Anda di halaman 1dari 17

Teori Akuntansi dan Perumusannya 1

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ……………….. 2

TEORI AKUNTANSI ……………….. 6

PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI ……………….. 9

DAFTAR PUSTAKA ……………….. 17


Teori Akuntansi dan Perumusannya 2

PENDAHULUAN

Sejarah Akuntansi di Dunia

Para ahli berpendapat, semenjak manusia mengenal uang sebagai alat pembayaran,

orang sudah menemukan berbagai cara untuk keluar masuknya uang, timbulnya utang-

piutang dan sebagainya, untuk kemudian dilakukan pencatatan atas kegiatan tersebut.

Awalnya pencatatan dilakukan di atas lempengan tanah liat, dan berkembang dengan

menggunakan daun lontar. Naskah-naskah yang menggunakan daun lontar itu berasal dari

Mesir. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal

dari Babilonia pada 3600 SM.

Pada tahun abad ke 15 sebuah buku yang merupakan tonggak sejarah dalam bidang

akuntansi berjudul “Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita“ yang

dikarang oleh seorang ahli matematika yang juga seorang pendeta dari Italia bernama Luca

Pacioli. Dalam buku tersebut terdapat suatu bab berjudul Tractatus de Computies et

Scriptoris, yang isinya memperkenalkan suatu sistem pembukuan berpasangan (double

bookkeeping) yang disebut juga dengan sistem kontinental. Sistem ini mencatat semua

transaksi ke dalam dua bagian, yaitu debet dan kredit. Kemudian kedua bagian tersebut diatur

sedemikian rupa sehingga selalu seimbang. Cara seperti ini menghasilkan pembukuan yang

sistematis dan laporan keuangan yang terpadu, karena menghasilkan gambaran tentang laba

rugi usaha, kekayaan perusahaan serta hak pemilik. Karena gagasannya tersebut kemudian

Lucas Paciolo diangkat sebagai bapak Akuntansi.

Pada saat peran Romawi pada dunia sudah mulai surut pada akhir abad 15 dan adanya

penemuan belahan dunia dan jalur perdagangan baru, maka pusat perdagangan berpindah ke

Spanyol dan Portugal, kemudian ke Belanda. Sejalan dengan perpindahan pusat perdagangan

tersebut sistem akuntansi Romawi, yang telah dikembangkan sebelumnya, juga ikut pindah
Teori Akuntansi dan Perumusannya 3

ke negara-negara ini. Kemajuan mencolok dalam bidang akuntansi sejak perpindahan

tersebut adalah mulai dibuatnya perhitungan rugi laba tahunan. Hal ini kemudian mendorong

dikembangkannya penyusunan neraca pada setiap saat setelah jangka waktu tertentu.

Pada abad 19 ditandai dengan kejadian-kejadian ekonomi penting, yang akibatnya

juga terasa di bidang akuntansi. Dalam abad ini revolusi industri berkecamuk di daratan

Eropa. Dampak langsung dari perubahan teknologi industri tersebut adalah berkembangnya

bidang akuntansi biaya dan munculnya konsep penyusutan. Di abad 20 perkembangan besar

terjadi pada 1930. Pada saat itu untuk pertama kalinya diadakan pembahasan antara New York

Stock Exchange dengan American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) guna

menetapkan prinsip-prinsip akuntansi yang harus diikuti oleh perusahaan yang saham-

sahamnya terdaftar di bursa.

Sejarah Akuntansi di Indonesia

Ada pendapat bahwa akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak 1642, namun

perkembangan akuntansi yang mencolok baru muncul setelah undang-undang mengenai

tanam paksa dihapuskan, pada tahun 1870. Dengan dihapuskannya tanam paksa, kaum

pengusaha swasta Belanda banyak bermunculan di Indonesia untuk menanamkan modalnya.

Dunia usaha berkembang demikian pula kebutuhan akan akuntansi. Sistem pembukuan yang

dianut oleh para pengusaha Belanda ini adalah seperti yang diajarkan Luca Pacioli.

Pada tahun 1850 orang Belanda menemukan metode pembukuan baru yang lebih

efisien. Selama periode 1850-1900 terjadi semacam dualisme antara yang menggunakan

metode lama dengan yang menggunakan metode baru. Baru pada awal abad 20, metode

pembukuan lama hilang dari sejarah akuntansi Belanda. Perkembangan ini juga di bawa ke

Indonesia. Sementara bidang-bidang usaha yang besar dikuasai Belanda, sedangkan bidang-

bidang usaha yang kecil dibiarkan dikuasai oeh kelompok timur asing, seperti Cina, Arab,
Teori Akuntansi dan Perumusannya 4

India dan lain-lain. Sebagai daya tarik, Pemerintahan kolonial Belanda tidak mencampuri

sistem pembukuan yang mereka gunakan. Dalam hubungan ini muncul system pembukuan

Cina (sistem Hokian, Canton, Hakha, Tio Tjoe), Arab,India dan lain-lain.

Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia sejak 1907, yaitu

dengan dikirimnya Van Schagen, seorang anggota NIVA. Tugas pokoknya adalah menyusun

dan mengontrol pembukuan perusahaan. Pengiriman Van Schagen ini merupakan cikal bakal

dibukanya Jawatan Akuntan Negara (Government Accountant Dienst – GAD) yang resmi

didirikan pada 1915. Akuntan publik pertama adalah Frese&Hogeweg, yang mendirikan

kantonya di Indonesia, 1918. Pada 1920 berdiri kantor akuntan H.Y. Voerens. Dalam tahun

1921 didirikan Jawatan Akuntan Pajak (Belasting Accountant Dienst – BAD). Akuntan intern

pertama kali datang ke Indonesia adalah J.W. Labrijn yang sudah ada di Indonesia dalam

1896. Pada jaman penjajahan Belanda tidak banyak orang Indonesia yang terjun dalam

bidang akuntansi. Kalaupun ada, mereka hanya merupakan tenaga-tenaga pelaksana. Orang

Indonesia pertama yang bekerja dalam bidang akuntasi tercatat JD. Massie, yang diangkat

sebagai pemegang buku untuk Jawatan Akuntan Pajak pada 21 September 1929.

Profesi akuntansi mulai berkembang dengan pesat sejak 1967. Dikeluarkannya

Undang-Undang Penanaman Modal Asing dalam tahun itu, yang kemudian disusul dengan

Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri, 1968, merupakan pendorong

berkembangnya profesi akuntansi. Tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru, baik yang

didirikan dalam rangka ke dua undang-undang tersebut maupun yang bukan, sebagai akibat

makin baiknya iklim investasi di Indonesia, telah meningkatkan kebutuhan akan tenaga

akuntansi. Sementara itu, di sektor Pemerintah, bertambahnya proyek-proyek pembangunan

yang harus dikelola, baik melalui dana APBN maupun non APBN di satu pihak, dan makin

disadarinya sistem pertanggungjawaban yang auditable dan accountable, di pihak lain, telah

mendorong lajunya perkembangan profesi akuntansi. Pemerintah sangat berperan dalam


Teori Akuntansi dan Perumusannya 5

mendorong perkembangan profesi ini. Diantaranya dengan membentuk Tim Koordinasi

Pengembangan Akuntansi dalam tahun 1985.


Teori Akuntansi dan Perumusannya 6

TEORI AKUNTANSI

Definisi Akuntansi

Berikut ini beberapa pendapat terkait definisi akuntansi:

 Menurut Paul Grady (1965)

“Accounting is the body knowledge and functions concerned with systematic originating,

recording, classifying, processing, summarizing, analyzing, interpreting and supplying of

dependable and significant information covering, transaction, and event which are, in

part at least, of financial character, required for the management and operation of an

entity and for report that have to be submitted there on to meet fiduciary and other

responsibilities.”

 Menurut Accounting Principle Board (1970)

“Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information,

primarily financial in nature about economic entities that is intended to be useful in

making economic decisions.”

Akuntansi: Seni, Sains atau Teknologi

Suwardjono (2005) dalam bukunya “Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan”

menjabarkan akuntansi dilihat dari sudut pandang seni, sains dan teknologi.

 Akuntansi sebagai Seni

Penyebutan akuntansi sebagai seni sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan

bahwa dalam praktiknya, akuntansi melibatkan banyak pertimbangan nilai (value

judgement) yang menuntut keahlian dan pengalaman untuk memilih perlakuan yang

terbaik. Jadi, kalau akuntansi dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara

menerapkannya, bukan sebagai seperangkat pengetahuan.


Teori Akuntansi dan Perumusannya 7

 Akuntansi sebagai Sains

Akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan banyak membahas gejala

akuntansi seperti mengapa perusahaan memilih metode akuntansi tertentu dan

sebagainya. Akuntansi tidak lagi membahas bagaimana tujuan pelaporan dicapai dan

bagaimana memperlakukan suatu obyek transaksi yang baik dan efektif. Akuntansi

juga tidak lagi membahas bagaimana menciptakan teknik, metoda, prinsip, atau

perlakuan akuntansi baru yang lebih baik.

 Akuntansi sebagai Teknologi

Menurut Bambang Sudibyo dalam Suwardjono (2005), dengan mengenali

karakteristik akuntansi, seperangkat pengetahuan akuntansi sebenarnya lebih

merupakan suatu teknologi dan oleh karenanya harus dikembangkan sesuai dengan

sifat teknologi tersebut agar lebih bermanfaat dan memounyai pengaruh nyata dalam

kehidupan sosial tertentu. Karena akuntansi masuk dalam bidang pengetahuan

teknologi, akuntansi dapat didefinisi sebagai “rekayasa informasi dan pengendalian

keuangan”.

Teori Akuntansi

• Teori Akuntansi sebagai Sains (Suwardjono, 2005)

√ Teori Akuntansi (general theory of accounting) sering dimaksudkan sebagai sains

yang berdiri sendiri yang menjadi sumber atau induk pengetahuan dan praktik

akuntansi.

√ Teori Akuntansi merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi (pernyataan)

yang saling berkaitan secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan

memprediksi fenomena akuntansi (fenomena akuntansi yang menjadi perhatian adalah

keputusan atau perilaku pihak (manusia) yang berkepentingan dengan akuntansi)


Teori Akuntansi dan Perumusannya 8

dengan menggunakan metoda yang diemulasi dari metoda ilmiah dalam ilmu alam

dengan sasaran menguji kebenaran pernyataan/penjelasan secara ilmiah.

• Teori Akuntansi sebagai Penalaran Logis (Suwardjono, 2005)

√ Teori Akuntansi sering dimaksudkan sebagai suatu penalaran logis yang memberikan

penjelasan dan alasan tentang perlakuan akuntansi tertentu (baik menurut standar

akuntansi atau menurut tradisi) dan tentang struktur akuntansi yang berlaku dalam

suatu wilayah tertentu.

√ Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, Teori Akuntansi dapat dipandang sebagai

penjelasan atau pemikiran untuk menentukan apa dan bagaimana cara terbaik untuk

memperlakukan suatu obyek akuntansi.

√ Dapat disimpulkan bahwa Teori Akuntansi merupakan penalaran logis (logical

reasoning), gagasan-gagasan mendasar (fundamental ideas), atau gagasan-gagasan

yang berkaitan dan konsisten (interelated and internally consistent ideas).

√ Karena akuntansi diperlakukan sebagai teknologi, proses penalaran logis tersebut

dapat disebut sebagai perekayasaan. Hasil perekayasaan dalam ini dapat berupa

seperangkat prinsip umum (a set of principles), seperangkat doktrin (a body of

doctrine), atau suatu struktur/rerangka konsep-konsep yang terpadu (a structure or

scheme of interrelated ideas).


Teori Akuntansi dan Perumusannya 9

PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Perumusan Teori

Gaffikin (2008) menyatakan bahwa suatu teori merupakan pengetahuan yang handal,

jika memenuhi dasar berikut ini :

1. Ontologi, adalah keberadaan suatu teori, yang mana teori dirancang untuk

menjelaskan sifat-sifat mendasar dari suatu fenomena. Suatu objek berupa

fenomena/realita sosial merupakan hal yang nyata dan independen terhadap penilaian

individu/subjek. Dalam hal ini teori bersifat objektif. Akan tetapi, terdapat alternatif

lain yaitu teori dirumuskan secara subjektif yang mana suatu fenomena/realita sosial

merupakan produk persepsi dan intuisi dari individu yang terlibat dalam aktivitas

fenomena sosial.

2. Epistemologi, merupakan proses bagaimana kita memperoleh ilmu pengetahuan.

Terdiri dari bagaimana dan apakah ilmu pengetahuan diperoleh secara objektif melaui

individu dengan asumsi bahwa individu dapat menjelaskan dan memperkirakan

fenomena pada dunia sosial dengan mencari kesamaan dan hubungan sebab akibat

antar elemen sosial. Selain itu teori dapat diperoleh secara subjektif dengan asumsi

bahwa fenomena sosial melibatkan aktivitas sosial dari individu yang hanya dapat

dipahami oleh individu jika ia terlibat langsung dalam fenomena tersebut.

3. Metodologi dan metode, merupakan konsekuensi untuk melakukan pengujian

terhadap suatu pengetahuan. Metode adalah alat atau teknik untuk mengumpulkan

data dan informasi, sedangkan metodologi adalah kerangka bagaimana pengetahuan

akan diperoleh dan mencakup metode berupa teknik dan alat yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi.


Teori Akuntansi dan Perumusannya 10

Perumusan Teori Akuntansi

Hendriksen dan Van Breda (1992) dan Suwardjono (2005) mengklasifikasikan teori

akuntansi menjadi tiga perspektif, yaitu:

1. Berdasarkan tingkatan linguistik atau tataran semiotika

 Tataran semiotika dibagi menjadi tiga, yaitu:

√ Sintaktika

Menelaah logika dan kaidah bahasa yaitu hubungan logis di antara tanda-tanda

atau simbol-simbol bahasa.

√ Semantika

Menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan dunia nyata (fakta) yang

disimbolkannya.

√ Pragmatika

Membahas dan menguji apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada

tidaknya perubahan perilaku penerima.

 Teori akuntansi berdasarkan aspek semiotika:

√ Teori Akuntansi Sintaktika

Teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah tentang bagaimana

kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik dalam

elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk statement

keuangan.

√ Teori Akuntansi Semantika

Teori yang menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan dunia nyata

atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi

(elemen laporan keuangan) sehingga orang dapat membayangkan kegiatan

fisis perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut.


Teori Akuntansi dan Perumusannya 11

√ Teori Akuntansi Pragmatika

Teori yang memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap

perilaku pemakai laporan keuangan. Teori ini membahas berbagai hal dan

masalah yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik

dalam konteks pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial.

2. Berdasarkan penalarannya

A. Penalaran Deduktif

Perumusan dimulai dari perumusan dalil dasar akuntansi (postulat dan prinsip

akuntansi) dan selanjutnya diambil kesimpulan logis tentang teori akuntansi

mengenai hal yang dipersoalkan. Pendekatan ini dilakukan dalam penyusunan

struktur akuntansi dimana dirumuskan dulu tujuan laporan keuangan, rumuskan

postulat, kemudian prinsip, dan akhirnya lebih khusus menyusun teknik atau

standar akuntansi.

B. Penalaran Induktif

Penyusunan teori akuntansi didasarkan pada beberapa observasi dan pengukuran

khusus dan akhirnya dari berbagai sampel dirumuskan fenomena yang seragam

atau berulang (informasi akuntansi) dan diambil kesimpulan umum (postulat dan

prinsip akuntansi)

3. Berdasarkan pendirian dan sasarannya

A. Teori Akuntansi Normatif

penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan

akuntansi paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Lebih menjelaskan

praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku—it should be. Nilai sebagai

sasaran.

Contoh pemberlakuan Teori Akuntansi Normatif adalah ketika kita ingin


Teori Akuntansi dan Perumusannya 12

mengetahui kapan sewa guna harus dikapitalisasi. Tentu pertanyaan tersebut

menghasilkan berbagai alternative jawaban. Dengan menggunakan Teori

Akuntansi Normatif kita akan memilih yang paling tepat “seharusnya”,

menggunakan penalaran logis.

B. Teori Akuntansi Positif

penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan

atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta. Fakta sebagai sasaran,

menurut Friedman (1953), pada`hakekatnya terbebas dari ikatan pelbagai aspek

etika—sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah “apa

adanya” (what it is) daripada ke istilah “seharusnya demikian” (it should be).

Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik

akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi

dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia

nyata. Validitas Teori Akuntansi Positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan

fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is).

Permintaan Dan Penawaran Akan Teori Akuntansi

Watts dan Zimmerman (1979) menyatakan bahwa teori akuntansi normatif merupakan

barang ekonomi yang diproduksi untuk merespon permintaan teori untuk kemudian dilakukan

pengujian dengan dua cara yaitu dilakukan tanpa regulasi dan dilakukan dengan regulasi.

Regulasi pemerintah membuat dorongan bagi individu untuk melobi atau merencanakan

prosedur akuntansi. Dalam hal ini, teori akuntansi merupakan justifikasi yang berguna dalam

proses lobi politik. Intervensi pemerintah menghasilkan permintaan terhadap bermacam-

macam teori karena setiap kelompok mempengaruhi permintaan perubahan teori akuntansi

yang mendukung posisi masing-masing kelompok. Keberagaman kepentingan ini


Teori Akuntansi dan Perumusannya 13

menghasilkan suatu kesepakatan umum dalam teori akuntansi yang bersifat normatif karena

teori ini digunakan sebagai “alat” lobi politik atau diperkenankan untuk melakukan tindakan

politik .

Watts dan Zimmerman (1979) menyatakan teori akuntansi keuangan bersifat

preskriptif dengan menekankan terhadap bagaimana komponen laporan keuangan seharusnya

dan bagaimana perusahaan melakukan pencatatan, sehingga dinilai bernilai substantif lebih

sedikit dan berpengaruh terhadap praktik akuntansi dan perumusan kebijakan akuntansi. Hal

ini disebabkan keterbatasan metodologi penelitian yang diigunakan dalam perumusan teori

preskriptif yang lebih menekankan kepada tujuan implisit dan eksplisit atas laporan keuangan

dan metode turunan atas tujuannya. Adapun satu karakteristik dari preskriptif adalah

bagaimanapun tidak dapat memenuhi kebutuhan praktik akuntansi tidak dapat diterima oleh

dewan standar akuntansi. Dewan Asosiasi Akuntansi Amerika menyatakan bahwa teori

akuntansi universal tidak terjadi untuk saat ini.

Watts dan Zimmerman dalam penelitiannya menjelaskan tujuan penelitiannya adalah

untuk menjelaskan peran teori akuntansi dalam praktik akuntansi. Watts dan Zimmerman

mengkritik teori normatif dan mencoba membangun suatu teori dalam menentukan teori

akuntansi yaitu teori positif yang didefinisikan sebagai suatu teori yang dapat menjelaskan

faktor-faktor yang menentukan hubungan yang terjadi dalam teori akuntansi sebagaimana

dalam literatur akuntansi, memprediksi bagaimana penelitian akan merubah faktor-faktor

tersebut, dan menjelaskan peran teori dalam menentukan standar akuntansi. Hal ini selaras

dan diperkuat oleh Zeff (1974) yang menyatakan bahwa literatur akademik berpengaruh

terhadap praktik dan kebijakan akuntansi dan selama ini seringkali teori akuntansi tidak lebih

menjadi sebuah taktik untuk menyokong suatu pemikiran yang telah dipahami/direncanakan

sebelumnya daripada berperan sebagai bentuk keputusan atas perbedaan pandangan.

Selanjutnya Horngren (1973) menyimpulkan bahwa penetapan standar akuntansi hanya


Teori Akuntansi dan Perumusannya 14

merupakan produk politik yang bersifat logis dan empiris. Watts dan Zimmerman (1979)

memberikan kontribusi kepada Zeff dan Horngren dengan memberikan suatu ide berupa

struktur ekonomi yang dapat digunakan untuk memprediksi teori akuntansi. Watts dan

Zemmerman memandang teori akuntansi sebagai barang ekonomi sehingga perlu dilakukan

pengujian terkait aspek permintaan dan penawaran-nya.

Langkah yang dilakukan Watts dan Zemmerman adalah mencoba memahami

mengapa teori akuntansi merupakan atau dibentuk oleh suatu proses politik, yang mana

terjadi persaingan dalam penggunaan kekuasaan pemerintah untuk mendapatkan

pemindahan/pengiriman kekayaan, salah satunya melalui prosedur/kebijakan akuntansi.

Suasana persaingan politik ini menyebabkan melakukan permintaan atas teori yang

memutuskan kebijakan/prosedur akuntansi dapat digunakan untuk mencapai

pemindahan/pengiriman kekayaan. Menghadapi isu perbedaan kepentingan individu, pilihan

kebijakan akuntansi yang bermacam-macam, dan perbedaan teori akuntansi sehingga

menyebabkan permintaan yaitu keberagaman kepentingan yang dapat mengancam/mencegah

terjadinya kesepakatan umum atas teori akuntansi. Dalam kondisi ini, terjadi permintaan atas

teori normatif yang dinilai mampu membuat preskripsi berdasarkan kepentingan publik.

Permintaan ini untuk mencapai hal yang rasional atau diperbolehkan. Oleh karena itu,

sehubungan dengan proses politik dan permintaan atas normatif, teori akuntansi yang

berorientasi terhadap kepentingan publik tergantung pada besarnya pengaruh atas peran

pemerintah dalam kegiatan ekonomi.

Watts dan Zimmerman (1979) menganalisa permintaan atas teori akuntansi normatif

ke dalam dua teori yaitu:

1. Permintaan teori akuntansi tanpa regulasi ekonomi

Akuntansi tanpa regulasi ekonomi tercermin sebagaimana dalam teori agensi bahwa

hanya ada dua pihak yang saling berkepentingan yaitu prinsipal


Teori Akuntansi dan Perumusannya 15

(shareholders/bondholders) dan agen (manajemen). Dalam hal ini, teori agensi

mengakibatkan hubungan teori konflik yaitu perbedaan kepentingan antara prinsipal dan

agen yang harus disatukan pada satu kepentingan perusahaan (prinsipal) berupa laba

melalui bonding mechanism adalah audit atas laporan keuangan yang merupakan upaya

minimalisasi biaya keagenan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Watts (1979) bahwa

analisis hubungan agensi mengarahkan bahwa fungsi laporan keuangan dalam kondisi

tanpa regulasi ekonomi adalah untuk mengurangi biaya keagenan. Teori ini dapat

memprediksi variasi praktik akuntansi tergantung pada kepentingan agen dalam

perolehan laba (tingkat biaya keagenan). Fungsi teori akuntansi dalam kondisi tanpa

regulasi adalah memenuhi permintaan pedagogic (mempelajari struktur variasi praktik

akuntansi dan mengikhtisarkan menurut persamaan dan perbedaannya untuk mengetahui

tendensi perusahaan terkait prosedur akuntansi yang tepat), permintaan informasi

(memprediksi bagaimana dampak kebijakan akuntansi yang ditetapkan manajemen

terhadap biaya agensi), dan permintaan justifikasi (manager akan menggunakan prosedur

akuntansi untuk memenuhi kepentingannya sebagai pemegang saham).

2. Permintaan teori akuntansi dengan regulasi ekonomi

Akuntansi dan politik memiliki keterkaitan, yang mana laporan keuangan dipengaruhi

secara langsung dan tak langsung oleh proses politik. Contohnya, SEC mengatur

komponen laporan keuangan. Selain itu, pemerintah (SEC) juga menjadikan laporan

keuangan sebagai suatu proses penentuan kebijakan. Pengaruh adanya intervensi

pemerintah terhadap teori akuntansi adalah justifikasi atas permintaan kepentingan

publik dan rasionalisasi bahwa teori disusun dengan dasar kepentingan publik.

Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa penawaran dalam teori akuntansi adalah

bahwa suatu teori diperbolehkan dalam rangkan merespon permintaan tersebut. Contohnya

dalam transaksi perpajakan. Dengan adanya unsur regulasi pemerintah, sebagian besar teori
Teori Akuntansi dan Perumusannya 16

akuntansi lebih mementingkan penyajian aspek informasi kepada prinsipal daripada

mengurangi biaya agensi. Hal ini konsisten dengan hipotesis sebelumnya bahwa teori

akuntansi merupakan produk intervensi pemerintah yang bertujuan untuk memenuhi

permintaan pada kondisi yang diperkenankan.

Watts dan Zimmerman menyimpulkan bahwa teori akuntansi memiliki peran penting

dalam menjelaskan komponen laporan keuangan yang akan menghasilkan suatu kerangka

konseptual pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh Dewan Standar sebagai taktik untuk

menyokong suatu pemikiran yang telah dipahami/direncanakan sebelumnya daripada

berperan sebagai bentuk keputusan. Justifikasi atas teori akuntansi mencakup informasi,

pedagogic, dan intervensi / regulasi pemerintah. Fungsi teori akuntansi sekarang adalah

sebagai memberikan penawaran yang bersifat diperkenankan dalam memenuhi permintaan

atas proses politik. Akibatnya, teori bersifat normatif.

Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa tidak ada satu teori-pun, termasuk teori

normatif dapat menjelaskan atau akan digunakan sebagai justifikasi terhadap standar

akuntansi karena standar akuntansi merupakan hasil justifikasi atas teori yang diperkenankan

sesuai kepentingan publik, tiap kelompok/pengguna menggunakan teori yang berbeda untuk

menghadapi isu yang berbeda, dan tiap kelompok/pengguna menghadapi isu yang berbeda.

Ketika suatu teori kepentingan individu menjelaskan standar akuntansi, tidak ada satu teori

pun yang akan digunakan untuk menjustifikasi standar akuntansi karena kepentingan individu

bersifat politis. Sebagai konsekuensinya, tidak ada teori akuntansi yang diterima umum

digunakan untuk menjustifikasi standar akuntansi.


Teori Akuntansi dan Perumusannya 17

DAFTAR PUSTAKA

Accounting Priciples Board. (1970). Basic Concepts and Accounting Principles Underlying

Financial Statements of Business Enterprises. APB Statement No. 4 (New York:

AICPA)

Gaffikin, M. (2008). Accounting Theory: Research, Regulation and Accounting Practice.


Pearson Education. Australia.

Grady, Paul. (1965). Investor of Generally Accepted Accounting Principles for Business

Enterprises. Accounting Research Study No. 7 (New York: AICPA)

Hendriksen, E.S. & M.F, Van Breda. (1992). Accounting Theory. Irwin, Homewood, Illinois,

USA.

Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga.

BPFE. Yogyakarta

Watts & Zimmerman. (1979). The Demand For And Supply Of Accounting Thoeries: The
Market For Excuses. The Accounting Review. LIV, 2: 273-305

Anda mungkin juga menyukai