Anda di halaman 1dari 31

PERANCANGAN INSTALASI BENGKEL/LABORATORIUM

PENGUJIAN LOGAM

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Perakitan Dan Instalasi Mesin

yang dibina oleh Dr. YOTO, S.T., M.P.d., M.M

oleh

Adiasna Yonnanda Putra 150512505634

Dias Satrio Jatmiko 150512508139

Nanang Tri Mardianto 150512507100

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

Maret 2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segenap puji syukur tidak henti-hentinya kami haturkan


kepada Alloh SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, serta
kesehatan bagi penyusun serta seluruh pihak yang terlibat dalam tercapainya
pembuatan makalah yang berjudul Perancangan Instalasi laboratorium Pengujian
Logam.

Seperti yang tertera diatas, makalah ini tidak akan tercapai tanpa adanya
bantuan dari pihak luar. Melalui makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan atas kelancaran dalam
proses penyusunan makalah kepada.

1. Dosen pembimbing Dr. YOTO, S.T., M.P.d., M.M, selaku pengemban


tugas, penilai, serta korektor.
2. Segenap teman kelas C, yang memberikan motivasi, saran, serta solusi
yang terbaik dalam penyusunan makalah.
3. Perpustakaan pusat Universitas Negeri Malang, yang telah menyediakan
berbagai sumber media yang akurat.

Dengan kerendahan hati, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari


pembaca, demi terwujudnya makalah Perancangan Instalasi laboratorium
Pengujian Logam yang lebih lengkap, objektif, serta lebih komprehensif.

Malang, 7 Maret 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL ................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 3
BAB I 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Rasional ............................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 5
1.3 Manfaat ............................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
2.1 Tata Ruang .......................................................................................................... 6
2.2 Denah Ruang (Lay Out). ...................................................................................... 7
2.3 Macam-macam Peralatan pada Laboratorium Pengujian Logam. ................... 11
2.4 Jenis jenis Mesin pada Laboratorium Pengujian Logam ................................. 12
2.5 Cara penginstolan mesin uji pada laboratorium pengujian logam. .................. 24
2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................................................... 24
BAB III ................................................................................................................. 28
PENUTUP ............................................................................................................ 28
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 28
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................... 29

1
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Macam-macam Peralatan pada Laboratorium Pengujian Logam 11

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Luas Layout Laboratorium Pengujian Logam ............................. 7


Gambar 2.2 Jarak Setiap Alat Uji pada Laboratorium Pengujian Logam ..... 8
Gambar 2.3 Penentuan Warna pada Layout Laboratorium Pengujian Logam
9
Gambar 2.4 Helm ................................................................................................ 24
Gambar 2.5 Kaca Mata ...................................................................................... 25
Gambar 2.6 Baju Praktek .................................................................................. 25
Gambar 2.7 Sarung Tangan ............................................................................... 26
Gambar 2.8 Sepatu ............................................................................................. 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasional

Setiap orang memerlukan suatu pengetahuan tentang pengelolaan baik dalam


lingkungan rumah tangga maupun di bidang organisasi yang lebih luas beserta
berbagai macam bentuk dan perwujudan nya. Terry (1996) menyatakan bahwa
keperluan akan konsep pengelolaan atau menejemen tersebut juga terdapat dalam
bidang pendidikan dari tingkat yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Ini
berarti apabila sekumpulan manusia bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama, di situlah terletak kunci adanya kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila ada yang menyatakan bahwa pengelolaan itu adalah
sesuatu yang bersifat universal sebab selalu berhubungan dengan usaha mencapai
tujuan yang telah di tentukan oleh setiap manusia. Hal ini terdapat dalam
manajemen laboratorium pengujian logam.

Laboratorium merupakan fasilitas pendukung yang sangat penting bagi


terselenggaranya tridharma perguruan tinggi. Pengelolaan laboratorium yang baik
dengan sendirinya akan mendorong terjadinya interaksi yang produktif di antara
pihak-pihak yang berkepentingan dan memberikan peluang lebih besar bagi
dihasilkannya output yang berkualitas.

Dalam berusaha mencapai tujuan tersebut selanjutnya dikatakan oleh Terry


(1990) bahwa manusia selalu mengarahkan segala kemampuan, disertai dengan
penggunaan berbagai macam sarana, metode, waktu, dan tempat yang ditujukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, maka derajat
keberhasilan dan pencapaiannya tujuan tersebut menjadi tantangan bagi setiap
pengelolah. Dengan demikian pengelolahan laboratorium pengujian logam bukan
hanya sekedar masalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pengelolahan
laboratorium pengujian logam selain berhubungan dengan ilmu pengetahuan juga
memerlukan kiat tertentu, serta pengalaman untuk melakukan nya.

4
1.2 Tujuan

1. Mengetahui cara mengatur tata ruang laboratorium pengujuan logam.


2. Mengetahui denah ruang (lay out) laborratorium pengujian logam.
3. Mengetahui macam-macam peralatan pada labortorium pengujian logam
4. Megetahui pemasangan alat pengujian pada laboratorium pengujian
logam.
5. Mengetahui peralatan K3 pada laboratorium pengujian logam.

1.3 Manfaat

1 Mengetahui cara mengatur tata ruang laboratorium pengujuan logam.


2 Mengetahui denah ruang (lay out) laborratorium pengujian logam.
3 Mengetahui macam-macam peralatan pada labortorium pengujian logam
4 Megetahui pemasangan alat pengujian pada laboratorium pengujian
logam.
5 Mengetahui peralatan K3 pada laboratorium pengujian logam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tata Ruang

A. Jenis ruang pada laboratorium pengujian logam.


1) Ruang instruktur
2) Ruang praktikum
3) Kamar mandi
B. Ukuran ruang
1) Luas : 130 m
2) Jenis lantai : Beton dengan permukaan kasar.
3) Tinggi langit-langit : 3-4 m
C. Penghawaan/ventilasi
Ventilasi : 20% dari luas lantai 25 m (kecuali
dipasang AC).
D. Penerangan : Cahaya alam dengan luas kaca/tembus
cahaya 25% dari luas lantai dan cahaya
listrik 500 lux.
E. Warna : - Putih untuk langit-langit
- Hijau untuk peralatan P3K
- Merah untuk peralatan pemadam
kebakaran

6
2.2 Denah Ruang (Lay Out).

Gambar 2.1 Luas Layout Laboratorium Pengujian Logam

(Sumber: Soelipan, PPPGT Bandung, 1992)

7
Gambar 2.2 Jarak Setiap Alat Uji pada Laboratorium Pengujian Logam

(Sumber: Soelipan, PPPGT Bandung, 1992)

8
Gambar 2.3 Penentuan Warna pada Layout Laboratorium Pengujian Logam

(Sumber: Soelipan, PPPGT Bandung, 1992)

9
Keterangan :

1. Mesin uji kekerasan brineel B. Lemari bahan kimia


2. Mesin uji kekerasan rockwell C. Meja belajar siswa
3. Mesin uji kekerasan vickers D. Meja instruktur
4. Mesin poles E. Lemari
5. Mikroskop metalograpy F. Lemari
6. Mesin uji tekan G. Papan tulis
7. Alat uji pukul takik H. Ruang Ganti
8. Meja Perata I. Toilet
A. Kran air J. Gudang

Keterangan Warna :

Warna biru pada layout menunjukan jalan antara mesin, mesin yang sedang
diperbaiki, jarak antar mesin.

Warna orange pada layout menunjukan bagian-bagian perlengkapan, berbahaya


yang dapat mematahkan, menghancurkan, mengejutkan dan melukai, bagian
mesin yang berputar, bagian dalam kotak sekring.

Warna hijau pada layout menunjukan berarti aman digunakan pada alat-alat P3K.

Warna merah pada layout menunjukan tanda letak peralatan pemadam kebakaran,
pintu masuk darurat, saklar listrik.

Warna kuning pada layout menunjukan hati-hati digunakan pada tempat/bagian


yang membahayakan.

10
2.3 Macam-macam Peralatan pada Laboratorium Pengujian Logam.

Tabel 2.1 Macam-macam Peralatan pada Laboratorium Pengujian


Logam
No. Nama Alat/Bahan Spesifikasi Jumlah
1. Mesin uji kekerasan sistem Rockwell Baik 2
2. Mesin uji kekerasan sistem brinel Baik 2
3. Mesin uji kekerasan sistem Vickers Baik 2
4. Mesin uji kekerasan sistem shore Baik 1
5. Shore schleroscote Baik 1
6. Mesin uji universal, uji tarik, uji tekan, uji geser Baik 2
7. Mesin uji punter Baik 1
8. Mesin uji kelelelahan Baik 1
9. Mesin uji rangkak Baik 1
10. Mesin uji keretakan ultrasonic Baik 1
11. Mesin uji eddy current Baik 1
12. Die penetrant terster Baik 1
13. Microscope metalurgi Baik 2
14. Meja Perata Baik 1
15. Mesin poles Baik 1
16. Mesin gerinda pemotong specimen Baik 3
17. Mesin uji radiografi Baik 1
18. Mesin pukul takik Baik 1

11
2.4 Jenis jenis Mesin pada Laboratorium Pengujian Logam

1. Dapur Listrik

Alat ini digunakan untuk proses pemanasan


(heating), penahanan (holding), atau pendinginan
(cooling) dalam dapur pada benda kerja.

a) Definisi Dapur Listrik

Dapur listrik ini adalah khusus untuk pengolah


baja, sehingga hasil bajanya sering disebut pula baja
listrik. Dapur ini menggunakan arus listrik yang
menimbulkan panas untuk mencairkan muatan. Bahan-bahan yang
dimasukkan ke dalam dapur berbentuk padat atau dalam keadaan cair. Karena
pada dapur ini, tidak ada nyala api yang mengandung zat asam, maka
pengeluaran zat arang tidak dapat berlangsung sama seperti pada dapur
lainnya. Maka untuk mengikat zat arang, ke dalam dapur ini dimasukan
bahan khusus yang dapat mengikat zat arang dari besi kasar, sehingga yang
tinggal hanya bajanya saja lagi. Dapur yang banyak dipergunakan ialah dapur
busur cahaya dari Heroult.

b) Spesifikasi dapur listrik yang digunakan adalah:

Merk : OPENBAU HOFMAN

Tipe : E/90

Voltage : 220 volt

Daya : 3.3 kW

Suhu Maks.: 1100 C

Buatan : Austria

12
c) Langkah Kerja Dapur Listrik

1. Memasukan bahan dasar

2. Pemanasan awal kurang lebih selama 15 menit dengan pemberian beban


10 kW.

3. Pemberian beban 60 120 kW

4. Setelah bahan mulai mencair, masukan bahan selanjutnya

5. Penambahan beban 120 190 kW (full power), hingga seluruh bahan


mencair.

6. Masukan bahan paduan

7. Ukur temperatur cairan sebelum pengambilan sampel

8. Pengambilan sampel pada temperatur kesetimbangan (lihat tabel),


kemudian periksa komposisi dari sampel ke laboratorium.

9. Penahanan temperatur sedikit diatas temperatur didih dengan pembebanan


60 kW.

10. Lakukan koreksi, bila komposisi belum mencapai target yang diinginkan

11. Naikan temperatur sampai temperatur taping yang diinginkan, periksa


temperature

12. Tapping

2. Mikroskop Logam

Alat ini digunakan untuk membesarkan


peanmpakan struktur mikro spesimen pada titik
tertentu. Seberkas cahaya horizontal dipantulkan
oleh plane glass reflektor ke permukaan
spesimen. Spesimen akan memantulkan cahaya
dengan karakteristik yang sesuai dengan struktur

13
mikronya. Cahaya ini dibiaskan oleh lensa obyektif, lalu oleh lensa okuler
sehingga diperoleh bayangan dengan pembesaran tertentu.

a) Definisi Mikroskop

Mikroskop berasal dari bahasa Yunani, micros yakni kecil dan scopein
yakni melihat. Jadi secara harfiah mikroskop merupakan alat optik yang bisa
melihat benda dengan ukuran sangat kecil atau mikrokopis

Akan tetapi pengertian mikroskop secara etimologi yakni mikroskop


adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk melihat, mengamati dan
menyelidiki suatu benda yang berukuran sangat kecil yang tidak mampu
dilihat dengan kasat mata.

Terkait benda kecil ini dapat diperbesar bayangannya sebesar 40 kali,


100 kali, 400 kali maupun 1000 kali lipat. Namun perbesaran ini dapat
dilakukan hingga berkali-kali lipat tergantung jenis mikroskopnya.

b) Spesifikasi mikroskop logam :

Merk : Olympus

Buatan : Jerman

Pembesaran : 10x, 50x, 100x, 200x

c) Langkah Kerja

Bebarapa petunjuk sewaktu memakai mikroskop

a. Setiap memulai atau selesai menggunakan Mikroskop, harus memeriksa


terlebih dahulu alat-alatnya, apakah lengkap atau tidak. Kemudain tempat
dan alat harus dibersihkan.

b. Menggunakan cahaya matahari lebih menguntungkan daripada cahaya


buatan. Jika praktikum didalam ruangan, dimana cahaya berasal dari satu
arah maka sebaiknya menggunakan cermin cekung.

14
c. Jika menggunakan preparat yang basah, harus dijaga agar kedudukan meja
selalu mendatar agar cairannya tidak mengalir keluar. Apabila
menggunakan preparat awetan maka posisi meja bias dibuat miring.

1. Persiapan

a. Memilih tempat kerja yang terang dan situasi bekerja yang bersih.

b. Bersihkan kaca lensa/cermin mikroskop dengan kain yang lembut


sehingga tidak menimbulkan goresan pada lensa.

c. Memeriksa terlebih dahulu apakah semua bagian-bagiannya lengkap (


apakah ada bagian yang lepas, longgar atau pecah )

d. Menyisipkan preparat yang akan diamati pada penjepit pereparat yang


terletak di meja mikroskop

2. Pelaksanaan

a. Mengatur penerangan

b. Menggunakan objek perbesaran 10x.

c. Memutar pengatur kasar sehingga objektif bergerak keatas.

d. Memutar cermin sedemikian rupa sehingga bidang penglihatan Nampak


seterang-terangnya.

e. Mengatur diafragma

f. Memasang preparat, letakkan tepat diatas lubang meja.

g. Menjepit dengan penjepit preparat.

h. Melihat preparat dengan lensa okuler.

15
i. Mengatur objektif serendah mungkin, tetapi hati-hati jangan sampai
objektifnya terhimpit oleh kaca preparat yang akibatnya akan merusak
preparat dan pecah.

j. Memasang salah satu mata pada okuler dan yang satunya tetap dibuka.
Usahakan melihat dengan keadaan kedua mata terbuka, jangan biasakan
memejamkan atau menutup salah satu mata karena hal tersebut dapat
menimbulkan kesilindrisan pada mata.

k. Memutar pengatur kasar sehingga objektif bergerak ke atas, sambil


mengamati gambarnya nampak.

l. Mengganti objektif dengan perbesaran yang lebih besar. Perbesaran


bayangan dapat dihitung dengan mengalikan perbesaran objektif dan
perbesaran okulernya.

m. Memperjelas gambar dengan memutar pengatur halus.

n. Menggambar hasil pengamatan yang didapat.

3. Pengakhiran

a. Mengambil preparat dari mikroskop.

b. Membersihkan semua alat dan mikroskop, terutama pada lensa mikroskop


dengan tujuan menghindari kerusakan pada lensa yang disebabkan oleh
jamur.

c. Selesai menggunakan alat simpan dengan rapi ditempat semula

16
3. Mesin uji kekerasan sistem brinel

Alat ini digunakan untuk mengetahui


kekerasan dari material logam. Pada pengujian
Brinell digunakan bola baja yang sudah
dikeraskan dan telah diketahui diameternya
sebagai indentor. Indentor ini ditusukkan ke
permukaan benda uji secara tegak lurus dengan
adanya tekanan tertentu selama waktu tertentu
selama waktu tertentu pula. Akibat indentasi itu
maka pada permukaan logam atau benda uji akan
terjadi tapak tekan yang berbentuk tembereng
bola.

a) Definisi Mesin Uji Brinel

Metoda uji kekerasan yang di ajukan oleh J.A Brinell pada tahun 1900an
ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertamakali banyak digunakan dan
di susun pembakuannya (dieter, 1987). Uji kekerasan ini berupa pembentukan
lekukan pada permukaan logam menggunakan indentor. Indentor untuk brinell
berbentuk bola dengan diameter 10mm, diameter 5mm, diameter 2,5mm, dan
diameter 1mm, itu semua adalah diameter bola standar internasional.

Bola brinell yang standar internasional tersebut ada 2 bahan


pembuatannya. Ada yang terbuat dari baja yang di keraskan/dilapis chrom,
dan ada juga yang terbuat dari tungsten carbide. Tungsten carbide lebih keras
dari baja, jadi tungsten carbide biasanya dipakai untuk pengujian benda yang
keras yang dikhawatirkan akan merusak bola baja. Namun untuk pengujian
bahan yang tingkat kekerasannya belum diketahui, alangkah baiknya jika kita
mengujinya terlebih dahulu menggunakan metoda rockwell c, dengan
menggunakan indentor kerucut intan, untuk menghindari rusaknya indentor.
Seperti yang kita ketahui bahwa intan adalah logam yang paling keras saat ini,
jadi intan tidak akan rusak jika di indentasikan ke material yang keras.

17
Untuk bahan/ material pengujian brinel harus disiapkan terlebih dahulu.
Material harus bersih dan diusahakan halus (minimal N6 atau digerinda).
Harus rata dan tegak lurus, bersih dari debu, karat, dan terak.

b) Spesifikasi yang digunakan adalah:

Merk : Hauser Henry S A

Diam. bola baja : 1,2 mm

Berat beban : 43,2 kg (100-500 BHN) 12,48kg (30-120 BHN)

Buatan : Jerman

c) Langkah Kerja Pengujian Brinnel

Cara/metoda pengujian Brinell

A. Persiapkan alat dan bahan pengujian :

a. mesin uji kekerasan Brinell (Brinell Hardness Test)

b. indentor bola (bola baja atau bola carbide)

c. benda uji yang sudah di gerinda

d. amplas halus

e. stop watch f. mikroskop pengukur

B. Indentor di tekankan ke benda uji/material dengan gaya tertentu. (untuk


base ferro biasanya menggunakan 3000 kgf)

C. Tunggu hingga 10 30 detik (biasanya 20 detik)

D. Bebaskan gaya dan lepaskan indentor dari benda uji

E. Ukur diameter lekukan yang terjadi menggunakan mikroskop pengukur.


(ukur beberapa kali di beberapa tempat dan posisi dan ambil nilai
pengukuran yang paling besar)

F. Masukkan data-data tersebut ke rumus

18
4. Mesin Uji Tarik.

Pengujian tarik dilakukan dengan


memberikan gaya tarik ke arah aksial pada
spesimen. Tegngan tarik dinyatakan oleh
besarnya gaya tarik yng dialami tiap satu
satuan luas spesimen.. Dari pengolahan data
akan diperoleh Diagram Tegangan-
Regangan yang dapat menunjukkan
berbagai sifat mekanik dari material.

a) Definisi Mesin Uji Tarik.

Mesin uji tarik adalah mesin yang digunakan untuk melakukan


pengujian spesimen (bahan),dengan cara menarik spesimen tersebut
hingga putus. Hasil uji tarik tersebut merupakan fenomena hubungan
antara tegangan-regangan (stress-strain) yang terjadi selama proses uji
tarik dilakukan.

Mesin uji tarik sering diperlukan dalam kegiatan engineering untuk


mengetahui sifat-sifat mekanik suatu material.

b) Spesifikasi mesin tarik

Merk : MFL Piuf-Und Me Bsyteme GmbH D 6800 Mannheim

Kapasitas : 100 kN

Tipe : U PD 10

Tahun ; 1982

Mesin ini memiliki tiga skala pengukuran beban, yaitu:

A = 0 s/d 20 kN

A+B = 0 s/d 50 kN

19
A+B+C = 0 s/d 100 kN

c) Langkah Kerja

1. Siapkan dan periksalah benda kerja yang akan diuji. Catatlah ukuran
benda kerja (panjang, panjang ukur, lebar, dan tebal mula-mula) serta
jenis bahannya.

2. Periksalah keadaan mesin serta peralatan yang digunakan.

3. Putar switch utama pada posisi 1, switch terletak pada bagian


belakang mesin dalam switch gear cabinet.

4. Hidupkan mesin dengan menekan tombol ON.

5. Aturlah posisi katup pada kedudukan closed.

6. Putarlah kran pengatur pada posisi menutup (putar ke kanan agak


kencang) atau pada posisi 1.

7. Aturlah kedudukan kopling atau lever dalam keadaan netral (nol)


dengan cara memutar micro controller.

8. Tentukan piringan beban/load sesuai dengan bahan benda kerja yang


akan diuji.

9. Jepit ujung benda kerja bagian atas pada grip chuck. Aturlah skala
perpanjangan pada posisi nol (dengan kopling lever). Jepit ujung benda
kerja bagian bawah (tentukan ukuran panjangnya) dengan cara
mengatur kedudukan chuck bagian bawah. Setel jarum indicator pada
posisi nol (dengan catatan tidak ada beban).

10. Mulailah pengujian dengan perlahan-lahan sambil memutar micro


controller ke kanan (dapat dilihat pada skala dial).

11. Baca dan catatlah pertambahan gaya pada skala indikator untuk setiap
pertambahan panjang 2 mm.

20
12. Setelah benda kerja patah, ukurlah panjang ukur benda kerja setelah
patah, tebal dan lebar pada patahan.

13. Susunlah tabel pengujian dan gambarlah grafik hubungan tegangan


dan regangan.

6. Mesin Charpy Impact Testing

Alat ini digunakan untuk pengujian kejut.


Pengujian dilakukan dengan memberikan pukulan
(beban kejut) berupa ayunan pendulum pada spesimen
bertakik sehingga akan terjadi laju regangan yang
sangat besar pada spesimen hingga patah. Pengukuran
energi kejut dilakukan dengan menghitung selisih
energi pendulum saat mematahkan spesimen dan saat
dry run.

a) Spesifikasi alat :

Berat pendulum : 24 Kg

Radius lengan : 60 cm

Sudut lengan : 90

b) Langkah Kerja

A. Menyiapkan Spesimen

1. Amplas dari bekas-bekas machining pada spesimen yang


memungkinkan menyebabkan salah ukur dikikir.

2. Langkah tersebut untuk seluruh spesimen.

21
B. Kodifikasi

Stamping diambil dan tiap spesimen ditandai dengan kode D,R,P

Digit menunjukkan temperature kerja :

D = temperatur dingin (-49,9oC)

R = temperatur ruangan (23,50C)

P = temperatur panas (86,40C)

C. Pengukuran Dimensi

1. specimen diambil dan diukur dimensinya.

2. kode spesimen dan data pengukurannya dicatat pada lembar kerja.

3. Pengukuran diulangi untuk semua spesimen.

D. Pengkondisian Spesimen Pada Temperatur Kerja

a). Temperatur panas

1. Masukkan air ke dalam panci dan letakkan panci diatas kompor


listrik yang telah dinyalakan .

2. Tunggu sampai air mendidih dan masukkan spesimen berkode P ke


dalam panci dan tunggu 5 menit.

3. Ukur temperatur air sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji


impact, kemudian dicatat pada lembar kerja.

b). Temperatur dingin (-49,90C)

1. Cooling Chamber dinyalakan dan disetting pada temperatur 49,90


C untuk percobaan dingin.

2. Menunggu sampai penunjuk temperatur menunjukkan angka 49,90


C. spesimen yang berkode 1 dimasukkan ke dalam Cooling Chamber
sampai 5 menit

22
3. Suhu dicatat pada lembar kerja, temperatur sesaat sebelum spesimen
diambil untuk diuji impact

c) Temperatur kamar

Untuk temperatur kamar, spesimen berkode R bisa langsung diuji.

E. Pengujian pada Mesin Uji Impact

1. Data mesin dicatat pada lembar kerja.

2. Bandul ditempatkan pada posisi awal untuk pengujian.

3. Jarum penunjuk diatur pada posisi 0.

4. Spesimen diambil dan diletakkan pada tempatnya secara tepat dan


cepat, terutama untuk kondisi panas dan dingin.

5. Posisi tangan kanan pada pin pengunci beban dan tangan kiri pada
rem.

6. Pin pengunci beban ditekan, sehingga bandul meluncur menimpa


spesimen.

7. Rem ditekan ketika bandul hendak mengayun untuk yang kedua


kalinya.

8. Mengamati dan mencatat besarnya sudut dan besarnya energi yang


ditunjukkan oleh jarum penunjuk.

9. Langkah tersebut diulangi untuk seluruh spesimen.

F. Menentukan Panjang Lengan Bandul

1. Bandul diangkat sehingga membentuk sudut 100 dari garis tegak.

2. Bandul dilepaskan sehingga berayun.

23
3. Menghitung dengan stopwatch waktu yang dibutuhkan untuk 50 ayunan
(T50).

4. Menghitung lengan bandul dengan menggunakan persamaan berikut :

T = 2p ( / g)1/2

Dimana T = periode (detik)

= T50 / 50

= panjang lengan bandul (m)

g = percepatan gravitasi (m/det2)

2.5 Cara penginstolan mesin uji pada laboratorium pengujian logam.

Untuk penginstolan (penyetelan) meja alat uji pada laboratorium itu


sendiri rata-rata dengan ketinggihan se tinggi perut orang dewasa, contohnya
penginstolan pada miskroskop logam, pengecualian untuk mesin charpy
impact testing dan mesin uji tarik dengan ukuran yang besar. Sedangkan jarak
setiap mesin 2-3 meter.

2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

A. Alat-alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Laboratorium


Pengujian Bahan.

1) Alat pelindung kepala : safety helmet, topi/tudung dan tutup kepala.

Gambar 2.4 Helm

24
Helm berfungsi sebagai pelindung kepala dan meminimalisir cedera
yang akan menimpa.

2) Kaca mata pelindung

Gambar 2.5 Kaca Mata

Berguna sebagai pelindung mata saat sedang bekerja. Alat ini


melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu, radiasi, atau sinar
yang menyilaukan.

3) Pakaian kerja

Gambar 2.6 Baju Praktek

Wearpack merupakan alat pelindung diri yang digunakan sebagai


pelindung saat berada di bawah mobil, atau didaerah lainnya yang kotor.
Sehingga baju yang dipakai dapat terlindungi dari oli yang berceceran
serta untuk melindungi kulit dari behan kimia yang bebahaya.

25
4) Sarung tangan

Gambar 2.7 Sarung Tangan

Berguna sebagai alat pelindung tangan ketika bekerja di tempat


atau kondisi yang bisa mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan
bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.

5) Pelindung kaki

Gambar 2.8 Sepatu

Sepatu Safety adalah satu diantara Alat Pelindung Diri (APD) yang
harus dipakai oleh pekerja yang kemungkinan dapat terkena pecahan
kaca, besi ataupun serpihan yang lain yang pastinya sangat
membahayakan telapak kaki.

26
B. Petunjuk/langkah-langkah dalam pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Laboratorium Pengujian Logam.

1. Dilarang keras merokok di dalam laboratorium.


2. Pengguna hendaknya bekerja mengikuti tata tertib yang berlaku dan
menjaga keselamatan diri dan rekan-rekan kerja di lingkungannya.
3. Gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan
sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
4. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama
selesai praktikum.
5. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
Segera cuci dengan air sebanyak-banyaknya.
6. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan
segera pada asisten atau petugas laboratorium. Segera pergi ke dokter
untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.
7. Bila terjadi bencana alam, pengguna hendaknya bersikap tenang dan
segera keluar dari laboratorium mengikuti jalur-jalur evakuaasi yang
telah disediakan.
8. Pengguna hendaknya mengetahui letak tabung pemadam kebakaran
dan kotak P3K, serta membaca tata cara pengguaannya dalam
keadaan darurat.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Laboratorium merupakan fasilitas pendukung yang sangat penting bagi


terselenggaranya tridharma perguruan tinggi. Pengelolaan laboratorium yang baik
dengan sendirinya akan mendorong terjadinya interaksi yang produktif di antara
pihak-pihak yang berkepentingan dan memberikan peluang lebih besar bagi
dihasilkannya output yang berkualitas.

Dalam berusaha mencapai tujuan tersebut selanjutnya dikatakan oleh Terry


(1990) bahwa manusia selalu mengarahkan segala kemampuan, disertai dengan
penggunaan berbagai macam sarana, metode, waktu, dan tempat yang ditujukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, maka derajat
keberhasilan dan pencapaiannya tujuan tersebut menjadi tantangan bagi setiap
pengelolah. Dengan demikian pengelolahan laboratorium pengujian logam bukan
hanya sekedar masalah ilmu pengetahuan.

Selain itu suatu laboratorium juga membutuhkan penerangan yang cukup


untuk memperlancar kegiatan mahasiswa saat melaksanakan praktikum di
laboratorium pengujian logam dengan ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara
yang baik,dalam melaksanakan praktikum mahasiwa juga harus memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja saat praktikum di laboratorium, sebagai contoh
tidak merokok di dalam laboratorium,hendaknya bekerja mengikuti tata tertib
yang berlaku dan menjaga keselamatan diri dan rekan-rekan kerja di
lingkungannya,gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup
untuk melindungi kaki.

28
DAFTAR RUJUKAN

Heruningsih, P,P. 2015. Manual Mutu Laboratorium. Yogyakarta

Yoto. 2015. Manajemen Bengkel. Yogyakarta: Aditya Media

29

Anda mungkin juga menyukai