15 Modul Bendahara Pengeluaran-Edit TGL 31 Des PDF
15 Modul Bendahara Pengeluaran-Edit TGL 31 Des PDF
MODUL
PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA
Disusun oleh:
1. Frida Zuliaty, Kasi Pelaporan RPLBI Dit. PKN
2. Sarimin, Pelaksana pada Dit. PKN
3. Ahmad Ngirfan, Pelaksana Dit. PPKBLU
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
JAKARTA, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul pembukuan dan LPJ Bendahara
Pengeluaran ini.
Sesuai Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 7 ayat (2),
salah satu kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah melakukan
pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas beban rekening kas umum
negara. Dalam Pasal 19 ayat (1) juga ditegaskan bahwa pembayaran atas tagihan yang menjadi beban
APBN dilakukan oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa Umum Negara. Selanjutnya dalam Pasal 21
ayat (1), pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.
Ini berarti pada prinsipnya mekanisme pembayaran adalah LS (langsung), yaitu dengan cara
pemindahbukuan dari rekening bendahara umum negara ke rekening pihak yang berhak/penyedia
setelah barang/jasanya diserahterimakan.
Namun demikian, untuk kelancaran pelaksanaan tugas Kementerian Negara/Lembaga, kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran. Hal ini diatur dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-undang Perbendaharaan
Negara. Dengan demikian dapat dikatakan pada hakikatnya Bendahara Pengeluaran merupakan
kepanjangan tangan dari Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara. Bendahara
Pengeluaran menjalankan sebagian kewenangan Bendahara Umum Negara khususnya terkait
pembayaran tagihan kepada negara. Oleh karena itu, dalam Pasal 53 Undang-undang Perbendaharaan
Negara dikatakan bahwa Bendahara Pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara.
Sama halnya dengan kewajiban Bendahara Umum Negara untuk melakukan pengujian
sebelum dilakukannya pembayaran, Bendahara Pengeluaran dalam melaksanakan pembayaran dari
uang persediaan yang dikelolanya juga setelah meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, menguji kebenaran perhitungan
tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran, dan menguji ketersediaan dana yang
bersangkutan.
Sesuai dengan Undang-Undang Perbendaharaan nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara
dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada kantor/satuan
kerja Kementerian Negara/Lembaga. Dari pengertian fungsi tersebut tersebut Bendahara Pengeluaran
menjalankan fungsi yaitu menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang yang dikelolanya.
Uang yang diterima oleh Bendahara Pengeluaran berasal dari penerbitan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), pungutan pajak atas
pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran, dan uang lain yang menjadi hak negara.
Uang tersebut disimpan dalam rekening Bendahara Pengeluaran di bank dan sebagian dapat disimpan
dalam brankas. Selanjutnya uang tersebut dibayarkan kepada yang berhak sebagai belanja negara atau
disetorkan ke kas negara sebagai pendapatan negara. Dalam hal ini Bendahara Pengeluaran
menjalankan fungsi menerima, menyimpan dan membayarkan.
Selain menerima, menyimpan, dan membayarkan, tugas berikutnya dari Bendahara Pengeluaran
adalah menatausahakan. Bendahara Pengeluaran harus menatausahakan seluruh penerimaan,
penyimpanan, maupun pembayaran yang dilakukannya. Penatausahaan dilakukan dengan cara
mencatat seluruh transaksi yang terkait dengan penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran uang yang
terjadi di satuan kerja dalam suatu buku berdasarkan dokumen. Pencatatan transaksi oleh Bendahara
Pengeluaran inilah yang lebih dikenal dengan istilah pembukuan Bendahara Pengeluaran.
Dalam melaksanakan fungsi Bendahara Pengeluaran tersebut , modul ini disusun dengan tujuan
agar Bendahara Pengeluaran melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan amanat Undang-undang
Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, serta diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013
tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, serta diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor PER-3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan
Pertanggungjawaban Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.
Modul ini disusun oleh Tim Penyusunan Pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
Bendahara Pengeluaran berdasarkan urutan dan jenis pembukuan penatausahaan, pembukuan, dan
pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran yang merupakan penjabaran dari Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-
3/PB/2014 sebagai pedoman pelaksanaannya.
Dengan adanya modul ini diharapkan pembukuan dan penyusunan LPJ Bendahara Pengeluaran
pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi para Bendahara Pengeluaran Kementerian Negara/Lembaga/Satuan
Kerja
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Uraian Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
2.1 Tujuan Instruksional Umum
2.2 Tujuan Instruksional Khusus
2.3 Ruang Lingkup
Bab II Uang Dan Surat Berharga Yang Dikelola Bendahara
1. Uang Yang Berasal Dari UP
2. Uang yang berasal dari TUP
3. Uang yang berasal dari LS Bendahara
4. Uang Yang berasal dari Pungutan Pajak
5. Uang Yang Berasal dari Hibah
6. Uang Yang berasal dari PNBP
7 Uang Yang berasal dari pendapatan lainnya yang menjadi hak negara
Bab III Dokumen Pembukuan Bendahara
Bab IV Teknis Pembukuan Bendahara
1. Basis, Prinsip dan Asas Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP
2. Model Buku Bendahara Pengeluaran/BPP
3. Nomor dan Tanggal Pembukuan
Perbedaan Pembukuan Bendahara dan Laporan UAKPA
Teknis Pembukuan Bendahara Pengeluaran
Petunjuk Pembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu
Petunjuk Pembukuan Buku Pembantu Kas Tunai dan Buku Pembantu
Kas Bank
Petunjuk Pembukuan Buku Pembantu Uang Muka (Voucher)
Pembukuan Koreksi Atas Kesalahan Pembukuan
Pembukuan Jasa Giro, Administrasi Bank
Pembukuan Valuta Asing
BAB V Berita Acara Pemeriksaan Kas
BAB VI Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
BAB VII Simulasi Pembukuan Bendahara Pengeluaran dan BPP
Latihan Soal
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bendahara Pengeluaran, merujuk pada UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayar, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada
kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga. Oleh karena itu, tugas utama seorang Bendahara
Pengeluaran adalah terkait pengelolaan uang dimana ujung kegiatannya adalah pertanggungjawaban.
Dalam hal ini, kegiatan pembukuan oleh Bendahara Pengeluaran adalah terkait pertanggungjawaban
atas kegiatan menerima, menyimpan dan membayarkan uang yang dikelolanya berdasarkan dokumen-
dokumen yang ditatausahakannya.
Pembukuan Bendahara Pengeluaran dilakukan dengan basis, prinsip dan asas tertentu dan di
desain untuk bisa menunjukkan siapa yang memegang uang dan jenis uang dimaksud. Hal itu
dilakukan sebagai perwujudan dari amanat pasal 21 UU No. 1 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa
Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
Pembukuan Bendahara Pengeluaran juga di desain untuk mengakomodir fungsi Bendahara
Pengeluaran sebagai wajib pungut/potong dan wajib setor pajak dan/atau PNBP yang telah ditetapkan
dalam peraturan terkait masing-masing.
Bicara tentang pembukuan Bendahara Pengeluaran juga tidak bisa dilepaskan dari uang/surat
berharga apa saja yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran dan dokumen apa saja yang
ditatausahakannya. Dalam hal ini, Bendahara Pengeluaran harus mampu membedakan mana yang
menjadi dokumen sumber pembukuan dan mana yang menjadi syarat kelengkapan.
Lebih jauh lagi, cakupan pembukuan yang dimaksud dalam modul ini adalah pembukuan bagi
Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) baik yang ada di satker secara
umum maupun yang ada di Badan Layanan Umum (BLU).
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup modul ini meliputi Uang/surat Berharga yang dikelola Bendahara
Pengeluaran/BPP, Dokumen Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP, Teknis Pembukuan Bendahara
Pengeluaran/BPP, dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran/BPP.
5. Prasyarat Kompetensi
Prasyarat kompetensi adalah kemampuan awal yang harus dimiliki oleh peserta diklat yang
dipersyaratkan untuk mempelajari modul. Untuk dapat menguasai modul ini dengan baik, sebelum
mempelajari modul ini hendaknya peserta diklat sudah memperoleh pengetahuan tentang sistem
penerimaan dan pengeluaran negara.
6. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan tentang
kedudukan Bendahara dalam satuan kerja, tanggung jawab Bendahara, dan mengetahui prosedur
penyusunan pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.
7. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul Pembukuan dan Pertanggung-jawaban Bendahara/BPP Bendahara
ini, para peserta diklat diharapkan dapat :
1. Dapat menyebutkan jenis buku yang harus dibuat oleh Bendahara.
2. Dapat mencatat pagu DIPA dalam BKU dan Buku Pengawasan Kredit (dalam hal pembukuan
tidak menggunakan aplikasi).
3. Dapat membukukan transaksi SPM- UP/TUP.
4. Dapat membukukan transaksi SPM-GUP/SPM-PTUP
5. Dapat membukukan tansaksi SPM-LS Bendahara.
6. Dapat membukukan potongan pajak yang berasal dari pembayaran dengan menggunakan
dana UP/TUP.
7. Dapat membukukan pembayaran dengan uang muka.
8. Dapat memastikan bahwa uang kas di brankas yang berasal dari UP/TUP tidak lebih dari
Rp.50.000.000,-
9. Dapat membuat Berita Acara Keadaan Kas apabila saldo kas UP/TUP di brankas melebihi
Rp.50.000.000,- pada akhir hari kerja.
10. Dapat membuat Daftar Rincian Saldo Rekening yang dikelolanya.
11. Dapat membuat Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi.
12. Dapat membedakan saldo kas UP dengan saldo kas selain UP yang dikelolanya.
13. Dapat melakukan penutupan pembukuan setiap akhir bulan maupun pada saat diperlukan
sesuai ketentuan.
14. Dapat menuangkan saldo rekening koran kedalam LPJ Bendahara Pengeluaran.
15. Dapat menuangkan saldo kas pada buku pembantu kas kedalam LPJ Bendahara Pengeluaran.
16. Dapat menuangkan nilai kuitansi yang belum terbit SP2D-GUP-nya ke dalam LPJ bendahara
17. Dapat menyebutkan jenis dokumen pendukung LPJ Bendahara Pengeluaran yang
disampaikan ke KPPN.
18. Dapat melakukan koreksi pembukuan.
19. Dapat membuat Berita Acara Kesalahan Pembukuan Bendahara.
20. Dapat meneliti LPJ UP/TUP yang diterima dari BPP
BAB II
UANG/SURAT BERHARGA YANG DIKELOLA BENDAHARA PENGELUARAN
Pemahaman atas jenis dan karakter uang yang dikelolanya menjadi kemampuan dasar yang
harus dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran dan BPP. Secara umum, jenis-jenis uang yang dikelola
oleh Bendahara Pengeluaran/BPP adalah sebagai berikut:
Selain uang-uang di atas, bagi Bendahara Pengeluaran/BPP di BLU juga mengelola uang
berupa:
1. Uang Pihak Ketiga
Merupakan uang yang diterima dari masyarakat atas pelayanan BLU namun belum bisa dianggap
sebagai pendapatan BLU kecuali setelah diselesaikannya pelayanan oleh BLU kepada pihak
tersebut, misal: uang muka pasien. Sehingga fokus pembukuan adalah di tahap penerimaan uang,
pengakuan sebagai pendapatan BLU dan pembayaran sisa uang tersebut kepada pihak terkait.
2. PNBP/Pendapatan BLU
Merupakan uang yang sudah menjadi hak BLU dan bisa langsung digunakan sebagai belanja.
Dalam hal ini, terdapat tahap realisasi belanja menurut pembukuan Bendahara BLU dan
pengesahan belanja oleh KPPN. Dan fokus pembukuan adalah pada tahap-tahap tersebut.
3. Uang Titipan
Merupakan uang yang karakternya mirip Uang Pihak Ketiga namun berasal dari unit/instansi
yang lain dimana sisanya disetor ke kas Negara atau unit/instansi pemberi, misal: dana
Jamkesmas pada rumah sakit. Fokus pembukuan juga pada tahap penerimaan uang, pengakuan
sebagai pendapatan BLU dan pembayaran sisa uang tersebut kepada unit/instansi pemberi.
4. Dana Bergulir
Merupakan dana yang disalurkan kepada penerima dimana pada rentang waktu tertentu harus
dikembalikan lagi dengan adanya tambahan hasil. Sehingga fokus pembukuan adalah saat
penyaluran dana dan pengembaliannya beserta tambahannya.
5. Hibah/Donasi/Sumbangan
Merupakan dana dari pihak tertentu/masyarakat yang tidak terikat atas perjanjian tertentu
sehingga bisa langsung digunakan BLU sebagai belanja. Dalam hal ini, fokus pembukuan hanya
pada saat menerima, mengakui sebagai pendapatan dan penggunaannya sebagai belanja.
BAB III
DOKUMEN PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN
KOP SURAT
BERITA ACARA KEADAAN KAS
BENDAHARA PENGELUARAN/BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU
Pada hari ini,……. tanggal……….. bulan………. tahun………., telah dilakukan pemeriksaan keadaan kas
di brankas Bendahara Pengeluaran/BPP dengan hasil sebagai berikut:
I. Saldo Kas Tunai sesuai pembukuan Bendahara Rp ……………..
II. Keadaan Kas di Brankas Bendahara Rp ……………..
Selisih Rp ……………..
Sesuai keterangan Bendahara, keadaan kas sebagaimana angka II terdiri atas:
1. Uang Persediaan (UP) Rp ……….
2. Uang LS Bendahara Rp ……….
3. Uang Pajak Rp ……….
4. Uang Lain‐lain Rp ………. (+)
Total Rp ……….
III. Uang lain‐lain sebagaimana angka II.4. terdiri atas:
a. .................
b. ...............
dst.
IV. Penjelasan jumlah Uang Persediaan (UP) dalam brankas lebih dari Rp 50.000.000,‐
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Dengan dibuatnya Berita Acara ini, KPA atau PPK atas nama KPA bertanggung jawab apabila terjadi
kehilangan atau kerugian yang terjadi atas keadaan kas Bendahara Pengeluaran/BPP dimaksud.
.................., ..........................
Yang Diperiksa, Yang Memeriksa,
Bendahara Pengeluaran/BPP KPA atau PPK atas nama KPA
Nama ………………….. Nama …………………..
NIP……………………… NIP………………………
Dalam melaksanakan tugasnya, Bendahara wajib menggunakan rekening atas nama jabatannya
pada Bank Umum/Kantor Pos yang telah mendapatkan persetujuan Kuasa BUN. Bendahara dilarang
menyimpan uang yang dikelolanya dalam rangka pelaksanaan APBN atas nama pribadi pada Bank
Umum/Kantor Pos. Dalam rangka penarikan uang dari rekening Bendahara Pengeluaran/BPP,
pejabat yang berwenang menandatangani cek untuk mengambil uang di Bank Umum/Kantor Pos
adalah KPA dan/atau PPK atas nama KPA dan Bendahara Pengeluaran/BPP. Sebagai wujud
transparansi pengelolaan uang oleh Bendahara, Bendahara wajib melampirkan salinan rekening koran
yang menunjukan saldo rekening untuk bulan berkenaan dan Daftar saldo rekening ketika
menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara. Format Daftar saldo rekening sebagai
berikut :
DAFTAR RINCIAN SALDO REKENING YANG DIKELOLA
BENDAHARA PENGELUARAN SATKER....................
BULAN..............................
Bendahara Pengeluaran
....................................
NIP..............................
B. Model Buku Bendahara Pengeluaran/BPP
Pembukuan Bendahara Pengeluaran/BPP dilakukan pada Buku Kas Umum (BKU), Buku
Pembantu (BP), dan Buku Pengawasan Anggaran Belanja. BKU merupakan buku yang memuat
seluruh transaksi kas dan non kas yang terjadi pada Bendahara Pengeluaran/BPP. Buku Pembantu
memuat transaksi-transaksi kas sesuai karakter masing-masing. Sedangkan Buku Pengawasan
Anggaran Belanja memuat realisasi belanja sesuai transaksi yang ada di Bendahara Pengeluaran/BPP.
Untuk keseragaman, telah ditetapkan model Buku bagi Bendahara Pengeluaran/BPP agar bisa
menyusun Laporan Pertanggungjawaban sesuai format yang telah ditetapkan. Secara umum, model
Buku bagi Bendahara Pengeluaran/BPP terbagi dalam: Buku Kas Umum (BKU), Buku Pembantu
selain BP Pajak, Buku Pembantu (BP) Pajak, dan Buku Pengawasan Anggaran Belanja.
Bagian 1 atau halaman pertama Buku Kas Umum digunakan untuk mencatat informasi umum seperti
nama Kuasa Pengguna Anggaran, nama Bendahara Pengeluaran, data satuan kerja, dan tanggal serta
nomor Surat Pengesahan (SP) DIPA beserta revisinya. Dokumen sumber untuk mengisi BKU
halaman 1 adalah SP DIPA.
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA
Kementerian/Lembaga : (……) …………… (1) Fungsi : …………… (8)
Unit Organisasi : (……) …………… (2) Subfungsi : …………… (9)
Provinsi/Kabupaten/Kota : (……) …………… (3) Program : …………… (10)
Satuan Kerja : (……) …………… (4) Kegiatan : …………… (11)
Tanggal, No. SP DIPA : ……., ……………… (5)
Sehubungan dengan perbedaan tersebut di atas, Kuasa Pengguna Anggaran (Kuasa PA) wajib
melakukan rekonsiliasi internal antara laporan yang dihasilkan bendahara dengan laporan yang
dihasilkan UAKPA sebelum/pada saat Laporan Pertanggungjawaban Bendahara disusun.
a. Pada saat Bendahara Pengeluaran menerima UP dan atau TUP dari KPPN, baik
berdasarkan Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) yang telah
diterbitkan SP2Dnya maupun dari rekening koran, Bendahara Pengeluaran melakukan
pembukuan sebagai berikut:
1) Dibukukan pada BKU sebesar nilai bruto di sisi debet dan sebesar nilai potongan
(jika ada) di sisi kredit;
2) Dibukukan pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu UP sebesar nilai netto di
sisi debit.
Tidak ada perbedaan pembukuan antara UP dan TUP. Karena keduanya menambah
saldo bendahara maka di Debet di BKU. Pembukuan di buku pembantunya, dari sisi
tempat tersimpannya uang, UP dan TUP diterima melalui bank sehingga menambah
saldo bank dan dicatat Debet di buku pembantu kas. Dari sisi sumber dananya, UP dan
TUP dapat dikelompokkan sebagai uang muka dari KPPN sehingga dicatat di buku
pembantu UP.
2) Dibukukan pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu UP sebesar nilai netto di
sisi debit.
Penerimaan pencairan SP2D GUP akan berpengaruh menambah saldo kas bendahara,
sehingga dibukukan Debet di BKU. Selain itu SP2D GUP akan menambah saldo
bank, sehingga dibukukan Debet di buku pembantu kas. Penerimaan pencairan SP2D
GUP juga akan menghidupkan kembali/menambah saldo UP, sehingga dibukukan
Debet di buku pembantu UP.
c. SPM-GUP Nihil dan atau SPM-PTUP yang dinyatakan sah merupakan dokumen
sumber sebagai bukti pengesahan belanja yang menggunakan UP/Tambahan UP (TUP).
dan dibukukan oleh Bendahara Pengeluaran sebesar nilai bruto di sisi debet dan sisi
kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, dan dibukukan di kolom Sudah Disahkan pada
Posisi UP pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja.
Biasanya SP2D GUP Nihil berkaitan dengan TUP. Sesuai ketentuan, atas TUP yang
diterimanya satker harus mempertanggungjawabkan pengeluarannya dalam bentuk
SPM GUP Nihil, dan menyetorkan sisa TUP yang tidak digunakan. Namun demikian
ada juga SP2D GUP Nihil yang sumbernya dari UP, hal ini umumnya terjadi pada akhir
tahun anggaran. Dokumen sumber pembukuan SP2D GUP Nihil adalah SPM beserta
SP2D GUP Nihil. Mengapa SPM? pertama sesuai asas bruto, yang dibukukan adalah
jumlah yang tercantum di SPM, yang kedua sesuai dengan namanya SP2D GUP Nihil
tidak ada nilainya (nihil). Penerimaan SP2D GUP Nihil tidak akan mempengaruhi saldo
kas bendahara, sehingga dibukukan Debet/kredit di BKU. Karena tidak terjadi
penerimaan kas, maka tidak mempengaruhi buku pembantu kas dan UP. Sesuai dengan
fungsinya, SP2D GUP Nihil merupakan pengesahan belanja UP/TUP melalui
bendahara, sehingga dibukukan di buku pengawasan anggaran belanja kolom sudah
disahkan.
2. Aktivitas Pembayaran atas Uang yang Bersumber dari Uang Persediaan (UP)
a. Pembayaran UP kepada pihak terbayar/pihak ketiga baru bisa dilakukan setelah
kewajiban pihak terbayar/pihak ketiga dilaksanakan. Selanjutnya Bendahara
Pengeluaran wajib meminta SPBy yang ditandatangani oleh PPK atas nama KPA
dengan dilampiri kuitansi/bukti pembayaran sebesar nilai bruto dan faktur pajak (bila
disyaratkan) serta mengembalikan faktur pajak yang telah disahkan oleh Bendahara
Pengeluaran kepada pihak terbayar/pihak ketiga. Pembukuan kuitansi/bukti
pembayaran dan faktur pajak diatur sebagai berikut:
1) Dibukukan sebesar nilai bruto di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu
Kas, dan Buku Pembantu UP, dan dicatat di sisi Bukti Pengeluaran pada Posisi UP
pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja sesuai akun terkait.
2) Dibukukan sebesar nilai faktur pajak/Surat Setoran Pajak (SSP) di sisi debet pada
Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.
Pengaruh pembayaran belanja secara tunai adalah mengurangi saldo kas bendahara,
sehingga dibukukan Kredit di BKU. Karena pembayarannya Dilakukan secara tunai
maka pengaruhnya mengurangi saldo kas tunai dan dibukukan Kredit di buku
pembantu kas. Jika pembayarannya termasuk belanja maka berpengaruh pada sumber
dana yang digunakan untuk membayarnya yaitu mengurangi saldo UP, sehingga
dibukukan Kredit dibuku pembantu UP. Karena pengeluaran belanja sudah membebani
mata anggaran, maka berpengaruh juga di buku pengawasan anggaran belanja sebagai
pengurang kredit anggaran belanja mata anggaran yang bersangkutan.
Sesuai asas bruto jumlah yang tercantum dalam kuitansi pembayaran adalah jumlah
kotor termasuk pajak. Setelah dibayarkan haknya penerima pembayaran, selaku wajib
pungut, Bendahara Pengeluaran wajib memungut pajak atas setiap pembayaran yang
telah memenuhi ketentuan perpajakan. Penerimaan pungutan pajak berpengaruh
menambah saldo kas bendahara sehingga dibukukan Debit di BKU. Pada umumnya
pungutan pajak diterima secara tunai sehingga menambah saldo kas tunai dan
dibukukan debet di buku pembantu kas. Dilihat dari sumbernya, uang yang diterima
oleh bendahara berasal dari penerimaan pajak, pengaruhnya menambah saldo pajak
sehingga dibukukan Debet di buku pembantu pajak.
b. Setoran atas sisa UP ke Kas Negara dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran pada akhir
kegiatan atau akhir tahun anggaran dengan menggunakan SSBP. Sedangkan setoran
atas pungutan pajak dilakukan segera setelah dilakukan pungutan/potongan dengan
menggunakan SSP. Pembukuan SSBP dan SSP dilaksanakan sebagai berikut:
1) SSBP penyetoran sisa UP dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, dan Buku Pembantu UP.
2) SSP pembayaran pajak dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.
3. Aktivitas Pembayaran atas Uang yang Bersumber dari Surat Perintah Membayar
Langsung (SPM-LS) Bendahara
a. SPM-LS Bendahara yang telah diterbitkan SP2Dnya merupakan realisasi belanja yang
dilakukan oleh Kuasa PA dan mengurangi/membebani pagu anggaran yang disediakan
dalam DIPA. Pelaksanaan pembayaran atas SPM tersebut dilakukan dari Kas Negara
kepada pegawai/pihak ketiga melalui Bendahara Pengeluaran. Pelaksanaan
pembukuannya dimulai dengan pada saat menerima SPM LS Bendahara dan diatur
sebagai berikut:
1) Dibukukan sebesar nilai bruto di sisi debet pada Buku Kas Umum dan dicatat di
kolom Sudah Disahkan pada Posisi UP pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja
sesuai kode akun berkenaan;
2) Dibukukan sebesar nilai potongan di sisi kredit pada Buku Kas Umum.
3) Dibukukan sebesar nilai netto di sisi debet pada Buku Pembantu Kas dan Buku
Pembantu LS Bendahara.
c. Pada dasarnya pemotongan kepada pihak terbayar telah dilakukan pada saat penerbitan
SPM-LS Bendahara dimaksud. Oleh karena itu, pelaksanaan pembayaran dilakukan
atas nilai netto berdasarkan daftar yang sudah dibuat. Demikian juga penyetoran atas
sisa SPM-LS Bendahara ke Kas Negara dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran dengan
menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) apabila masih di tahun
bersangkutan dan menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) apabila telah lewat
tahun, hal ini dapat dilakukan apabila setelah waktu yang ditentukan, uang dimaksud
tidak tersampaikan kepada pihak yang dituju. Pembukuan atas bukti pembayaran dan
SSPB/SSBP dilakukan sebagai berikut:
1) Dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu LS Bendahara.
2) SSPB/SSBP yang dinyatakan sah, dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu LS Bendahara.
Pembayaran tunai dari LS Bendahara berpengaruh mengurangi saldo kas bendahara
sehingga dibukukan Kredit di BKU. Selain itu berpengaruh mengurangi saldo kas tunai
sehingga dibukukan Kredit di buku pembantu kas. Pembayaran tunai dari LS
Bendahara juga berpengaruh mengurangi saldo LS bendahara sehingga Kredit di buku
pembantu LS Bendahara.
Pengaruh penyetoran sisa LS Bendahara adalah mengurangi saldo kas bendahara, dan
dibukukan Kredit di BKU. Penyetoran yang dilakukan secara tunai berpengaruh
mengurangi saldo kas tunai dan dibukukan Kredit pada buku pembantu kas tunai.
Karena sumbernya dari LS Bendahara, maka penyetoran ini mengurangi saldo LS
Bendahara dan dibukukan Kredit di buku pembantu LS Bendahara.
d. Dalam hal SPM-LS Bendahara tidak terdapat potongan pajak pihak terbayar, Bendahara
Pengeluaran wajib melakukan pemotongan pajak dimaksud pada saat pelaksanaan
pembayaran. Pembukuan dilakukan sebagai berikut:
1) Dibukukan sebesar nilai potongan pajak/SSP dibukukan di sisi debet pada Buku
Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.
2) Saat dilakukan penyetoran dengan menggunakan SSP yang dinyatakan sah maka
dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku
Pembantu Pajak.
e. SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan yang dinyatakan sah merupakan realisasi belanja
yang dilakukan oleh Kuasa PA dan mengurangi/ membebani pagu anggaran yang
disediakan dalam DIPA. Pelaksanaan pembayaran atas SPM tersebut dilakukan
langsung dari Kas Negara kepada pihak ketiga/rekanan. Sehingga, bagi satker yang
hanya melakukan pembayaran dengan menggunakan LS kepada pihak ketiga/rekanan,
tidak perlu ditunjuk Bendahara dan tidak perlu pembukuan Bendahara. Namun, dalam
hal Bendahara Pengeluaran yang memiliki DIPA dengan sistem UP dan LS kepada
Pihak Ketiga maka SPM-LS kepada pihak ketiga/rekanan langsung dicatat sebagai
pengurang pagu di kolom Sudah Disahkan pada Posisi UP sesuai akun berkenaan pada
Buku Pengawasan Anggaran Belanja tanpa perlu dibukukan dalam BKU dan Buku
Pembantu.
b. LPJ-BPP
1) UP
a) Belanja yang dilakukan oleh BPP atas UP, dibukukan sebesar jumlah nilai
pengurangan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu BPP, dan
Buku Pembantu UP, dan dicatat sebagai pengurang pagu di kolom Bukti
Pengeluaran pada Posisi UP sesuai akun berkenaan pada Buku Pengawasan
Anggaran Belanja.
a) Pembayaran (yang dilakukan oleh BPP) atas dana yang bersumber dari SPM-
LS Bendahara, dibukukan sebesar jumlah pengurangan/pembayaran di sisi
kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu LS
Bendahara.
b) Setoran ke Kas Negara (yang dilakukan oleh BPP atas nama Bendahara
Pengeluaran) atas sisa dana yang bersumber dari SPM-LS Bendahara,
dibukukan sebesar jumlah pengurangan/setoran di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu LS Bendahara.
3) Pajak
Pungutan pajak atas belanja/pembayaran yang telah disetorkan ke kas negara oleh
BPP atas nama Bendahara Pengeluaran dibukukan di sisi debet dan kredit (in-out)
pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu Pajak.
4) Dana Lain-Lain
a) Dibukukan sebesar jumlah penambahan di sisi debet pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu Lain-Lain.
b) Dibukukan sebesar jumlah pengurangan di sisi kredit pada Buku Kas Umum,
Buku Pembantu BPP, dan Buku Pembantu Lain-Lain.
b. SSBP yang dinyatakan sah, yang merupakan setoran atas penerimaan lain-lain,
dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku
Pembantu Lain-Lain.
Sementara untuk uang yang ada di satker namun tidak langsung dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran, seperti: hibah dan/atau bantuan sosial (bansos), tetap harus
dibukukan oleh Bendahara Pengeluaran sebagai berikut:
a. Bukti penerimaan (bisa berupa rekening koran) dibukukan sebesar penerimaan yang
terjadi di sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu
Lain-lain.
b. Bukti pengeluaran (bisa berupa rekening koran) dibukukan sebesar pengeluaran yang
terjadi di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu
Lain-lain.
c. Dalam hal hibah dan/atau bantuan sosial tersebut telah tercantum dalam DIPA maka
jumlah pengeluaran tersebut dicatat sebagai realisasi anggaran pada Buku Pengawasan
Anggaran Belanja, kecuali diatur lain.
Penyaluran dana dari Bendahara Pengeluaran kepada BPP dapat bersumber dari UP dan SPM-LS
Bendahara. Dalam hal setelah pelaksanaan pembayaran oleh BPP kepada pihak yang berhak,
masih terdapat sisa atas dana dimaksud, terhadap sisa dana UP dikembalikan kepada Bendahara
Pengeluaran, dan sisa dana SPM-LS Bendahara disetor ke Kas Negara oleh BPP atas nama
Bendahara Pengeluaran dengan menggunakan SSPB. Pembukuan yang dilakukan oleh BPP
adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Dana dari Bendahara Pengeluaran
Tanda terima/bukti transfer dari Bendahara Pengeluaran, dibukukan di sisi debet pada Buku
Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu UP dan/atau Buku Pembantu LS-
Bendahara (sesuai peruntukannya). Khusus untuk UP dicatat sebagai pagu dalam kolom kode
akun berkenaan pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja sesuai rencana penggunaan.
1. Pembayaran dengan UP dilakukan setelah mendapat SPBy dan setelah dikurangi kewajiban
perpajakan dan dibukukan. Pelaksanaan pembukuannya sebagai berikut:
a. SPBy yang dilampiri dengan kuitansi/bukti pembayaran dibukukan sebesar nilai bruto di
sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu UP, dan dicatat
di kolom Bukti Pengeluaran pada Posisi UP pada Buku Pengawasan Anggaran Belanja
sesuai kode akun berkenaan.
b. Faktur pajak/SSP dibukukan sebesar nilainya di sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak.
3. Pengajuan GUP
Dalam hal penggunaan UP pada BPP telah mencapai paling kurang 50%, BPP dapat
mengajukan penggantian UP kepada Bendahara Pengeluaran untuk revolving. Atas
permintaan penggantian UP dari BPP, Bendahara Pengeluaran dapat memberikan dana UP
yang dikelolanya dalam hal masih tersedia dana UP. Dalam hal dana UP di Bendahara
Pengeluaran tidak mencukupi, Bendahara Pengeluaran dapat mengajukan permintaan
penggantian UP kepada PPK untuk diproses pengajuan SPP kepada PPSPM yang
dilanjutkan dengan pengajuan SPM kepada KPPN. Bendahara Pengeluaran dapat
mengajukan penggantian UP secara terpisah untuk setiap BPP maupun secara menyeluruh.
Dalam hal BPP menerima penggantian UP langsung dari kas Bendahara Pengeluaran, BPP
menerima uang tersebut sebagai Penerimaan Dana dari Bendahara Pengeluaran dan
dibukukan sebagaimana telah disebutkan di atas.
Namun dalam hal kas di Bendahara Pengeluaran tidak mencukupi sehingga harus diproses
pengajuan SPP-nya, BPP membukukan di sisi debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas
Umum, dan dicatat di kolom Sudah Di-SPP-kan pada Posisi UP pada Buku Pengawasan
Anggaran Belanja.
g. Petunjuk Pembukuan Buku Pembantu Kas Tunai dan Buku Pembantu Kas Bank
Apabila dipandang perlu, Buku Pembantu Kas dapat dibedakan menurut sifatnya, yaitu Buku
Pembantu Kas Tunai dan Buku Pembantu Kas Bank. Dalam hal ini, transaksi pengambilan dari
rekening bendahara dibukukan di sisi debet dan kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi debet
pada Buku Pembantu Kas Tunai dan di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas Bank. Sementara untuk
penyetoran uang tunai ke rekening Bendahara dibukukan di sisi debet dan kredit (in-out) pada Buku
Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas Tunai dan di sisi debet pada Buku Pembantu Kas
Bank.
b. Perhitungan Rampung
Setelah kembali dari perjalanan dinas, penerima UM Perjadin harus
mempertanggungjawabkan penggunaan uang muka kepada Bendahara Pengeluaran
melalui PPK. Kuitansi/bukti-bukti pengeluaran menjadi dokumen sumber
pembukuan pengakuan belanja oleh bendahara. Jika masih terdapat sisa uang muka,
maka harus segera dikembalikan kepada bendahara. Sebaliknya jika pengeluaran
melebihi uang muka yang diberikan, maka bendahara harus segera membayar
kekurangannya. Pengakuan belanja/pengeluaran definitif serta pembayaran
kekurangan dapat dilakukan setelah bendahara menguji kebenaran dan kelengkapan
atas bukti-bukti pengeluaran tersebut serta atas persetujuan PPK.
Pembukuan Bendahara sebagai berikut :
1. Bukti pengeluaran perjalanan dinas, dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas
Umum, Buku Pembantu Uang Muka (Voucher), Buku Pembantu UP, dan dicatat
sebagai pengurang pagu pada kolom kode akun berkenaan pada Buku
Pengawasan Anggaran.
2. SPBy kekurangan uang muka perjalanan dinas, dibukukan di sisi debet dan sisi
kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas,
dan di sisi debet Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).
3. Bukti penerimaan kelebihan uang muka perjalanan dinas, dibukukan di sisi debet
dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi debet pada Buku Pembantu
Kas, dan di sisi kredit pada Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).
2. Pemberian Uang Muka Kerja
Bendahara Pengeluaran/BPP juga bisa memberikan Uang Muka Kerja atas permintaan
dari KPA/PPK kepada pejabat/pegawai yang ditunjuk berdasarkan SPBy dengan dilampiri:
a. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. kebutuhan dana; dan
c. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja
dari penerima uang muka kerja tersebut.
Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, pejabat/pegawai yang menerima uang muka kerja
menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan uang yang diterimanya dengan menyampaikan
bukti pengeluaran kepada PPK berupa:
a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan oleh PPK beserta faktur pajak dan SSP; dan
b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan dan
telah disahkan oleh PPK.
Atas dasar bukti-bukti dimaksud PPK menyusun pertanggungjawaban uang muka kerja dan
menyampaikannya kepada Bendahara Pengeluaran/BPP.
Apabila terdapat kelebihan pembayaran uang muka kerja, pejabat/ pegawai yang
menerima uang muka kerja mengembalikan kelebihan uang muka dimaksud kepada Bendahara
Pengeluaran/BPP. Sebaliknya apabila terdapat kekurangan pembayaran kegiatan, PPK
menerbitkan SPBy untuk digunakan Bendahara Pengeluaran/BPP membayarkan kekurangan
dimaksud kepada pejabat/pegawai yang menerima uang muka kerja.
SPBy uang muka kerja dibukukan di sisi debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas
Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas dan di sisi debet pada Buku Pembantu Uang
Muka (Voucher).
1. Kuitansi/bukti pembelian dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Uang Muka (Voucher) dan Buku Pembantu UP serta dicatat sebagai
pengurang pagu pada kolom kode akun berkenaan pada Buku Pengawasan Anggaran.
2. Bukti pembayaran kekurangan pembayaran kegiatan, dibukukan di sisi debet dan sisi
kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas, dan di sisi
debet Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).
3. Bukti penerimaan kelebihan uang muka kegiatan, dibukukan di sisi debet dan sisi kredit
(in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi debet pada Buku Pembantu Kas, dan di sisi kredit
pada Buku Pembantu Uang Muka (Voucher).
Pada hari ini......tanggal.......telah diketahui terjadinya kesalahan pembukuan atas transaksi dengan nomor
bukti ....tanggal......senilai.......yang telah dibukukan sebagai berikut :
..............................................................................................................................................................................
Demikian berita acara ini dibuat sebagai dokumen sumber koreksi pembukuan Bendahara
Penerimaan/Bendahara Pengeluaran/BPP*
...............................,....................
Mengetahui,
Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran/BPP* KPA atau PPK atas nama KPA
............................................................ ..................................................
NIP...................................................... NIP............................................
Dalam rangka penatausahaan kas Bendahara Pengeluaran, KPA atau PPK atas nama KPA
melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran/BPP. Pemeriksaan kas dilakukan paling sedikit
satu kali dalam satu bulan. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu. Tujuan pemeriksanaan adalah untuk meneliti kesesuaian antara saldo buku dengan saldo kas.
Pemeriksaan kas dilakukan pada saat:
a. terjadi pergantian Bendahara;
b. sewaktu-waktu (apabila diperlukan).
Hasil pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran BPP dituangkan dalam berita acara.
KPA atau PPK atas nama KPA juga melakukan rekonsiliasi internal antara Laporan Keuangan
UAKPA dengan pembukuan Bendahara Pengeluaran. Rekonsiliasi internal dilakukan sekurang-
kurannya 1 (satu kali) pada akhir bulan berkenan bersamaan dengan pemeriksaan kas. Rekonsiliasi
internal bertujuan untuk meneliti kesesuaian atas :
a. Saldo UP/TUP
b. Saldo selain UP/TUP
I. Keadaan Pem bukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. ……………………….. (13)
dan Nom or Bukti terakhir Nom or : ……………… (14)
No. Jenis Buku Pem bantu Saldo Aw al Penam bahan Pengurangan Saldo Akhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
BP Kas, BPP, dan Uang Muka
A. ………………… ………………… ………………… …………………
(Voucher)
1. BP Kas (tunai dan Bank) ………………… ………………… ………………… …………………
2. BP Uang Muka (Voucher) ………………… ………………… ………………… …………………
3. BP BPP (Kas pada BPP) ………………… ………………… ………………… …………………
BP selain Kas, BPP, dan Uang Muka
B. ………………… ………………… ………………… …………………
(Voucher)
1. BP UP *) ………………… ………………… ………………… …………………
2. BP LS-Bendahara ………………… ………………… ………………… …………………
3. BP Pajak ………………… ………………… ………………… …………………
4. BP Lain-lain ………………… ………………… ………………… …………………
*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yg belum di-SPM-GU-kan sebesar Rp………………………. (15)
II. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan
1. Uang Tunai di brankas Rp. …………………(16)
2 Uang di rekening bank (terlampir Daftar Rincian Kas di Rekening) Rp. …………………(17) (+)
3. Jumlah kas Rp. …………………(18)
LS Pihak Ketiga 15 15
D K D K D K D K D K D K D K
D K D K D K D K D K D K
Bayar UM Perjadin 10 10 10 10
Penerimaan Lain-lain 3 3 3
Pengeluaran SSBP 3 3 3
SIMULASI PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU
2 Tanggal 5 Januari : Bendahara Pengeluaran menerima SP2D uang persediaan (UP) dari KPPN
Jakarta sebesar Rp 10.000.000,- (nomor bukti 002).
Pembukuan : BKU (D), BP UP (D) BP Bank (D)
3 Tanggal 7 JanuariBendahara mengambil uang dari bank sebesar Rp 10.000.000,- dengan cek
(No.003) untuk keperluan pembayaran tunai.
Pembukuan : BKU (D/K), BP Kas (D),BP Bank (K)
5. Tanggal 12 Januari membayar tunai pembelian ATK kepada Toko Sukses sebesar Rp 1.100.000,-
(No.005, Akun 521111). Dipungut PPN sebesar Rp 100.000,- (No.006).
Pembukuan Kuitansi:BKU (Kredit), BP Kas Tunai (K), BP UP (K), dan BP PAB (K)
Pajak:BKU (D), BP Kas Tunai (D) dan BP Pajak (D)
Buku Kas Umum (BKU)
No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3/1 001 Diterima DIPA 90.000.000 90.000.000 0
No. Debet
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
12/1 006 Dipungut PPN Toko. Sukses 100.000 0 100.000
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521111
pengeluaran diSahkan
30.000.000
1 2 3 4 5 6 7
Membayar ATK ”Toko
12/1 005 1.100.000 28.900.000 1.100.000
Sukses”
6. Tanggal 13 Januari menyetorkan ke kas negara melalui bank persepsi pungutan pajak tanggal 12
Januari an. Toko Sukses dengan SSP PPN (No.007).
Pembukuan : BKU (K), BP Kas (K) dan BP Pajak (K)
No. Debet
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
12/1 006 Dipungut PPN Toko. Sukses 100.000 0 100.000
13/1 007 Menyetor PPN Toko. Sukses 100.000 0
7. Tanggal 20 Januari Bendahara menerima SP2D LS No.200B tanggal 20 Januari an. PT . Telkom
Indonesia atas pengajuan SPM LS sebesar Rp 1.500.000,- untuk pembayaran rekening telepon
tagihan bulan Januari (No.008, Akun 522111).
Pembukuan : BKU (D/K),B P PAB (K)
8. Tanggal 21 Januari Bendahara Membayar tunai tagihan PAM bulan Januari sebesar Rp 500.000
(No.009, Akun 522111)
Pembukuan : BKU (K), BP Kas Tunai (K) , BP UP (K) dan BP PAB (K)
9. Tanggal 25 Januari, Bendahara membayar tunai pengadaan ATK untuk keperluan bulanPebruari
kepada Toko Maju sebesar Rp 5.500.000 (No.010, atas beban akun 521111). Atas pembayaran ini
bendaharamemungut PPN sebesar Rp 500.000 (No.011) dan PPh Pasal22 sebesar Rp 75.000
(No.012)
Pembukuan Kuitansi: BKU (K), BP Kas (D), BP UP (D), BP PAB (Disahkan)
Pajak: BKU (D) , BP Kas (D) dan - BP Pajak (D).
No. Debet
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
12/1 006 Dipungut PPN Toko. Sukses 100.000 0 100.000
13/1 007 Menyetor PPN Toko. Sukses 100.000 0
25/1 011 Pungut PPN Toko Maju 500.000 500.000
012 Pungut PPH Toko Maju 75.000 575.000
10. Tanggal 28 Januari Bendahara menyetorkan secara tunai ke kas negara pungutan pajak an. Toko
Maju dengan SSP PPN sebesar Rp 500.000,- (No.013), dan SSP PPh sebesar Rp 75.000 (No.014).
Pembukuan : BKU (K), BP Kas (K) dan BP Pajak (K)
No. Debet
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
12/1 006 Dipungut PPN Toko. Sukses 100.000 0 100.000
13/1 007 Menyetor PPN Toko. Sukses 100.000 0
25/1 011 Pungut PPN Toko Maju 500.000 500.000
012 Pungut PPH Toko Maju 75.000 575.000
28/1 013 Menyetor PPN ”Toko Maju” 500.000 75.000
014 Menyetor PPH ”Toko Maju” 75.000 0
11. 30 Januari Bendahara menerima SP2D GUP tanggal 30 Januari atas pengajuan SPM GUP
No.100A sebesar Rp 8.100.000 (No.015,Jenis Belanja 52), terdiri dari BKPK 521111 Rp
6.400.000 dan BKPK 522111 Rp 1.700.000.
Pembukuan : BKU (D), BP Bank (D), BP UP (D) dan BP PAB (Disahkan)
12. Tanggal 31 Januari Bendahara menerima SP2D LS an. Bendahara Pengeluaran atas pengajuan
SPM GUP untuk pembayaran kekurangan gaji para pegawai sebesar jumlah kotor Rp 5.500.000
dan potongan Rp 500.000 (No.016, beban akun 5111).
Pembukuan : BKU (D-K), BP Bank (D), BP LS Bendahara (D) dan BP PAB (K)
Pada hari ini Jumat, tanggal Tiga puluh satu bulan Januari tahun 2014, kami selaku Kuasa Pengguna Anggaran telah
melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran dengan nomor rekening: 123456789, dengan posisi saldo Buku Kas
Umum sebesar Rp 15.000.000,- dan nomor bukti terakhir: 016
Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut :
I. Hasil pemeriksaan pembukuan Bendahara
A. Saldo Kas
1. Saldo BP Kas (tunai dan bank) Rp 15.000.000
2. Saldo BP UM (voucher) Rp 0
3. Saldo BP BPP Rp 0 (+)
4. Jumlah (A.1+A.2) Rp 15.000.000
B. Saldo Kas tersebut pada huruf A, terdiri dari
1. Saldo BP UP Rp 10.000.000
2. Saldo BP LS-Bendahara Rp 5.000.000
3. Saldo BP Pajak Rp 0
4. Saldo BP Lain-Lain Rp ………. (+)
5. Jumlah (B.1+B.2+B.3+B.4) Rp 15.000.000
C. Selisih Pembukuan (A.4-B.5) Rp 0
II. Saldo BP Lain-lain sebagaimana angka I.B.4. terdiri atas:
a. …………………………………
b. …………………………………
dst.
III. Hasil Pemeriksaan kas
A. Kas yang dikuasai Bendahara Pengeluaran/BPP
1. Uang tunai di brankas Rp 15.000.000
2. Uang di rekening 123456789 Rp 0
Uang di rekening .......... Rp ………. (+)
3. Jumlah Kas (A.1+A.2) Rp 15.000.000
B. Selisih Kas (I.A.1 – II.A.3) Rp 0
III. Penjelasan atas selisih kas
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
.................., ..........................
Yang Diperiksa, Yang memeriksa,
NIP……………………… NIP………………………
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN
Bulan: Januari 2014
Departemen Lembaga : (…..) ………
Unit Organisasi : (…..) ……… : ……………
Propinsi/Kab/Kota : (…..) ……… : ……………
Satuan Kerja : (…..) ……… : ……………
Alamat dan Tlp. : ……………..
I. Keadaan pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. 15.000.000 dan
nomor bukti terakhir nomor 016
Jenis Buku Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. BP Kas, BPP, dan Uang Muka
(Voucher)
1. BP UP *) 15.000.000
0
2. BP LS-Bdh 18.100.000 8.100.000 10.000.000
0
3. BP Pajak 5.500.000 500.000 5000.000
0
4. BP Lain-lain 0 0 0
0
0
0
*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPP kan sebesar Rp. 0
II. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan
1. Uang tunai di brankas Rp. 15.000.000
2. Uang di rekening bank (terlampir daftar Rincian Rp (+)
0
Kas di rekening)
3. Jumlah kas Rp. 15.000.000
III. Selisih Kas
1. Saldo akhir BP Kas (I.A.1) Rp. 15.000.000
2. Jumlah Kas (II.3) Rp. 15.000.000 (-)
3. Selisih Kas 0
IV. Hasil rekonsiliasi internal dengan UAKPA
1. Saldo UP Rp. 10.000.000
2. Kuitansi UP Rp. 0 (-)
3. Jumlah UP 10.000.000
4. Saldo UP menurut UAKPA 10.000.000
Selisih Pembukuan UP 0
V. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan (apabila ada):
1. ……………………………………………
2. ……………………………………………
Nama: Nama:
NIP: NIP:
BAB VIII
LATIHAN SOAL PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN
A. Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat atas pertanyaan berikut:
Bukukan transaksi dibawah ini dalam BKU dan buku-buku pembantu yang diperlukan dengan metode
pembukuan saldo balance, kemudian susunlah Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Laporan
Pertanggungjawaban untuk Bendahara Pengeluaran.
1. 2 Januari 2014
Diterima DIPA TA 2014 dengan rincian MAK sebagai berikut:
MAK 521111 Rp 630.000.000,-
MAK 521112 Rp 50.000.000,-
MAK 521213 Rp 180.000.000,-
MAK 524111 Rp 350.000.000,-
MAK 532111 Rp 317.000.000,-
2. 8 Januari 2014
Bendahara Pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari KPPN Jakarta sebesar Rp
50.000.000,- (nomor bukti 0001).
3. 10 Jan 2014
Dikirim transfer dari Bendahara Pengeluaran ke rekening bank BPP UP sebesar Rp 20.000.000,-
(nomor bukti 0002) dengan perincian sebagai berikut:
MAK 521111 Rp 5.000.000,-
MAK 521112 Rp 10.000.000,-
MAK 521213 Rp 5.000.000,-
4. 13 Januari 2014
Diterima pencairan dana SP2D LS Nomor 123456A Bendahara dari KPPN Jakarta untuk
pembayaran honor kepada para pegawai sebesar Rp 70.000.000,- (nomor bukti 0003).
5. 15 Januari 2014
Diambil uang tunai dari bank Rp 50.000.000,- (nomor bukti 0004) kemudian dibayarkan honor
kepada pegawai sebesar Rp 40.000.000,- (nomor bukti 0005) dan dilakukan transfer dana yang
bersumber dari SPM LS Bendahara kepada BPP (nomor bukti 0006) berupa dana untuk
pembayaran honor pegawai sebesar Rp 30.000.000,-.
16 Januari 2014
6. Bendahara Pengeluaran memberikan uang muka untuk perjalanan dinas yang dilakukan oleh 2
orang sebesar Rp 7.500.000,- (nomor bukti 0007)
17 Januari 2014
7. Ditarik uang tunai dari rekening sebesar Rp 20.000.000,- (nomor bukti 0008).
Dibayar oleh Bendahara Pengeluaran pengadaan ATK sebesar Rp 15.000.000,- kepada Toko
Moroseneng (nomor bukti 0009). Terhadap pembayaran tersebut dipungut PPN 10% sebesar
Rp 1.363.636,- (nomor bukti 0010) dan PPh psal 22 1,5% sebesar Rp 204.546.- (nomor bukti
0011). Pungutan pajak tersebut disetor hari itu (SSP PPN nomor bukti 0012 dan SSP PPh nomor
bukti 0013).
8. 19 Januari 2014
Diterima pertanggungjawaban perjalanan dinas yang telah dilaksanakan sebesar Rp 7.200.000,-
,(nomor bukti 0014) sehingga terdapat sisa Uang Muka sebesar Rp 300.000,- (nomor bukti
0015).
9. 20 Januari 2014
Direncanakan untuk kegiatan selanjutnya sisa dana UP BPP tidak mencukupi, BPP
mengkonfirmasi ketersediaan uang di Bendahara Pengeluaran yang ternyata tidak tersedia. Oleh
karena itu, diterima SPP GU BPP sebesar Rp 15.000.000,- Berdasar SPP tersebut PPSPM
membuat SPM untuk disampaikan ke KPPN dan diterima SP2Dnya (nomor bukti 0016).
Dengan perincian sebagai berikut:
No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
15/1 0004 Diambil uang tunai dari bank 50.000.000 50.000.000 120.000.000
17/1 0008 Diambil uang tunai dari bank 20.000.000 20.000.000 80.000.000
1.813.568.182 1.733.568.182
No
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
15/1 0004 Diambil uang tunai dari bank 50.000.000 50.000.000 100.000.000
17/1 0008 Diambil uang tunai dari bank 20.000.000 20.000.000 22.500.000
229.068.182 184.068.182
Buku Pembantu Kas Bank
No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
Diterima LS Bendahara
13/1 0003 70.000.000 0 100.000.000
pembayaran honor pegawai
157.200.000 120.000.000
No.
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
71.868.182 64.068.182
Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
50.000.000 15.000.000
Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
7.500.000 7.500.000
Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
87.200.000 37.200.000
Nomor
Tanggal Bukti Uraian Debet Kredit Saldo
Diterima LS Bendahara
13/1 0003 70.000.000 70.000.000
pembayaran honor pegawai
Dibayarkan honor kepada
15/1 0005 pegawai melalui pencairan LS 40.000.000 30.000.000
Bendahara
70.000.000 40.000.000
Debet
No.
Tgl Bukti Uraian PPN PPh 21 PPh 22 PPh 23 …. Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521111
pengeluaran disahkan
630.000.000
1 2 3 4 5 6 7
17/1 0009 ATK Tk. 15.000.000 615.000.000 15.000.000
Moroseneng
20/1 0016 Pengajuan SPP 5.000.000 610.000.000 5.000.000 5.000.000
oleh BPP
22/1 0020 Diterima SP2D 15.000.000
GUP
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521112
pengeluaran disahkan
50.000.000
1 2 3 4 5 6 7
20/1 0016 Pengajuan SPP 10.000.000 40.000.000 10.000.000 10.000.000
BPP
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 521213
pengeluaran disahkan
180.000.000
1 2 3 4 5 6 7
13/1 0003 Honor Kegiatan 70.000.000 110.000.000 70.000.000
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 524111
pengeluaran disahkan
350.000.000
1 2 3 4 5 6 7
19/1 0014 SPPD untuk 2 7.200.000 342.800.000 7.200.000
orang
22/1 0020 Pengajuan SPP BP 7.200.000
Akun Posisi UP
No. Nilai
Tgl Uraian PAGU Bukti Sudah
Bukti Transaksi 532111
pengeluaran disahkan
317.000.000
1 2 3 4 5 6 7
21/1 0017 Pengadaan 12.000.000 305.000.000 12.000.000
Laptop SP2D
124687A
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS
BENDAHARA PENGELUARAN
Pada hari ini Jumat, tanggal Tiga puluh satu bulan Januari tahun 2014, kami selaku Kuasa Pengguna Anggaran telah
melakukan pemeriksaan kas Bendahara Pengeluaran dengan nomor rekening: 123456789, dengan posisi saldo Buku Kas
Umum sebesar Rp 80.000.000,- dan nomor bukti terakhir: 0020
Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut :
I. Hasil pemeriksaan pembukuan Bendahara
A. Saldo Kas
1. Saldo BP Kas (tunai dan bank) Rp 45.000.000
2. Saldo BP UM (voucher) Rp 0
3. Saldo BP BPP Rp 35.000.000 (+)
4. Jumlah (A.1+A.2) Rp 80.000.000
B. Saldo Kas tersebut pada huruf A, terdiri dari
1. Saldo BP UP Rp 50.000.000
2. Saldo BP LS-Bendahara Rp 30.000.000
3. Saldo BP Pajak Rp 0
4. Saldo BP Lain-Lain Rp ………. (+)
5. Jumlah (B.1+B.2+B.3+B.4) Rp 80.000.000
C. Selisih Pembukuan (A.4-B.5) Rp 0
II. Saldo BP Lain-lain sebagaimana angka I.B.4. terdiri atas:
a. …………………………………
b. …………………………………
dst.
III. Hasil Pemeriksaan kas
A. Kas yang dikuasai Bendahara Pengeluaran/BPP
1. Uang tunai di brankas Rp 7.800.000
2. Uang di rekening 123456789 Rp 37.200.000
Uang di rekening .......... Rp ………. (+)
3. Jumlah Kas (A.1+A.2) Rp 45.000.000
B. Selisih Kas (I.A.1 – II.A.3) Rp 0
III. Penjelasan atas selisih kas
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
.................., ..........................
Yang Diperiksa, Yang memeriksa,
NIP……………………… NIP………………………
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN
Bulan: Januari 2014
Departemen Lembaga : (…..) ………
Unit Organisasi : (…..) ……… : ……………
Propinsi/Kab/Kota : (…..) ……… : ……………
Satuan Kerja : (…..) ……… : ……………
Alamat dan Tlp. : ……………..
I. Keadaan pembukuan bulan pelaporan dengan saldo akhir pada BKU sebesar Rp. 80.000.000 dan
nomor bukti terakhir nomor 0020
Jenis Buku Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. BP Kas, BPP, dan Uang Muka 80.000.000
(Voucher)
1. BP Kas (tunai dan bank) 0 229.068.182 184.068.182 45.000.000
2. BP Uang Muka (Voucher) 0 7.500.000 7.500.000 0
3. BP BPP (Kas Pada BPP) 0 50.000.000 15.000.000 35.000.000
B. BP selain Kas, BPP, dan Uang 80.000.000
Muka (Voucher)
9. BP UP *) 0 87.200.000 37.200.000 50.000.000
10. BP LS-Bdh 0 70.000.000 40.000.000 30.000.000
11. BP Pajak 0 1.568.182 1.568.182 0
12. BP Lain-lain 0 0 0 0
*) jumlah pengurangan sudah termasuk kuitansi UP yang belum di SPP kan sebesar Rp. 0
II. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan
1. Uang tunai di brankas Rp. 7.800.000
2. Uang di rekening bank (terlampir daftar Rincian Rp (+)
37.200.000
Kas di rekening)
3. Jumlah kas Rp. 45.000.000
III. Selisih Kas
1. Saldo akhir BP Kas (I.A.1) Rp. 45.000.000
2. Jumlah Kas (II.3) Rp. 45.000.000 (-)
3. Selisih Kas 0
IV. Hasil rekonsiliasi internal dengan UAKPA
1. Saldo UP Rp. 50.000.000
2. Kuitansi UP Rp. 0 (-)
3. Jumlah UP 50.000.000
4. Saldo UP menurut UAKPA 50.000.000
Selisih Pembukuan UP 0
V. Penjelasan selisih kas dan/atau selisih pembukuan (apabila ada):
1. ……………………………………………
2. ……………………………………………
Nama: Nama:
NIP: NIP:
DAFTAR PUSTAKA