V=IxR ……………………………………………………….......…….(1.1)
Dimana :
I = Arus Listrik (Ampere)
V = Tegangan Listrik (volt)
R = Hambatan Listrik (ohm)
Hukum ohm adalah berlaku tidak hanya di sirkuit DC , tetapi juga di sirkuit
AC . Sebuah rangkaian DC dengan tegangan input V dan beban resistansi R
ditunjukkan pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Contoh Sirkuit DC.
1.3.1 Tegangan
Muatan listrik , karena adanya medan elektrostatik, memiliki potensi yang
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Kerja muatan dapat
didefinisikan sebagai untuk memindahkan muatan lain dengan daya tarik atau tolak.
Tegangan pada dasarnya perbedaan potensial antara dua titik. Sebuah analogi akan
bergerak di dalam air pipa. Air mengalir dari titik pada tekanan tinggi ke titik pada
tekanan rendah. Satuan pengukuran tegangan adalah " volt " . Tegangan
disimbolkan huruf E.
1.3.2 Arus
Arus adalah gerakan elektron. Arah aliran muatan positif didefinisikan
sebagai arah positif arus. Simbol arus adalah I satuan arus adalah ampere (A). Satu
ampere didefinisikan sebagai gerakan dari satu coulomb muatan yang melintasi
konduktor per detik.
1.3.3 Resistansi
Resistansi adalah sifat bahan untuk menahan arus. Hal ini mirip dengan
relasionship antara jumlah air bergerak di dalam pipa dan diameter pipa. Sebagai
diameter pipa menjadi lebih kecil, air lebih banyak perlawanan dan lebih sedikit
air mengalir pada waktu tertentu. Simbol untuk resistansi adalah R dan satuan
pengukuran resistansi adalah Ω ( ohm ). Satu ohm didefinisikan sebagai jumlah
resistensi ketika salah satu ampere arus mengalir dalam konduktor dengan potensial
satu volt diterapkan pada konduktor. Hubungan antara arus, tegangan dan resistensi
didefinisikan oleh Hukum Ohm itu, yaitu:
E = R x I ............................................……………………………...………..(1.2)
I = E / R ....................................................………………………...………...(1.3)
R = E / I .................................................………………………………….....(1.4)
dimana:
E = Tegangan / Volt (V)
I = Arus / Ampere (A)
R = Hambatan / Ohm (Ὠ)
Hambatan di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas dan jenis bahan.
Hambatan berbanding lurus dengan panjang benda, semakin panjan maka semakin
besar hambatan suatu benda. Hambatan juga berbanding terbalik dengan luas
penampang benda, semakin luas penampagnya maka semakin kecil hambatannya.
Besar hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis)
semakin besar hambatan jenis maka semakin besar hambatan benda.
1.3.4 Daya listrik
Dalistrik adalah tingkat waktu kerja yang dilakukan oleh Arus listrik. Daya
disimbolkan huruf P. Satuan pengukuran daya adalah watt (W). dan daya dihitung
sebagai:
P = I2 x R = E2 / R = E x I ..............................................................................(1.5)
Catatan:
Persamaan di atas sama berlaku untuk sirkuit DC. Namun, dalam sirkuit AC, daya
selanjutnya diidentifikasi sebagai salah satu kekuatan yang efektif, daya nyata (VI
Cos ᵩ Watt) dan daya reaktif (VI Sin ᵩ V ars).
Sumber Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik
sedangkan beban yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut.
Dengan kata lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit
atau rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas),
Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi
cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas.
Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.
Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik
adalah besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih
singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan
definisi tersebut
1.3.5 Resistor
Resistor adalah suatu komponen yang banyak dipakai di dalam rangkaian
elektronika. Fungsi utamanya adalah membatasi (restrict) aliran arus listrik. Fungsi
lainnya sebagai resistor (R) pembagi tegangan (voltage divider), yang
menghasilkan tegangan panjar maju (forward bias) dan tegangan panjar mundur
(reverse bias), sebagai pembangkit potensial (output) vo, dan potensial merujuk
pada hukum Ohm, semakin besar nilai tahanan/resistan (R), semakin kecil arus (I)
yang dapat mengalir. Besar kecilnya nilai satuan Ohm yang dimiliki oleh resistor
dapat dihitung dengan melihat pita (band) warna yang terdapat pada badan resistor.
Sebuah bola lampu terhubung ke 100V 60 Hz satuan arus listrik . Ketika
bola lampu kedua ditambahkan ke satuan yang sama , bola lampu kedua adalah
secara paralel dengan bola lampu pertama. Oleh karena itu, arus listrik pada saluran
akan meningkat kali dua. Untuk sumber 100V, ini sama dengan menyatakan bahwa
resistansi beban berkurang dengan ½ kali .
Jika resistor dimasukkan secara seri dengan bola lampu, resistor akan
membatasi jumlah arus yang mengalir melalui bola lampu. Peningkatan resistensi
akan mengurangi arus dan membuat redup lampu. Sebuah contoh dari rangkaian
paralel ditunjukkan pada Gambar 1.2, dan bahwa dari rangkaian seri ditunjukkan
pada Gambar 1.3. Asumsikan bahwa resistor pada gambar 1.2 sebuah R1 pada
Gambar 1.3 adalah tahanan dari lampu .
Gambar 1.2 Rangkaian Paralel
Dengan cara yang sama, resistansi total n-resistor dihubungkan secara seri, seperti
pada gambar 1.5, adalah
B. Variable Resistor
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat
berubah dan diatur sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor
terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.
Tabel 1.2 Bentuk dan Simbol Variable Resistor
1. Potensiometer
Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya
dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang
terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di
badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.
2. Rheostat
Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada
Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan
pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian
atas Toroid.
3. Preset Resistor (Trimpot)
Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer
Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer
tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas. Untuk mengatur
nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar
porosnya.
𝑉
𝐼 = 𝑅 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉 = 𝐼𝑅………………………………………………………..(1.1.7)
Dimana:
V = Tegangan (volt)
I = Arus (Ampere)
R = Resistor (Ohm)
Perbandingan nilai arus pada pengukuran dengan teori dapat diliha pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1.1.4 Perbandingan Arus Hasil Pengukuran dan Teori Untuk R = 10 Ω (S1 ON)
Saklar Resistansi Tegangan Arus (pengukuran) Arus (Teori)
10 Ω 10 V 0,1 A 1A
S1 ON
10 Ω 5V 0,5 A 0,5 A
dans2
10 Ω 3V 0,3 A 0,3 A
OFF
10 Ω 2V 0,2 A 0,2 A
Besar persentase kesalahan nilai arus pada hasil pengukuran dan teori
untuk resistansi 10 Ω dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1.5 Perbandingan Arus Hasil Pengukuran dan Teori Untuk R = 10 Ω (S1 ON)
Arus Arus Persentase
Saklar Resistansi Tegangan
(pengukuran) (Teori) Kesalahan (%)
10 Ω 10 V 1A 1A 0%
S1 ON
10 Ω 5V 0,5 A 0,5 A 0%
dans2
10 Ω 3V 0,3 A 0,3 A 0%
OFF
10 Ω 2V 0,2 A 0,2 A 0%
Gambar 1.1.3 Perbandingan Arus Secara Teori dan Pengukuran Untuk S1 = ON (Resistor 10
Ohm)
Perbandingan nilai arus pada pengukuran dengan teori dapat diliha pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1.1.7 Perbandingan Arus Hasil Pengukuran dan Teori Untuk R = 20 Ω (S2 ON)
Saklar Resistansi Tegangan Arus (pengukuran) Arus (Teori)
20 Ω 10 V 0,5 A 0,5 A
S1 ON
20 Ω 5V 0,25 A 0,25 A
dan S2
20 Ω 3V 0,15 A 0,15 A
OFF
20 Ω 2V 0,1 A 0,1 A
Besar persentase kesalahan nilai arus pada hasil pengukuran dan teori untuk
resistansi 10 Ω dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1.8 Perbandingan Arus Hasil Pengukuran dan Teori Untuk R = 20 Ω (S2 ON)
Arus Arus Persentase
Saklar Resistansi Tegangan
(pengukuran) (Teori) Kesalahan (%)
S1 20 Ω 10 V 0,5 A 0.5 A 0%
ON 20 Ω 5V 0,25 A 0,25 A 0%
dans2 20 Ω 3V 0,15 A 0,15 A 0%
OFF 20 Ω 2V 0,1 A 0,1 A 0%
Gambar 1.1.4 Perbandingan Arus Secara Teori dan Pengukuran Untuk 2 = ON (Resistor 20 Ohm)
VII. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan serta analisa data tersebut, dapat
disimpulkan data yang di peroleh melalui hasil penggukuran sudah sesuai dengan
penerapan hukum Ohm. Dimana pada hukum Ohm, besarnya arus listrik yang
mengalir pada suatu rangkaian berbanding lurus dengan tegangan atau beda
potensial pada rangkain tersebut. Hal tersebut dilihat pada grafik, saat besarnya
tegangan meningkat maka besarnya arus juga ikut meningkat