Anda di halaman 1dari 6

Jenis Jenis Burung Elang Di Indonesia

1. Elang Hitam ( Ictinaetus malayensis / 5. Elang Laut Perut Putih ( Halieestus


Indiana Black Eagle) Temnick, 1822 leucogaster / White – bellied sea Eagle )

6. Elang Tiram ( Pandion halieestus / Osprey )


2. Elang Ular – Bido ( Spilornis cheela /
Crested Sherpent – eagle )

7. Elang Ular Jari Pendek. ( Circaetus


gallicus / Short – toed Snake – eagle )

3. Elang Jawa ( Spizaetus bartelsii / Javan


Hawk – eagle ),

8. Elang Tikus ( Elanus caeraleus / Black –


4. Elang Brontok ( Spizaetus cirrhatus / winged Kite )
Changeable Hawk – eagle ),
9. Elang Bondhol ( Haliastur indus / Brahminy 13. Elang Alap Jambul ( Accipiter trivirgatus
Kite )

10. Elang Alap Cina ( Accipiter soloensis / 14. Elang Ikan Kepala Abu ( Ichthyophaga
Chinese Goshawk ) ichthyaetus /

15. Elang Perut Karat ( Hieraaetus kienerii/


Rufous – bellied Eagle )

11. Elang Alap Jepang ( Accipiter gularis /


Japanese Sparrowhawk )

16. Sikep Madu Asia ( Pernis ptilorhynchus /


Oriental Honey Buzzard ) Temnick, 1821
12. Elang Alap Besra ( Accipiter virgatus /
Besra )
Melestarikan Kelangsungan Hidup Burung
Elang

Melestarikan Kelangsungan Hidup Burung Elang


Banyak sekali di Indonesia terdapat berbagai macam dan ragam jenis burung. Bagi anda pecinta burung
pemangsa atau predator, anda dapat membentuk sebuah komunitas dengan sesama pecinta burung
predator. Di Indonesia, ada sebuah komunitas bernama RCI (Raptor Club Indonesia) tepatnya berada di
kota Yogyakarta. Club tersebut, bertujuan merilis burung-burung predator agar tidak punah. RCI
merupakan club resmi di Indonesia. Dalam komunitas ini, burung yang berusia muda dilatih agar dapat
bertahan hidup dan mencari makan sendiri. Sehingga burung-burung ini pun diharapkan tidak punah
begitu saja.

Club atau komunitas pecinta burung predator atau dikenal dengan istilah burung pemangsa, saat ini cukup
banyak menarik minat orang terutama di kalangan anak muda (bersifat illegal). Biasanya mereka membeli
anak burung ataupun menangkap secara langsung di hutan. Burung-burung itu pun, diberi makanan dan
dilatih hingga mahir dan pada tahapan tertentu burung itu dianggap telah siap untuk hidup serta dapat
mempertahankan dirinya sendiri.

Cara melatih burung-burung itu, cukup rumit dan butuh kesabaran. Dimulai dari adaptasi burung pada
lingkungan di sekitarnya,pemberian makanan, melatih cara terbang, hingga memberikan perhatian dan
perawatan pada kandang burung. Contoh pada burung elang Brontok Putih, burung harus dijemur setiap
pagi selama 2 jam (sekitar jam 08.00 – 10.00). Hal ini berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan,
membuat badan burung menjadi kuat, dan tidak mudah sakit. Pemberian makananya pun tidak boleh
sembarangan. Makanan yang biasa diberikan antara lain burung puyuh usia 6 minggu, tikus putih, daging
kelinci, burung tekukur, burung pipit semuanya merupakan makanan kualitas bagus.

Melatih burung pada tahap awal sangatlah sulit, sebab burung masih liar dan belum terbiasa dengan
lingkungan barunya. Untuk itu, sebelum masa training burung biasanya dikarantina selama satu minggu
di tempat kosong (dalam sebuah gudang tak terpakai atau kamar kosong). Para trainer biasanya hanya
masuk ke dalam gudang untuk memberinya makan saja (dengan mangsa hidup agar burung tetap
memiliki insting/naluri berburu). Setelah masa karantina berakhir, diadakan masa pendekatan. Burung
tersebut dibawa ke tempat yang ramai banyak orang dan kendaraan lalu lalang di jalan. Tujuannya adalah
agar burung tidak takut dengan keramaian. Hal ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. Pada sesi
berikutnya burung diberi makan di atas glove/sarung tangan, dengan makanan berupa potongan daging
segar yang telah dipotong sedemikian rupa. Sehingga burung merasa nyaman di atas glove.

Pada masa 6 hingga 7 bulan burung menghapalkan nada dan bunyi peluit (setiap kali burung menelan
potongan daging)ditiupkan peluit. Setelah burung lancar dan hafal dengan bunyi peluit, trainer mencoba
JTTF (Jump To The First). Potongan daging diletakkan di atas glove dengan jarak beberapa centimeter,
lalu ditiupkan peluit agar burung meloncat ke atas glove. Selain itu trainer dapat melatih burung untuk
dikenalkan pada orang lain agar burung tidak galak dan menyerang orang . Pada masa awal training
biasanya burung mengalami kepanikan, terbang-terbang dan melompat (ingin lepas dan lari).

Penimbangan badan pada burung sangatlah diperlukan. Penimbangan dilakukan secara bertahap, dimulai
dari proses JTTF (Jump To The First), FTTF (Fly To The First), dan FF (Free Fly). Burung berada di satu
tempat, misalkan di atas pohon ketika peluit ditiup burung terbang ke arah glove, hal itu menandakan
burung mempunyai berat badan ideal. Kesehatan burung hendaknya menjadi perhatian utama. Burung
jangan sampai terkena penyakit , karena dapat mengakibatkan kematian pada burung. Yang sering terjadi
adalah burung terkena pilek , adanya sumbatan kotoran di hidung, mata berair, burung lantas menjadi
lemas dan nafsu makan pun berkurang.

Bagi anda pecinta burung predator, perhatikan gizi makanannya. Karena berpengaruh pula pada
keindahan bulu-bulunya. Jika burung sakit atau terkena kutu, bulu-bulu burung itu pun akan mengalami
kerontokkan. Anda dapat menambahkan supplement berupa minyak ikan, agar burung bertambah nafsu
makannya cukup seminggu 2 kali satu buah. Burung pun harus diperhatikan agar ia tidak terlalu sering
kelaparan. Hal ini dapat dilihat jika burung mencengkeram glove dengan sangat kuatnya menandakan
burung dalam keadaan kelaparan (Sticky).

Mengajarkan burung pada masa hunting, adalah agar burung tersebut dapat dan siap bertahan hidup di
alam bebas. Pada masa pelatihan hunting, makanan dilemparkan ke arah atas dan burung harus dapat
menangkap makanan itu dengan gesit/cekatan (agar burung memiliki kemampuan untuk berburu mangsa
hidup). Meski pada umumnya burung predator sudah memiliki kemampuan berburu dan kemampuan
terbang yang bagus, training semacam ini sangatlah menunjang burung di alam bebas untuk bertahan
hidup dan mempertahankan komunitasnya. Tentunya hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama,agar
burung-burung ini tidak mengalamai kepunahan.

2 Penangkaran Elang

Elang Laut

Untuk mencegah punahnya spesies hewan tertentu, sebuah penangkaran dibuat, salah satunya
penangkaran elang. Tahukah Anda, tak jauh dari Jakarta ada penangkaran dan konservasi elang yang bisa
dikunjungi wisatawan?

Sejauh ini sudah 2 penangkaran elang yang saya kunjungi bersama teman-teman yaitu Suaka Elang
Gunung di Gunung Salak, Bogor dan Penangkaran Elang Laut di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu.

1. Suaka Elang di Gunung Salak, Bogor


Sebenarnya suaka elang ini tidak terlalu jauh dari Kota Bogor. Kita hanya perlu mengarahkan mobil ke
Stasiun Batu Tulis, kemudian melewati Kebun Duren Warso. Kemudian kita belok kanan ke arah Loji.

Sayangnya waktu itu kami tidak mengikuti petunjuk tersebut karena teman membawa kami ke arah
Gunung Bunder sehingga kami berputar-putar dan baru sore hari kami sampai di sana. Memang tidak
banyak masyarakat Bogor yang mengetahui mengenai suaka ini. Karena dari belasan orang yang kami
tanyakan arah dari Bogor, hanya penduduk Loji yang tinggal dekat dengan suaka tersebut yang
mengetahuinya.

Akhirnya sampailah kami di pintu masuk Suaka Elang. Di pos penjagaan luar gerbang tidak ada petugas
yang berjaga, hanya ada papan arah. Akhirnya kami menanyakan arah masuk ke penjaga vila di dekat
gerbang dan bapak tersebut berbaik hati mengizinkan kami memarkir mobil di halamannya dan ke toilet.

Akhirnya kami berjalan kaki dari gerbang menuju Suaka Elang tersebut sekitar 15 menit. Sampai di sana
kami menemui petugas suaka dan mengisi buku tamu. Ada beberapa lokasi kandang. Elang-elang
tersebut hidup di kandang berdasarkan kesiapan untuk dilepaskan di alam bebas.

Elang-elang tersebut berasal dari elang-elang yang dipelihara masyarakat. Melalui sikap persuasif,
petugas membujuk masyarakat untuk menyerahkan elang tersebut agar bisa dilepaskan kembali ke alam.

Setelah diberikan sedikit penjelasan, akhirnya kami melihat kandang elang-elang tersebut. Kandang
pertama terletak tidak jauh dari kantor. Elang ini belum lama diambil dari masyarakat, jadi tidak takut
dengan manusia.

Kemudian kami menyeberangi jembatan gantung sembari berfoto-foto. Pemandangan di suaka ini sangat
indah dan alami, karena terletak di gunung dan dikelilingi pohon pinus.

Setelah melewati jembatan gantung di atas sungai, tibalah kami di kandang kedua. Di kandang ini
terdapat beberapa elang yang sudah agak lama dirawat di suaka ini sehingga ada beberapa yang agak
terganggu dengan manusia.

Di suaka ini hanya terdapat elang Jawa yang berwarna hitam. Sebetulnya di atas lagi, ada kandang
terakhir untuk elang yang sudah siap dilepaskan, tetapi tidak boleh dikunjungi.

Di suaka elang ini kita juga bisa kemping dan mengunjungi curug yang terletak sekitar 1,3 km. Awalnya
kami berniat untuk naik ke curug, sayangnya saat itu sudah terlalu sore dan ada teman yang tidak kuat
untuk naik. Akhirnya kami kembali ke kantor.

Di sana kami berbincang-bincang dengan petugas. Ternyata lokasi tersebut tidak terlalu jauh dengan
lokasi pesawat Sukhoi yang jatuh. Kami cukup salut dengan petugas suaka yang mau tinggal di sana
untuk mengurus elang-elang tersebut.

Elang-elang tersebut dibiasakan untuk puasa dan hanya diberi makan 1 minggu 2 kali. Hal ini dilakukan
supaya naluri berburu mereka tumbuh dan saat dilepaskan dari suaka mereka bisa berburu. Jadi tidak
hanya menunggu untuk diberi makan. Setelah puas berbincang dan hari makin gelap akhirnya kami
pulang.

2. Penangkaran Elang Laut di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu

Penangkaran ini kami kunjungi saat kami menginap di Pulau Harapan. Pulau Kotok ini cukup jauh dari
Pulau Harapan. Diperlukan waktu tempuh sekitar 40 menit untuk sampai di sana dengan kapal.

Pulau Kotok cukup luas dengan pohon-pohon yang rimbun. Tetapi kami tidak berkeliling pulau, hanya
mengunjungi kandang elang saja. Untuk elang yang dirawat di sini berbeda dengan di Gunung Salak.
Elang yang ada di penangkaran ini adalah jenis elang laut yaitu Elang Bondol dan Elang Laut yang
mengkonsumsi ikan. Mungkin banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa Elang Bondol adalah
lambang Jakarta dan terdapat di lambang TransJakarta. Saat ini di penangkaran terdapat 9 elang laut dan
26 Elang Bondol.

Menurut petugas penangkaran, elang-elang yang ada di sini diambil dari penduduk dan dari Pasar
Pramuka, Jakarta. Mungkin kita sebagai warga negara Indonesia perlu merasa malu karena ternyata Pasar
Pramuka adalah pasar perdagangan hewan ilegal terbesar di Asia Tenggara. Yang membuat miris, banyak
elang yang dirawat di sini dalam kondisi mengenaskan sehingga tidak dapat dilepaskan di alam liar.

Ada beberapa elang yang dicabuti sayapnya bahkan ada Elang Laut besar dipatahkan tulang sayapnya
sehingga tidak dapat terbang. Untuk elang yang dicabuti sayapnya, bulu sayapnya tidak bisa tumbuh
seperti semula, karena tumbuhnya pendek sehingga tidak bisa terbang tinggi.

Sebetulnya kalau ada masyarakat yang mematahkan tulang elang dan ketahuan oleh pemerintah, orang
tersebut bisa dikenakan denda Rp 100 juta dan sudah keluar peraturan yang melarang masyarakat
memelihara elang. Elang Laut ini merupakan tipe setia. Apabila pasangannya meninggal, pasti elang
tersebut meninggal juga.

Sebenarnya selain 2 jenis elang tersebut, ada 2 jenis elang laut lainnya yaitu elang tiram dan elang kepala
abu. Untuk Elang Tiram diperkirakan sudah punah tetapi ternyata ditemukan 1 ekor di Kepulauan Seribu
dan diharapkan elang tersebut dapat mencari elang lain dan berkembang biak secara alami. Sedangkan
Elang Kepala Abu sudah punah.

Penangkaran ini didirikan dari tahun 2004. Dari tahun 2005 sampai sekarang sudah dilepas 63 elang
bondol dan 11 elang laut. Untuk elang bondol biasa mereka bertelur 1 tahun 2 kali. Elang bisa hidup 60
tahunan.

Menurut petugas, penangkaran elang ini juga didukung oleh Jakarta Animal Aid. Jadi selain elang mereka
juga menyelamatkan anjing liar. Tidak heran ada 2 anjing liar di sebelah kandang elang.

Saat ini Pemprov DKI Jakarta juga menyelamatkan monyet-monyet yang dipakai untuk pertunjukan
topeng monyet. Sebenarnya sudah dicetuskan dari tahun 2010, tetapi baru gencar akhir-akhir ini di zaman
pemerintahan Jokowi-Ahok.

Mungkin kita tidak tahu kenapa topeng monyet tidak boleh ada. Alasannya adalah karena monyet-monyet
itu bisa menyebarkan virus TBC walaupun kita menonton dari jarak 4-5 meter. Hal ini dikarenakan
penyebaran virus TBC melalui udara.

Selain itu menyuruh monyet berdiri hanya dengan kaki adalah penyiksaan. Karena mereka terpaksa
berdiri agar tidak tercekik rantai yang dipegang oleh pawangnya. Mereka dilatih selama 4-6 bulan agar
bisa berdiri dengan kaki. Mereka dirantai dan kedua tangannya diikat bahkan rantainya digantung agar
mereka bisa berdiri. Suatu penyiksaan binatang.

Banyak hal yang kami dapat dari penangkaran elang ini. Selain berwisata melihat keindahan alam yang
Tuhan telah ciptakan, kita juga belajar untuk bisa menjaga alam dan semua binatang ciptaan Tuhan agar
tetap bisa dinikmati oleh generasi penerus kita. Kembali kita diingatkan untuk memperlakukan binatang
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai