Anda di halaman 1dari 198

"Memadukan keseriusan dengan rasa humor yang

menyenangkan, Mark Slouka menantangpara pecandu dunia


digital yang menginginkan rybepspace menggantikan komunitas
kehidupan manusia, Buku ini adalah panduanyanghangat dan
cerdas untuk menyusuri teka-teki etika revolusi komputer,"
-Richard Madsen, salah satu pengarang Habits of theHeart:
Individualism andCommitment in American Life

[Slouka] berbicara dengan penuh semangat dan energi ... buku


II

yang tepat waktu dan provokatif,"


-Michiko Kakutani, New York Times
MIZAN PUSTAKA: KRONIK INDONESIA BARU adalah salah
satu lini produk (product line) Penerbit Mizan yang menyajikan buku-
buku bertema umum dan luas yang merekam informasi dan
pemikiran mutakhir serta penting bagi masyarakat Indonesia.
PAN l\IGA~ HUMANIS
lENTANGEJUC'tBERSPAGE
YANGMEBISAUKAN

MARKSLOUKA
PENGANTAR: YASRAF AMIR PILIANG
Pengarang Sebuah Ounia yang Oilipat

IK RONIK
INDONESIA
BARU
Segala sesuatu yang bersifat informasional dan penting bagi
kehidupan individu ... akan dijual, atau dibagikan secara gratis,
di cyberspace.
- Michael Benedikt, Cyberspace: First Steps
UCAPAN TERIMA KASIH

BUKU ini karya pribadi. Oleh karenanya, utang saya


l kepada yangmembantu saya juga Iebihbanyak
... bersifat pribadi. Bahkan, bagi sebagian besar
mereka.kata "utang" sepertinya terlalukasar.Saya
berterima kasih kepada mereka-sebuah lingkaran
keeil yang istimewa-atas bantuan, kebaikan hati,dan per-
sahabatan. Sebaliknya, mereka pun dapat mengandalkan saya,
Baik atau buruk buku ini tak lepas dari keterlibatanyang
tidak keeil dari istri saya, Leslie Gollin Slouka, yang memiliki
kepekaan perasaan dan kecerdasan tempat saya bergantung,
sebagaimana seorang tukang kayu bergantung pada waterpas.
Beberapa ide yang tertuang dalam buku iniberasaldarinya, ba-
nyak pula yang dihasilkan dari hari-hari kebersamaan .kami.
Kenyataannya, buku ini adalah hasilsebuah kolaborasi,dan
satu-satunya alasan mengapa namanya tak tereantumdalam
sampul buku ini adalah karenadia tak menginginkannya.
Saya pun berutang terima kasih pada Andy Mannle yang
telah membaea sebagian besar naskah kasar buku ini. Joseph
Nirdlinger, yang telah meneurahkan banyak waktu dan energi
menyimak teori-teori saya dengan tulus penuh .l,-\"t.:1Q.1J4;A.J..UJLJ..

9
10 RUANG YANG HILANG

Sawh, yang menerangi jalan saya menyeruak cyberspace.


Penghargaan yang tak terkira saya sampaikan kepada Wendy
Graham dan Jennifer jestin atas penyimakannya yang kritis
terhadap naskah tahap lanjut. Editor saya, Susan Rabiner, yang
bantuannya terasa tak ternilai, dan sentuhannya telah memberi
bentuk pada proyek ini dan menyemayamkan semangat tiada
pupus. Linda Carbone, atas keajaiban kecil dia \"...l.iJ' ... U.I.'....U.I..l

untuk proyek ini. Agen saya, Arnold dan Elise ~""'''"' . . .


.I . .I..I. ......L.I..

begitu rnembantu, tidak hanya dalam menemukan bagi


buku ini, tetapi juga menyelamatkan penulisnya agar tak terpe-
rosok ke dalam lubang-lubang tersembunyi. Kepada lingkaran
kecil kolega dan teman saya di Eleanor Roosevelt College,
versitas California, San
Arnold, Mollie Martinek, dan Erin
kasih atas dukungannya.
Yang lainnya, kepadajoanne Isaac saya
hanya dapat berterima kasih terhadap kesabarannya menemani
saya ketika semangat saya sedang terpuruk dan bukannya
musnah sarna sekali (sayaharap mereka memperhatikan perbeda-
an ini). Akhirnya, kepada Sydney Lea (yang memahami nilai
ruang lebih daripada siapa pun), saya menyampaikan peng-
hargaan sebagaimana seseorang menyampaikan penghargaan
terhadap seorang yang telah meneguhkan keyakinannya dan
kadang-kadang juga membenarkan arah jalannya.
Pada tingkat lain, tentu saja, saya juga berutang budi
kepada banyak yang lain, dari Thomas Carlyle sampai Daniel
Boorstin, yang membantu melapangkan jalan yang saya lalui
demi buku ini. Di antara para pakar aliran kontemporer, saya
menyampaikan penghargaan kepada Bill Mckibben, Sven
Birkerts, dan Neil Postman. Tidak hanya karena karya-karya
mereka telah melimpahkan kesenangan dan inspirasi, tetapi
juga karena semangat mereka telah meneguhkan keyakinan saya
bahwa kritik-kritik terbaik juga merupakan, seperti kata Albert
Camus, afirmasi yang paling menggairahkan.
Akhirnya, kepada orangtua saya, saya menyampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengajaran yang telah
mereka tanamkan semenjak kurun waktu yang begitu panjang,
di sini, di bumi ini, pada waktu ini, di dalam kehidupan yang
kita hayati ini-dan bukan di suatu ruang di sini,
UCAPAN TERIMA KASIH 11

tempat kita menemukan kesenangan yang melimpah sekaligus


tanggung jawab yang dalam. Tanpa orangtua saya, kehidupan
saya akan berbeda, saya akan menjadi orang yang berbeda, dan
buku ini akan menjadi buku yang berbeda pula. []
n

Piliang

besar bola
masih berkakidua, tetapi kini
menggunakan kaki tersebut Ll.AAI..Ll.A",",,'LJ'-_I, tCL

Bangunan gedung n-\Arn"lnnrn"l!cun


tetapi kita cukup menghunirbangunan't.yang.ada
halusinasi kita. Akuarium mernang masih
tetapi ia tidaklagi memerlukan airdan
anak kita memang masih senang bermain,
cukup bermain dengan ternan-ternan maya
raya video game.
Masyarakat globalkita
baru, yang di dalamnya apapun yang d
nyata semuanya dapat dilakukan-e-de
yang sarna-s-di.dalam jagat rayC\
dianggap Iebih menyenangkandib
sendiri. Bahkan, .segala sesuatu
sebagai fantasi, halusinasi atau ~_ . . '....~!
...

sebuah "realitas"
halusinasi, ilusi

13
14 RUANG YANG HILANG

kini telah tumpang tindih dengan dunia realitas sehingga di


antara keduanya tidak dapat dibedakan lagi. Semuanya kini
menjadi "peristiwa" sehari-hari yang benar-benar tampak
nyata-inilah dunia cyberspace, yang realitasnya adalah realitas
virtual (virtual reality).
Istilah "cyberspace" diperkenalkan pertama kali oleh
seorang novelis fiksi ilmiah William Gibson, di dalam bukunya,
Neuromancer. Dia mendefinisikan cyberspace sebagai sebuah, II •••

halusinasi yang dialami oleh jutaan orang setiap hari ... (berupa)
representasi grafis yang sangat kompleks dari data di dalam
sistem pikiran manusia yang diabstraksikan dari bank data
setiap komputer,"! Cyberspace menawarkan manusia untuk
"hidup" di dalam dunia altematif-sebuah dunia maya sebagai
substitusi realitas; sebuah dunia yang dapat mengambil alih
dan menggantikan realitas yang ada, yang bahkan dapat lebih
nyata daripada realitas yang ada, yang lebih menyenangkan
daripada kesenangan yang ada, yang lebih fantastis daripada
fantasi yang ada, yang lebih menggairahkan daripada kegairahan
yang ada.
Inilah sebuah dunia "yang melampaui realitas" yang ada-
sebuahhiperealitas (hyperreality), sebuah realitas virtual (vir-
tual reality). Dunia realitas yang "rnelampaui" dan bersifat
artifisial ini menjajah hampir setiap realitas yang ada, yang pada
suatuketika nanti akan mengambil alih secara total realitas-
realitas tersebut. Kenyataan tersebut akan menimbulkan per-
tanyaan.apabiladunia artifisial dapat menghasilkan kesenangan,
kegairahan, kepuasan yanglebih kaya, yang lebih beragam, yang
lebih tinggi, apakah kita masih memerlukan realitas itu sendiri?
Apabila kita tidak perlu lagi realitas, apakah ia harus kita tinggal-
kan, kita hancurkan, kita serang, kita "bunuh", untuk kemudian
digantikan sepenuhnya oleh realitas-realitas artifisial?
Setidak-tidaknya ada tiga pandangan yang berbeda dalam
melihat dunia realitas virtual tersebut. Pertama, orang-orang
yang melihat realitas virtual dengan pandangan yang optimistis,
positif-affirmative (Timothy Leary, Rheingold). Kedua, yang
melihat realitas virtual dengan pandangan pesimistis, curiga,
menolak-refusal (lain Boal, Gandy, Slouka). Ketiga, pandangan
yang penuh ketidakpastian, yang mengkritik realitas baru
PENGANTAR 15

tersebut, kenyataan yang


tidak dapat ditolak.-fatalistic ".. . . _''-4. ........1. ...................

Ketiga pandangan tersebut didasari oleh tiga sikap yang


....,......I.....,....."'~ ...... dalam cyberspace dengan
segala perubahannya radikal di penghujung Milenium
Kedua ini. Iagat raya membawa masyarakat ke
dalam berbagai tidak pernah
dibayangkan harapan ke-
senangan, teleshopping,
teleconference, virtual
museum, cybersex, r\1f'\,OV1'\/.,VT",

Akan

beserta ITCV'\1"'1t-r\1"'\

berharga bagi pembangunan diri kita v,"",L.'_,...'1,4.L manusia,


rasa kedalaman, rasa r'l1""'II.1 ....,i"" .... 11i" .... C'

ikatan moralitas, semangat komunitas,


tas.

KETIKA HALUSINASI MENGAMBIL ALIH


"Realitas" adalah sebuah konsep yang kompleks, yang sarat
dengan pertanyaan filosofis. Misalnya, apakah kursi yang kita
lihat, nyanyian yang kita dengar, atau bola yang kita raba adalah
"realitas" yang sesungguhnya? Atau, ia hanya permukaan atau
kulit luar dari realitas? Ada sebuah konsep filosofis yang
mengatakan bahwa yang kita lihat bukanlah "realitas", melain-
kan representasi (sense datum) atau (sign) dari realitas
yang sesungguhnya, yang tidak dapat kita tangkap. Yang dapat
kit a tangkap hanyalah tampilan (appearance) dari realitas di
baliknya.'
Di samping itu, ada beberapa manusia dalam
rnenangkap realitas. Penangkapan terhadap realitas
sangat dibatasi oleh ruang dan Manusia tidak dapat
mengalami dua realitas yang berbeda di ruang dan waktu
secara simultan dan dalam waktu yang bersamaan. Ia bisa
"hidup" di Jakarta dan New dalam waktu
samaan. Ia tidak dapat hidup dan
posmodern secara C'1,..".."\,, 1·t-.... 1""'II.
16 RUANG YANG HILANG

Perkembangan teknologi realitas virtuai dianggap rrtampu


memecahkan segala keterbatasan manusia untuk mengembara
di dalam berbagai bentuk realitas yang tanpa batas. Oleh sebab
itulah, muncul berbagai optimisme dalam menyongsong sebuah
abad ketika ruang dan waktu tidak lagi menjadi hambatan bagi
umat manusia dalam menjelajahi dunia realitas tersebut-
optimisme yang merupakan warisan Marshall McLuhan. Rea...
litas virtual dianggap dapat memperkaya kemampuan manusia
dalam merumuskan realitasnya sendiri. Artinya, manusia
mempunyai peluang besar menciptakan realitas barn, yang tidak
pernah dialami sebelumnya. Manusia mempunyai kekuasaan
dalam memilih realitas yang diinginkannya, tanpa dibatasi ruang
waktu.
Realitas virtual bukanlah sebentuk "representasi realitas"
dalam pengertiannya yang biasa. Realitas virtual, sebaliknya,
adalah sebentuk "simulasi realitas". "Simulasi", sebagaimana
dijelaskan oleh Jean Baudrillard di dalam Simulations, adalah
penciptaan model-model kenyataan yang tanpa asal-usul atau
realitas: hyperreal? Sebuah foto rumah adalah representasi dua
dimensi dari rumah yang sebenarnya. Di dalam realitas virtual,
bukannya "melihat" layar datar yang dua dimensi, orang di-
kelilingi oleh representasi tiga dimensi-yang dihasilkan
komputer-yang memampukan orang untuk bepergian di dalam
dunia maya: melihatnya dari sudut-sudut yang berbeda,
memegang, menjangkau, dan membentuknya."
Steve Aukstakalnis dan David Blatner di dalam Silicon Mi-
rage: The Art and Science ofVirtual Reality (VR), menjelaskan realitas
virtual sebagai cara manusia untuk mernvisualisasikan, me-
manipulasi, dan berinteraksi dengan komputer dan data yang
sangat kompleks. Bedanya dengan representasi komputer yang
biasa adalah bahwa lebih dari menggunakan sekadar keyboard
dan layar, orang dapat menggunakan glove, helm, eye glass, dan
perangkat interface lainnya. Dengan demikian, lebih dari sekadar
melihat representasi visual, setiap orang dapat "masuk" ke dalam
representasi itu sendiri secara mental. 5
Bagi Terence Mckenna, teknologi VR menawarkan ke-
mungkinan bahasa visual yang berdasarkan ikon yang dapat
dipahami secara universal. Sebagaimana yang dikemukakannya
sendiri, untuk 1"'Y"\O,'t"\'l:T1I't"t11't"\

identitasnya
yang nantinya akan sepuluh .1..1. ...... "4.1. ............. IIlanuSla,
barangkali 'cyberspace adalah sebuah .. ...-.4.,•.4. ..
untuk membuat setiap orang """""""''''''''''1".,.4.'''''',
Semakin maju perkembangan teknologi
baik kondisi kehidupan manusia global-inilah _1-'" . .1. .....

terhadap jagat raya cyberspace.


Optimisme tersebut telah . . ~.4..l'U.J.JL
.A..A.'" • .A.J..... JLIJ .... p '.... ,. .......... 1-l...... _ p

media" dalam n01',rro,rnt'V"l1'"':1'ln J"'",k,I)'V'ri-'LrTJ"'n


disebabkan ·C'oC',ol"'\ ....·""nrT 't'"'ir"\o ....onr"""'n,""" ,",..r,n merekavasa.
provokasinya. .a.'-'-IU.'-4.U."-AA-:A'\..'-IU.'-4AUAA

tindih ""11"'" rr,..,. n


rt

cyberspace ",'-.l.I(;.LI..I. J,.A..I.'-.I..A..A.L.'u.yy u. I-'~... .I. \A.L.'I(;.LI..l.I(;.LI.J.


tatanan
dunia baru +a ....'C"'a.""l1+
masyarakat, J.'\.VjLUU~J.J..Ul'\..a..::lIJ.,
A'\..'\JJL.lJ.U,.lAJ.\.U.U', .I..I..&. ... '-.I.u..I."lo..,IJ.I.

budaya. Realitas .".. ..~..r. r. y c;U.A~


'--1 II I" .Irl.l U'-4l[;4. A.l.L'-.l.l'I-I.U. ..,1u. ....l"lo..I(;.LI..A. ....c ;u..llW.l.l.ljt;c;u.J.

simulasinya,
menjadi kabur, ~ ~I..I,,",,{" U''-L/U.~l~
V ,,",'{..I

kasi dan lIn+..,. ....""'IJ"'C"'..


tersendiri,
Cyberspace adalah ruang imajiner dan maya,
setiap orang melakukan apa saja yang biasa dilakukan
kehidupan sosial dengancara
artifisial. Di dalam ruang maya tersebut terbentuk satu
komunitas yang juga bersifat maya, yaitu komunitas
Di dalamnya orang menggunakan kata-kata dan gambar untuk
saling bersenda gurau dan berdebat, terlibat di dalam wacana
intelektual, melakukan perdagangan,
saling memberikan __.. _.. . . l-.-... ... 01"'Y'lII"'\C11I"'\n"'1l

brainstorming, gosip, 't""\01~01"'\rrl;·""' .......\ n

siapa saja, kritik "'........ 1. ... """ """ .....

paCar' bermaingame, . . , "".>.)... (,.4..u...a..A., .I. ... .I."" •.I..I.'-JLI-''''\.LI.'''-'........

bermacam-macam . . . . ~ ~.~,...- .. ,....._:~.:,:".t:.1''''''',fT..,''''''


20 RUANG YANG HILANG

nya: "'.. . . . , . .. .'-"'. . '"


tingkat
mendasar terhadap . . , L ...'-4..L.L'-4..LL ...""'......

virtual cyberspace . . . . . ""' ""'. . . . .


hilangan identitas. Di J, ...
-.'-4..I.""-......

menjadi orang dapat.L.L.L""' ""'.......... v '.... v"""·A.U'-',"'" '\JA.u.LJLs;;.

pada waktu yang bersamaan. Yang L"""J.V,,",,A.J.LYJ."-

permainan identitas: . . "-4.\,..· ............... Uv

ganda, identitas virtual


sebuah dunia psikis yang disebut R.D. Laing Cl"",,L.la~aJ.
U diri yang terbelah" (divided self). Setiap individu
komunitas virtual dapat membelah pribadinya menjadi
pribadi yang tak berhingga. 12
Selain itu, perkembangan sistem komunikasi globalseperti
Internet telah menciptakan situasi tempat terjadinya hubungan
sosial-persahabatan, permusuhan, perkumpulan, perbincang-
an, perkoncoan-yang bersifat virtual. Interaksi sosial tidak
dilakukan di dalam sebuah ruang yang tetapi
di dalam sebuah halusinasi teritorial. Di boleh
jadi lebih mengenal saudara"-nya Internet
U

ribuan kilometer, "saudara" kandungnya


sation.
Pada tingkat komunitas, Internet
model komunitas demokratis
Rheingold komunitas "" (l;maj,intlYV lcontmU~nltv)
PENGANTAR 21
24 RUANG YANG HILANG

batas-batasnya. Realitas menyuguhkan


hadapan kita realitas yang tercabut dari dari batas-batas
(limits) dan tanggung jawab (responsibility)-menciptakan
u""" ...,,""""........... duniaamoral. Batas antara baik/buruk, benar/salah, asli/

palsu seakan-akan telah lenyap. Orang justru lebih asyik


di dalam ekstasi permainan moral (moral game)-ekstasi
mempermainkan batas-batas moral itu Perkembangan
kapitalisme global-yang menjadikan (desire)
sebagai landasannya, bukannya nilai-nilai morat-s-menemukan
tempatnya yang ideal dalam dunia realitas Pasar bebas
menjelma menjadi sebuah kekuatan dahsyat penghancur
moralitas yang sulit untuk dikendalikan. Di dalamnya, inovasi
komoditas mempunyai logikanya ~.;:".. . J.J.'-l..I..1......

sebagai logika hasrat


sama sekali terpisah dari pertanyaan \"""'J.J.\"u.J..1.~ J..lJ..lu.J.

Cyberspace menjadi
lJ""'L/UQ..lJ.

menakutkan: sebuah dunia yang di YoU.l.U.l.lJ.J..l

kebebasan percakapan cabul lewat "''''''J.\,....IJV'J.J.

anonim. . . . , ' . ." ,. u'-LJ\.A.U..LI. .1. "'_LlULLI.1..I..1">..

dunia eksperimen, tempat semua orang


sebuah komunitas bersama, orang-orang dalam cyberspace
justru menenggelamkan diri mereka ke dalam sifat anarki yang
abstrak-bebas mempertontonkan apa saja kepada orang lain
tanpa ada rasa malu, bebas mencaci maki orang lain tanpa rasa
bersalah, bebas memalsukan apa saja tanparasa berdosa."
Yang dikhawatirkan juga oleh Slouka adalah lenyapnya
perbedaan antara ruang yang sesungguhnya dan ruang yang
semu. Tumpang tindih antara yang artifisial dan yang alamiah
meningkat dari hari ke hari sehinggaperbedaan antara diri yang
alamiah (kita) dan diri yang artifisial (cyborg) mungkin akan
lenyap selamanya. Tidak mengherankan, apabila hubungan
emosional antara manusia dan lingkungan alam semakin
kehilangan makna. Yang muncul hanyalah fragmen-fragmen
pengalaman manusia dengan alam dalam wujud simulasinya."
Celakanya-sebagaimana yang juga dikatakan oleh
Baudrillard di dalam Simulations-eitra-citra itu justru
dianggap lebih memesona dan manusia
posmodern ketimbang yang sarat
PENGANTAR 25

Dunia realitas virtual disarati oleh trik-trik citraan,


kita menerima citraan tersebut sebagairealitas, tanpa menyadari
trik-trik visual tersebut. Trik-trik di dalam representasi kom-
purer, sebagaimana dikemukakan Paul Virilio di dalam The Aes-
thetics ofDisappearance, bahkan dapat menjadikan sesuatu yang
supernatural sebagai realitas." Lalu, bagaimanakah kita
membedakan trik visual dengan realitas? Pada satu ketika,
fotografi-sebagai sebuah bentuk visual-adalah representasi
dari sesuatu di dalam dunia nyata. Kini, fotografi tidak
sepenuhnya lagi dipercaya sebagai gambaran realitas ia
telah menjadi simulasi realitas." Kita kini hidup di dalam abad
yang semakin dikuasai oleh trik dan simulasi visual L.'- ... 'J'-Li' ......L..

film, video, iklan komersial, kornputer, Internet-event media


yang ditata sedemikian rupa dan disuguhkan ke kita
sebagai citra kehidupan ditonton, bukan kehidupan yang
sebenarnya." Kita masuk jauh dalam jantung artifisial
26 RUANG YANG HILANG

cybercafe,
tetangga

MARl KITA NIKMATI n.r=nMU'lIL.un.lfoU'lI

Tidak semua orang .1..I..I.JL~"-''I..I.\A.JLJL.I.~ .I..I..1."•

wajah optimistis, tetapi


baru ini.
Wajah realitas
manusia diajak menjelajah dalam panorama baru sangat
mengasyikkan, tetapi di balik keasyikan tersebut umat manusia
justru tengah digiring ke arah penghancuran dirinya sendiri
(selfdestruction). Meskipun masa depan manusia
ancam, dilakukan manusia.

satunya yang dapat 'I..I..I..1.l"'4.JL ......"' ... .I.......u .JLJL

menikmatinya. Wajah
telah berkembang ke
tidak
t " o h , ........11'1 t"'t""\'(.y..... r't1lI ..... '("lrl'.f"I,+1I

artinya dengan .&..&..L..... .&..L,...,,....&.JL,L.I.JL,...

karena manusia
tersebut, manusia tidak punya pilihan
dunia yang tengah menuju ke arah (catasthrope)
tersebut. Inilah strategi fatal masyarakat posmodern yang di-
kemukakan oleh]ean Baudrillard, khususnya di dalam bukunya
Fatal Strategies. 25
Masyarakat (kapitalisme) global,menurut]ean Baudrillard
di dalam Simulations, adalah sebuah masyarakat yang di datamrwa
segala sesuatu berkembang menuju titik yang melampaui
yond), menuju titik hyper." Komunikasi berkembang ke arah
yang melampui alam komunikasi itu sendiri, ke arah ekstasi
komunikasi-hypercommunication. 27 Media berkembang ke arah
yang melampaui alam media itu sendiri, arah simulakrum
media-hypermedia. Seksualitas berkembang ke arah yang
melampaui alam itu arah V"'.L''''V''-I-'1.4.,L

tanpa batas-hypersexuality. Realitas V"'A. .I.,...",JLAJLL"'-"AJ,,...

melampui alam realitas itu sendiri, ke


hyperreality.
Sesuatu
sesuatu
PENGANTAR 27

Jl.Jl.4,..,_..... ,.... ozon adalah akibat


eksplorasi yang melampaui tapal
kemampuan bumi itu sendiri. AIDS adalah contoh akibat nyata
jaringan seksual melampaui tapal batas moral yang
seharusnya tidak oleh manusia, Akan tetapi, di dalam
masyarakat kapitalisme global, yang berkembang justru proses
ekstremitas itu sendiri. Di dalamnya, segala sesuatu (teknologi,
kebudayaan) berkembang berdasarkan
........................... yaitu logika hasrat (desire) yang menuju ke titik
................,. .......... dan hyper. Hiperealitas citra tersebut telah menggiring
masyarakat global ke arah sifat ketidakacuhan terhadap
tapal batas yang ada: ketidakacuhan ketidakpedulian
.1..1..1..1.;".1.'-""".1..1.1"'1,"-1..1., ketidakadilan sosial, VO't'1t"1"!lvnOV''\''ln ~""'.I..I..I.""'~"-I. .I.""".~. . .

1-11't'\or4~"l111't'''lC'' citra
't'or'C"ot"'\l'1't' ~a~nr·,nT'''lI.r''!ln ~, ... v",a."-I..1. 1?r'\.f""r11l"1

ketika dianggap lebih nyata . . . -... ,.. ..,_".. ._ "LU~iA..I..I..


.1.'"-,.... .1..1. Y

kepalsuan dianggap lebih benar daripada Isu


dipercaya ketimbang informasi, rumor dianggap lebih benar
ketimbang kebenaran, gambar tidak dapat dibedakan
rekayasagambar-misalnya, kasus .I.~ IJ,........ .I.'"-.....,\.J'~
....... yy ........... ,.... ..... ........y .... '. ......

di Internet. 28
Citra-citra di dalam media itu bukan hanya berubah,
bahkan ia berubah dengan tempo tinggi. Persoalan yang kemu-
dian muncul adalah persoalan makna dan nilai-nilai. Bagaimana-
kah sebuah citraan dapat diendapkan dan direnungkan maknanya
ketika ia hanya bertahan seketika, sebelum lenyap ditelan
.kecepatan pergantiannya sendiri. Informasi berganti di dalam
satu model keseketikaan, kesegeraan, dan kesementaraan, Di
dalam model komunikasi semacam itu, tidak ada tempat untuk
diam, untuk berhenti sejenak.untuk merenung dan kontem-
plasi. Citraan dan pesan-pesan harus mengalir silih berganti
tanpa interupsi. Dan, umat manusia menenggelamkan dirinya
di dalam kecepatan pergantian citra tersebut, tanpa pernah
berhenti sejenak untuk melihat rintihan moral dan spiritual.
l;VlJ'erst,ace tidak saja telah menjelma menjadi . . . . . LJ~ .....A ...

lalu lintas citraan, tetapi juga lalu lintas gaya, gaya


nilai-nilai konsumerisme. Ia adalah sebuah tempat traj~nnj~ng,
tempat mempelajari "erika abad
cara cara , ,
28

PENUTUP:
30 RUANG YANG HILANG

adalah pengendalian dunia realitas virtual itu agar ia tidak


rnelampaui tapal batas yang seharusnya tidak ia lewati-tapal
bataskebenaran, tapal batas sosial, tapal batas seksual, tapal
batas moral. []
lSI BU

UCAPAN TERIMA KASIH - 9

PENGANTAR
Sebuah lagat Raya Maya: Imperialisme Fantasi dan
Matinya Realitas
oleh Yasraf Amir Piliang - 13

GLOSARIUM - 33

PENDAHULUAN
Lorong Menuju Dunia Maya - 39

BAB 1
"Realitas Telah Mati": Ruh Cyberspace 53

BAB 2
"Musim Semi bagi Skizofrenia": Serangan terhadap
Identitas - 72

31
32 RUANG YANG HILANG

BAB 3
Dunia Maya: Serangan terhadap Ruang - 94

BAB 4
jalan Raya Menuju Sarang Lebah: Serangan terhadap
Komunitas- 113

BAB 5
Republik Ilusi: Serangan terhadap Realitas - 132

BAB 6
Kembali ke Esensialisme - 152

CATATAN-CATATAN -171

INDEKS-193
sangat bayi," tulis 4-'AJ 'lo. ,.. J A1.lL.LLLA.1f.' AA

peneliti di Human Interface Technology Laboratory


di Universitas Washington. "Pengertiannya terus
mengalami perubahan, danhubungan antara
teknologi informasi yang ada saatini dan implementasinya dalam
dunia maya tidak seluruhnyajelas.r'Realitas maya, dengan kata
lain, tampaknya telahmembentuk bahasa mayanya sendiri,
campuran kata benda verbal, akronim yang panjang, mutasi
aneh yang lahir dari Jargon pascastrukturalisme dan budaya
pop, teori informasi, dan infotainment (information-entertainmer..t).
Dengan sekuat tenagasaya berusaha menghindarkan diri dari
bahasa aneh itu, rneskipun akhirnya ada Juga beberapa kata
yang terpaksa saya gunakan. Untuk kata-kata tersebut, yang
berikut ini mungkin akan berguna-panduan smzkat
sangat subjektif tentang techno-rap, diperuntukkan terutama
bagi Anda yang belurn akrab dengan gegapgempita . . . . . . . . . ir- . l L _ .. , ...... _

itu.
avatar: diri seseorang di cyberspace. Pemeran 1-'''''.i,.i.F-.F-.. ''''-.i..i. ... .i.

atau ego ,., , '...,


.i..i..i.""AJ.F,F,ll,A.J..U;U,-u,.,J.A , ,

33
34 RUANG YANG HILANG

menyandangkan sebuah nama untuk dirinya sendiri. Dia


dapat menamai dirinya Bob, atau memerankan dirinya
sebagai apa pun atau siapa pun yang dia inginkan: manusia,
binatang, tumbuhan, mineral, Marlene Dietrich, dan
sebagainya. (Lihat gender surfing.)
bandwidth: jumlah informasi yang dipertukarkan per satuan
waktu. Realitas, kata yang begitu digemari oleh para
teoretisi cyberspace, merupakan bandwidth lebar. Ini karena
saat orang bertatap muka, informasi yang dipertukarkan
melalui ekspresi, gerak tubuh, dan percakapan, jumlahnya
sangat besar. Sebaliknya, jaringan komputer adalah feno-
mena bandwidth-sempit karena komunikasinya terbatas
pada baris-baris teks di layar monitor. Tujuan berbagai
penelitian cyberspace saat ini adalah memperlebar bandwidth
teknologi komunikasi sehingga menghasilkan sesuatu
yang mendekati atau setara dengan realitas.
bulletin board service (BBS): umumnya layanan berskala kecil
(tetapi tidak selalu), nonkomersial yang mengkhususkan
diri pada isu atau topik tertentu. Dengan menghubungkan
dirike BBS, seseorang dapat berdiskusi dengan orang lain
yang memiliki minat yang sama, mengarnbil informasi
(download), bermaingames, dansebagainya.
cyberisme: upaya untuk menghidupkan atau rnempersonali-
sasikan lingkungarr kita dengan cara membuatnya lebih
tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan kita melalui
pemanfaatan teknologi cerdas. Contohnyaperabot baru
yang "peka", yang dipasangi microchip yang dapat
mengenali pengguna dan menyesuaikan diri dengan
bentuk tubuh, berat, dan sebagainya.
cybersex: masturbasi sambil mempertukarkan fantasi seks
melalui jaringan komputer antara dua orang yang saling
tersambung pada saat yang bersarnaan. Pada umumnya,
duaindividu yang berpura-pura jadi seseorang atau apa
pun yang diinginkannya, menggambarkan hubungan
seksual di antara mereka. Cybersex adalah telepon-seks
tanpasuara. Dikenal pula dengan istilah Netsex, tinysex,
virtualsex, dan (favorit saya) teledildonic.
cyberspace: bukan ruang dalarn pengertian yang. umum atau
ruang tiga dimensi, melainkan sebuah metafora, sebuah
GLOSARIUM 35

"ruang" simbolis tempat kita "tinggal", tetapi tidak dalam


pengertianfisik.Telepon adalah contoh nyata yang paling
sederhana. Ketika kita menelepon seseorang, kita dan
orang tersebut akan bertemu dalam sebuah ruang simbolis.
Kita berkomunikasi-berbagi informasi, ernosi, dan se-
bagainya-tetapi tidak hadir secara fisiko Cyberspace juga
kadang-kadang dipertukarkan dengan istilah Net.
cyborg: hibrida setengah mesin setengah manusia.
cyborgasm: sesuatu yang diperoleh seseorang melalui interaksi
dengan cyborg. Ini masalah hangat bagi orang yang
bertanya-tanya tentang cybersex di masa depan. Apabila
realitas maya yang sensual itu telah menjelma menjadi
realitas, cyborgasm akan melejit popularitasnya.
digerati: versi digital dari literati (ahli sastra), merujuk pada
sekelompok orang yang serbatahu tentang revolusi digi-
tal, atau orang yang tertarik dan terlibat dalam segala yang
berbau hi-tech, khususnya komputer dan Internet.
digital image manipulation: lihat manipulasi citra.
download: mengambil sesuatu dari cyberspace (dokumen, foto,
atau apa pun yang dapat dipertukarkan melalui jaringan
komputer), menyimpannya di komputer pengguna, dan
kemudian dapat mencetaknya di kertas. Jika mau.
flame: serangan (tentu secara verbal) terhadap seseorang di
cyberspace. (Serangan ini biasanya dilakukan dengan cara
menghujat.rnemaki, menghina dengan kata-kata kotor.)
flame war: perang kemarahan yang berkelanjutan antarberbagai
kelompok di cyberspace.
gender surfing: penggunaan gender yang berbeda di cyberspace,
dengan cara menggunakan nama yang mengesankan gen-
der yang berbeda dengan yang sesungguhnya. Sebagian
besar gender surfing, menurut para pakar, adalahpengguna-
an-gender perempuan (di cyberspace) oleh seoranglaki-laki
(di dunia nyata). Entah mengapa, pria remaja di cyberspace
memiliki gairah yang sangat besar untuk berperan sebagai
perempuan yang hiperseks. Salah satu hobi di Net adalah
outing: membongkar gender asli orang lain dengan me-
nebak-nebak sifat personalnya.
36 RUANGYANG H!LANG

nyper-: sarna dengan cyber. Sejauh yang sayatemukan, satu-


satunya tujuan awalan-awalan ini adalah mern-
bingungkan orang yang belumberpengalarnan.
Infobahn: lihatinformation superhighway.
Information superhighway: dikenal juga sebagai I-Way, Infoway,
Infobahn, jaringan komunikasi global, dan sebagainya.
Seeara mendasar semua itu merujuk pada komputer-
komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan yang
dimanfaatkan untuk mengalirkan lintas informasi,
Disebut juga sebagai Net.
Info-way: lihat information superhighway.
Internet: induksemua jaringan komputer. Kumpulan ribuan
jaringan komputer, yang saling terhubungmelaluibahasa
komputeryang sarna. Sarnpai saat ini belum semua jaringan
(yang Iebih keeil) terhubungke Internet. Mungkin dalam
waktu dekat.
I-way: lihat information superhighway.
Luddite: diarnbil dari nama Ned Ludd, seorang pekerja di Inggris
abad ke-19. Dia dan ·teman-temannya. menghancurkan
mesin-mesin yang menggantikan tenaga kerja manusia
sebagai sebentuk protes. Istilah Luddite merujuk kepada
orang-orang yang menentang kemajuan teknologi, khusus-
nya yang menampakkanpenentangan itu lewateara
kekerasan.
manipulasi citra: istilah tentang teknik pengolahan eitra/gambar
berbasis komputer; sejenis pemalsuan yang melibatkan
garnbar. Cara kerjanya dapat digarnbarkan ~eeara sederh~a
sebagai berikut: foto/gambar hitam putih atau berwarna
oleh kamera khusus dipotong-potong ke dalarri "unit
mikroskopis yang disebut sel atau pixel. Tiap-tiap sel~
warna, intensitasnya, dan sebagainya-kemudian disimpan
ke dalam media penyimpanatau disket. Sel-sel itu
kemudian diubah-ubah, dipindah, atau dihapussehingga
menghasilkan gambar yang berbeda dengan aslinya. Ketika
sebuah gambar telah diubah .seluruhnya seeara rnulus
menjadi sesuatu yang berbeda dengan aslinya, maka proses
itu dinarnakan morphing.
modem: peranti yang menghubungkan komputer ke saluran
telepon, yang memungkinkan seseorang berkomunikasi
GLOSARIUM 37

dengan komputer lain, mengambil informasi, dan "'rr"" .. C'O' ......

nya.
MOO: Multiple User Dungeons, Object-Oriented. _.. . . . .,\,A.'-l"-L.i.

yang menerapkan. sistern pemprograman ornerr-orwnron


Benda (object) ituberada.daiam suatu tempat .r...l1<:::LVdII-

dan dijelaskan secara sangat Seseorang


dengan sebuah peran.
Perbedaan antara MOO dan MUD bahwa
mengizinkan penggunanya
sendiri--menambahkan
menggambarkan kamar
sebagainya. _ ..,\A. . .
manipulasi citra.
MUD: Multiple User atau . . ...1.\.... .1.\...1.....,.1. .....

Sama dengan MUSH dan MOO.


dipakai saat .ini.
MUSH: Multiple User Shared Hallucination. Secara praktis,
MUSH adalah MUD atau MOO. MUSH
adalah sebuah game komputer. DalamMUSH seseorang
dapat mengambil sebuah peran dan dalam dunia
maya-katakanlah kota atau gua-gua-dan berinteraksi
dengan orang lain yang juga telah peran
tertentu.
Net: merujuk pada jutaan komputer yang saling terhubung di
seluruh dunia. Dikenal juga sebagai cyberspace. Istilah
lainnya, digunakan oleh Al Gore dan yang
jalan layang informasi, information superhighway,
Infobahn, dan sebagainya. Istilah Net lebih sering '-I..I. .... '''-'-... 'I..'IA...i.

oleh para cybernaut sejati. Bagi mereka, Net adalah istilah


bermuatan separo mistik, dan tak selalu merujuk pada
Internet, tetapi seperti dikatakan]ohn Perry
"awan besar kata-kata, gambar, atau suara
apung di atas kode-kode komputer, di atas
seluruh komputer yang saling terhubung
dunia."
Netsex: lihat cybersex.
PONA: Person of No Account. Seseorang yang tidak '- ,. . .
akses ke cyberspace, seseorang yang tidak
tak tahu modem itu apa, berarti Anda seorang
38 HUANG YANG HILANG

teledildonic:Jihat cybersex.
tinysex: lihat cybersex.
upload: mengirim sesuatu (dokumen misalnya) dari komputer
kita sendiri ke cyberspace. Para eyberis, sepertiIohn Perry
Barlow, telah melebarkan arti istilah itu. Mereka berbieara
tentangmanusia mengirim dirinya sendiri kedalam
cyberspace, yakni mentransfer hidupnya daridunia fisik ke
dalam dunia·cyberspace.
virtual reaiity. (VR) .ataurealitasyang dibengkakkan.atau realitas
sintetis. Sebuah istilah yangsangat licin, sering diper-
tukarkan dengan.istilah cyberspace. Seeara lebih teperinci,
VRmerujuk pada lingkungan yang "menyelubungi" atau
"menghidupkan seeara sensual", yang kita masuki dengan
eara menghubungkandirikitake komputer, Idealnya,
kornputer akan meneiptakan ilusi yang sulit dibedakan
dengan dunia nyata. Prototipe VR yang sederhana telah
tersedia.
virtual sex: lihatcybersex.
PEn[]RHUlURn

LORONG MENUJU DUNIA MAYA

KETIKA itu tahun 1990. Seorang wartawan New York


Times sedangmenyelidiki kasus terkenal tentang
,... seorang pria ~ang dit~duhme~bunuh istri?y~ yang
.i. sedang hamil, tetapi kemudian sang prla justru
berkilah tentang serangan seorang kulithitam tak
dikenal atas pembunuhan tersebut. Ia mewawancarai tetangga
pasangan itu. 'Anda percaya ceritanya?" tanya si wartawan. 'Anda
mengenal tersangka? Menurut Anda, mungkinkah dia hanya
mengarang cerita bohong?" "Saya sungguh tidak tahu," jawab
sitetangga. "Sayaingin sekali menonton filmnya ditayangkan di
TV agar saya dapat mengetahui bagaimana akhir ceritanya."!
Menurut saya, sepertinya si tetangga tidak sedang ber- '
canda. Atau sinis. Atau bahkan sedang berkelit. Menurut saya,
hal yang dimaksudkannya sesederhana yang diucapkannya.
Baginya, tayangan TV tentangtragedi itu akan memberitahukan
hal yang harus dipercayainya,lebih akurat daripadapengalaman-
nya sendiri. TV akan mengukuhkan baginyahal yang nyata.
Kurang dari satu tahun kemudian acara TV yang ditunggunya
itu akhirnya mengudara, judulnya "Selamat Malam, Istri Ter-
sayang: Pembunuhan di Boston".

39
40 RUANG YANG' HILANG

Saya mengangkat . . . . . . .&..&."-'\.....' VV'-4.

kita tentang sebuah tren kebudayaan yang sangat . . . . . . . . .&.\...&...1


• .&.,....

sebuah tren yang menyebar hampir tak tampak: yakni tumbuh


kembangnya pemisahan dari realitas.' Sadar atau tidak, semakin
banyak manusia yang telah menerima salinan" sebagai It

yang asli". Dengan pemusnahan pengalaman yang


meningkat danketergantungan pada representasi realitas rY"it:J.'.i:l h , 1

dan
\..""... '.....v ...,...,....kita tampaknya kian h ht:lo1""l"r.i:l11"'.i:l

menyerahkan kepercayaan penuh kepada perantara


hadirkan kernbali" dunia kepada kita.
lni permasalahan komunikasi. Perantara
diandalkan. berantai
v v u.\.J....... J. secara ...,.. .
Y...l..l\"", U...l .&.U...l.&. \..U...l

isi C't:lot"\1M("Yl"r"l -n.t:loC'''lM'f1'tl''l 1"Y"lO't"\1"".rt1

di
ini rantai
h01'"LT01"Y"lI-'''l't4irT Karena
"-'\... .&..£..&.'-4..&.'-A. .&..&. ",,'l.oi..&..&.I'-4.'&''&';''''.

menerima fiksi
iniakan
membuat kita bodoh. Kedua, kita, secara kolektif
seperti anak-anak: mempercayai apa pun yang diceritakan kepada
kita.Terakhir, ini membuat kita menjadi berbahaya..
Sejak kapan kita menerima abstraksi sebagai hal yang
sebenarnya? Sebagian jawaban merujuk secara jelas ke
abad ini, Sebelum tahun 1900 kehidupan sehari-hari
banyakan orangadalahbertani, statis, dan lokal-dengan kata
lain, tidak mengalami banyak perubahan dari abad ke abad. Akan
tetapi, abad ke-20 telah mengubah kecepatan danpola
kehidupan sehari-hari untuk selamanya. Dalam jangka .dua
generasi, dunia lama telah sirna. Ini berarti sirna pula dua hal
yang sebelumnya selalu menjadi dasar pijakan kita: tempat kita
di dalam suatu komunitas yang sebenarnyadan hubungan kita
terhadap suatu lingkungan fisik tertentu.'
Apa yang mengawali perjalanan kita menuju ketidaknyataan
itu? Meskipun daftar jawabannya panjang, tren
paling dramatis di sepanjang abad
merisme, mobilitas, ""'1"l>1'¥'\'''''''''1~''''_ .n.I~·h""rt""_ 1.....
42 RUANG YANG HILANG

Kita selalu menanti untuk melewatkan waktu bersama Chris


The Brickdalam film seri Northern Exposure, tetapi takut bertemu
tetangga saat membuang sampah di bak sampah depan rumah.
"Peristiwa tanpa perantara" hampir menjadi sesuatu yang
memalukan: seseorang di sebuah pesta yang menawarkan diri
untuk memainkan alat musik yang dibawanya, akan membuat
setiap orang merasa risi. Bagaimanapun, itu saru. Kita lebih
merasa nyaman dengan representasi: Aerosmith di MT~ Isaac
Stern atau Eric Clapton di CD.
Dan kini, seraya kita semakin dekat dengan akhir abad
beragam teknologi komputer pun sedang mengarahkan
pengembaraan kita menjauh dari kenyataan menuju kondisi
tak alamiah. Perbandingannya terhadap TV atau videoconferencing
adalah sebagaimana pesawat Concorde terhadap mobil. Mereka
mampu menyempumakan lingkungan yang kini bersifat sintetis
ini-memisahkan realitas untuk selamanya.
Izinkan saya mengungkapkan gagasan saya sesederhana
mungkin: saya yakin kita dapat melihat bahwa dalam berbagai
teknologi yang dipasok secara besar-besaran oleh perkembangan
mutakhir dunia komputer dewasa ini, tersimpan genderang
perang melawan realitas yang selama ini kita ketahui. Sayayakin
serangan ini sudah lama berlangsung, dan sekarang akan
dibantu oleh sesuatu yang disebut revolusi digital, yang bak
gelombang pasang menyapu dunia industri.Jmplikasinya bagi
kebudayaan kita sangat besar.
Sayalah orang pertama yang mengakui omongan saya
tentang serangan ini memang terdengar absurd. Sebagianbesar
dari kita tak mengalami kesulitan dalam membedakan realitas
dengan ilusi. Sebagai contoh, kita sadar kalau Homer Simpson
adalah tokoh kartun. Sama juga kita sadar bahwa tetangga kita,
betapapun tingkah lakunya memang mirip Homer, bukan
kartun. Bahwa jalan tol yang sibuk sepanjang pagi, bahwa langit
sore, dan burung-burung di kabel telepon, bukanlah halusinasi.
Bahwa gambar papan tripleks bukanlah papan tripleks yang
sesungguhnya.
Namun, dalam beberapa tahun lagi pemilahan seperti itu
tidak terjadi secara otomatis lagi. Kita akan segera dapat meng-
genggam papan tripleks yang dibuat secara elektronis. Merasa-
kan beratnya. Mengayunkannya, memakainya untuk memukul.
PENDAHULUAN 43

Dan tak satu pun dari semua itu (baik tripleks, orang yang kita
pukul, maupun tempat kejadian) bersifat nyata, bersifat fisik,
Kita akan dapat meleburkan diri ke dalam suatu dunia sintetis,
dunia yang eksis hanya sebagai tipuan perasaan, halusinasi
ciptaan komputer, Saat kita lebur melalui cyberspace-sesuatu
yang "bukan-ternpat", yang berada di balik layar monitor-s-
semua gejala menunjukkan bahwa kita akan sernakin sulit
memisahkan kehidupan maya dan kehidupan nyata
disederhanakan menjadi RL, real life, di dalam lingkungan
masyarakat maya seluruh dunia). Atau, lebih buruk lagi, kita
tahuperbedaannya tetapi lebih menyukai dunia digital daripada
dunia nyata.
VValaupun Inl
Pada Mei 1938, dalam sebuah artikelnya di Harper's tviagazme,
E.B. White meramalkan terjadinya serbuan teknologi 'L ......

hal yang kita sebut sebagai wilayah realitas. "[elas


dia, "pertempuran dewasa ini .. adalah antara
sebagaimana adanya dan dunia sebagaimana tampaknya, antara
malaikat Tuhan dan ahlikimia di RCA." Dia mengingatkan,
saat itu, efek suara telah mulai menggantikan suara itu sendiri.
Televisi dan radio sedang meluaskan cakupan mata, meng-
iklankan tempat abstrak, suatu Tempat Lain, yang akan kian
tampak seperti kenyataan. Dia menyimpulkan bahwa suatu saat
nanti representasi kehidupan yang tampak dalam layar kaca, radio,
dan film, di mata kita justru akan lebih terasa sebagai "kehidup-
an" dibandingkan dengan kehidupan itu sendiri.'
White tepat. Hanya beberapa bulan setelah ramalannya
itu, penduduk di sepanjang pantai timur Amerika Serikat meng-
alami kepanikan massal oleh kisah sandiwara radio Orson Welles
berjudul War ofThe Worlds, yang mengadaptasi karya H. G. Wells
tentang makhluk asing bersungut enam belas dari Mars yang
telah mendarat ke bumi, Betapa ini merupakan kemenangan
dramatis para ahli kimia RCA dan saat yang penting bagi
pembentukan suatu Era Baru. Ribuan orang terbirit-birit
mengungsi ke utara, menyelamatkan diri dari serbuan makhluk
Mars itu, dan ilusi elektronik Welles akhirnya dengan mudah
merenggut kemenangan gemilang atas akal sehat dan realitas.
Semenjak itu sang makhluk asing (atau kekuatan ilusi
elektronik itu) mulai mencengkeramkan dunia
46 RUANG YANG HILANG

netral: dia mengatur perilaku kita, mendefinisikan ulang nilai-


nilai kita, mengubahhidup kita dengan cara yang tak selalu
bisa kita perkirakan. "Layaknya konstitusi politik dalam sebuah
undang-undang," kata Langdon Winner, profesor ilmu politik
di Rensselaer Polytechnic Institute, "teknologi membuat per-
aturan sendiri yang akan dipatuhi manusia."12Revolusidigital
adalah teknologi dengan "T'tbesar. Saya menduga, tak semua
suka terhadap aturan yang dibuatnya.
Mengingat begitu besarnya pengaruh revolusi digital itu
terhadap kehidupan kita (digerati, demikian SteveLohr menyebut
para cyberis, 13 sering menyejajarkan pengaruh ini dengan penga-
ruh pemecahan atom.rnesin cetak Gutenberg, atau penemuan
api), sungguh mengherankan bahwa semua itu jarang didebat,
sepi penentang, dan sunyi kritik. KongresAmerika Serikat adem-
ayem, seperti tak berminat. Sang anjing penjaga tertidur lelap,
Layaknya kijang yang baru pertama kali dilepas ke dunia luas,
kita berduyun-duyun mengembara ke padang digital itu, dan
satu-satunya hal yang dikhawatirkan adalah kemungkinan ada
orang yang ketinggalan. 14 Melihat keadaannya, semestinya kita
sedikitwaspada, apalagi mengingat bahwa revolusi tersebut
memberikan pengaruh paling hebat justru pada anak-anak.
Anggaplah buku ini sebagai polisi tidur pada jalan raya serat
optik itu.
Keluhan saya, perlu saya tegaskan, bukan berkaitan dengan
teknologi itu sendiri, melainkan kurangnya kesadaran tentang
konsekuensi yang mungkin muncul akibat terapan-terapan
teknologi baru itu. Saya seorang humanis, bukan seorang
Luddite. Meskipun saya akui saya masih melewatkan waktu
dengan cara kuno (saya lebih menyukai buku atau alat musik
dibandingkan komputer Macintosh atau modem), saya juga
mampu . menghargai keajaiban-keajaiban kontemporer yang
menuntut perhatian kita-dari genetika mutakhir sampai la-
ser. Saya bukannya tidak peka terhadap keuntungan dan
keindahan teknologi; tanpa semua itu, istri dan anak saya
mungkin sudah wafat saat istri saya melahirkan.
Izinkan saya menjelaskan perspektifsaya sejelas mungkin.
Sayatak bermasalah dengan hal yang disebut Andrew S. Grove,
Presiden dan CEO Intel Corporation, sebagai "PC yang
senantiasa ada di mana-mana" .15 Saya juga punya dan sering
47

menggunakannya. Saya
misalnya, jutaan orang di
seluruh Internet (menurut saya, u ..... I,..,"'-,....A.~A.
sarna menariknya AAh".AA.
"'-i. .....

Kekes~ansayasebenarnya padaA' . . .A.~LAA~V.~


lebih kecil tetapi memiliki pengaruh
yang menamakan dirinya UNet LA,. . L. .....

Tuhan". Mereka,
(seharusnya) dimuat ke
bahwa masa depan manusia
nyata), tetapi di dalam berbagai
maya). Mereka, yang bekerja
uang milik kelompok AA.I..{,A~I,..i.I-'I,..i..I...I.. 1-"'" ... 'v"'-""".... §

gerakan kenabian
cerdas, mandiri, telah 11,..,._
ri'l""" t"\."""'1

untuk waktu yang


terpaksa mesti kita dengar.
Masalah yang sesungguhnva-i-seper
sang novelis dan teknoevangelis,
bagaimana kita menjawab, 'Apakah manusia itu?"
orang, Coovermenerangkan, kemanusiaan itu "berkaitan dengan
jiwa dan kedalaman.rlan pencarian makna dan tujuan: """'.. . . . . ,..... . . . .
tradisi, ritual, misteri, dan individualisme." Sedangkan bagi yang
lain, termasuk Coover sendiri, kemanusiaan lebih berkaitan
dengan spiritualisme cyberspace, spiritualisme "rnasyarakat sarang
lebah": sistem komputer beserta jalinan teknologinya yang
semakin saling terhubung, (seperti ungkapan Kevin Kelly,editor
majalah Wired), menggabungkan bagian-bagiannya yang
dari "jutaan komputer personal yang bodoh" (maksudnya, kita
semua) ke dalam satu organisme atau mesin raksasa yang secara
kualitatif jauh lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.
Bagi Coover (dan juga bagi orang yang lain, termasuk Newt
Gingrich, Ketua Majelis Rendah Kongres AS), U evolusi" """'1' .....

masyarakat sarang lebah itu adalah sesuatu


hindarkan, "Saya menyayangkan," katanya,
mengorbankan dongeng masa lalu yang nyaman:
menjadi unik, penting, terhubung pada kebenaran
dalam', teragamakan, Saya juga ingin memuua
sekali.":"
HUANG YANG HILANG

keselamatan rnelalui teknologi,J..I.J. ......J.c;.u. J..I..I.'....A.ULJ'--.A.J.

tersarang-lebahkan sebagai si PONA (people


rnasyarakattanpa akses ke cyberspace), si PONA harus
mulai bertanya, apa sebenarnya yang penting di dunia ini.
"Ketika kebutuhan akan daging rnanusia telah sima,'
tanya Barlow, bukan dalam konteks kanibalisme, melainkan
persentuhan antarrnanusia, "apakah yang· masih tersisa?"
Pertanyaan yang bagus. Kata Barlow dengan penuh harap,
"Kesadaran dan pikiran manusia akan terus melanjutkan
kehidupan, ter-upload ke dalam cyberspace, bersemayam dalam
ekologielektronik yang secara ambisius sama mampunya dalam
rnencukupidiri sendiri dengan tubuh-karbon-
nya."18 Bagi sosok PONA, seperti diri itu
sungguh sulit Saya ·lebih ' ..
saya dan tubuh-karbon istri, anak, dan ternan-ternan Saya
menyukai wujud karbonanjing dan saya. sambil
mengikuti gambaran Coover "seonggok daging yang
diabaikan", juga tak mau yang tergilas
raya
PENDAHULUAN 49

Kehati-hatian saya T'o't"t"'lr'\r,r'\'t"\

itu, saya kira, bersemi saya


fisik, pada saat ini, pada kekuatan sekaligus keterbatasan pikiran
manusia. senantiasa terhadap upaya apa pun yang
mencoba menyempurnakannya atau menggantikannya dengan
yang lain. Saya rasa, kita semua harus curiga, Saya percaya bahwa
mengotak-atikhal-hal (contohnya penghayat-
an kita individual) bukan
atau dipertanggungjawabkan
secara sembarangan. Saya pun percaya bahwa kemajuan
teknologi kadang-kadang memang membawa kemajuan, kadang
tidak, Saya percaya bahwa (metode para
ahli teknologi yang
dikenal
monster.
Coover dan
masan saya itu sebagai barang kuno, nilai-nilai saya l ...n ... r...'",",,'l,4,.L

sentimen sia-sia. saja. saya,


sebagai berikut: kebudayaan manusia senantiasabergantung
pertukaran pengalaman pengalaman
indriawi tersebutlah kita dapat berkomunikasi dengan orang
lain. Kita dapat berkomunikasi karena lemparan batu sama-
sarna membuat kita terluka, gelembung sabun sarna-sarna pecah
jika ditusuk. Teknologi justru didesain untuk menciptakan jalan
pintas bagi pencerapan kita. Teknologiyang marnpu menciptakan
dunia lain-abstrak, tetapi sepenuhnyadapat dihuni, terasa
yang sebenarnya bagi indra kita, tetapi hanya dapat terakses
melalui layar komputer-akan menggusur "kesadaran . . . . . . . . . ""-..... . . _
dan menggantinya dengan hasil buatan teknologi.
Dan ini bukan hal yang baik. Mengapa? Karena sejarah
manusia, dalarn pemaknaan yang umum, adalah rekarnan dialog
kita dengan dunia. Karena realitas telah menjadi dan akan terus
menjadi wahana bagi sistem etika. Karena dunia telah ,.. . . ".. . . . . . 1_
kan konteks, dan tanpa konteks itu perilaku etis J.J.ll~'-lJ.
.LJ.J.\"

mungkin. Fakta-fakta fisik tentang kelahiran, 1-'''''' ... ,.& " .. .1. ........ ''''''''........,.&,

kesenangan, dan kematian telah mendorong kita \J.J.J.'\"...J.J.J,UJ.J.F;.l"..J.J.J.

kan kita) untuk melakukan penilaian etis: ini baik, itu


Kenyang Iebih baik daripada lebih
siksa, Sedangkan sistem maya,
50 ~UANG YANG HILANG

tercerai dari dunia, tercerai dari batas-batas tanggung jawab


"kehadiran", sebenarnya sedang menawarkan semesta tanpa
moral. Lihat saja contoh yang jelas ini: dalam Night Trap--CD-
ROM video game yang saat ini begitu digemari-e-vampir asyik
melubangi leher korban-korbannya, yakni para dara cantik
berbaju seksi, mengisap darahnya,dan menggantungmayat-
mayatnya daging Realitas e . (yang dapatAnda
jangkau modem) menjadi
vampir. Tanpa tanggung jawab.
konsekuensi. yang dapat sembuh seketika
hanya dengan menekan jerit ketakutan akan hilang
begitu saja ke dalam Anda dapat menghidupkan
rnayat-mayat membunuhnya lagi.
Teknologi-teknologi itu sosial,
gugatan etis, dan risiko yang
Semua itu adalah rel<~aV~:l.sa r r O .. '"\01""1 1...... 1"\

dalam percobaan ini 'L ......... ,...-...""'........


"-L......

baru, menjadi percobaan


Bagaimanakah bentuk kehidupan di masa depan u- ........... """'.a.JlU-

ragam teknologi itu secara


cerapan kita terhadap realitas? Apa yang akan diperbuat
teknologi-teknologi itu terhadap diri kita? Tak seorang pun
tahu. Silakan Anda tanyakan kepada para teknovisionaris itu,
bagaimana manusia (yang telah berevolusi jutaan tahun
menanggapi berbagai tekanan dan ketegangan dunia fisik) kelak
akan menanggapi eksistensi dalam lingkungan nonfisik. Mereka
akan berebut menjawab bahwa mereka tak tahu sama sekali.
Apakah para teknovisionaris memiliki kepedulian terhadap
masalah di atas? Tidakkah pertanyaan-pertanyaan itu membuat
mereka takut? Sedikit pun tidak. "Segala hal yang terbaik dalam
hidup ini memang menakutkan," kata Kevin Kellybaru-baru
ini, "Saya serius."!" Sialnya bagi kita sernua, sepertinya dia
memang serius. Demikianlah kita melanjutkan perjalanan,
dengan mata tertutup dan kecepatan tinggi, ke dunia maya.
Apakahkecemasan saya lahir dari kemiskinan visi? Tidak
juga. Belum lama ini saya menanyakan kepadajohn Perry Barlow,
apakah keuntungan yang akan kita peroleh dengan meninggal-
kan dunia fisiko "Hanya sedikit, bagi yang terkonfigurasi
seperti sekarang " tulisnya "Sernua ini tak
PENDAHULUAN 51

ada hubungannya dengan untung-rugi," tegas Barlow. "Di


sekitar kita saat ini ada banyak kekuatan evolusioner yang se-
dangbekerja, sebagian besar bekerja melawan kita, semuanya
tak terelakkan." Lalu bagaimana dengan pelariankita dari dunia
fisik, kebeneian kita terhadap jasad, dan upaya meng-upload diri
kita sendirike cyberspace? "Sekali lagi," kataBarlow, "ini bukan
masalah untung-rugi. Ini masalah keniscayaan, ketakterhindar-
an. Keniseayaan itu sedang berlangsung, dan akan terus
berlanjut. Seandainya saya bisamenghentikannya, pasti akan
saya lakukan." Namun, bagaimana dengan orang yang mungkin
ngerimenghadapi berbagai keniseayaan ini? Apa yang hendak
Anda katakan kepada mereka? "Mereka tidak salah," kata Barlow,
"tetapi daripada tergilas, lebih baikAnda menikmatinya.?"
Saya bukan Oliver Stone. Saya tak tertarik dengan teori
konspirasi. Bukan pula saya mengabaikan manfaat yang sangat
nyata yang mungkin dihadirkan oleh Era Baru digital itu.
saya telah katakan, teknologi tak pernah hanya memiliki satu
sisi. Kepedulian saya justru didasari oleh kebenaran-kebenaran
keeil: bahwa pasar bebas dapat melahirkan kekuatan yang sulit
dikendalikan, bahwa inovasi teknologi memiliki logikanya
sendiri, yang seringnya terpisah dari kerangka nilai dan etika,
dan bahwa sebagian .teknologi-khususnya yang menjanjikan
(atau menganeam) akan mentransformasi kebudayaan manusia
yang selamaini ada-s-harus diwaspadai.[]
llREALITAS TELAH MATI":
RUHCYBERS

saya terjebak gempita


dunia maya adalah saat saya mengajar seminar
program sarjana di sebuah universitasutama Cali-
fornia. Dosen kepalanya, wanita yang cerdas dan
humoris, adalah seorang pakarcyberspace-atau bisa
dibilang mendekati seorang pakar di wilayah studi yang secara
esensial masih dalam ·fase embrio, wilayahyang selama ini
dikangkangi oleh para hacker dari beragam bidang.
Setiap kelas tentunya memilikibendera masing-masing,
Dengan mengamatihal yang ditonjolkan dan yang tidak, kita
dapat membaca apa yang digandrungisang dosen, Halpertama
yang menarik perhatian saya tentang kelas itu (mata kuliahnya
adalah survei sepuluh minggu tentang kebudayaan kontemporer
mulai dari Perang Dunia I sampai sekarang dan "apayang ada
di baliknya") adalah penekanannya padaNietzsche dan para
penganut aliran Dada, sesuatu yang tidak lazim. Mahasiswa-
nya-yang sebagian besar awam tentang Aliansi Tiga Negara
dan Pakta Munich, musnahnya hegemoni ekonomi Eropa dan
efek-efek dekolonisasi-i-ternyata sangat piawai ketika me-
nerangkan pentingnya penulisan otomatis, mengidentifikasi

53
54 RUANG YANG HILANG

dan mendiskusikan Fountain, karya seni instalasi Marcel


Duchamp, atau mengutip diktum Nietzsche "si penghancur
adalah si pencipta". Mereka pun paham tentang validitas
serangan terhadap rasionalisme dan objektivitas, kebangkrutan
moralliberalisme Barat itu.
Memang tak ada yang baru atauaneh. Temanya sudah
sangat umum, yakni imperialisme "struktur nilai" dan yang
semacamnya, temayang senantlasamenggelitik jiwa muda para
mahasiswa yang menggandrungi teori-teori konspirasi reduktif.
Objektivitas adalah kebohongan. Sejarah adalah omong kosong.
Kebenaran, sebagaimana pernyataan anarki Mikhail Bakunin,
tak lebih dari tongkat yang dipakai si kuat untuk memukul si
Saya sudah pernah mendengar teori semacam itu dan
saya memang menyukainya. Bahkan, lebih jauh lagi, dalam
beberapa hal saya menyetujuinya. Saya memanfaatkan diskusi
mingguan untuk menggali, menilai, dan mengelaborasinya.
Dengan sabar dan susah payah setiap minggu saya mencoba
mencangkokkan kembali masalah etika ke dalam kebudayaan
modem.
Dengan berlalunya waktu, perasaan tak nyaman yang
ketikaitu saya rasakan ternyata semakin susah hilang.Kepada
para mahasiswa saya dapat memaparkan secara gamblang per-
bedaan pendapat antara saya dan Dosen Kepala itu dengan meru-
juk pada kewajaran dialektis dalam pembicaraan akademis. Betapa
berat saya meyakinkan diri sendiri.Saya menyukai Dosen Kepala
itu. Saya suka ngobrol dengannya, Kami berdua sama-sama Kiri.
Selera humorkarni pun serupa. Akan tetapi, mengapa saya
temukan dalam diri saya-begitu halus dan diam-diam-
perasaan antagonis terhadapnya, yang kian harikian besar?
Pada kuliah yang terakhir barulah beberapa inti ketak-
nyarnanan itu melebur ke dalarn suatu gambaran yang bisa saya
paharni. Topikyang dibahas adalah masa depan. Sayamenyangka
yang dibicarakan adalah perimbangan kekuatan pascaperang
dingin, munculnyakembali tribalisme (semangat kesukuan) ,
dan implikasi-implikasi revolusioner dari degradasi lingkungan.
Ternyata topik yang dibahas adalah peran yang akan dimainkan
teknologi maya dalam abad mendatang.
Pada mas a itu pun, kita sudah diberi tahu bahwa tangan
teknologis telah mulai "membebaskan" kita dari keterbatasan
BAB PERTAMA 55

i-a.....,....1'f"'\.1t- .... tak terbatas.

mampu LJ'-.l. ....,'- " , -.'''"' F-~~ " A.,.. .a.'-J..I.,"".a.'...J~.a.


menyediakan
sarafkita. itu
sungguhan.A.~~JL.a.U~U.a.U~~
masa yang akan -. ,F-l,

puraan. yang .a. a.JL"-,.a . . Jl.....-..a.


pun akan membuat remeh komunitas (definisi lama). Era baru
evolusi manusia akan dicanangkan.Kita akan tercerai dari
tubuh, jiwa kita akan komputer yangmampu me-
wujudkan imajinasi kita (atau memungkinkan kita "mengalami"
imajinasi orang lain), dan kita akan saling bersua dalam dunia
maya dengan kaidah-kaidahnya sendiri. Akhimya kesempumaan
spesies manusia pun akan kita raihl Dalam Era Baru itu batas
antara diri dan orang lain, laki-laki dan perempuan, alam dan
mesin, bahkan hidup dan mati, akan hancur. Kata "realitas"
akan kehilangan arti. Kematian tak lagi kekuatan. jika
suatu hari Anda rindu suami atau istri, sekalipun mereka telah
mati, dapat bersama.
Minum cappuccino. Bercinta.
Dan masih banyak lagi. Kuliahnya yang
saya, adalah geli. Ini wilayah
menuai Mungkinkah
Hmm
56 RUANG YANG HILANG

liburan maya? ApabilaAnda diminta (maaf) bersanggamadengan


diri sendiri, salah satu hal yang dimungkinkan di dunia maya,
risikahAnda?
Rasa geli berangsur-angsur berubah menjadi ketertarikan
yang penuh curiga. Semuapembicaraan tentang keabadian,
tentang dunia "lain", dan kebencian terhadap jasad fisik, bukan..
kah ini semacam turunan dari dogma tekno-Kristiani? Dengan
menukar beberapa istilah, lalu mengamatinya dengan kacamata
jargon teknologi, Anda akan menemukan struktur dasar yang
sama, motivasi dan kecemasan yang sarna. Sebagai contoh
tentang adaptasi bentuk-bentuk kultural, hal di atas memang
cukup menarik. Akan tetapi, hanya sampai di situ, tak lebih.
Kenabiannya sendiri tampak absurd, konyol, yang
kekanak-kanakan,
Kalau memang bahan kuliah itu begitu terlihat bohong..
nya, begitu mudah diabaikan, lalu mengapa keingintahuan saya
berubah menjadirasa kesal? Mengapa pula selama seminggu
kuliah berakhir, saya masih begitu ngotot mendebatkan-
.......... " ....... .1.'-'4........

nya? Dan mengapa saya merasa terganggu saat saya membawa


serta anak sayayang berusia tiga tahun ke kampus pada ujian
akhir dan Dosen Kepala itu menghadiahkan kepadanya boneka
hibrida-setengah gajah setengah sapi? Ibu Dosen itu memiliki
koleksi lengkap monster-monster mini di kantornya. Kelinci
bermoncong babi. Kuda balap berkepala anjing besar. Anak saya,
yang biasanya mau bermain dengan apa saja, tak mau me-
nyentuhnya. "Sayatak suka binatang aneh itu," katanya kepada
saya.saatberjalan menuju mobil.
Saya pun tidak. Dalam proses pencarian mengapa saya tak
menyukainya, saya mulai .menyadari pentingnya penolakan
naluriah yang telah saya rasakan semenjak sepuluh minggu
sebelumnya. Saya sadar, saya sedang bereaksi terhadap suatu
bentuk absolutisme teknologi, suatu kehendak untuk meng-
utak-atik (atau mengabaikan) kehidupan manusia demi men-
ciptakan masa depan ideal. Kaum totalis memang senantiasa
terhubungkan oleh gairahnya untukmengubah dunia sesuai
dengan gambaran mereka sendiri. Visi totalitarian, baik fantasi
utopian maupun mimpi buruk distopian, salingberbagi ke-
bencian terhadap dunia yang penuh cacat ini, sama-sama
mendarnbakan dunia yang sempurna, teratur, dan terkendali.
BAB

Keseluruhan mereka dicirikan oleh kesombongan yang membatu,


suatu keyakinan yang akan visi L.!..!. ...... .!. \-..!.'....u .

tentang dunia lain", dunia tanpa cacat itu.


II

1"Y'\O~ro.." .... "l totalitarianisme ~i".~rc-k"""",,


"'-1.""' ......... _ ... """'.......... __ .. ·. ....

kan satu bagian dunia kita ini. Akan tetapi, teoretisi sistem
maya bergerak lebih jauh lagi. Pelecehan \..'-".1. _ _ ......

ini telah v<\"""" ............,'"


r o o ..... .Ly.L ........ , ......" ' _

kembali visi nasionalis C'014r"\"' ....'''\1''Y'\ , .........!L ...... ""'.......

mereka ingin zaman. Semangat . . . . . '\0.,.1. '-"...." ' _ .I.'-"V.I.... .1

bersifat religius daripada politis.


Akan tetapi, bahkan absolutisme rAI~10'111C
injak bumi. Kristen sebagai contoh 1 U.L.L\..\..<L.L'-.. .L·.L.L'\o.,J..Lu..a.JL.LlJ.l..L'-..

menolak jasad,
sekarang
tetap saja melukis . . . . L ................ y .....

struktur yang ada: gereja, pohon . . ' -..'-".1, ... .1. ....... \.4 ...... _ .......

Kristus. Keseluruhan itu, dalam kacamata


nostalgia yang laten. balik "' J" "" \.."' !LJ'-" "'-1. '-..·""U\..\.4 LULL

bumi, di balik tetesan darah Kitab Wahyu, ~"''\o., \..'\o., ... L V\,I ...

yang terpenjara. Bagaimanapun, Jerusalem Baru turun


bumi ini, ke kita. Sebaliknya, revolusi cyberspace justru mencari
jalan untuk memusnahkan dunia ini. Serupa dengan U'-" ......... \..\..L ... ,...\,4,.\..

Kristiani, tetapi jauh lebih menggelegak. Lebih


Dan meskipun revolusi ini tampak melodramatis, saya merasa-
kan di dalamnya tersimpan ancaman yang bersifat fundamental
terhadap kehidupan eksistensi di dalam dunia yang ini
kita hayati. Sampai saat ini saya tetap yakin bahwa keterkaitan
kita terhadap alam fisik itulah yang telah memberi arti
kekuatan, keberanian, bahkan cinta-betapapun ~ ....... LJ;""'U\...

betapapun rapuh. Akan tetapi, dalam dunia cyberspace hal-hal


ini ketinggalan zaman. Adakah kekuatan, atau keberanian,
apabila dunia tanpa risiko? Apakah cinta jika
kerelaan untuk kehilangan kendali? Apakah arti
tiada lagi kematian?
Singkatnya, yang sedang saya gugat adalah
etika. Yang saya cecar adalah ketakpedulian (,l~f.J .L ... .I. ....f. .....L(,lI..l.'-.. \..'\o., ......... I;.4........

dunia dan setiap permasalahannya. Untuk


busuknya penghancuran komunitas etnis di
bisa tinggal di . ."'.. . . . . . . .
"""LJLJL"""... U
58 RUANG YANG HILANG

***

mulai 1"'V"\£lo,-nrL:li1"'1'Y"l""i-1

muncul dimedia massa,


semacam teknologi barn itu tercerap. Di
buku saya senantiasa menjadi barometer
tren budaya), saya tersedot oleh terbitan perdana
Future Sex. Di menjanjikan akan mengirim
./L./L./L ................L'-A• .L./L

tentang 'Iata Dunia Baru dan menjawab


pertanyaan saya tentang masturbasi elektronik, majalah itu juga
mengklaim memiliki berita mutakhir tentang budak seks cyborg,
orgasme digital dalam matra tiga-dimensi, dan seks dalam
realitasmaya.
Berita mutakhir itu mengisahkan bahwa tak lama lagi kita
akan dapat menikmati seks di dalam dunia maya. Komputer
akan mewujudkan fantasiIiar kita. Cyborg-yangdiciptakan ber-
dasarkan spesifikasi kita sendiri, mesin buatan tetapi sepenuh-
nyadapat diindra-akan menciptakan generasi budak barn. Dan
kitalah penciptanya, Kemungkinan hiper-sanggama itu, begitu-
lah si editor majalah meyakinkan saya, tak akan berpengaruh
terhadap hubungan kasih didalam kehidupan nyata. Ilustrasi
dalam majalah itu menggambarkan seorang perempuan dengan
berwarna jingga, bertubuh seksi, dan memiliki ekor sedang
bercinta dengan setan berkulit ungu. Perempuan ituberkepala
dua, dan keduanya tampakkurang bahagia.'
Ketika sebuah teknologi baru sudah berada dalam genggam-
dan seniman fiksi ilmiah, atau sudah diakui
,1""\01nrrrl"o-n.,,,,,1'"

(padarak majalah di bawah


59

itu.

dua ratus ...........,.. '- . . '....... 'f'V\".~"\I'"'\"I"T",,",


t rnr.liC'1rH"'r_11'"'r"\'"\C'1"",rr

bergerak
pesawat .."" ..., L ,...' ,.., , ...

dengar
intim
Hubungan ini
Departemen satu
dari sekian pemain. Dengan membaca deretan nama pernainnya,
saya mulai memahami momentum mendorong tumbuh
kembangnya itu. laboratorium
Angkatan Udara dan Draper Lab di Massachusetts Institute of
Technology riset cyberspace minat """"".I., """...._ .......
pihak, misalnya Universitas Carolina Utara dan Human
Interface Technology Lab Universitas Washington; industri
komputer raksasa Sega;
60 RUANG HILANG

dikembangkan oleh Ames Research Laboratories milikNASA,


dengan perhatian berbagaiperusahaan untuk
mengadaptasikannya ke dalam industri T~ video game,
periklanan, dan film.'
Dari sudut pandang ini tampak nyata bahwa dunia maya
bukanlah sesuatu yang mengawang-awang. Dunia ini tak akan
saja. Beberapa terapannya telah merambah pasar,
menunggu giliran. Di Flower Hill
.I.'-4..I..I..I..I..l.Y""," dekat
saya dapat menyewa helm simulator yangdilengkapi
Y1 "IT'n'l nl ,C'l:'l,T'l

monitor video yang mampu menciptakan gambar


""""'-'&'&,MU,,&.I.

stereoskopik, dunia tiga-dimensi,yang seluruhnya dibuat oleh


komputer. Apabila kepala digerakkan, komputer akan menampil-
kan pemandangan sesuai dengan gerak saya . .&..J,-.L.I.'S'-,-"I..I.£

menambahkan headphone stereo khusus, _.u-tJ~.t....


lJU-yU- ~~iI.
£J,£'-.l. ... '-.l. ... " ...

dunia maya itu sernpurna, baik untuk mata maupun telinga.


Sepuluh menit dalam realitas maya, cukup lima dolar.
Si penjaga meyakinkan saya bahwa sebentar lagi akan ter-
sedia sarung yang dihubungkan ke
pemancar yang bisa merepresentasikan gerak tubuh saya ke dalam
dunia maya (baik untuk saya maupun orang lain). Dalam
beberapa tahun lagi sarung tangan dan pakaian simulator itu
juga dapat menghadirkan benda padat maya bagi saya: beratnya,
teksturnya, bahkan suhunya. Kelak, saya akan dapat meleburkan
diri secara total ke dalamdunia buatan itu, ke dalamsesuatu
yang kit a namakan sebagai "lingkungan yang melingkupi secara
sempurna".'
Apakah ini hal yang baik? Benarkah kita butuh "Iingkungan
yang melingkupi secara sempurna" itu? Dari waktu ke waktu
saya mengajukan pertanyaan itu kepada penggemar yang saya
temui bila di dunia nyata maupun maya. Hampir seluruhnya
seragam, bagi mereka pertanyaan itu tampak ganjil, bahkan
absurd seperti pertanyaan orang dari abad ke-19. Tidak seperti
dugaan saya, hampir tanpa kecuali mereka menjawab pertanyaan
itu bukan dengan apriori "ya", melainkan dengan mengangkat
bahu, bingung. Mereka tak memahami pertanyaan saya.
Bagaimana saya mengartikan baik di sini? Mota implisitnya
adalah, "Kita mengutak-atik karena kita mampu". jika kita
memang tidak ditakdirkan untuk mengaburkan batas antara
orang alam dan
BAS PERTAMA 61

komunitas, tentulah semua itu akan membiarkan dirinya


diobrak-abrik oleh kita, Semua pasti melawan. Sikap seperti
inilah yang mengkhawatirkan saya-sikap tak acuh, kekanak...
kanakan, dan Anak-anak, saya pikir, juga
,t"\Ol'·I'"1't~IT'"1'f''\'"\nsebagai semacam batas-batas moral.rnereka
't"Y'\t::;t.lthl'"11"

akan 't"Y'\£l~nl""·I"\t"'\11't"' sayap


't"Y'\o,nl""l"'\h'"\ tak dapat melawan
karena seseorang me-
1arangnya.
Saya menyeruak
semakin tersesat di dunia di balik cermin, berharap menemukan
sesuatu dapatmembantu saya memahami fenomena sis-
tern mayaitu, mengapa masyarakat begitu Da-
dunia tanpa batas,
sendiri dalam situasi
kebenaran . . . . . , ......""....... ,.,,,_1'"'f1'"........
I «'f''\rt1'IT1rt11

sendiri, menjadi elastis,


jadi konstruksi yang dapat kita masuki, kita ' \. . .
atau kita dengan kita. kita
pilih dari ketiga kemungkinan itu, tak jadi masalah. Saya mulai
menyadari bahwa banyak Dosen
Kepala ini. Pandangannya, yang jauh dari representasi radikal
yang telah saya asumsikan, merupakan representasi yang
sesungguhnya dari keseluruhan masyarakat cyberspace. "Tak ada
sesuatu pun yang nyata di sana," begitulah saya didongengi
melalui Internet oleh seorang penghuni masyarakat cyberspace.
"Realitas hanyalah suatu kebiasaan. Sebuah cara berpikir.
Semuanya hanyalah informasi." Saat saya tanyakan apakah dia
serius, dia mengatakan tak tertarik mendebatkan hal-hal yang
sudah nyata di depan mata, seraya menganjurkan kepada saya
untuk banyak membaca. "Bacalah bukul" Itu kata-katanya
sendiri.
Jadi, saya membaca buku. Beberapa, malah. Begitu saya
keluar dari kubangan teori cyberspace yang aneh dan gila-gilaan
itu, saya yakin bahwa dalam rangka memahami revolusi digital
sepenuhnya, kita perlu benar-benar mengetahui dua hal dengan

* Alice adalah tokoh dalam Through the Looking Glass karya Lewis Caroll,
yang mengisahkan Alice, seorang gadis kecil, menembus cerrnin,
memasuki sebuah dunia aneh. Dalam dunia ini, benda mati
62 RUANG YANG HILANG

jelas. Pertama, komputer-yang bukan sekadarpengolah


informasi, tapi sedang berkembang mesin peniru
canggih-memiliki kemampuan yang kian meningkat untuk
meniru aspek-aspek tertentu kehidupan kita, Kedua, sejumlah
besar orang jenius, dan berpengaruh, percaya bahwa komputer
harus, dan akhirnya akan, menggusur dunia asli yang telah
berhasil diimitasikan itu. Melalui buku dan artikel, di ruang
rapat atau ruang kelas, dalam pameran simposium
di kampus-kampus, mereka meyakinkan setiap orangdengan
semangat evangelis tentang visi komputer sebagai tuhan:
berkuasa, sangat pintar, dan agung dengan Ciptaan Barunya.
"Sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kehidupan,"
Santo Matius' memperingatkan. "[adi, bandwith»
" jawab para cyberis.
Seperti yang mungkin akan dikatakan George Bush, orang-
orang itu memiliki visi. Dan visinyahebat. Komputer menghadir-
kan gerbang menuju Kota Surgawi baru; cyberspace akan menjadi
rumah yang baru. Menurut Benedikt,
guru besar arsitektur Universitas Texas Kota Austin, cyber·
space
dari Taman Firdaus, mengirim kita pulang haribaan surga
Tuhan. Dia tak sedang berironi. Cyberspace, menurutnya, akan
mengizinkan kita untuk meruntuhkan "dasar-dasar materiali-
tas". Ini akan menjadi sebuah ruang murni-tanpa cacat, senan-
tiasa bercahaya-yang menjadi tempat pelarian kita, Dan dari
manakah kita kabur? Tampaknya dari hampir semuanya: dari
bumi-yang kotor dan terlalu fisikal, dari keterbatasan ruang
dan waktu, dari tubuh-yang tidak suci, tak bisa diandalkan,
dan yang paling menyebalkan, fana. Dan sebagainya, dan sebagai-
nya. Cyberspace akan membabat semua cacat itu.
Saya asumsikan bahwa hasrat untuk meninggalkan dunia
dan segala carut-marutnya (ala Santo Agustinus") akan men-
ciptakan perspektifkhusus terhadap kehidupan secara umum.
Dan memang begitulah. "Realitas telah mati," Profesor Benedikt
mencanangkan. Lalu, bagaimana ia mengatasi cacat dalam

Santo Matius adalah penulis salah satu injildalam Kitab Perjanjian Baru.
** Santo Agustinus adalah seseorang yang tadinya mengejar kekayaan
duniawi, kemudian memeluk agama Kristen dan menjadi pendeta.
Apa artinya? Menurut _T=rlf~l''''r
akan punah seperti burung dodo
gading. Cybersex-versi canggih ".. . . . ,.. 11-' ..... ' ......

gelombang masa depan: jauh lebih bersih, lebih mudah, tanpa


risiko, daripada prototipnya kacau." yang
mengesankan. Apabila masa itu ---'--.. .I.!"-tl

pertanya-an Hector St.Tohn de


"Lalu, siapakah si Manusia Baru, si itu?"
Baru, si Manusia Baru akan sedang berada depan monitor
video, satu tangan sedang memencet-mencet keyboard, dan
tangan yang lainnya menggenggam erat, mouse-nya.
Akan tetapi, seks bukan masalah utama, Kata
malah jarang muncul di dunia r'\/h,CJvC'1"lnro

diasumsikan kondom cyberspace memang . . . . . . . A. ...... Ii ............

Kemunculan cyborgasm pun '-_.1..1• .1....,,,1..1.'1...1..1.

bantuan, tetapi di cyberspace . . . . . . . . . .'1 ........" .......... " .....'........."......." ........... \JJ,.I..I.\J,L.I.!"-t\.A.... .I. l............ l...."'-A.l.r,

* Jorge Luis Borges adalah L.H .,· L.L.ALJL. ••

yang mengandung unsur metafisika


64 RUANG YANG HILANG

komputer sebagaiobjek gairah. Ini adalahmasalah cinta. "Gairah


kita pada komputer lebih bersifat erotis," kata Profesor Michael
Heim dalam artikelnya "The Erotic Ontology ofCyberspace" ~
"lebih spiritual daripada utilitarian." Menurut Heim, mengakses
Internet berarti mengambil peran sebagai "pecinta erotis";
meraih "keintiman total yang melampaui hubungan estetis."
Penjelasannya mudah, kata Heim, "Dunia, dalamwajah infor-
masi murni, .tak hanya memesona mata dan pikiran, dia juga
mencuri hati. Kita merasa agung dan kuat.Hati kita runtuh ke
dalam dekapan sang mesin. Itulah Eros."?
Akan tetapi, kemungkinan seksual-eh maaf, romantis-s-
cyberspace hanyalahsebuah permulaan. Menurut Stenger, kita
sedang bertengger di ambang menuju era baru. "Begitunyata
di depan mata," kata Stenger, "suatu ledakan akan segera terjadi.
Tatanan lama yang berbasis gravitasi, wilayah, dan sejarah, akan
mengalami Ledakan Besar (Big Bang)." Saya bertanya-tanya,
apakah makna Ledakan Besar dari tatanan lama ini? Akankah
kita menemukan diri kita terapung-apung ke dalam dunia versi
Profesor Benedikt: pikiran yangberkilatan, berdeburan bak ge-
begitulah. peradaban akan
menjadi "tak setimbang". Ia tak sabar menanti. Cyberspace, cerita
Stenger berapi-api, akan menjadi "born baru, kilat pasifik yang
cahayanya akan mencetak tubuh tanpa jasad kita ke dinding
keabadian."?
Metafora kasar seperti itu telah menjadi ciri khas tulisan
teoretis tentang cyberspace (yang dimaksud Stenger dengan "kilat
pasifik" tentu saja adalah ledakanbom di Hiroshima yang panas-
nya begitu dahsyat, yang mencetak siluet benda yang baru ter-
bakar pada reruntuhan dinding kota). Ini mengimplikasikan
adanya ledakan ketakpedulian, atau kebosanan, terhadap dunia
nyata, yakni dunia yangberisi fakta sejarah dan isu kontemporer.
Dalam dunia ini ledakanpasifik (atau kesenangan dan risiko
seksualitas) berpengaruh pada kehidupan manusia. Profesor
Benedikt mengatakan, "Kalau bisa, kita ingin mengembara ke
seantero bumi tanpa perlu meninggalkan rumah ... Kita akan
nikmati kemenangan tanpa perlu menempuh risiko Melahap
Buah Khuldi tanpa dikutuk. Bercengkerama setiap hari dengan
para malaikat, masuk surga sekarang, tanpa mati."? Para
cyberis tampaknya sudah mendaki ke langit. Perspektif mereka
BAB PERTAMA 65

adalah pascamilenium, hampir ' ,,""' ""~l.1 .I..I. .I..I._l.1' .

takhtanya di langit, dunia '-4 "

hampir terlupa. Kemanusiaan hanyalah


konsekuensi begitu
Tak terlalu tepat apabila kita katakan cyberis
tidak tertarik pada dunia nyata. Mereka justru tak mempercayai
keberadaannya. "Yangkita namakan realitas konsensus
temporer semata-mata," kata Stenger.
Heim, 'tidak benar-benareksis. jasad . . . . . ".. . '-4JI""'-....'...-.... ...

ideologis-eampuran dariperilaku, "._}'u.-... .


.I.""''''''"",,,,,,,,

yang semuanya bergantung pada kekuatan "' ,"" "', . .


dalam suatu kebudayaan. Alam pun gag;asan,
.I."''''''''',.I.}'u..I.

konstruksi budaya.
£"01"'\1'1",1"\ cinta. Atau 1-1 4 " .

Menurut cyberspace,
"kategori 'alam'" bukan . . . . . ".. . . '-41'-4.a.~
-. I-'\........... u.

melainkan hanyalah
demi kepentingan dan
tingan dan politik itu? J.1'J.'-',J.J.\..l.1L.l.J..............J.J.j;

nostalgia pascamodern" (yang membuat


kan sesuatu yang tidak perlu), dan ~~ masvarakat
.1..1.... "'.1..1."'1-',"'.1. " ,....... .I.'-'- ...

berbasis epistemologi maskulin (yang l.1"'.1..~ .1_ " u... .a.....,........... .a.JL....,'-4'........

teknologi tampak buruk di mata kita dengan cara membanding-


bandingkannya dengan kekuatan alam yang agung);'! Alam,
dengan kata lain, . . merupakan kesombongan patriarkat yang
diciptakan untuk memperbudak kita terhadap masa dan
mencitrakan mesin sebagai setan.

***
Kini saya akui, saya mulai melihat betapa keseluruhan
permasalahan ini lebih dari sekadar mengganggu. Tawar- . . lena-
war tentang batas-batas .Iingkup elektronis telah
membuat saya sempoyongan, seperti mabuk, ruangan ....,"'.... 1 -''-4,,-....

putar, dan tak memiliki tempat kukuh Atau,


seperti berada dalam mimpi yang berakhir tragis. Memang
menyeramkan jika kita melihat kelaparankita terhadap transen-
densi, hasrat akan kekaburan, ketidaksetiaan
jasad, dan pada komunitas manusia. Di
kutipangado-gado, campur
66 RUANG YANG HILANG .

merasakan sesuatu 'yang sangat kesepian. Dan sangat me-


nakutkan.
Apakah saya terlalu serius menanggapinya? Melihat ke
belakang dengan perspektif dunia digital, Stenger berandai-
andai, kita akan dapat menjadi saksi proses ilahiah yang
membuat "kita akan kehilangan semua jejak bumi dari kaki
kita". Kitaakan dapat menyaksikan bagaimana rumah kita secara
perlahan-Iahan menjelma menjadi kosong, takberisi. Kita akan
menyaksikan bagaimana keluarga kita secara perlahan-lahan
merenggang. Kita akan mengenang saat cyberspace menjadi
"begitu tak terbendung sehingga sebagian fungsi dasar ke-
hidupan manusia berjatuhan seperti buah masak" .12 Adakah
sesuatu di dunia ini, kasatmata atau tidak, yang dapat mem-
benarkan ramalan kenabian semacam ini?
Lihatlah sekeliling.Di mata saya, ternyata memang ada,
tampak bahwa dunia baru ala Nona Stenger tak berada sejauh
yang kita duga. Sebagian dari kita memang benar-benar telah
kehilangan jejak bumi di kakinya. Makin banyak orang yang
menghabiskan jam demi jam di dalam dunia rekaan televisi dan
komputer, sementara rumah kita semakin kosong, semakin tak
berisi. Didukung oleh meningkatnya perpecahan kehidupan
dalam masyarakat Barat (musnahnya berbagai struktur masya-
rakat, keruntuhan sistem keluarga, dan degradasi lingkungan
fisik), tampaknya kita memang terancam harus mendaki ke
realitas elektronik yang baru. Dalam istilah Profesor Benedikt,
"Kita akan menjadi kaum nomad ... sekaligus salingber-
sentuhan."!'
Sayaterguncang saat menyadari bahwa Stenger dan rekan-
rekannya begitu serius tentang hal ini, walaupun kadang-kadang
mereka berbicara seperti Shirley MacLaine. Mereka serius saat
menceritakan hasratnya untuk merekayasa terjadinya Ledakan
Besar pada "tatanan Iama", tatanan yang berbasis pada prinsip-
prinsip gravitasi, sejarah, dan wilayah.Dan lebih penting lagi,
mereka memiliki dana dan penguasaan teknologi canggih untuk
mewujudkan ramalan mereka yangpaling liar sekalipun. Dengan
mencangkokkan tradisi mimpi milenium itu ke dalam dua
kekuatan besar, yakni pasar bebas dan teknologi baru yang
digdaya, penggemar cyberspace telah menciptakan sesuatu yang
baru di atas permukaan bumi ini. Dalam waktu lima tahun
BAB PERTAMA 67

teoretikus
adalah para .I."-.'-4.I..I..I.'"~.L ....,'10..-,.......
'-4.I."-"".""'-'-.I..L.I..I.loJ.I. ...., ...... .1......." ... .1.11.4.1..1..

saya sadari, telah .I..I..I.~ •.I..LF-t.L.LII.4"'.....I..I..L·....II.4.L.L

struksi teknologi komputer-c-keduanva


apalagi jika dikawinkan.
Begitu antara "'""-.. . . . ."-_.. . . ...,~& ........."....,...
teknologi komputer menjadi sangat jelas. yang
mulanya adalah metode analisis teks, adalah pembongkaran
realitas atau kebenaran "yang tampak" dari sebuah karya sastra.
Fokusnya adalah "ketakterandalan" bahasa, "ketidakpastian"
teks. Layaknya seorang anak melolos seutas benang dari kain
selimut, ahli dekonstruksi akan mengisolasi unsur tertentu
dari, katakanlah sebuah puisi John Donne, untuk menunjuk-
kan-kadang memang sangat beralasan bahwa-semua makna
bersifat sementara, dan pada dasarnya puisi itu bukan apa-apa,
hanya merupakan subversi bagi dirinya sendiri. Intinya? Rela-
tivisme. Dengan menunjukkan cacat dalam argumen apa pun,
ahli dekonstruksi dapat menunjukkan bahwa semua hierarki
harus dicurigai, semua nilai bersifat sementara, semua
jawaban bersifat parsial-dan karenanya, semua
setara.
Sebagai sosok si bengal di bidang kritik sastra, dekonstruksi
dengan cepat hijrah ke luar dari bidang berswa-
adaptasi-seperti seekor ~_.1. ~
1-'& .. ,""'-...... _1-' •...,& ......... &,.. ..., rY"\orlrTOVC1'"'\IA,1f""lC1

relung 'Io..-.L......" J.I._s;...I.loJ


68 RUANG YANG HILANG

kebudayaan secara keseluruhan. Dekonstruksi menunjukkan


sejarah, identitas, dan kebudayaan, tak dapat diandalkan,
dilingkupi oleh celah lnkonsistensidan sangat tidak pasti.
Hasilnya, seperti ditegaskan oleh Michiko Kakutani di New
York Times, adalah "lingkungan budaya yang memperlakukan
semua kebenaran secara subjektif dan semua fakta ... dapat
dievaluasi " Dalam iklim seperti ini, sejarah tak lagi diakui
sebagai sebuah objektiftentang peristiwa yang meng..
Pada Zaman Baru ini tak ada fakta, yang ada hanyalah
ideologi sesaat. Dalam kurun tertentu, seorang ideolog yang
memiliki kekuatan dan pengaruh tertinggi boleh mendiktekan
kebenaran yang berlaku saat itu. Singkatnya, sejarah-bahkan
peristiwa..p eristiwa yang terpancang kukuh seperti Holocaust
sekalipun-akan menjadi sekadar kumpulan fiksi (subjektif tak
pasti), sebuah teks santapan lezat dekonstruksi, seperti halnya
puisi."
Akan tetapi, semangat dekonstruksi tak hanya berhenti
pada pelucutan sejarah. Diri, sebagai sesuatu yang.jauh lebih
besar daripada jumlah bagian..bagiannya, juga ikut dilucuti. Ke..
manusiaan-dan penglihatan, pemikiran, kepercayaan-yang
dimiliki ditunjukkan sebagai sesuatu yang tak lebih dari sekadar
produk kerja ideologi. Boleh disebut bahwa semua ini merupa..
kanpenghalusan dari Human Genome Project, yang berusaha
untuk melacak setiap kebiasaan dan sifat manusia kembali ke
galur kromosom induknya. Dekonstruksi juga berusaha mencari
kepingan dan bagian manusia: jika Anda berhasil melakukannya,
Anda akan memahami manusianya. Apakah menurut Anda
Herman Melville pandai menulis? Itu karena Anda seorang pria
kulit putih Anglo. Apakah Anda merasa terganggu dengan pem..
bersihan etnis oleh Serbia di Bosnia..Herzegovina? Itu karena
Anda telah minum susu rasionalisme, tumbuh di dalam cahaya
liberalisme Barat dan alam Pencerahan.
Seperti kebanyakan konsep absurd, relativisme ahli
dekonstruksi didasari oleh sejumlah kesadaran yang masuk akal
dan bahkan berguna-teks memang bersifat tak pasti; konsep diri
memang dibentuk oleh ideologi; sejarah atau pencarian sejarah
memang merupakan permasalahan subjektif." Akan tetapi, bukan..
nya diperlakukan sebagai alat menuju objektivitas yang lebih
tinggi, dekonstruksi justru dianggap sebagai tujuan, tak bergerak
BAB PERTAMA 69

ke mana-mana. "Ketidakpastian" berubah menjadi jimat, dan


"ketakterandalan" berhasil menggaet hamba-hamba pemujanya.
Apa hubungan para teoretisi cyberspace dengan dekonstruk-
si? Sederhana. Seperti halnya ahlidekonstruksi, para cyberis
terpesona oleh konsep ketakpastian dan ketakstabilan. Seperti
ahli dekonstruksi, memproyeksikan betuk-bentuk
nihilisme. akhimya mereka menjadi
banci secara melucuti kebenaran
dan makna.retapi rnernbangunnya."
, antara
"",".LJL.a.lo,A.",.a.. cyberis terdapat
perbedaan penting, Para
cyberis . . . . . _.. . . . . .
L ......'-.L

adalah .rt'OI'_'f""~l"'
r t ...... "1"1I"'rr ....... ·" .. IT ... " .... r'lo..... " ..." " ' ' ' _

terus
berganti-ganti wujud, bergantung pada bagian diri Anda yang
mana yang Anda angkat atau Anda tenggelamkan. Setiap kali
Anda memerankan sosok pribadi yang berbeda di jaringan kom-
puter (atau memerankan jenis kelamin yang berbeda), dunia
cyberspace akan menyesuaikan diri. Ini membuktikan bahwa
memang tak ada diri inti yang kita miliki dan tak ada realitas
objektif di luar pikiran seseorang.
Bagi saya, semua ini meninggalkan masalah yang tak kecil:
realitas. Dan realitas memiliki perangai yang buruk. Realitas
tidak mau membaca teks yang disuguhkan, dia tidak mau
menyimak. Dia sungguh-sungguh tak sadar bahwa Anda
memasuki dunia cyberspace bersama Profesor Benedikt, "ber-
goyang dan bersenandung dalam televirtualitas", atau, meng-
ambil istilah Nicole Stenger, di dalam komunitas "yang sangat
tak stabil, malaikat herrnaprodit". Jika aliran listrik terputus
saat Anda berenang dalam eter informasi tanpa tubuh,
tanpa gen-der, Anda akan segera kembali ke dunia nyata dalam
sekejap.
Kini saya paham, semua adalah pemanjaan diri secara
gilaan yang diangkat ke tingkat ilmiah, atau
70 RUANG YANG HILANG

Di cyberspace, klaim Stenger, akan terjadi "pergeseran


pemaknaan terhadap wilayah, terhadap kehidupan yang dilandasi
oleh sistem nilai-nilai bumi, termasuk asal-usul, batas-batas
menuju pada petualangan radikal yang akan
J.,..... iJ ..... .L'L.L.L.LA' ...... _'L ...'

menghancurkan semua itu" .18 Membaca pemyataan itu, sayalalu


berandai-andai. Mengapa tak kita kabarkan berita baik ini kepada
Aung San Suu Kyi yang sekarang sudah lima tahun menjadi tahan-
an di Myanmar. Dia akan menyampaikan berita itu kepada
junta militer Myanmar.Atau, ceritakan kepada sang pelarian, Wei
jingsheng di Beijing, yang baru dibebaskan setelah belas
setengah tahun dipenjara, dandia dapat mengobarkan lagituntut-
an HAMdan demokrasi pada rezim yangmemenjarakannya. Atau,
kepada dua juta setengah orang Sudan yang terancam
,,"' ......._ L..LA..L"'LA..L'"

kelaparan bahwa realitas hanyalah konsensus sementara.


mungkin berpendapat bahwa itu seperti pelangi yang
berwama-wami? Kini saya Bosnia-Herzegovina
sampai ke Kashmir atau Los Angeles, metafora-
metafora cyberspace menjadi sesuatu yang menggelikan.
Dalam dunia yang senang menempatkan label kaum elit,
tampaknya ini sasaran empuk. Sayapenasaran, kepada siapakah
para cyberis gencar berkoar-koar? Untuk siapakah sebenarnya
utopia elektronik itu mereka tujukan? Bagaimananasib manusia
kebanyakan? Apakah yang akan kita lakukan terhadap mereka-
laki-laki, pcrempuan, anak-anak, dengan berbagai latar belakang
agama, etnis, kelas, ras, tingkat pendidikan-harus menghadapi
yang nyata, yang hidupnya tak seberuntung para doktor
dan eksekutifyang bisa menikmati hari-hari mimpinya dengan
komputer seharga lima ribu dolar? Apakah menaruh perkam-
pungan kumuh ghetto di dalam cyberspace dapat meningkatkan
tarafhidup anak-anak berkulit hiram?"
Kini saya sadari, masalahnya bukan karena cyberspace akan
menghancurkan realitas, atau bahwa kita akan menghilang ke
dalam dunia maya. Masalahnya adalah, secara sederhana, cyber-
space akan mengasingkan kita dari hal yang sebenarnya harus
kita kerjakan. Sementara sibuk menghancurkan batas-batas
antara makhluk hidup dan mesin, ala Allucquere Rosanne Stone,
kita lupa bahwa sebagian besar umat manusia lebih tertarik
pada perjuangan hidup daripada transendensi. Sementara kita
menghabiskan waktu berasyik-masyuk dengan "Iebih
BAB PERTAMA 71

dari sekadarhubungan estetis", ala Profesor Heim, kita


bahwa para pengikut Louis Farrakhan, Tom Metzger, dan Meyer
Kahane, justru sedang mengerjakan gerakan sosialnya.' Sembari
kita menjelajahi hutan-hutan maya, hutan yang sebenarnya
justru dibumihanguskan,
Akan tetapi, bukankahsemuaini takmungkin bisa terjadi?
Bukankah sangat absurd apabilakita berpikir bahwa budaya
maya akan dapat bersaing dengan realitas yang mengelilingi
kita? Mula-mula, sayaberpikir begitu. Namun, kemudian saya
rnemasuki dunia maya itu. []

Louis Farrakhan adalah pemimpin aliran Nation of Islam yang membenci


kaum kulit putih dan kaum Semit. Tom Metzger adalah pembenci kaum
kulithitam yang terlibat berbagai organisasi yang mengagtingkan kaum
kulit putih, misalnya Klu Klux Klan. Meyer Kahane adalah penentang
aspirasi Palestina.
"MUSIM. SEMI BAGI S,KIZOFRENIA":.
SERANGAN TERHADAPIDENTITAS

JlKA saya sedikit ragu-ragu sebelum menyelam ke


dalam dunia cyberspace, itu gara-gara John Perry
Barlow, si teknoevangelis. "Tak ada yang lebih tak
berjasad dibandingkan cyberspace," kata Barlow,
mencoba mendorong orang yang masih bertengger
di pinggiran monitornya. "Ini seperti memiliki tubuh yang
seluruh bagiannya diamputasi."! Ingin menjadi orang yang
sportif, saya coba membangkitkan semangat saya terhadap
pernyataan ini. Saya tabu, Barlow sedang berbicara tentang
kebebasan dari jasad. Baginya, amputasi adalah metafora untuk
pembebasan.
Saya tak berhasil. Yang gentayangan dalam pikiran saya
bukannya visi tentang kebebasan sejati bagi ruh, tetapi justru
si pahlawan malang dalam kisah Johnny GotHisGun karya Dalton
Trumbo: teramputasi empat bagian, tuli, bisu, dan buta. Sang
tokoh ini, di mata saya, telah menemukan dirinya berada di
cyberspace jauh sebelum hal itu akhirnya menjadisuatu pilihan.
Saya tak begitu tergesa-gesa untuk bergabung dengannya, baik
dalam arti metafora atau yang lain.

72
74 HUANG YANG HILANG

_.. ,.."'_.. ,.. . sebagai KaryaAgung, yang akan menjadi "jaringan nyata
kesadaran kolektif". Dia adalah "akhir yang dituju, merujuk
pada si ahli kepurbakalaan dan ahli agama Teilhard de Chardin',
dalam perjalanan agung evolusi yang telah berlangsung se-
panjang zaman." Di sini Barlow tampak begitu serius mengobral
evolusi dengan harga murah. Barlow menulis, Net akan "meng-
total makna manusia [menjadi lebih baik, saya kira] jauh
v daripada perkembangan teknologi pascapenemuan
\..Lu..J.J.lo.1 4;4. ....

Di buku itu saya temukan bahwa Net itu "hidup, jika kita
mengartikan kata itu secara bebas." Sebuah organisme yang
"rnenyerupai sistem saraf global, menjadi perpanjangan dari
r,
J'-'\.A.L ...... lembek dan abu-abu otak manusia, yang saling ter-
satu sarna lain melalui pernik-pernik silikon." Merasa
...... \,A..,.J\,A. L'-

puas dengan penjelasan itu, Barlow akhirnya bersandar


mitologi Hindu. Net sepertinya "mirip dengan]ala Dewa
Indra, yakni jaringan permata tak terbatas jumlahnya,
permata lainnya dengan
1"rt.t"'1C'11"'11'r_'1'"Y'I"lC'11"'111'r 1"'\t::ll1"1'Y\""'li-""'l 1"rto.n .....L:ll1"1'Y\1n 17""'11"'1

sempurna.:"
........_'L...... ~·_ .............. saya menghabiskan sepuluh hari untuk men-

jelajahi dunia maya ]ala Dewa Indra itu. Di Bulletin Board


Services (BBS), saya mengunjungi kelompok-kelompok chat
seperti alt.skinheads, alt.skunks, dan alt. skateboards. Saya
nongkrong di alt.hemp dan alt.hangover, Merancang cara terbaik
mengebom Eropa di alt.nuke.europe. Mengintip di alt.christnet,
alt.pantyhose, dan alt.sex.fetish.diapers. Saya download gambar-
gambar perempuan pirang tanpa busana di alt.binaries. pictures.
erotica.bl (UbI" singkatan dari blonde, pirang), tetapi menolak
gambar di alt.binaries.pictures.furry. Sayamain-main tanpa jemu
di alt. bestiality.barney, alt.satannet, dan alt.evil. Di alt. evil,
seorang bernama Vardaman merasa terpanggil untuk mewarta-
kan kabar gembira kepada seluruh khalayak, "Saya datang
membawa misi Tuhan. Saya harus mendidik anak-anak monyet
yang belum beradab itu." Saya bahkan melongok ke alt.cuddle,
di situ Mr. "cuddleking" Steve sibuk menumpahkan ribuan

* Pierre Teilhard de Chardin adalah ahli purbakala dan ahli agama yang
menyatakan bahwa alam sernesta sedang berevolusi menuju keadaan
sempurna.
BAB KEDUA 75

cuddle dan huglet dari Huggytank


bomber. Di sini, akhirnya, saya melepaskan
lembek" saya dari sistem sarafglobal". Barlow puas menyaksi-
tt

kan dengan mata sendiri bagaimana permata-permata


Dewa Indra itu memang saling mencerminkan satu sama lain
dengan cara-cara yang memesona (segala sesuatu saya baca
seolah-olah ditulis oleh satu orang). ~ .JJ..J ..... .a. ... ""......... .......

saya menyimpulkan bahwa yang


penghujung zaman, di babak akhir evolusi manusia,
hanyalah menghimpun sederetan "pertanyaan", diskusi tentang
ukuran dada perempuan, atau sebuah daftar tentang
"vitamin yang dapat urine

jauh JL~ .L.t-'~


:&. ........... ... ...

penjuru
benar-benar ini Barlow setengah
benar, di Internet memang berserakan berbagai kata semacam
itu, bergunung-gunung. Akan tetapi, menurut saya, sebagian
besar sudah basi. Rata-rata partisipannya (dengan mengecuali-
kan sekelompok orang yang memang benar-benar berkualitas)
adalah remaja umur 18 tahun yang buang waktu dan terbakar
oleh tiga ambisi: membuat heboh, bersenang-senang secara
seksual, dan terobsesi oleh film seri Gilligan's Island. Saya hanya
membutuhkan beberapa jam dalam ingar-bingar yang sangat
membosankan itu, sampai akhimya berhasil menemukan pikiran
yang orisinal, yang bersinar seperti permata dalam tahi sapi.
Tidak mudah untuk memadukan retorika Barlow yang
menggelegar itu dengan pernik-pernik BBS. jala Dewa Indra
seharusnya lebih dari sekadar hiruk-pikuk pornografi remaja
ingusan,ataugames perang, atau permainan poker maya. Sistem
saraf global seharusnya tidak hanya melulu alt.elvis.king dan
alt.drunken.bastards.
Memang, jala Dewa Indra tidak sekadar itu. gagal
saya sadari adalah betapa luas dan beragamnya pengalaman di
Net. Menjelajahi Net itu seperti mencari tempat makan di sebuah
daerah urban, yang panjangnya sepanjang Los
Bangkok. Makanan dan berbagai ""~ >J~JL.1.JJ'-lI..1..I.
:&.:&.:&. ......... ... _ ... :&.
yang mereka masuki (sekali yang
AJ,-I,.J'-.l..C;.4,.IJ" .I..........,AAAU.I,A.A\..(A...:1

hanyalah sebuah modem dan komputer) me-


V'-4\..'-4AAA.....U .AJ.

dengan dunia nyatarkompleks, hierarkis,


banyakyang hanya berupa dialog baris-
V.I...I.. ,-'.1'-.1.. (.-\.\...1....:1• .I..V .1.'-..:1.1'-.1.. 1.J '-4.1 .1

turun-naik layar monitor. YJ.j;,UJ.\..U.1J;

komunitas yang berbeda, yakni MOO


User Dungeon, Object Oriented)." Dengan meng-
\.1..)'"'", .....1..\...1..1-'.1'-

hubungkan diri basis data di California atau Seattle, MOO


dapat bak dunia nyata. Kita dapat bergerak
kiri tamu, atau ke atas ke
digambar-
..:1U.1J.~~.UJ.J. Saya temukan ..1..1....1.'-
. .1...1"-1.""'1 \,.I. V..I......'u...L A.

~u lemari buku, '-A\.4J. ... ..... ..I. 'tT'')n,l' rl110141l"YV"'"lr\1 r1L:lo,.,rr.,,'1""\


78 RUANG YANG HILANG

konseptuallayar komputer itu tak memiliki batas seperti yang


selama ini kita kenal dan kit a hayati di dunia nyata. Ruang
fisik mengalir seperti cairan. Begitu pula identitas. Sebagai
contoh adalah Lambda House, sebuah puri ala cyberspace yang
terdiri dari labirin ruang bermain, penjara bawah tanah, lorong
yang terlupakan, pub dan kolam renang, serta biro psikologi
tempat orang berkonsultasi. Komunitas ini disesaki oleh ke-
seluruhan subkultur, yang eksistensi dan perilakunya hanya
dibatasi oleh hasrat dan gagasan para penciptanya,
Bagaimana praktisnya? Begitu para partisipan MOO me-
masukkan kode LambdaMOO ke komputer mereka, kalimat di
bawah ini akan segera muncul di layar monitor:

Selamat Datang di Lemari Baju


Lemari ini gelap dan sempit.
Di sini tampaknya sesak sekali; Anda terus menabrak
benda-benda yang rasanya seperti baju, sepatu, dan orang
(rupanya sedang tidur).

Dari Lemari Baju ini mereka dapat memasuki ruang tamu


(dengan mengetikkan kode-kode tertentu). Dari sana pula
mereka dapat menjelajah ke mana pun mereka mau. Di suatu
ruangan, orang tampak sedang asyik bercakap-cakap. Jika
berminat.pendatang itu dapat bergabung ke dalamnya. Karena
penduduk cyberspace dapat menyamar menjadi apa pun, kita
mungkin menjumpai sebuah teko setinggi empat kaki sedang
berdiskusi tentang Michael Foucault dengan seekor penguin
berhidung botol. Dan di ruangan lainnya, seseorang mungkin
sedang tidur di "sofa lembut warna coklat muda." Penidur itu
adalah "mayat maya", 10 seperti yang diistilahkan oleh David
Bennahum dengan pas, sosok untuk orang yang sedang tidak
terhubung ke MOO.
Dengan tinggal di dunia lain, penduduk Lambda House
mulai terbiasa dengan jenis eksistensi ini, dengan menegosiasi-
kan urusan hidupnya, dan dengan tinggal di dalam komunitas,
yang tidak eksis itu. Dalam partisipasi seperti itu mereka
terbenam ke dalam sesuatu yang disebut oleh para cyberis sendiri
sebagai "mimpi indah di saat terjaga".'! Mereka tak benar-benar
berada di sini. Mereka di sana. Di cyberspace.
BAB KEDUA 79

Dan cyberspace sendiri mungkin sebuah tempat yang aneh.


Dalam artikelnya pada majalah The Village Voice, seorang penghuni
Lambda House bernama Julian Dibbell (dahulunya dikenal
sebagai Dr. Bombay) menceritakan sebuah kasus pemerkosaan
di cyberspace. 12 Syahdan pada suatu malam, para avatar, yang
berasal dari New York hingga Tokyo, sedang bercengkerama di
ruang tamu Lambda House (atau dalam
paracyberis). Kemudian, seorang bernamaMr. . . ., . . . . . . . _~......
berperilaku jahat. Tentu saja, Mr. Bungle hanyalah suatu
pulan kata, katakanlah sebuah boneka yang bisa bicara,
boneka yang bersifat psikopat. Pada jam sepuluh waktu
Mr. Bungle, yang menyebut dirinya sebagai si tambun . . , . . . . . II IIJ'-'-I."""-.L

an badut", mulai memerkosa


kan sejumlah avatar. Salah satu Ir .......1-·h.r'\1r'\1""'l'CT.r'\

oleh Dibbell, adalah Iegba, seorang


berkulit coklat, memakai gaun
untaian zamrut, bertopi tinggi, memakai
Korban lainnya adalah Starsinger, "Bakunin \. . . . . . . . , . . "'1-.4. ...,...,
yangterkenal) dan Iuniper (si tupai)."
Tidak hanya menganiaya secara Mr.
memanfaatkan santet boneka voodoo yang membuat
korbannya menganiaya diri sendiri (misalnya mereka mencabuti
rambut mereka sendiri lalu mernakannya, atau melukai diri sendiri
dengan pisau dapur). Saat diusir dari ruang tamu, menurut cerita
Dr. Bombay, Mr. Bungle "bersembunyi di sebuah kamar rahasia
di puri itu, dan melanjutkan kejahatannya tanpa ada yang bisa
menghalangi karena boneka voodoo dapat digunakan dalam jarak
dekat ataupun jarakjauh." jadi, meskipun Mr. Bungle telah diusir;
semua yang hadir di MOO saat itu terpaksa membaca kalimat:
"Meskipun tak mau, Starsinger yang tak berdaya menyayat-nyayat
tubuhnya sendiri dengan pisau, dan akan menikmati hal itu."
Semua itu baru usai, Dibbell mengisahkan, setelah datangnya
Zippy, "penghuni lama yang tepercaya". Dia tembakkan
senjatanya yang "memiliki kekuatan sihir", melipat Mr. Bungle
ke dalam "penjara yang tak bisa ditembus oleh apa pun, bahkan
oleh kekuatan voodoo sekalipun ... lalu boneka-boneka voodoo
itu dihancurkannya, setan-setan dibungkamnya."
Akhir dari episode ini, seperti digambarkan
Dibbell dalam artikelnya yang dan II-yn....lc,{"olc,. C'Oh,01""'l
r11'"1""'l1:T.r'\
RUANG YANG HILANG

baru permulaan. Moriah, Raccoon, Crawfish, dan evangeline


murka. Starsinger kesal. Legba menuntut maya. MOO
semakin gegap-gempita. Setelahmelalui berbagai persidangan
dan perdebatan sengit tentang pentingnya sensor dan kendali
sosial pada satu sisi.dan hak kebebasan berpendapat pada sisi
Mr. Bungle akhirnya dinyatakan bersalah, dan dihukum
mati ala realitas maya, yakni dimusnahkan dari komunitas."
Kematian maya, tentu saja, tidak serupa dengan kematian yang
sebenarnya. Dikisahkan, dalam bagian akhir artikel Mr. Dibelll
Dr. Bombay bahwa Mr. Bungle (atau suara Mr. Bungle,
atau lebih tepatnya bukan suaranya, tetapi teks tulisannya, atau
sifatnya) telah kembali dari kematian. Bagaimana mungkin?
Sederhana. Mr. Bungle-yang sudah atau yang
di balik Mr. Bungle, yang senantiasa
.L.L.L,"",£.L.LI,.J~'-4.'"nama yang berbeda (diberi alias Dr.Jest) ,
'.L.L.L~~loJ~jL'-.L MOO dengan identitas baru.'"
.L.L.L .....

Ingar-bingar apakah ini? Apakah ''-.L£~~££ \.lO'- .....

.L£.L'-4.,£'-loJ'-"-' dengan no.1""n01I"'V/"'\C''''l'-'ln

senjata Zippy itu? Mengapa Iulian .I...J.Li,.JI,.J,-,.L.L

Village Voice rela menghabiskan waktu sesuatu


yang sesungguhnya hanya merupakan versi lain dari Dungeons
and Dragons, sebuah permainan komputer yang bertemakan
pedang dan ilmu sihir? Masalahnya bukan semata-mata tentang
kekerasan. Apabila hanya itu, beberapagames untuk anak-anak
justru lebih sadis. Sebut saja Night Trap dan Mortal Kombat.
Mereka menawarkan fantasi sadisme seperti hukuman mati di
kursi listrik atau pemenggalan kepala (Anda dapat menyaksikan
tulang belakang yang terjuntai dari leher buntung). Permainan
itu juga menampilkan pendekar membetot jantung lawannya
di akhir pertarungan, atau pendekar wanita memanggang
korbannya dan tubuh gadis tergantung di pengait daging."
Iika bukan karena kekerasan, lalu apa? Inilah jawabnya.
Bagi orang-orang yang tinggal di dalam komunitas ala Julian
Dibbell itu (dan puluhan ribu komunitas serupa), LambdaMOO
bukanlah semata-mata ilusi elektronis, melainkan sebuah rumah.
Juniper bukanlah boneka, melainkan orang. Dan pemerkosaan
maya dapat (dan telah) membuat orang yang duduk di depan
.L'-\J .L.LI,.J~L\", yang berada di belakang tokoh
• .L. benar-benar
.L.I..L Bagi orang ini, Legba
.L.I.'-'-JL.L.F\.L\.lO. nyata."
BAB KEDUA 81

Bagaimana Untuk memasuki cyber-


space, yang dibutuhkan hanya satu hal: seseorang harus
menerima secara harfiah semua yang secara mendasar sebenarnya
merupakan metafora. Ini berarti menerima kata-kata "Anda
memasuki biru dengan meja kecil dan
tiga kursi dari sekadar kata-
kata di hendaknya
diartikan ,eU1U1TI-Uf.{Un
sudut "t"'I.r\"""rt""I"""rY

melangsungkan \.4A..L,".L.L.L.LJL~ voerspace vl"'\

menerimafantasi sebagai kenvataan. L'-.LLc:.LI. .I.e:. I.J VLJI.J' JU'V&.I...I.J

dapatmerespons 1-"'....
I-'vL.I.... L"-""......... L LLL"-'l.iI..I.L.4.

suara manusia C"l'1et"'\rrr'r'1'1I-,,,,et"'\

manusia sungguhan \J~L.a.,...~~,,-J.U""'J. 1V1e~nOl.aR11va '...,

lah tanda-tanda psikosis, Bungle.


suara-suara
segalanya. tupai) sebagai seorang manusia
sungguhan berarti harus menerima pula dunianya, Dan dunia
Juniper telah kehilangan tambatan dengan realitas: sebuah dunia
yang terdiri dari serangkaian ruang di dalam ruang. Sebuah
dunia yang terdiri atas benda-benda yang akan memotong lengan
dan kaki siapa saja yang begitu bodoh mau bersentuhan
dengannya, dan potongan-potongan lengan itu akan "mengejang
penuh kenikrnatan". Sebuah dunia dalam kartu pos, mirip
jendela yang dapat mengirim diri Anda ke dalam realitas lain,
layaknya kisah Alice. "Dengan menatap lekat sebuah kartu pos
Prancis yang tertempel di lemari es," tulis David Bennahum,
menjelaskan tentang dapur LambdaMOO, 'Anda akan menemu-
kan diri Anda tersedot ke dalam kartu pos itu ... dan tiba-tiba
Anda sudah berada Boulevard St. Germain.t'P Di cyberspace
Anda akan menemukan lorong-lorong tanpa akhir, kamar yang
hanya memiliki tiga sisi dinding, dan sebuah yang
menghadap ke kekosongan.
Perasaan dislokasi yang ditimbulkan
gagap-teknologi"
82 RUANG YANG HILANG

dibayangkan. Biasanya,
dinding, pokoknya sesuatu.
kekosongan memang benar kekosongan. Jendelanya ~"-JLLJ~.JL~"""
tetapi tidak ada apa pun di baliknya, hanya karena belum ada
orang yang menggambarkan hal itu. ada
mau, mereka bisa saja memutuskan .I..L.ll...,JL"'L-L.L~,
\.1..1..1.11..\.1..1.'1.. .I..I..I. .... ........ JLJL.L Y \,.4,.

kosong."
Semua

Edgar Allan Poe menyebut pengaburan batas-batas ini,


atau penundaan mendadak hukum sebab-akibat, sebagai
"misterius". Hal itu membuatnya ngeri; saya juga ngeri karena
sekarang semua gegap-gempita ini dapat dihadirkan hanya
dengan menyentuh tombol keyboard. Pemangkasan cerapan
indriawi seperti itu, menurut saya, adalah resep menuju kegila-
an. Anehnya, saya juga menyaksikan berjuta-juta orang yang
merasa tak keberatan dengan semua ini. Mereka sudah pindah.
Kebiasaan, salep penyebab mati rasa, telah berhasil. Sekarang
dunia elektronik menjadi terasa sarna nyatanya dengan rumah
mereka. Dan saya pun pernah mengalami hal serupa, kata
mereka pada saya. Tak lama lagi, saya bakal janjian untuk
bertemu seseorang yang mulai saya sayangi. Saya mendekorasi
cyberroom saya, dan bergabung dengan penduduk kota untuk
rnengadakan pertemuan. Ketika saya memutuskan untuk
anjak dari komputer, betapa terkejutnya saya ketika mengetahui
bahwa waktu telah berlalu selama enam jam. enam jam
saya habiskan di Tempat .Lain. konteks
akan tampak seperti sarna '~JL u .... JL ........... ....L\,.4,. ... JL
84 RUANG YANG HILANG

berbahaya. Mereka mengangkat status kata-kata menjadi


tindakan dan mengencerkan tindakan menjadi abstraksi.
Dengan mengobrol bersarna perempuan korban perkosaan
(dalarn realitas nyata) , kita dapat memaharni kekonyolan-dan
juga ketakbertanggung-jawaban etis-perdebatan yang berlarut-
larut di Net tentang "kejahatan" Mr. Bungle itu.
Sebagian risiko dari mernbangun tempat tinggal dalarn
komunitas metafora itu adalah bahwa kita mungkin akan mulai
merendahkan pentingnya realitas fisik.Tersesat di dalarn hibrida
aneh dunia Net, kita mungkin akan meyakini bahwa kata
"rumah" sarna dengan rumah yang nyata. Kata "memukul"
sarna dengan memukul sungguhan. Netsex samanikmatnya
dengan seks sesungguhnya. Di cyberspace, seks fisik telah
rnenjadi sekadar forrnalitas dan perkataan, yang menyebut tubuh
akan mengundang pertanyaan, yang mana-Nyata atau Maya?
Di cyberspace ini, rintangan dan kenikmatan yang nyata akan
semakin diabaikan. Di sinilah permasalahannya. Ini tidak hanya
melecehkan sumber-sumber kesenangan, tetapi juga akan rnern-
biasakan kita lari dari tanggung jawab. Dari Appalachia sampai
ke ghetto, dari Guatemala sampai ke Sudan, begitu banyak
manusia sungguhan yang sangat menderita. Dan kita tak dapat
membantunya dari cyberspace. Begitu sibuknya kita memper-
debatkan antara kata dan tindakan, sementara realitas yang kita
tinggali masih dipenuhi oleh orang yang suka perang dan
kekerasan.
Saya telah mendengar, baik di Net maupun di dunia nyata,
bahwa ketiadaan jasad merupakan kekuatan utama cyberspace.
Melalui ketiadaan jasad ini, cyberspace akan mengajarkan kepada
kita bahwa kecepatan pikiran lebih bernilai daripada keindahan,
kepandaian lebih bernilai daripada kekuatan fisik, dan ke-
pribadian kita lebih berharga daripada warna kulit. Dengan
mengizinkan diri kita hidup sementara di dalam dunia nonfisik,
cyberspace akan meletakkan jasad dalarn persepsi yang benar.
Dengan mengizinkan orang-orang bertemu di dalarn ruang
mental murni, tanpa takut disakiti atau ditolak, si pemalu akan
belajar mempertahankan keberadaan dirinya, si kasar akan
memahami bahwa jalan yang ditempuhnya sia-sia, dan si
antitoleransi akan memaharni bahwa manusia lebih banyak
kesamaannya daripada perbedaannya.
BAB KEDUA 85

Sebagai sebuah mimpi, semua itu memang cukup berharga.


Akan tetapi, kenyataannya mengerikan-sama sekali tak ter-
duga oleh para idealis penciptaNet. Di dalam dunia hibrida itu,
setiap potensi kebajikan menjadi kembaran jahatnya sendiri.
Kebebasan menjadi kebebasan untuk menindas dan menyiksa.
Ketiadaan identitas, menjadi waharia bagi telepon cabul.
Kebebasan dari jasad dimanfaatkan untuk menyiksa jasad maya
orang lain. Upaya saling rnengingatkan, saling mengoreksi, tak
pernah mewujud cyberspace. Semua keburukan manusia
segera menemukan pelepasan, bebas berkeliaran. Kenyataan
sederhana yang lupa dipertimbangkan oleh para pencipta Net
adalah bahwa kebebasan hanya dapat terwujud di dalam ke-
terbatasan, bahwa moralitas hanya ada dalam batas yang
melingkupi dunia fisiko Tak ada moralitas di surga. Atau di
neraka. UDi cyberspace," seorang penggemar telah menulis
sebuah slogan yang sering terdapat di film horor, "tak seorang
pun bisa mendengar jeritanmu."
Bukannya membangun sebuah negeri ruh yang Iuhur,
dunia eksperimen yang mestinya jadi tempat kita belajar sopan
santun, para pendiri Net ternyata malah memerintah suatu ke-
adaan anarki. Bebas mengganggu orang lain tanpa konsekuensi
dan rasa malu, para penjelajah cyberspace mulai melakukan
dengan penuh gairah sesuatu yang dinamakan flame war, perang
antarindividu di cyberspace dengan cara saling menghina, me-
moo, mengumpat, dengan kata-kata kasar. "Di setiap newsgroup
yang saya kunjungi," tulis John Seabrook di majalah The New
Yorker, "saya selalu menemukanflame war, dan ketakutan ter-
hadapnya mulai merajalela ... Saya telah mendatangi banyak
situs yang betul-betul kacau. Setiap orang saling memaki tanpa
henti, yang menimbulkan udara panas di sekeliling mereka.
Kadang-kadang saya menemukan suara yang melolong kepada
dunia. Anda dapat merasakan kemurkaan dan kebiadaban itu
mengalir melalui jari-jemari orang." Hasilnya, catat Seabrook,
adalah "pesan-pesan yang ditaburi dengan tanda senyuman-
l:)'-atau tanda-l<g>'-dari katagrin (tersenyum lebar),"
yang mengingatkan Seabrook akan "kebiasaan yang dilakukan
yang saling mengkeret agar tidak terjadi perkelahian." 21
Flame war hanyalah permulaan. Menyambut kedatangan
Mr. Bungle ternya mengundang hasil yang lebih buruk lagi.
BAB KEDUA 87
88 RUANG YANG HILANG

tak pernah mempertimbangkan bahwa yang menjahili dia


mungkin seorang perempuan yang sebagai laki-laki).
Saya lalumemperhatikan bagaimana Avram memerankan
dirinya Sifat aslinya yang pasif dan santai tiba-tiba
berubah menjadi Iincah, cerewet, dan begitu hidup. "Saya
bersama seseorang di RL," Avram menulis di komputemya. "Dia
tertarik pada YR. Siapa yang mau bercakap-cakap dengannya?"
Salah satu teman Avram, sijanie, menerima tawaran ini. Untuk
menjaga privasi, mereka memutuskan agar obrolan ini di-
langsungkan "kamar" Avram, yang ditata ala pedusunan itu.
Saya duduk di depan keyboard, hati-hati agar tak merusak samaran
Avram dengan menyebutnya sebagai laki-laki secara tidak
disengaja.
Percakapan saya dengan dengan percakapan
.rlua orang asing di dalam lift yang tiba-tiba macet dan gelap
karena gangguan listrik. Terasa ada keakraban yang ganjil. Tak
terbebani oleh kesepakatan sosial biasanya berlaku dalam
alam merasa bicara langsung topik-
nya, tanpa basa-basi. Dari sudut pandang tertentu ini sungguh
menakjubkan. Saya tertawa apabilajanie menceritakan sesuatu
yang lucu, mengerutkan dahi apabila tak sepakat. Saya pun
begitu antusias menunggu lontaran jawaban atas pertanyaan
yang saya ajukan. Saya hanya samar-samar sadar akan Avram
yang berjalan-jalan di ruangan di belakang saya. Diakadang-
kadang menyela untuk mengatakan bahwa peristiwa ini terasa
baginya.
Saya menanyakan kepada Ianie tentang kehidupannya di
Net, tentang persahabatan yang dia galang di cyberspace. "Saya
menemukan kekasih di VR," katanya. Apakah Anda masih ber-
sama-sarna, tanya saya. "Kami bertemu setiap hari," balasnya.
Saya menanyakan, bagaimana mereka mengatasi masa transisi
saat berpindah dari VR ke RL. "Kami tak pernah bertemu di RL
(menghela napasl):" Janie menjawab, "Dan saya kira itu tak
akan terjadi. Pasti akan sulit sekalidilakukan."
Kurang dari lima menit percakapan itu berlangsung, Avram
tiba-tiba mengambil alih dengan sopan, "Saya rasa saya mesti
kembali ke sana," dia bilang, Saya pikir, lebih baik saya kembali
U

ke sana ... sayaharus kembali sana." Dia tampak terguncang.


Setelah kembali cyberspace, mengatakan kepada Janie
BAB KEDUA 89

tentang betapa asingnya pengalaman yang baru dijalaninya,


betapa sulit. "Rasanya saya sakit," dia Dia tampak
terguncang, bahkan malu, dengan reaksi yang baru diperlihat-
kannya. Saya melihat tangannya gemetar di atas keyboard. Dengan
bingung saya minta maafatas masalah yang saya timbulkan, dan
segera pulang.
Sesampai di mengkaji apa yang
sebenarnya terjadi. Ielas bagi saya, tadi sayatidak memainkan
peran Allison, hanya menggunakan ruang yang dimilikinya di
dalam komunitas itu supaya bisa bicara dengan yang lain, seperti
seseorang meminjam telepon pada temannya untuk berbicara
dengan orang lain. Akan Avram
bahwa kehadiransaya selama _""''-,,'' ' ' . . . . .
1-' ................ ''''..............

tas itu dapat membahayakan dan 1""nCJ."rrh~1''''rl'lrv''lM .I..I..I.~,y 1..J""'.I.\.ol.. ........

Saya baru saja menyaksikan kasus krisis .1.'-4. .1..1. .....

digital.
Dua saya. Dia
menceritakan sesuatu, yang menurut saya pasti
bisa memperkirakannya. Dia hubung-
an khusus. Dia jatuh cinta padajanie-pesonanya, humornya.
Selama dua tahun terakhir, mereka "berternu" paling sedikit
lima kali seminggu. Tentu, kisah asmaranya dengan lanie, atau
lebih tepatnya kisah cinta janie dengan seseorang bernama
Allison, merupakan hubungan lesbian. Eksperimen peran Avram
sebagai perempuan akhirnya menciptakan sebuah realitas
tersendiri. Dia dan janie bahkan telah mengadakan hubungan
seks, dengan cara masturbasi. Ini tidak asing bagi para pecinta
di Net, katanya."
Avram dan saya mengobrol beberapa lama. Yang tampak
jelas, dalam situasi ini dia tak bisa berbalik dan memutar haluan.
Dia benar-benar mabuk kepayang. Dia berharap dapat terus ber-
temu dengan janie di cyberspace hingga akhir hayatnya, atau
sampai suatu hari salah satunya tak bisa lagi menggunakan
aksesnya. Bahkan andai hubungan ini harus berakhir, Avram
bilang, dia tak akan bisa kembali hanya sebagai seorang Avram.
Berhenti dari Net sarna saja dengan membunuh perannya. Kini
Allison merupakan sosok nyata baginya. Allison adalah dia.
Menghilangkannya sesuatu tak terpikirkan.
90 YANG HILANG

manu-nanvaian varian
kita masing-rnasing memiliki
kekasih,guru, teman-yang
keberadaannya ditentukan oleh waktu dan tempatnya. Tentang
investasi psikologis, siapa yang dapat menyangkal tentang
investasi begitu yang telah dilakukan oleh '""""".. ."""".. . ,.. . ...,_

salnya?
apa membuat cyberspaceberbeda dengan yang
lain? Sederhana. Peran sosial senantiasa dijaga dan dipelihara
oleh ketegangan dan keterbatasan dunia fisiko Dan ini
mengizinkan, dalam beberapa kasus, berkembangnya sebuah
ego yang seragam. batas-batas
tersebut, memisahkan manusia dari fisik, ego
.............. 1,..,"""...
JL.... '-'-I. menurut kemauannya . . . _.. ,. _..........
adalah cooco"""i-"
r'\II"'l.o1"C'1'\/Jro t-.CU"'1""\'(T,..,.t-""
92 RUANG YANG HILANG

sendiri. Dalam waktu satu generasi, dia berkata, kita akan mampu
menghubungkan pikiran kita dengan komputer. Tampaknya kita
tak usah menunggu terlalu lama. Persekongkolan sarafmungkin
masih lama, tetapi secara psikologis, sudah banyak yang kini
telah benar-benar terhubung dengan mantap, dan mungkin tak
terpulihkan, bukan hanya dengan mesin, melainkan juga dengan
pasar.
Setiap diri-pengganti itu-dapat kita anggap semacam
populasi bayangan-sepenuhnya bersandar pada pembayaran
tagihan telepon bulanan. Allison (dan puluhan ribu sosok
seperti dia) hanya akan hidup apabila Avram dan seluruh pen-
dudukcyberspace mau membayar tagihan teleponnya. jika tak
membayar (karena sedang bokek atau tarif telepon naik, misal-
nya), Allison akan musnah. Suatu kenyataan yangmungkin
bahkan akan membuat Orwell pucat pasi adalah: semakin banyak
orang yang identitasnya (atau bagian terpenting darinya) ber-
gantung pada mesin seumur hidup, begitu pula pemeliharaan
identitas itu. Contohnya di sini adalah Avram, yang akan terus
membayar tagihannya. Sekalipun bulan depan tariftelepon naik
kali Iipat, Avram dan orang-orang seperti dia-akan tetap
bersedia membayarnya.
Apakah semua ini akan membawa kita pada subkultur
ketagihan yang baru? Atau agen penguasa baru? Apakah bigami
ala komputer itu akan menjadi alasan legal bagi pengajuan
perceraian? Apakah kasus-kasus "kecanduan.Ner" yang kini di-
tangani oleh psikiater di New York hanyalahpuncak gunung
es? Bagaimana para remaja yang egonya masih terus mengalami
bongkar pasang akan merespons kehidupan di cyberspace? Dan
bahkan Dr. Bombay sendiri menegaskan bahwa Netsex adalah
peranti yang memiliki kekuatan dahsyat.JikaNetsex dipertemu-
kan dengan "mahasiswa baru yang baru kenal cyberspace, yang
masih berada dalam genggaman beliung hormonal dan mitos-
mitos seks ala anak SMA", Netsex dan semacamnya itu akan
"dengan mudah bergaung di kalangan generasi muda di seluruh
penjuru dunia" .26
Akan tetapi, menurut saya, MOO adalah indikator paling
penting untuk hal yang akan kita hadapi di masa depan. Ketika
realitas maya telah online, Allucquere Rosanne Stone mem-
perkirakan, cyberspace akan menjadi "peranti untuk membentuk
BAB KEDUA 93

kembali kesadaran". Dia akan memungkinkan seorang laki-laki


untuk "dipandang, bahkan disentuh, sebagai seorangperempu-
an, dan sebaliknya-atau sebagai sesuatu yang lain". Stone
menegaskan bahwa juga akan ada "penyewaan bentuk
yang sudah dikemas, lengkap dengan suara dan sentuhan ...
kepribadian ganda sebagai komoditasl "27
Dunia alternatif Avram akan segera menjadi komunitas
cyberspace kuno. Dan perubahan akan berlangsung terus-
menerus, tak berhenti. ]ika sistem yang ada saat ini memiliki
efek samping, tentulah teknologi yang lebih maju akan memiliki
efek samping yang lebih dasyat. Efek samping ini tak akan meng-
hilang jika dosis obatnyadigandakan. Motivasi utamanya, saya
mengingatkan diri sendiri, adalah pengembangan ruang elektro-
nik yang semakin "nyata" dan semakin nyaman untuk "-4. ...... 'L\,4 ....., ....

Sistem umpan balik, anggota tubuh teknologi, bahkan pen-


cangkokan saraf bukannya tak mungkin terwujud. Landasan
kerjanya, sedang dibuat untuk menciptakan realitas ciptaan
komputer yang begitu berdaya guna, "terindra" secara sempuma.
Begitu seseorang masuk ke dalamnya, realitas maya itu tak lagi
bisadibedakan dengan duniaIuar.Tak lama lagi avatar-nya
adalah kita sendiri. ]ika kita tidak waspada, bisa-bisa kita kita
semua diperkosa oleh Mr. Bungle. []
departemen ilmu komputer, lembaga riser,
ratorium perusahaan swasta, dua jenis realitas
maya sedang lahir. Jenis yang pertama adalah yang
telah akrab di telinga setiap orang. Sesuatu yang
tampak menyilaukan, populer, dan ingar-bingar. dia
akan menciptakan kemungkinan bagi kita untuk merasuki
komputer, meleburkan diri kita ke dalam dunia rekaan komputer.
jenis kedua lebih tak tampak. Secara diam-diam dia hendak
melingkupi kita dengan komputer (bersama teknologinya).
Dunia maya kedua ini tak membutuhkan helm atau sarung
tangan simulator karena lingkungan keseharian kita yangakan
dengan sendirinya menjadi maya, ruang
akan menjadi spesies cyberspace.
"Pada masa mendatang," kata
peneliti waskita di laboratorium riset Xerox .....,.L ....., ...
Alto, "komputer yang lebih cerdas akan berada
Anda." Weiser melihat sebuah masa
memiliki perasaan dan kecerdasan, UU.JlUVUJlJlj:;.Jr\.Q..lJl

yang tersambung
............ ....., .... .I..l..l.'-'\..,J'" itu
1"Y'Ic.~11nrrl),,"11'1"'\1 IT..... ·"'..... rt"",.... ........... kita. Weiser 1"Y'I.ol1 h'"'I'f"

"hidup". Setiap rumah .LJ.J..'-•.L ~1""'".L'~".L.L


cerdas".' i-"'"I"lY"Y1.r'l, Y'\
96 RUANG YANG HILANG

mendukung dan mempercanggih kegiatan tersebut. Dengan kata


lain, semesta yang dipersonalisasikan. Dalam semesta ini benda-
benda "dungu", "yang telah diperpintar secara elektronis", yang
sepenuhnya tunduk pada kehendak manusia, akan membentuk
jaringan mulus melingkupi kita.' Dalam duniabaru ini ling-
kungan kita menjadi sintetis sekaligus hidup. Batas antara "yang
dilahirkan" dan "yang dibuat" akan kabur. Bayangkan, kursi
Anda akan menyingkir dengan cara mengkeret sendiri seperti
anjing, agar kaki Anda tidak lecet terbentur kursi itu, dan
kucing di pojok ruangan memiliki nomor paten di balik kulit
kepalanya. 'Ieknologi, seperti anggapan Allucquere Rosanne
Stone,adalah "alam baru" tempat kita hidup. 5
Apakah ini hanya kegilaan saja? Lihatlah sekeliling Anda,
kata si teknoevangelis Kevin Kelly, dan Anda akan menyaksikan
betapa "ketumpangtindihan antara dunia kehidupan dan dunia
mekanis senantiasa meningkat tahun demi tahun ... para tekno-
log sedang menciptakan barang-barang aneh yang merupakan
benda buatan yang sekaligus hidup." Sementara itu kehidupan
itu sendiri (atau apa yang secara naif kita persepsikan sebagai
kehidupan) mendambakan mekanisasi. "Di balik rumput liar
dan kicau burung," Kevin meyakinkan, "kehidupan ingin terurai
kedalam kristal, kabel, gel biokimia, dan ke dalam hibrida perpa-
duan antara saraf dan silikon.:"
Sungguh mencernaskan, tentu saja, bahwayang diuta-
rakannya itu tampaknya cenderung benar. Batas antara benda
hidup dan benda mati semakinkabur. Setiap hari garis perba-
tasan lama terhapus dan tergeser. Setiap tahun di dalam
laboratorium di seantero dunia industri, batas itu menjadi kabur.
Beberapa sifat kehidupan mulai ditransfer ke dalam sistem
mekanis. Sementara rekayasa sistem organis berkembang dengan
kecepatan tinggi: dari jantung babon, biopestisida, sampai
hormon pertumbuhan sapi, kita sedang belajar "membongkar-
pasang kehidupan". Perbedaan antara "kehidupan yang
terteknologikan" (kita) dan "teknologi yang hidup" (lingkungan
kita) mungkin akan musnah untuk selarnanya.'
Bagi sebagian besar cyberis, pertanyaan tentang batas dunia
asli dan sintetis adalah jejak peninggalan pengetahuan masa
lalu. Para cyberis menegaskan bahwa tak ada perbedaan nyata
antara biologi dan teknologi, dan memang tak pemah ada. Upaya
98 RUANG YANG HILANG

Nyaris tanpa muatan politis-meskipun potensi dampak


budayanya yang sangat besar-Iembaga semacam Media Lab,
mengutip kata Ken Karakotsios, sedang berupaya mengganti
"program" alam semesta dengan milik mereka sendiri. Dipimpin
oleh orang-orang seperti Direktur Media Lab, Nicholas Negro-
ponte, mereka-para teknolog yang sangat berbakat dalam
menjual visinya-sedang diam-diam dan dengan cepat men-
cyber-kan dunia. Daftar para pemain yang mengantri di pintu
Negroponte, seperti dinyatakan oleh Steward Brand, sungguh
mengesankan: General Motors, RCA, 3M, semuajaringan TV
besar, Tektronix, NHK (TV jepang). IBM, Apple Computer,
Warner Brothers, Paramount, LEGO, Dow Jones, Time Inc.,
Polaroid, Kodak, Hewlett-Packard, Sony, Hitachi, NTT (per-
usahaan telekomunikasijepang), dan sebagainya, dan sebagai-
nya, seperti tak berakhir.'?
Yangdiinginkan Negroponte, kata Brand dalam bukunya,
The Media Lab: Inventing theFuture at MIT, adalah "teknologi yang
intim dan telah mengalami ultrapersonalisasi-segala sesuatu
dibuat sesuai pesanan". Tujuan Media Lab adalah "menggali
interaktivitas antara manusia dan mesin sampai ke nuansa yang
paling halus". Apa artinya secara praktis? Ini berarti menggali,
misalnya, berbagai cara untuk menyambungkan sistem saraf
manusia ke komputer. Ini berarti mernbangun, bit demi bit,
menjadi ekosistem mekanis: "rimba mesin" yang dapat mengenal
dan memahami perasaan kita, komputer yang dapat melihat
dan mengenal kita, perangkat telepon yang begitu sensitifnya
hingga bahkan dapat menangkap "informasi yang termuat di
dalam suara yang lemah dan gagu sekalipun". Singkatnya,
semesta yang telah terpersonalisasikan, sepenuhnya tunduk
pada kehendak manusia. 11
Ke manakah semua ini hendak membawa kita? Apakah
alkimia supermodern ini akan melahirkan (sebagaimana prediksi
mereka sendiri) "kesadaran rnekanis", atau lebih jauh lagi,evolusi
manusia? Apakah "suatu lapis teknologi" akan benar-benar
memisahkan kita dari dunia tempat kita tinggal? Akankah dunia
alamiah akan "dikelola" layaknya sebuah eagar alam, seperti
asumsi Stock, dan urnat manusia ditempatkan di sebuah
"lingkungan tertutup yang nyaman" dan melakukan aktivitas
dan komunikasi di sana dengan perantara elektronik? Apakah
BAB KETIGA 99

"kabel saraf tubuh ala cyborg, dan kepribadian buatan", seperti


pendapat KevinKelly, akan terwujud sebentar Iagi?" Yabegitulah,
kata para cyberis (meskipun mereka masih memperdebatkan
pertanyaan tentang waktunya). Semua itu, dan hal-hal hebat
yang bahkan di luar bayangan kita, akan menjadi sesuatu yang
tak akan terhindarkan lagi. Apakah kita akan menerima semua
ini dengan tangan terbuka? 'Ientu, jawab mereka. Pemahkah kita
mampumembendung laju teknologi baru? Bola sudah
menggelinding dan tak ada seorang pun yang dapat menghenti-
kannya. Kelak, saat kita telah menjadi seperti dewa, saat kita
telah menciptakan kembali dunia dalam citra kita, saat replikasi
mikroba tercipta hanya untuk kita, dan saat guruh dan petir
telah kita taklukkan, maka saat akan berhenti,
Apa yang memotivasi para cyberis itu? Salah satunya,
kini sudah jelas, adalah kesombongan yang luar biasa. "Kita
ingin menjadi dewa-dewa," Brand rnenjelaskan. "Realitas nyata
memang telah ditakdirkan, tetapi realitas maya bisa kita cipta-
kan." (Dan Brand menambahkan, bisa kita kendalikan). Namun,
di balik pembicaraan tentang keinginan menjadi dewa itu,
terdapat motif lain yang secara berkala mewujud ke dalam
seluruh karya para teknoevangelis, yakni ketakutan dan
kebencian. Ketakutan dan kebencian terhadap jasad, terhadap
dunia alamiah, terhadap pengalaman fisik secara keseluruhan.
Menurut Profesor Mazlish, sosok yang cukup representatif itu,
"Penggerak evolusioner manusia ... tampaknya menuju suatu
keinginan untuk menciptakan lingkungannya sendiri ... dan
keinginan untuk menjauhi alam hewaninya." Untuk men-
dukung pandangannya itu dia mengutip novel distopia berjudul
We karya Yevgeny Zamyatin, yang menurutnya telah berhasil
menangkap aspirasi manusia secara sempurna (sama sekali tak
menangkap arti kata distopia, kebalikan dari utopia), "Manusia
akan berhenti menjadi sosok hewan buas hanya apabila mampu
membangun Tembok Hijau, apabila mampu mengisolasi dunia
mekanis yang sempurna ini dari dunia irasional dan kejam ini,
yakni dunia tetumbuhan, burung, dan hewan."!'
Bahwadunia irasional dan kejam itu akan segera dapat
disirnakan, Mazlish tak meragukannya lagi. "Begitulah gejala
yang ada saat ini," katanya, mengangkat bahu. Segera, dunia
kita akan "dihuni hanya oleh manusiadan mesin-mesin."
100 RUANG YANG HILANG

liar maupun ternak, akan dihancurkan. "Untuk


1"Y"lQ,1"Y"lllCn~nlll"~n kebinatangan
dalam dirinya," Mazlish
menegaskan, "manusia bersedia, paling tidak dalam imajinasi,
iua hewan didunia ini. Dan
-....£:l,1""lnhi"l.,.,\rl1rV''''.ltn '...n ..........dalam

lain, manusia yang jijik akan tubuhnya, yang


benda, yang jijik padadunia irasional
kini sudah benar-benar muak. Secaramanusiawi,
.1.'- ,""'-4. ,

menerima kondisi serbaterbatas ini. Mereka


malaikat, jika bukan Tuhan." Gairah itulah yang
mengalir dalam darah mereka, Mazlish menerang-
..:1"-.1.,1.'4.1..1.''- ... _ .... _

Bukankah ajaran Kristen secaratradisional menempatkan


meninggalkan jasad,
kita semua adalah satu dalam
Kl1V'"1'f',\V'"l,n sang
Domba? Lantas, apa yang masih dapat kita simpulkan selain
umat manusia ingin memisahkan diri dari "sifat
t"'laht'1"',lk

alaminya brutal, dan berkehendak menjadi ruh suci?"


Mazlish pun seraya menyimpulkan, "Siapa yang tak
pernah merasakan 'kebusukan' jasadnya dari waktu ke waktu,
dan berkeinginan untuk membebaskan diri darinya? Yang tak
pernah merasa jijik oleh kebutuhan 'dasarnya' untuk buang
hajat, atau bahkan untuk seks?" Ya, siapa.!"
Menghadapigegap gernpitanya pandangan-pandangandi
atas, kita pun meraba-raba untuk memberikan tanggapan yang
layak. Malu? Tak percaya? Tentulah kita pikir, yang Mazlish
katakan pasti sekadar metafora. Dan orang-orang MIT itu, yang
begitu bergairah terhadap kemungkinan merekayasa lingkungan
sintetis atau menteknologikan "lingkungan kita" hingga hampir
berhalusinasi, pasti tak berharap ditanggapi secara harfiah.
Betul, kan?
Sayang sekali, kita keliru. Mereka bersungguh-sungguh.
Mereka tak sabar untuk menghadapi orang yang tak mengikuti
visi masa depannya. Seperti yang dikatakan Brand saatmerujuk
kendaraan digital baru itu, "[ika Anda tak menjadi bagian dari
steamroller-nya (mesin pengeras jalan) , Anda akan menjadi bagian
dari jalannya."lS Maksudnya, bahwa apa pun harapan Anda
tentang bentuk dunia pada abad mendatang-kalau Anda tak
tertarik dengan peran steamroller milik para cyberis itu-Anda
cepat-cepat mulai menarik perhatian pada mereka.
BAB KETIGA

Mengapa? kini
terwujud. Dunia kita saat standar pun,
lebih bersifat artifisial, lebih sintetis, daripada rnasa-masa sebe-
akan secepatnya hidup dalam dunia
tetapi akal sehat yangmenganggap skenario itu
meredup. Para psikiater di

dunia luar
maya ini 'O;"'"'~-... -...JI. _
JI ...,A' ....

kan banyak hal (kornunitas, pemandangan, cinta,


an) yang tadinya mengharuskan kita keluar rumah. im
menunjukkan bahwa kita memang sedang melakukan proses
cyberisasi dengan sangat antusias. Dunia Iuar, jika memang
masih dibutuhkan, sebentar lagi sudah tidak ada.
Berikut ini sebuah contoh. Dengan mendaftar di Videocycle
Tours, seorang peminat kebugaran yang tak perlu beranjak ke
U

mana-mana" sekarang dapat menikmati alam pedesaan Vermont


dengan sepedagunung "tanpa perlu meninggalkan rumah".
"Sang pelatih dan ternan bersepeda di layar" akan memandu
melalui layar TV·yang terpasang pada stang sepeda. Setelah
berolahraga, dia mungkin akan berpikir tentang seks. Dia dapat
memutar CD-ROM interaktif. Dengan bantuan kamera video,
"sudut pandang orang pertama" akan membuat dia seolah-olah
sedang melakukan adegan seks seindah aslinya."]ika kemudian
dia berniat berbelanja, dia dapat berhubungan dengan jaringan
diceritakan oleh K. se-
102 RUANG YANG HILANG

saksama melalui katalog elektronik, melihat tiap barang dari


segala sudut-misalnya, melihat baju yang dikenakan oleh
model yang berbentuk tubuh pas dengannya. Lalu "klik", barang
pun telah dipesan secara elektronik. Dan dia dapat melakukan
itu sernua, kata Levy, "tanpa perlu beranjak dari kursi", 18
Absurd? Tentu. Namun, keabsurdannya hanya menekan-
kan betapa pentingnya fenomena-fenomena yang dihadirkannya.
Bagi ratusan juta orangdi negara-negara industri, kehidupan
tampaknya memang telah runtuh (sebagian besar, jika bukan
seluruhnya) ke dalam serangkaian ruang interior yang mirip-
mirip: rumah, mobil, kantor. Bagi puluhan juta orang, dunia
hiburan telah bersinonim dengan menonton (atau voyeurisme),
komunikasi abstrak menjadi norma, dan pengalaman langsung
telah masuk dalam daftar spesies yang terancampunah. Layak-
nya pertapa melihat dunia ramai melalui jendelanya, kita sedang
tereduksi hingga menonton dunia melalui jendela elektronik
layarTV dan komputer (sekarang kita pun dapat membeli jendela
tiruan lengkap dengan pohon, pot bunga, dan tirai untuk
komputer kita. Dan kita mulai terbiasa begini). Kita sadar bahwa
mengirim e-mail kepada ternan atau menyaksikan keindahan
senja dan pepohonan melalui tayangan video tak akan serupa
dengan berbicara langsung atau bercengkerama ke hutan. Akan
tetapi, kini kita tampaknya makin pasrah menerimanya. "Ini
cara terbaik yang paling mirip dengan berada di sana," slogan
lamaAT&T (perusahaan teleponAS-ed.).
AT&T tentu tak lagi menggunakan slogan itu. Kenyataan
ini maknanya sangat dalam. Signifikansi yang sesungguhnya
dari pengunduran diri kita dari dunia, menurut slogan ini,
mungkin bukan terletak pada teknologi yang memungkinkan
kita melakukan hal itu, Signifikansi sebenarnya terletak pada
revolusi sikap yang membuat kita menganggap pengunduran
diri itu sesuatu yang menarik. Revolusi ini, seperti revolusi
sebelum-sebelumnya, adalah permasalahan bahasa, permasalah-
an penafsiran kembali istilah tertentu untuk menciptakan reali-
tas baru. Tampaknya, AT&T kini tak lagi memakai slogan lama
itu karena ekspresi "berada di sana" telah memiliki pengertian
yang berbeda.
Dengan berlalunya waktu, slogan perusahaan itu kemu-
dian berevolusi menjadi "raihlah dan sentuhlah seseorang".
BAB KETIGA 103

Asumsi bahwa kedekatan fisik lebih bernilai dibandingkan


dengan pembicaraan telepon kini tak berlaku lagi. Pembicaraan
telepon tampaknya bukan lagi U cara terbaik paling mirip dengan
berada di sana". Dengan telepon, kita memang telah benar-benar
beradadi sana.
Ini sebuah studi kasus yang menarik, bagaimana kekuatan
bahasa dapat menciptakan persepsi yang berbeda." Kita me-
nyaksikan paduan antara realitas dan metafora: suatu kehendak
untuk menyetarakan dunia nyata dengan dunia digital, ruang
fisik dengan cyberspace, komunitas nyata dengan komunitas
maya. Apakah reduksi (dan abstraksi) dunia fisik ini sebenarnya
direncanakanrSaya ragu. Ataukah promosi ini begitu gencar
karenakehidupan maya berarti perolehan laba yang besar
para pelaku utama industri digital itu? Boleh jadi. Seraya
semakin banyak waktu yang kita habiskan dalam lingkungan
sintetis, mengambil bagian dalam kesenangan-kesenangan
kehidupan sendiri yang menggiurkan. Seseorang menciptakan-
nya, dan kita membelinya. Kita menjadi konsumen dari kehidup-
an kita sendiri, dari pasar yang tak akan mengalami masa resesi.
"Saya percaya," kata]ohn Walker, seorang spesialis di bidang
komputer grafis, "pada akhirnya setiap benda di dunia, buatan
atau bukan, akan segera dapat dimodelkan di dalam komputer.
Ini pasar yang sangat besar. Ini adalan segalanya."2o
***
Seberapa besar keuntungan yang bisa mereka raih? Bayang-
kan, revolusi digital saat ini memiliki potensi pasar sebesar 3,5
triliun dolar AS! Kunci sukses revolusi ini adalah kesediaan
kita untuk berpindah ke ruang buatan, menolak dunia luar
(yang justru menyediakan banyak hal dengan gratis) untuk
mengungsi ke dalam dunia buatan (yang dengan senang hati
dibuat menjadi komoditas dengan cara menjual substitusi dari
barang-barang kebutuhan dasar kita) . Akan tetapi, bagaimana
caranya Anda memudahkan perpindahan dari ruang publik ke
ruang pribadi? Sederhana. Anda tinggal mengartikan kembali
makna kata "publik" dan "pribadi", Anda tinggal mendefinisi
ulang "yang dalam" sebagai "yang Iuar", ketidakhadiran sebagai
kehadiran, ruang abstrak sebagai ruang kartesius dan tiga
dimensi. Mengutip Allucquere Rosanne Stone, Anda akan
mempersepsikan teknologi sebagai "alam baru"
BAB
itu ..... 1"''',...#...
1;00&.... " .... " .............. C'&.~hoc"l1" ;00.,....... l?o-t·#'\!?,.,<t-.r'l,-t"Il

itu akan
Beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah episode film kartun
:)lnttJSCJns. dikisahkan bahwa semuapesawat TV di
Dampak langsung
............. jL ......... "', ......L'O.u•..L.L IJ._..LU"'..... .L.L..L'-',,"""'........

1#'\t"\<t-l'~"\#'\-t"Il T"·.£ ..·._ ... ·.£,·. awal "Pastorale"

tetapi juga sebagai tiruan


masyarakat yang terlalu dibesar-besarkan
.......__ \.iLoU. .... U.\.u.&. ...

terhadap TV i t u T V makakamu
" begitu nasihat yang sering ditujukan kepada
saar menonton T\T. keluarga Simpson yang
sejenak hidup juga merupakan sebuah contoh
yang efektifkarena alasan lain. Humor ini langsung menohok
ke tulang sumsum. Layaknya humor yang baik, dia
karena menyakitkan. Pada dasarnya, kisah Simpson itu
menyakitkan karena visi komunitarian di balik parodi itu adalah
hal-hal keseharian dalam kehidupan kita, tetapi telah
semakinasing. Dengan . kehidupan masa
:)ln1'tJSlons itu ~o,-t"Ilrr,rr#'\1"'1t"
106 RUANG YANG HlLANG

tak berdaya menolak penggasakan ruang abstrak kedalam


kehidupan kita, Sederhananya, kita mengundurkan diri ke
"dunia dalam" karena yang dapat ditawarkan dunia luar" makin
tt

lama makin sedikit. Memancing, bagi kebanyakan orang, bukan


merupakan pilihan. Bukan karena ikan memancarkan kilau yang
membuat pusing, melainkan karena biasanya tak ada sungai
atau danau tempat memancing, dan karenanya tak ada ikan.
Kebanyakan pengembang kota tak berminat menyertakan "dunia
luar" ke dalam kehidupan pemukimnya. Di tempat-tempat
seperti itu, jika semua pesawat TV tiba-tiba rusak, Anda boleh
menyenandungkan Simfoni ke-6 Beethoven sembari menunggu
sapi-sapi pulang. Sayangnya, di sana tak ada sungai atau rumah
pohon, tak ada halam an yang cukup luas untuk bermain dan
tak ada padang rumput tempat sapi-sapi itu pulang.
Setiap pagi berangkat kerja, saya melihat begitu banyak
contoh. Di sepanjangjalan tol (salah satu jalan arteri di Pantai
Barat) , saya menyaksikan deretan komunitas yang masing-
masing terdiri atas rumah-rumah yang identik (dan juga sangat
mahal) di atas tanah seluas 1.000 meter persegi atau kurang.
Setiap rumah memiliki garasi yang cukup untuk dua mobil.
Halamannya yang mungil terawat, sempurna, dan kosong.
Menyaksikan komunitas ini, satu hal sudah sangat jelas: mereka
tak mungkin memiliki kehidupan di luar rumah. Tak ada taman
bermain, tak ada taman, tak ada padang rumput. Tak ada anak-
anak yang bermain bola di jalanan, tak ada remaja yang membuat
neneknya mengomel karena bermesraan di bawah bayangan
pohon (karena tak ada pepohonan). Tak ada percakapan antar-
tetangga, ataupun pertengkaran. Satu-satunya pilihan keluar
rumah adalah mengendarai mobil. Bagiorang-orang yang hidup
di dalam komunitas seperti ini, apa saja yang mereka kerjakan?
Apa lagi yang dapat mereka lakukan? Mereka hidup di dalam
rumah: menonton T~ mendengarkan musik, bermain games
komputer. Ketika keluar rumah pun mereka tetap memilih
tempat tertutup: mal, swalayan, bioskop. Gregory Stock me-
negaskan, "Sudah tak mengherankan apabila keterkaitan
emosional antara manusia dan lingkungan 'alamiahnya' kini
semakin rapuh. Suatu bagian pengalaman manusia yang kini
semakin berkembang, malah terjadi di alam yang sama sekali
berbeda.'?'
BAB KETIGA 107

Gerakan kembali kedalam rumah, dengan kata lain, sebagian


besar merupakan masalah lingkungan. Ketika dunia alamiah
menghilang dari kehidupan kita, kita dipaksa hijrah ke dalam.
Gerakan ini malah semakin membatasi dunia fisik, serayamelumat
yang masih tersisa dari kehidupan yang dahulu kita kenal, yakni
kehidupan yang berakar pada komunitas fisik dan wilayah lokal
tertentu, Para cyberis akan menganggapvisiitu sebagairomantisme
yang sia-sia, impian masa lalu zaman]efferson yang ideal. Saya
jawab dengan sederhana: pentingnya dunia fisik bukanlah
utopianisme melainkan kewarasan yang sederhana. Membayang-
kan bahwa kita dapat hidup tanpa dunia fisik atau kita dapat
mensubtitusinya dengan dunia maya adalah gila!
Namun, itulah pesan yang disampaikan oleh paragembong
cyberspace secara eksplisit, terang-terangan, tanpa malu-malu.
Mengapa kita mesti ke luar rumah apabila di dalam rumah pun
tersedia? Anda ingin menerbangkan pesawat? Akseslah dunia
virtual. Anda menyukai ikan? Kami akan menjual versi digital-
nya. Takut pada AIDS dan STD? Nona September akan segera
mempersembahkan tubuh seksinyahanya untukAnda. (Anda
mengatakan bahwa masturbasi, betapapun interaktifnya, tetap
tak seindah aslinya? Bahwa itu hanyalah "cara terbaik paling
mirip dengan berada di sana"? Beri kami waktu. Kami sedang
mengusahakannya.) Mengapa mesti repot-repot menggerakkan
tubuh Anda sebenarnya yang tak sempurna itu, padahal Anda
dapat meraihnya dalam sekejap? Mengapa bertahan dalam
realitas yang cacat, padahal Anda dapat merekayasa "lingkungan"
sekehendak hati Anda? Rangkullah sang mesin, dialah saudara
dan kerabat, jiwa, dan penolong Anda.
Cukup mengherankan bahwa dalam rangka meneguhkan
visinya itu para cyberis masih menggunakan sastra." Kesayang-
an mereka, dilihat dari kutipan yang paling sering mereka pakai,
adalah novel satir Erewhon karya Samuel Butler. Dalam novel
itu sang penulis mengambil sikap kaum Luddite. Ini kutipan
favorit mereka, "Tak ada sistem keamanan yang dapat melawan
kesadaran mekanis perkembangan yang paling puncak, melihat
.kenyataan bahwa mesin-mesin itu kini sudah memiliki sedikit
kesadaran." Kutipan yang menarik. Dan berhasil. Akan tetapi,
jika karya sastra dijadikan panduan kita untuk memasuki masa
depan sibernetika, saya punya yang lebih baik.
110 RUANG YANG HILANG

adalah ukuran kepemilikan, tubuh manusia menjadi ukuran


dari segala kehendak, cinta, dan kekuatan."
Merangkak naik menembus mesin, Kuno mengaku telah
melihat kegelapan malam yang nyata. "Saya sepertinya men-
dengar suara ruh para pekerja yang setiap malam pulang
menemuibintang-bintang dan istri-istri mereka. Saya
mendengar suara ruh dari semua generasi yang dahulu hidup
di alam terbuka ... Saya rnerasa, untuk pertama kalinya, bahwa
gugatan telah disuarakan terhadap korupsi kemanusiaan ini,
dan saat ruh-ruh itu menghibur diriku, aku pun menghibur
mereka yang belum lahir. Saya merasakan bahwakemanusiaan
itu ada ... Dan semua tombol, tabung, dan mesin ini tak
dilahirkan bersama kita, dan tak menyertai kita apabila kelak
kita mati, dan bukanlah hal yang mahapenting saat kita masih
hidup di sini."
Vashti, tersentak oleh pengakuan anaknya, meninggalkan-
nya sendirian. Dia tahu bahwa "mesin tak akan mengampuni
tindakan yang meniru nenek moyang ini." Dia kembali ke sel
dalam sarang lebahnya, tak goyah dalam kesetiaannya pada sang
mesin. Ruangan berdengung, mesin kembali bekerja. Dalam
dekapan yang nyaman, dia kembali melanjutkan kehidupan
abstraknya yang sejenak terganggu itu.
Akhir dari cerita Forster menyerupai ramalanakhir zaman.
Ilusi mekanis, pendar layar T~ musik dari kejauhan, tiba-riba-«
padam-satu per satu peranti itu mati, lalu semuanya. Bungker
menjadi gelap. Mesin-tempat manusia bergantung sebagai
pengganti dunia nyata-berhenti bekerja. Vashti meraba-raba
dalam gelap, menuju ke jalanan luar.Dia bertemu anaknya yang
datang menjenguknya pada saat-saat terakhir. Waktu mereka
berpelukan, sebuah pesawat terbang menghantam permukiman
itu, dan semuanya meledak. "Sesaat," Forster menulis, "mereka
sempat menyaksikan negeri orang mati, dan sebelum bergabung
dengan alam kematian mereka melihat serpihan langit yang
tak bernoda."
***
Saya akui, saya tak pernah tertarik pada dongeng fiksi
ilmiah. Berhadapan dengan visi Forster.ala Dante itu, saya men-
dapatkan diri saya ingin membatasi, mengambil jarak agar dapat
BAB KETIGA 111

menjauhkan diri dari dunia mirip Forster yang tampak terlalu


berlebihan dan reduktif. Kisah itu terlalu blak-blakan, begitu
berat sebelah saat membahas kesetiaan terhadap dunia fisik-
pemandangan sungguhan, sentuhan manusia. Saya ingin
rnengatakan, dunia ala Forster itu bukanlah dunia kita. Kita
tak hidup didalam bungker. Kita masih saling bertemu di dunia
nyata, saling bersentuhan, saling bercinta.
Akan tetapi, saya takbisa.Ke mana pun mata memandang,
dunia ala Forster itu kini mulai timbul, seperti pola gambar
kertas dinding yang terbayang di balik lapisan cat. Tujuh puluh
tahun yang lalu, Forstermenempatkan tokoh utamanya di pusat
sarang lebah manusia. Kini para teknolog menggunakan meta-
fora yang persis itu untuk menggambarkan sifat cyberspace yang
mirip sarang lebah yang saling terhubung. (Ilustrasi sampul
buku OutofControl karya KevinKelly, misalnya, menggambarkan
lebah jantan beterbangan dari sebuah apartemen, yang jendela-
jendelanya berupa layar komputer.) Tujuh puluh tahun Ialu,
Forster menulis, "Di bawah laut dan di kaki gunung, terdapat
kabel-kabel yang mentransmisikan apa yang mereka lihat dan
den gar. Kini, ramalan itu telah terwujud. Menurut Kevin Kelly,
"planet kita yang terhubung ini" dengan cepat menjadi
"pusaran arus bit yang mengalir melalui serat optik, database,
dan perangkat input." Gambaran Era Baru yang dibesar-besarkan
ala KevinKelly? Tidak juga. AT&T: saya baca dari koran, memang
sedang melingkari BenuaAfrika dengan serat optik."
Dan kemiripannya tentu tidak berakhir hanya sampai di
situ. Dalam kisah Forster, cyberspace memiliki kekuasaan
mutlak. Representasi telah dianggap lebih unggul daripada hal
asli yang ditirunya." Teknologi telah menjadi dewa yang makin
menuntut kesetiaan dari pemujanya. Dengan kata lain, dewa
yang di luar kendali penciptanya sendiri.
Seraya kita terus meluncur ke arah abad teknologi, kisah
Forster ternyata begitu tepat ramalannya dan benar-benar
mengerikan: pelajaran yang diberikannya luar biasa jitu. Yang
tak terpikirkan oleh tokoh-tokoh cerita ini, menurut saya, adalah
pertanyaan berikut. Ke manakah perubahan ini akan membawa
kita? Bagaimana "jalan ini akan membawa kita ke jalan yang
lain", seperti ungkapan Robert Frost? Yang terpikirkan oleh
tokoh-tokoh cerita ini, menurut saya, adalah pertanyaan berikut.
112 RUANG YANG HILANG

Bagaimana beberapa pilihan tertentu akan membawa kita, secara


takterhindarkan lagi, ke pilihan lain yang mungkin lebih tidak
menyenangkan? Bagaimana kebiasaan cenderung menjadi hal
yang abadi, tak berakhir? Bagaimana, akhirnya, kekuatan psiko-
logis yang sangat dibutuhkan bagi hidup sepenuhnya didunia
telah-menjadibegitulemah dan kacau, seperti otot dan
ligamen yang terlalu lama tak terpakai? Dongeng Forster
menggambarkan bencanaakhir zaman yang sedikit demi sedikit
terpenuhi. Manusiayangsemakin kehilangan semangat hidup,
semakin tak sabar, semakin mudah tersinggung, akhimya telah
mempercayakan segalanya.padamesin. Lalu mesin-mesin itu
pun berhenti ....""'.. '""_"'" 1"_
Di semua baru.-111 ...... ",\ .. 11.",\11
JALAN RAYAMENUJU SARANG LEBAH:
SERANGAN TERHADAP KOMUNITAS

MEMBANGUN ormg~~~'~~L~t
merupakan permasalahan refleksif mengubah
"lingkungan" kita sarna saja denganmengubah diri
kita sendiri. Ini melahirkanpertanyaan menggelitik.
]ika dunia ini segera akan mengalarni mutasi hingga
tak dikenali Iagi, seperti yang senantiasa diperjuangkan oleh
para digerati, manusia (ataukornunitas manusia) seperti apa
yang akan dihasilkannya? Pascarevolusi digital, kehidupan
individu seperti apa ymg akan lahir?
Pertanyaan-pertanyaan ini senantiasa dilontarkan oleh para
cyberis-juga senantiasa dicoba dijawabnya. Menurut para ahli
itu, kehidupan macam apa yang akan kita jalani di Dunia Baru
digital itu? Kehidupan yang semakin dipercanggih, katapara
"kiai" cyberspace. Kita dapat mengerjakan segalanya dengan re-
mote control, mengendalikan segala sesuatu dari jarak jauh.
Kegemilangan, kata para "wali" cyberspace. Era Baru akan
mengangkat ruh manusia dan membimbingnya menuju solusi
masalah-masalah sosial. Pendefinisian ulang manusia, kata para
"nabi" cyberspace. Pendefinisian ulang dunia. 1

13
114 RUANG YANG HILANG

Sedangkan kebanyakan dari kita, para awam, masih


berusaha menjajaki arah angin digital itu. Tak usah diragukan
lagi, angin itu membawa perubahan zaman. Di puncak Gunung
McKinley, Alaska, misalnya, para pendaki gunung dapat
menelepon keLos Angeles. Para penjelajah hutan rnenggunakan
perantiglobal positioning dan altimeter terkomputerisasi untuk
memetakan Iokasi mereka, Sistem Iridium satelit.komunikasi
buatan Motorola memberikan kemungkinan "menelepon
atau dihubungi lewat penyeranta (pager) seluruh tempat
muka bumi". Bosan dengan dunia liar yang "terkabelkan" itu,
para petualang lantas meleburkan diri ke dalam belantara
cyberspace, tenggelam ke dalam "leher Internet yang dinama-
kan World Wide Web (WWW), mengklik jalan hutan di rimba
dokumen hiperteks dan gambar digital". Dan (~ J.'-A. .... .1"'~J.
J.J.J.,'-J.J.j'o;.,J.J.J.j;.,u ....

diri kita sendiri, ini hanya merupakan salah satu alun gelombang
di lautan, hanya satu keping batu di sepanjang jalan menuju
koloni digital itu.'
Apa yang sesungguhnya tersedia bagi kita di miIenium
baru itu? Ke mana perubahan zaman, yang terbentuk menuruti
cetak biru para cyberis, akan membawa kita? "Tak seorang pun
tahu" adalahjawaban yang lazim. Oleh karena itu, lebih baik
lihat saja sendiri. Kedengarannya saran ini cukup masuk akal.
Akan tetapi, sementara kita menunggu, kita dapat memperoleh
gambaran yang cukup jelas mengenai ke mana semua ini akan
melangkah.cukup dengan mengamati lebih dekat dua metafora
yang telah diembuskan oleh revolusi digital:jalan raya informasi
danpengikutnya yang lebih baru dan agresif yakni sarang lebah
digital.
Mengapa kita berpaling ke dunia sastra untuk menjawab
pertanyaan di atas? Karena metafora, baik dalam mengungkap
maupun menyamarkan kebenaran,mampu bercerita dengan
fasih tentang orang yang menggunakan metafora itu. Dengan
melacak jejak dari jalan raya informasi ke sarang lebah itu kita
dapat mengetahui arah yang hendak mereka tuju, apa yang
mereka anggap penting, dan apa yang siap mereka campakkan.

***
Dalam metafora digital, penyerbuan ke Bastille itu terjadi
pada 13 Ianuari 1994. Ketika itu, Wakil Presiden Al Gore
BAB KEEMPAT 15

~'-Wl.l.~"".L.I. sekop politiknya dengan


.i..i..L""....... '-I.... secara
simbolis membuka jalan raya data baru itu: . . . . . .I.,...,...~_ '-4 .... .1..1. ............ 'f' ...............

kan konferensi pers pertama yang dilakukan jaringan


komputer interaktif. Segala sesuatunya berjalan lancar. ,..,1"-'1 ..... ""-"""-1....

an sambungan hanya sedikit. Mengutip pernyataan Peter H.


Lewis dari koran New York Times, Tuan Wakil c~l"'1r1a1'"'\ U

.I. ,...'L~ " "' tekno-gospel" .I.~""' .J_'-l'_


'Io4.L -....I. ,"'_v ""'.i.""'.L~"'.L'-'.I..LJ,.i.,
• .I.'-,O,J.&..I..&. .&.

di angkasa
na.."''")1'"'\£"r17":11" dalam
.011.0 1'-t-....rI.1'"'\ .. 1,1'"'\'(71"\

1968. 4
yang ini "-_.. . .,.&.~Vl •.&......

nyata, bahwa peristiwa ini adalah peristiwa yang penting secara


global, malah universal.
Dan siapa yang hendak menyanggah? (atau
dengungan) tentang jalan raya informasi itu kian hari kian
lantang. Semenjak tahun 1992 saja, jumlah koran
yang menyebutkan tentang jalan layang informasi itu telah
meningkat lebih dari 2.000 persen. Setiap artikel dijejali dengan
retorika politik yang penuh optimisme, pikiran positif dan
pandangan ke depan yang biasanya hanya muncul saat kampanye
pemilihan umum atau krisis nasional.' Di buku di
seantero negeri, para pakar berkoar-koar bahwa menghubungkan
diri ke jaringan komputer merupakan suatu bentuk "konversi"
(perpindahan dan komunikasi .I.~ ""'.L""',L''''.I.'-'.&..I. ....

sejenis "jamaah". Akses informasi yang


bangkitkan si lemah dan mengikis tirani
Berkat 1'.0"'111.,11",.,1'"'\ VA1--nl1n1V"-:lCl
116 RUANG YANG HILANG

nerbanazraran orang yang miskin data


. . . . . . . . . . . . . ,.-...... . . . . . yang layanan universal,"
sebuah artikel di koran New York Times?
~C..V"11.-..I"\1,,..I"\'f""\ u'-'-" fenomena yang patut diperhitung-
&.,.6.""'."'' '

dengan berani mencelup ke dalam


kita kaitkan dengan semangat
wilayah baru,
dipijak, keajaiban teknologi tinggi
berkilauan oleh cahaya restu
............. _ .a..a..a.'-.a....~.a..a.'.....\A...a. terbitnya hari baru bagi
...................... '... s:

.a.'-'-~I.I~.a.i.J~.a. , sebuah "mukzijat", yangakan


membimbingnya menuju solusi
l"'r'11·... I"\nrn:yl"'\ Tuan Wakil Presiden
meningkatkan per-
"f"'1r"",h'1I"\rln _ ..."._ ...., _ .............., 1"Y'IOr'l,l"'r01t'Y"tt"'\.I"\'f""\,n-lrrlr'l demokrasi, dan t'men-
saling terhubung",
. . . . . ". . . . . . . . ~ . . . (seperti ibu memandikan
kebajikan manusia. Satu dunia,

Mungkin jahat, bahkan sedikit tidak


patriotis, jika saya Akan tetapi, tetap saja saya
bertanya-tanya, bagaimana caranya kita bisa mewujudkan
keajaiban itu. Bukannya saya tak bersemangat mendengar visi
transformasi Tuan Gore itu. Saya setuju-setuju saja mem-
bangun istana di awang-awang (ala Thoreau), kemudian
belakangan baru meletakkan fondasinya. Hanya saja, jurang
antara retorika Tuan Wakil Presiden dengan realitas Dunia
Ketiga sama menganganya dengan jurang di barat laut Arizona.
Bagaimana mungkin adanya komputer di setiap rumah di
Rwanda dapat menghentikan pembantaian dan menghilangkan
kemiskinan-mungkin orang berkata, dua hal itu itu adalah
prasyarat munculnya pemilihan umum dan kebebasan pers yang
dinikmati negara Barat?" Bagaimana mungkin akses ke jalan
raya digital dapat mendinginkan kepala Khmer Merah dan
Sendero Luminoso? Dan siapa yang akan membiayai operasi
pembebasan dunia dari para tiran dan menyelamatkan rakyat
ditindas-kebanyakan mereka buta huruf dan sangat
miskin? Al Gore? Bill Gates?
BAB KEEMPAT 17

tidak juga turun


representatif? Ini '""_.. . r \,4........,' A. A. ... ,... A.v .... " "... A.t

terus .........
A.A. ......A..'! \ , 4 .... "'-i.'-AAFo.\.l"AJ.

sepanjang selokan . . " "A. ,...,\,4A."-...... A. ......""' ... J..l-th, .........J.........J.."-"'.........

sebagai nujum
Namun, di jalan raya digital utopianisme
teknologi yang telah mengakar dalam tradisi Amerika itu yang
pernah mengizinkan kita untuk mempersepsikan lokomotif
sebagai agen kehendak Tuhan, seperti atas ibarat
mengirim trenggiling ke tengah ramainya lalu lintas.'? Pagi
sedang merekah di Amerika, dan orang pesimis mau
percaya tak perlu ikut, Begitu energi jalan raya informasi ini
dinyalakan, negeri ini akan segera melaju dengan pilot otomatis.
Datanglah, tiba-tiba, Kapten Kirk dan kru pesawat nenteraran
Enterprise sedang menuju tempat
oleh siapa pun. Datanglah
matang yang telah kita lihat TV ngebut
di jalanan atau membelai rnobilnya, seseorang yang mengendarai
Mustang menjelajahi masa depan.bertekad rnemiliki
segalanya. Di jalan layang digital, Rute hal-hal
terbaik Amerika yang
baru
118 RUANG YANG HILANG

Atau mungkin tidak begitu baru. yang hadapi


sekarang bukan hanya jembatan surga, melainkan juga
terbentuknya wilayah perbatasan Amerika untuk kedua kali-
terbatas" ,
Electronic Frontier Foundation. Wilayah baru ini,
................ '-'1...........

juga yang lama, akan membuka kemungkinan untuk


dari awallagi. Dan lagi. bagi
mengibaskan masa
~ sesuka hati." Tidak seperti penduduk perbatasan
............ '"',...... ,...JL ............. ... ,...

generasi masa silarn, koboi komputer generasi barn ini memiliki


kemampuan untuk menjelajahi dunia baru, membangun
komunitasnya sendiri alam liar digitalnya, bahkan melakukan
~""""""'Iwi.\.4..I.'I<..\.4..I."" berbahaya dengan cara tidak
sempat pulang
.......................... ,L'Io.... ...,,,, .......

Tanpa Lautan Pasifik yang menghalangi, tanpa yang


hilang kesuburannya, dan tanpa kebudayaan primitifyang
"dibuat lebih beradab", prairi yang baru dan canggih ini
menghadirkan kebaikan bagi semua pihak. "Tanah" akan
terus ada. Koloni berpikir secara demokratis dan memiliki
minat yang sama akan terbentuk dengan waktu dan cara yang
sesuai dengan keinginan masing-masing, dan akan bubar apabila
tak merasa saling membutuhkan lagi. Bebas dari risiko dan
tanggung jawab kehadiran fisik, kita semua akan bermekaran
menjadi negeri yang terdiri atas individu unik, tanpa rasa takut,
dan bebas berpikir. Dilumpuhkan oleh ruang nonfisikal, kita
akan segera menggapai negeri Kanaan Baru."
Saya memandang ini agak sedikit berbeda. Di bawah
naungan simbol campur aduk dan gambar-gambar berkekuatan
tinggi, saya melihat teknologi yang berkekuatan untuk meng-
gerogoti individualisme kita yang masih tersisa. Bukan mekarnya
keberagaman yang katanya menanti kita di tapal batas negeri
digital itu, saya justru menyaksikan tanda-tanda keseragaman
yang tersamar di balik topeng.!' Ketika yang lain menikmati
buaian janji-janji Amerika, saya justru merasakan sebuah
kekuatan dahsyat konformitas-sisi gelap dari epluribus unum
(semboyan AS,mirip Bhinneka TunggalIka-ed.). Dalam pikiran
saya, jalan raya digital itu bukan simbol kebebasan ekspresi
yang menanti kita di masa depan digital, melainkan simbol
yang sudah kita pada masa
............ "" ...............,.., .......................1-. .....
BAS 119

Bagaimana mengubah
kita? Rasanya logis kalau saya menanyakan bagaimana jalan
raya nyata telah mengubah hidup kita. Kalimat terakhir ini
membawa saya pada keluarga Gore. Ayah Gore ternyata dahulu
membangun jalan raya juga. Sebagai salah seorang arsitek sistem
jalanraya nasional tahun menggantikan jalan
berkelok-kelok
bagian lurus
telah dan cintai. Dia 1'Y'\c.~1'Y'\1!"'\Ol'·lll"\C" nannwiatn:
jalan

tal itu, juga


seperti sistem jalan IrfVrf--rfKrfl

lebih banyak, lebih cepat. Sistem ini juga, orang,


memudahkan demokrasi, "menghubungkan" semua orang yang
masih berada di luar sadar akan kekurangan
yang dimilikinya-ke dalam suatu jaring komersial negeri itu.
jika jalan raya Al Gore Sr. menggusur berbagai kekhasan
daerah, jalan digital sang merarnpungkan
prosesnya-menggali transportasi menjadi komunikasi, ruang
fisik menjadi sebuah metafora."
Ayah dan anak memang sarna saja. Saya tentu akan merasa
tersentuh oleh estafet obor dari ayah dan anak ini, andai saja
kedua fenomena itu tidak menimbulkan kerugian. Dan kerugian
itu masih banyak yang datang. Jalan Gore Sr. telah
turut mengharnparkan keseragarnan dalarn pemandangan jalan
Amerika. Harnparan pabrik dan industri hadir
di mana-mana, menghancurkan warna dan
bahasa dalam kebudayaan raya elektronik Al Gore
Jr. pun membuat kita
regionalitas lain
net
120 RUANG YANG HILANG

penyeragaman ini pada gilirannya akan memudahkan kita


terperosok ke dalarn pasungan rezim otoritarian.
Kadang-kadang saya bertanya pada diri sendiri, apakah saya
berlaku tidak adil pada Gore? Apakah saya telah mencoreng
raya digital dengan kuasoleh George Orwell tanpa alasan?
Gore tarnpaknya orang yang baik, sarna seperti banyakorang
lain yang hanya bicara yang bagus-bagus saja tentangmigrasi
besar-besaran kita ke Infobahn. Benarkah saya seorang tua kolot
-umur saya 36 tahun-yang tak bisa mengapresiasi berbagai
keajaiban masa depan? .
Dalam keterombang-ambingan saya waktu itu, saya ter-
tolong oleh digerati baru yang lebih berani dan tak apologetis-
sebuah metafora baruyang lebih ""'"".......,,~ . . . ._.
....J.J.'Io..........u.vv"-J.J..... t.4L..l ....

Langsung, tanpa basa-basi,


pun dengan kebohongan usang tentang kebebasan dan
ekspresi diri, dia dengan dan efisien telah membungkarn
keragu-raguan saya. Lupakan gembar-gembor tentang jalan
bebas hambatan dia. Lupakan semua pembicaraan
tentang individualisme dan pemberdayaandalarn I-way tentang
di maya yang nyaman. Lupakan
tentang Lone Ranger daerah perbatasan baru itu. Dalam Era
Baru, mitos individualisme pun bakal mati. Satu-satunya
komunitas yang ada hanyalah komunitas sarang lebah.

***
Di jantung visi para cyberis-visi para cyberis sejati-sarang
lebah digitalpun mulai berdengung. Sarang lebah apakah itu? Ia
merupakan sosok sejati Dorian Gray' di balik potret digital:
sebuah prediksi yang cerdas, bersemangat, tanpa malu-malu,
dan tidak sentimentil, tentang bentuk komunitas manusia yang
mungkin (atau selayaknya) tercipta setelah revolusi digital.
Selain pendapat yang menggebu-gebu tentang keindahan
komunitas, keunggulan kolektivitas daripada individual yang
dapat disingkirkan, prediksi di atas juga merupakan salah satu

Dorian Gray adalah tokoh dalam ThePortrait of Dorian Gray karya Oscar
Wilde yang mengisahkan Dorian meminta seorang pelukis membuat
lukisan dirinya (potret). Secara ajaib, konsekuensi buruk setiap tindakan
Dorian ditanggung oleh lukisan itu, sedangkan dirinya sendiri mengalami
yang baik-baik saja.
BAB KEEMPAT 121

secara bebas
kita sebut sebagai humanisme. saya bahwa
dalam bentuknya yang paling murni, visi para cyberis itu tak
bisa Bisa. Diabisa Anda tergelak.
Kenyataannya kadang-kadang dia menawarkan lelucon yang
sama berbagai Pol Pot pada 1970-an
atau pernyataanyang
Kampf
Esensinya, metafora
bahwa dalam waktu dekat manusia
hubungkan diri satu sama
individualisme yang ·kita
hanya ilusi, xara merexa-s-axan
yang raib itu?
kolektifyang menjadi jelas dan
"pikiran global", yakni Net. ke dalam "massa
nama", kita dengan segera dan senang
kehendak, kecerdasan, dan V"01"\01"I''"''l''(Y'''l''lt''\

kepada keagungan sarang Sebagai balasannya, sarang


lebah akan mengerjakan hal yang serupa
tuhan, tak dikenal, sebuah U superorganisme , dia "tak
akan menghiraukan nasib kita masing-masing, sama seperti
ketidakhirauan kita pada beberapa sel kulit kita yang mati saat
naik gunung dan kaki kita melepuh."16
Apa artinya menjadi bagian dari superorganisme global
itu? Seperti apakah duniayang "telah tersaranglebahkan" itu?
Tak seperti apa pun yang pernah kita kenal atau kita impikan,
kata para visionaris. Saat umat manusia mengalami mutasi
menjadi manusia sarang lebah, jalannya peristiwa itu akan
terlontar ke luar kendali siapa pun atau kelompok individu mana
pun. Kehidupan akan menjadi kacau, "tanpa pimpinan", dan
"anarkis". Menakutkan? Hanya bagi orang yang gila kendali
atau yang tak mampu mengapresiasi "teknospiritualime yang
menyongsong di Era Baru", sanggah para digerati. Soalnya,
sarang lebah akan merawat kita, Dia tahuapa terbaik,
"Benar-benar sosok yang sosial" dan "tanpa malu-malu terdiri
dari banyak benak", dia akan memiliki "kecerdasan yang tak
dimiliki oleh bagian-bagiannya". seperti kawanan
lebah yang 1.;n ......::1uJ..l,F1Ft"".a.J.J..lJLyU., 'f""V"\'"'\l"''tY'"'\·... '"'\lr,''\r
YANG

.1..4. ............... .1.""'''''_..., dan kapan ber-

siapakah kita, si lebah versi baru? Bodoh, patuh, dan


"Tangan Gaib", kita akan lebur ke dalarn pesona
~01"',C"01"'.r:l diri pada kendali sarang lebah. Tereduksi sarnpai seperti
n

atau kelelawar dengan sayapnya (ini metafora


akan membiarkan tangan-tangan
membimbingjalan kita. Kevin Kelly,
menyebarluaskan ajaran tentang kepatuhan,
1"'Y"\o:t"\rr,(~t"-:l.lT-:ln "Saar kita menghubungkan diri ke jaringan sarang
sebagai neuron, banyakhal akan bermunculan
kita duga, kita mengerti, tak dapat kita kendalikan,
" Akan tetapi, Kelly menerangkan
'_'-'1""'...
.4.'- "lni adalah harga yang harus dibayar
""'-1..4..

IT01''Y'l11nr'.11 kesadaran sarang Iebah.t' Lagi pula, dia


n

""",L . . ,
J.J..4."'....... """.4..L.4. ... ,""".L .....L... semacarn apakah yang masih kita
.I.... ',... ...... " ... """......

jauh "kesadaran kolektif sarang


yanglebih kecil?"18

***

Bagi orang-orang yang tak tersaranglebahkan, sedikit cerita


ini bisa melontarkan rentetan pertanyaan. Apa yang bisa kita
harapkan dari pemaharnan aneh semacarn ini? Mengapa kita-
manusia, bukan serangga penyengat bersayap empat-meng-
celoteh konyol semacam ini? Mengapa tak kita biarkan
.... .1..1.... '""",,-,,,".L"''''''-IL.L

saja sarang lebah itu berdengungan di kepala digerati dan kita


mengerjakan urusan kita seperti biasa? Mengapa tak kita biarkan
saja Tangan Gaib itu menggerak-gerakkan]ari Gaibnya? Bukan-
kah lebih baik jika kita menyimak makhluk khayalan H. G.
Wells atau nasib Enterprise, kapal penjelajah itu?
]awaban dari pertanyaan-pertanyaan ini sudah jelas, walau
harus diakui pada awalnya susah ditelan: karena Tangan Gaib
itu, meski terdengar norak, tak lebih absurd (atau mistis)
dibandingkan dengan simbol kekuasaan yang digunakan oleh
para rezim otoritarian; karena sarang lebah digital tak ber-
dengungan di dalam benak para teoretikus digital saja; karena,
cyberis sejati, H. G. Wells dan para penulis
menggunakan fiksi ilmiah untuk mengungkap-
kecerdasan, dan
124 RUANG YANG HlLANG

kaca spion-akan menjadi kurang berarti begitu kita melaju


dunia pascaindividual.
LLL""'·LL ....... i' ......

Dengan kata lain, di dalam masa depan digital, sarang lebah


~""l~111C'1'"
tak akan berkabung untuk lebahnya,sama seperti
sarang lebah tak akan menghitung jumlah lebah yang mati.
Walaupun orang-orang yang belum tersaranglebahkan akan
merasa mereka harus segera menyingkirkan sentimen
berguna itu dan mulai berpikir tentang sesuatu yang lebih
Mengingat bahwa peradaban "mernang benar-benar
. Bahkan, "episode sejarahpaling gelap sekalipun (Stock
menyebutkan Tragedi Hitam, wabahinfluensa yang melanda
seluruh dunia, dan kedua Perang Dunia) akan segera lentur
kenangan rnanusia" dalam waktu
rr,..~.. ,.. ......."t""''' 20

percaya pada para cyberis itu, tentu saja men-


jika
hal-hal
""'' ' 'L.1. wabah dan perang juga akan menjadi
.4.'-'-UJL'''-'-'-.4..4.

masa lalu. Metaman menciptakan interaksi organi-


sasional individual," Stock menerangkan, "akan
manusia jangkauan
empati alamiah kita" . Dan "nilai-nilai kemanusiaan harus
menyesuaikan diri-kadang-kadang secara drastis-dengan
realitas baru dalam lingkungan manusia yang diciptakan oleh
superorganisme.t?' Begitu nilai-nilai baru tercipta, kita akan
dapat memahami transendensi agung dari "yang menyeluruh"
dan menyadari pentingnya pengorbanan demi kesejahteraan
keseluruhan itu.
Untunglah nilai-nilai baru itu tercipta karena jika dinilai
berdasarkan standar empati saat ini, realitas baru itu bukan
hal yang baik. "Sisi gelap Metaman," kata Stock, "mungkin
akan memusnahkan beberapa kebudayaan dan populasi (tak
masalah yang mana) di beberapa bagian wilayah Afrika, Asia,
dan Amerika Selatan." Digasak oleh hadimya teknologi modern,
pilihan yang tersedia adalah meleburkan diri atau hancur. Akan
tetapi, beberapa masalah global seperti peledakan penduduk akan
dapat diatasi dengan cepat dan efisien. Bagaimana caranya? Stock
tak begitu pasti, tetapi dia menjamin bahwa kereta sejarah akan
sesuai dengan jadwal. Bukankah Metaman adalah dewa
....., ..... .4. .......................

akal. Stock berspekulasi, mungkin Metaman akan


BAB KEEMPAT 125

Australia, "infeksi
macam influensa yang sebagian
penduduk tak bisa memiliki anak.":" Bagian penduduk yang
mana? Stock apa-apa. Sebagai dari sebuah
lembaga politik barn, mempertanyakan kearifan
Net yang tahu segalanya.
Sudah semuanya?
komunitas sarang lebah
individu, untuk selamanya, yang memang v""'...,""' \.L ,' ......

ada. Dia juga akan menyingkirkan "'4~U.""'~14'" V'l. '- ""' '-......

kesejahteraan spesies manusia dan ""~44'-U.£'"


nonmekanis" yang kita sebut ""'~4 ..... s->~4.
....... '-4Y.

Kehidupan itu sendiri


Berjalan-jalan di pinggir
sepoi-sepoi, melihat "kijang di
dan memainkan kakinya pada bunga-bunga liar,"
kan, "rnemang sungguh mengesankan. Akan
mendalarn yang saya peroleh ketika
dan semak-semak adalah bahwa kehidupan di muka uu
begitu serupa. Kehidupan tak bisa membodohi Semua
di muka bumi itu sarna, seperti deretan barang swalayan
yang diberi label berbeda-beda, tetapi dibuat oleh pabrik yang
sama." Visi tentang "kehidupan sebagai jaringan distribusi"
itu telah membawa Kellymenukik lebih jauh. "Kita adalah darah
yang sarna, kau dan aku," Kellymengutip puisi Mowgli. "Semut,
kita adalah darah yang sama, kau dan aku. Tirano-saurus, kita
adalah darah yang sama, kau dan aku. Virus AIDS, kita adalah
..." Anda mengerti kan?
Kembali ke tengah-tengah peradaban, Kelly merenungkan
pengalarnan hidupnya di daerah pedesaan dan dia mendapatkan
kesimpulan yang mengejutkan. Hidup, kata Kelly, adalah "air
bah yang mengisi penuh tong-tong kosong hingga turnpah,
lalu terus mengalir: mengisi tong-tong yang lain. Bentuk dan
jumlah tong yang terendarn aliran bah sarna sekali tidak penting.
(Di mata siapa? tanya bagian-bagian "makhluk-makhluk ter-
distribusi" itu.) Kehidupan, Kelly menegaskan, mengutip]arnes
Lovelock, seorang penemu dan ahli kimia atmosfer berkebangsa-
an Inggris, "adalah sebuah fenomena bershala planet;" abadi, dan
setiap upaya ini
126 RUANG YANG HILANG

h~f",,{7-:lI-:ln khayalan. apa artinya laki-laki, perempuan,


1,L:l<I'1'1"'"l"'rr", negara, dan keseluruhan ras manusia terkutuk ini-
mengutip umpatan Mark Twain? Itu tak perlu dipikirkan, kata
"Meskipun pemerhati lingkungan radikal telah gembar-
_.. . . ,.. . . . . . ,.... " Kelly menjamin, "sebenarnya manusia tak punya
.l".~.1''''-\,A.u..\."-I.''' untuk menghapus seluruh banjir kehidupan dari bumi
ini. Born nuklir sekalipun hanya bisa menghentikan kehidupan
saja, malah mungkin akan mengembangkan ~.1.1.1'\..l.,,..I....,U..l. ...

non-manusia." Mengembangkan apa? Hmm, batu .&.I..~'l.&.... " ... ............., ....

Kelly menerangkan, batu juga merupakan bentuk kehidupan.


Bentuk yang "bodoh", memang, tetapi tetap merupakan
kehidupan."
Lantas bagaimana caranya kita bisa keluar
dari masa depan yang hanya baik bagi
dan kembali menuju sesuatu yang serupa dengan yang
kita tingga1i? Apa pengaruhnya dengan kehidupan kita se-
karang? Sambi! mencoba memahami di
holocaust
bahwa Kelly, editor eksekutif majalah Wired
. . . . . . . ,. . . . . . . ,. . majalahnya
paling keren di tahun 1990-an-memancarkan kepada Anda
manifesto empat warna dari kebudayaan digital dan visionaris
komputer"), hanya membuat heboh karena kehebohan akan
meningkatkan penjualan majalahatau bukunya?
Setiap kali hendak menukik lebih jauh ke para
digerati, saya senantiasa diingatkan dengan lontaran pertanyaan-
pertanyaan itu. Namun, semakin saya pelajari, semakin saya
memahami dua hal. Pertama, konsep sarang lebah itu mungkin
punya arti yang lebih mendalam, lebih dari yang bisa kita duga.
Kedua, jika arti mendalam itu tidak ada, tak jadi rnasalah.
Mengapa? Karena, yang penting dari metafora sarang lebah itu
bukanlah keberadaan dunia baru yang diprediksikannya itu,
sensibilitas orang-orang yang menginginkan adanya dunia itu.
Bahkan seandainya superorganisme global itu belaka,
kita pun harus wasp ada terhadap orang-orang yang h a ...·l11""\.I"\17Y'"

membuatnya menjadi nyata.


Akan tetapi, sarang lebah itu bukan . . . . . . ,. ._.. '....
l\lllan1fnrrllr"'?"'l'"l17Y'"

keterhubungan manusia, pertalian secara L::lo...,..,r'!t.C''1r'!t.'I'"\'"I

.......""J.I..I."'-" .....i. .......dengan karib-karib mana


tersambung pada . . ~r .."rl"~"" ... 11""\i-'··....... t'Y'l'"\C'1 " 1-\'L'- ...... "

memasok kita dengan "laporan ,..,VId. . . f-Ju.............."' ..........

ladesh atau Afrika sub-Sahara


keyboard), semua itu
kolektivitas yang saat ini
kan, teknologi
komunikasi dan sistem perdazangan
menyadarinya kita h01"'1,"\j"'l1""\

pesawat terbang
radio dan televisi. n Dan
meninggalkan jejak ...
sesuatu akan segera
Dengan meningkatnya .I..I.\..I.Ii.J\..I..I..I..~U..l..1.
.I.'-""'\.1u...1.Jl.l..I.F. \.""'.1. ....

jaring teknologi, Stock t'Y'I01""\OrT'"\C'llT'"\1""\

meninggalkan sifat . . . . .-... ~ y .......l· .......

Iokal,berakar pada tempat-menuju ke


dan menyatu, dan berskala global." F.F-.u...I. ...'...~ ... .A.J'\J......

janganlagimengarrikannya
lihat bahwa mereka benar.

mengerut, atau peristiwa kelompok masa


olahraga atau bazar lingkungan-semakin t'Y'ICI1""\(T,ot'Y'lh"l1""\(T 1""\""\o'n1"l1'11

proporsi nasional dan bahkan global survei \.1\.u...\..I.\.1l....I..I.'-.

setiap malam separo penduduk Amerika sedang menonton


televisi), konsep para cyberis tentang global,
masyarakat sarang lebah yang tersusun
puter yang saling terhubung, tampaknya semakin membumi.
Dan kini, Kellymenegaskan, Setiap dapatdan sudah U

didigitalkan. Setiap pengukuran terhadap aktivitas .I..... 'i.J.I.""'.I.'-,• .I..I.

manusia dapat dan sudah disebarluaskan .1..1. ........... _ ............ 1"l1"'1n.rT"ln

jejak kehidupan setiap orang dapat dansudah


angka dan dikirim melalui kabel.''"
sudah berpindah (seperti sekawanan
didiktekan oleh "informasi" pasar
berpikir bahwa masyarakat
yang tak berbahaya?
setengah jalan ".. . .
128 RUANG YANG HILANG

Iadi, pertanyaannya sekarang bukan tentang apakah kita


sedang meleburkan diri dalam jaringan masyarakat sarang lebah
atau tidak-kita memang sedang melakukannya-melainkan
apakah ini baik atau buruk. Para cyberis jelas berpendapat hal
ini hebat, "Metaman", celoteh Stock, H sedang maju pesat" dan
kitaharus berusaha sedapat mungkin membantunya dalam
"perjalanan tak terhindarkan ini" menujumasa depan."
Saya kini mulai mewaspadai diri. Mengapa? Karena hal
terburuk yang kita perbuat-dari serbuan Mongol, Majdanek,
sampai My Lai'<-kita lakukan secara berkelompok. Saya rnesti
waspada karena masyarakat sarang lebah, sebagai sebuah
konsep, mengancam akan meluluhlantakkan kekuatan yang'
justru menjadi pelindung kita dari kegilaan massa. Kekuatan
itu adalah rasa iba, kesetiaan, dan kasih sayang untuk sesama.
Ini sangat sederhana, benar-benar sederhana. Bagi saya, diluar
cacat dan kekurangannya, manusialah yang menjadi harapan
kita dalam menghadapi semua ini, Mereka adalah awal dan akhir.
Cinta yang sifatnya pribadi, kelak akan bermuara pada cinta
yang lebih agung, yakni cinta terhadap umat manusia, Sayang-
nya, sisi yang berlawanan, para digerati justru membenci
dan tak mempercayai individu. Mereka tampak muak. Inilah
sebabnya para digerati ituakhirnya bersedia mengorbankan
individu untuk kehendak massa, atau menggantikannya dengan
sesuatu yang dianggap lebih baik: Omega Man atau, menurut
Gregory Stock, Homo comboticus (robot komputer) .
Lihatlah manusia itu. ]ika mereka dibebaskan dari pe-
rangkap emosional yang biasanya menghalangi penglihatan
Anda, para cyberis menegaskan, akan Anda lihat, mereka menjadi
makhluk yang tak menarik. Apakah manusia itu? tanya Profesor
Bruce Mazlish dari MIT. Mereka taklebih dari mamalia/mesin
berkaki dua yang hanya berharga karena mereka membenci diri
sendiri (hal ini, kata Mazlish, menjelaskan keinginan kita untuk
membuat diri kita menjadi sosok yang baru dan artifisial,

* Serbuan Mongol merupakan perluasan wilayah oleh b-ngsa Mongol yang


dilakukan dengan melancarkan perang yang brutal dan kejam. Majdanek
adalah salah satu tempat Nazi membantai tahanannya. My Lai adalah
sebuah desa di Vietnam; di desa ini hampir 350 penduduk tak bersenjata,
termasuk wanita dan anak-anak, dibantai oleh tentara AS saat Perang
Vietnam.
BAB KEEMPAT 129

dengan cara mencukur jenggot, memangkas


rambutdan sebagainya), senang teman satu
spesiesnya menderita, danrnereka senantiasa takut mati.
Mengapa yang lebih baik? Dalam ini,
apakah "Manusia di mara saya
adalah merusak dibandingkan
dengan Warren McCulloch dikutip

yang .L.Lh.L'-!..L'""',yy\.4,."'.L.L.L~
.L.L.L ...... .. \.4...L.L.

blender
homogen.
tombol.
sarang
jika Kevin Kelly dkk.
mereka itu
Akan tetapi, tampaknya memang begitu. Dalam sebuah
kutipanyangsecara luasdihubungkan dengan awalrevolusi
komputeryang sesungguhnya, Steward Brand menulis, "Kita
menjadi dewa-dewa, maka kita pun harus berusaha melakukan-
nya sebaik mungkin." Dan selama dua puluh tahun ke depan,
mereka tampaknya belum juga lelah mengasosiasikan dirinya
sebagaidewa-dewa, besar dan keeil. BagiMazlish, mereka yang
tereerahkan akan menjadi sosok malaikat di taman surga;
terangkat dari dunia kejatuhan manusia. Bagi Kelly, ini adalah
rnasalah menjadi tuhan. Dari meneiptakan makhluk sampai
memberikanrair kehidupan" kepadamesin, dia ingin melakukan
semuanya..U] ika semua motivasi sekunder disingkirkan," tulis-
nya, "semuahasratsebenarnya satu, yaitu membuat dunia milik
kita sendiri. Saya tak dapat membayangkan sesuatu yang lebih
menggairahkan keinginan untuk menjadi tuhan.f"
Semua di atas itu, diakui, tidak seperti omongan seekor
lebah.
130 RUANG YANG HILANG

Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Bagaimana kita


menerangkan wabah sizofrenia yang sedang rnerebak ini? Salah
satu caranya mungkin dengan menunjukkan bahwa kejujuran
para cyberis pun pasti ada batasnya, dan rnereka yang ingin ber..
main rnenjadi tukang sihir dalam permainan kehidupan ini
cukup cerdas: mereka tahu keuntungan dari bicara berbelit..belit,
Dengan kata lain, bagi mereka lebih rnenguntungkan jika
mereka bicara panjang Iebar soal keinginan menjadi tuhan,
daripada bicara tentang pengingkaran diri."
Penjelasan yang lebih bijak-mengingatkan sifat rnereka
yang kurang licik dan semangat reformasi rnereka yang rneng-
gebu-mungkin, akan mernperlihatkan para digerati sebagai
politikus naif: para urban pascamodern yang secara membabi..
buta meleburkan diri ke dalam celupan madu-madu Foucault
dan Derrida, Mereka tak berpikir dua kali dalam mencampurkan
nitrogen dan gliserin pernbentuk kekuasaan absolut dan
penaklukan absolut, hanya karena konsep-konsep itu sebenar-
nya tak berartiapa-apa bagi mereka, Berkubang dalam hiper-
realitas, mereka begitu sibuk memamerkan gaun nihilis model
mutakhir sehingga tak memikirkan lagi dampak dari teknologi
yang telah mereka temukan,
Bahkan jika penjelasan terakhir ternyata benar (meski saya
kira tak mungkin) itu tak jadi masalah. Benar atau tidak, efeknya
akan sama, ruh yang terganggu-baik akibat kejahatan maupun
ketololan-tetap mematikan. Dan untuk memahami betapa
berbahayanya visi para digerati, yang perlu dilakukan adalah
mengingat bahwa kita sudah pernah menyaksikan masyarakat
sarang lebah sebelumnya. Ingat yang terjadi saat terakhir kali
mereka-sebagai sebuah organisme tunggalyang hidup-
memutuskan untuk rnenyerang."
Di balik gemuruhnya retorika Kevin Kelly, saya mendengar
dengungan 50.000 lebah di Nuremberg. Gaung keceriaan akan
tiba-tiba membahana, lalu sunyi kembali, seperti deburan
ombak. Saya menyaksikan wajah-wajah yang bersemangat tetapi
belum mengerti, orang-orang muda dengan sarung tangan,
seperti Iebah mendengung-dengung di lubang selnya, mereka
melongok-Iongok untuk melihat lebih jelas. Saya melihat
barisan manusia sarang lebah, terperangkap dalam propaganda
brilian Leni Riefenstahl, "Kami, sekawanan lebah, siap pindah
BAS KEEMPAT 131

dalam .sekejap.rvDan saya pikir, sebaiknyaTuan Kellydan


kawan-kawannya mengkaji ulang visi mereka tentang masa
depan, dan kita sebaiknya mulai menyimaknya.[]
REPUBLIK ILUSI:
SERANGAN TERHADAP REALITAS

UNTUK memahami keanehan dan keajaiban


berbagai teknologi revolusi digital itu, kita harus
meletakkannya sebagai hasil budaya yang alami dan
tak terelakkan. Dalam budaya ini, "penggantian
realitas dengan fantasi-fantasi terpilih", seperti
ditegaskan oleh kritikus arsitektur Ada Louise Huxtable, ke-
mungkinan akan menjadi pengisi waktu luang yang populer di
AS.2
Pada dasarnya, teknologi digital itu sarna artinya dengan
alkimia simulasi yang aneh. Para teknovisionaris mungkin akan
berkoar-koar tentang betapa bijaknya apabila setiap laki-laki,
perempuan, dan anak-anak dilimpahi dengan informasi yang
mengalir dengan kecepatan tinggi. Kenyataannya, yang mereka
sukai bukan informasi, melainkan disinformasi: impian akan
kepalsuan yang sempurna, penipuan secara diam-diam. Seperti
dikatakan oleh Dr. Brenda Laurel, seorang pengkaji realitas maya,
"Semua orang ingin menciptakan sesuatu yang begitu dahsyat
sehingga itu membuatnya kehilangan keseimbangan." Dengan
kata lain, yang diinginkan oleh "semua orang" adalah ilusi yang
begitu sempurna, yang akan membodohi kita, membuat kita

132
BAB KELIMA 133

seekor burung

\..J.J.J.,FoJ.,-c;.ol.\.. pengasingannya tidak


sendiri maupun
era yang tidak
.:I'--V\..ol.c:.ol.J.J.

produknya
dirisaukan itu tidak

masyarakat
tetapi juga
Perburuan para mendapatkan tiruan yang
sempurna itu masuk dalam sebuah budaya yang batas-
batas antara fakta fiksinya, mengambil istilah filsuf
, atau dalam negara yang dikenal
secara melalui kubah Gedung Putih,
melainkan Negeri Ajaib Miki Tikus.' Realitas maya seperti itu
adalah sesuatu yang logis konteks era virtual. Semua ini
tentu saja tidak membuat teknologi-teknologi baru jadi lebih
tidak berbahaya. pada realitas objektiftempat
kita bergantung sudah hampir lepas, kaki kita senantiasa diberati
timbunan yangbukan realitas" yang kita santap
sehari-hari. Semua itu membuat kita tak berdaya meredam gegar
berbagai terbaru.itu,
Ada genggaman kita sudah
pendapat itu ada benar-
Y Y C:~ ~JlF" seberapa jauh kita terjatuh?
J.J.J."u.,-(..ol. ...,'--.1. \..UJLJ. {;'u;.iU.J..l.I. ..::J\..J."-Q..1.

brilian, meng-
Kelly .............. , , .l.1'.&.J.'-J.J.\,.l_'-,&
134 RUANG YANG HILANG

menegaskan bahwa negara AS adalah sebuah Republik Ilusi,


negara yang dipimpin bukan oleh para pemimpin hasil pemilu,
melainkan oleh orang-orang yang mengemas dan menjual para
pemimpin itu kepada rakyat yang semakin mau percaya bahwa,
mengutip kata-kata petenis Andre Agassi, "citra adalah
segalanya." Politik Amerika, menurut Kelly, "lebih merupakan
realitas maya daripada realitasobjektif," Pernyataan yang
menyedihkan ini tak hanya terbatas pada pusat pemerintahan
AS di Sungai Potomac, tetapi juga mewakili suatu kebudayaan
yang "batas antara realitas dengan fantasinya telah musnah,
suatu kebudayaanyang telah mengubah Oliver Stone menjadi
ahli sejarah, Joe McGinniss sebagai penulis biografi, Geraldo
Rivera sebagai jurnalis, Leonard leffries sebagai ahli genetika,
dan Barbra Streisand' sebagai pemegang otoritas kebijakan
nasional" .4
Dalam konteks era baru, pendapat Kelly itu, betapapun
beraninya, telah mulai disusul oleh momentum era baru yang
ngebut? Hari ini.menghadapi teknologi-teknologi baru yang
lebih agresifdan menyerang realitas, kita seharusnya memper-
timbangkan tidak hanya realitas maya dalarn politik, tetapi juga
politik di dalam realitas maya.
Apakah yang saya maksudkan dengan politik di dalam
realitas maya itu? Yang saya maksudkan adalah darnpak politis
akibat oleh berbagai teknologi yang hendak mengaburkan secara
permanen batas antara yang nyata dan yang tak nyata. Akan
tetapi, mengapa politik? Mengapa bukan budaya? Perbedaan
keduanya memang tipis." Saya memilih politik karena saya per-
caya bahwa revolusi digital itu, di kedalaman intinya, merupakan

Oliver Stone adalah sutradara film yang sering membuat film sejarah
menurut pemikirannya sendiri. Joe McGinniss adalah penulis yang meraih
kepercayaan seorang tersangka kasus pembunuhan, lalu menuliskan
tersangka tersebut bersalah dalam novelnya, Fatal Vision; dikritik karena
telah mengkhianati kepercayaan tersebut. Geraldo Rivera adalah pemandu
acara bincang-bincang di TV: Leonard Jeffries adalah dosen berkulit hitam
yang menyuarakan pandangan anti-kulit putih dan anti-Semit di kelasnya,
dan menyatakan bahwa sifat genetika orang kulit hitam yang
mengakibatkan jumlah melamin (warna kulit) yang banyak adalah bukti
bahwa orang kulit hitam lebih superior daripada orang kulit putih. Barbra
Streisand adalah penyanyi yang kadang-kadang aktif dalam politik.
BAB KELIMA 135

sebuah kekuatan yang tak bisa dirangkap oleh perbincangan


kebudayaan, dan karen a perpindahan secara besar-besaran kita
ke realitas maya, meskipun jelas adalah permasalahan budaya,
tetap saja membawa kita pada sebuah realitas politis berikut
keanehan dan kekonyolannya.

***
Dalam dunia realitas maya, yang relevan dan yang konyol
telah bercampur adukmenjadi satu. Di dalam komunitas
cyberspace, orang gila dapat menyamar .sebagai blender atau
kentang raksasa. Di Washington, ingar-bingarretorika politik
berbaur dengan opera sabun. Di Colonial Williamsburg,
keterbenamart kita ke dalam kubangan ilusi ditunjukkan oleh
para lady yang memakai gaun klasik nan agung abad ke-18,
tetapi bersepatu merek Reebok.' Campur aduk ini membuat
kita sulit untuk mengetahui, dari mana kita mesti memulai.
Namun, apabila saya benar, dan jika semua contoh hiruk-pikuk
budaya ilusi itu terletak di bagian paling dasardari hal yang
sama-yakni serangan kita paling kontemporer terhadap
realitas-maka kita bisaberangkat dari mana saja, yakin bahwa
semua jalan akan mengarah pada satu tujuan, dan bahwa seekor
ikan digital dapat mewakili seluruh arah kebudayaan kita.
Apakah ikan digital itu? Ikan digital (simakbaik-baik bagi
mereka yang menutup mata terhadap dunia games simulasi
komputer) adalah program simulasi ikan yang dapat ditemukan
di komputer, baik di rumah maupun di kantor. Dengan uang
24.800 yen (sekitar US$ 240), Anda dapat membawa pulang
disket dan menjalankan programnya di rumah. Hasilnya?
Seindah aslinya!
Dalam sebuah program yang bemamaAquazone, misalnya,
ikan-ikan simulasi itu tumbuh, berinteraksi, dan berkembang
biak "dalam hitungan bulan, atau tahun jika Anda ingin
memanjakan kisahnya", berenang-renang dalam "akuarium maya
yang begitu nyata", seperti dikisahkan oleh Kim Eastham dari
majalah Wired, "hanya satu hal yang tak ·tersedia: bau amis
itu.:" Apakah mereka akan berpencaran apabila Anda mengetuk
layar monitor? Belum. Akan tetapi, akan segera terwujud,
begitulah yang dijanjikan. Mereka pun bisa mati. Baik karena
136 RUANG YANG HILANG

ditelantarkan maupun karena tak mengerti, dapat mem-


bunuhnya semudah membunuh ikan sungguhan. Jika Anda
memberi makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, jika Anda
berlibur beberapa hari dan lupa menyuruh orang
memberi makan, jika Anda tak memberinya obat atau tak
menjaga kualitas "airnya". jika Anda tidak memanjakannya
dengan seratus cara lainnya, suatu hari itu akan
mengapung di bagian atas layar monitor.
Seberapa nyatakah ikan-ikan itu? Pada satu sisi, tentu saja
ikan itu tak nyata. 'Ikan itu hanya simulasikomputer-ikarl
tiruan di dalam akuarium tiruan. Ikan itu setara dengan Pacman
rakus (nama sebuahgame komputer-e-penerj.) yang melahap
apa pun yang ada di depannya di sepanjang labirin. Di sisi lain
ikan itu tampak nyata. Sangat nyata. "Ikan, air, berbagai
lingkungan habitatnya telah diracik dengan begitu indahnya,"
kata Eastham. "Mata yang tak akan menyangka
Aquazone itu sungguhan." Di layar monitor, "air" benar-benar
tampak bening, ikan berenang-renang, mengibaskan ekor, begitu
mirip dengan aslinya, hingga Anda ingin sekali menyentuhnya.
Inilah intinya. "Saya ingin membuat sesuatu yang tidak hanya
indah," kata Ron Dicarlantonio, seorang desainer program,
"tetapi juga hidup.:" Dan, pada tingkat tertentu dia berhasil.
Apakah saya mengatakan bahwa Ron Dicarlantonio
berhasil mengungguli kejadian(atau Darwin)? Tidak. Ikan
adalah ikan, sedangkan milik Dicariantonio bukanlah ikan.
Akan tetapi, tampaknya itu bukan masalah besar bagi pasangan
suami-istri yang menelepon perusahaan Dicariantonis sambil
menangis saat ikan mereka mati. Mereka, dan bagi tiga puluh
ribu Iebih penggemar Aquazone Iainnya, mungkin tak akan
berkabung saat p.araannya mati, tetapi toh juga berbicara
dengannya, memberinya makan, danbersukacita atas kelahiran
bayi ikannya. Bagi mereka, ikan-ikan itu nyata. Semua ini
menjelaskan bukan bahwa ikan maya itu memang nyata,
melainkan bahwa ada kerapuhan emosional dan kemungkinan
dampak psikologis ilusi elektronik yang tampak nyata dan hidup,
padahal tidak.
Akan tetapi, itu toh hanya akuarium tak periu
dicemaskan? Andai saja upaya 1'Y'\O,rllt"'r11' .... ",' .... ke
1)"'.0.1-'\1,,-(1,",,,,\,,,\rll
BAB 137

yang
lain, meskipun Anda tidak hanya
S1 anak semudah
J..... \,...J..J..J.\..l..I,..I.I-'C-lI..J..J. pada
piaraan maya, untuk sementara ini penampilannya mirip _"""'-'L.4..4...." ........

kartun. Apa yang akan terjadi apabila penampilan si anak angkat


itu kelak telah cukup nyata untuk disentuh? jika
games itu dapat memberikan kepadanya kemampuan u\,....l.\,....l...... :JU.l. '\""V.J..

bertekstur kulit, dan kemampuan untuk merespons perasaan


kita-menghibur kita, atau akan terjadi
apabila teknologi
untuk membelai . . . . . +o""'... .,..""'k1 .. 7 ...... ,;

..... . , ... 11.,...'..,·1.., ..... 1' ......" '" 12


138 RUANG YANG HlLANG

Permainan simulasi komputer tentunya tidak terbatas pada


program yang memungkinkan orangdewasa membesarkananak-
anak digitalnya. Malah, sepertinya hampir seluruh wilayah
aktivitas manusia sudah pernah disimulasikan. Beberapagames
simulasi, misalnya Forever Growing Garden atau Davidson's
Zoo Keeper, memungkinkan anak-anak (yang nyata) menjelajahi
berbagai habitat-e-hutan, padang rumput, gunung-dan me-
ngunjungi binatang yang hidup di dalamnya. Program semacam
lni juga memungkinkan mereka mengunjungibinatang yang
tidak lagi hidup di sana, alias sudah punah. Bukannya men-
jelajahi di kebundan kolam nyata (atau menangkap belalang di
taman), anak-anak umur delapan tahun masa kini dapat men-
jelajah di layar Bukannya memeliharadan merawat
binatangpiaraannya mereka dapat berasyik masyuk dengan
piaraan elektronik di komputernya. Bukannya mengunjungi
binatang nyata di kebun binatang (aktivitas ini pun sebenarnya
merupakan suatu jenis simulasi), mereka dapat bercengkerama
dengan burung dodo dan merpati pos di komputernya (dan lain-
lainnya yang dapat dipilih sesuka hati, tanpa intervensi kita).
Keuntungannya, kita tak periu susah-susah membuatakuarium
yang rawan pecah itu, atau tak ada buIu-buiu anjing yang
tertinggal di sofa. Kerugiannya, tak dapat diukur lagi besarnya:
realitas. Tanaman, hewan, ekosistem, yang bercokol di dalam
komputer semuanya tampak nyata, tetapi mereka sesungguhnya
taknyata.
Apakah itu masalah? Tentu saja, dilihat dari berbagai sudut.
Pada sisi yang paling praktis, kemudahan games mengaburkan
batas antara penampakan dan realitas, kemudahan simulasi itu
menangkap emosi penggunanya, telah menimbulkan pertanyaan
menarik mengenaigames lain, yang sebagian besar merupakan
games yang bertujuan menghancurkan, bukan merawat. Me-
nembak, mengebom, membakar. Apakah anak berusia sepuluh
tahun yang melumat korban-korbannya dalam Doom-sebuah
simulasi kekejaman yang dipasarkan seperti candu-akan rnerasa
terikat dengan persona penghancurnya, sarna seperti sisi
lembut si anak merasa terikat dengan ikan digitalnya? 14 Seiring
dengan meningkatnya kualitas ilusi, apakah teriakan-teriakan
kasar ("Fuck you! Eatshit, youlittle fucker!" dan sebagainya) yang
dalam dunia komputer dewasa ini akan menjadi
BAB KELIMA 139

teriakan dari rasa sakit yang sesungguhnya, kemarahan yang


sebenarnya? Tak ada alasan untuk mengatakan tidak.
Yang penting di sini, menurut saya, bukan simulasi itu
sendiri, melainkan kesediaan kita untuk terlibat dengannya.
Baik menanam tomat maupun meneror kerumunan orang
dengan gergaji mesin, kit a sebenarnya sedang terlibat dengan
kepalsuan, dan hal ini berbieara banyak tentang diri kita dan
tentang hubungan kita dengan realitas. Dengan kata lain, games
simulasi ini penting untuk disimak karena mereka merupakan
bagian dari sesuatu yang lebih besar, yakni carut-marut
pengaburan batas, mengutip Eco, antara dunia asli dan
representasi. Mereka menyatakan bahwa realitas (nyata)
berbagai perluasannya telah mulai kehilangan otoritasnya, secara
terus-menerus digusur oleh reproduksi otentiknya.
jika berbagai teknologi "pemalsuan" itu hanya berkutat
sebatas dunia dalam komputer, dan jika cara mengatasinya dapat
dilakukan hanya dengan mengatasi dampak-dampak psikologis
dari merawat ikan maya, anak maya, atau tinggal di
komunitas maya seperti LambdaMOO, semua itu tak terlalu
bermasalah. Sayangnya, teknologi terbatas di situ, kita
bisa mengatasinya dengan cara begitu saja. Inilah inti per-
masalahannya. Saat para cyberis berharap dapat membuat dunia
kita (dunia di luar komputer) menjadi sejenis cyberspace, itu
berarti bahwa pada saat yang sama para ahli ilusi, pesulap, atau
apa pun namanya, sedang meneangkokkan halusinasi-
halusinasinya pada kebudayaan dalamskala yang lebih luas.
Tidak puas dengan mengaduk-aduk realitas di sebelah dalam,
mereka pun merambah ke permainan yang lebih besar.Mengapa?
Sebab, seperti ditegaskan oleh kritikus pers, Morris Wolfe, "akan
lebih mudah dan murah mengubah pikiran orang tentang
realitas daripada mengubah realitas itu sendiri."lS
Tidak ada batas khusus antara ilusi yang dihadirkan oleh
ikan digital dan ilusi yang dihadirkan oleh manipulasi fotografi.
Kenyataannya, budaya simulasi memang sama. Kiat-kiat
pemalsuan dalam sebuah komputer, dalam sebuah surat kabar,
atau dalam seluruh kebudayaan, tidak memiliki perbedaan yang
berarti.

***
tersenyum pada kamera,
... _ layaknya pesakitan yang merasa
, "'.;F,"'-.. .a.;F"

atas bantal yang memisah-


telah dimanipulasi, sosok Saddam
di antara dan r11C"1C"1"t"\I?""l'1'"'\

foto olahan ini tampak lebih


.a..a..a.,"" Y "-JL"I...a..a. .....a."I..(,..l.Jl ...,

dengan yangpertama, setidaknya jika dilihat


"-I..a. ......'.......... .a.,oA.JLJLJL,1'"\.a."I..'-'L.A.a.

. . . . . . . . . . . . . '-...... Lengan kiriBaker sekarang tergeletak


melingkari Lengan kanannya yang semula tak
jelas ekspresinya, sekarang tampak sangat wajar, menunjukkan
suasana memperkenalkan Saddam Husseinkepadapers.
saya
JL9.L'-"..&...&.1'"\'''''I-'"- ini? Bukan karena
semata.. mata unik. Foto Abra-
ham (Marilyn tampak
kalah menarik.
142 RUANG YANG HILANG

Ini memang ladang yang subur bagi para anti-teknologi.


Namun, kita tak perlumenjadi seorang paranoid dulu untuk
menyadari potensi bencana yang terkandung dalam "teknologi
pembuat barang palsu" itu, yang lalu-lalang melalui wahana
paling berpengaruh dalam keseharian kita, yakni citra visual.
]ika kita tinggal pada suatu masa ketika bentuk-bentuk infor-
masi lain-media cetak, misalnya-masih memancangkan
otoritasnya sebagai sumber utama informasi bagi semua orang,
teknologi manipulasi citra itu tak banyak berarti. Namun
sayang, kita tak demikian. justru kini kita hidup pada sebuah
era yang kian visual dan rakus, bukan rakus terhadapkehidupan,
melainkan terhadap representasi kehidupan, seperti film, video
dan iklan. Kita konsumtifterhadap media yang menghadirkan
kepada kita citra (dalam kata-kata Michael Benedikt yang pantas
dikenang) "tentang kehidupan yang bukan sesungguhnya,
melainkan diatur untuk menjadi tontonan kita."!" Di slni.di
dunia yang dihuni ·50 persen penduduk buta huruf dan 90
persen menggantungkan TV sebagai sumber berita utama, kita
jadi siap untuk dituai." Atau dimanipulasi.
Sebagai sebuah topik kesayangan para novelis populer dan
produser Hollywood (sungguh ini sebuah ironi), ketakutan
terhadap manipulasi-citra itu akhimya telah termasuk ke dalam
deretan fobia resmi Iainnya, dikukuhkan dan disucikan oleh,
misalnya, novel/film xenofobia karya Michael Crichton, Rising
Sun. Namun, sungguh, kita tak perlu membaca klise ala
Crichton itu (senator penuh nafsu, mayat perempuan pirang,
tentara Asia yang culas dengan teknologi rahasia, dan semacam-
nya) untuk dapat mengapresiasi hal yang kelak akan terjadi
apabila propaganda-propaganda itu telah menyeruak ke era digi-
tal. Kita hanya perlu mengingat dampaknya pada AS, sebuah
rekaman video sepanjang tiga puluh detik tentang sekelompok
polisi Los Angeles yangmemukuli seorang pengendara berkulit
hitam tak bersenjata', lalu bayangkan potensi sebuah teknologi

* Rekaman ini merujuk pada kejadian yang menimpa Rodney King, seorang
kulit hitam yang dipukuli oleh empat orang polisi. Kejadian ini direkam
oleh seseorang yang kebetulan membawa kamera video, dan rekaman ini
menjadi bukti utama dalam pengadilan. Hasil pengadilan pertama yang
membebaskan keempat polisi itu mengakibatkan kerusuhan di Los An-
geles pada 1992.
BAB KELIMA 143

yang mampu menyusupkan senjata pengendara itu atau


mampu membuat pemukulan itu lebih kejam.
Penipuan teknologi tinggi, seperti halnya kebohongan itu
sendiri, lebih mudah ditawarkan daripada ditarikkembali.
Pandora terbuka hanya dengan sekali sentuh-menutupnya jauh
lebih sulit. Apa yang mampu agar teknologi
manipulasi-citra itu-yang kegunaannya begitu mapan
dunia periklanan dan hiburan-tidak metewan
itu masih ada) dan masuk
mampu mencegah agar texnorozr-e-vanz
merampingkan tubuh Paulina
tak dimanfaatkan untuk menghasilkan
mata yang lebih biru? Atau ., , _ _44;-,' AAA L.&. L.&.LJ ...

postur, atau memperbaiki


Saat ini pemimpin-pemimpin 1""\Oli"llC'~h":l~n
teknologi manipulasi-citra, menggaet
dengan cara memperagakanbahwa, rnisalnya, Mario Cuomo
(Gubernur New York83-95-ed.) bisa dibuat setinggi
BillBradley (pemain basket yang menjadi senator A5-ed.), dan
Bill Clinton dapat dipoles hingga seperti pemabuk. Apakah
mereka memahami hal yang sedang berlangsung? Tentu saja
tidak. "Kami masih terlalu dini tentang hal ini," ujar sutradara
Robert Zemeckis, yang membuat film Forrest Gump dengan
memanfaatkan teknologi pencitraan komputer untuk meng-
hasilkan efek yang mencengangkan. "Kitatak memiliki bayangan
sedikit pun tentang dampaknyabagi dunia secara luas. Kita
tidak bisa membayangkan, meskipun dicoba.'?'
Saya pikir, kita bisa. Kebohongan, jika dipropagandakan
dan diulang-ulang dalam intensitas yang cukup, akan menjadi
kebenaran itu sendiri, kata Adolf Hitler. Begitu pula dengan
kita. Dilingkupi setiap saat dengan berbagai ilusi, kita secara
perlahan akan semakin mempercayainya-seperti halnya para
pemilik ikan digital itu-sekalipun kita tahu bahwa ilusi-ilusi
itu bohong. Betapapun kita menyadari tentang kekuatan mani-
pulatif yang terkandung pada iklan, atau kebohongan yang
diatur dalam acara TV yang katanya berdasarkan realitas, toh
kita tetap berduyun-duyun membeli produk (atau realitas) yang
mereka jual. Betapapun kita menyadari bahwa foto calon pejabat
yang mencuci piring di atau yang
RUANG YANG HlLANG

pepohonan di hutan itu


1"Y"lO,f"'\IT'')IT1111''n1 bertentangan
kebijakan yang sesungguhnya
'-I."" ......,...,....,...... tawarkan-kita
memilih calon itu seakan-akan foto itu menampilkan realitas.
_ ~,0.4~(~.L .L'~\..L~"'~.L pencerapan
........ &.1'-'1."''-'1. U\."""'-.... "'A .............' ... ""... ' ...... '...............'.. .a........ u.£ Jl .........

dari ya1!g lain, kekuatan ini


danbutuh 1"Y"l~·t'V\_,o ....r#"\'I'71'\1

"bahasa
1"Y"lO·1"'\'I"7L:J.,C""'III''''¥'l dan
bahwa "citra yang akan dapat memilihpresiden, atau
mobil, agama,
1"Y"laf"'\111"l1 rokok, baju."."
Namun, kini masalah tersebut Layaknya
para toko penampakan
dirinya di layar .video di pintu begitu pulaperhatian
bersemayam Lain.
Mudah untuk mernahami mengapa semua ini bisa terjadi.
Setiap melewatiakhir tahun, semakin banyak hal yang diper-
lihatkan oleh rnata kita yang berupa lembaran faksimili. Setiap
tahuri, waktu yangkita habiskan untuk melihat dunia .Iuar
(tubuh manusia sesungguhnya dan bukan model iklan, peman-
dangan sesungguhnya dan.bukan pemandangan di layar TV)
semakin menipis.Seperti diutarakan olehsi teknoevangelis
Kevin Kelly, "Kita, para urban pascamodern, menghabiskan
sebagian besar waktu kita ke dalamhiperrealitas: percakapan
telepon, tontonanTv, layar komputer, dunia radio. Kita telah
menempatkan mereka begitu tinggi." Sesuatu yang dilebih-
lebihkan? U Cobalah bercakap-cakap di sela makan malam, tanpa
merujuk pada hal yang kita lihat atau kita dengar melalui
media!" dia mengusulkan. Kesimpulannya sulit diperdebatkan:
"Simulacra (dunia bayangan) adalah ternpat kita hidup. Dengan
berbagai cara, hipernyata adalah nyata bagi kita."23
Semua ini memberi makna baru, baikbagi ikandigital
maupun kemunculan Rocky (Stallone)di Yalta. Seperti di..
V~.lV.L.l''''~.l oleh Kelly, jika kita memang proses
BAB KELIMA 145

dunia pengganti. jika simulacra


itulah kita tempati", teknik-reknik manipulasi
itu membawa ancaman akan memanipulasi bukan hanya citra
,~ lebih jauh lagi, mernanipulasi
... '-...... '.......... '-,.., ......... ............, ... t .L.L.L'-,.LU.L..L.L.L'-U.L.L,

kata lain, teknik ini sedang ......., ........... _ ....1.......

daripada

***

distorsi . . . _,J ....,............,.......... "'.u,....,...


\,.W, ............ '-'I..LJL... ....,"........

mudah Kini OI)"""f"'Il""\lil""\r'r1' 't'Y"I"""f"'I1'f'"'\l"""C'1'

telah membuat proses . . . . . . , . . . "'......."" . . . _


Artinya? dinyatakan
senior
penelitian
gambar semakin luas ... fotografi, yang secara
1uas dipercaya keakuratannya, dicurigai. "24 Dengan
kata lain, harga yang dibayar dari bisnis ilusi adalah krisis
kepercayaan, sebuah benturan di pasar realitas.
Membanjiri kebudayaan dengan citra-citra termanipulasi,
menurut saya, berisiko merusak seluruh bentuk representasi dan,
sebagai akibatnya, merusak pula realitas yang pura-pura
direpresentasikan. Ini bukan masalah ringan. Berkeliaran tanpa
kendali, krisis yang saya terangkan tersebut akan menimbulkan
pengaruh yang sangat mendalam terhadap jalannya roda
kebudayaan demokrasi Barat. Bagaimana caranya? Krisis itu pada
hakikatnya akan menghancurkan tiang penyangga demokrasi,
yakni kepercayaan pada akses universal terhadap informasi
tepercaya dan, sebagai implikasinya, juga kebenaran. Saya lebih
menekankan pada kepercayaan kita terhadap informasi tepercaya
daripada fakta karena sudah jelas bahwa kita memang belum
pernah bisa menggapai kata "fakta", yang begitu ideal itu. Di
luar yang tercantum dalam UU Kebebasan Informasi (Freedom
of Information Pertama \.A.'-"" ........... iLJU-.;1U......
146 RUANG YANG HILANG

berpendapat), kenyataannya informasi memang tidak tersedia


secara dan sekaligus tidak selalu bisa diandalkan.
Meskipun demikian, kepercayaan kita tetap utuh. Kita percaya.
Kita percaya bahwa cerita yang kita dengar adalah fakta, bahwa
fakta tersedia bagi siapa saja yang berusahamenggalinya.
Akhimya kita mengasumsikan bahwa fakta akan muncul seperti
kayu bawah lapisan vernis.
Apakah ini naif? Tentu saja. Akan tetapi, saya tidak tertarik
mengungkit-ungkit topik kenaifan politik Amerika-ini sudah
..., dilakukan orang, dan hasilnya baik. Saya lebih tertarik
pada penegasan nilai pentingnya. Sifat kita yang mudah percaya
bagaimanapun juga mengundang ancaman: kehilangan ke-
percayaan ini, jika terjadi terlalu cepat, memiliki potensi
merusak yang dahsyat. Dari kisah-kisah lama kita menjumpai
bahwa orang yang meninggalkan kepercayaannya tadi adalah
orang yang sangat taat. Di sini kita menyimpulkan bahwa
kejatuhan kita berkaitan langsung dengan kedalaman keper-
cayaan kita.
Mari kita bahas bencana yang dapat ditimbulkan oleh
teknologi ilusi itu. Sederhananya, hasrat kita untuk percaya
pada .informasi yang disediakan bagi kita itu tak berbahaya,
bahkan merupakan kekuatan-sepanjang informasi yang
dihadirkan itu benar. Begitu informasi tak lagi benar,
kepercayaan kita berubah menjadi jangkar yang menyeret kita
ke dasar lautan. Risikonya adalah merebaknya sikap sinis yang
terlembagakan, seperti yang lazim dijumpai di negeri-negeri di
bawah kekuasaan tangan besi rezim otoritarian.
Sepintas lalu kesimpulan itu sepertinya tidak beralasan.
Akan tetapi, saya menyanggahnya. Di negeri-negeri Timur,
rnisalnya, upaya pengaburan antara fiksi dan realitas telah begitu
sistemik. Manipulasi citra digital dapat menyempurnakan
pengaburan itu. Pengaburan ini kemudian melahirkan sikap
sinis secara luas terhadap seluruh informasi yang datang dari
penguasa. Berita di koran ataupun televisi secara otomatis
diasumsikan sebagai kebohongan. Kadar kebohongannya
sebanding dengan tingkat relevansinya terhadap kehidupan
masyarakat. Artikel tiga halaman tentang teknik penyuburan
BAB KEUMA 147

untuk koperasi petani lokal? Mungkin benar. Laporan norl""\o....·• ....,.

tah tentang situasi ekonomi? Huah, sampah!


Ancaman yang terkandung dalam teknik manipulasi-citra
adalah ancaman otoritarianisme, ancaman pengendalian
informasi. Jika terjadi pengendalian gambar yang dikonsumsi
masyarakat (diubah menurut agenda tertentu), keinginan
Jefferson akan masyarakat terinformasi, yang sudah terancam
itu, akan hancur. Dan menurut saya, membongkar
manipulasi itu, jika memang mungkin, tak akan membantu
mengatasi masalahnya. Begitu kepercayaan publik terhadap
gambar dan foto itu goyah, maka sikap sinis akan menular ke
seluruh sumber informasi, bak wabah penyakit.
Dalam konteks ini, foto Rocky (Stallone) di Yalta menjadi
sangat mengesankan-dan juga mengerikan. Foto itu rneng-
ingatkan kita pada foto yang mengawali dongeng otoritarianisme
gubahan Milan Kundera, The Book of Laughter and Forgetting.
Pada Febuari 1948, Milan Kundera berkisah, pada permulaan
era komunisme Cekoslowakia, pemimpin partai kornunis,
Klement Gottwald, berdiri di balkon untuk berpidato kepada
orang-orang yang berkerumun di bawah. Saat itu udara dingin.
Seorang kamerad bernama Klementis meminjamkan topinya
kepada sang Gottwald. Mereka difoto. Empat tahun kemudian,
karena dituduh berkhianat, Klementis dihukum gantung. Semua
gambar Klementis dihapus dari foto resmi. Akan teapi, ada satu
yang terlewat oleh badan sensor, yakni foto topinya yang
bertengger di kepala Gottwald.
Foto Gottwald dengan topi hantu Klementis itu, kita
yakini, merupakan sebuah contoh manipulasi citra, sebuah
simbol dari propaganda berlebihan suatu rezim otoritarian.Di
luar pertimbangan bahwa foto topi hantu itu penampakannya
kurang lucu, apa sebenarnya yang membedakan antara foto ini
dengan foto Rocky di Yalta? Nyaris tidak ada, kecuali satu hal:
foto Stallone itu jauh lebih baik, lebih canggih tekniknya-
pendek kata, lebih meyakinkan. Sebagai sebuah penipuan, di
luar isinya yang merupakan sekadar Ielucon, foto ini jauh lebih
canggih daripada foto komunis itu. Ielas dalam bidang
paganda visual,
148 RUANG YANG HILANG

terbelenggu sistem pasar bebas lebih unggul. Kita sekarang


memiliki kemampuan teknis dan demonstratifyang lebih baik
daripada pihak komunisdalam berbohong, dalam memper-
tontonkan bagaimana Churchill mendekap Eichmann, atau Dalai
Lama di Beijing. Akhimya kita bisamengobrak-abrik sejarah
(karena gambar visual kan merupakan catatan sejarah?) Sesuai
dengan keperluan kita."
Pada 1992, setelah runtuhnya Uni Soviet, seorang pejabat
Kementerian Negara bernama Francis Fukuyama menjadi
terkenal sejenak akibat tulisannya berjudul The EndOfHistory
yang menyanjung kegemilangan kapitalisme Barat. Tulisan itu
banyak dibahas, tetapi kemudian cepat terlupakan. Esai
Fukuyama dan buku yang ditimbulkannya segera terkubur oleh
banjir peristiwa yang kemudian meluluhlantakkan visinya
tentang sebuah konsep utopia pasar bebas universal itu.
Mungkin esai dan buku itu perlu dicari dan digunakan lagi.
jika tak ada yang lain, setidaknya judul itu bisa dikliping dan
ditempel di bawah foto Rockydi Yalta. Keterangan gambaryang
cocok. Benar-benar "Akhir dari Sejarah",

***

Simulasi tentu saja tersedia dalam berbagai ukuran. Di


Splendid China, sebuah taman fantasi sejarah Cina di
Kissimmee, Florida, Anda dapat mengajak anak-anak melihat
replika miniatur Istana Potala, tempat tinggal Dalai Lama, yang
begitu sempurna. Anak-anak dapat belajar bahwa jutaan umat
Buddha menganggap Istana Potala (yang asli) sebagai tempat
paling suci di dunia.Akan tetapi, mereka tidakakan tahu tentang
invasi Cina ke Tibet pada tahun 1959 (Anda yang harus
menceritakannya), tentang pembunuhan yang sekarang masih
berlangsung, bahwa Istana Potala telah ditutup sebagai pusat
kegiatan agama oleh pemerintah Cina, dan sekarang hanya
terbuka untuk turis.
Jika sejarah maya Tibet kurang mengena di hati Anda,
bagaimana dengan sejarah Amerika? Silakan kunjungi Disney
Amerika, sebuah proyek usulan yang kini masih mencari 10-
kasi setelah ditolak karena dikhawatirkan akan mencemari
BAB KELIMA 149

keberadaan museum The Manassas National Battlefield di


tfayrnarket, \1irginia.
Apakah yangdapat akan ditawarkan Disney Amerika?
Tampaknya hampir semuanya. Anda dapat menyimak sejarah
Amerika yang dibagi menjadi sembilan bagian yang sangat
mudah dicerna. Anda dapatmendengarkan presiden-presiden
boneka audioanimatronik "nyata"· yang dapat berpidato dan
saling berdebat.: Anak-anak dapat terjun ke kancah Perang
Dunia II dan menerbangkan pesawat pengebom dalam games
simulasi komputer.. Anda juga dapat beranjangsana dengan
keluarga petani "nyata" di pertanian, lengkap dengan ayam
sesungguhnya dan sapi sesungguhnya yang (orang meng-
asumsikan) bisa bertelur dan memberi susu. Anda dapat
mengunjungi tiruan otentik perkampungan Indian, lengkap
dengan wahana Lewis dan Clark. Anda dapat bermain menjadi
tentara Perang Sipil. Atau "merasakan kehidupan pada masa
perbudakan". "Tujuan kami adalah", kata Peter Rummel, kepala
bagian desain dan pengembangan Disney, "membuat semuanya
menjadi nyata.'?" Benarkah? Bukankah akan lebih realistis jika
anak dapat melihat ayahnya ditusuk bayonet di medan perang,
atau orang dapat merasakan terpisah dari keluarga, atau
mengalami hukuman cambuk? Akan tetapi, realitas memang
harus dibatasi, agar menguntungkan. Di Disney Amerika itu,
mayat korban Perang Sipil, dengan noda-noda merah saus tomat
di dada mereka, akan segera dibangkitkan begitu hari menjelang
sore saat taman itu tutup, dan sang budak di panggung
pelelangan, yang barn dimerdekakan, akan menyalip mobil Anda
di jalan raya agar bisa menikmati makan malam di tengah
keluarga.
"Taman fantasi Amerika", seperti ditegaskan oleh Ada
Louise Huxtable, tidak terbatas pada paket wisata seperti Disney
Amerika. Di kota-kota kita dan sepanjang jalan tol, para koboi
telah membangun restoran-restoran bintang ernpatyang di
dalamnya dilengkapi dengan simulasi jalan-jalan di daerah barat.
Nyata! Hidup! Otentik! Mal-mal perbelanjaan di daerah sub-
urban juga penuh simulasi jalan-jalan utama nasional, semen-
tara jalan utama yang sesungguhnya mati perlahan-lahan,
dikalahkan oleh mal tersebut."
.150 RUANG YANG HILANG

Kehancuran secara umum batas-batas antara yang asli dan


simulasi, kenyataan dan penipuan, fakta dan fiksi, telah muncul
di mana-mana. Peleburan pelan-pelan realitas ke dalam ilusi,
telah berlangsung secara sistemik. Gambaran o. J. Simpson
yang melarikan diri dengan mobil sewaan telah dikaburkan oleh
gambaran TV dan koran tentang o. J. dengan Leslie Nielsen,
o. J. dan Alan Dershowitz (ataukah Ron Silver?) melompati
ranjau hukum menuju kebebasan dan Reversal of Fortune 11.*
Contoh lain adalah rekaman video pemukulan Rodney King
yang mengerikan (penayangannya diulang-ulangterus sehingga
membuat orang bosan atau lebih buruk Iagi, hingga menjadi
tak bisa dibedakan dengan pemukulan bohong-bohongan yang
dibuat untuk film TV). Gambaran ini telah dikaburkan oleh
penampilan Rodney King di TV mengucapkan pesan, "Tak
dapatkah kita semua hidup dengan rukun?" Akhirnya semua
itu dikaburkan oleh gambaran kerusuhan di bagian selatan pusat
kota Los Angeles, yang tak ubahnya seperti "kehidupan nyata"
kota LA dalam Police Quest: Open Season, sebuah video game yang
didesain oleh kepala polisi LA, Daryl Gates. Kursi melayang-
layang, tembok runtuh, Kevin Kelly mungkin bilang, "Simu-
lakra adalah tatanan kehidupan hari ini."
Adakah bagian dari kebudayaan yang bebas dari serangan
realitas maya? Tampaknya tidak. Di pengadilan Amerika,
rekonstruksi yang dibuat secara profesional telah semakin
populer (misalnya kasus tuntutan kompensasi kecelakaan kerja)
dan diizinkan untuk dijadikan bukti perkara. Juri, terdiri atas
orang yang, seperti kita, disapih dengan simulasi, merasa bahwa
rekonstruksi semacam itu efektif. Peragaan itu dibuatkan
naskah, dilatih, disutradai, dan disunting. Tak ada yang terlalu
ekstrem. Apakah tangan Anda tergilas di pabrik? Apakah putra
Anda hangus terbakar dalam kecelakaan mobil itu? Dengan biaya

* O.J. Simpson adalah pemain football yang populer di AS. Dia dituduh
membunuh istrinya yang berkulit putih dan juga ternan istrinya, dan
pengadilan kasus ini sangat disorot oleh media AS selama setahun. Alan
Dershowitz adalah salah satu pengacara pembela Simpson. Ron Silver
adalah aktor yang memerankan Alan Dershowi tz dalam film Reversal of
Fortune, sebuah film yang kebetulan membahas pembunuhan seorang
istri oleh suaminya. Leslie Nielsen adalah aktor yang bermain bersama
Simpson dalam film Naked Gun.
BAB KELIMA 151

mahal, perusahaan akan menyediakan simulasi video lengkap


dengan jeritan yang mirip dengan yang sesungguhnya atau
darah maya. Anggaplah ini adalah TV berbasis realitas bagi ruang
pengadilan, atau segmen kesepuluh Disney Amerika, "The Le-
gal Experience".
Kesediaan sistem pengadilan untuk menerima rekon-
struksi sebagai bukti perkara, Disney Amerika, Rocky di Yalta,
atau ikan digital, semua itu adalah fenomena yang serupa.
Ringkasnya, ini merupakan gejala sekaligus penyebab
turut menyumbang terjadinya pengikisan realitas
kebudayaan kita. Kecelakaan maya, pelelangan budak maya, foto
maya, atau piaraan maya, semua itu merupakan ulang
atau representasi dari dunia yang semakin
mengutip Kelly, batas antara realitas fantasinya semakin
meleleh. Apabila realitas maya telah mencapai kualitas tertentu,
garis pembatas antara "yangsebenarnya" dan "yangtarnpaknya"
akan musnah.
Pada saat itu, perbedaan yang sudah mulai antara
Amerika dan Disney Amerika akan lebur selamanya. Peragaan
ulang akan mengangkangi kejadian sebenarnya. Kebudayaan
ilusi-diperkenalkan oleh mantan Presiden George Bush saat
"memainkan imitasi" dirinya dalam Saturday Night Live beberapa
waktu silam-akan segera tiba. Tak lama lagi, dalam milenium
ini. []
BflB

KEMBALI KE ESENSIALISME

1"'Y'\onrr"':n':X1r~ll J.'-'lo",.~J.J'J.J."""'""".I.,"",""'" ini dengan


~
mengutip kata-kata para penentang pasar bebas:
. yang baik bagi bisnis tak selalu baik bagi ke-
budayaan. Revolusi digital mungkin baik bagi
bisnis.' namun dari beberapa sudut pandang
kebudayaan, ini berita buruk.
Revolusi digital adalah berita buruk-kata para penggugat
yang lain-setidak-tidaknya sebagian karena dia adalah produk
globalisme. Pada satu sisi, globalisme memang patut dikagumi,
sebagai metafora toleransi dan efektifsebagai strategi pemasaran.
Akan tetapi, pada sisi lain, globalisme adalah abstraksi yang
terlalu luas dan kabur bagi kebanyakan orang.' Manusia, seperti
halnya spesies yang lain, memang lebih bersifat lokal daripada
global. Kita dibentuk oleh kekhasan kebudayaan di sekitar kita.
Dengan kata lain, identitas sangat berkaitan dengan detail.
Meskipun setiap orang akan mewarnai detail itu dengan caranya
sendiri, aspek fisik kehidupan ini juga adalah sumber
ngetahuan diri yang tak ternilai harganya.
Pengetahuan diri semacam itulah yang secara langsung
terancam oleh abstraksi revolusi digital. revolusi

152
154 RUANG YANG HILANG

(dan saya tidak mempercayainya) , paling tidak semua itu hanya


menyisakan satu pilihan: rebut kembali wilayah yang hilang
itul Bangun kembali komunitas yang telah retak itu, hidupkan
kembali kemampuan kita dalam berkomunikasi F2F (face-to{ace,
komunikasi langsung) itu, kembalikan lingkungan kita yang
gersang itu, yang terpaksa dipakai sebagai tempat tinggal oleh
banyak orang. 4
Penggeseran perhatian diri kita dari kenyataan pada
kehidupan akhir abad ke-20 ini, jelas bukanlah jawaban.
Namun, pada intinya inilah yang ditawarkan oleh revolusi digi-
tal: pengalihan perhatian dalam skala yang lebih luas-sebuah
pilihan untuk menggeser perhatian kita ke arah Dunia Lain,
dunia abstrak, yang gampang dimanipulasi. Dilihat dari sudut
yang tepat, dunia ini kekurangan segalanya, tetapi jutaan
orang yang sudah muak, bosan, dan frustrasi terhadap dunia
ini-seperti generasi era televisi yang sudah terbiasa menerima
representasi benda-benda nyata dengan tangan terbuka-
sekarang mulai melihat-lihat dunia maya ini. Ketika budaya
distraksi itu mulai menduduki peran penting dalam kehidupan
masyarakat Arnerika, justru pada saat itulah kita semakin perlu
memfokuskan kembali perhatian kita terhadap komunitas yang
sesungguhnya, terhadap teman dan tetangga sesungguhnya dan
terhadap pentingnya dan nilai lingkungan fisik daripada
lingkungan maya. Lingkungan fisik, kehidupan sesungguhnya,
komunitas nyata, semua itu juga merupakan sumber infor-
masi-pelan, samar, tak ternilai harganya, yang tak dapat
direduksi ke dalam kode-kode komputer.
Mungkin jenis informasi inilah, jenis yang berasal dari
pengalaman dalam dunia fisik, yang merupakan jenis informasi
yang paling mustahil diabaikan. Seperti yang mulai dibuktikan
oleh para peneliti dari beragam bidang.. hubungan kita dengan
dunia fisik tak berubah dan tak mungkin tergantikan. Setelah
mengalami evolusi melewati ratusan ribu generasi dalam
merespons batasan dan stres dunia fisik, kini kita benar-benar
merupakan produk dunia ini, Kita bergantung padanya demi
kesehatan fisik maupun psikologis dan, ada pula yang ber-
pendapat, demi memperoleh identitas sebagai makhluk sosial.
Oleh karena itu, argumen paling baik untuk melawan
komunitas abstrak dan dunia nyata era digital itu mungkin
BAB KEENAM 155

datang dari sudut pandang biologi. Seperti ditegaskan oleh E.


o. Wilson, biolog peraih hadiah Nobel, "Otak berevolusi di
dalarn dunia biosentris, bukan dunia yang diatur oleh mesin."
Asumsi bahwa kita dapat menceraikan diri dari lingkungan fisik
tempat dilahirkannya pikiran, dan tempat pikiran senantiasa
berpijak, pikiran yang bodoh. Robert Park, profesor fisika dari
Universitas Maryland, mengatakan, "Evolusi berjalan dengan
sangat perlahan, tak bisa mengikuti yang terjadi
dengan cepat beberapa dasawarsa ini." Terjebak ke dalarn dunia
yang semakin asing, sebuah dunia yang berbenturan
dengan diri biologis kita, ini sungguh sebuah keajaiban.
"Keajaibannya bukan karena ada orang yang
aneh atau telah memeluk kepercayaan 11"'''''',C''11'''\"'''''.

tetapi karena kita berhasil mengatasinya."?


Inti pendapat Wilson dan Park sangat 1J""' .... .a..a.~.a.'-4..
L ""'.. J.J.,L\",IJJ.'\o.LIJ ....L.I..1.

keterkaitan kita dengan ruang dan waktu dan serta secara


damental telah diubah oleh teknologi, kita tetap sama. Lari
kita tidak lebih cepat, pandangan mata kita tidak baik,
cara kita bergaul dan berteman tak jauh berbeda dengan
kebiasaan jutaan tahun yang lampau. Ketakberubahan kita ini
berarti bahwa akan semakin Iebarlah jurang antara diri biologis
kita yang berakar pada kenyataan fisik-dan dunia yang semakin
cepat dan semakin sintetis-seiring dengan tergiringnya kita
ke masa depan maya oleh perkembangan teknologi. Kita pun
menanggung risiko terputusnya masa lalu biologis kita yang,
dalam pemaknaan yang paling dalam, merupakan dasar dari
seluruh pengetahuan kita, sejarah kita, dan tempat kita berpijak.
Pemaknaan tentang sesuatu yang lebih dalam itu, diri
biologis itu, yang mudah diparodikan sebagai tren Era Baru,
kini mulai mendapat dukungan dari komunitas ilmiah. Dalam
bukunya, The Power of Place, rnisalnya, Winifred Gallagher
berpendapat bahwa manusia telah ditakdirkan" secara genetis
U

untuk merespons lingkungannya dengan cara-cara tertentu yang


tak berubah selama berabad-abad. Kitamenanggapi secara positif
pemandangan alami-s-hutan, sungai, dan danau-karena,
selarna ribuan generasi, alam adalah rumah kita. ]ika sisa-sisa
alam dimusnahkan, akan merajalela pula penyakit saraf 'Apabila
kita telah merampungkan penghancurleburan alam," tulis Dr.
David W. Orr dari Oberlin College, "pada saat itulah kita akan
158 HUANG YANG HILANG

baik, lebih banyak lebih baik. jadi, tidak mengejutkan lagi apabila
pemikiran para cyberis itu tak diakui, baik di dalam maupun di
luar lingkungan komunitas ilmiah. Dalam kegilaan kita terhadap
bersimaharajanya informasi itu, kritikus kebudayaan Neil Post-
man menegaskan, "Kitalupa bahwa sangat jarang permasalahan
politik, sosial, maupun pribadi ditimbulkan oleh kekurangan
informasi," dan justru banyak yang muncul akibat gegabahnya
orang menyamakan kemajuan manusia hanya dengan melimpah-
nya informasi yang dapat kita terima."
Apakah informasi sama dengan kebahagiaan? Apakah band..
width dapat mengompensasi dunia? Iawaban yang lebih jelas
daripada sikap skeptik ala Neil Postman itu (dan juga saya)
adalah tindakan para gembong cyberspace itu sendiri. Kehidupan
pribadi mereka justru sering tidak sejalan dengan retorika
mereka. Kini, misalnya, gerakan "kembali ke alam" telah me-
wabah di kalangan para eksekutif Lembah Silikon; mereka
menggebu..gebu membeli tanah di wilayah pedesaan Lembah
Napa, menanam anggur, memeliharanya dengan sungguh-
sungguh, .dan membagi-bagikan hasil panennya kepada para
karyawan atau tetangganya. Mengapa mereka tidak menanam
di cyberspace? Mengapa mereka masih bersilaturahmi dengan
tetangga yang sesungguhnya apabila versi digitalnya juga sama
baiknya? Mengapabahkan dalam tanah 3.700 meter persegi milik
BillGates sendiri di Xanadu yang berteknologi tinggi itu terdapat
muara dan sungai untuk ikan salmon?
"[ika Anda dilingkupi oleh teknologi tinggi," kata F. H.
Hyler, pemilik Logical Marketing Inc. di Menlo Park, "Kadang-
kadang Anda berkeinginan untuk ... lebih manusiawi." Dan
lebih dekat dengan alam, rupanya. Nilai-nilai, Hyler menegas-
kan, "berada dalam kualitas kehidupan, keterbukaan, dan
kejujuran." Nah, inilah intinya. Hal yang buruk dalam cyberspace,
yang juga disadari oleh sebagian penggemarnya adalah tidak
adanya kualitas kehidupan. Seperti ditegaskan sendiri oleh para
arsitek istana Bill Gates, kemampuan ruang tiga dimensional
realitas maya yang transparan itu terbatas. Anak BillGates sendiri
mungkin kelak ingin menyaksikan "sesuatu yang sederhana,
seperti bebek di kolam atau ikan di sungai."
Untuk mengembalikan perhatian kita dari abstraksi digi-
tal (yang melingkupi kita) ke arah dunia fisik (ternpat kita
BAB KEENAM 159

tinggal), terutarna sikap skeptis terhadap


pernyataan orang-orang yang tergila-gila pada teknologi. Ini
tak garnpang. Selalu nyaring dan tak henti-hentinya antusias,
para teknoevangelis acapkali sangat rneyakin-
kan. Mereka begitu percaya diri sehingga akan mengasumsikan
bahwa pasti ada sesuatu yang mereka. Sering-
nya, sebenarnya tak ada. tarnpaknya
berisi, jika diteliti halnya
cyberspace itu sepertiganya dua per-
tiganya fantasi pengisi impian.
Pertimbangkan, misalnya, 't'"1"\1"""'l"\lll"\n

dalarn Life After Television: The


and American Life karya George
pembela konsep "konvergensi" yang ..
tentang keterhubungan segala sesuatu,
televisi, komputer, dan telepon bersama-sama sedang 1"noll"\h'I't'"IT-:~n
sebuah hibrida baru, yakni sebuah jaringan yang
akan mempercanggih kehidupan kita "Sebaliknya
dari memuja budaya masa," dia menulis, "telekomputer akan
mempercanggih kehidupan pribadi. Bukannya membiakkan
kepasifan, telekomputer justru sedang mempromosikan krea-
tivitas ... Yang paling penting, mungkin, telekomputer akan
memperkaya dan memperkuat demokrasi dan kapitalisme di
seluruh penjuru dunia.?"
Tiga tahun kemudian, biji gandum telah dipisahkan dari
sekam mayanya. Yang tersisa, seperti diperagakan oleh]ames
Barron dalarn artikelnya di New York Times, adalah munculnya
teknologi yang menggabungkan sisi buruk televisi-pembuat
kecanduan, kepasifannya-dan sisi buruk telekomunikasi
online-pengagungan terhadap sesuatu yang artifisial, ingar-
bingar budaya pop, dan kecepatan yang tak berarti." Hasilnya
adalah monster berkepala dua, sarna membosankan dan sarna
hambarnya dengan monster berkepala satu yang digantikannya.
Dan jauh lebih berpotensi untuk memaksa kita memakainya.
Barron menunjukkan bahwa peleburan televisi dan kom-
puter itu memperpanjang kekuatan TV itu sendiri. Bukannya
menghilangkan kecanduan T~ telekomputer justru mencipta-
kan jenis baru pecandu TV yang lebih maniak: orang yang
berpindah-pindah dari TV ke monitor tanpa
160 RUANG YANG

seminggu.
Barron jahat? juga. Pernik-pernik
yang
.l.A.A.A.'VLJ(;.UA.A.A.banyak berserakan, mengendap-endap di
dapat memberikan konfirmasi
.Lt. ....... """............ """ .... Barron
mana mata A..lA.l~A.A."'...L(;.U.LFO.
A.A.A.",..

kelompok yang mem-


pereakapkan hal-hal keeil tentang suatu aeara TV: Ke mana pun
akan berbagai bulletinboard
setiap jamnya disesaki komentar yang mengalir bak
yang dilayangkan bereakap-
seeara elektronis sesamanya, tentang apakah si
seperti yang digambarkan si layna,
dan apakah si Darlene menggugurkan bayi hasil hubungan-
nya dengan si Garret. Apakah yang sedang populer di cyberspace?
Iawaban yang paling sering adalah: TV:
Sebagai salah satu strategi pemasaran, mengerek televisi
dunia online itu masuk akal. "Yang dilakukan oleh televisi
jaringan," kata J. Ann Selzer, seorang rekan dari sebuah
perusahaan komunikasi di Des Moines, "adalah meneiptakan
tokoh-tokoh yang membuat penonton jatuh hati. Tokoh itu
membuat para peneintanya senantiasa kelaparan informasi."
Menindaklanjuti kebutuhan ini, Ann Selzer menerangkan,
layanan-Iayanan online akan memasok foto, berita ataupun gosip,
komunitas chat, dan sebagainya, yang bersama-sama mencipta-
kan suasana agar "kisah einta antara manusia para tokoh
TV itu bisa lebihmengharu biru" .18
Dengan kata lain, layanan online, A..l.l""•.lA..l(;.I.A. ......... IL.I.... FO.

memasuki dunia TV; kail mereka adalahilusi


terlibat. Bukannya duduk pasif di depan kotak
memesan pers studio, foto
taman bermain n l n l , i - ......... 'f"'\·ll,

kita memiliki peran


gus
seperti ~ JL~ '~
'-t. ........ ........ .... ....

mungkinkan
tentang "informasi" yang '-t..... L.i'c.A.YYc.A.

with Children-untuk 't"'V'\o.'f"'\rTn"'t"'l.1{"'11',"''f'''\

dalam komunitas ·.1Irr01"~I/"»1·n1 't"L:'~'f"'\'t""'\'f"'\rT .,rt..... _,.,."....


n l n l ' ' t " ........ 'f'''\·ll' .................

elektronik. Bukannya rY\C~rY\ Ih01"r1"'l'(1"'l L"''''ln

tersebut justru memberdayakan jaringan TV dan para pengiklan-


nya, dengan cara memekarkan dan kebudayaan
tabung TV dan kita.
"Teknologi baru ini yang
mengendalikannya, "
tentang realitas
perancang
kesimpulan Peggy Noonan
162 RUANG YANG HILANG

tetap mendengarkan omongan mereka? Seperti orang-


orang Timur tanah-tanah
fiktif di Arizona, mengapa kita tetap melanjutkan investasi kita
secara besar-besaran di estate mereka? Akhirnya, jika
teknologi-teknologi itu memang semakin menjauhi aspek-
aspek kehidupan manusia, mengapa kita duduk berpangku
tangan, membiarkan generasi anak yang bam
tumbuh cyberspace? Paling tidak, sebagian
jawaban pertanyaan itu lahir dari sebuah kepercayaan yang sejak
awal telah melingkupi revolusi digital itu, yakni gegap gempita
yang berdasarkan keniscayaan: bahwa semua itu adalah sesuatu
yang tak mungkin terelakkan.
Teknologi-teknologi maya itu, seperti diyakini oleh
saudara saya, merupakan suatu keniscayaan. Komunitas
cyberspace, seperti diinformasikan oleh para visionaris, adalah
suatu keniscayaan. Jam tangan global positioning-dan pesawat
penerima yang dapat mengenali suara, lalu menerima atau
menolak telepon tersebut-adalah suatu keniscayaan. Ahli
komputer grafts, Carol Peters, dan produser Hollywood, Jeff
Apple, telah mengembangkan layanan televisi interaktif dan
terkomputerisasi untuk anak-anak, paduan antaraDisneyland
dan Sesame Street. Perusahaan mereka, Davinci Time and Space,
akan menyediakan sebuah 'ruang' terkomputerisasi yang me-
tI

mungkinkan anak-anak bermaingames, menonton video, belajar


atau mengobrol dengan anak-anak lain yang juga memiliki akses
pada sistem kabel interaktif". 21 Menurut Nona Peters, layanan
khusus anak-anak ini juga merupakan suatu keniscayaan.
Saya pikir, ini fenomena yang sungguh menarik. Selama
ini keniscayaan meliputi hal-hal yang tak enak. jika Anda
orang Amerika, satu-satunya keniscayaan dalam hidup Anda
hanyalah kematian dan pajak. Dan kini, rupanya daftar
keniscayaan itu akan ditambah dengan buku digital, pesta kantor
maya, dan taman bermain maya bagi anak-anak kira. 'Anak-
anak benar-benar telah terbiasa dengan cyberspace," kata Denise
Caruso, pengarah editorial pada Technology and Media Group .
yang, bukan kebetulan, menerbitkan jurnal industri. "Ke-
seluruhan gegapgempita komunitas maya itu adalah keajaiban
bagi orang dewasa," dia menambahkan, "tetapi bagi anak-anak
hal itu sudah senormal bernapas.":"
BAS KEENAM

Akhirnya, semua menyisakan dua pilihan bagi


Kita berdiam diri dan menyaksikan kita menjadi
generasi masa lampau seperti dinosaurus, tak mengenal dunia
tempat anak-anakkita kini bersenda gurau, atau kita terpaksa
membeli keajaiban dunia digital yang harganya selangit.
Bertanya-tanya (sendiri atau di muka umum) apakah taman
bermain cyberspace itu baik atau masuk
dalam daftar pilihan.
Mengapa tidak? Aura keniseayaan itu meneiptakan '-'\,... 1'-4.\,..... :'"'...

pemasaran yang jitu, menjadi senjata yang sangat efektifdalam


tawar-menawar: pertanyaan yang dilontarkan bukan
"apakah'trnelainkan "kapan": bukan lagi, "apakah ini
melainkan "berapa harganya?" Aura ini
menjelaskan, mengapa tak ada seorang pun yang ..I.J.J.I~
..I.J..J."... .... .I.

timbangkan kemungkinan bahwa anak-anak seeara "alami"


langsung menyukai cyberspace, alasannya sama dengan mengapa
anak-anak pereaya bahwa gajah yang bertelingalebar pasti dapat
terbang-karenaanak-anakdi bawah umurdelapan tahun
kesulitan untuk memisahkan antara kenyataan dan ilusi. Aura
keniseayaan juga menjelaskan mengapa tak ada yang
ingatkan bahwa mudahnya anak-anak terpengaruh oleh sesuatu
bukan berarti sesuatu pasti baik. Anak-anak langsung menyukai
cyberspace seeara alami? Mereka juga menyukai boneka alami.
Dan mereka tergila-gila pada sereal eoklat. Memangnya mengapa?
Dalam sejarah negeri ini, sangat jarang sebuah teknologi
baru terjual begitu efektif. Sejak kehadiran T~ belum pernah
ada yang berani mengklaim begitu. Sepanjang pengetahuan saya,
belum pernah ada teknologi yang menggilas habis suara yang
waspada atau menentang seperti cyberspace lakukan sekarang.
Sekarang kita melihat antrian orang yang berduyun-duyun
membeli kunei memasuki Era Baru: saham dan modem. Kita
sepertinya telah menerima dengan tangan terbuka-begitu
yakin, begitu pereaya-bahwa jalan layang informasi itu akan
membuat segala permasalahan hidup kita menjadi lebih mudah,
lebih cepat, dan lebih baik. Dia akan menjadikan kita (atau
anak-anak kita) lebih berpengetahuan, lebih imajinatif lebih
kreatif." Jika kita ingin mengajarijeni ataujono membaca, kita
tak memerlukan kuno seperti balok-balok ABC dan
sejenisnya. menginginkan
164 RUANG YANG HILANG

cyberis sejati, membubung tinggi


J.'-'-\",'-J.J.'~'-J.\d.LLj""""""'A untuk mengklaim bahwa berkat komputer-
sesuatu bisa Di mata teoretikus cyberspace,
mengajar Universitas Wash-
\oJ ................. .L ....... waktu dalarn cyberspace
J.J.J.'-J.J.F\J.J.C;4VJ.,,;;)J.'-U,J.J.

terhadap
t-01"'hl"\r11'\1""\ .. r • • • ro VICO.

cernerlang, dan
't'"Y'!lC'.~'t'"Y'!lll"1r1""nIJ"l"\n 1""\01nrrt"r"l"l1""\l"\l"\n dalam berbahasa ...
1"'V'IOi-'.t",t-r"\11"'1"\

't'"Y'!lC'.~n"l''t'"Y'!l''''''''I~ll}''a·f''\'"\ intuisi." Akan l''\n.rrlJ''.t"\n

\.4' penjelmaan dan


.I.'-'-JL..... ""'L.L

dirasakan sebagai pelecehan moral yang


sebab "kebebasan berimajinasi
~.a."""""''''''\,A''''A oleh para penguasa". Dan cyberspace adalah sarna dengan
kebebasan berimajinasi itu sendiri. "[angan lupa," dia me-
nyimpulkan, "Hitler Stalin dikenal sebagai penguasa
yang melarang penerbitan cerita dongeng.'?" Mereka, para cyberis,
rnenggunakan silogisme seperti ini: cyberspace adalah ranah
bagi imajinasi; totaliterianisme membenci imajinasi; maka, siapa
pun yang menentang cyberspace, berarti memiliki tendensi totali-
terianisme.
Alasan ini cukup memadai bagi orang-orangyang rasional
sekalipun untuk segera meletakkan bukunya dan menyiapkan
genderang perang melawan hal yang mereka anggap sebagai
para penentang kebebasan dan para antiteknologi. Akan tetapi,
tunggu! Apakah benar, cyberspace memiliki hubungan dengan
kebebasan ataupun cerita dongeng? Tidak.Apakah cyberspace
memang "telah memudahkan penggunaan metafora dalam
berbahasa" lebih dari sekadarmenulis surat? Tidak. Dan apakah
cyberspace sarna sekali berkaitan dengan lmajinasi-imajinasi?
demikian, tetapi tidak seperti yang digarnbarkan oleh
.LV.L",.a..I..L'-_.l.J-.
165

Malah, ~01'''\rt ~ .... ........

hadap imajinasi itu C'O .. '01"'\, .... 1"',,··\1:Y""\

antikomputer,
Nicole Stenger C'or'rt ....•...
arogan,
kita bahwa C'~F"'\'I"~~
imajinasi yang . . . . . ..1. .......... '-,1 ....... ..1..

adalah mereka
gantung . . . ~ '4...... ...' ......._·.......I. .....,'4v......................."""'.. " _ ............... ""....'-.I..I.'-'..L'-"F'-t..L.

adalah mereka
berpendapat
mungkin tak selalu
Mari simak C",c..,r",'I''''''it'''\

New
gadis berusia . . . . . . . . _.. . . 1I.!L.a. ...

atas Lro"l''''\''lI'I'\1'''\'iY''l

halaman, . . c.. ............ ...,._...,. ......... c.~ c •• ..... c •• c ••

lukisan Mona
dan Tembok Besar Cina-dan C'ork"'\~"''''''
seri The Fresh
perangkat PSII dan CD-ROM
di bawah kata-kata itu terdapat miniatur layar
monitor tampak gambar bangunan-bangunan kuno abad per-
tengahan, Begitu tampak tak membahayakan dan mudah
digunakan-seperti pesawat TV yang dilengkapi keyboard.
Apa yang salah dengan iklan ini? Pertama, itu mirip
dengan negeri ajaib para infoholik yang digambarkan James
Barron. Bagi Ellie Frame, selesainya satu acara akan menjadi
awal dari acara yang lain. (Bahkan jika komputer miliknya adalah
Compaq Presario, pesawat gabungan TV sekaligus komputer,
dia pun tak perlu bersusah payah berpindah-pindah layar.)
Kedua, iklan itu menyatakan bahwa cara Ellie
Frame untuk menyaksikan ini apabila
ayah dan ibunya berkenan ~Q.1"'\'tY,,.,~hl'1nnL"'''"\1'''\
milik mereka. Mereka ~C.Ul'1"'''"\l.i'''''''1'''\
paling kurang dana I." ...........
v ........, .'4.......

belasan buku secara


kan bahwa ketika
ketika -...,. i·lI'~, rr
166 RUANG YANG HILANG

perbedaan antara keduanya akan semakin melemah. Mona Lisa


dan Grand Canyon menjadi sekadar tontonan di layar. Dunia
ini akhirnya memudar menjadi acara TV yang paling rendah."
Dapat dimengerti apabila para cyberis tampaknya ingin
mengelak membicarakan bahwa representasi komputer dan
berbagai representasi elektronik lainnya justru memberikan
pengaruh buruk bagi imajinasi. Seperti ditegaskan oleh novelis
Sven Birkerts dengan fasih dan persuasif imajinasi sesungguh-
nya membutuhkan ruang untuk bergerak." Di dalarnruang
dan keheningan kata, atau lebih baik lagi, di dalam persentuhan
dengan dunia fisik, imajinasi akan leluasa tumbuh dan ber-
kembang. Sebaliknya, dunia sempit dan terbatas yang dibentuk
oleh acara TV (atau program komputer), tak menyediakan lagi
ruang gerak. Bukankah TV telah membiasakan kita untuk diam
karena segala sesuatu telah tersaji? Program komputer yang
begitu sempurna sekalipun tak akan mampu menawarkan
pilihan seluas yang dapat ditawarkan imajinasi secara gratis.
Dia tak akan mampu menyaingi keajaiban pikiran manusia yang
dapat mengkhayalkan sebatang pensil menjadi harpun atau
taplak meja menjadi layar kapallaut. Yang mampu dilakukannya,
seperti dijelaskan oleh Douglas Sloan, guru besar sejarah pen-
didikan di Iurusan Keguruan Universitas Columbia, adalah
membelenggu dan membatasi imajinasi, memaksanyaberjalan
di lintasan tertentu dan bukan yang lain, mereduksinya-dan
mereduksi kita juga-menjadi sebuah fungsi teknologi."
Secara jujur, saya kecewa terhadap revolusi digital karena
revolusi digital itu hanya menawarkan sangat sedikit tetapi
menuntut terlalu banyak. Yangditawarkannya adalah informasi
(dan lebih banyak lagi informasi) serta suatu jenis "keter-
hubungan" baru yang abstrak. Yangharus kita bayarkan adalah
kesetiaan kita terhadap dunia fisik, mengalihkannya ke dunia
maya. Ini transaksi yang buruk-tidak hanya karena dia
mengabaikan kebutuhan-kebutuhan biologis kita, tetapi karena
dia pun membatasi otonomi kita.
Mernang, realitas tanpa perantara adalah sesuatu yang
sangat demokratis. Pengalaman setiap orang dalam berinteraksi
dengan dunia tentunya beragam. Keragaman inilah yang
sesungguhnya menjadi dasar kemerdekaan kita dan benteng
terhadap serbuan otoritarianisme. Di sisi lain representasi,
BAB KEENAM 167

khususnya yang diproduksi secara massal, justru


membatasi keragaman. Betapapun besarnya cakupan "pilihan
pribadi" yang mereka tawarkan, mereka sesungguhnya sedang
memaksakan keseragaman. Mereka mengubah kita dari seorang
individu menjadi sekadar penonton. Dan ini sangat berbahaya.
Tidak hanya karena dia akan melahirkan hantu-hantu mani-
pulasi-kelompok yang akan lebih mudah
dimanipulasi-tetapi juga suatu saat salah
bahwa opini massa adalah opini kita karena
pernah dibiasakan merniliki pribadi.
Menurut saya, tantangan yang sangat berat akan segera
menghadang kita. tersesat dalam representasi
"sama
'I'"V"t.cl,'I'"V"t'l.'I ...... 'I ...... '1'1",.'1 .......... 1:" k ......" ...'I'1II"'t<f"'l ... 7 ...... " ...... ,0_,....." ' _

secara "" ..
pendekatan itu sejenis
kebohongan. Dan betapapun kecilnya, akan
cenderung mencipt memusuhi atau tak peduli
akan Dengan kita bahwa ....,'- ....,J, ...
maya sebuah perusahaan bukanlah benar-benar pemimpin,
Bahwa mati secara melainkan
hidup. Bahwa benar nyata secara maya adalah salah. Seiring
dengan meningkatnya jumlah realitas yang kita terima dalam
bentuk kemasan atau termediakan, kita juga akan semakin
merasa takut akan realitas yang tak termediakan. Isolasi yang
semakin meningkat pada gilirannya akan membuat kita semakin
bergantung. Kita akan semakin menggantungkan, mula-mula
kenyamanan hidup dan akhirnya kewarasan kita, pada teknologi
dan pada orang-orang yang berada di belakanganya. Kita
bergantung pada mereka yang menawarkan diri untuk mern-
bentengi kita dari dunia yang kejam ini. Kita bergantung pada
mereka yang menawarkan kehambaran, fiksi, dan kebohongan.
Kita bergantung pada mereka yang melindungi kita dari
kengerian akan pengalaman langsung.
Bagaimana kita mengentaskan diri dari kubangan hiruk-
pikuk dunia maya itu? Menurut saya, bukan dengan memancang-
kan kembali kebenaran tunggal dan dangkal-solusi yang biasa
ditawarkan oleh para puritan. Tidak juga dengan melembagakan,
katakanlah, versi sekular hukum Islam yang melarang
representasi secara umum. Akan cara
168 HUANG HILANG

1'Y'\CJlnrrjp.rnh~11V~ln keimanan kita seeara


umum, mengajarkan kembali tentang betapa pentingnyadia,
dan mendedikasikan diri kita kepadanya." Bagaimana kita
melakukan semua itu? Dengan eara sebisa mungkin kembali
ke dunia yang asli: menyadari bahwa kebenaran, dan
penghargaan kebenaran, keduanya terkait dengan menghargai
realitas; dan bahwa penghargaan kita terhadap realitas ber-
gantung kedekatan pada dunia fisik. Dengan kara
lain, yang kita butuhkan adalah sebuah revolusi yang dapat
membebaskan kita dari ketergantungan buta terhadap abstraksi,
sebuah revolusi yang dapat menghubungkan kita dengan hal-
yang esensial-benda-benda yang dapat kita sentuh secara
A.Q.J.J.~..:;IU'J.J.~. tidak teknologi.
Yang ini penting-
tidaklah ada yang baru. Yang anjurkan bukanlah
peneiptaan dunia baru. Yang dia anjurkan adalah penolakan
terhadap hal-hal keeil dan bertahap, hal-
hal yang kadang-kadang TV
dimatikan.Atau, bersama ternan. Atau, meng-
diri
1'Y'\C,i1 h,""l1"'Li'"""ln

seeara langsung ke dalam Atau, memperbanyak


pertemuan langsung di kantor,
Apa imbalannya? Bukan utopia. Bukan pula surga, Melain-
kan sebuah kesehatan psikologis yangdiperoleh dari sesuatu
yang bersih setelah sekian lama terombang-ambing oleh berbagai
kebohongan dan berbagai hal yang setengah benar. Yang akan
perolehadalah hubungan yang benar terhadap dunia,
kejemihan dalam kehidupan kita, Kita akan mengetahui-atau
paling tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui-apa yang
kita rniliki, siapakah kita (dan yang bukan kita), dan apa yang
mesti kita prioritaskan. Setelah diberdayakan demikian, kita
akan lebih mampu mengenali dan menolak propaganda eanggih
yang dilontarkan oleh para cyberis.
Terdapat tanda-tanda yang menggembirakan. Di bidang
arsitektur dan perencanaan, sebagai contoh, kini berkembang
sebuah keeenderungan untuk menghindari rumah keluarga yang
terpisah-pisah dan jauh dari tempat hiburan, perkantoran, dan
tempat perbelanjaan. Dari eksperimen semi-
komunal , perumahan
BAB KEENAM 169

"pinggir pantai" di Florida, para pengembang kini mulai tanggap


terhadap tuntutan yang menginginkan perubahan, mengingin-
kan kembali ke komunitas yang memiliki sekolah, toko, dan
taman yang dapat dicapai dengan jalan kaki; komunitas yang
tatanan fisiknya rnendorong, bukan menghambat komunikasi
fisik antara tetangga. Ternpat-rempat perbelanjaan digusur
menjadi jalan raya, sedangkan jalan raya di sekitar permukiman
diganti dengan gang-gang yang hanya cukup
kaki. Rumah dilengkapi kembali dengan beranda
kembali melebar.
"Perkembangan manusia," tulis kritikus
naturalis.joseph Wood Krutch, pada 1949,
manusia dari pergaulan sosial dengan sesamanya,
menyanjung benda-benda daripadabenda hidup.'?' Suatu
kalangan kecil, tetapi semakin berkembang, tampaknya tak bisa
menerima hal itu, Mereka memang bukan para
fanatik, atau neo-Luddite, atau pendukung puritan Era Baru.
Mereka, sebagian besar tokoh lingkungan sains yang terhormat,
adalah orang-orang yang meminta agar kemajuan (telah lama
dikaitkan dengan gagasan dan teknologi yang menjauhkan kita
dari dunia maupun sesama) disejajarkan kembali dengan
kebutuhan manusia." Mereka mulai mewaspadai mesin-mesin
yang dijual kepada kita, mana yang benar-benar baik dan berguna
serta mana yang tidak. Mana yang akan meningkatkan
kehidupan kita, baik secara budaya maupun pribadi, dan mana
yang tidak. Mereka makin banyak menemukan bahwa mesin
yang baik bagi kita adalah mesin yang tidak mencoba mengganti-
kan kedudukan dunia alami dan sosial kita, atau yang
merampas kemampuan kita dalam berswadaya.
Minoritas yang lebih kecillagi adalah orang-orang yang
skeptis. Kita tak bisa berharap sesuatu yang lebih dari A.La. "-A."-A. ... L.&..

Sudah jelas bahwa momentum revolusi digital itu


hadang; imbalan uang yang disediakan untuk l-I""'AA\..i.\.A'A......Y J.J.F,A.J."fQ.

juga sangat besar; keakraban kita dengan ilusi


dan mapan. Akhirnya, sejarah itu sendiri . .,,~,. . . . . A''"'' AJ.J.""'AJl\..i.YA.......Y ,iJ.F,.

Kira-kira lima puluh tahun yang lalu, E. B.


meramalkan haluan yang kita jalani ini . . .
_A, ... ....,""'........

Ramalannya, yang tampaknya akan


170 RUANG YANG HILANG

peringatan bagi orang .yang belum sadar, dan insentif bagi


orang yang belum terhubung dengan cyberspace.
Dimasa depanyangsudah dekat, White menegaskan,
teknologi .itu "akan memaksakita melupakan hal-hal primer,
tetapi menyanjung hal-hal sekunderdan terpencil." Ketika kita
telahdibiasakan dengan "gagasan-gagasan, suara, dan gambar--
sebuah bayangan pada panel, yang diberipencahayaan, yang
telah dirancang sebelumnya ... dan pintuditutup, suara
dinyalakan-s-kita akan mencerap bayangan itu sebagaisuatu
kebenaran dan kenyataan. White menyimpulkan, "Sayamelihat
sebuah masa saar dunia nyata menjadi khayalan ... saat segalanya
jungkir-balik.dan kita telah menjadi sosok mirip orang sinting,
apa yang kita anggap waras pada masa ·lampau kini justru
dianggap sebagai kesintingan.":"
Era itu mungkin akan lebih cepat tiba daripada yang kita
perkirakan. Sebagian orang telah menjadi penghuni rumah sakit
gila E. B White. Sisanya sedang antri di pintu gerbang. Apakah
kita akan masuk atau memilih tetap tinggal di dunia nyata, itu
seluruhnya terserah kepada kita, bukan orang lain. []
CATATAN-CATATAN

SEBUAHJAGAT RAYA MAYA:


IMPERIALISMEFANTASI DAN MATINYA REALITAS
1. William Gibson, Neuromancer, Berkeley Publication
1984.
2. Zak Van Straaten, Basic Concepts ofPhilosophy, Oxford University
Press, 1981, h. 202.
3. Jean Baudrillard, Simulations, Semiotextfe), 1981, h. 2.
4. Howard Rheingold, Virtual Reality, Mandarin, 1991, h. 17.
5. Steve Aukstakalnis & David Blatner, Silicon Mirage: The Art and
Science of Virtual Reality, Peachpit Press, 1992, h. 7.
6. Terence Mckenna, The Archaic Revival, Harper Collins, 1991, h.
234.
7. Ibid. h. 352.
8. Howard Rheingold, Virtual Reality, h. 350.
9. Walter Truett Anderson, Reality Isn't What It Used to Be, Harper
Collins, 1990, h. 9.
10. Ibid. h. 125.
11. Howard Rheingold, Virtual Reality, h. 350.
12. Lihat R.D. Laing, The Divided Sel.£ Penguin Books, London, 1960.
13. Lihat Howard Rheingold, The Virtual Community, Seeker &
Warbug, London, 1994.

171
172 RUANG YANG HILANG

14. James Brook & lain A. Boal, Resisting Virtual Life: The Culture and
Politics ofInforination, City Light Books, 1995, h. x.
15. lbid., h. xiii.
16. Mark Slouka, War of the Worlds: The Assault on Reality, Abacus,
1995, h. 2.
17. Ibid., h. 9.
Ibid., h. 49.
19. h.72.
20. lbid., h. 69.
21. Ibid., h. 101.
22. Lihat Paul Virilio, The Aesthetics of Disappearance, Semiotextte),
1991.
23. Mark Slouka, War of the Worlds, h. 108.
24. Ibid., h. 109.
25. Lihat Jean Baudrillard, Fatal Strategies, Pluto Press, London,
1990.
26. Lihat Jean Baudrillard, Simulations, Serniotextte), 1983. Lihat
juga Baudrillard, America, Verso, London, 1988.
27. Lihat Iean Baudrillard, The Ecstacy ofCommunication, Semiotextte),
New York, 1988.
28. Jean Baudrillard, Simulations, h. 2.
29. Donella Meadows (et al), Beyond the Limits: Global Collapse or a
Sustainable Future, Earthscan, London, 1995, h. 1.

PENDAHULUAN: LORaNG MENUJU DUNIA MAYA


1. Constance L. Hays, "Illusion and Tragedy Coexist After a Couple
Dies", New York Times, 7 januart 1990.
2. Saya menyadari bahwa istilah realitos, yang telah menjadi pokok
permasalahan semenjak Plato, akhir-akhir ini lebih bermuatan
politik. Oleh karenanya, agar tidak disalahpahami, izinkan saya
menjelaskan sejernih mungkin..Saya tidak bermasalah dengan
pendapat bahwa realitas, seperti halnya selera, senantiasa
bersifat subjektif-produk dari suku, gender, kelas ekonomi,
pendidikan, dan sebagainya. Pendapat ini saya anggap baik dan
benar. Namun, pada saat yang sarna saya meyakini bahwa di
bawah strata subjektivitas, bahasa, dan perspektif terkandung
batu karang fakta. Kaum neo-Nazi di Koln atau California
mungkin mendefinisikan holocaust berbeda dengan saya, namun
fakta sejarah tetap berdiri kukuh. Realitas macam inilah yang
saya maksud di buku ini, yakni fakta empiris dan tak berubah,
tidak bersifat relatif baik secara sejarah maupun budaya.
3. Percepatan tinggi dari perubahan budaya pada abad ke-20 adalah
truisme sejarah. Salah satu dari dokumentasi yang gamblang
CATATAN-CATATAN 173

tentang transformasi dalam Amerika (yang mulai


tampak pada 1929) merupakan karya Robert S. dan Helen M.
Lynd, Middletown: A Study in Contemporary American Culture (New
York: Harcourt Brace Jovanovich, 1959).
4. E. B. "Removal", dicetak ulang dalam One Man's Meat,
(New York: Harper Colophon, 1983), hh. 2-3.
5. Roger Cohen, "Tito Lives Again but Like Ex-Nation, Is Bewil-
dered", New York Times, 30 1994, h. 4; Alma Guillermo-
prieto, "Obsessed Rio", New Agustus 1993),
hh. 44-45. Guillermoprieto seorang temannya yang
mengatakan, "Orang-orang menemukan realitas
maya beberapa tahun silam. Mereka tidak pernah tahu kapan
mereka memasuki TV dan meninggalkannya."
Julian "Net , Details
h.100.
7. Ibid. "Ini menakutkan, kata Kevin
dan editor Wired. "Betapa
ditransfer. Sejauh beberapa
diboyong ke dalam sistem mekanis, di antaranya
pengorganisasian diri, kemampuan memperbaiki secara
terbatas, evolusi lambat, dan pembelajaran parsial." Kevin Kelly;
Out of Control: The Rise ofNeo-Biological Civilization (Reading, Mass.:
Addison-Wesley, 1994), h. 2. Sains Kelly, seperti tersurat dalam
istilah "evolusi lambat", patut dicurigai. Yang lebih menarik
lagi, saya kira, adalah pemaknaan di balik pernyataan tersebut.
8. Kutipan dari Quarterman dalam Peter H. Lewis, "Cyberspace Is
Looking a Lot Like Christmas", New York Times, 25 Desember
1993. Timothy Ferris, "The Future is Coming", New York Times,
12 November 1993.
9. Dikutip dalam Andrew Pollack, "Japanese Put a Human Face
on Computers", di New York Times, 28 juni 1994.
TO. Istilah ini berasal dari Allucquere Rosanne Stone, "Will the
Real Body Please Stand Up" dalam Cyberspace: First Steps, Michael
Benedikt (peny.) (Cambridge, Mass.: MIT Press, 1991), h. 92.
11. Ibid., h. 94.
12. Langdon Winner, "Do Artifacts Have Politics?", dalam Technol-
ogy and Politics, Michael E. Kraft dan Norman J. Vig (peny.)
(Durham, N.C.: Duke University Press, 1988), h. 43.
13. Steve Lohr, "For Computer Convention, Be Sure to Pack Vi-
sion", New York Times, 24 September 1993.
14. Terdapat perkecualian-perkecualian yang perlu dicatat. Baik
BillMcKibben maupun Neil Postman melanjutkan tradisi mulia
para humanis/skeptis, seperti Thomas dan H. G. Wells,
RUANG YANG HILANG

berpendapat bahwa kemajuan teknologi telah memisahkan kita


dari "informasi" yang hanya tersedia melalui kontak langsung
antara kita dengan dunia alami (McKibben), dan melalui nilai-
nilai yang terkandung dalam sesuatu yang secara luas diistilah-
kan sebagai kebudayaan humanistik (Postman). Lihat Bill
McKibben, The Age of Missing Information (New York: Random
House, 1992) dan Neil Postman, Technopoly: The Surrender of
Culture to Technology (New York: Vintage Books, 1992).
15. Istilah itu dikutip dari rekaman video pidato Andrew S. Grove
dalam tipC Expo" pada 28 Iuni 1994.
Kevin Kelly, "Embrace It", dari "The Electronic Hive: Two
Views", Harper's Magazine 288 (Mei 1994): h. 21. Kelly menjelas-
kan panjang lebar pandangannya tentang sarang lebah elektro-
nik dalam Out of Control, khususnya hh. 11-28. Saya mengulas
tentang Kelly pada Bab Empat buku ini. Kutipan berasal dari
surat Robert Cooverkepada Harper's Magazine 289 (Agustus
1994), h. 4.
17. Perkiraan nilai yang dikutip di sini berasal dari Steve Lohr,
"For Computer Convention, Be Sure to Pack Vision", New York
Times, 23 September 1993.
18. Kutipandari surat john Perry Barlow kepada Harper's Magazine
289 (Agustus 1994), h. 5.
19. Kevin Kelly, e-mail pribadi, 27 juli 1994. Perilaku semacam ini
sangat umumdi kalangan digerati.
20. John Perry Barlow, e-mail pribadi, 22 juli 1994.

BAB I: "REALITAS TELAH MATI"


1. Richard Kadrey, "Pleasure by the Numbers", Future Sex (no.
perdana,1992), h. 7.
2. Di sini saya berutang budi pada ulasanAllucquere Rosanne
Stone yang cemerlang dalam "Will the Real Body Please Stand
Up?" dalam Cyberspace: First Steps, Michael Benedikt (peny.)
(Cambridge, Mass.: MIT Press, 1991), hh. 91-92.
3. Saya pertama kali mendengar istilah ini dari Allucquere Rosanne
Stone.
4. Michael Benedikt, "Introduction", dalam Benedikt, Cyber-space,
h.2.
5. Nicole Stenger, "Mind Is a Leaking Rainbow", dalam ibid. h. 56.
6. Faktor keamanan cybersex, tinysex, atau teledildonics telah meng-
undang para perninat, baik dari lingkungan budaya tinggi
maupun rendah-yang batas-batasnya kini mulai kabur. Bagi
CATATAN-CATATAN 175

Richard Kadrey, dalam Future Sex, uVR-sex ... adalah seks-aman


terbaik: tak ada virus HI~ tak perlu malu mencoba
baru ini." Bagi Paul Wu, Presiden Pixis International, yang juga
menjual CD-ROM cabul, "Cfr-sex bahkan memberi keuntungan
dalam segi kesehatan. Dengan mengganasnya berbagai penyakit
(kelamin) dewasa ini, kita masih dapat mengarahkan energi
seksual kita. Ini merupakan seks-aman terbaik." .lIJ"~.l.A
..I.'Ul...

dimuat dalam Dean Takahashi, "Sex


Angeles Times, 16 januari 1994.
7. Michael "The Erotic Ontology of Cyberspace", dalam
Cyberspace, Michael Benedikt (peny.), h. 61. Profesor Heim tidak
sendirian dalam visinya. Pengamatan Julian Dibbell dalam The
Village Voice juga menegaskan hal yang sarna. Julian .....,.. LJLJ .....L ....

"Rape in Cyberspace: A Tale of Crime and Punishment on


dalam The Village Voice, Desember 1993.
8. Stenger, "Mind Is a Leaking Rainbow", h. 51.
9. Benedikt, "Introduction", h. 14.
10. Stenger, "Mind Is a Leaking Rainbow", h. 53. Kesamaan antara
teori cyberspace dan sikap ahli posstruktural dalam memper-
lakukan sejarah, kebudayaan, dan diri manusia yang sering
muncul di kalangan akadernis, dua hal: (1)
kebanyakan, jika bukan sebagian besar, teoretikus cyberspace
adalah para akademisi; (2) secara mendasar, ahli posstruktural
memperlakukan dunia secara mekanis (istilah yang sedang
bergema dalam ilmu kemanusiaan dan sosial adalah kon-
struksi). Kecenderungan mekanistis ini cocok dengan orang-
orang yang berminat dalam mesin yang mampu memecah-
mecah segala sesuatu menjadi komponen-komponennya.
11. Stone, "Will the Real Body Please Stand Up?" h. 102. Ketidak-
pedulian, dan kadang perrnusuhan, terhadap dunia alami
adalah tema dasar yang kadang eksplisit dari literatur cyber-
space-salah satu respons palinganeh terhadap degradasi
lingkungan yang makin cepat pada paro kedua abad ke-20.
Saya mengulas tentang dampak lingkungan akibat revolusi
cyberspace pada Bab 3.
12. Stenger, "Mind Is a Leaking Rainbow", h. 56.
13. Benedikt, "Introduction", h. 10.
14. Saya sedang merujuk pada dekonstruksi-dan berbagai inkar-
nasinya dalam percaturan posstrukturalisme-yang telah
memainkan peran yang cukup berpengaruh dalam lingkaran
akademik di Amerika dan Eropa. Salah satu kritik yang baik
terhadap kritisisme dekonstruktif dapat Anda simak pada buku
176 RUANG YANG HILANG

Gerald Graff, Literature Againts Itself (Chicago: University of


Chicago Press, 1979).
15. Michiko Kakutani, "When History and Memory are Casualties:
Holocaust Denial", Critic's Notebook New York Times, 30 April
1993. Lihat juga Kakutani, "Opinion vs. Reality in an Age of
Pundits", Critic's Notebook, New York Times, 28 januari 1994;
Deborah E. Lipstadt, Denying The Holocaust: The Growing Assault
on Truth and Memory (New York: Free Press, 1993); Robert
Hughes, Culture of Complaint: The Fraying of America (New York:
Oxford University Press, 1993); Gertrude Himmelfarb, On Look-
ing into the .Abyss: Untimely. Thoughts on Culture and Society (New
York: Knopf, 1994). Tentang etika dan dekonstruksi, lihat David
Lehman, Signs of the Times: Deconstruction and the Fall of Paul De
Man (New York: Poseidon Press, 1991).
16. Salah satu bahaya yang terkandung dalam pendapat dekon-
struksi-seperti bahaya yang terkandung di dalam berbagai
bentuk ekstremisme-adalah bahwa dia akan bertindak sesuai
dengan keinginan para totalis pada sisi lawannya. Kemutlak-
an-konsep seperti "hukum alam" dan "hukum ilahiah"-telah
menjadi alat penjajah sepanjang sejarah. Menguak apa yang
sebenarnya terjadi itu dibenarkan. Namun, apabila terlalu
jauh-inilah inti pendapat saya-relativisme akan menjadi
sebuah ortodoksi sendiri.
17. Bentuk nihilisme yang saya sebut dapat dilihat dalam Kevin
Kelly, Out of Control: The Rise of Neo-Biological Civilization (Read-
ing, Mass.: Addison-Wesley, 1994). Dalam tulisan ini istilah
"hippoststructurolist" sering sekali muncul.
18. Stenger, "Mind Is a Leaking Rainbow", h. 53.
19. Brent Staples, sebagai contoh, menegaskan dengan fasih bahwa
berbagai permasalahan yang ada saat ini dapat dipecahkan
dengan teknologi rendah. Anak-anak, sebagai contoh, yang kini
semakin bergantung pada tokoh-tokoh TV, membutuhkan
individu yang sebenarnya yang memiliki komitmen pada anak-
anak tersebut di kehidupan nyata. Berbicara denganmereka di
Internet tak akan banyak membantu. Lihat "Role Models, Bo-
gus and Real", Editorial Notebook, New York Times, 24Juni 1994.

BAB 2: "MUSIM SEMI BAGI SKIZOFRENIA"


1. Kutipan dari Kevin Kelly, Out of Control: TheRiseofNeo-Biological
Civilization (Reading, Mass.: Addison-Wesley, 1994), h. 185.
2. KinkNet, FidoNet, dan semacamnya, adalah jaringan Bulletin
Board System (BBS) dengan minat pada tema tertentu, biasanya
terhubung ke Internet.
CATATAN-CATATAN

3. Istilah ini

4.

5.

7.

senonoh
mahir
Sandberg, in Flames",
1993. Meskipun tidak V .......4.VUJL.lU.yU.

nya dengan corat-coret


ini membuatNet rYlOr'll"\,rfl

8. Gegap-gempita dunia MUD \.lY.4.II,..i,.lI.-.l!-".l ......

disebut juga Multiple User Dimensions


David Bennahum, Me to The MOO:
Reality", Lingua Franca, ]uni 1994.
9. Saya berutang budi pada Allucquere Rosanne Stone atas pen-
jelasannya tentang dunia "halusinasi konsensual" dalam "Will
the Real Body Please Stand Up?" dalam
editor Michael Benedikt (Cambridge, Mass.:
hh.93-94.
10. Bennahum, Me to The MOO"
11. Stone, "Will the Real
12. ]ullianLJiLJLJL.Li.

ishment On-line",
13. dari J.'\.. ...... I!uJ.J.UI.-ULJ.J.
178 RUANG YANG HILANG

Allucquere Rosanne Stone mencatat bahwa salah satu tema yang


sekarang sedang menjadi perdebatan hangat di kalangan para
pengacara masa depan .adalah pertanggungjawaban seseorang
yang perilakunya di VR telah mengakibatkan orang lain meng-
alami serangan jantung di dunia nyata. Definisi baru tentang
privasi dan fitnah juga mendapat perhatian. Lihat Stone, "Will
the Real Body Please Stand Up?", h.·84.
14. Desas-desus terbaru di seputar kasus Mr. Bungle adalah pe-
nyebarluasan alamat e-mail si tokoh di balik Mr. Bungle,
melaporkan kejahatannya pada majikannya di dunia nyata.
Tentu saya tak tahu bagaimana mengonfirmasikannya.
15. Lihat Philip Elmer-Dewitt, "The Amazing Video Game Boom",
Time, 27 September 1993, hh. 70-72.
16. Dibbell sendiri mengakui adanya kekuatan yang membuat
gamang dari komunitas cyberspace dan pemukim surealis itu,
"Saya sendiri sudah pernah beberapa kali berubah bentuk
akibat sinar bulan digital." Dibbell, "Rape in Cyberspace", h.
37.
17. Bennahum, "Ply Me to the MOO", h. 26.
18. Sebuah lukisan tahun 1963 karya Rene Magritte, seorang perupa
surealis berkebangsaan Belgia, menurut saya merupakan
penampakan terbaik dari semangat cyberspace. Lukisan itu, "The
Field Glass", menampakkan sebuah jendela besar berdaun dua
yang berada di sebuah ruang gelap. Melalui kaca jendela kita
dapat menyaksikan langit cerah musim panas dengan gumpalan-
gumpalan awan kumulus-sebuah peneguhan kembali konsep
zaman Romantis tentang lukisan sebagai jendela dunia.
Keganjilan mulai terkuak saat kita sadari bahwa jendela itu
sedikit terbuka. Melalui celah di antara dua daun jendela itu,
terlihat sebuah ruang kosong yang gelap gulita. Yang membuat
lukisan ini semakin aneh adalah kita dapat melihat kosen
jendela bagian dalam melalui suatu sudut kaca.
Alih-alih jendela dunia, kita ditawari pemandangan yang
mengatakan bahwa semua realitas adalah ilusi.
19. Salah satu pengalaman yang umum dimiliki oleh orang-
orang yang memasuki komunitas cyberspace-dan bukti kuat
betapa medium ini dapat menyelubungi kita-adalah distorsi
waktu di dalam dunia nyata. "[ika saya tidak harus makan,
tidur, at au buang air," seorang penghuni bercerita, "saya tak
akan keluar (dari cyberspace)."
20. Dibbell, uRape in Cyberspace", h. 38.
21. john Seabrook, UMy First Flame", The New Yorker, 6 ]uni 1994.
CATATAN-CATATAN 179

22. Analogi yang populer di cyberspace, dilahirkan oleh


terminologi realitas maya; Dunia fantasi elektronik umumnya
merujukpada MUSH: Multiple User Shared Hallucination.
23. Dalam "Will the Real Body Please Stand Up?", Allucquere
I'\.U~d..tHlt= Stone mendiskusikan hubungan antara cybersex dan
phonesex, dan menyimpulkan bahwa "untungnya atau sayangnya
... setiap orang masih dalam taraf praorgasme di realitas maya."
cvoerstiace tidak demikian. David Bennahum mengisah-
kan dalam komunitas tertentu, seperti
FurryMuck, sosok-sosok setengah manusia setengah hewan
berkumpul untuk melakukan Netsex, maka mereka sering
"mengetik cepat dengan satu tangan". Tentu saja, karena duduk
sendirian di sebuah terminal komputer dapat berarti melaku-
kan aktivitas sosial, masturbasi pun bisa berarti
24. hh. 99-105.
25.. Nicole Stenger, "Mind is a Rainbow", dalam
First Steps, Michael Benedikt
26. Dibbell, "Rape in Cyberspace", 38.
27. Stone, "Will the Real Body Please Stand Up?", h. 85.

BAB 3: DUNIA MAYA


1. Kutipan dari Kevin Kelly; Out of Control: The RiseofNeo-Biological
Civilization (Reading, Mass.: Addison Wesley, 1994), h. 171.
2. Wendy A. Kellogg,john M. Carroll, dan john T. Richards, "Mak-
ing Reality a Cyberspace", dalam Cyberspace: First Steps, editor
Michael Benedikt (Cambridge, Mass.: MIT Press, 1991), hh.
412-413. Para penulis itu mencatat bahwa dunia maya tertutup
masih tetap memiliki tempat, Dalam museum masa depan,
misalnya, "pengunjung dapat mernasuki habitat cyberspace
tertutup yang memungkinkan mereka mengalami lingkungan
hewan dengan memerankan dirinya sebagai hewan maya."
3. Gregory Stocks, Metaman: theMerging ofHumans andMachines into
a Global Superorganism (New York: Simon and Schuster, 1993),
h. 182. Hensen dikutip dari Kelly, Out of Control, h. 49.
Karakotsios dikutip dari ibid., hh. 349-350. .
4. Kellogg, Caroll, dan Richards, "Making Reality a Cyberspace",
hh.412-413.
5. Allucquere Rosanne Stone, "Will the Real Body Please Stand
Up?", dalam Benedikt, Cyberspace, h. 102.
6. Kelly, Out of Control, h. 35.
. 7. Tentang .perkembangan kehidupan buatan (artificial life), lihat
Steven Artificial Life: The Quest for a New Creation (New
tHO RUANG YANG HILANG

York: Pantheon, 1992). Tentang Human Genome Project dan


penelitian genetika lain, lihat Robert Cook-Deegan, The Gene
Wars (New York: Norton, 1993). Yang juga sangat bagus tentang
itu, John Seabrook, "Building a Better Human", dalam The New
Yorker (28 Maret 1994). Seabrook memunculkan isu ten tang
etika, sementara yang lain tak tertarik. Bagi Seabrook, dan juga
saya, pertanyaan mendasarnya bukan dapatkah kita, melainkan
bolehkah kita.
8. Bruce Mazlish, The Fourth Discontinuity: The Co-Evolution of Hu-
mansandMachines (New Haven: Yale University Press, 1993), h.
8.
9. Kegilaan kadang-kadang muncul dalam ulasan para tekno-
evangelis. Misalnya, contoh-contoh yang dikemukakan oleh
Gregory Stock tentang "mimikri dan kamuflase" dalam realisme
mesin. Lihat di Metaman, hh. 62-63.
10. Lihat Steward Brand, The Media Lab: Inventing the Future at MIT
(New York: Viking, 1987), h. 8. Brand menjelaskan panjang
lebar tentang hubungan antara MIT dan rekanan-rekanannya.
Singkatnya, dengan membiayai sebuah proyek penelitian
tertentu, para "investor luar" akan memperoleh "produk" yang
dikembangkan oleh MIT: Pada gilirannya produk-produk baru
itu akan memberikan keuntungan pada MIT (pihak MIT
mengantongi royalti untuk setiap teknologi yang dikembang-
kannya sebesar 19 juta dolar, yang merupakan rekor dunia)-
maupun dana lebih banyak lagi. Satu-satunya yang kurang dalam
hubungan timbal-balik ini adalah masalah etika.
11. Ibid., hh. 54-55. Mimpi tentang teknologi yang "sensitif" dan
"dipersonalisasi" merupakan pokok seluruh aktivitas Media
Lab, dan karenanya menjadi tema utama buku Brand. Banyak
produk, yang konsepnya pertama kali dicetuskan di tempat
semacam Media Lab, kini telah memasuki pasaran-dari
"koran personal" sampai dengan telepon yang dapat mengerti
perintah suara. Teknologi yang lain baru akan dipasarkan,
misalnya komputer cerdas yang menelusuri sendiri ke dalam
jaringan komputer, dan mengerjakan berbagai perintah
pemiliknya. Lihat John Markoff, "Hopes and Fears on New
Computer Organisms", New York Times, 6 januari 1994. Ulasan
yang lebih lengkap dan memuaskan, lihat James Gleick, "The
Telephone Transformed-into Almost Everything", New York
Times Magazine, 16 Mei 1993.
12. Tekno-milenium yang akan segera tiba sudah dianggap sebagai
kenyataan oleh para teknoevangelis, sarna seperti oleh kaum
milenialis yang lebih "religius",
CATATAN-CATATAN 181

13. Brand, The Media Lab, h. 116; Mazlish, The Fourth Discontinuity, h.
184.
14. Mazlish, The Fourth Discontinuity, hh. 182,218-219.
15. Brand, The Media Lab, h. 9.
16. Andrew Pollack, UTo Surf and Ski, the Japanese Are Heading
Indoors", New York Times, 15 juni 1993.
17. Komentar tentang teknik permainan seks datang dari Paul Wu,
Presiden Pixis Interactive, dikutip oleh Dean Takahashi, "Sex
Play in Cyberspace", Los Angeles Times, 16 Ianuari 1994. Lihat
juga ulasan yang sangat baik dari John Tierney tentang
hubungan antara teknologi dan pornografi, "Porn, the Low-
Slung Engine of Progress", New York Times, 9 januari 1994.
18. Dikutip dari Stephanie Strom, UTesting the High Hopes for TV
Shopping", dalam New York Times, 3 januari 1994.
19. Pengenalan kata "virtual" (maya) ke dalam kosakata nasional
mengimplikasikan adanya pembalikan terhadap nilai-nilai
tertentu. Dalam beberapa segi, kasus ini serupa dengan kata
spiritual dalam khazanah Kristen. Dengan menambahkan kata
sifat spiritual pada kata kehidupan dan kematian, Kristen telah
membalikkan makna awal dari kata-kata tersebut. Dengan kata
lain, kehidupan dan kematian tidak lagi dipahami dalam
kaitannya dengan jasad, tetapi dengan ruh. Dalam pemahaman
ini, kehidupan jasad dipahami sebagai kematian ruh, dan
kematian jasad sebagai kehidupan ruh. Dalam dunia digital,
kata sifat yang mampu mengubah makna itu adalah kata "vir-
tual".
20. Dikutip dari Kelly; Out of Control, h. 314.
21. Stock, Metaman, h. 204.
22. Perspektif mereka terhadap hal yang mereka kutip cenderung
nyentrik dan tak tahu malu. Bruce Mazlish, misalnya, menyatakan
bahwa drama klasik R.U.R. karya Karel Capek sebagai "sangat
kacau", sangat susah dipahami", "adonan dari ide-ide yang
muskil" (ilustrasinya seperti melempar batu dari dalam rumah
. kaca), dan si penulisnya adalah sosok penipu yang bodoh. Kevin
Kelly membuang George Orwell dan seseorang bernama Jay
David Bolter sebagai gantinya. Dalam konteks ini Bolter
menunjukkan bahwa komputer adalah "suatu keheterogenan,
individualisasi, otonomi". Tak perlu dikatakan lagi, prediksi
Orwell tetap merupakan sesuatu yang aneh dan misterius, tetapi
juga akurat.
23. E. M. Forster, "The Machine Stops", Modern Short Stories (New
York: Oxford University Press, 1951).
182 RUANG YANG HILANG

24. Kelly, Out t'AT&T Proposes Sea


Cable That New York 26
1994.
25. Dalam suatu lelang seni baru-baru ini, perwakilan Bill Gates
yang diberi kuasa untuk membeli hak elektronik untuk karya
seni, dilontari sebuah pertanyaan, apakah Bill Gates me-
mahami perbedaan antara karya asli dan karya reproduksi.
Orang itu "Dia dan dia lebih menvuxai
karya Gates
tronic Van Gogh", San Diego 9

BAB 4:JALAN RAYA SARANG


1. Contoh utama "wali" cyberspace tingkat tersebut adalah Michael
J. O'Neill, The Roar of the Crowd: How Television and Power
Are Changing theWorld York:Times
pinggiran cyberis terwakili dengan baik dalam Kevin Out
of Control: The Riseof Neo-Biological Civilization (Reading, Mass.:
Addison-Wesley, 1994).
2. John "The Lost Art 18
September 1994.
3. Peter H. the Ver-
sion", New York Times, 17 januari 1994.
4. Penyetaraan Bruce Dern dan Al Gore bukannya sambil lalu,
Bruce Dern dan ternan robotnya berniat menyelamatkan hutan-
hujan yang masih tersisa, yang sudah direncanakan penebangan-
nya. Wakil Presiden Al Gore, seperti kita ketahui, juga adalah
pemerhati lingkungan. KaIau-kaiau kita lupa, gambar bumi
yang membingkai Tuan Gore di cyberspace dapat mengingatkan
kita. Gambar ini juga muncul dalam sampul buku Gore, Earth
in the Balance (Boston: Houghton-Mifflin, 1992). Ringkasnya,
gambar foto itu menjadi penghubung antara environmentalism
dan cyberspace, buku dan kode biner, dan paharnlingkungan Al
Gore dan visi Infobahn. Tak ada pertentangan dalam penyetaraan
itu.
5. Termuat dalam "Harper's Index", Harper's Magazine, April 1994.
6. Istilah "konversi" (pindah kepercayaan)· dan ukomuni"· muncul
secara teratur dalam berbagai karya para tekno-evangelis,
misalnya dalam Howard Rheingold, The Virtual Community: Home-
steading ontheElectronic Frontier (Reading, Mass.: Addison-Wesley,
1993). "Berbahagialah orang yang miskin" dikutip dari An-
thony Ramirez, "Providing for the Have-Nots of the New Infor-
mation Age", Ideas and Trends, NewYork Times, 1994.
7.

8.

9. jaringan
akan ikut. Seperti
Paul revolusi
memunzxmkan bagi negara-negara
mernancarkan garnbar kekayaan kepada
TlI-"IT·..Jr·..J_T"II-"IT·..Jr·...l .A.{;;.w.'-Q,.A..A.~. Bukannya rnernbuat dunia sernakin
'- .... J.IU' ....

sama-sama rnakrnur), revolusi telekomuni-


{~Q.J.J. kecernburuan. Lihat Matthew Connelly
J..1J.""'.J.J. .... ,lJJ ...

dan Paul "Must It Be the Rest Against the West?"


Atlantic Monthly \......,,,~-.;J .... J,.A..A.LJ .... J.

1O. teknologi telah rnerasuk ke dalarn tradisi Arnerika


selama dua abad terakhir. Lihat karya klasik Leo Marx, The
Machine in the Garden: Technology and the Pastoral Ideal in America
(London: 1964) dan Howard P Segal,
Technological Utopianism in American Culture (Chicago: University
of Chicago Press, 1985).
11. Sisi gelap analogi tentang daerah telah dibahas oleh
Lewis Lapham dalarn, "Robber Barons Redux", Harper's Maga-
zine (lanuari 1994). Perluasan dari rnetafora daerah perbatasan
ke dalarn konteks cyberspace adalah begini. Konglornerat kaya
dalarn bidang telekomunikasi-s-misalnya john C. Mallone yang
rnerniliki TCI-rnengklairn wilayah yang bebas dengan
rnernanfaatkan paket deregulasi yang terpicu oleh adrninistrasi
Clinton yang naas itu. Mereka rnenarik pungutan,
1"'\lP1n"'llPrlnr"lI-'\"ln

rnernbatasi dan rnemonopoli jalan inforrnasi, derni


semangat "kerakusan tarnak dan terorganisasi dengan
baik." Kekuatan dan ketaksukaan
rnereka (antitrust laws) tak
berbeda yang di era-era
RUANG YANG HILANG

sebelumnya. Mereka dapat disetarakan dengan Vanderbilt,


Morgan, dan John D. Rockefeller.
12. Akhir-akhir ini, penghuni daerah perbatasan generasi baru itu
telah mulai menggabungkan fantasi eskapis cyberspace yang lari
dari kenyataan dan sesuatu .yang menyerupai kehidupan.
Mereka berkelana (atau bicara tentang berkelana) ke Montana
atau Alaska, meninggalkan jejak elektronik yang menghubung-
kan mereka dengan ternan, keluarga, dan pekerjaannya. Sebagai
parodi dari semangat individualisme dan kemandirian dalam
tradisi Amerika, sikap "tak takut merantau" ini sungguh
menggelikan. Mereka yang duduk di belakang komputer itu,
alih-alih menikmati kebebasan dan kemandirian, akhirnya
justru berada dalam ketergantungan terhadap teknologi
informasi baru dan kekuatan yang berada di baliknya.
13. Sacvan Bercovitch, guru besar sastra Amerika di Universitas
Harvard, telah mendemonstrasikan tentang kemampuan
adaptasi yang luar biasa dari mitos milenium Amerika yang
bertahan dalam bentuk retorika dan ritual sosial, dari John
Winthrop sampai Ronald Reagan. Revolusi digital adalah
inkarnasi mutakhir dari mitos .itu: untuk menggapai janji
Amerika-negeri Kanaan Baru-kita harus naik ke cyberspace
bersama lohn Perry Barlow. Lihat Sacvan Bercovitch, The Ameri-
can Jeremiad (Madison: University of Winconsin Press, 1978).
14. Kehomogenan yang saya maksud di sini adalah sesuatu yang
tersembunyi di balik penampakan keragaman yang ditawarkan
oleh revolusi komunikasi. Di balik tawarannya yang tak terbatas
tentang teknologi-teknologi yang telah dipersonalisasi dan
"individualisme" yang terkandung secara implisit dalam 500
saluran televisi, sesungguhnya mereka sedang merekatkan kita
dengan keseragaman yang lebih pekat-keseragaman sebagai
konsumen (informasi dan produk) dengan berjuta-juta pilihan
(yang sebagian besar tak relevan). Neil Postman menegaskan
dengan sangat baik, "Kita dirayu untuk menghabiskan berjuta-
juta dolar di dalam jaringan superinformasi. Untuk apa? Kita
akan memiliki tidak hanya 60, tetapi 500, bahkan mungkin
seribu saluran TV. Kita akan dapat mengakses lebih banyak
lagi hiburan, lebih banyak lagi tayangan olahraga, tayangan
niaga, berita-Iebih cepat, lebih nyaman, dan dalam bentuk
yang lebih beragam. Dengan kata lain, kita akan membanjiri
kehidupan kita dengan semua itu, yang sebenarnya telah mulai
menenggelamkan kita." Lihat Neil Postman, 44We Are the
Wired: Some Views on the Fiberoptic Ties That Bind", New York
Times, 24 Oktober 1993.
CATATAN-CATATAN 185

15. Tentang berbagai dampak budaya akibat dari pembangunan


besar-besaran sistem jalan raya yang baru, lihat William Least
Heat Moon, Blue Highways: A Journey into America (New York:
Ballantine, 1982).
16. Gregory Stock, Metaman: The Merging of Humans andMachines into
a Global Superorganism (New York: Simon and Schuster, 1993),
h.137.
17. Kevin Kelly, "Embrace It", dalam "The Electronic Hive: Two
Views", Harper's Magazine (Mei 1994).
18. Kelly, Out of Control, h. 28.
19. Dikutip dari ibid., h. 102. Pernyataan Minsky dikutip dari ibid.,
hh. 43-44. "Beyond Homo sapiens" adalah judul Bab 9 buku
Stock, Metaman.
20. Stock, Metaman, hh. 119, 135
21. lbid., 211.
22. Ibid., 209.
23. Kelly, Out of Control, hh. 102-103.
24. Stock, Metaman, h. 20. Menurut Stock, kita juga sedang
mengalami "evolusi" menjauhi alamo Dia rnenegaskan, "Kita
tidak lagi berhubungan dengan alam sebagai lingkungan
kehidupan kita yang sungguhan." Dia menambahkan, "Sedikit
orang yang dapat bertahan-apalagi menikmati-mengarungi
rawa berbau busuk menggigil tertiup angin, atau berdiri di
tengah kawanan nyamuk. Dan untuk apa kita melakukannya?"
Umat manusia, dia menyimpulkan, kini sedang pindah ke
dalam, ke lingkungan sintetis yang dapat dikendalikan.
Kepunahan spesies besar-besaran bukan masalah lagi. Mereka
akan digantikan oleh hibrida teknobiologis. Lihat Metaman, h.
186.
25. Kelly, Out of Control, h. 440.
26. Stock, Metaman, h. 79.
27. Dikutip dari Kelly; Out of Control, h. 452.
28. Ibid., h. 233.
29. Mengingat bahwa para teknoevangelis menikmati kebebasan
pengawasan pemerintah-meskipun Pemerintah Federal
mengalirkan banyak dana untuk membiayai berbagai lembaga
semacam Media Lab MIT-mengurangi omongan tentang
menjadi tuhan itu cukup masuk aka!' "Belum ada seorang pun
dari kalangan politisi yang mau melirik Negroponte ataupun
Media Lab," tulis Steward Brand dalam bukunya, The Media
Lab: Inventing the Future at MIT (New York: Viking, 1987), h. 8.
Keadaan ini dapat berubah jika khutbah para teknoevangelis
telah memiliki pendengar yang lebih luas.
186 HUANG YANG HlLANG

30,. Kelly, h. 21.


31. jika perumpamaan ini terdengar menakutkan, saya minta maaf.
Kehomogenan, sebagaimana telah ditegaskan oleh George
Kennan dan beberapa orang lain selama bertahun-tahun,
merupakan landasan pokok menuju totaliterianisme.Dan hari
ini, kita dalam prosesmerengkuh sebuah teknologi baru yang
justru meminta kita untuk mengorbankan individualitas kita
menuju sebuah abstraksi, sebuah teknologi yang tak lagi
sembunyi-sembunyi menyatakan bahwa individualitas adalah
sesuatu yang mesti dilupakan.

BAB 5: REPUBLIK ILUSI


1. Ada Louise Huxtable, "Inventing American Reality", New York
Review of Books, 3 Desember 1992.
2. Dikutip dari Iohn Tierney, "[ung in Motion, Virtually, and Other
Computer Fuzz", New York Times, 16 September 1993.
3. Umberto Eco, Travels in Hyperreality (New York: Harcourt Brace
Jovanovich, 1986).
4. Michael Kelly, "David Gergen, Master the Game", New York
Times, 31 Oktober 1993.
5. Momentum tersebut telah menyulitkan kita untuk ,j,,j,,j,""',j,,j,~\"&",j,""
lebih jauh statusquo-termasuk kasus ini.
6. Saya menyadari bahwa percakapan .kebudayaan juga me-
rupakan sebuah kekuatan, tetapi derajat dan bentuknya
berbeda. Percakapan kebudayaan kurang terus-terang, kurang
eksplisit dalamkeinginan meraih kekuatan, dan lebih lamban
dalam menerjemahkan kekuatannya ke dalam tataran praktis,
ke dalam capaian-capaian dunia nyata,
7. Lihat Huxtable, "Inventing American Reality", umumnya dalam
mengulas tentang taman bermain dalam realitas maya, dan
khususnya tentang Colonial Williamsburg.
8. Kim Eastham, 'Artifishal Experience", Wired Ouli 1994), h. 122.
9. Dikutip dari ibid.
10. Kim Eastham, tiThe Virtual Brat", Wired (Agustus 1994), h.
104.
11. Dikutip dari ibid.
12. Steward Brand, sebagai contoh, mengulassecarapanjang lebar
tentang kemajuan yang dicapai oleh lembaga semacam Media
Lab MIT dalam bidang simulasi elektronik tentang pengindraan
fisiko "Kekuatan umpan balik," dia menegaskan, "telah
mengizinkan komputer untuk mensimulasikan hampir semua
dari interaksi fisik." Lihat Brand, The Media Lab: Inventing the
CATATAN-CATATAN 187

Future at MIT (New York:Viking, 1987), dari keterangan gambar


tak bernomor pada halaman 14 suatu bagian ilustrasi yang tak
dinomori. Lihat juga hh .. 146-148.
13. Dikutip dari Eastham, "The Virtual Brat", h. 104.
14. Analogi yang menyetarakan antara pemasaran Doom dan obat-
obatan halusinogenatif dikutip dari Peter H. Lewis, "Virtual
Mayhem and Real Profits", New York Times, 3 September 1994.
Lewis mencatat, yang dilakukan oleh tim
Doom, mereka akui, dengan proses penjualan obat-
obatan-versi secara cuma-cuma, baru
tahap-tahap dijual kepada yang sudah ketagihan.
Cara ini telah membuat Id Software Inc., perusahaan pembuat
Doom, berkembang dengan sangat n

15. dari Joel Bleifuss, "New from the Doc-


tors", New York Times, 20 Maret 1994.
16. "When is ~eE~ln~~ ti~~l1eV1ng(" V"',,,,,, ""'1" ""'..c .Lllj~""
can 1994), h. 1973.
17. Upaya itu tampaknya sia-sia. Itu sama saja mengharapkan
seluruh penduduk menolak teknologi yang mampu meng-
gandakan uang 20 dolar. Beberapa orang mungkin mau,
sebagian yang lain. tidak. Dalam konteks ini, kita harus
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh tentang klaim
digerati bahwa era fotografi-sebagai medium yang mengaku
dapat mewakili "realitas"-telah berlalu. Lihat ulasan yang
sangat cemerlang dari Steward Brand, The Media Lab, hh. 219-
223.
18. Dikutip dariWilliam Glaberson, "Newsday Imagines an Event,
and Sets Off a Debate", New York Times, 17 Februari 1994.
19. Michael Benedikt (peny.), Cyberspace: First Steps (Cambridge,
Mass.: MIT Press, 1991), h. 10.
20. Irwin S. Kirsch, Ann Iungeblut, Lynn Jenkins, dan Andrew
Kolstad, Adult Literacy in America: A First Lookat theResults of the
National Adult Literacy Survey (Educational Testing Service, 1993),
hh.xiv-xv.
21. Dikutip dari Aljean Harrnetz, "Two Special Effects (a Crib
Sheet)", New.. YorkTimes, 24 juli 1994.
22. Daniel Boorstin, The Image: A Guide to Pseudo-Events in America
(New York: Harper-Colophon, 1961), h. 183. Buku karya
Boorstin ini, yang dipublikasikan jauh sebelum merebaknya
teknologi komputer, masih merupakan karya perintis mengenai
realitas maya dalam konteks budaya yang luas, dan alat yang
berharga untuk menilai seberapa jauh perkembangan tirani
citra di paro kedua abad ini.
1;18 RUANG YANG HlLANG

23. Kevin Kelly.Our of Control: The Rise of Neo-Biological Civilization


(Reading, Mass.: Addison-Wesley, 1994), h. 240
24. Dikutip dari Glaberson, "Newsday Imagines".
25. Kemampuan teknis untuk merombak rekaman sejarah visual
dapat mengundang era propaganda baru. Namun, perlu diingat
bahwa pada tingkat retoris, manipulasi realitas sejarah semacam
ini sudah lama menjadi bagian penting politik, meskipun
mungkin tidak segila yang terjadi sekarang. Meskipun adminis-
trasi Reagan yang memulai memperlakukan kebijakan luar
negeri sebagai bagian dari realitas maya, administrasi presiden
AS selanjutnya juga melakukan hal yang sama. Lihat Douglas
jehl, "Officials Told to Avoid Calling Rwanda Killings 'Geno-
cide'," New York Times, 10 juni 1994.
26. Dikutip dari Michael Wines, "Disney Will Recreate U.S. His-
tory Next to a Place Where It Was Made", New York Times, 12
November 1993.
27. Lihat Huxtable, "Inventing American Reality".

BAB 6: KEMBALI KE ESENSIALISME


1. Pendapat yang menyatakan bahwa revolusi digital adalah bisnis
yang baik sampai saat ini masih merupakan tanda tanya besar.
Ancaman terhadap bisnis sesungguhnya dan kenyataan bahwa
teknologi digital lebih banyak memproduksi barang-barang
sampah semacam games dan pernak-pernik hi-tech, ada pula
masalah pemecatan ribuan karyawan-misalnya oleh IBM atau
AT&T-karena perusahaan-perusahaan itu bermigrasi ke cyber-
space. Mengutip komentar Richard Sclove, Direktur Eksekutif
Loka Institute, lembaga pusat riset di Amherst, Massachusetts,
"Cyberspace akan merampungkan yang telah dimulai oleh
Walmart." Lihat]ohn Markoff, "Staking a Claim on the Virtual
Frontier", artikel New York Times, 2 ]anuari 1994. Tentang biaya
manusia dan biaya finansial yang harus dibayar dalam revolusi
digital, lihat Kirk Johnson, "Hi-Tech Mobile Workers .Trans-
form the Face and Culture of Companies," dalam New York Times,
8 Februari 1994.
2. Pendapat saya sarna dengan pendapat Virginia Abernathy, "Op-
timism and Overpopulation", buletin Atlantic Monthly (De-
sember 1994), h. 91.
3. Walter B. Wriston, The Twilight of Sovereignty: How theInformation
Revolution isTransforming OurWorld (New York: Scribner's, 1992).
Robert Reich, The Work of Nations: Preparing Ourselves for 21 st-
Century Capitalism (Knopf, 1991). Baik bagi Wriston maupun
Reich, revolusi informasi adalah upaya meningkatkan pasar
CATATAN·CATATAN 189

saham,mengantisipasi runtuhnya batas.. batas wilayah, dan


mengendalikan arah angin kapital yang sudah dapat menge . .
lilingi dunia dengan sentuhan pada tombol keyboard. Lihat
Howard Rheingold, The Virtual Community: Homesteading on the
Electronic Frontier (New York: Harper Perennial, 1993).
4. Sangat mengherankan sekaligus mengecilkan hati bahwa
sebagian teknoevangelis itu sebenarnya adalah para pejuang
lingkungan dan kebudayaan tandingan era '60.. an yang murtad.
Rupanya, ketika mereka putus asa menghadapi permasalahan
dunia nyata, mereka memutuskan untuk mencari taman surga
di tempat lain.
5. E. a Wilson, "Biophilia and the Conservation Ethic", dalam
The Biophilia Hypothesis, Stephen R. Kellert dan E. o. Wilson
(peny.) (Washington: Island Press, 1993), h. 32; Robert L. Park,
"Genetics and the I of the Universe", NewYork Times, 16 Agustus
1993.
6. Masalah utamanya di sini adalah laju kemajuan teknologi.
Semua teknologi, dari pengikis kulit primitif yang pertama di
zaman Neolitikum, telah membatasi wilayah nyata-itulah
tujuan teknologi, sekarang pun tujuannya masih sarna. Yang
mencengangkan adalah bahwa perkembangan perkakas, yang
sangat lambat selama dua setengah juta tahun hingga tak kasat
rnata, sekarang perkembangannya sangat cepat. Malah, per . .
cepatan ini tampaknya selalu rneningkat.
7. Winifred Gallagher, The Power ofPlace: HowOurSurroundings Shape
Our Thoughts, Emotions, andActions (New York: Poseidon Press,
1993). Orr mengutip dari William K. Stevens, "Want a Room
with a View? Idea May Be in the Genes", New York Times, 20
Oktober 1993.
8. Anne Raver, "Patients Discover the Power of Gardens", New
York Times, 29 Desember 1994.
9. Daniel Goleman, "Stress and Isolation Tied to a Reduced Life
Span", New York Times, 7 Mei 1993. Lauren K. Ayers, "Cancer
Activists Boost Immune Response", surat untuk redaksi, New
York Times, 11 November 1994.
10. Brent Staples, "Lifein the Information Age: When Burma-Shave
Meets Cyberspace", Editorial Notebook, New York Times, 7 Iuli
1994.
11. Lihat Peter H. Lewis, UIn Cyberspace, a Hightech League of Their
Own", New York Times,S April 1994.
12. Brent Staples, "The End of the Solitude: Thoreau Says INo' to
Beeper Bondage", Editorial Notebook, New York Times, 14 Iuni
1994.
.90 RUANG YANG HILANG

13. uThe Transformed-into


Almost Everything", New York Times Mei 1993.
14; Neil Postman, Technopoly: The Surrender Culture to Technology
York: Vintage, 1993), h. 60.
15. Dikutip dari, "The Great Silicon Valley", dalam
"The Executive Life" New Times; 27 Februari 1994. Timo-
Takes Time to Build a Xanadu for Citizen Gates",
1995.
16. Television: The
York: Norton, 1992).
17. of Couch Potato Takes Root",
"{Ta~,hal" 1994.
f'l..1 .......

18.
19. dilontarkan oleh
1 dalam
untuk J.......V l.1J.U..l.lJ.v.. a.vJ.

Communications Comrmssron).
20. dari Moments the High-
Tech , New York 25 1994. Miller menunjukkan
bahwa serangan balasan akibat berlebihan dari
revolusi komunikasi sedang diri di sepanjang
spektrum kebudayaan.
21. Lihat John Markoff, "Interactive Video . Setup for Children",
Company News, New York Times, 29 Maret 1994. Kejadiananeh
Usosialisasi" anak-anak didaIamcyberspace merupakanhasil
kerja iklan. Bahkan, lebih jauh lagi,ada sebuah iklan mengklaim
bahwa program komputer akan mengajarkan keterampilan
berinteraksi sosial kepada anak-anak.
22. Dikutip dari ibid. Denise Caruso merupakan salah seorang yang
cukup berkepala dingin dalam industri komputer, Bahkan dia
sering berperan sebagai sosok penyeimbang yang rasional
terhadap berbagai prediksi berlebihan yang dikemukakan oleh
para teknoevangelis. Lihat, misalnya, Denise Caruso, 'Ahead
of Ourselves", Wall StreetJournal, 15 November 1993.
23. Tentu saja, car a mengartikan pengetahuan, rnisalnya, adalah
masalah yang sama sekali berbeda. Konsep yang saat ini sedang
populer adalah sebagai "rnelek visual", yang sebenarnya dahulu
dikenal dengan istilah "buta huruf".
24. Nicole Stenger, is a Leaking Rainbow" dalam Cyberspace:
First Michael Benedikt (peny.) (Cambridge, Mass.: MIT
Press, 1991), h. 57.
25. Dalam sebuah
seorang veteran perang
.lV.la..l.V.ll.\..-,
LII""\ 11""\ • n,. "-Ll.r\ 1 1""\ • 1""\1" 191

telekomunikasi dan aneh.


Agar jalan layang akhir
tahun 1966,bunuh saja Ketua FCC Communica-
tion Commission, Komisi Federal untuk Komunikasi). Saat ini,
dia ditawari untuk bahwa dia sedang
bercanda. Dia para teknoevangelis
yang. terkenal

26. Permasalahan HT'l1"Y\''ln't:r''l

adalah sesuatu
kita
.I............I..I..l.VUI.""·.a..

27. Lihat Walter Illuminations SchockenBooks,


1969). Dalam esai klasik "The Work of Art in the
of Mechanical bahwa
mekarns telah 1"Y\Q,nrrh"'\1""IJ"""rV'ln
y o ......y""rf'117t""

Di dalarn era virtual ini, esai tsemamm


juga sebuah nertanvaan n a...."I't"1rlrr

hancurkan,
Bahkan
28. Lihat Sven "Refuse It" dalarn "The Electronic Hive:
Two Views", Harper's (Mei 1994). Esai ini diadaptasi
oleh Birkerts dari bukunya sendiri, The Gutenberg Elegies: The
Fate of Reading in an Electronic Age (New York: Faber and Faber,
1994).
29. Beberapa peringatan yang datang dari kalangan akademisi dapat
Anda simak dalam Colleen Cordes, "Technology as Religion?"
Chronicle of Higher Education, 27 Apri11994.
30. Di sepanjang kariernya, Vaclav Havel telah menegaskan hal
serupa, bahkan lebih fasih. Dia menegaskan tentang penting-
nya kita mengabdikan diri kita pada pencarian kebenaran, suatu
terna yang terus berulang dalam hidup dan karyanya. Komentar-
nya tentang "solusi universal" kiranya pantas untuk dikutip di
sini, "Sikap manusia terhadap dunia secara keseluruhan mesti
diubah secara radikal. .Kita harus meninggalkan va.'t",\a.rt"'l'{T''l'ln

arogan bahwa dunia adalah semacam teka-teki yang mesti


dipecahkan, sebuah mesin yang cara menunggu untuk
digali, sebuah informasi yang ke dalam
cepat atau semua
192 RUANG YANG HILANG

ini akan segera melahirkan solusiuniversal." Vaclav Havel,


pidato dalam World Economic Forum, Daves.Swiss, 4 Februari
1992, dan dimuat dalam "The End of Modern Era", New York
Times, 1 Maret 1992.
31. Joseph Wood Krutch, The Twelve Seasons: A Perpetual Calendar for
the Country (New York: William Sloane, 1949), h. 11.
32. Salah satu pandangan yang kuat dan manusiawi tentang
reintegrasi alam dan kebudayaan datang dari Donald Worster,
The Wealth ofNature: Environmental History andthe Bcological lmagi..
nation (Oxford: 'OxfordUniversity Press, 1993). Tentang ulasan-
ulasan akademis di seputar perkembangan teknologi dapat
Anda simak dalam Colleen Cordes, "Technology as Religion?"
33. E. B. White, "Removal", dicetak ulang dalam One Man's Meat
(New York: Harper Colophon, 1983), h. 3.
INDEKS

Anderson, Walter Truett, 18 Boorstin, Daniel, 144


Apple, Jeff, 162 Bradley, Bill, 143
Associated Press, 115 Brand, Steward, 98-100, 129
Aukstakalnis, Steve, 16 Bricken, Meredith, 33
avatar, 77, 79 Brook, James, 22
Avram, 87-92 Bush, George, 62, 151
Butler, Samuel, 107
Bakunin, Mikhail, 54
Barlow, John Perry, 44, 48, 50.. Carroll, John M., 95
51, 72-76 Caruso, Denise, 162
Barron, James, 159, 160, 165 Clinton, Bill, 143
Baudrillard, Jean, 16, 24, 26 Coover, Robert, 47-48,49
BBS (Bulletin Board Services), Crichton, Michael, 142
74,75 Cuomo, Mario, 143
Benedikt, Michael, Profesor, 62-
64, 66, 69, 142 DARPA (Defense Advanced Re-
Bennahum, David, 78, 81 search Products Agency), 59,
Berger, Peter L., 18 97
Birkerts, Sven; 166 Davidson's Zoo Keeper, 138 .
bisnis ilusi, 145 de Chardin, Teilhard, 74
Blatner, David, 16 de Crevecoeur, Hector St. John,
Boal, lain, 22 63

193
194 RUANG YANG HILANG

dekonstruksi, 67-69: terapan, Habitat, 76


69 Habitat Fujitsu, 77
Dern, Bruce, 115 Harper's Magazine, 43
Dibbell, Julian, 79-80,.83 Heim, Michael, 64-65, 71
Dicarlantonio, Ron, 136 Henson, Keith, 95
digerati, 46, 137 Hindu, mitologi, ·74
dislokasi, 81 ~82 Hitler, Adolf: 121, 143
Disney Amerika, 148-149, 151 Human Genome Project, 55, 68
Doom, 138 humanisme, 121
Dr. Bombay, 79-80, 83, 92 Hume, Ellen, 145
Duchamp, Marcel, 54 Hyler, EH., 158
Dungeon and Dragons, 80
I-way, 153
Eastham, Kim, 135-136, 137 individualisme, 120
Eco, Umberto, 133, 139 Infobahn, 119-120, 160
EEF (Electronic Frontier Foun- infoholik, 165
dation), 118 Isaacs, Stephen D., 141
The Endof History, 148
Erewhon, 107 jala Dewa Indra, 74-75

Ferris, Timothy, 45 Kakutani, 68


j1amewar, 85 Karakotsios, Ken, 95, 98
Forever Growing Garden, )38 Kellogg, Wendy A., 95
Forrest Gump, 143 Kelly, Kevin, 47, 50, 96, 99, Ill,
Forster, E.M., 108, 110-111 122,125-127,129,131,144
Foucault, Michael,78 Kelly, Michael, 133-134, 151
Frame, Ellie, 165 kepribadian ganda, 91
Frost, Robert, III krisis kepercayaan, 145
Fukuyama.Trancis, 148 Krutch, Joseph Wood, 169
Future Sex, majalah, 59 Kundera, Milan, 147

Gallagher, Winifred, 155 Laing, R.D., 20


games, 137-139 Lambda House, ··76, ·78-79
Gates, Bill, 158 LambdaMOO, 78-81, 139
Gibson, William, 14 Lash, Christopher, 28
Gilder, George, 159, 161 Laurel, Brenda, 132
Gingrich, Newt, 47 Legba, 80, 83
Gleick, James, 157 Levy, Walter K.,101-102
Gore, AI, 114-116, 119-120 Lewis, Peter H., 115
Gottwald, Klement, 147 LifeAfter Television, 159
Gray, Dorin, 120 Lohr, Steve, 46
Grove, Andrew S., 46 Lovelock, James, 125
INDEKS 195

Luckman, Thomas, 18 Pannikin, 86


Luddite, 46, 97, 107 Park, Robert, 155
Penzias,Arno, 157
MacLaine, Shirley, 66 Petters, Carol, 162
manipulasi: citra, 146-147; Poe, Edgar Allan, 82
representasi, 145; teknik, Pol Pot, 121
145; teknologi - citra, 141- pornografi, 75-76
142, 145-147 Postman, Neil, 158
Mazlish, Bruce, 97, 99-100, 128, The Power of Place, 155
129 Princess Maker 2, 137
McCulloch, Warren, 128-129
McKenna, Terence, 16 Quarterman, John, 45
McLuhan, Marshall, 16
Meadows, Donella, 29 Reagan, Ronald, 161
Media Lab MIT, 97-98 realitas virtual, 15, 16-19, 21
Mein Kampf, 121 Reich, Robert, 153
Metaman, 123-124, 128 rekayasa genetika, 55
Minow, Newton N., 161 relativisme, 68
Minsky, Martin, 123 revolusi: digital, 42, 46, 152,
MIl: 97, 100, 123, 141 166; realitas, 17
Mitchell, William J., 141 Rheingold, Howard, 17, 20, 153
MOO (Multiple User Dungeon, Richards, John T., 95
Object Oriented), 76, 78-81, Riefenstahl, Leni, 130
83, 86-87, 92 Rising Sun, 142
Mortal Kombat, 80 Rosetto, Louis, 73
Mr. Bungle, 79-80, 84, 85-86, 93
Mr. Dibbell, 80 (lihat juga
Dibbell, Julian) Scientific American, 140
Seabrook, John, 85
Selzer, J. Ann, 160
The National Enquirer, 97 Sesame Street, 162
Negroponte, Nicholas, 98 Silent Running, film, 115
The New Yorker, majalah, 59, 85, SIMNEl: sistem, 59
165 Simpson, O.J., 150
New York Times, 39,68,115-116, The Simpsons, 105
159 simulasi, 137, 139 :budaya,
Night Trap, 80 139; komputer, 138
Noonan, Peggy, 161 Sloan, Douglas, 166
spiritualisme cyberspace, 47
Orr, David w., 155-156 Staples, Brent, 156-157
Orwell, George, 108, 120, 133 Stein, Gertrude, 153
otoritarianisme, 147, 166 Stenger, Nicole, 63-65, 66, 69,
Out of Control, 111 91, 164-165
196 RUANG YANG HILANG

Stock, Gregory, 95,98-99, 106,


123-128
Stone, Allucquere Rosanne, 65,
70, 92, 96,103

Takami, Akai, 137


Takeuchi, Akikazu, 45
teknologi ilusi, 146
Tito, Marshal, 44
totaliterianisme, 164
Trumbo, Dalton, 72

Vashti, 108-109
video game, 150
The Village Voice, 80: majalah, 79
Virilio, Paul, 25
virtual: identitas, 20; komuni-
tas, 19-21; masyarakat, 21;
realitas, 21-24, 26, 28-29;
ruang, 20; teknologi, 17-18

Walker, John 103


Weiser, Mark, 94-95
Welles, Orson, 43
Wells, H.G., 43, 122
White, E.B., 43-44, 169~ 170
Wilson, E.O., 155
Winner, Langdon,46
Wired, majalah, 47, 73, 126, 135
Wolfe, Morris, 139
Wriston, Walter B., 153

The X-Files, 160, 161

Zamyatin, Yevgeny, 99
Zemeckis, Robert, 143

Anda mungkin juga menyukai