Anda di halaman 1dari 9

10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

Dunia Sukab

Kisah Seorang Penyadap Telepon

Posted on 30 Juli, 2008 by sukab

Kisah Seorang Penyadap Telepon

Hari ini aku menyadap lagi. Aku memang berasal dari keluarga penyadap.
Kakekku seorang penyadap karet. Ayahku seorang penyadap nira. Aku
sendiri seorang penyadap telepon. Setiap hari aku berangkat dari rumah
naik bis lewat jalan tol dan begitu tiba di kantor aku langsung melakukan
penyadapan. Di mejaku sudah ada daftar orang-orang yang
pembicaraannya lewat telepon harus disadap.

Waktu baru diterima dikantor ini aku pernah bertanya.

“Lho, Boss, menyadap pembicaraan orang ini kan melanggar privacy?”

“Taik kucing dengan privacy, ini semua demi keamanan Negara!”

“Jadi, kantor ini memang kantor keamanan Negara Boss?”

“Bego lu!”

Barangkali aku memang bego. Di Koran kulihat iklan menawarkan


pekerjaan.

DICARI: PENYADAP BERPENGALAMAN.

Aku memang berpengalaman menyadap, tapi menyadap karet dan nira.


Ternyata maksudnya menyadap telepon. Intinya, kantor ini memang
sengaja mencari orang-orang bego, yang bisa disuruh menyadap
pembicaraan telepon orang lain tanpa perasaan bersalah. Barangkali aku
termasuk orang yang seperti itu. Buktinya aku diterima.

“Kenapa mereka harus disadap boss?”


duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 1/9
10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

“Kamu bego atau bego sih? Nggak usah tanya-tanya!”

Busyet. Begitu diterima aku langsung menyadap. Sampai hari ini sudah
tak terhitung hasil sadapanku yang dianalisis atasanku. Mereka memisah-
misahkan, mana yang harus diculik dan mana yang tidak, mana yang
dibiarkan saja untuk menyelusuri komplotannya, dan mana yang bias
mengkhianati teman-temannya.

***

Dikau pernah bertanya padaku.

“Enakkah menyadap telepon?”

Pekerjaan menyadap telepon ini mula-mula mengasyikkan, karena seperti


masuk kedalam rahasia orang lain. Namun setelah 32 tahun, aku mulai
bosan, karena pembicraan mereka seringkali tidak penting sama sekali.
Dalam arti tidak selalu berisi rencana demonstrasi dan semacamnya—yang
begitu-begitu malah jarang sekali. Mungkin karena mereka tahu kalau
telepon mereka disadap. Jadinya aku harus mendengar masalah sehari-
sehari seperti ini:

“Muhi!”

“Apa?”

“Muhi!”

“Apa!”

“Muhi!”

“Apa! Emangnya gua budeg”

“Muhi!”

“O, dasar elu yang budeg”

“Muhi!”

“Muhi! Muhi! Ape?”

“Muhi!”

Klak!

Atau yang seperti ini:

“Dalam metafisika anda, itulah pengalaman yang menentukan, yang


mengizinkan untuk keluar dari ontology Heidegger sebagai ontology
tentang yang Netral, ontology tanpa moral. Apakah berdasar pengalaman

duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 2/9
10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

etis ini Anda menyusun suatu ‘etika’? Karena, etika itu terdiri dari aturan-
aturan; aturan-aturan ini harus ditentukan?”

“Tugas saya bukan menyusun suatu etika; saya hanya berusaha mencari
maknany. Saya tidak berpendapat bahwa setiap filsafat harus mempunyai
suatu program. Adalah terutama husserl yang telah mengemukakan
gagasan mengenai program filsafat. Memang benar, dapat saja disusun
suatu etika dalam konteks yang saya sebutkan tadi, tapi bukan itulah tema
saya yang sebenarnya.”

“Dapatkah anda menjelaskan sejauh mana penemuan etika dalam wajah


itu bertolak belakang dengan filsafat-filsafat yang mementingkan
totalitas?”

“Pengetahuan absolut yang telah diselidiki, dijanjikan, dan dianjurkan oleh


filsafat adalah pemikiran tentang yang Sama. Dalam kebenaran, Ada itu
dirangkum. Bahkan jika kebenaran dianggap tidak pernah definitive,
sekurang-kurangnya ada janji tentang kebenaran yang lebih lengkap dan
tepat. Tentu saja, kita sebagai makhluk berhingga pada akhirnya tidak
sanggup menyelesaikan tugas pengetahuan; tetapi sejauh dapat
dilaksanakan, tugas itu adalah: membuat yang Lain menjadi yang Sama.
Sebaliknya, dalam ide ‘tak berhingga’ terkandunglah pikiran tentang yang
tidak Sama. Saya bertolak dari ide kartesian mengenai yang tak berhingga,
dimana ideatum ide ini – artinya apa yang dimaksud ole hide ini – adalah
tak berhingga lebih besar daripada aktus pemikiran. Terdapat disproporsi
antara …”[1]

Wah, kalau yang begini aku tidak sanggup. Sebagai penyadap telepon aku
tidak biasa berpikir, aku hanya menyadap. Jangankan aku, atasankupun
belum tentu paham. Makanya dia punya analisis bila ngawur, tinggal
menculik saja bias keliru-keliru orang. Sama-sama bego lah!

Lagipula kalau aku berpikir, itu hanya akan membawa resiko kepada
pekerjaanku.

Sedangkan mencari pekerjaan itu susah. Mau membuat kafe-tenda tidak


punya modal. Aku tidak punya kepandaian lain selain menyadap telepon.
Aku pernah bisa menyadap karet, aku pernah bisa menyadap nira, tapi
kini sudah dimanjakan dengan menyadap telepon. Alat penyadap bernama
LUHIL-X [2] itu memang praktis sekali. Tidak kebanyakan kabel aku
sudah akrab dengan LUHIL-X bikinan dagadu Corporation. Sekali temple
di kuping langsung beres. Aku tinggal memencet nomor-nomor yang
kuinginkan.

“Muhi! Muhi!”

Aduh! Muhi lagi! Nomor-nomor yang disodorkan para informan memang


tidak selalu dipakai orang yang dicurigai. Dirumah mereka kan banyak
orang? seringkali yang selalu menggunakan telepon itu adalah pembantu
rumah tangganya.
duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 3/9
10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

Bermilyar-milyar kata, kalimat, dan pengertian telah kudengar, namun


semua itu tidak menjadi apa-apa. Aku sellau mendengar, tapi sebenarnya
aku tidak mendengar apa-apa. Orang-orang yang dicurigai berbicara
tentang penderitaan rakyat, tentang penindasan, tentang orang-orang
yang diculik, diperkosa, dibunuh, dan dibakar. Semua itu telah kudengar,
karena aku adalah seorang penyadap telepon. Orang-orang bicara tentang
hokum, keadilan, dan kebenaran. Ah, apa itu? Sebagai penyadap telepon,
aku tahu betul sisi-sisi gelap para pahlawan. Tetapi tidak ada sesuatu pun
yang ingin kulakukan.

***

Sampai tiba saatnya aku harus pergi ke dokter THT.

“Tolonglah saya dok, semua kalimat yang masuk telinga saya tidak mau
keluar lagi. Mereka berdengung terus menerus, kalimatnya terulang-ulang
terus seperti rekaman rusak. Biasanya suara-suara lewat dan tidak
terdengar lagi setelah kalimatnya habis, kali ini tidak, mereka masuk dan
tak mau diam, terus menerus dan bertumpuk-tumpuk. Sudah sebulan saya
tidak bisa tidur.”

Dokter itu menganggu-angguk. Lantas mengambil senter.

“Sini kupingnya.”

Kusodorkan salah satu. Ia melihat dengan senternya. Kemudian


menempelkan stetoskopnya ke telingaku.

“Busyet,” katanya.

“kenapa Dok?”

“Aku mendengar suara-suara,” ujarnya seperti main drama.

Ia nampak mendengarkan dengan asyik.

“Aku mendengar semuanya.”

“Apa Dok”

“Semuanya, semua kalimat yang telah kau dengar.”

“Jadi sekarang tahu kan Dok?”

“yeah”

Ia cabut stetoskopnya, kembali duduk ke kursinya.

“Apa sih pekerjaanya?”

“Penyadap telepon Dok.”

duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 4/9
10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

Dokter manggut-manggut.

“Pantes.”

“Apanya yang pantes?”

“Penyakit begini memang menimpa para penyadap telepon. Suara-suara


tak mau keluar dari kupingnya. Banyak yang kemudian jadi gila.”

“Aduh! Jangan dong Dok!”

“Aku hanya bisa memberi kamu pil Budheg. ”

“Lho apa itu?”

“Pil yang membuat kamu tuli.”

“Waduh pekerjaan saya menyadap pembicaraan telepon, kok malah


dibikin tuli?”

“Ya begitu kan? Kalau kebanyakan mendengar percakapan yang bukan


haknya, selama 32 tahun lagi ya kamu kena hokum Karma. Kalimat-
kalimat yang terampas itu menghukummu.”

“Tapi saya cuma menurut perintah atasan Dok.”

“Nah, atasanmu akan menerima hukum karma juga.” [3]

“Kupingnya berdengung juga?”

“Entahlah. Barangkali turum berok.”

“Ah, jangan main-main Dok.”

“Aku serius. Ini resep untuk Pil Budheg. Pakai Kuitansi?”

Kalau aku jadi tuli nanti, Dokter menganjurkan aku pura-pura tetap bias
mendengar, dengan begitu aku tidak akan kehilangan pekerjaan. Katanya
semua penyadap telepon yang berobat menuruti anjuran yang sama.

Memang itulah yang kemudian kulakukan. Setelah menelan Pil Budheg


aku ajdi tuli. Tenggelam dalam keheningan abadi. Semua orang cuma
kulihat mangap-mangap mulutnya, tapi aku tidak bias mendengar kata-
kata mereka. Aku ettap bergaya bias mendengar. Kutempelkan LUHIL-X
ke telinga dengan gaya meyakinkan. Kalau ada orang berbicara padaku,
barangkali bias repot, tapi hal ini tidak pernah ku alami. Sebagai penyadap
telepon, aku termasuk manusia kecoak. Tidak pernah ditegur, tidak pernah
disapa, hidup dalam kesepian. Sedang aku saja tidak pernah menyapa
diriku sendiri.

Aku akan masih lama bekerja seperti ini. Sebenarnya tuli, tapi tetap
duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 5/9
10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

Aku akan masih lama bekerja seperti ini. Sebenarnya tuli, tapi tetap
menulis transkrip hasil penyadapan. Atasanku percaya saja dengan semua
laporanku. Aku sudah 32 tahun menjadi penyadap telepon, dan aku masih
terus dibutuhkan, dengan mudah aku membuat semuanya menjadi wajar
– padahal semuanya kukarang-karang saja. Aku sering tertawa dalam hati,
laporan penyadapan telepon dibuat orang tuli! Hahahaha!

Jakarta, Sabtu 19 September 1998.

-————————————-

1. Dialog dipinjam dari wawancara Emmanuel Levinas (1906-1995) oleh


Philippe Nemo pda 1981 dalam K.Bertens(ed.) Fenomemologi
Eksistensial(PT Gramedia: Jakarta, 1987, 94 halaman), hal 87.

2. LUHIL adalah kata sandi, yang hanya bisa dipecahkan dengan Bahasa
Dagadu. Baca petunjuknya dalam dokumen saya “Jakarta Jakarta dan
Insiden Dili” dalam buku Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus
Bicara (Bentang Budaya; Yogyakarta, 1997, 120 halaman).

3. Hukum Karma. Pengertian dari agama Hindu, bahwa masusia tidak bias
menghindar dari hukuman atas dosa-dosa yang dibuatnya.

About these ads


(http://en.wordpress.com/about-these-
ads/)

Filed under: Cerita Pendek Ditandai: | Orde Baru, Penyadap Telepon

« Cerpen Karya Seno Gumira, Cerpen Terbaik Kompas 2007 Senja dan
Sajak Cinta »

15 Tanggapan

duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 6/9
10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

Rindang, on 31 Juli, 2008 at 7:46 am said:


hihihihihi.. lucu sekali.. seperti kenyataan..

Balas

ulan, on 31 Juli, 2008 at 2:44 pm said:


waw… om seno emang briliant..

Balas

sigiet, on 1 Agustus, 2008 at 9:42 pm said:


rindang kamu baca juga ya?

Balas

sawung, on 2 Agustus, 2008 at 4:26 am said:


damm
mantap tenan iki.

Balas

syaifi, on 3 Agustus, 2008 at 9:10 am said:


gw nungguin cerita lainnya.

Balas

mengejaperistiwa, on 3 Agustus, 2008 at 12:52 pm said:


huahahaha…
huaahhahahha…

sepertinya banyak orang yang seperti seno gambarkan…

keren tulisannya…

Balas

ray rizaldy, on 3 Agustus, 2008 at 4:35 pm said:


for money, for works
nice point

Balas

nikenike, on 3 Agustus, 2008 at 10:51 pm said:


wah, yg ini salah satu favorit saya sejak dulu

Balas

duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 7/9
10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

Ms.Silvana, on 4 Agustus, 2008 at 9:23 am said:


aq punya buku dari kumpulan cerpen ini. dan emang lucu banget!!.
mas Seno emang jagooo banget buat bikin tulisan!!!
Apalagi hujan,senja,cinta,,,,

Balas

Jenny, on 4 Agustus, 2008 at 2:12 pm said:


wah. lucu, asik, menghibur, menyentil..
Tapi, ada tapinya.
Pengertian hukum karma adalah hasil buah dari apa yang kita tanam.
Bisa buah baik, bisa buah jahat. Jadi ada karma baik ada karma buruk.
Tergantung apa yang kita tanam. Jadi pengertian yang disampaikan
oom Seno agak kurang tepat.
Karma juga merupakan salah satu bagian dari Dharma yang diajarkan
oleh Buddha Gautama. Okay… Sip

Balas

suhadinet, on 4 Agustus, 2008 at 9:51 pm said:


Duh senangnya bisa menemukan blog ini. Saya seorang guru ipa yang
sedang belajar otodidak membuat cerpen Mas. Ceritanya OK punya!

Balas
.seandainya memang seperti itu….. « . love . laugh . life ., on 12
Agustus, 2008 at 9:05 am said:
[...] paling suka dari Seno Gumira Ajidarma, seorang penulis Indonesia
yang gw sembah matimatian, adalah Kisah Seorang Penyadap Telepon.
Bukan hanya karena cara tutur ceritanya kocak dan nyata, tapi juga
karena gw sendiri suka mikir [...]

Balas

iKainheRe, on 13 November, 2009 at 12:32 am said:


hahahahaha. tapi tenang saja, si Cicak nggak budeg kog.
Buayanya ajja yang buta.

Balas

Sukab, on 6 Juni, 2012 at 2:12 am said:


https://twitter.com/#!/sukab_

Balas

nge, on 29 Desember, 2012 at 10:55 am said:

duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 8/9
10/7/13 Kisah Seorang Penyadap Telepon | Dunia Sukab

hand salut buat SGA

Balas

Blog pada WordPress.com. Tema: Digg 3 Column oleh WP Designer.

Related Searches:
Orang Utan
Abdul Halim
Grand Seasons Hotel Kuala Lumpur
Cititel Mid Valley
Malaysia Vacations
Berjaya Redang Beach Resort
Visit Kuala Lumpur
Kuala Pilah
Petaling Jaya Malaysia
Jalan Jalan

duniasukab.com/2008/07/30/kisah-seorang-penyadap-telepon/ 9/9

Anda mungkin juga menyukai