KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas Makalah
mata kuliah Seminar Akuntansi Sektor Publik yang berjudul Akuntansi Investasi dan
Kewajiban dengan baik.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari peran referensi-referensi yang menjadi
rujukan bagi penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
para penyusun referensi-referensi tersebut yang telah membantu penulis dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil usaha maksimal penulis. Namun, penulis menyadari
bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini. Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami akuntansi investasi dan kewajiban.
ttd
Penulis
YULI ARDIANSYAH_A31115748
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................................................................1
A.
LATAR BELAKANG........................................................................................................................................1
B.
TUJUAN PEMBELAJARAN...........................................................................................................................2
BAB II INVESTASI...............................................................................................................................................................................3
A.
PENGANTAR.................................................................................................................................................3
B.
PENGERTIAN INVESTASI............................................................................................................................3
C.
BENTUK INVESTASI.....................................................................................................................................4
D.
KLASIFIKASI INVESTASI.............................................................................................................................4
E.
PENGAKUAN INVESTASI.............................................................................................................................7
F.
PENGUKURAN INVESTASI..........................................................................................................................7
G.
H.
I.
J.
K.
PENGUNGKAPAN.......................................................................................................................................16
L.
ILUSTRASI JURNAL....................................................................................................................................16
PENGANTAR...............................................................................................................................................21
B.
DEFINISI......................................................................................................................................................21
C.
UMUM..........................................................................................................................................................23
D.
KLASIFIKASI KEWAJIBAN..........................................................................................................................23
E.
PENGUNGKAPAN KEWAJIBAN.................................................................................................................28
F.
G.
UTANG TRANSFER....................................................................................................................................29
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
YULI ARDIANSYAH_A31115748
O.
TUNGGAKAN...............................................................................................................................................33
P.
RESTRUKTURISASI UTANG......................................................................................................................34
Q.
PENGHAPUSAN UTANG............................................................................................................................35
R.
S.
T.
JURNAL........................................................................................................................................................37
PENUTUP..........................................................................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................................................42
YULI ARDIANSYAH_A31115748
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka menjalankan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, penganggaran dan laporan pertanggungjawaban pendapatan
dan belanja negara harus dilaksanakan menggunakan basis akrual, di mana pendapatan,
beban, aset, dan ekuitas diakui berdasarkan munculnya hak dan kewajiban, bukan
berdasarkan pada arus masuk dan keluarnya kas semata.
Pertanggungjawaban pendapatan dan belanja negara sebagaimana dimaksud dalam
UU Nomor 17 Tahun 2003 tersebut dituangkan ke dalam laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Laporan keuangan minimal terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, dengan dilampiri Laporan Keuangan Perusahaan Negara dan Badan Lainnya.
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa
ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak UU tersebut disahkan, atau
pada tahun anggaran 2008.
Menindaklanjuti UU Nomor 17 Tahun 2003 dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tersebut,
Pemerintah telah menetapkan SAP dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun
2005. SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan berlaku
sebagai pedoman, baik bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam
melakukan penyusunan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD yang dikelolanya.
Selama basis akrual belum dapat diterapkan secara penuh, SAP mensyaratkan basis
akrual untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, dan ekuitas dalam rangka
penyusunan neraca. Sedangkan untuk pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
beban dalam laporan realisasi anggaran digunakan basis kas. Ketentuan tersebut disebut
dengan basis kas menuju akrual (cash toward accrual).
Pada kenyataannya, bukan hal mudah bagi Pemerintah untuk menerapkan basis
akrual secara penuh. Oleh karena itu, sampai dengan tahun 2008 pelaporan keuangan
pemerintah masih menggunakan basis kas menuju akrual. Hal ini dikarenakan perlunya
YULI ARDIANSYAH_A31115748
kesiapan dan koordinasi seluruh unit entitas akuntansi, unit entitas pelaporan, unit
perbendaharaan, dan unit penyusun standar akuntansi untuk melaksanakan peran dan
kewenangan masingmasing dalam implementasi akuntansi berbasis akrual secara penuh.
Terkait dengan hal tersebut, dan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan
kualitas pengambilan keputusan sebagai bagian dari reformasi manajemen keuangan
publik, maka telah dibuat kesepakatan antara pemerintah dan DPR yang menyatakan
bahwa implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual ditunda pelaksanaannya
hingga paling lambat pada tahun 2015. Kesepakatan ini dituangkan dalam UU
Pertangungjawaban APBN, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan diterbitkannya PP
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Berbasis Akrual) sebagai
pengganti PP Nomor 24 Tahun 2005. Selanjutnya, PP Nomor 71 Tahun 2010 berfungsi
sebagai landasan teknis implementasi akuntansi berbasis akrual. Selanjutnya, sebagai
acuan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat, maka kebijakan akuntansi
berbasis akrual ini ditetapkan.
Sesuai dengan judul dan tema makalah ini, materi-materi yang dibahas meliputi
definisi, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan investasi dan
kewajiban.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mampu:
a. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);
b. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan Laporan
Keuangan.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat:
a. Memahami definisi dari investasi dan kewajiban
b. Memahami klasifikasi dari investasi dan kewajiban
c. Memahami bagaimana transaksi, pengukuran, pengakuan, penyajian dan
pengungkapan investasi dan kewajiban
d. Mengerti cara menjurnal transaksi investasi dan kewajiban
YULI ARDIANSYAH_A31115748
BAB II INVESTASI
A
PENGANTAR
APBN/APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaran
C. PENGERTIAN INVESTASI
Investasi adalah kegiatan pemerintah menanamkan uangnya dalam bentuk
penyertaan modal atau pembelian surat utang dalam rangka memperoleh manfaat
ekonomi atau sosial. Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Manfaat ekonomi dapat diperoleh dalam rangka meningkatkan pendapatan
pemerintah. Apabila berinvestasi dalam bentuk saham diharapkan akan diperoleh
pendapatan dividen, sedangkan apabila dalam bentuk surat utang diharapkan terdapat
pendapatan bunga.
Manfaat sosial yang dimaksud dalam standar ini adalah manfaat yang tidak dapat
diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada peningkatan pelayanan
pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan masyarakat tertentu, seperti
YULI ARDIANSYAH_A31115748
D. BENTUK INVESTASI
Fungsi pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu
didukung dengan tersedianya dana yang mencukupi. Oleh karena itu pemerintah
memungut pajak dan pungutan lainnya dari masyarakat. Selain mengandalkan dana
dari masyarakat pemerintah dapat mengupayakan sendiri sumber penerimaan lain
dengan dana yang dikelolanya.
Dana yang dikelola pemerintah apabila terlalu sedikit akan mengalami kesulitan
keuangan, sebaliknya apabila terlalu banyak akan terdapat kas menganggur (idle
cash). Oleh karena itu, perlu dilakukan manajemen kas yang baik agar tidak terjadi
kekurangan kas dan apabila terdapat kas yang menganggur dapat dimanfaatkan
secara optimal. Dalam jangka panjang kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan
untuk berinvestasi baik melalui instrumen utang (pemberian pinjaman) atau melalui
instrumen saham (penyertaan) baik dengan cara membeli saham maupun mendirikan
badan usaha milik negara/daerah.
Pemerintah melakukan investasi dengan beberapa alasan antara lain
memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka
panjang dan memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi jangka
pendek dalam rangka manajemen kas. Dalam melakukan investasi pemerintah tidak
seperti perusahaan swasta. Investasi pemerintah dibatasi oleh peraturan perundangundangan, mengenai bentuk, sifat dan jenis-jenisnya.
Investasi dapat dilakukan untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Investasi jangka pendek dilakukan pada
panjang dilakukan pada pasar modal. Investasi pemerintah biasanya dilakukan dalam
bentuk deposito, Sertifikat Bank Indonesia, surat utang dan obligasi BUMN/BUMD,
penyertaan pada BUMN/BUMD, atau penyertaan pada badan usaha lainnya.
Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau
dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa pembelian surat
utang baik jangka pendek maupun jangka panjang (obligasi), serta instrumen ekuitas
(saham).
E. KLASIFIKASI INVESTASI
YULI ARDIANSYAH_A31115748
Dalam rangka akuntansi dan pelaporan aset investasi pemerintah secara garis
besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka
panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi
jangka panjang merupakan kelompok aset nonlancar.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi jangka
panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan menjadi
investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi
jangka panjang yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi
permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan atau tidak direncanakan untuk dijual kembali.
1. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
(a) Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
(b) Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah
dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;
(c) Berisiko rendah.
Dengan memperhatikan kriteria tersebut, maka surat berharga yang berisiko
tinggi karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar, tidak termasuk dalam investasi
jangka pendek yang dapat dibeli pemerintah (contoh saham pada pasar modal.)
Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi jangka pendek antara
lain adalah:
(a) Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan
suatu
YULI ARDIANSYAH_A31115748
(1) Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis (revolving deposits);
(2) Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh
pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia
(SBI).
permanen
menghasilkan
lainnya
pendapatan
yang
atau
dimiliki
oleh
meningkatkan
pemerintah
pelayanan
untuk
kepada
masyarakat.
berupa:
a. Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki oleh pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo;
b. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga;
c. Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti
bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
d. Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki
pemerintah
secara
berkelanjutan,
seperti
penyertaan
modal
yang
F. PENGAKUAN INVESTASI
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi
apabila
Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial di masa
yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah;
(b)
Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).
Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau aset memenuhi kriteria
pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian
mengalirnya manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang
akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang
pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat ekonomi yang
akan datang atau jasa potensial yang akan diperoleh memerlukan suatu jaminan
bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat dari aset tersebut dan akan
menanggung risiko yang mungkin timbul.
Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable),
biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran atau pembelian yang
didukung dengan bukti yang menyatakan/ mengidentifikasikan biaya perolehannya.
Dalam hal tertentu, suatu investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya
perolehan atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang
demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.
Pengeluaran untuk perolehan
pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan
YULI ARDIANSYAH_A31115748
G. PENGUKURAN INVESTASI
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai
pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar digunakan sebagai dasar
penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif
dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya obligasi jangka
pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga
transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank dan
biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.
Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan,
maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu
sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang
diserahkan atau nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi
tersebut.
Investasi jangka pendek dalam bentuk bukan surat berharga, misalnya dalam
bentuk deposito jangka pendek, dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.
Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya penyertaan modal
pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi itu
sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut.
Sebagai contoh, Pemkot DKI membeli saham PT Propertindo sebanyak
50.000 lembar saham, nominal @ Rp10.000 dengan harga pari. Biaya Komisi dan
administrasi 5% dari nilai nominal. Pemkot DKI mencatat investasinya sebesar Rp
525 juta dengan Perhitungan:
50.000 lembar X Rp 10.000
= Rp 500.000.000
= Rp 25.000.000
Rp 525.000.000
============
Sebagai contoh, Pemda X membeli obligasi Medco Oil co. sebanyak 20.000 lembar
obligasi dengan suku bunga 9%, tanggal kupon 1 Juni dan 1 oktober. nominal @ Rp
10.000 dengan harga beli @ Rp.9.500. Obligasi tersebut akan jatuh tempo tahun
2015. Biaya Komisi dan administrasi 5% dari nilai nominal. Pemda X mencatat
investasinya dalam obligasi sebesar Rp 200 juta dengan Perhitungan:
20.000 lembar X @ Rp 9.500
= Rp 190.000.000
= Rp 10.000.000
Jumlah
Rp 200.000.000
============
Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal pada kegiatan
investasi
jangka
panjang
diperoleh
dari
pertukaran
aset
pemerintah, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah adalah sebesar biaya
perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada.
Sedangkan investasi dalam bentuk dana talangan untuk penyehatan perbankan yang
akan segera dicairkan dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam rupiah
dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah bank sentral) yang berlaku pada
tanggal transaksi.
Metode biaya;
Metode biaya adalah suatu metode penilaian yang mencatat nilai investasi
berdasarkan harga perolehan.
Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan.
Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan
tidak mempengaruhi besarnya nilai investasi pada badan usaha/badan hukum yang
terkait.
(b)
Metode ekuitas;
YULI ARDIANSYAH_A31115748
Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui penurunan atau
kenaikan nilai investasi sehubungan dengan adanya rugi/laba badan usaha yang
menerima investasi (investee), proporsional terhadap besarnya saham atau
pengendalian yang dimiliki pemerintah.
Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal sebesar
biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar
pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba yang diterima pemerintah akan
mengurangi nilai investasi pemerintah. Sedangkan dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham, tidak mempengaruhi nilai investasi pemerintah karena pengakuan
kenaikan nilai investasinya sudah dilakukan pada saat laba dilaporkan. Penyesuaian
terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi
pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing
serta revaluasi aset tetap.
(b)
Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki
pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas;
(c)
(d)
atas investasi permanen, sedangkan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan
digunakan untuk pengukuran nilai investasi nonpermanen.
Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya prosentase kepemilikan saham bukan
merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode penilaian investasi,
tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the degree of influence) atau
pengendalian terhadap perusahaan investee. Ciri-ciri adanya pengaruh atau
pengendalian pada perusahaan investee, antara lain:
(a)
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
0
(b)
(c)
(d)
Tanggal
Keterangan
1 April 07
Debet
Kredit
Rp 30 juta
Pendapatan Bunga
1 Okt 07
Rp 30 juta
Rp 30 juta
Pendapatan Bunga
Rp 30 juta
Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka panjang antara lain berupa
cash dividen dan stock dividen. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh
dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya,
dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode
ekuitas, bagian laba yang diperoleh pemerintah akan dicatat sebagai pendapatan dan
sekaligus pengurang nilai investasi pemerintah.
Dividen
yang
diterima
dalam
bentuk
saham
(stock
dividend)
tidak
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
1
Tanggal
1 mei 06
Keterangan
Pengeluaran
Debet
Pembiayaan-
Kredit
Rp 50 juta
Rp 50 juta
Rp 50 juta
dalam
Rp 50 juta
mei
06
3 Juni 07
Rp 2,5 juta
Rp 2,5 juta
Laba
Dalam kondisi yang sama misalnya pada tanggal 1 mei 2006 Pemda Y
membeli 50.000 lembar saham seharga nilai nominal Rp 500 juta untuk kepemilikan
perusahaan 50%, sehingga pemda tersebut melakukan pencatatan dengan metode
ekuitas. Pada tanggal 20 mei 2006 manajemen PT Jaya Ancol mengumumkan laba
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
2
tahun 2006 sebesar Rp100 juta. pada tanggal 3 Juni 2007 PT Jaya Ancol
membagikan deviden tunai sebesar Rp500 per lembar saham, sehingga Pemda Y
akan melakukan pencatatan sehubungan dengan investasinya pada PT Jaya Ancol
sebagai berikut:
Tanggal
Keterangan
1 mei 06
Pengeluaran Pembiayaan-
Debet
Kredit
Rp 500 juta
Penyertaan
Kas di Kas daerah
Penyertaan Modal Pemda
Rp 500 juta
Rp 500 juta
EDI-Diinvestasikan dlm
Rp 500 juta
mei
Rp 50 juta
06
EDI-Diinvestasikan dalam
Rp 50 juta
Rp 25 juta
Pendapatan
Rp 25 juta
Dividen/Bagian Laba
(Untuk mencatat dividen
tunai 50%)
Diinvestasikan dalam
Rp 25 juta
Rp 25 juta
(Untuk mencatat
pengurangan nilai
investasi atas penerimaan
dividen tunai)
Hasil investasi yang diterima dalam bentuk kas selain dilaporkan pada
Laporan Realisasi Anggaran juga dilaporkan pada Laporan Arus Kas pada kelompok
Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi.
a. Apabila hasil investasi berupa cash dividend, maka besarnya kas yang diterima akan
mengurangi nilai investasi pemerintah.
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
3
Dalam hal pemerintah telah memakai basis akrual, maka pada saat pengumuman
laba, entitas akan mengakui adanya piutang dividen, sehingga tidak ada pencatatan
pendapatan. Hal ini disebabkan karena pada saat realisasi pembagian laba
pemerintah akan mencatat sebagai penerimaan kas dan pengurangan atas piutang
dividen.
Namun dalam hal pemerintah belum menerapkan basis akrual, cash dividend harus
dicatat sebagai pendapatan hasil investasi.
b. Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa dividen saham, maka pemerintah tidak
perlu menambahkan nilai investasinya, karena penambahan atas kepemilikan
pemerintah sudah dicatat atau bertambah pada saat diumumkannya laba oleh
perusahaan. Perubahan nilai investasi pemerintah dengan metode ekuitas, terjadi
pada saat perusahaan mengumumkan adanya laba.
Seandainya tanggal 10 Juni 2007 laba tahun 2006 sebanyak 25% dari laba
tersebut di atas dibagikan dalam bentuk saham sebanyak 2.500 lembar saham, maka
Pemda X dan Pemda Y akan mencatat penerimaan deviden saham tersebut sebagai
berikut:
Pemda X
Tanggal
10
Juni
Keterangan
Penyertaan Modal Pemda
Debet
Kredit
Rp 1,25 juta
07
EDI-Diinvestasikan dalam
Rp 1,25
juta
Pemda X mengakui bagian laba 5% dari 2500 lembar saham = 125 lembar, atau 25%
X 100 juta X 5% = Rp 1,25 juta
Pemda Y
Tanggal
10
Juni
Keterangan
Debet
Kredit
07
Pemda Y tidak mencatat pembagian dividen saham tersebut, sebab Pemda Y telah
mengakui bagian laba pada tanggal 20 mei 2006 pada saat pengumuman laba,
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
4
sehingga nilai investasi Pemda Y tidak dipengaruhi oleh pembagian laba dalam
bentuk dividen saham tersebut.
Tanggal
10
Jan
Keterangan
Kas di Kas Daerah
Debet
Kredit
Rp 700 juta
07
Penerimaan
Rp 700 juta
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
5
Divestasi/Pembiayaan
EDI-Diinvestasikan
dalam
Rp 500 juta
Rp 500 juta
L. PENGUNGKAPAN
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah
berkaitan dengan investasi, antara lain:
(a)
(b)
(c)
panjang;
(d)
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
6
(e)
(f)
(g)
M. ILUSTRASI JURNAL
UNTUK PEMERINTAH PUSAT:
1
Jurnal pada saat perolehan investasi jangka pendek dengan jangka waktu
lebih dari 3 bulan sampai dengan 12 bulan, BUN atau KPA mereklasifikasi saldo
kas yang ditempatkan pada investasi jangka pendek dalam Buku Besar Akrual
dengan jurnal:
b.
Jurnal pada saat pendapatan hasil investasi jangka pendek diterima, KPA
menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan
jurnal:
Kuasa BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Kas dan
Buku Besar Akrual sesuai jurnal penerimaan kas.
c.
Jurnal pada saat pelepasan investasi jangka pendek dengan jangka waktu
lebih dari 3 bulan sampai dengan 12 bulan, BUN mereklasifikasi saldo investasi
jangka pendek yang dikembalikan ke kas dalam Buku Besar Akrual dengan jurnal:
d.
1
7
Kuasa BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Kas dan
Buku Besar Akrual sesuai jurnal penerimaan kas.
e.
Kuasa BUN menjurnal pengeluaran kas dan membukukan di Buku Besar Kas dan
Buku Besar Akrual sesuai jurnal pengeluaran kas.
2
Kuasa BUN menjurnal pengeluaran kas dan membukukan di Buku Besar Kas
dan Buku Besar Akrual sesuai jurnal pengeluaran kas
b. Jurnal pada saat pendapatan kas hasil investasi jangka panjang/deviden
diterima, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku
Besar Kas dengan jurnal:
Kuasa BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Kas
dan Buku Besar Akrual sesuai jurnal penerimaan kas.
c. Jurnal pada saat pelepasan investasi jangka panjang, KPA menjurnal dan
membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan jurnal:
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
8
Kuasa BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Kas
dan Buku Besar Akrual sesuai jurnal penerimaan kas.
YULI ARDIANSYAH_A31115748
1
9
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
0
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
1
N. DEFINISI
Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan Standar dengan
pengertian:
1. Amortisasi utang adalah alokasi sistematis dari premium atau diskonto selama umur
utang pemerintah.
2. Aset Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Asset), selanjutnya disebut Aset
Tertentu adalah aset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap untuk
dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.
3. Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh
pemerintah sehubungan dengan peminjaman dana.
4. Debitur adalah pihak yang menerima utang dari kreditur.
5. Diskonto adalah jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present value)
dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) dari suatu utang karena tingkat
bunga nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif.
6. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan.
7. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
8. Kreditur adalah pihak yang memberikan utang kepada debitur.
9. Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti.
10. Kewajiban kontinjensi adalah:
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
2
a. kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih
pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas;
atau
b. kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
1) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) bahwa suatu entitas
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk
menyelesaikan kewajibannya; atau
2) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
11. Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.
12. Metode garis lurus adalah metode alokasi premium atau diskonto dengan jumlah yang
sama sepanjang periode sekuritas utang pemerintah.
13. Nilai nominal adalah nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah.
14. Nilai tercatat (carrying amount) kewajiban adalah nilai buku kewajiban yang dihitung
dari nilai nominal setelah dikurangi atau ditambah diskonto atau premium yang belum
diamortisasi.
15. Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua
belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto.
16. Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang pemerintah
kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai pemotong pajak
atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
17. Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present value) dengan
nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat 1bunga nominal lebih tinggi
dari tingkat bunga efektif.
18. Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk
memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan jumlah
utang.
19. Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat pengakuan utang
oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai jatuh tempo atau
nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Surat
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
3
Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu sampai
dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.
20. Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran pokok utang
dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
21. Tunggakan adalah jumlah kewajiban terutang karena ketidakmampuan entitas
membayar pokok utang dan/atau bunganya sesuai jadwal.
O. UMUM
Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban
sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya
ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi
pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pendanaan
pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan dengan pegawai
yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban
tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak,
alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa
lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari
kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
P. KLASIFIKASI KEWAJIBAN
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban yang mencakup
jumlah-jumlah yang diharapkan akan diselesaikan setelah tanggal pelaporan. Informasi
tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan bermanfaat untuk menilai likuiditas dan
solvabilitas suatu entitas pelaporan. Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban
seperti utang ke pihak ketiga dan utang bunga juga bermanfaat untuk mengetahui
kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang.
Suatu
kewajiban
diklasifikasikan
sebagai
kewajiban
jangka
pendek
jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua
kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
4
pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Kewajiban
jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan
suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya bunga pinjaman, utang jangka
pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang
jangka panjang.
Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya,
meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika:
1. Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan; dan
2. entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajibantersebut atas dasar
jangka panjang; dan
3. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali
(refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang
diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek sesuai
dengan paragraf di atas, bersama-sama dengan informasi yang mendukung penyajian ini,
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beberapa kewajiban yang jatuh
tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali
(refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan
diharapkan tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian
dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pendanaan jangka panjang dan
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana
kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak
adanya
persetujuan
pendanaan
kembali),
pendanaan
kembali
ini
tidak
dapat
dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka
pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan
laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan
adalah jangka panjang.
Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant) yang
menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on
demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
5
A. PENGAKUAN KEWAJIBAN
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat
pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang
dapat diukur dengan andal. Keberadaan peristiwa masa lalu (dalam hal ini meliputi
transaksi) sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Suatu peristiwa adalah terjadinya
suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas. Suatu peristiwa mungkin dapat
berupa suatu kejadian internal dalam suatu entitas seperti perubahan bahan baku
menjadi suatu produk, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang melibatkan interaksi
antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti transaksi dengan entitas lain, bencana
alam, pencurian, perusakan, kerusakan karena ketidaksengajaan.
Suatu transaksi melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai nilai. Transaksi
mungkin berupa transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran. Pembedaan antara
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
6
transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran sangat penting untuk menentukan
saat pengakuan kewajiban. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh
pemerintah atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada
saat kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari:
1. transaksi dengan pertukaran (exchange transactions);
2. transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), sesuai hukum yang berlaku
dan kebijakan yang diterapkan, yang belum dibayar lunas sampai dengan saat
tanggal pelaporan;
3. kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events);
4. kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).
Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak dalam
transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Terdapat
dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk menyediakan sumber daya.
Dalam transaksi dengan 18
pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai ganti
janji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan. Satu contoh dari
transaksi dengan pertukaran adalah saat pegawai pemerintah memberikan jasa sebagai
penukar/ganti dari kompensasi yang diperolehnya yang terdiri dari gaji dan manfaat
pegawai lainnya. Suatu transaksi pertukaran timbul karena kedua belah pihak (pemberi
kerja dan penerima kerja) menerima dan mengorbankan suatu nilai. Kewajiban
kompensasi meliputi gaji yang belum dibayar dan jasa telah diserahkan dan biaya
manfaat pegawai lainnya yang berhubungan dengan jasa periode berjalan.
Contoh kasus
Pada tanggal 10 Oktober 2005, Pemkot Bandung melakukan pengadaan personal
computer (PC) dengan PT Smart Teknik dengan nilai Rp 60.000.000. Pemkot Bandung
dan PT Smart Teknik sepakat untuk pembayaran komputer tersebut dilakukan pada 1
Matret 2006.
Atas transaksi tersebut, Pemkot Bandung akan mencatat dan melaporkan di neracanya
kewajiban jangka pendek sebesar Rp 60.000.000 pada tanggal 10 Oktober 2005, ketika
komputer tersebut diterima.
Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi
menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
7
gantinya. Dalam hal ini, hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk transaksi
tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar
pada tanggal pelaporan. Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus
kepada entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika
pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan hibah
atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan pembayaran
ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui transaksi dengan
pertukaran.
Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian yang tidak didasari
transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya.
Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah. Secara umum suatu
kewajiban diakui, dalam hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan
Pemerintah, dengan basis yang sama dengan kejadian yang timbul dari transaksi dengan
pertukaran. Pada saat pemerintah secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan pada
kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut menciptakan kewajiban, sepanjang hukum
yang berlaku dan kebijakan yang ada memungkinkan bahwa pemerintah akan membayar
kerusakan, dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat diestimasi dengan andal.
Contoh kejadian ini adalah kerusakan tak sengaja terhadap kepemilikan pribadi yang
disebabkan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemerintah. Kejadian yang diakui
Pemerintah adalah kejadian-kejadian yang tidak didasarkan pada transaksi namun
kejadian tersebut mempunyai konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah
memutuskan untuk merespon kejadian tersebut.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab luas untuk menyediakan kesejahteraan
publik. Untuk itu, Pemerintah sering diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu
kejadian
yang
sebelumnya
tidak
diatur
dalam
peraturan
formal
yang
ada.
Konsekuensinya, biaya yang timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas
nonpemerintah dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban sampai
pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah,
dan atas biaya yang timbul sehubungan dengan kejadian tersebut telah terjadi transaksi
dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan biaya untuk
kondisi pada paragraf 29 ketika keduanya memenuhi dua kriteria berikut:
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
8
1. Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan
digunakan,
2. transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan perbaikan)
atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal pelaporan
(misalnya pembayaran langsung ke korban bencana).
Contoh berikut mengilustrasikan pengakuan kewajiban dari kejadian yang diakui
pemerintah. Suatu kerusakan akibat bencana alam di kota-kota Indonesia dan DPR
mengotorisasi pengeluaran untuk menanggulangi bencana tersebut. Kejadian ini
merupakan konsekuensi keuangan dari pemerintah karena memutuskan untuk
menyediakan bantuan bencana bagi kota-kota tersebut. Transaksi yang berhubungan
dengan hal tersebut, meliputi sumbangan pemerintah ke masing-masing individu dan
pekerjaan kontraktor yang dibayar oleh pemeritah, diakui sebagai transaksi dengan
pertukaran atau tanpa pertukaran. Dalam kasus transaksi dengan pertukaran, jumlah
terutang untuk barang dan jasa yang disediakan untuk pemerintah diakui saat barang
diserahkan atau pekerjaan diselesaikan. Dalam kasus transaksi tanpa pertukaran, suatu
kewajiban harus diakui sebesar jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal
pelaporan. Kewajiban tersebut meliputi jumlah tagihan ke pemerintah untuk membayar
manfaat, barang atau jasa yang telah disediakan sesuai persyaratan program yang ada
pada tanggal pelaporan pemerintah.
Contoh kasus
Sebagai contoh dalam kasus bencana alam di DIY, bagi setiap keluarga yang
rumahnya roboh akan diberikan ganti rugi Rp 30 juta. Apabila sudah dicantumkan dalam
peraturan (surat ketetapan) yang sah, tetapi belum dibayar, Pemerintah dapat mengakui
kewajiban dan biaya untuk kondisi di atas jika memenuhi dua kriteria berikut: (1)
DPR/DPRD telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan digunakan, (2)
transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan perbaikan) atau
jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya
pembayaran langsung ke korban bencana).
Q. PENGUNGKAPAN KEWAJIBAN
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Nilai nominal atas
YULI ARDIANSYAH_A31115748
2
9
kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran
ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan
perubahan kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar,
diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. Penggunaan nilai
nominal dalam menilai kewajiban mengikuti karakteristik dari masing-masing pos.
Paragraf berikut menguraikan penerapan nilai nominal untuk masing-masing pos
kewajiban pada laporan keuangan.
pada
kontrak
perjanjian
dengan
pemerintah.
Kontraktor
tersebut
sudah
S. UTANG TRANSFER
Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan
pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan. Utang
transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
YULI ARDIANSYAH_A31115748
3
0
Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya bunga yang telah
terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari
dalam maupun luar negeri. Utang bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar
harus diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang
berkaitan. Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk sekuritas
pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN)
dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (provinsi, kota, dan kabupaten) dalam
bentuk dan substansi yang sama dengan SUN.
yang
belum
disetorkan
kepada
pihak
lain.
Jumlah
saldo
pungutan/potongan tersebut harus dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang
masih harus disetorkan.
Contoh Kasus
Pada Tahun 2006, Pemprov Maluku memungut iuran Askes, tabungan
perumahan, Pajak Penghasilan atas Gaji dari pegawai pemerintah provinsi tersebut
sebesar Rp 10 juta. Pada 31 Desember 2006, diketahui jumlah pungutan yang telah
disetor ke PT Askes, Perum Perumnas dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) adalah sebesar Rp 8 juta. Atas transaksi tersebut, Pemprov Maluku seharusnya
menyetor jumlah PFK (iuran Askes, Tabungan Perumahan dan Pajak Penghasilan)
sebesar yang dipungut yaitu Rp 10 Juta. Tetapi pemda tersebut baru menyetor hanya
sebesar Rp 8 juta, oleh sebab itu Pemprov Maluku harus mencatat Hutang PFK di
Neraca Per 31 Desember 2006 sebesar Rp 2 Juta.
3
1
Panjang adalah jumlah bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dan harus
dibayarkan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
YULI ARDIANSYAH_A31115748
3
2
Hal ini
membutuhkan penilaian awal sekuritas pada harga jual atau hasil penjualan, penilaian
pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan dibayarkan ke pemegangnya, dan
penilaian pada periode diantaranya untuk menggambarkan secara wajar kewajiban
pemerintah. Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam bentuk
sekuritas utang pemerintah (government debt securities) yang dapat memuat
ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo. Jenis sekuritas utang
pemerintah
harus
dinilai
sebesar
nilai
pari
(original
face
value)
dengan
Rp
Rp
Rp
1.000.000.000.000
Premium Rp 100.000.000.000-(1/5X100.000.000000)
80.000.000.000
1.080.000.000.000
YULI ARDIANSYAH_A31115748
3
3
YULI ARDIANSYAH_A31115748
3
4
Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat (carrying
value) maka penyelesaian
kewajiban sebelum
penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan menyesuaikan jumlah kewajiban dan
aset yang berhubungan. Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai
tercatat (carrying value) maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban dan aset yang
terkait, jumlah perbedaan yang ada juga disajikan dalam Laporan Operasional pada pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional dan diungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan.
AA. TUNGGAKAN
Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk Daftar
Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian
pengungkapan kewajiban. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah
jatuh tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau
bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai saat
jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur diwajibkan
untuk melakukan pembayaran kepada kreditur.
Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan dari jumlah utang
yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan. Namun informasi tunggakan
pemerintah menjadi salah satu informasi yang menarik perhatian pembaca laporan
keuangan sebagai bahan analisis kebijakan dan solvabilitas satu entitas. Untuk keperluan
tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan di dalam Catatan atas Laporan
Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang.
YULI ARDIANSYAH_A31115748
3
5
1. Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan 2dengan utang
baru; atau
2. Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan
dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk:
a. Perubahan jadwal pembayaran,
b. Penambahan masa tenggang, atau
c. Menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo
dan/atau tertunggak.
Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif konstan
dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara saat restrukturisasi
sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif yang baru adalah sebesar tingkat
diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai jumlah pembayaran kas masa depan
sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru (tidak temasuk utang kontinjen) dengan
nilai tercatat. Berdasarkan tingkat bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan
jadwal pembayaran yang baru dimulai dari saat restrukturisasi sampai dengan jatuh
tempo.
Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru harus disajikan
pada Catatan atas Laporan Keuangan. Jika jumlah pembayaran kas masa depan
sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk
bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus
mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas
masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru. Hal tersebut harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari
pos kewajiban yang berkaitan.
Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari
restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat
ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat
utang. Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat merupakan
kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai contoh, debitur mungkin
dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi keuangannya membaik sampai
tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk menentukan jumlah tersebut maka harus
mengikuti prinsip-prinsip yang diatur pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam
YULI ARDIANSYAH_A31115748
3
6
pernyataan ini. Prinsip yang sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang
seringkali harus diestimasi.
YULI ARDIANSYAH_A31115748
3
7
1. Bunga dan provisi atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek
maupun jangka panjang;
2. Commitment fee atas dana pinjaman yang belum ditarik;
3. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,
4. Amortisasi kapitalisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya
konsultan, ahli hukum, dan sebagainya.
5. Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal tersebut
diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.
Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan atau
produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari
biaya perolehan aset tertentu tersebut. Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan
secara langsung dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi
terhadap aset tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat diatribusikan
secara langsung dengan aset tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman ditentukan
berdasarkan penjelasan pada paragraf 86.
Dalam keadaan tertentu, sulit untuk mengidentifikasikan adanya hubungan
langsung antara pinjaman tertentu dengan perolehan suatu aset tertentu dan untuk
menentukan bahwa pinjaman tertentu tidak perlu ada apabila perolehan aset tertentu
tidak terjadi. Misalnya,
kegiatan/proyek pemerintah. Kesulitan juga dapat terjadi bila suatu entitas menggunakan
beberapa jenis sumber pembiayaan dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal
ini, sulit untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung
diatribusikan, sehingga diperlukan pertimbangan profesional (professional judgement)
untuk menentukan hal tersebut. Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara
khusus digunakan untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi
ke aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average) atas
akumulasi biaya seluruh aset tertentu yang berkaitan selama periode pelaporan.
3
8
1. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman;
2. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas utang
pemerintah dan jatuh temponya;
3. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang berlaku;
4. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
5. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
a. Pengurangan pinjaman;
b. Modifikasi persyaratan utang;
c. Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
d. Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
e. Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
f.
6. Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
7. Biaya pinjaman:
a. Perlakuan biaya pinjaman;
b. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan; dan
c. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
AF. JURNAL
UNTUK PEMERINTAH PUSAT
Pada saat perolehan aset lainnya, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual
dengan jurnal:
YULI ARDIANSYAH_A31115748
3
9
Setelah aset lainnya diregister, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual
dengan jurnal:
Apabila terjadi pembayaran atas perolehan aset lainnya, KPA menjurnal dan
membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal:
serta KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Kas dengan jurnal:
Kemudian Kuasa BUN menjurnal pengeluaran kas dan membukukan di Buku Besar Kas
dan Buku Besar Akrual sesuai jurnal pengeluaran kas. Pada akhir periode pelaporan
diperhitungkan penyusutan nilai aset lainnya yang berasal dari reklasifikasi aset tetap
karena penghentian penggunaan aset tetap, maka KPA menjurnal dan membukukan di
Buku Besar Akrual dengan jurnal:
YULI ARDIANSYAH_A31115748
4
0
YULI ARDIANSYAH_A31115748
4
1
PENUTUP
Investasi adalah kegiatan pemerintah menanamkan uangnya dalam bentuk
penyertaan modal atau pembelian surat utang dalam rangka memperoleh manfaat
ekonomi atau sosial. Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Investasi dibagi menjadi dua yaitu investasi jangka pendek dan jangka
panjang
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi
apabila
pendanaan
pinjaman
dari
masyarakat,
lembaga
keuangan,
entitas
kewajiban
diklasifikasikan
sebagai
kewajiban
jangka
pendek
jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset
lancar. Kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang
kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam
YULI ARDIANSYAH_A31115748
4
2
tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang
jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya
bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak
Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat
pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian
yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban dapat timbul dari:
a. transaksi dengan pertukaran (exchange transactions);
b. transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), sesuai hukum yang
berlaku dan kebijakan yang diterapkan, yang belum dibayar lunas sampai dengan
saat tanggal pelaporan;
c. kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events);
d. kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Nilai nominal atas
kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah.
YULI ARDIANSYAH_A31115748
4
3
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan
Pemerintah
Nomor
71
Tahun
2010
tentang
Standar Akuntansi
Pemerintahan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat
YULI ARDIANSYAH_A31115748
4
4