terdapat tahap realisasi menurut Bendahara
Pengeluaran dan tahap realisasi menurut UAKPA yang disahkan oleh KPPN. Oleh karena itu,
pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP atas UP/TUP dilakukan pada setiap tahap tersebut.
3. Uang yang berasal dari LS Bendahara
Pada prinsipnya mekanisme pembayaran LS pembayarannya dilakukan secara langsung melalui
pemindahbukuan/transfer dari rekening kas negara ke rekening penerima. Namun dalam hal
pembayaran langsung ke rekening penerima tidak dimungkinkan, maka pembayarannya dapat
dilakukan melalui bendahara, yang dikenal dengan istilah LS bendahara. Mekanismenya
dilakukan dengan KPPN melalui rekening kas negara di bank operasional mentransfer dana ke
rekening bendahara, selanjutnya bendahara membayarkannya kepada yang berhak.
Ls Bendahara merupakan dana yang sifatnya sudah sah keluar dari kas Negara namun dibayarkan
kepada pihak yang berhak melalui Bendahara Pengeluaran. Sehingga fokus pembukuan adalah
pada saat dilakukan pembayaran dan penyetoran sisanya ke kas Negara.
4. Uang yang berasal dari pungutan pajak
Atas pembayaran menggunakan uang persediaan yang dilakukannya, apabila sudah memenuhi
ketentuan perpajakan, maka bendahara wajib memperhitungkan, memungut, dan menyetorkan
pajaknya. Terkait pembayaran yang dananya berasal dari LS bendahara biasanya pajaknya sudah
dipotong di SPM, sehingga bendahara tidak perlu memungutnya lagi.
Pajak merupakan uang yang menjadi hak Negara dan tidak bisa digunakan untuk kepentingan
apapun kecuali disetorkan ke kas Negara. Sehingga fokus pembukuan adalah saat dilakukan
pemungutan/pemotongan dan penyetoran ke kas Negara.
5. Uang yang berasal dari hibah
Hibah merupakan dana yang diterima dan digunakan sesuai dengan kesepakatan/ perjanjian yang
menjadi dasar pemberian hibah tersebut. Sehingga fokus pembukuan adalah saat diterima dan
dibayarkan uang hibah tersebut.
6. Uang yang berasal dari PNBP.
PNBP yang dimaksud disini adalah PNBP yang sudah menjadi hak Negara dan tidak bisa
digunakan untuk kepentingan apapun kecuali disetorkan ke kas Negara, misalnya: penerimaan
dari sewa rumah dinas atau sewa gedung. Fokus pembukuan juga terfokus pada saat menerima
PNBP dan menyetorkannya ke kas Negara.
7. Uang lainnya
Uang Lainnya disini adalah selain uang-uang sebagaimana tersebut di atas. Dalam hal ini,
karakteristik uang tersebut juga akan mempengaruhi fokus pembukuannya bagi Bendahara
Pengeluaran/BPP. Misalnya: uang tunjangan kinerja, bagi K/L yang sudah menerima remunerasi,
yang dibayarkan kepada setiap pegawai maka fokus pembukuannya adalah pada saat diterima
dan dibayarkan kepada masing-masing pegawai.

Selain uang-uang di atas, bagi Bendahara Pengeluaran/BPP di BLU juga mengelola uang
berupa:
1. Uang Pihak Ketiga
Merupakan uang yang diterima dari masyarakat atas pelayanan BLU namun belum bisa dianggap
sebagai pendapatan BLU kecuali setelah diselesaikannya pelayanan oleh BLU kepada pihak
tersebut, misal: uang muka pasien. Sehingga fokus pembukuan adalah di tahap penerimaan uang,
pengakuan sebagai pendapatan BLU dan pembayaran sisa uang tersebut kepada pihak terkait.
2. PNBP/Pendapatan BLU
Merupakan uang yang sudah menjadi hak BLU dan bisa langsung digunakan sebagai belanja.
Dalam hal ini, terdapat tahap realisasi belanja menurut pembukuan Bendahara BLU dan
pengesahan belanja oleh KPPN. Dan fokus pembukuan adalah pada tahap-tahap tersebut.
3. Uang Titipan
Merupakan uang yang karakternya mirip Uang Pihak Ketiga namun berasal dari unit/instansi
yang lain dimana sisanya disetor ke kas Negara atau unit/instansi pemberi, misal: dana
Jamkesmas pada rumah sakit. Fokus pembukuan juga pada tahap penerimaan uang, pengakuan
sebagai pendapatan BLU dan pembayaran sisa uang tersebut kepada unit/instansi pemberi.
4. Dana Bergulir
Merupakan dana yang disalurkan kepada penerima dimana pada rentang waktu tertentu harus
dikembalikan lagi dengan adanya tambahan hasil. Sehingga fokus pembukuan adalah saat
penyaluran dana dan pengembaliannya beserta tambahannya.
5. Hibah/Donasi/Sumbangan
Merupakan dana dari pihak tertentu/masyarakat yang tidak terikat atas perjanjian tertentu
sehingga bisa langsung digunakan BLU sebagai belanja. Dalam hal ini, fokus pembukuan hanya
pada saat menerima, mengakui sebagai pendapatan dan penggunaannya sebagai belanja.
BAB III
DOKUMEN PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN

Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP adalah berdasarkan dokumen sumber. Bicara


tentang dokumen, perlu diperhatikan perbedaan antara dokumen sumber pembukuan dengan dokumen
pembayaran. Dokumen pembayaran bisa dijadikan dokumen sumber pembukuan sebab pada dasarnya
pembukuan Bendahara adalah berbasis kas. Namun, dokumen pembukuan belum tentu bisa dijadikan
dokumen pembayaran. Hal ini perlu dipahami agar Bendahara Pengeluaran/BPP tahu dengan jelas
tanggung jawabnya atas pembayaran yang dilakukannya berdasarkan dokumen pendukungnya.
Dokumen pembukuan juga terkait dengan jenis dan karakter uang yang dikelola Bendahara
Pengeluaran/BPP. Secara umum, dokumen sumber pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP adalah
sebagai berikut:
1. DIPA, merupakan dokumen sumber pembukuan untuk transaksi non kas untuk memasukkan pagu
anggaran DIPA yg dikelola Bendahara Pengeluaran/BPP. DIPA menjadi dokumen sumber
pembukuan mengingat fungsi Bendahara yang harus mengetahui sisa dana/pagu anggaran dari
setiap kegiatan yang dilakukan sesuai yang tertuang dalam DIPA (POK).
2. SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-Ls Bendahara yang telah diterbitkan SP2Dnya, merupakan
dasar penerimaan uang dari KPPN bagi Bendahara Pengeluaran. Dalam hal ini, sebenarnya
dokumen sumber pembukuan bagi Bendahara Pengeluaran/BPP adalah SPMnya sebab SP2D
adalah dokumen KPPN sebagai Kuasa BUN. Namun, SPM yang dimaksud disini adalah SPM
yang telah diterbitkan SP2Dnya sebab SPM yang tidak diikuti penerbitan SP2D oleh KPPN
tidaklah memiliki arti ekonomi yang artinya tidak terdapat implikasi uang disana.
3. SSP/SSBP/SSPB yang telah mendapat NTPN sebagai bukti penyetoran ke kas Negara untuk
kategori pajak (SSP), pengembalian belanja (SSPB) dan PNBP (SSBP). Namun, harus
diperhatikan bahwa SSP dan SSBP adalah dokumen penyetoran ke kas Negara dan bukan
dokumen untuk memungut/memotong hak Negara (pajak dan PNBP) sehingga seharusnya
Bendahara Pengeluaran/BPP juga memiliki dokumen lain sebagai pendukung tugas
pemungutan/pemotongan hak Negara tersebut.
4. SPBy (Surat Perintah Bayar) merupakan dokumen sumber pembayaran sekaligus dokumen sumber
pembukuan atas pembayaran UP/TUP baik berupa belanja maupun pemberian uang muka. SPBy
harus dilengkapi dengan dokumen pendukung (kuitansi untuk belanja dan rencana kegiatan untuk
uang muka) untuk bisa dieksekusi pembayarannya oleh Bendahara Pengeluaran/BPP.
5. Kuitansi/daftar nominatif/SPJ sebagai dasar pembukuan realisasi belanja atas UP/TUP. Kuitansi
dan sejenisnya adalah dokumen pendukung untuk Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan
pembayaran tapi bukan dokumen pembayaran. Sebab dasar pembayaran atas UP/TUP adalah
SPBy.
6. Dokumen/daftar pembayaran LS-Bendahara berupa daftar yang menuangkan data pembayaran
uang yang bersumber dari Ls Bendahara. Dokumen ini biasanya menuangkan angka bruto dan
netto sehingga harus diperhatikan saat pembukuannya.
7. Rekening Koran menjadi dokumen sumber pembukuan atas penerimaan uang bila memang tidak
dokumen lain yang memadai. Sebab Bendahara Pengeluaran/BPP bisa menerima uang tanpa harus
ada perintah. Namun Bendahara Pengeluaran/BPP mengeluarkan/membayarkan uang yang
dikelolanya harus dengan otorisasi/perintah.
8. Dokumen lain yang diakui terkait dengan bukti penerimaan maupun pengeluaran uang yang belum
diatur namun diakui sebagai dokumen pembayaran dan/atau pembukuan. Namun, dokumen ini
tidak bisa dijadikan dasar pembayaran atas uang UP/TUP.
Khusus bagi Bendahara Pengeluaran/BPP pada BLU, akan terdapat banyak dokumen sumber
pembukuan atas transaksi-transaksi penerimaan dan pengeluaran uang yang belum diatur dalam
peraturan yang ada. Untuk itu, bentuk dan format dokumen tersebut diserahkan kepada masing-
masing BLU dan penggunaannya ditentukan sendiri oleh pemimpin BLU.
BAB IV
TEKNIS PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN

A. Basis, Prinsip dan Asas Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP


Pembukuan Bendahara dilakukan dengan basis Kas yang artinya pengakuan dan pencatatan atas
transaksi dilakukan pada saat kas diterima atau dibayarkan oleh Bendahara Pengeluaran, baik secara
fisik maupun melalui rekening. Artinya pula bahwa pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP tidak
terpengaruh adanya perubahan kurs selama tidak terkait dengan akuntansi. Selanjutnya, tanggal
transaksi pembukuan adalah berdasarkan riil kas diterima dan riil kas dikeluarkan, kecuali kondisi
pada akhir tahun.
Prinsip pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP adalah bersaldo balance. Artinya, saldo pada
BKU harus sama dengan saldo Buku-buku Pembantu yang menunjukkan pemegang uang dan harus
sama dengan saldo Buku-buku Pembantu yang menunjukkan jenis uang yang dikelola Bendahara
Pengeluaran/BPP. Prinsip ini akan menghasilkan sistematika pembukuan yang bisa mendeteksi
secara dini adanya kesalahan pembukuan.
Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP menggunakan asas Bruto, suatu prinsip yang tidak
memperkenankan pencatatan secara netto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran atau tidak
memperkenankan pencatatan setelah kompensasi antara penerimaan dengan pengeluaran, asas bruto
digunakan untuk mengetahui realisasi setiap pagu anggaran. Asas ini akan memudahkan Bendahara
Pengeluaran/BPP saat melakukan rekonsiliasi internal dengan UAKPA.
Sesuai dengan PMK 162/PMK.05/2013 Pasal 20 ayat (6) dinyatakan bahwa Pada setiap akhir
hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP
paling banyak sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Kemudian pada ayat (7) dinyatakan
Dalam hal uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP
lebih dari Rp 50.000.000, Bendahara Pengeluaran/BPP membuat Berita Acara yang ditandatangani
oleh Bendahara Pengeluaran/BPP dan PPK. Ini menunjukan kehatian-hatian agar Bendahara tidak
terlalu banyak memegang uang kas, secara makro hal tersebut akan menimbulkan idle kas. Format
Berita Acara Keadaan Kas sebagai berikut :

KOP SURAT
BERITA ACARA KEADAAN KAS 
BENDAHARA PENGELUARAN/BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU 
   
  Pada hari ini,……. tanggal……….. bulan………. tahun………., telah dilakukan pemeriksaan keadaan kas 
di brankas Bendahara Pengeluaran/BPP dengan hasil sebagai berikut: 
I.  Saldo Kas Tunai sesuai pembukuan Bendahara Rp ……………..  
II.  Keadaan Kas di Brankas Bendahara Rp ……………..  
  Selisih  Rp ……………..  
  Sesuai keterangan Bendahara, keadaan kas sebagaimana angka II terdiri atas:
    1.  Uang Persediaan (UP) Rp ……….    
    2.  Uang LS Bendahara  Rp ……….    
    3.  Uang Pajak  Rp ……….    
    4.  Uang Lain‐lain  Rp ………. (+)    
      Total     Rp ……….     
III.  Uang lain‐lain sebagaimana angka II.4. terdiri atas:
a. ................. 
b. ............... 
dst. 
IV.  Penjelasan jumlah Uang Persediaan (UP) dalam brankas lebih dari Rp 50.000.000,‐ 
  …………………………………………………………………………………………………………
  …………………………………………………………………………………………………………
          Dengan dibuatnya Berita Acara ini, KPA atau PPK atas nama KPA bertanggung jawab apabila terjadi 
kehilangan atau kerugian yang terjadi atas keadaan kas Bendahara Pengeluaran/BPP dimaksud. 
    .................., .......................... 
  Yang Diperiksa,  Yang Memeriksa,
Bendahara Pengeluaran/BPP  KPA atau PPK atas nama KPA 
   
   
Nama …………………..  Nama ………………….. 
  NIP………………………  NIP………………………

Dalam melaksanakan tugasnya, Bendahara wajib menggunakan rekening atas nama jabatannya
pada Bank Umum/Kantor Pos yang telah mendapatkan persetujuan Kuasa BUN. Bendahara dilarang
menyimpan uang yang dikelolanya dalam rangka pelaksanaan APBN atas nama pribadi pada Bank
Umum/Kantor Pos. Dalam rangka penarikan uang dari rekening Bendahara Pengeluaran/BPP,
pejabat yang berwenang menandatangani cek untuk mengambil uang di Bank Umum/Kantor Pos
adalah KPA dan/atau PPK atas nama KPA dan Bendahara Pengeluaran/BPP. Sebagai wujud
transparansi pengelolaan uang oleh Bendahara, Bendahara wajib melampirkan salinan rekening koran
yang menunjukan saldo rekening untuk bulan berkenaan dan Daftar saldo rekening ketika
menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara. Format Daftar saldo rekening sebagai
berikut :
DAFTAR RINCIAN SALDO REKENING YANG DIKELOLA
BENDAHARA PENGELUARAN SATKER....................
BULAN..............................

No. Nomor Nama Nama Kode Surat Ijin Saldo


Rekening Rekening Bank Rek ** Nomor Tanggal
1
2
3
4
5
dst
Lampiran ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari LPJ Bendahara
** Kode Rek. Adalah 10 utk Bend. Penerimaan, 20 untuk Bend. Pengeluaran, 21 untuk Bend. Pengeluaran Pembantu, dan
9999 untuk Rekening Lainnya.

Bendahara Pengeluaran

....................................
NIP..............................
B. Model Buku Bendahara Pengeluaran/BPP
Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP dilakukan pada Buku Kas Umum (BKU), Buku
Pembantu (BP), dan Buku Pengawasan Anggaran Belanja. BKU merupakan buku yang memuat
seluruh transaksi kas dan non kas yang terjadi pada Bendahara Pengeluaran/BPP. Buku Pembantu
memuat transaksi-transaksi kas sesuai karakter masing-masing. Sedangkan Buku Pengawasan
Anggaran Belanja memuat realisasi belanja sesuai transaksi yang ada di Bendahara Pengeluaran/BPP.
Untuk keseragaman, telah ditetapkan model Buku bagi Bendahara Pengeluaran/BPP agar bisa
menyusun Laporan Pertanggungjawaban sesuai format yang telah ditetapkan. Secara umum, model
Buku bagi Bendahara Pengeluaran/BPP terbagi dalam: Buku Kas Umum (BKU), Buku Pembantu
selain BP Pajak, Buku Pembantu (BP) Pajak, dan Buku Pengawasan Anggaran Belanja.

I. Buku Kas Umum (BKU)


Buku Kas Umum merupakan buku yang digunakan untuk mencatat semua transaksi keuangan
yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran yang berkaitan dengan belanja negara. Semua
transaksi yang berkaitan dengan penerimaan kas, pengeluaran kas, dan perubahan kas melalui
Bendahara Pengeluaran harus dicatat di BKU
BKU terdiri atas 2 bagian yaitu: Halaman Muka dan Halaman Isi. Halaman Muka memuat data-
data terkait DIPA dan satker serta tanda tangan Bendahara Pengeluaran/BPP dan pejabat
perbendaharaan. Halaman Isi berisi kolom-kolom untuk menuangkan transaksi yang terdiri atas:
Tanggal, Nomor Bukti, Uraian, Debet, Kredit dan Saldo sebagaimana berikut:
Bagian I: Halaman Muka
BUKU KAS UMUM 
Tahun Anggaran  : ………………………………………………   (1)
Kementerian/Lembaga  : (……)……………………………………….    (2) 
Unit Organisasi  : (……)……………………………………….    (3) 
Provinsi/Kabupaten/Kota  : (……)……………………………………….    (4) 
Satuan Kerja/BLU  : (……)……………………………………….   (5)
Alamat  : (……)……………………………………….   (6)
KPPN  : (……)……………………………………….    (7) 
Dokumen  : (……)……………………………………….    (8) 
Nomor, Tanggal Dokumen  : ……….……., ………………………………   (9)
Revisi ke:  1.  : ……….……., ………………………………   (10)
  2.  : ……….……., ………………………………     
  3.  : ……….……., ………………………………     
  …  : ……….……., ………………………………     
  ……, ………………   (11) 
Mengetahui         
Kuasa Pengguna Anggaran,  Bendahara Pengeluaran, 
       
   
  (12)    (13) 
………………………  ……………………… 
NIP………………….  NIP…………………. 
 
Petunjuk Pengisian Halaman Muka Buku Kas Umum:
(1) : Diisi tahun anggaran
(2) : Diisi kode dan nama Kementerian
(3) : Diisi kode dan nama unit organisasi
(4) : Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota
(5) : Diisi kode dan nama satuan kerja
(6) : Diisi alamat satuan kerja
(7) : Diisi kode dan nama KPPN
(8) : Diisi jenis dokumen anggaran (DIPA, SKPA, atau lainnya)
(9) : Diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun dokumen anggaran
(10) : Diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun revisi dokumen anggaran (jika ada)
(11) : Diisi tempat, dan tanggal, bulan serta tahun Buku Kas Umum dibuat
(12) : Diisi nama lengkap dan NIP Kuasa PA yang ditunjuk
(13) : Diisi nama lengkap dan NIP Bendahara Pengeluaran yang ditunjuk

Bagian 1 atau halaman pertama Buku Kas Umum digunakan untuk mencatat informasi umum seperti
nama Kuasa Pengguna Anggaran, nama Bendahara Pengeluaran, data satuan kerja, dan tanggal serta
nomor Surat Pengesahan (SP) DIPA beserta revisinya. Dokumen sumber untuk mengisi BKU
halaman 1 adalah SP DIPA.

Bagian II: Halaman Isi


Nomor 
Tanggal  Uraian  Debet  Kredit  Saldo 
Bukti 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 


           

   

   

   

Petunjuk Pengisian Halaman Isi Buku Kas Umum:


Kolom (1) : Diisi tanggal pembukuan (format: tanggal-bulan-tahun)
Kolom (2) : Diisi nomor bukti pembukuan bendahara
Kolom (3) : Diisi uraian transaksi penerimaan/pengeluaran
Kolom (4) : Diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber
Kolom (5) : Diisi jumlah pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber
Kolom (6) : Diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/pengeluaran yang
tercantum dalam dokumen sumber
Yang perlu diperhatikan dari Bagian II BKU adalah yang dimaksud nomor bukti disini adalah
nomor unik dan urut dari awal hingga akhir, tanpa terputus, untuk satu tahun anggaran yang tercermin
kepada Buku-buku Pembantu. Jadi, Nomor Bukti bukanlah nomor dokumen sumber pembukuan.
Nomor Bukti dibuat sebagai mekanisme kroscek sekaligus pengganti kewajiban pengisian data
lengkap dokumen sehingga Bendahara Pengeluaran/BPP dimudahkan dengan hal ini. Untuk itu,
hendaklah Bendahara Pengeluaran/BPP menatausahakan dokumen sumber sesuai urutan Nomor Bukti
dalam BKU.

II. Buku Pembantu selain BP Pajak


Sebenarnya, seluruh Buku Pembantu memiliki model yang sama dengan Halaman Isi pada
BKU yaitu terdiri atas: Tanggal, Nomor Bukti, Uraian, Debet, Kredit dan Saldo. Cara pengisiannya
pun sama dengan BKU. Hanya saja, Nomor Bukti pada Buku Pembantu tidak selalu urut seperti pada
BKU. Sebab yang tertuang pada masing-masing Buku Pembantu hanya yang terkait dengan karakter
transaksi masing-masing.
Contoh Buku Pembantu selain BP Pajak :
1. Buku Pembantu Uang Persediaan
Buku Pembantu Uang Persediaan berfungsi untuk mengawasi penerimaan dan pengeluaran
UP. Penerimaan UP berasal dari penerbitan SP2D UP, TUP, dan GUP. Sedangkan
pengeluaran UP digunakan untuk pembayaran tagihan yang tidak bisa dibayar secara LS.
Saldo pada Buku Pembantu UP menunjukkan jumlah UP yang belum dibelanjakan oleh
Bendahara Pengeluaran.
2. Buku Pembantu LS Bendahara
Buku Pembantu LS Bendahara digunakan untuk mengawasi uang yang dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran yang bersumber dari SP2D LS Bendahara. Saldo di Buku Pembantu
LS Bendahara menunjukkan uang LS yang belum dibayarkan kepada yang berhak. Bentuk
dan cara pengisian Buku Pembantu LS Bendahara sama dengan Buku Pembantu UP.
3. Buku Pembantu Bank
Buku Pembantu Bank digunakan untuk mencatat transaksi mengenai perubahan uang pada
rekening bank yaitu setiap terjadi transaksi secara giral antara lain penerimaan SP2D dan
penerbitan/penarikan cek. Saldo di Buku Pembantu Bank menunjukkan uang yang dikelola
oleh Bendahara Pengeluaran yang tersimpan di bank. Bentuk dan cara pengisian Buku
Pembantu Bank sama dengan Buku Pembantu UP.
4. Buku Pembantu Kas
Untuk keperluan pembayaran belanja Bendahara Pengeluaran membutuhkan uang kas. Buku
Pembantu Kas digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas baik
dalam bentuk uang tunai maupun melalui rekening. Saldo pada Buku Pembantu Kas
menunjukkan jumlah kas yang tersimpan di brankas dan rekening. Dalam hal diperlukan,
Buku Pembantu Kas bisa dipisahkan menjadi Buku Pembantu Kas Tunai dan Buku Pembantu
Kas Bank. Bentuk dan cara pengisian Buku Pembantu Kas Tunai maupun Buku Pembantu
Kas Bank sama dengan Buku Pembantu UP.
5. Buku Pembantu BPP
Dalam melakukan pembayaran atas belanja, Bendahara Pengeluaran dapat dibantu oleh
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP). Buku Pembantu BPP digunakan untuk mencatat
penyerahan uang muka dari Bendahara Pengeluaran ke BPP dan pertanggungjawaban dari
BPP ke Bendahara Pengeluaran. Saldo di Buku Pembantu BPP menunjukkan uang yang
belum dipertanggungjawabkan oleh BPP kepada Bendahara Pengeluaran. Bentuk dan cara
pengisian Buku Pembantu BPP sama dengan Buku Pembantu UP.

6. Buku Pembantu Uang Muka/Voucher


Mekanisme pemberian uang muka yang sebelumnya hanya diperbolehkan untuk perjalanan
dinas (Uang Muka Perjadin) telah diperluas untuk kegiatan sehingga dikenal istilah Uang
Muka Kegiatan (UMK). Dalam hal ini, uang yang diberikan sebelum perjalanan dinas
dilaksanakan maupun sebelum kegiatan dilakukan belum dianggap sebagai pengeluaran dan
oleh karenanya dicatat sebagai uang muka.
Buku Pembantu Uang Muka/Voucher digunakan untuk memantau pemberian dan
pertanggungjawaban uang muka perjalanan dinas dan uang muka kegiatan. Saldo di Buku
Pembantu Uang Muka/Voucher menunjukkan uang yang belum dipertanggungjawabkan oleh
penerima perjalanan dinas dan penerima uang muka kegiatan. Bentuk dan cara pengisian
Buku Pembantu Uang Muka Perjalanan Dinas sama dengan Buku Pembantu UP.

7. Buku Pembantu Lain-lain


Pada dasarnya Bendahara wajib membukukan dan mempertanggungjawabkan seluruh uang
yang dikelolanya. Buku Pembantu Lain-lain ini digunakan untuk menampung kemungkinan
terdapat transaksi keuangan atau penerimaan kas yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran
di luar aktivitas atau transaksi yang dicatat dalam buku-buku pembantu di atas.
Format Buku Pembantu selain BP Pajak:
Buku Pembantu …………….    (1)
Tahun Anggaran  : …………. (2)  
Kementerian/Lembaga  : (……) ……………................... (3)  
Unit Organisasi  : (……) ……………...................  (4)  
Provinsi/Kabupaten/Kota  : (……) ……………...................  (5)  
Satuan Kerja/BLU  : (……) ……………...................  (6)  
Dokumen  : (……) ……………................... (7)  
No., Tanggal Dokumen  : ……., ……………….................... (8)  
Revisi Ke: ......  : ……., ……………….................... (9)  
KPPN  : (……) ……………...................  (10)   
   
Tanggal  Nomor Bukti  Uraian Debet Kredit  Saldo
(1)  (2)  (3) (4) (5)  (6)
     
   
   
   
 
 
 
Petunjuk pengisian BP selain BP pajak:
(1) : Diisi jenis BP berkenaan
(2) Diisi tahun anggaran
(3) : Diisi kode dan nama Kementerian
(4) : Diisi kode dan nama unit organisasi
(5) : Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota
(6) : Diisi kode dan nama satuan kerja
(7) : Diisi jenis dokumen anggaran (DIPA, SKPA, dan lain-lain)
(8) : Diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun dokumen anggaran
(9) : Diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun revisi dokumen anggaran (jika ada)
(10) : Diisi kode dan nama KPPN
Pengisian kolom 1 sampai dengan 6 mengikuti petunjuk pengisian halaman isi Buku Kas Umum

III. Buku Pembantu (BP) Pajak


Atas pembayaran belanja dengan menggunakan Uang Persediaan, Bendahara Pengeluaran
wajib memungut/memotong pajak apabila dalam transaksi tersebut ditetapkan terutang pajak. Pajak
yang telah dipungut/dipotong wajib disetor ke kas negara. Untuk menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan kas atas kewajiban memungut/memotong pajak dan penyetorannya,
Bendahara Pengeluaran menggunakan Buku Pembantu Pajak.
Format Buku Pembantu Pajak sebenarnya sama dengan Buku Pembantu Selain Pajak yaitu
terdiri atas: Tanggal, Nomor Bukti, Uraian, Debet, Kredit dan Saldo. Hanya saja, terdapat perincian
jenis pajak pada kolom Debet sebagai berikut:
BUKU PEMBANTU PAJAK
Tahun Anggaran  : …………. (1)  
Kementerian/Lembaga  : (……) ……………................... (2)  
Unit Organisasi  : (……) ……………................... (3)  
Provinsi/Kabupaten/Kota  : (……) ……………................... (4)  
Satuan Kerja  : (……) ……………................... (5)  
Dokumen  : (……) ……………................... (6)  
No., Tanggal Dokumen  : ……., ………………................ (7)  
Revisi Ke: ......  : ……., ………………................ (8)  
KPPN  : (……) ……………................... (9)  
       
Penerimaan (Debet) 
Nomor  Pengeluaran 
Tanggal  Uraian  PPh  PPh  PPh  Pajak  Saldo 
bukti  PPN  (Kredit) 
Ps 21  Ps 22  Ps 23  Lainnya 
1  2  3  4 5 6 7 8 9  10
           
 
 
 

Petunjuk pengisian BP Pajak:


(1) : Diisi tahun anggaran
(2) : Diisi kode dan nama Kementerian
(3) : Diisi kode dan nama unit organisasi
(4) : Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota
(5) : Diisi kode dan nama satuan kerja
(6) : Diisi jenis dokumen anggaran (DIPA, SKPA, dan lain-lain)
(7) : Diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun dokumen anggaran
(8) : Diisi nomor dan tanggal, bulan, tahun revisi dokumen anggaran (jika ada)
(9) : Diisi kode dan nama KPPN
Kolom 1 : Diisi tanggal, bulan dan tahun pembukuan
Kolom 2 : Diisi nomor bukti pembukuan
Kolom 3 : Diisi uraian transaksi penerimaan atau pengeluaran
Kolom 4 : Diisi jumlah pungutan PPN yang diterima
Kolom 5 : Diisi jumlah pungutan Pph Pasal 21 yang diterima
Kolom 6 : Diisi jumlah pungutan Pph Pasal 22 yang diterima
Kolom 7 : Diisi jumlah pungutan Pph Pasal 23 yang diterima
Kolom 8 : Diisi jumlah pungutan pajak lainnya (jika ada)
Kolom 9 : Diisi jumlah pajak yang disetorkan ke Kas Negara
Kolom 10 : Diisi jumlah saldo setelah ditambahkan penerimaan pajak atau dikurangi jumlah setoran
pajak yang tercantum dalam dokumen sumber.

IV. Buku Pengawasan Anggaran Belanja


Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran menggunakan uang persediaan yang
dikelolanya setelah menguji ketersediaan dana yang bersangkutan. Oleh karena itu Bendahara
Pengeluaran harus mengetahui posisi saldo anggaran sebelum memutuskan untuk melakukan
pembayaran belanja. Untuk itu Bendahara Pengeluaran harus membuat Buku Pengawasan Anggaran
Belanja.
Buku Pengawasan Anggaran Belanja menggabungkan bagian data satker dan DIPA serta
bagian isi menjadi satu kesatuan. Namun, bagian isi terdiri atas kolom Tanggal, Nomor Bukti, Uraian,
Nilai Transaksi, Cara Bayar, dan Posisi Jenis Uang. Untuk Bendahara Pengeluaran/BPP pada satker
umum, kolom Cara Bayar hanya tediri atas UP dan Ls. Sedangkan untuk Bendahara Pengeluaran/BPP
pada BLU, kolom Cara Bayar terdiri atas UP, LS, Pendapatan, dan Hibah. Posisi Jenis Uang pada
Bendahara Pengeluaran/BPP satker umum hanya terkait UP sedangkan Bendahara Pengeluaran/BPP
pada BLU terkait UP, Pendapatan, dan Hibah.

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA 
Kementerian/Lembaga  :  (……)    ……………  (1)  Fungsi  : ……………  (8) 
Unit Organisasi  :  (……)    ……………  (2)  Subfungsi  : …………… (9) 
Provinsi/Kabupaten/Kota  :  (……)    ……………  (3)  Program  : …………… (10) 
Satuan Kerja  :  (……)    ……………  (4)  Kegiatan  : …………… (11) 
Tanggal, No. SP DIPA  :  ……., ………………  (5)    

Tahun Anggaran  :  ………….  (6) 


KPPN  :  (……)    ……………  (7)    
Nilai  Cara bayar Akun Posisi UP 
Tgl  No. Bukti  Uraian 
Transaksi  UP LS (12) Bukti 
Sudah disahkan 
pengeluaran 
      PAGU           (13)    
  
1  2  3  4  5  6  7  8  9 

                          

Petunjuk Pengisian Buku Pengawasan Anggaran:


(1) : Diisi kode dan nama Kementerian
(2) : Diisi kode dan nama unit organisasi
(3) : Diisi kode dan nama provinsi/kabupaten/kota
(4) : Diisi kode dan nama satuan kerja
(5) : Diisi tanggal, bulan dan tahun serta nomor SP DIPA
(6) : Diisi tahun anggaran
(7) : Diisi kode dan nama KPPN
(8) : Diisi kode fungsi berkenaan
(9) : Diisi kode subfungsi berkenaan
(10) : Diisi kode program berkenaan
(11) : Diisi kode kegiatan berkenaan
(12) : Diisi kode akun berkenaan
(13) : Diisi pagu akun berkenaan
Kolom 1 : Diisi tanggal, bulan dan tahun transaksi terjadi
Kolom 2 : Diisi nomor bukti pembukuan
Kolom 3 : Diisi uraian dan transaksi pengeluaran yang dilakukan
Kolom 4 : Diisi jumlah nominal transaksi
Kolom 5 : Diisi jumlah pembayaran melalui mekanisme UP
Kolom 6 : Diisi akumulasi jumlah pembayaran melalui mekanisme LS Bendahara
Kolom 7 : Diisi sisa pagu Akun berkenaan
Kolom 8 : Diisi jumlah pembayaran yang belum di GU-kan
Kolom 9 : Diisi jumlah pembayaran yang sudah di GU-kan

C. Nomor dan Tanggal Pembukuan


Dalam melaksanakan pembukuan, Bendahara menerapkan sistem Nomor Bukti yang berfungsi
sebagai identitas dokumen sumber bagi pembukuan bendahara pada Buku Kas Umum dan seluruh
buku pembantu. Nomor ini akan memudahkan bendahara ketika harus menelusuri suatu dokumen
transaksi.
Nomor dibuat berdasarkan urutan yang diberikan Bendahara Pengeluaran pada waktu
menatausahakan dokumen sumber dalam BKU dan bersifat unik untuk satu tahun anggaran, dimana
pembukuan atas DIPA diberi nomor bukti 0 (nol)
Bendahara Pengeluaran dimungkinkan menerima dokumen sumber berupa SPM yang dinyatakan
sah dan LPJ-BPP setelah tanggal transaksi, terhadap dokumen sumber dimaksud penomoran dan
penanggalannya dilakukan sebagai berikut :
1. SPM yang dinyatakan sah yang diterima dari KPPN, diberi tanggal berdasarkan waktu
penerimaannya dengan penomoran secara berurutan.
2. LPJ-BPP yang diterima dari BPP, diberi tanggal berdasarkan tanggal waktu penerimaannya
dengan penomoran secara berurutan.
3. Khusus untuk SPM dan LPJ-BPP akhir tahun anggaran, diberi tanggal 31 Desember dengan
penomoran mengikuti urutannya.

D. Perbedaan Pembukuan Bendahara dan Laporan UAKPA


Bendahara sebagai Pejabat Perbendaharaan yang bertanggung jawab kepada Kuasa BUN,
wajib menatausahakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan seluruh uang negara dan atau
surat berharga yang berada dalam pengelolaannya, dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara. Di samping itu, Bendahara selaku pejabat yang diangkat oleh Menteri/pimpinan
lembaga atau pejabat yang diberi kuasa, juga wajib membukukan seluruh transaksi yang terjadi dalam
rangka pelaksanaan anggaran satuan kerja sebagaimana tertuang dalam DIPA kecuali untuk transaksi
yang melalui SPMLS/SP2DLS kepada pihak ketiga yang hanya dicatat dalam Buku Pengawasan
Anggaran, termasuk apabila satker tersebut mengelola hibah dan/atau Bantuan Sosial. Bahkan bila
satker tersebut mengelola hibah yang tidak masuk dalam DIPA pun tetap harus dibukukan oleh
Bendahara. Sebab suatu satker bisa memperoleh hibah adalah karena dia merupakan satker pengelola
APBN. Dan orang yang paling tepat untuk mengelola uang tunai di satker tiada lain adalah
bendahara.
Pembukuan Bendahara Pengeluaran menghasilkan keadaan kas dan realisasi atas uang /surat
berharga yang dikelola oleh Bendahara. Laporan ini merupakan salah satu alat yang sangat berguna
untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari bagi pimpinan satker sekaligus menjadi pembanding akun Kas
di Bendahara Pengeluaran pada Laporan Keuangan. Jika hanya melihat Laporan Realisasi Anggaran
kita tidak mengetahui bahwa saldo kredit anggaran belanja barang sebenarnya sudah berkurang akibat
adanya realisasi belanja. Demikian juga kas di Bendahara Pengeluaran sudah berkurang akibat adanya
pembayaran pengadaan.
UAKPA adalah unit yang melaksanakan sistem akuntansi keuangan pada satuan kerja.
UAKPA mengolah dokumen sumber transaksi keuangan dalam rangka pelaksanaan anggaran mulai
dari input dokumen anggaran berupa DIPA, input dokumen realisasi pendapatan berupa SSBP dan
input dokumen realisasi belanja berupa SPM yang sudah diterbitkan SP2D-nya sehingga penyusunan
laporan keuangan berupa Neraca, laporan realisasi Anggaran, dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK) berdasarkan standar akuntansi pemerintahan. Karena terikat dengan standar akuntansi
pemerintahan, maka pencatatan realisasi yang dilakukan oleh UAKPA harus memenuhi kriteria
standar pendapatan dan belanja . Pencatatan realisasi oleh UAKPA sebenarnya tidak menggambarkan
keadaan kas dan realisasi anggaran yang sesungguhnya. Sebagai contoh ketika bendahara melakukan
pembayaran pengadaan ATK, sebenarnya keadaan kas di bendahara berkurang, demikian juga dengan
kredit anggaran belanja barang. Namun perkiraan Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca UAKPA
tidak berkurang. Demikian juga realisasi belanja barang di Laporan Realisasi Anggaran UAKPA tidak
bertambah. Transaksi pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran tidak bisa dicatat oleh UAKPA
karena tidak memenuhi kriteria pengakuan belanja sebagaimana dalam standar.
Pada dasarnya perbedaan antara laporan yang disusun oleh UAKPA dan yang dihasilkan oleh
Bendahara mencakup hal-hal sebagai berikut:
No. Uraian Laporan UAKPA Laporan Bendahara
1. Kuitansi pembayaran Belum dianggap sebagai Sudah dianggap sebagai realisasi
dengan Uang realisasi yang mengurangi yang mengurangi Pagu Anggaran
Persediaan (UP) yang Pagu Anggaran dalam dalam DIPA
belum disahkan/belum DIPA
di SPM/SP2D-kan
2 Kas di Terbatas pada saldo UP
Mencakup seluruh saldo kas yang
Bendahara ada pada bendahara, meliputi :
Pengeluaran a. Kas yang bersumber dari UP.
b. Kas yang bersumber dari
SPM-LS/SP2D-LS yang
ditujukan kepada Bendahara.
c. Kas dari Potongan/Pungutan
Pajak dan Bukan Pajak yang
dilakukan oleh Bendahara
d. Kas dari sumber lainnya
yang menjadi hak negara
3. Surat Bukti Setor Belum dianggap sebagai Sudah dianggap sebagai realisasi
(SBS) realisasi yang mengurangi yang mengurangi target anggaran
target anggaran penerimaan dalam DIPA
penerimaan dalam DIPA
4. Kas di Bendahara Tercatat sebesar uang yang Tercatat sebesar uang yang sudah
Penerimaan sudah menjadi hak negara menjadi hak negara yang belum
yang belum disetor ke Kas disetor ke Kas Negara dan uang
Negara lain yang dikelola oleh Bendahara
Penerimaan.

Sehubungan dengan perbedaan tersebut di atas, Kuasa Pengguna Anggaran (Kuasa PA) wajib
melakukan rekonsiliasi internal antara laporan yang dihasilkan bendahara dengan laporan yang
dihasilkan UAKPA sebelum/pada saat Laporan Pertanggungjawaban Bendahara disusun.

E. Teknis Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP


Teknis pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP dilakukan atas transaksi Non Kas dan
transaksi Kas. Transaksi Non Kas adalah saat dilakukan transaksi input pagu DIPA dan saat posting
transaksi LS Pihak Ketiga yang keduanya dilakukan secara otomatis oleh aplikasi. Sementara
Transaksi Kas dibagi menjadi 5 aktivitas yaitu:
1. Aktivitas penerbitan SPM UP/TUP oleh Kuasa PA,
2. Aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari UP,
3. Aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-
LS) Bendahara,
4. Aktivitas penyaluran dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu (LPJ-BPP),
5. Aktivitas kas lainnya.

Lebih detail, teknis pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP dilakukan sebagai berikut:

I. Transaksi Non Kas


1. Pembukuan taat diterima pagu DIPA
Pembukuan DIPA oleh bendahara berguna untuk mengawasi saldo kredit anggaran yang
tersedia, sehingga pembayaran yang dilakukan tidak melampaui pagu anggaran yang
tersedia. Pagu DIPA dicatat di BKU, sedangkan rincian belanja per akun dicatat dalam
buku pengawasan anggaran belanja.
2. Pembukuan saat diterima SPM Ls Pihak Ketiga yang telah diterbitkan SP2Dnya maka
dibukukan langsung pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja sebesar nilai bruto.

II. Transaksi Kas


1. Aktivitas Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) UP/TUP oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (Kuasa PA)

a. Pada saat Bendahara Pengeluaran menerima UP dan atau TUP dari KPPN, baik
berdasarkan Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) yang telah
diterbitkan SP2Dnya maupun dari rekening koran, Bendahara Pengeluaran melakukan
pembukuan sebagai berikut:

1) Dibukukan pada BKU sebesar nilai bruto di sisi debet dan sebesar nilai potongan
(jika ada) di sisi kredit;

2) Dibukukan pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu UP sebesar nilai netto di
sisi debit.
Tidak ada perbedaan pembukuan antara UP dan TUP. Karena keduanya menambah
saldo bendahara maka di Debet di BKU. Pembukuan di buku pembantunya, dari sisi
tempat tersimpannya uang, UP dan TUP diterima melalui bank sehingga menambah
saldo bank dan dicatat Debet di buku pembantu kas. Dari sisi sumber dananya, UP dan
TUP dapat dikelompokkan sebagai uang muka dari KPPN sehingga dicatat di buku
pembantu UP.

b. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GUP) yang telah


diterbitkan SP2Dnya merupakan dokumen sumber yang berfungsi sebagai sarana
pengisian kembali/revolving UP dimana pembukuannya dilakukan sebagai berikut:
1) Dibukukan pada BKU sebesar nilai bruto di sisi debet dan sebesar nilai potongan
(jika ada) di sisi kredit;

2) Dibukukan pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu UP sebesar nilai netto di
sisi debit.
Penerimaan pencairan SP2D GUP akan berpengaruh menambah saldo kas bendahara,
sehingga dibukukan Debet di BKU. Selain itu SP2D GUP akan menambah saldo
bank, sehingga dibukukan Debet di buku pembantu kas. Penerimaan pencairan SP2D
GUP juga akan menghidupkan kembali/menambah saldo UP, sehingga dibukukan
Debet di buku pembantu UP.
c. SPM-GUP Nihil dan atau SPM-PTUP yang dinyatakan sah merupakan dokumen
sumber sebagai bukti pengesahan belanja yang menggunakan UP/Tambahan UP (TUP).
dan dibukukan oleh Bendahara Pengeluaran sebesar nilai bruto di sisi debet dan sisi
kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, dan dibukukan di kolom Sudah Disahkan pada
Posisi UP pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja.
Biasanya SP2D GUP Nihil berkaitan dengan TUP. Sesuai ketentuan, atas TUP yang
diterimanya satker harus mempertanggungjawabkan pengeluarannya dalam bentuk
SPM GUP Nihil, dan menyetorkan sisa TUP yang tidak digunakan. Namun demikian
ada juga SP2D GUP Nihil yang sumbernya dari UP, hal ini umumnya terjadi pada akhir
tahun anggaran. Dokumen sumber pembukuan SP2D GUP Nihil adalah SPM beserta
SP2D GUP Nihil. Mengapa SPM? pertama sesuai asas bruto, yang dibukukan adalah
jumlah yang tercantum di SPM, yang kedua sesuai dengan namanya SP2D GUP Nihil
tidak ada nilainya (nihil). Penerimaan SP2D GUP Nihil tidak akan mempengaruhi saldo
kas bendahara, sehingga dibukukan Debet/kredit di BKU. Karena tidak terjadi
penerimaan kas, maka tidak mempengaruhi buku pembantu kas dan UP. Sesuai dengan
fungsinya, SP2D GUP Nihil merupakan pengesahan belanja UP/TUP melalui
bendahara, sehingga dibukukan di buku pengawasan anggaran belanja kolom sudah
disahkan.

2. Aktivitas Pembayaran atas Uang yang Bersumber dari Uang Persediaan (UP)
a. Pembayaran UP kepada pihak terbayar/pihak ketiga baru bisa dilakukan setelah
kewajiban pihak terbayar/pihak ketiga dilaksanakan. Selanjutnya Bendahara
Pengeluaran wajib meminta SPBy yang ditandatangani oleh PPK atas nama KPA
dengan dilampiri kuitansi/bukti pembayaran sebesar nilai bruto dan faktur pajak (bila
disyaratkan) serta mengembalikan faktur pajak yang telah disahkan oleh Bendahara
Pengeluaran kepada pihak terbayar/pihak ketiga. Pembukuan kuitansi/bukti
pembayaran dan faktur pajak diatur sebagai berikut:
1) Dibukukan sebesar nilai bruto di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu
Kas, dan Buku Pembantu UP, dan dicatat di sisi Bukti Pengeluaran pada Posisi UP
pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja sesuai akun terkait.

2) Dibukukan sebesar nilai faktur pajak/Surat Setoran Pajak (SSP) di sisi debet pada
Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.
Pengaruh pembayaran belanja secara tunai adalah mengurangi saldo kas bendahara,
sehingga dibukukan Kredit di BKU. Karena pembayarannya Dilakukan secara tunai
maka pengaruhnya mengurangi saldo kas tunai dan dibukukan Kredit di buku
pembantu kas. Jika pembayarannya termasuk belanja maka berpengaruh pada sumber
dana yang digunakan untuk membayarnya yaitu mengurangi saldo UP, sehingga
dibukukan Kredit dibuku pembantu UP. Karena pengeluaran belanja sudah membebani
mata anggaran, maka berpengaruh juga di buku pengawasan anggaran belanja sebagai
pengurang kredit anggaran belanja mata anggaran yang bersangkutan.
Sesuai asas bruto jumlah yang tercantum dalam kuitansi pembayaran adalah jumlah
kotor termasuk pajak. Setelah dibayarkan haknya penerima pembayaran, selaku wajib
pungut, Bendahara Pengeluaran wajib memungut pajak atas setiap pembayaran yang
telah memenuhi ketentuan perpajakan. Penerimaan pungutan pajak berpengaruh
menambah saldo kas bendahara sehingga dibukukan Debit di BKU. Pada umumnya
pungutan pajak diterima secara tunai sehingga menambah saldo kas tunai dan
dibukukan debet di buku pembantu kas. Dilihat dari sumbernya, uang yang diterima
oleh bendahara berasal dari penerimaan pajak, pengaruhnya menambah saldo pajak
sehingga dibukukan Debet di buku pembantu pajak.

b. Setoran atas sisa UP ke Kas Negara dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran pada akhir
kegiatan atau akhir tahun anggaran dengan menggunakan SSBP. Sedangkan setoran
atas pungutan pajak dilakukan segera setelah dilakukan pungutan/potongan dengan
menggunakan SSP. Pembukuan SSBP dan SSP dilaksanakan sebagai berikut:

1) SSBP penyetoran sisa UP dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, dan Buku Pembantu UP.

2) SSP pembayaran pajak dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.

Sesuai dengan persyaratan pengajuan TUP, Bendahara Pengeluaran harus menyetorkan


sisa TUP yang tidak habis digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sedangkan
penyetoran sisa UP biasanya dilakukan di akhir tahun anggaran. Penyetoran sisa
UP/TUP ini dilakukan menggunakan formulir SSBP pada bank persepsi dengan
menggunakan mata anggaran 815111 (penerimaan pengembalian UP dana rupiah).
Setoran ini dianggap sah jika memperoleh NTPN (Nomor transaksi penerimaan negara)
dan NTB (nomor transaksi bank) dari MPN (modul penerimaan negara). Keabsahan
setoran ini sangat penting bagi satker, setoran yang tidak sah akan nampak dan
mengakibatkan perbedaan antara Neraca satker dengan Neraca KPPN pada saat
rekonsiliasi.
Penyetoran sisa UP/TUP ini akan berpengaruh mengurangi saldo kas bendahara,
sehingga dibukukan Kredit di BKU. Karena setoran dilakukan secara tunai maka
pengaruhnya akan mengurangi saldo kas tunai dan dibukukan Kredit di buku pembantu
kas. Karena yang disetorkan merupakan dana yang bersumber dari UP/TUP, maka
berpengaruh mengurangi saldo UP dan dibukukan Kredit di buku pembantu UP.
Selain memungut, kewajiban bendahara sebagai wajib pungut adalah menyetorkan
pajak-pajak yang telah dipungutnya. Setelah dipungut pajak-pajak tersebut harus
disetorkan sesuai ketentuan batas waktu penyetoran. Penyetoran pajak berpengaruh
mengurangi saldo kas bendahara sehingga dibukukan Kredit di BKU. Selain itu jika
penyetoran pajaknya dilakukan secara tunai maka akan mengurangi saldo kas tunai
sehingga dibukukan Kredit di buku pembantu kas. Penyetoran pajak berpengaruh
mengurangi saldo pajak di bendahara, sehingga dibukukan Kredit di buku pembantu
pajak.

3. Aktivitas Pembayaran atas Uang yang Bersumber dari Surat Perintah Membayar
Langsung (SPM-LS) Bendahara

a. SPM-LS Bendahara yang telah diterbitkan SP2Dnya merupakan realisasi belanja yang
dilakukan oleh Kuasa PA dan mengurangi/membebani pagu anggaran yang disediakan
dalam DIPA. Pelaksanaan pembayaran atas SPM tersebut dilakukan dari Kas Negara
kepada pegawai/pihak ketiga melalui Bendahara Pengeluaran. Pelaksanaan
pembukuannya dimulai dengan pada saat menerima SPM LS Bendahara dan diatur
sebagai berikut:

1) Dibukukan sebesar nilai bruto di sisi debet pada Buku Kas Umum dan dicatat di
kolom Sudah Disahkan pada Posisi UP pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja
sesuai kode akun berkenaan;

2) Dibukukan sebesar nilai potongan di sisi kredit pada Buku Kas Umum.

3) Dibukukan sebesar nilai netto di sisi debet pada Buku Pembantu Kas dan Buku
Pembantu LS Bendahara.

c. Pada dasarnya pemotongan kepada pihak terbayar telah dilakukan pada saat penerbitan
SPM-LS Bendahara dimaksud. Oleh karena itu, pelaksanaan pembayaran dilakukan
atas nilai netto berdasarkan daftar yang sudah dibuat. Demikian juga penyetoran atas
sisa SPM-LS Bendahara ke Kas Negara dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran dengan
menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) apabila masih di tahun
bersangkutan dan menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) apabila telah lewat
tahun, hal ini dapat dilakukan apabila setelah waktu yang ditentukan, uang dimaksud
tidak tersampaikan kepada pihak yang dituju. Pembukuan atas bukti pembayaran dan
SSPB/SSBP dilakukan sebagai berikut:

1) Dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu LS Bendahara.

2) SSPB/SSBP yang dinyatakan sah, dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu LS Bendahara.
Pembayaran tunai dari LS Bendahara berpengaruh mengurangi saldo kas bendahara
sehingga dibukukan Kredit di BKU. Selain itu berpengaruh mengurangi saldo kas tunai
sehingga dibukukan Kredit di buku pembantu kas. Pembayaran tunai dari LS
Bendahara juga berpengaruh mengurangi saldo LS bendahara sehingga Kredit di buku
pembantu LS Bendahara.
Pengaruh penyetoran sisa LS Bendahara adalah mengurangi saldo kas bendahara, dan
dibukukan Kredit di BKU. Penyetoran yang dilakukan secara tunai berpengaruh
mengurangi saldo kas tunai dan dibukukan Kredit pada buku pembantu kas tunai.
Karena sumbernya dari LS Bendahara, maka penyetoran ini mengurangi saldo LS
Bendahara dan dibukukan Kredit di buku pembantu LS Bendahara.

d. Dalam hal SPM-LS Bendahara tidak terdapat potongan pajak pihak terbayar, Bendahara
Pengeluaran wajib melakukan pemotongan pajak dimaksud pada saat pelaksanaan
pembayaran. Pembukuan dilakukan sebagai berikut:

1) Dibukukan sebesar nilai potongan pajak/SSP dibukukan di sisi debet pada Buku
Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.

2) Saat dilakukan penyetoran dengan menggunakan SSP yang dinyatakan sah maka
dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku
Pembantu Pajak.

e. SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan yang dinyatakan sah merupakan realisasi belanja
yang dilakukan oleh Kuasa PA dan mengurangi/ membebani pagu anggaran yang
disediakan dalam DIPA. Pelaksanaan pembayaran atas SPM tersebut dilakukan
langsung dari Kas Negara kepada pihak ketiga/rekanan. Sehingga, bagi satker yang
hanya melakukan pembayaran dengan menggunakan LS kepada pihak ketiga/rekanan,
tidak perlu ditunjuk Bendahara dan tidak perlu pembukuan Bendahara. Namun, dalam
hal Bendahara Pengeluaran yang memiliki DIPA dengan sistem UP dan LS kepada
Pihak Ketiga maka SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan langsung dicatat sebagai
pengurang pagu di kolom Sudah Disahkan pada Posisi UP sesuai akun berkenaan pada
Buku Pengawasan Anggaran Belanja tanpa perlu dibukukan dalam BKU dan Buku
Pembantu.

4. Aktivitas Penyaluran Dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dan


Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu (LPJ-BPP)

a. Penyaluran Dana kepada BPP

Sehubungan dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari Bendahara


Pengeluaran, penyaluran dana kepada BPP (baik yang bersumber dari UP maupun
SPM-LS Bendahara) pada dasarnya belum merupakan belanja/pengeluaran kas bagi
Bendahara Pengeluaran. Dengan demikian, kas pada BPP masih merupakan uang yang
harus dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran. Pembukuan penyaluran
dana pada BPP dilaksanakan sebesar tanda terima/bukti transfer kepada BPP di sisi
debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu
Kas, dan di sisi debet pada Buku Pembantu BPP.

b. LPJ-BPP

BPP melakukan pembukuan atas transaksi yang dilakukannya dan


mempertanggungjawabkannya kepada Bendahara Pengeluaran dalam bentuk LPJ-BPP.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan penyaluran dana kepada BPP, LPJ-BPP menjadi
dokumen sumber pembukuan bagi Bendahara Pengeluaran. Adapun pembukuan
Bendahara Pengeluaran dilaksanakan sebagai berikut:

1) UP

a) Belanja yang dilakukan oleh BPP atas UP, dibukukan sebesar jumlah nilai
pengurangan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu BPP, dan
Buku Pembantu UP, dan dicatat sebagai pengurang pagu di kolom Bukti
Pengeluaran pada Posisi UP sesuai akun berkenaan pada Buku Pengawasan
Anggaran Belanja.

b) Transfer ke Bendahara Pengeluaran (pengembalian sisa UP dari BPP ke


Bendahara Pengeluaran) dibukukan sebesar jumlah pengurangan/transfer di sisi
debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi debet pada Buku
Pembantu Kas, dan di sisi kredit pada Buku Pembantu BPP.
2) Dana LS Bendahara

a) Pembayaran (yang dilakukan oleh BPP) atas dana yang bersumber dari SPM-
LS Bendahara, dibukukan sebesar jumlah pengurangan/pembayaran di sisi
kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu LS
Bendahara.

b) Setoran ke Kas Negara (yang dilakukan oleh BPP atas nama Bendahara
Pengeluaran) atas sisa dana yang bersumber dari SPM-LS Bendahara,
dibukukan sebesar jumlah pengurangan/setoran di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu LS Bendahara.

3) Pajak

Pungutan pajak atas belanja/pembayaran yang telah disetorkan ke kas negara oleh
BPP atas nama Bendahara Pengeluaran dibukukan di sisi debet dan kredit (in-out)
pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu Pajak.

4) Dana Lain-Lain

a) Dibukukan sebesar jumlah penambahan di sisi debet pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu Lain-Lain.

b) Dibukukan sebesar jumlah pengurangan di sisi kredit pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu Lain-Lain.

Sebelum melakukan pembukuan atas LPJ –BPP, Bendahara Pengeluaran wajib


menguji kebenaran LPJ-BPP terkait dengan penyaluran dana dari Bendahara
Pengeluaran kepada BPP dan pengembalian sisa UP dari BPP kepada Bendahara.
Dalam hal terjadi perbedaan, Bendahara Pengeluaran wajib mengkonfirmasikan
kepada BPP. Berdasarkan metode pembukuan ini, maka saldo Buku Pembantu BPP
merupakan bagian dari saldo BKU.

5. Aktivitas Kas Lainnya

Bendahara Pengeluaran wajib membukukan dan mempertanggung-jawabkan seluruh


uang yang diterimanya dan seluruh uang yang ada di satker tersebut. Sebab, pada dasarnya,
hanya Bendahara yang berhak mengelola uang satker tersebut. Namun, untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya penerimaan di luar aktivitas tersebut di atas,
pembukuan dilakukan sebagai berikut:
a. Bukti penerimaan lainnya dibukukan di sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Lain-Lain.

b. SSBP yang dinyatakan sah, yang merupakan setoran atas penerimaan lain-lain,
dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku
Pembantu Lain-Lain.

Sementara untuk uang yang ada di satker namun tidak langsung dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran, seperti: hibah dan/atau bantuan sosial (bansos), tetap harus
dibukukan oleh Bendahara Pengeluaran sebagai berikut:

a. Bukti penerimaan (bisa berupa rekening koran) dibukukan sebesar penerimaan yang
terjadi di sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu
Lain-lain.

b. Bukti pengeluaran (bisa berupa rekening koran) dibukukan sebesar pengeluaran yang
terjadi di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu
Lain-lain.

c. Dalam hal hibah dan/atau bantuan sosial tersebut telah tercantum dalam DIPA maka
jumlah pengeluaran tersebut dicatat sebagai realisasi anggaran pada Buku Pengawasan
Anggaran Belanja, kecuali diatur lain.

f. Petunjuk Pembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu


Ketentuan mengenai penatausahaan kas pada Bendahara Pengeluaran berlaku juga bagi BPP.
BPP pada prinsipnya adalah perpanjangan tangan bendahara untuk melaksanakan pembayaran yang
tidak bisa dilakukan sendiri oleh bendahara. BPP bertanggung jawab atas seluruh uang dalam
penguasaannya dan bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya. Oleh
karena itu, dalam melakukan pembayaran, BPP wajib melakukan pengujian sebagaimana pengujian
yang dilakukan oleh bendahara. Selain itu BPP juga wajib melakukan pungutan pajak apabila dalam
pembayaran yang dilakukannya sudah memenuhi ketentuan perpajakan. Sebagai pertanggungjawaban
atas uang yang dikelolanya, BPP menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada
Bendahara Pengeluaran.
1. Penerimaan dan Penyetoran Dana dari Bendahara Pengeluaran

Penyaluran dana dari Bendahara Pengeluaran kepada BPP dapat bersumber dari UP dan SPM-LS
Bendahara. Dalam hal setelah pelaksanaan pembayaran oleh BPP kepada pihak yang berhak,
masih terdapat sisa atas dana dimaksud, terhadap sisa dana UP dikembalikan kepada Bendahara
Pengeluaran, dan sisa dana SPM-LS Bendahara disetor ke Kas Negara oleh BPP atas nama
Bendahara Pengeluaran dengan menggunakan SSPB. Pembukuan yang dilakukan oleh BPP
adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Dana dari Bendahara Pengeluaran
Tanda terima/bukti transfer dari Bendahara Pengeluaran, dibukukan di sisi debet pada Buku
Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu UP dan/atau Buku Pembantu LS-
Bendahara (sesuai peruntukannya). Khusus untuk UP dicatat sebagai pagu dalam kolom kode
akun berkenaan pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja sesuai rencana penggunaan.

2. Pengembalian sisa UP kepada Bendahara Pengeluaran


Tanda terima dari Bendahara Pengeluaran atau bukti transfer dari BPP kepada Bendahara
Pengeluaran dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku
Pembantu UP.

3. Setoran sisa dana SPM-LS Bendahara ke Kas Negara


SSPB/SSBP yang dinyatakan sah sebagai bukti penyetoran ke Kas Negara dibukukan di sisi
kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu LS Bendahara.

2. Aktivitas Pembayaran Uang Persediaan (UP)

1. Pembayaran dengan UP dilakukan setelah mendapat SPBy dan setelah dikurangi kewajiban
perpajakan dan dibukukan. Pelaksanaan pembukuannya sebagai berikut:
a. SPBy yang dilampiri dengan kuitansi/bukti pembayaran dibukukan sebesar nilai bruto di
sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu UP, dan dicatat
di kolom Bukti Pengeluaran pada Posisi UP pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja
sesuai kode akun berkenaan.
b. Faktur pajak/SSP dibukukan sebesar nilainya di sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.

2. Penyetoran pajak ke Kas Negara


SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu
Kas, dan Buku Pembantu Pajak.

3. Pengajuan GUP
Dalam hal penggunaan UP pada BPP telah mencapai paling kurang 50%, BPP dapat
mengajukan penggantian UP kepada Bendahara Pengeluaran untuk revolving. Atas
permintaan penggantian UP dari BPP, Bendahara Pengeluaran dapat memberikan dana UP
yang dikelolanya dalam hal masih tersedia dana UP. Dalam hal dana UP di Bendahara
Pengeluaran tidak mencukupi, Bendahara Pengeluaran dapat mengajukan permintaan
penggantian UP kepada PPK untuk diproses pengajuan SPP kepada PPSPM yang
dilanjutkan dengan pengajuan SPM kepada KPPN. Bendahara Pengeluaran dapat
mengajukan penggantian UP secara terpisah untuk setiap BPP maupun secara menyeluruh.

Dalam hal BPP menerima penggantian UP langsung dari kas Bendahara Pengeluaran, BPP
menerima uang tersebut sebagai Penerimaan Dana dari Bendahara Pengeluaran dan
dibukukan sebagaimana telah disebutkan di atas.

Namun dalam hal kas di Bendahara Pengeluaran tidak mencukupi sehingga harus diproses
pengajuan SPP-nya, BPP membukukan di sisi debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas
Umum, dan dicatat di kolom Sudah Di-SPP-kan pada Posisi UP pada Buku Pengawasan
Anggaran Belanja.

g. Petunjuk Pembukuan Buku Pembantu Kas Tunai dan Buku Pembantu Kas Bank
Apabila dipandang perlu, Buku Pembantu Kas dapat dibedakan menurut sifatnya, yaitu Buku
Pembantu Kas Tunai dan Buku Pembantu Kas Bank. Dalam hal ini, transaksi pengambilan dari
rekening bendahara dibukukan di sisi debet dan kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi debet
pada Buku Pembantu Kas Tunai dan di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas Bank. Sementara untuk
penyetoran uang tunai ke rekening Bendahara dibukukan di sisi debet dan kredit (in-out) pada Buku
Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas Tunai dan di sisi debet pada Buku Pembantu Kas
Bank.

h. Petunjuk Pembukuan Buku Pembantu Uang Muka (Voucher)


Pemberian Uang muka, voucher oleh Bendahara Pengeluaran/BPP dilakukan setelah menerima
SPBy yang ditandatangani oleh PPK atas nama KPA untuk pembayaran uang muka perjalanan dinas
dan/atau uang muka kegiatan.
Bendahara Pengeluaran/BPP dapat memberikan uang muka, baik uang muka perjalanan dinas
maupun uang muka kerja, maka pembukuannya diatur sebagai berikut:

1. Pemberian Uang Muka Perjalanan Dinas


UM Perjadin, adalah uang muka yang dibayarkan oleh bendahara kepada pegawai yang
akan melaksanakan perjalanan dinas sebelum perjalanan dinas dilakukan. Dasar
pembayaran uang muka perjadin adalah PMK Nomor 113 Tahun 2012 Pasal 27 Ayat (1)
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP dilakukan dengan memberikan
uang muka kepada Pelaksana SPD oleh Bendahara Pengeluaran. Bendahara dapat
memberikan uang muka perjalanan dinas dari Uang Persediaan atau LS Bendahara atas
permintaan Pejabat Pembuat Komitmen untuk dibayarkan kepada pejabat negara/pegawai
negeri/pegawai tidak tetap yang melaksanakan perjalanan dinas.
Setelah perjalanan dinas dilaksanakan, pejabat/pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas
menyampaikan bukti-bukti pengeluaran perjalanan dinas kepada Pejabat Pembuat
Komitmen. Atas dasar bukti-bukti dimaksud Pejabat Pembuat Komitmen menyusun
perhitungan rampung dan menyampaikannya kepada bendahara.
Apabila terdapat kelebihan pembayaran uang muka perjalanan dinas, pejabat/pegawai yang
melaksanakan perjalanan dinas harus mengembalikan kelebihan uang muka dimaksud
kepada bendahara. Sebaliknya apabila terdapat kekurangan pembayaran perjalanan dinas,
atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, bendahara membayarkan kekurangannya.
Pembukuan terkait UM Perjadin yang harus dilakukan oleh Bendahara ada dua, yaitu ketika
melakukan pembayaran uang muka dan ketika menerima pertanggungjawaban uang muka
dari pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas.
a. Pembukuan ketika Pembayaran Uang Muka Perjadin
Pembayaran UM Perjadin belum bisa diakui sebagai belanja, karena pada prinsipnya
pengakuan belanja harus disertai bukti-bukti pengeluaran yang definitif. UM Perjadin
merupakan uang yang masih harus dipertanggungjawabkan oleh Bendahara
Pengeluaran. Pembayaran UM Perjadin dibukukan sebagai transaksi mutasi dari
bendahara kepada pegawai yang akan melaksanakan perjalanan dinas.
SPBy uang muka perjalanan dinas dibukukan di sisi debet dan sisi kredit (in-out)
pada Buku Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas dan di sisi debet pada
Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).

b. Perhitungan Rampung
Setelah kembali dari perjalanan dinas, penerima UM Perjadin harus
mempertanggungjawabkan penggunaan uang muka kepada Bendahara Pengeluaran
melalui PPK. Kuitansi/bukti-bukti pengeluaran menjadi dokumen sumber
pembukuan pengakuan belanja oleh bendahara. Jika masih terdapat sisa uang muka,
maka harus segera dikembalikan kepada bendahara. Sebaliknya jika pengeluaran
melebihi uang muka yang diberikan, maka bendahara harus segera membayar
kekurangannya. Pengakuan belanja/pengeluaran definitif serta pembayaran
kekurangan dapat dilakukan setelah bendahara menguji kebenaran dan kelengkapan
atas bukti-bukti pengeluaran tersebut serta atas persetujuan PPK.
Pembukuan Bendahara sebagai berikut :
1. Bukti pengeluaran perjalanan dinas, dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu Uang Muka (Voucher), Buku Pembantu UP, dan dicatat
sebagai pengurang pagu pada kolom kode akun berkenaan pada Buku
Pengawasan Anggaran.

2. SPBy kekurangan uang muka perjalanan dinas, dibukukan di sisi debet dan sisi
kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas,
dan di sisi debet Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).

3. Bukti penerimaan kelebihan uang muka perjalanan dinas, dibukukan di sisi debet
dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi debet pada Buku Pembantu
Kas, dan di sisi kredit pada Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).
2. Pemberian Uang Muka Kerja
Bendahara Pengeluaran/BPP juga bisa memberikan Uang Muka Kerja atas permintaan
dari KPA/PPK kepada pejabat/pegawai yang ditunjuk berdasarkan SPBy dengan dilampiri:
a. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. kebutuhan dana; dan
c. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja
dari penerima uang muka kerja tersebut.

Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, pejabat/pegawai yang menerima uang muka kerja
menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan uang yang diterimanya dengan menyampaikan
bukti pengeluaran kepada PPK berupa:

a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan oleh PPK beserta faktur pajak dan SSP; dan
b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan dan
telah disahkan oleh PPK.

Atas dasar bukti-bukti dimaksud PPK menyusun pertanggungjawaban uang muka kerja dan
menyampaikannya kepada Bendahara Pengeluaran/BPP.

Apabila terdapat kelebihan pembayaran uang muka kerja, pejabat/ pegawai yang
menerima uang muka kerja mengembalikan kelebihan uang muka dimaksud kepada Bendahara
Pengeluaran/BPP. Sebaliknya apabila terdapat kekurangan pembayaran kegiatan, PPK
menerbitkan SPBy untuk digunakan Bendahara Pengeluaran/BPP membayarkan kekurangan
dimaksud kepada pejabat/pegawai yang menerima uang muka kerja.

Pembukuannya dilakukan sebagai berikut:

A. Pemberian Uang Muka Kerja

SPBy uang muka kerja dibukukan di sisi debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas
Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas dan di sisi debet pada Buku Pembantu Uang
Muka (Voucher).

B. Pertanggungjawaban Uang Muka Kerja

1. Kuitansi/bukti pembelian dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Uang Muka (Voucher) dan Buku Pembantu UP serta dicatat sebagai
pengurang pagu pada kolom kode akun berkenaan pada Buku Pengawasan Anggaran.

2. Bukti pembayaran kekurangan pembayaran kegiatan, dibukukan di sisi debet dan sisi
kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas, dan di sisi
debet Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).
3. Bukti penerimaan kelebihan uang muka kegiatan, dibukukan di sisi debet dan sisi kredit
(in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi debet pada Buku Pembantu Kas, dan di sisi kredit
pada Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).

g. Pembukuan Koreksi Atas Kesalahan Pembukuan


Pembukuan dilaksanakan dengan metode saldo balance yang akan menghasilkan saldo setiap
saat membukukan transaksi..Oleh karena itu kekeliruan dalam membukukan transaksi akan
berdampak pada kesalahan beruntun dalam perhitungan saldo buku.
Apabila terjadi kesalahan pembukuan, yang jarus dilakukan adalah :
1. Pada saat diketahui adanya kesalahan pembukuan, segera dibuatkan Berita Acara
Kesalahan Pembukuan yang diketahui oleh KPA atau PPK atas nama KPA dan Kepala
Satker atau pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara.
2. Berita Acara Kesalahan Pembukuan merupakan dokumen sumber pembukuan koreksi,
dibukukan sesuai tanggal berita acara sebagai berikut :
a. Dibukukan kebalikan/reversal dari pembukuan yang salah, dan
b. Dibukukan menurut yang seharusnya.
3. Berita Acara Kesalahan Pembukuan, fotocopi transaksi yang salah dibukukan, dan
fotocopy pembukuan yang salah (Lembaran Buku Kas Umum dan buku-buku pembantu
berkenaan) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari LPJ.
4. Format Berita Acara Kesalahan Pembukuan dibuat dengan format sebagai berikut :
KOP SURAT
BERITA ACARA KESALAHAN PEMBUKUAN BENDAHARA

Pada hari ini......tanggal.......telah diketahui terjadinya kesalahan pembukuan atas transaksi dengan nomor
bukti ....tanggal......senilai.......yang telah dibukukan sebagai berikut :
..............................................................................................................................................................................
Demikian berita acara ini dibuat sebagai dokumen sumber koreksi pembukuan Bendahara
Penerimaan/Bendahara Pengeluaran/BPP*
...............................,....................
Mengetahui,
Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran/BPP* KPA atau PPK atas nama KPA

............................................................ ..................................................
NIP...................................................... NIP............................................

*)coret yang tidak perlu


h. Pembukuan Jasa Giro, Biaya Administrasi Bank
Jasa giro atas saldo kas Bendahara sebagaimana tercatat dalam rekening koran dibukukan di
sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Lain-lain.
Pajak atas jasa giro sebagaimana tercatat dalam rekening koran dibukukan disisi kredit pada
Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Lain-lain.
Biaya Administrasi bank sebagaimana tercatat dalam rekening koran diperlakukan sebagai
belanja operasional kantor yang pmbayarannya menggunakan mekanisme UP, dibukukan di sisi kredit
pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu UP, dan sebagai pengurang pagu dalam
Buku Pengawasan Anggaran.

i. Pembukuan Atas Valuta Asing


Dalam hal Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran/BPP juga mengelola uang
dalam valuta asing selain rupiah, maka pembukuan dilakukan secara terpisah untuk setiap valuta.
Sebab pembukuan Bendahara adalah berbasis kas tanpa terpengaruh perubahan kurs. Dalam hal ini
Bendahara membuat 1 (satu) BKU untuk rupiah dan 1 (satu) BKU valas untuk setiap valas dengan
masing-masing Buku Pembantu Kas (Bank dan/atau Tunai) dan Buku Pembantu terkait. Namun
seorang Bendahara hanya menyampaikan 1 (satu) LPJ Bendahara untuk 1 (satu) DIPA sehingga LPJ
Bendahara harus bisa menampilkan saldo BKU dan BKU valas serta Buku Pembantu terkait.
BAB V

PEMERIKSAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN


DAN REKONSILIASI INTERNAL

Dalam rangka penatausahaan kas Bendahara Pengeluaran, KPA atau PPK atas nama KPA
melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran/BPP. Pemeriksaan kas dilakukan paling sedikit
satu kali dalam satu bulan. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu. Tujuan pemeriksanaan adalah untuk meneliti kesesuaian antara saldo buku dengan saldo kas.
Pemeriksaan kas dilakukan pada saat:
a. terjadi pergantian Bendahara;
b. sewaktu-waktu (apabila diperlukan).
Hasil pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran BPP dituangkan dalam berita acara.

KPA atau PPK atas nama KPA juga melakukan rekonsiliasi internal antara Laporan Keuangan
UAKPA dengan pembukuan Bendahara Pengeluaran. Rekonsiliasi internal dilakukan sekurang-
kurannya 1 (satu kali) pada akhir bulan berkenan bersamaan dengan pemeriksaan kas. Rekonsiliasi
internal bertujuan untuk meneliti kesesuaian atas :

a. Saldo UP/TUP
b. Saldo selain UP/TUP

Hasil rekonsiliasi internal dituangkan dalam Berita Acara


Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi Bendahara Pengeluaran
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS DAN REKONSILIASI 

  Pada  hari  ini,……tanggal……….bulan………tahun…….,  kami  selaku  Kuasa  Pengguna  Anggaran  telah 


melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran dengan nomor rekening: .........., dengan posisi saldo Buku Kas 
Umum sebesar Rp…..... dan nomor bukti terakhir: …… 
  Adapun hasil pemeriksaan kas adalah sebagai berikut: 
I.  Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara:         
  A  Saldo Kas Bendahara  
    1.  Saldo BP Kas (Tunai dan Bank)  Rp.  ……….         
    2.  Saldo BP BPP  Rp.  ……….         
    3.  Saldo BP Uang Muka (Voucher)  Rp.  ……….  (+)       
    4.  Jumlah (A.1 + A.2 + A.3)      Rp.  ……….     
  B  Saldo Kas tersebut pada huruf A, terdiri dari:         
    1.  Saldo BP UP  Rp.  ……….         
    2.  Saldo BP LS‐Bendahara  Rp.  ……….         
    3.  Saldo BP Pajak  Rp.  ……….         
    4.  Saldo BP Lain‐lain  Rp.  ……….  (+)       
    5.  Jumlah (B.1 + B.2 + B.3 + B.4)      Rp.  ……….     
  C  Selisih Pembukuan (A.4‐B.5)          Rp  ……….. 
II.  Saldo BP Lain‐lain sebagaimana angka I.B.4., terdiri dari: 
a. ………………………………… 
b. ………………………………… 
dst. 
III.  Hasil Pemeriksaan Kas:           
  A  Kas yang Dikuasai Bendahara:           
    1.  Uang Tunai di Brankas Bendahara  Rp  ……….        
2.  Uang di Rekening ......  Rp  ……….   
         
Uang di Rekening ......  Rp  ………. (+) 
    3.  Jumlah Kas  (A.1 + A.2)   Rp  ……….     
  B  Selisih Kas (I.A.1‐II.A.3)  Rp  ……….. 
IV.  Hasil Rekonsiliasi Internal (Bendahara dengan UAKPA): 
  A  Pembukuan UP Menurut Bendahara:             
    1.  Saldo UP  Rp  ………         
    2.  Kuitansi UP yang belum di‐SP2D‐kan  Rp  ………  (+)       
    3.  Jumlah UP dan Kuitansi UP (A1+A2)  Rp  ……….     
  B  Pembukuan UP menurut UAKPA      Rp  ……….     
  C  Selisih UP Pembukuan Bendahara dengan UAKPA (A3 – B)  Rp  ……….. 
V.  Penjelasan atas selisih             
  A  Selisih Kas (II.B)             
    …………………………………………………………………………………………..   
  B  Selisih Pembukuan UP (III.C)             
    …………………………………………………………………………………………...   
  …………., …………………….. 
       
Yang diperiksa,    Yang memeriksa 
    Bendahara Pengeluaran      KPA atau PPK atas nama KPA 
 
         
Nama……………….  Nama……………... 
    NIP………………….        NIP………………… 
BAB VI
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA

Laporan Pertanggungjawaban (disingkat LPJ) Bendahara Pengeluaran/BPP merupakan ujung


dari tugas seorang Bendahara Pengeluaran/BPP. LPJ ini disampaikan kepada Kuasa BUN (KPPN),
Menteri/Pimpinan Lembaga dan BPK. Mengingat LPJ Bendahara akan dilakukan verifikasi, untuk
memudahkan proses verfikasi oleh KPPN maka bentuk dan format LPJ Bendahara dibuat seragam.
LPJ Bendahara Pengeluaran/BPP terdiri atas bagian 6 bagian, yaitu:
1. Data satker (Kode BA, Eselon I, Provinsi/Kab./Kota, Satker, dan alamat) dan data DIPA (Karwas
& Kewenangan, Jenis, Nomor dan Tanggal DIPA, serta KPPN Mitra kerja). Data ini relatif tidak
banyak berubah sepanjang tahun.
2. Data keadaan Pembukuan, berisi data saldo dan Nomor Bukti terakhir pada BKU serta keadaan
Saldo Awal, Penambahan, Pengurangan, dan Saldo Akhir setiap Buku Pembantu. Data pada
bagian inilah yang menjadi gambaran hasil pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP.
3. Data hasil pemeriksaan kas atas uang yang ada di brankas dan di rekening (berdasarkan Daftar
Rincian Kas di Rekening). Dalam hal ini, Daftar Rincian Kas di Rekening menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari LPJ Bendahara Pengeluaran/BPP.
4. Data perbandingan antara saldo kas pada pembukuan dengan hasil pemeriksaan. Data ini menjadi
salah satu perhatian berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Kas yang harus dilakukan sebelum
disusun LPJ Bendahara Pengeluaran/BPP.
5. Data hasil rekonsiliasi internal antara pembukuan dengan UAKPA beserta perbandingannya.
Dalam hal ini, adanya kuitansi yang belum disahkan menjadi informasi penting untuk
disandingkan dengan saldo pembukuan sebelum dibandingkan dengan UAKPA.
6. Penjelasan atas selisih perbandingan antara saldo kas pembukuan dengan hasil pemeriksaan kas
dan selisih perbandingan hasil rekonsiliasi internal.
Tahun Anggaran
Form LPJ
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN
Pengeluaran
Bulan : ………….. (1) 20xx
Kementerian/Lembaga : (……) …………………………………………… (2)
Unit Organisasi : (……) …………………………………………… (3)
Provinsi/Kab/Kota : (……) …………………………………………… (4)
Satuan Kerja : (……) …………………………………………… (5)
Alamat dan Telp. : …………………………………………………… (6)
No. Krw s & Kew enangan : (……) …………………………………………… (7)
Dokumen : (……) …………………………………………… (8)
Nomor Dokumen : ……… …………………………………………… (9)
Tanggal Dokumen : …………………………………………………… (10)
Tahun Anggaran : …………………………………………………… (11)
KPPN : (……) …………………………………………… (12)

I. Keadaan Pem bukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. ……………………….. (13)
dan Nom or Bukti terakhir Nom or : ……………… (14)
No. Jenis Buku Pem bantu Saldo Aw al Penam bahan Pengurangan Saldo Akhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
BP Kas, BPP, dan Uang Muka
A. ………………… ………………… ………………… …………………
(Voucher)
1. BP Kas (tunai dan Bank) ………………… ………………… ………………… …………………
2. BP Uang Muka (Voucher) ………………… ………………… ………………… …………………
3. BP BPP (Kas pada BPP) ………………… ………………… ………………… …………………
BP selain Kas, BPP, dan Uang Muka
B. ………………… ………………… ………………… …………………
(Voucher)
1. BP UP *) ………………… ………………… ………………… …………………
2. BP LS-Bendahara ………………… ………………… ………………… …………………
3. BP Pajak ………………… ………………… ………………… …………………
4. BP Lain-lain ………………… ………………… ………………… …………………

*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yg belum di-SPM-GU-kan sebesar Rp………………………. (15)
II. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan
1. Uang Tunai di brankas Rp. …………………(16)
2 Uang di rekening bank (terlampir Daftar Rincian Kas di Rekening) Rp. …………………(17) (+)
3. Jumlah kas Rp. …………………(18)

III. Selisih Kas


1. Saldo Akhir BP Kas (I.A.1) Rp. …………………(19)
2. Jumlah Kas (II.3) Rp. …………………(20) (-)
3. Selisih Kas Rp. …………………(21)
IV. Hasil rekonsiliasi internal dengan UAKPA
1. Saldo UP Rp. …………………(22)
2. Kuitansi UP Rp. …………………(23) (+)
3. Jumlah UP Rp. …………………(24)
4. Saldo UP menurut UAKPA Rp. …………………(25) (-)
5. Selisih Pembukuan UP Rp. …………………(26)

V. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pem bukuan (apabila ada) :


1. …………………………………………………………………………………………………………………
(27)
2. …………………………………………………………………………………………………………………

……………., ………...………………. (28)


Mengetahui,
KPA atau PPK atas nama KPA, Bendahara Pengeluaran,

………...……………...… (29) ………...……………...… (31)


NIP. ………...……...…… (30) NIP. ………...……...…… (32)
BAB VII
SIMULASI PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN

1. BENDAHARA PENGELUARAN : TRANSAKSI NON KAS


Pe’
Dokumen BP LS BP Was
BKU BP Kas BP UP Sa
Sumber/Transaksi Bdh Pajak MAK
han
D K D K D K D K D K D K
90 90
DIPA

LS Pihak Ketiga 15 15

2. BENDAHARA PENGELUARAN : TRANSAKSI ATAS UP


Pe’
Dokumen BP BP LS BP Was
BKU BP UP Sah
Sumber/Transaksi KAS Bdh Pajak MAK
an
D K D K D K D K D K D K
SPM UP/TUP 25 25 25
Potongan 0 0 0
Kuitansi (bruto) 20 20 20 20
Faktur Pajak 2 2 2
SPM-GUP 20 20 20
Potongan 0 0 0
SSP 2 2 2
SSBP (Setoran Sisa UP) 5 5 5

3. BENDAHARA PENGELUARAN : TRANSAKSI ATAS SPM –LS BENDAHARA


Dokumen Pe’
BP BP LS BP Was
Sumber/ransaksi BKU BP UP Sah
KAS Bdh Pajak MAK
an
D K D K D K D K D K D K
SPM-LS Bendahara 30 30 30
27
Potongan 3 27
Kuitansi/Tanda terima 22 22 22
SSPB 5 5 5
4. BENDAHARA PENGELUARAN : TRANSAKSI ATAS LPJ BPP
Dokumen Pe’
BP BP LS BP Was
Sumber/ransaksi BKU BP Kas BP UP Sah
BPP Bdh Pajak MAK
an

D K D K D K D K D K D K D K

Bukti Penyaluran dana


30 30 30 30
kepada BPP
Belanja Atas UP 17 17 17 17
Pengemb. Sisa UP 3 3 3 3
Pemb. LS -Bdh 6 6 6
Setoran Sisa LS-Bdh 4 4 4
Pungutan Pajak 2 2 2
Setoran Pajak 2 2 2

5. BENDAHARA PENGELUARAN : TRANSAKSI ATAS UM/VOUCHER


Dokumen Pe’
BP LS Was
Sumber/ransaksi BKU BP Kas BP UM BP UP Sah
Bdh MAK
an

D K D K D K D K D K D K

Bayar UM Perjadin 10 10 10 10

Bukti /Kuitansi Perjadin 12 12 12 12


Kekurangan Bayar 2 2 2 2
Kelebihan bayar UM x x x x

6. BENDAHARA PENGELUARAN : TRANSAKSI LAIN-LAIN


Dokumen Pe’
BP LS BP Was
Sumber/ransaksi BKU BP Kas BP UP Sah
Bdh Lain2 MAK
an
D K D K D K D K D K D K

Penerimaan Lain-lain 3 3 3

Pengeluaran SSBP 3 3 3
SIMULASI PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU

1. TRANSAKSI PENERIMAAN DANA BPP DARI BENDAHARA PENGELUARAN


Dokumen Pe’
BP LS BP Was
Sumber/ransaksi BKU BP Kas BP UP Sah
Bdh Pajak MAK
an
D K D K D K D K D K D K
Tanda Terima:
Dana UP 20 20 20 20
Dana LS-Bendahara 10 10 10

2. BELANJA ATAS DANA UP PADA BPP


Dokumen Pe’
BP LS BP Was
Sumber/ransaksi BKU BP Kas BP UP Sah
Bdh Pajak MAK
an
D K D K D K D K D K D K
Kuitansi (bruto) 17 17 17 17
Faktur Pajak 2 2 2
SSP 2 2 2
Setor ke Bendahara 3 3 3 3 3
SPP-GUP 17 17 17

3. PEMBAYARAN DANA SPM-LS BENDAHARA PADA BPP


Dokumen Pe’
BP LS BP Was
Sumber/ransaksi BKU BP Kas BP UP Sah
Bdh Pajak MAK
an
D K D K D K D K D K D K
Kuitansi/tanda terima 6 6 6
SSBP 4 4 4
CONTOH SOAL PEMBUKUAN BENDAHARA

1.Tanggal 03 Januari 2011, diterima DIPA


Transaksi Membukukan DIPA dan POK (No.001) sebesar Rp 90.000.000
Dengan rincian MAK :
MAK 51111110.000.000
MAK 521111 30.000.000
MAK 522111 10.000.000
MAK 524111 30.000.000
MAK 532111 10.000.000

Pembukuan : BKU (D/K), BP PAB (D)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 0001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN


Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 511111
pengeluaran diSahkan
10.000.000
1 2 3 4 5 6 7

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN


Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521111
pengeluaran diSahkan
30.000.000
1 2 3 4 5 6 7

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN


Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 522111
pengeluaran diSahkan
10.000.000
1 2 3 4 5 6 7
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 524111
pengeluaran diSahkan
30.000.000
1 2 3 4 5 6 7

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN


Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 532111
pengeluaran diSahkan
10.000.000
1 2 3 4 5 6 7

2 Tanggal 5 Januari : Bendahara Pengeluaran menerima SP2D uang persediaan (UP) dari KPPN
Jakarta sebesar Rp 10.000.000,- (nomor bukti 002).
Pembukuan : BKU (D), BP UP (D) BP Bank (D)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0

5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

Buku Pembantu Bank


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

Buku Pembantu Uang Persediaan/UP


Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000
Buku Pembantu Kas Tunai
No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
- - - - - -

3 Tanggal 7 JanuariBendahara mengambil uang dari bank sebesar Rp 10.000.000,- dengan cek
(No.003) untuk keperluan pembayaran tunai.
Pembukuan : BKU (D/K), BP Kas (D),BP Bank (K)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000

Buku Pembantu Kas Bank


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 0

Buku Pembantu Kas Tunai


No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000
4. Tanggal 10 Januari Bendahara membayar tunai tagihan listrik bulan Januari sebesar Rp1.000.000
(No.004).
Pembukuan Kuitansi:· BKU (Kredit) , BP Kas (K), BP UP (K), BP PAB (K)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0

5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000

10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000

Buku Pembantu Kas Tunai


No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000

Buku Pembantu Uang Persediaan/UP


Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN


Akun Posisi UP
Sudah
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU 522111 Bukti di-
Bukti Transaksi
pengeluaran SPP-
10.000.000
kan
1 2 3 4 5 6 7
10/1 004 Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000 1.000.000 10/1

5. Tanggal 12 Januari membayar tunai pembelian ATK kepada Toko Sukses sebesar Rp 1.100.000,-
(No.005, Akun 521111). Dipungut PPN sebesar Rp 100.000,- (No.006).
Pembukuan Kuitansi:BKU (Kredit), BP Kas Tunai (K), BP UP (K), dan BP PAB (K)
Pajak:BKU (D), BP Kas Tunai (D) dan BP Pajak (D)
Buku Kas Umum (BKU)
No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0

5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000

10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000

12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000

006 PPN 100.000 8.000.000

Buku Pembantu Kas Tunai


No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/2 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 PPN 100.000 8.000.000

Buku Pembantu Uang Persediaan/UP


Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000

12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000

Buku Pembantu PAJAK

No. Debet
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
12/1 006 Dipungut PPN Toko. Sukses 100.000 0 100.000
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521111
pengeluaran diSahkan
30.000.000
1 2 3 4 5 6 7
Membayar ATK ”Toko
12/1 005 1.100.000 28.900.000 1.100.000
Sukses”

6. Tanggal 13 Januari menyetorkan ke kas negara melalui bank persepsi pungutan pajak tanggal 12
Januari an. Toko Sukses dengan SSP PPN (No.007).
Pembukuan : BKU (K), BP Kas (K) dan BP Pajak (K)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0

5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000


7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

Buku Pembantu Kas


No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

Buku Pembantu PAJAK

No. Debet
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
12/1 006 Dipungut PPN Toko. Sukses 100.000 0 100.000
13/1 007 Menyetor PPN Toko. Sukses 100.000 0

7. Tanggal 20 Januari Bendahara menerima SP2D LS No.200B tanggal 20 Januari an. PT . Telkom
Indonesia atas pengajuan SPM LS sebesar Rp 1.500.000,- untuk pembayaran rekening telepon
tagihan bulan Januari (No.008, Akun 522111).
Pembukuan : BKU (D/K),B P PAB (K)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0

5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000


7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

SP2D LS No.200B an PT. Telkom


20/1 008 1.500.000 1.500.000
Indonesia
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 522111
pengeluaran diSahkan
10.000.000
1 2 3 4 5 6 7
10/1 004 Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000 1.000.000
SP2D LS No.200B an PT.
20/1 008 1.500.000 7.500.000 1.500.000
Telkom Indonesia

8. Tanggal 21 Januari Bendahara Membayar tunai tagihan PAM bulan Januari sebesar Rp 500.000
(No.009, Akun 522111)
Pembukuan : BKU (K), BP Kas Tunai (K) , BP UP (K) dan BP PAB (K)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0

5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000


7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

SP2D LS No.200B an PT. Telkom


20/1 008 1.500.000 1.500.000 7.900.000
Indonesia
21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000

Buku Pembantu Kas Tunai


No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000
21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000

Buku Pembantu Uang Persediaan/UP


Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000

12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000

21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN


Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 522111
pengeluaran diSahkan
10.000.000
1 2 3 4 5 6 7
10/1 004 Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000 1.000.000
SP2D LS No.200B an PT.
20/1 008 1.500.000 7.500.000 1.500.000
Telkom Indonesia
21/1 009 PAM bulan Januari 500.000 7.000.000 500.000

9. Tanggal 25 Januari, Bendahara membayar tunai pengadaan ATK untuk keperluan bulanPebruari
kepada Toko Maju sebesar Rp 5.500.000 (No.010, atas beban akun 521111). Atas pembayaran ini
bendaharamemungut PPN sebesar Rp 500.000 (No.011) dan PPh Pasal22 sebesar Rp 75.000
(No.012)
Pembukuan Kuitansi: BKU (K), BP Kas (D), BP UP (D), BP PAB (Disahkan)
Pajak: BKU (D) , BP Kas (D) dan - BP Pajak (D).

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0
5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

SP2D LS No.200B an PT. Telkom


20/1 008 1.500.000 1.500.000 7.900.000
Indonesia
21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000
25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 1.900.000
011 Pungut PPN 500.000 2.400.000
012 Pungut PPH 75.000 2.475.000

Buku Pembantu Kas


No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000


25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 1.900.000
011 Pungut PPN 500.000 2.400.000
012 Pungut PPH 75.000 2.475.000

Buku Pembantu Uang Persediaan/UP


Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000

12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000

21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000

25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 1.900.000

Buku Pembantu PAJAK

No. Debet
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
12/1 006 Dipungut PPN Toko. Sukses 100.000 0 100.000
13/1 007 Menyetor PPN Toko. Sukses 100.000 0
25/1 011 Pungut PPN Toko Maju 500.000 500.000
012 Pungut PPH Toko Maju 75.000 575.000

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN


Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521111
pengeluaran diSahkan
30.000.000
1 2 3 4 5 6 7
Membayar ATK ”Toko
12/1 005 1.100.000 28.900.000 1.100.000
Sukses”
25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 23.400.000 5.500.000

10. Tanggal 28 Januari Bendahara menyetorkan secara tunai ke kas negara pungutan pajak an. Toko
Maju dengan SSP PPN sebesar Rp 500.000,- (No.013), dan SSP PPh sebesar Rp 75.000 (No.014).
Pembukuan : BKU (K), BP Kas (K) dan BP Pajak (K)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0
5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

SP2D LS No.200B an PT. Telkom


20/1 008 1.500.000 1.500.000 7.900.000
Indonesia
21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000
25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 1.900.000
011 Pungut PPN 500.000 2.400.000
012 Pungut PPH 75.000 2.475.000
28/1 013 Menyetor PPN ”Toko Maju” 500.000 1.975.000
014 Menyetor PPH ”Toko Maju” 75.000 1.900.000
Buku Pembantu Kas
No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000


25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 1.900.000
011 Pungut PPN 500.000 2.400.000
012 Pungut PPH 75.000 2.475.000
28/1 013 Menyetor PPN ”Toko Maju” 500.000 1.975.000
014 Menyetor PPH ”Toko Maju” 75.000 1.900.000

Buku Pembantu PAJAK

No. Debet
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
12/1 006 Dipungut PPN Toko. Sukses 100.000 0 100.000
13/1 007 Menyetor PPN Toko. Sukses 100.000 0
25/1 011 Pungut PPN Toko Maju 500.000 500.000
012 Pungut PPH Toko Maju 75.000 575.000
28/1 013 Menyetor PPN ”Toko Maju” 500.000 75.000
014 Menyetor PPH ”Toko Maju” 75.000 0

11. 30 Januari Bendahara menerima SP2D GUP tanggal 30 Januari atas pengajuan SPM GUP
No.100A sebesar Rp 8.100.000 (No.015,Jenis Belanja 52), terdiri dari BKPK 521111 Rp
6.400.000 dan BKPK 522111 Rp 1.700.000.
Pembukuan : BKU (D), BP Bank (D), BP UP (D) dan BP PAB (Disahkan)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0
5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1
007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000

SP2D LS No.200B an PT. Telkom


20/1 008 1.500.000 1.500.000 7.900.000
Indonesia
21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000
25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 1.900.000
011 Pungut PPN 500.000 2.400.000
012 Pungut PPH 75.000 2.475.000
28/1 013 Menyetor PPN ”Toko Maju” 500.000 1.975.000
014 Menyetor PPH ”Toko Maju” 75.000 1.900.000
30/1 015 SPM GUP No. 100A 8.100.000 10.000.000

Buku Pembantu Bank


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 0

30/1 015 SPM GUP No. 100A 8.100.000 8.100.000

Buku Pembantu Uang Persediaan/UP


Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000

12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000

21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000

25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 1.900.000

30/1 015 SPM GUP No. 100A 8.100.000 10.000.000


BUKU PENGAWASAN ANGGARAN
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521111
pengeluaran diSahkan
30.000.000
1 2 3 4 5 6 7
Membayar ATK ”Toko
12/1 005 1.100.000 28.900.000 1.100.000
Sukses”
25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 23.400.000 5.500.000
30/1 015 SPM GUP No. 100A 6.400.000

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN


Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 522111
pengeluaran diSahkan
10.000.000
1 2 3 4 5 6 7
10/1 004 Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000 1.000.000
SP2D LS No.200B an PT.
20/1 008 1.500.000 7.500.000 1.500.000
Telkom Indonesia
20/1 009 PAM bulan Januari 500.000 7.000.000 500.000
30/1 015 SPM GUP No. 100A 1.700.000

12. Tanggal 31 Januari Bendahara menerima SP2D LS an. Bendahara Pengeluaran atas pengajuan
SPM GUP untuk pembayaran kekurangan gaji para pegawai sebesar jumlah kotor Rp 5.500.000
dan potongan Rp 500.000 (No.016, beban akun 5111).
Pembukuan : BKU (D-K), BP Bank (D), BP LS Bendahara (D) dan BP PAB (K)

Buku Kas Umum (BKU)


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0
5/1 002 Menerima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000
7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 10.000.000 10.000.000
10/1 004 Membayar Listrik bulan Januari 1.000.000 9.000.000
12/1 005 Membayar ATK ”Toko Sukses” 1.100.000 7.900.000
006 Memungut PPN 100.000 8.000.000
13/1 007 Menyetor PPN 100.000 7.900.000
SP2D LS No.200B an PT. Telkom
20/1 008 1.500.000 1.500.000 7.900.000
Indonesia
21/1 009 Membayar PAM 500.000 7.400.000
25/1 010 Membayar ATK ”Toko Maju” 5.500.000 1.900.000
011 Pungut PPN 500.000 2.400.000
012 Pungut PPH 75.000 2.475.000
28/1 013 Menyetor PPN ”Toko Maju” 500.000 1.975.000
014 Menyetor PPH ”Toko Maju” 75.000 1.900.000
30/1 015 SPM GUP No. 100A 8.100.000 10.000.000
31/1 016 SPM GUP Kekurangan gaji Januari 5.500.000 15.500.000
Potongan 500.000 15.000.000

Buku Pembantu Bank


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5/1 002 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 10.000.000 0 10.000.000

7/1 003 Mengambil uang dari Bank 10.000.000 0

30/1 015 SPM GUP No. 100A 8.100.000 8.100.000

31/1 016 SPM GUP Kekurangan gaji Januari 5.500.000 13.600.000

Potongan 500.000 13.100.000

Buku Pembantu LS Bendahara


No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
31/1 016 SPM GUP Kekurangan gaji Januari 5.500.000 500.000 5.000.000
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 511111
pengeluaran diSahkan
100.000.000
1 2 3 4 5 6 7
SPM GUP Kekurangan gaji
31/1 016 5.500.000 94.500.000 5.500.000
Januari
KOP SURAT

BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS


BENDAHARA PENGELUARAN

Pada hari ini Jumat, tanggal Tiga puluh satu bulan Januari tahun 2014, kami selaku Kuasa Pengguna Anggaran telah
melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran dengan nomor rekening: 123456789, dengan posisi saldo Buku Kas
Umum sebesar Rp 15.000.000,- dan nomor bukti terakhir: 016
Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut :
I. Hasil pemeriksaan pembukuan Bendahara
A. Saldo Kas
1. Saldo BP Kas (tunai dan bank) Rp 15.000.000
2. Saldo BP UM (voucher) Rp 0
3. Saldo BP BPP Rp 0 (+)
4. Jumlah (A.1+A.2) Rp 15.000.000
B. Saldo Kas tersebut pada huruf A, terdiri dari
1. Saldo BP UP Rp 10.000.000
2. Saldo BP LS-Bendahara Rp 5.000.000
3. Saldo BP Pajak Rp 0
4. Saldo BP Lain-Lain Rp ………. (+)
5. Jumlah (B.1+B.2+B.3+B.4) Rp 15.000.000
C. Selisih Pembukuan (A.4-B.5) Rp 0
II. Saldo BP Lain-lain sebagaimana angka I.B.4. terdiri atas:
a. …………………………………
b. …………………………………
dst.
III. Hasil Pemeriksaan kas
A. Kas yang dikuasai Bendahara Pengeluaran/BPP
1. Uang tunai di brankas Rp 15.000.000
2. Uang di rekening 123456789 Rp 0
Uang di rekening .......... Rp ………. (+)
3. Jumlah Kas (A.1+A.2) Rp 15.000.000
B. Selisih Kas (I.A.1 – II.A.3) Rp 0
III. Penjelasan atas selisih kas
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
.................., ..........................
Yang Diperiksa, Yang memeriksa,

Bendahara Pengeluaran KPA atau PPK atas nama KPA

NIP……………………… NIP………………………
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN
Bulan: Januari 2014
Departemen Lembaga : (…..) ………
Unit Organisasi : (…..) ……… : ……………
Propinsi/Kab/Kota : (…..) ……… : ……………
Satuan Kerja : (…..) ……… : ……………
Alamat dan Tlp. : ……………..

I. Keadaan pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. 15.000.000 dan
nomor bukti terakhir nomor 016
Jenis Buku Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. BP Kas, BPP, dan Uang Muka
(Voucher)

1. BP UP *) 15.000.000
0
2. BP LS-Bdh 18.100.000 8.100.000 10.000.000
0
3. BP Pajak 5.500.000 500.000 5000.000
0
4. BP Lain-lain 0 0 0
0
0
0

B. BP selain Kas, BPP, dan Uang


Muka (Voucher) 15.000.000

5. BP UP *) 0 50.000.000 37.200.000 10.000.000


6. BP LS-Bdh 0 5.500.000 500.000 5.000.000
7. BP Pajak 0 0 0 0
8. BP Lain-lain 0 0 0 0

*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPP kan sebesar Rp. 0
II. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan
1. Uang tunai di brankas Rp. 15.000.000
2. Uang di rekening bank (terlampir daftar Rincian Rp (+)
0
Kas di rekening)
3. Jumlah kas Rp. 15.000.000
III. Selisih Kas
1. Saldo akhir BP Kas (I.A.1) Rp. 15.000.000
2. Jumlah Kas (II.3) Rp. 15.000.000 (-)
3. Selisih Kas 0
IV. Hasil rekonsiliasi internal dengan UAKPA
1. Saldo UP Rp. 10.000.000
2. Kuitansi UP Rp. 0 (-)
3. Jumlah UP 10.000.000
4. Saldo UP menurut UAKPA 10.000.000
Selisih Pembukuan UP 0
V. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan (apabila ada):
1. ……………………………………………
2. ……………………………………………

……….., 31 Januari 2014


Mengetahui
Pejabat Pembuat Komitmen Bendahara Pengeluaran

Nama: Nama:
NIP: NIP:
BAB VIII
LATIHAN SOAL PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN
A. Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat atas pertanyaan berikut:

1. Pengertian Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,


menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja negara dalam pelaksanaan APBN. Uang yang harus
ditatausahakan oleh Bendahara Pengeluaran meliputi :
a. Uang Persediaan
b. Uang yang berasal dari Kas Negara melalui SPM LS Bendahara
c. Uang yang berasal dari potongan pembayaran selaku wajib pungut
d. Semua Jawaban benar
2. Bendahara secara fungsional bertanggungjawab kepada :
a. Pimpinan langsung Bendahara
b. Pejabat Pembuat Komitmen
c. Kuasa BUN
d. Kepala Satker
3. Besaran maksimal uang tunai yang dipegang seorang Bendahara berdasarkan PMK
162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggungjawab Bendahara pada Satuan
Kerja Pengelola APBN adalah :
a. Rp. 500.000
b. Rp. 5.000.000
c. Rp. 50.000.000
d. Rp 150.000.000
4. Berikut ini yang termasuk dalam ruang lingkup pembukuan Bendahara Pengeluaran,
kecuali:
a. Penerimaan SP2D LS
b. Penerimaan Sewa rumah dinas
c. Pembayaran honorarium Bendahara.
d. Penerimaan pendapatan Nikah, Talak, dan Rujuk.
5. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran menurut pembukuan bendahara meliputi:
a. Kas yang bersumber dari UP.
b. Kas yang bersumber dari SP2D LS Bendahara.
c. Kas yang bersumber dari pungutan pajak.
d. Semua jawaban di atas benar
6. Halaman muka Buku Kas Umum berisi informasi tentang:
a. Informasi umum satuan kerja dan nomor SP DIPA.
b. Jumlah UP yang sudah di SP2Dkan
c. Sisa uang kas yang di tangan Bendahara
d. Jumlah pajak yang di setor ke kas negara
7. Buku Pembantu yang digunakan Bendahara untuk mencatat PPN dan PPH yang pungut
oleh Bendahara adalah :
a. Buku Pembantu Kas
b. Buku Pembantu Pajak
c. Buku Pembantu UP
d. Buku Pembantu LS Bendahara
8 Asas umum penatausahaan kas merupakan kaidah-kaidah mendasar dalam
menatausahakan kas di Kementerian Negara/Lembaga. Berikut ini salah satu asas
umum penatausahaan kas menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor
162/PMK.05/Tahun 2013 adalah :
a. Bendahara menyimpan uang yang dikelolanya dalam rangka pelaksanaan APBN
atas nama pribadi pada bank umum/Kantor Pos.
b. Dalam hal Bendahara mengelola rekening lainnya maka Bendahara tdak melakukan
penatausahaan uang dalam rekening tersebut.
c. Bendahara harus menatausahakan seluruh uang/surat berharga yang dikelolanya.
d. Pembukaan rekening atas nama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mengacu pada
peraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan rekening pemerintah pada
Kementerian/lembaga/kantor/satker.
9. Penyaluran dana UP dari Bendahara Pengeluaran kepada BPP dilakukan berdasarkan :
a. Perintah PPK atas nama KPA
b. SPBY yang ditandatangani PPK atas nama KPA
c. Rincian kebutuhan dana yang disampaikan oleh BPP
d. Secara kontinue sebulan sekali.
10 Dokuman sumber pembukuan bagi Bendahara Pengeluaran:
a. Surat Setoran Bukan Pajak
b. Surat Setoran Pengembalian Belanja
c. Kuitansi
d. Semua jawaban benar
11 Secara teoritis pengertian uang muka adalah uang yang dibayarkan oleh bendahara
................... barang/jasa diterima:
a. sebelum
b. sesudah
c. pada saat
d. sesudah barang/jasa diterima namun bukti-bukti pengeluarannya belum
ada.
12 Tanggal dasar pembukuan Bendahara adalah :
a. Menggunakan dasar terjadinya transaksi.
b. Atau tanggal diterimanya dokumen sumber.
c. SP2D GUP Nihil yang diterbitkan setelah tanggal 31 Desember, tanggal
pembukuannya menggunakan tanggal 31 Desember
e. Semua jawaban benar.
13 Pengakuan belanja atas uang muka yang diberikan oleh Bendahara Pengeluaran kepada
BPP adalah pada saat:
a. Dibayarkan kepada BPP
b. Dibayarkan kepada Kepala satker
c. Dibayarkan oleh BPP kepada Bendahara Pengeluaran
d. Dipertanggungjawbkan oleh BPP kepada bendahara
14 Pembukuan Bendahara Pengeluaran ketika menerima UP dan/TUP dari KPPN , baik
berdasarkan SPM-UP uangtelah diterbitkan SP2Dnya atau Rekening Koran, adalah :
a. Dibukukan Di BKU kolom D/K sebesar nilai bruto
b. Dibukukan di Buku Pembantu Kas pada Kolom Kredit
c. Dibukukan di BKU sebesar nilai bruto (D) dan potongan dikolom (K)
d. Dibukukan di Buku Pembantu UP di Kolom K.
15 SPM-GUP yang telah diterbitkan SP2Dnya merupakan dokumen sumber yang
berfungsi sebagai revolving UP dimana pembukuannya adalah :
a. Dibukukan pada Buku Pembantu Kas dikolom Kredit
b. Dibukukan pada Buku Pembantu UP disisi Debet
c. Dibukukan pada Buku Pembantu GUP disisi Kredit
d. Dibukukan pada Buku Kas Umum sebesar bruto di kolom kredit
16 Pembayaran UP kepada pihak ketiga/terbayar baru bisa dilaksanakan setelah :
a. Perjanjian kontrak kerjasama telah ditandatangani kedua belah pihak
b. Bendahara telah menerima SPBy yang ditandatangani oleh atasan langsung
Bendahara
c. Kewajiban pihak ketiga telah dilaksanakan
d. Jawaban a,b dan c salah
17 Transaksi berikut ini harus dicatat dalam Buku Pembantu UP, kecuali:
a. Menerima SP2D UP.
b. Membayar tunai menggunakan dana UP.
c. Menerima SP2D GUP.
d. Membayar tunai menggunakan dana LS.
18 Prosedur pembukuan Bendahara Pengeluaran dimulai dari membukukan transaksi -
transaksi dalam …………. selanjutnya pada………..
a. Buku Pembantu dan BKU
b. BKU
c. BKU dan Buku Pembantu
d. Buku Pembantu
19 Pembukuan untuk mencatat penerimaan SP2D UP adalah sebagai berikut, kecuali:
a. BKU (Debet)
b. Buku Pembantu Bank (Debet)
c. Buku Pembantu Kas Tunai (Debet)
d. Buku Pembantu UP (Debet)
20 Pembukuan Bendahara untuk mencatat ketika menerima SP2D LS Bendahara adalah:
a. Buku Kas Umum (Debet)
b. Buku Pembantu LS Bendahara (Debet)
c. Buku Kas Umum (Kredit)
d. Jawaban a dan b benar
21 Pembukuan untuk mencatat pengambilan uang dari bank untuk mengisi kas tunai
adalah:
a. BKU (Debet)
b. Buku Pembantu Bank (Debet)
c. Buku Pembantu KasTunai (Kredit)
d. Buku Pembantu KasTunai (Debet)
22 Pembukuan untuk mencatat penyerahan uang muka perjalanan dinas adalah sebagai
berikut, kecuali:
a. BKU (Kredit)
b. BKU (Debet dan Kredit)
c. Buku Pembantu Kas Tunai (Kredit)
d. Buku Pembantu UM Perjadin (Debet)
23 Pembukuan untuk mencatat pengembalian sisa uang muka perjalanan dinas adalah
sebagai berikut, kecuali:
a. BKU (Debet)
b. BKU (Debet dan Kredit)
c. Buku Pembantu Kas Tunai (Debet)
d. Buku Pembantu UM Perjadin (Kredit)
24 Pembukuan Bendahara Pengeluaran untuk mencatat penyaluran dana kepada BPP,
adalah :
a. BKU (Debet)
b. BKU (Kredit)
c. Buku Pembantu BPP (Debet)
d. Semua jawaban benar
25 Pembukuan Bendahara Pengeluaran untuk mencatat pertanggungjawaban dari BPP
kepada Bendahara Pengeluaran:
a. BKU (Kredit/Debet)
b. Buku Pembantu BPP (Kredit)
c. Buku Pembantu Kas Tunai (Debet)
d. Buku Pembantu BPP (Debet)
26 Berikut ini adalah pembukuan untuk mencatat SP2D LS Pihak Ketiga adalah :
a. Buku Pembantu Kas Tunai (Kredit)
b. BKU (Debet)
c. BKU (Kredit)
d. Buku Pengawasan Anggaran Belanja
27 Pembukuan pertanggungjawaban penggunaan uang muka/voucher kepada bendahara
adalah:
a. Karena sudah diakui sebagai belanja maka dikredit di BKU
b. Karena sudah diakui sebagai belanja maka dibukukan Debet-kredit di BKU
c. Di Debet sebesar uang muka pada Buku Pembantu Kas.
d. Tidak perlu dibukukan karena sudah dibukukan oleh penerima uang muka.
28 Laporan Pertanggungjawaban Bendahara disampaikan ke KPPN pada:
a. Setiap tanggal 10 bulan berikutnya
b. Setiap tanggal 10 bulan berikutnya setelah LPJ benar
c. Sebelum tanggal 10 bulan berikutnya
d. Setiap tanggal 10 bulan berikutnya walaupun hari libur.
29 Pernyataan yang benar ketika KPPN selaku Kuasa BUN melakukan verifikasi atas LPJ
yang diterima Bendahara :
a. Membandingkan saldo Kas di Bank yang tercantum dalam LPJ dengan salinan
rekening Koran
b. Membandingkan saldo akhir yang tertuang dalam LPJ bulan sebelumnya dengan
saldo akhir dalam bulan tersebut.
c. Membandingkan saldo UP yang tertuang dalam LPJ dengan BKU yang disajikan
oleh Bendahara
d. Meneliti kepatuhan Bendahara mengembalikan sisa up yang diminta.
30 Bendahara harus melakukan hal-hal sebagai berikut apabila terjadi kesalahan
pembukuan, yaitu:
a. Segera membuat pembukuan yang baru setelah rekonsiliasi internal
b. Segera melakukan verifikasi kesalahan tersebut kepada KPPN
c. Segera membuat Berita Acara Kesalahan Pembukuan yang diketahui KPA atau PPK
atas nama KPA.
d. Segera melaporkan kesalahan tersebut kepada atasan langsung Bendahara.

B. Soal Pembukuan Bendahara

1. Berikut adalah transaksi yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran.

Bukukan transaksi dibawah ini dalam BKU dan buku-buku pembantu yang diperlukan dengan metode
pembukuan saldo balance, kemudian susunlah Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Laporan
Pertanggungjawaban untuk Bendahara Pengeluaran.

1. 2 Januari 2014
Diterima DIPA TA 2014 dengan rincian MAK sebagai berikut:
MAK 521111 Rp 630.000.000,-
MAK 521112 Rp 50.000.000,-
MAK 521213 Rp 180.000.000,-
MAK 524111 Rp 350.000.000,-
MAK 532111 Rp 317.000.000,-

2. 8 Januari 2014
Bendahara Pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari KPPN Jakarta sebesar Rp
50.000.000,- (nomor bukti 0001).
3. 10 Jan 2014
Dikirim transfer dari Bendahara Pengeluaran ke rekening bank BPP UP sebesar Rp 20.000.000,-
(nomor bukti 0002) dengan perincian sebagai berikut:
MAK 521111 Rp 5.000.000,-
MAK 521112 Rp 10.000.000,-
MAK 521213 Rp 5.000.000,-

4. 13 Januari 2014
Diterima pencairan dana SP2D LS Nomor 123456A Bendahara dari KPPN Jakarta untuk
pembayaran honor kepada para pegawai sebesar Rp 70.000.000,- (nomor bukti 0003).

5. 15 Januari 2014
Diambil uang tunai dari bank Rp 50.000.000,- (nomor bukti 0004) kemudian dibayarkan honor
kepada pegawai sebesar Rp 40.000.000,- (nomor bukti 0005) dan dilakukan transfer dana yang
bersumber dari SPM LS Bendahara kepada BPP (nomor bukti 0006) berupa dana untuk
pembayaran honor pegawai sebesar Rp 30.000.000,-.
16 Januari 2014
6. Bendahara Pengeluaran memberikan uang muka untuk perjalanan dinas yang dilakukan oleh 2
orang sebesar Rp 7.500.000,- (nomor bukti 0007)
17 Januari 2014
7. Ditarik uang tunai dari rekening sebesar Rp 20.000.000,- (nomor bukti 0008).
Dibayar oleh Bendahara Pengeluaran pengadaan ATK sebesar Rp 15.000.000,- kepada Toko
Moroseneng (nomor bukti 0009). Terhadap pembayaran tersebut dipungut PPN 10% sebesar
Rp 1.363.636,- (nomor bukti 0010) dan PPh psal 22 1,5% sebesar Rp 204.546.- (nomor bukti
0011). Pungutan pajak tersebut disetor hari itu (SSP PPN nomor bukti 0012 dan SSP PPh nomor
bukti 0013).

8. 19 Januari 2014
Diterima pertanggungjawaban perjalanan dinas yang telah dilaksanakan sebesar Rp 7.200.000,-
,(nomor bukti 0014) sehingga terdapat sisa Uang Muka sebesar Rp 300.000,- (nomor bukti
0015).

9. 20 Januari 2014
Direncanakan untuk kegiatan selanjutnya sisa dana UP BPP tidak mencukupi, BPP
mengkonfirmasi ketersediaan uang di Bendahara Pengeluaran yang ternyata tidak tersedia. Oleh
karena itu, diterima SPP GU BPP sebesar Rp 15.000.000,- Berdasar SPP tersebut PPSPM
membuat SPM untuk disampaikan ke KPPN dan diterima SP2Dnya (nomor bukti 0016).
Dengan perincian sebagai berikut:

MAK 521112 Rp 10.000.000,-


MAK 521111 Rp 5.000.000,-

10. 21 Januari 2014


Dibayar pengadaan laptop dari toko Javacom dengan SP2D LS tanggal 21 Januari 2014 Nomor
124687A dari KPPN Jakarta sebesar Rp 12.000.000,- ke rekening toko Javacom (nomor bukti
0017). Atas pembayaran tersebut, KPPN memungut PPh Ps. 22 sebesar Rp 218.182,- (nomor
bukti 0018) dan PPN sebesar Rp 1.090.909,- (nomor bukti 0019).

11. 22 Januari 2014


Berdasarkan Perhitungan yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran, Uang Persediaan yang
dikelola telah terpakai sebesar Rp 22.200.000,- sehingga Bendahara Pengeluaran mengajukan
SPP penggantian Uang Persediaan sebesar Rp 22.200.000,- kepada PPK untuk diajukan menjadi
SPM dan disampaikan ke KPPN serta telah diterima SP2D GUP-nya (nomor bukti 0020).

12. 31 Jan 2014


Bendahara Pengeluaran berdasarkan semua transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2014
menyusun LPJ Bendahara Pengeluaran untuk disampaikan ke KPPN Jakarta setelah dilakukan
rekonsiliasi internal dengan UAKPA.
  PEMBAHASAN

Buku Kas Umum (BKU)

No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2/1 0000 Diterima DIPA 1.527.000.000 1.527.000.000 0

8/1 0001 Diterima pencairan UP dari KPPN Jakarta 50.000.000 0 50.000.000

10/1 0002 Ditransfer UP kepada BPP 20.000.000 20.000.000 50.000.000

Diterima LS Bendahara pembayaran honor


13/1 0003 70.000.000 0 120.000.000
pegawai

15/1 0004 Diambil uang tunai dari bank 50.000.000 50.000.000 120.000.000

Dibayarkan honor kepada pegawai melalui


15/1 0005 0 40.000.000 80.000.000
pencairan LS Bendahara

Ditransfer honor untuk dibayarkan melalui


15/1 0006 30.000.000 30.000.000 80.000.000
BPP

16/1 0007 Pemberian UM Perjadin untuk 2 orang 7.500.000 7.500.000 80.000.000

17/1 0008 Diambil uang tunai dari bank 20.000.000 20.000.000 80.000.000

Dibayar pengadaan ATK pada toko


17/1 0009 0 15.000.000 65.000.000
Moroseneng

17/1 0010 Dipungut PPN Tk. Moroseneng 1.363.636 0 66.363.636

17/1 0011 Dipungut PPh Tk. Moroseneng 204.546 0 66.568.182

17/1 0012 Disetor PPN Tk. Moroseneng 0 1.363.636 65.204.546

17/1 0013 Disetor PPh Tk. Moroseneng 0 204.546 65.000.000

19/1 0014 SPPD No. Xxx untuk 2 orang 0 7.200.000 57.800.000

19/1 0015 Kelebihan UM Perjadin 300.000 300.000 57.800.000

Pengajuan SPP dan Diterima SP2D GU


20/1 0016 15.000.000 15.000.000 57.800.000
BPP
22/1 0020 Diterima SP2D GUP 22.200.000 80.000.000

1.813.568.182  1.733.568.182  

Buku Pembantu Kas

No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Diterima pencairan UP dari KPPN


8/1 0001 50.000.000 50.000.000
Jakarta

10/1 0002 Ditransfer UP kepada BPP 20.000.000 30.000.000

Diterima LS Bendahara pembayaran


13/1 0003 70.000.000 100.000.000
honor pegawai

15/1 0004 Diambil uang tunai dari bank 50.000.000 50.000.000 100.000.000

Dibayarkan honor kepada pegawai


15/1 0005 40.000.000 60.000.000
melalui LS Bendahara

Ditransfer honor untuk dibayarkan


15/1 0006 30.000.000 30.000.000
melalui BPP

Pemberian UM Perjadin untuk 2


16/1 0007 7.500.000 22.500.000
orang

17/1 0008 Diambil uang tunai dari bank 20.000.000 20.000.000 22.500.000

Dibayar pengadaan ATK pada toko


17/1 0009 0 15.000.000 7.500.000
Moroseneng

17/1 0010 Dipungut PPN Tk. Moroseneng 1.363.636 0 8.863.636

17/1 0011 Dipungut PPh Tk. Moroseneng 204.546 0 9.068.182

17/1 0012 Disetor PPN Tk. Moroseneng 0 1.363.636 7.704.546

17/1 0013 Disetor PPh Tk. Moroseneng 0 204.546 7.500.000

19/1 0015 Kelebihan UM Perjadin 300.000 0 7.800.000

Pengajuan SPP dan Diterima SP2D


20/1 0016 15.000.000 22.800.000
GU BPP

22/1 0020 Diterima SP2D GUP 22.200.000 45.000.000

229.068.182      184.068.182  
Buku Pembantu Kas Bank

No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Diterima pencairan UP dari


8/1 0001 50.000.000 0 50.000.000
KPPN Jakarta

10/1 0002 Ditransfer UP kepada BPP 0 20.000.000 30.000.000

Diterima LS Bendahara
13/1 0003 70.000.000 0 100.000.000
pembayaran honor pegawai

15/1 0004 Diambil uang tunai dari bank 0 50.000.000 50.000.000

Ditransfer honor untuk


15/1 0006 0 30.000.000 20.000.000
dibayarkan melalui BPP

17/1 0008 Diambil uang tunai dari bank 0 20.000.000 0

Pengajuan SPP dan Diterima


20/1 0016 15.000.000 15.000.000
SP2D GU BPP

22/1 0020 Diterima SP2D GUP 22.200.000 37.200.000

157.200.000 120.000.000

Buku Pembantu Kas Tunai

No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


15/1 0004 Diambil uang tunai dari bank 50.000.000 0 50.000.000

Dibayarkan honor kepada pegawai


15/1 0005 0 40.000.000 10.000.000
melalui LS Bendahara

16/1 0007 Pemberian UM Perjadin untuk 2 orang 0 7.500.000 2.500.000

17/1 0008 Diambil uang tunai dari bank 20.000.000 0 22.500.000

Dibayar pengadaan ATK pada toko


17/1 0009 0 15.000.000 7.500.000
Moroseneng

17/1 0010 Dipungut PPN Tk. Moroseneng 1.363.636 0 8.863.636

17/1 0011 Dipungut PPh Tk. Moroseneng 204.546 0 9.068.182

17/1 0012 Disetor PPN Tk. Moroseneng 0 1.363.636 7.704.546

17/1 0013 Disetor PPh Tk. Moroseneng 0 204.546 7.500.000

19/1 0015 Kelebihan UM Perjadin 300.000 0 7.800.000

71.868.182 64.068.182

Buku Pembantu BPP

Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10/1 0002 Ditransfer UP kepada BPP 20.000.000 0 20.000.000

Ditransfer honor untuk


15/1 0006 30.000.000 0 50.000.000
dibayarkan melalui BPP

Pengajuan SPP dan Diterima


20/1 0016 0 15.000.000 35.000.000
SP2D GU BPP

50.000.000 15.000.000

Buku Pembantu UM/Voucher

Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Pemberian UM Perjadin untuk
16/1 0007 7.500.000 7.500.000
2 orang

19/1 0014 SPPD No. Xxx untuk 2 orang 0 7.200.000 300.000

19/1 0015 Kelebihan UM Perjadin 0 300.000 0

7.500.000 7.500.000

Buku Pembantu Uang Persediaan/UP

Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Diterima pencairan UP dari


8/1 0001 50.000.000 0 50.000.000
KPPN Jakarta

Dibayar pengadaan ATK pada


17/1 0009 0 15.000.000 35.000.000
toko Moroseneng

19/1 0014 SPPD No. Xxx untuk 2 orang 0 7.200.000 27.800.000

Pengajuan SPP dan Diterima


20/1 0016 15.000.000 15.000.000 27.800.000
SP2D GU BPP

22/1 0020 Diterima SP2D GUP 22.200.000 50.000.000

87.200.000 37.200.000

Buku Pembantu LS Bendahara

Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Diterima LS Bendahara
13/1 0003 70.000.000 70.000.000
pembayaran honor pegawai
Dibayarkan honor kepada
15/1 0005 pegawai melalui pencairan LS 40.000.000 30.000.000
Bendahara

70.000.000 40.000.000

Buku Pembantu PAJAK

Debet
No.
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Dipungut PPN Tk.


17/1 0009 1.363.636 0 1.363.636
Moroseneng

17/1 0010 Dipungut PPh Tk. Moroseneng 0 204.546 0 1.568.182

17/1 0011 Disetor PPN Tk. Moroseneng 0 1.363.636 204.546

17/1 0012 Disetor PPh Tk. Moroseneng 0 204.546 0

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA

Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521111
pengeluaran disahkan
630.000.000
1 2 3 4 5 6 7
17/1 0009 ATK Tk. 15.000.000 615.000.000 15.000.000
Moroseneng
20/1 0016 Pengajuan SPP 5.000.000 610.000.000 5.000.000 5.000.000
oleh BPP
22/1 0020 Diterima SP2D 15.000.000
GUP

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA

Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521112
pengeluaran disahkan
50.000.000
1 2 3 4 5 6 7
20/1 0016 Pengajuan SPP 10.000.000 40.000.000 10.000.000 10.000.000
BPP

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA

Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521213
pengeluaran disahkan
180.000.000
1 2 3 4 5 6 7
13/1 0003 Honor Kegiatan 70.000.000 110.000.000 70.000.000
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA

Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 524111
pengeluaran disahkan
350.000.000
1 2 3 4 5 6 7
19/1 0014 SPPD untuk 2 7.200.000 342.800.000 7.200.000
orang
22/1 0020 Pengajuan SPP BP 7.200.000

BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA

Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 532111
pengeluaran disahkan
317.000.000
1 2 3 4 5 6 7
21/1 0017 Pengadaan 12.000.000 305.000.000 12.000.000
Laptop SP2D
124687A
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS
BENDAHARA PENGELUARAN

Pada hari ini Jumat, tanggal Tiga puluh satu bulan Januari tahun 2014, kami selaku Kuasa Pengguna Anggaran telah
melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran dengan nomor rekening: 123456789, dengan posisi saldo Buku Kas
Umum sebesar Rp 80.000.000,- dan nomor bukti terakhir: 0020
Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut :
I. Hasil pemeriksaan pembukuan Bendahara
A. Saldo Kas
1. Saldo BP Kas (tunai dan bank) Rp 45.000.000
2. Saldo BP UM (voucher) Rp 0
3. Saldo BP BPP Rp 35.000.000 (+)
4. Jumlah (A.1+A.2) Rp 80.000.000
B. Saldo Kas tersebut pada huruf A, terdiri dari
1. Saldo BP UP Rp 50.000.000
2. Saldo BP LS-Bendahara Rp 30.000.000
3. Saldo BP Pajak Rp 0
4. Saldo BP Lain-Lain Rp ………. (+)
5. Jumlah (B.1+B.2+B.3+B.4) Rp 80.000.000
C. Selisih Pembukuan (A.4-B.5) Rp 0
II. Saldo BP Lain-lain sebagaimana angka I.B.4. terdiri atas:
a. …………………………………
b. …………………………………
dst.
III. Hasil Pemeriksaan kas
A. Kas yang dikuasai Bendahara Pengeluaran/BPP
1. Uang tunai di brankas Rp 7.800.000
2. Uang di rekening 123456789 Rp 37.200.000
Uang di rekening .......... Rp ………. (+)
3. Jumlah Kas (A.1+A.2) Rp 45.000.000
B. Selisih Kas (I.A.1 – II.A.3) Rp 0
III. Penjelasan atas selisih kas
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
.................., ..........................
Yang Diperiksa, Yang memeriksa,

Bendahara Pengeluaran KPA atau PPK atas nama KPA

NIP……………………… NIP………………………
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN
Bulan: Januari 2014
Departemen Lembaga : (…..) ………
Unit Organisasi : (…..) ……… : ……………
Propinsi/Kab/Kota : (…..) ……… : ……………
Satuan Kerja : (…..) ……… : ……………
Alamat dan Tlp. : ……………..
I. Keadaan pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. 80.000.000 dan
nomor bukti terakhir nomor 0020
Jenis Buku Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. BP Kas, BPP, dan Uang Muka 80.000.000
(Voucher)
1. BP Kas (tunai dan bank) 0 229.068.182 184.068.182 45.000.000
2. BP Uang Muka (Voucher) 0 7.500.000 7.500.000 0
3. BP BPP (Kas Pada BPP) 0 50.000.000 15.000.000 35.000.000
B. BP selain Kas, BPP, dan Uang 80.000.000
Muka (Voucher)
9. BP UP *) 0 87.200.000 37.200.000 50.000.000
10. BP LS-Bdh 0 70.000.000 40.000.000 30.000.000
11. BP Pajak 0 1.568.182 1.568.182 0
12. BP Lain-lain 0 0 0 0

*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPP kan sebesar Rp. 0
II. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan
1. Uang tunai di brankas Rp. 7.800.000
2. Uang di rekening bank (terlampir daftar Rincian Rp (+)
37.200.000
Kas di rekening)
3. Jumlah kas Rp. 45.000.000
III. Selisih Kas
1. Saldo akhir BP Kas (I.A.1) Rp. 45.000.000
2. Jumlah Kas (II.3) Rp. 45.000.000 (-)
3. Selisih Kas 0
IV. Hasil rekonsiliasi internal dengan UAKPA
1. Saldo UP Rp. 50.000.000
2. Kuitansi UP Rp. 0 (-)
3. Jumlah UP 50.000.000
4. Saldo UP menurut UAKPA 50.000.000
Selisih Pembukuan UP 0
V. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan (apabila ada):
1. ……………………………………………
2. ……………………………………………

……….., 31 Januari 2014


Mengetahui
KPA/PPK atas nama KPA Bendahara Pengeluaran

Nama: Nama:
NIP: NIP:
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
4. PP Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
5. PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap.
6. PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
7. PMK Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara Pada
Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
8. PMK Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar
9. Peraturan Direktur jenderal Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis
Penatausahaan, Pembukuan, dan Pertanggungjawaban Bendahara pada Satuan Kerja
pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Verfiikasi Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara.

Anda mungkin juga menyukai