Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan (14-15)

Dalam teks terjemahan LAI terdapat kalimat “sebab hal kerajaan Surga sama

seperti…” (25:14). Namun di dalam teks bahasa aslinya tidak ada kata “hal

kerajaan Surga,” bagian tersebut ditambahkan karena penafsiran LAI

terhadap hubungan antara perumpamaan gadis-gadis bijaksana dan bodoh

dengan perumpamaan tentang talenta. Hal ini didukung juga oleh kata

sambung “sebab/ γαρ” (baca: gar) pada awal ayat 14 untuk menunjukkan

kesinambungan cerita. Tetapi kedua perumpamaan bukanlah satu kesatuan

(satu ilustrasi) melainkan 2 ilustrasi berbeda yang masih memiliki tema yang

sama. Sehingga sama seperti perumpamaan sebelumnya maka

perumpamaan tentang talenta merupakan salah satu perumpamaan yang

menganalogikan hal kerajaan surga dalam konteks akhir jaman.

Kerajaan Surga dikomparasikan (atau diperbandingkan) dengan seseorang

yang akan pergi melakukan perjalanan. Ia memanggil hamba-hambanya dan

mempercayakan kepada mereka hartanya kepada mereka. Harta tersebut

diberikan dalam satuan talenta. Masing-masing 5, 2 dan 1 talenta. Harta

tersebut tidak diberikan tetapi hanya dipercayakan untuk dikerjakan.

Jumlah yang berbeda ini sebenarnya membawa pesan yang cukup kuat

dalam keseluruhan perumpamaan. Mengapa masing-masing hamba tidak

diberikan jumlah yang sama, bukankah memberikan jumlah yang sama lebih

berkesan adil dari pada berbeda-beda? Perumpamaan ini juga tidak

mengatakan bahwa hamba-hamba tersebut mempunyai jabatan yang


berbeda-beda. Kalimat kunci yang memberikan petunjuk bagi masalah ini

adalah “masing-masing menurut kesanggupannya.” Ternyata tuan tersebut

mengenal masing-masing hamba dan ia mempercayakan talentanya, yakni

hartanya sendiri, dengan tujuan agar hamba-hambanya mengelola harta

yang dipercayakannya tersebut. Jika tujuannya adalah mengelola maka yang

dipercayakan juga harus sesuai dengan kemampuan hamba-hamba itu

untuk mengelola. Jumlah talenta yang diberikan adalah manifestasi dari

kapasitas hamba-hamba tuan itu untuk mengelola hartanya.

Talenta bukanlah suatu satuan mata uang melainkan satuan berat atau

timbangan. Talenta adalah ukuran timbangan yang setara dengan 34 kg.

Satu talenta emas tentu saja berbeda nilainya dengan satu talenta perak,

jadi nilainya sangat tergantung pada jenis logam apa yang ditimbang

tersebut. Konversi talenta ke mata uang juga sangat beragam dari waktu ke

waktu dan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Beberap ahli

memperkirakan dalam konteks ini jumlah 5, 2 dan 1 talenta itu sama dengan

50.000, 20.000 dan 10.000 dinar. Nilai terendah (1 talenta) dari uang yang

dipercayakan tuan itu kepada hmab-hambanya sama dengan sejumlah uang

yang diperoleh dari hasil kerja selama 10.000 hari. Jika upah kerja sehari

sekarang ini dianggap Rp. 50.000 maka nilai 1 talenta sama dengan Rp.

500.000.000 (½ Miliar). Suatu jumlah angka yang tidak sedikit untuk

memulai suatu usaha.


Hamba Pertama dan Kedua (16-17)

Hamba pertama dan kedua memiliki kisah-kisah yang serupa dan cenderung

ditulis dalam kalimat-kalimat yang bisa dikatakan persis sama. Kedua hamba

ini dipercayakan 5 dan 2 talenta. Setelah mendapatkan kepercayaan 5

talenta, hamba pertama langsung pergi. Alkitab NASB (New American

Standart Bible) menerjemahkan immediately (dengan segera) untuk

menunjukkan bahwa hamba yang pertama itu mengerti apa yang diinginkan

oleh tuannya. Ia pergi segera untuk menjalakan uang tersebut. Kata

“menjalankan” dalam bahasa aslinya adalah ergazomai yang sebenarnya

lebih tepat diterjemahkan “bekerja/ mengerjakan.” Jadi hamba yang

pertama pergi untuk mengerjakan sejumlah talenta yang diberikan

kepadanya. Narasi perumpamaan ini tidak mengatakan berapa lama hamba

ini mengerjakan talenta yang diberikan kepadanya itu namun yang jelas

pada waktu tertentu talenta yang tadinya 5 telah berlaba dan menghasilkan

5 talenta lagi sehingga jumlah harta yang ada di tangan hamba pertama

menjadi 10 talenta.

Hamba kedua melakukan hal yang persis sama dengan hamba pertama. Jadi

ia juga langsung pergi dan mengerjakan 2 talenta yang dipercayakan

kepadanya. Hasil yang diterima oleh hamba yang kedua juga sama dengan

hamba yang pertama, ketika ia mengerjakan talenta yang dipercayakan

kepadanya ia mendapatkan laba 2 talenta dan jumlah harta yang ada di

tangannya sekarang adalah 4 talenta.


Setelah mengerjakan harta yang dipercayakan hamba pertama

mendapatkan 5 talenta dan hamba kedua menghasilkan 2 talenta, berbeda

secara jumlah secara signifikan dengan hamba yang pertama. Namun secara

persentase, jumlah laba yang dihasilkan hamba pertama dan hamba kedua

sama besar, yakni 100% (dipercayakan 5 mendapat laba 5, dipercayakan 2

mendapat laba 2).

Pada waktu tuan mereka datang kembali, ia membuat perhitungan dengan

hamba-hambanya. Hamba pertama dan kedua menghadap dengan

membawa talenta yang dipercayakan kepada mereka beserta dengan

labanya. Jadi hamba pertama membawa 10 talenta dan hamba kedua 4

talenta. Apa respon tuan mereka? Dari seluruh kalimat yang diucapkan oleh

tuan tersebut klausa terpenting yang memberikan pesan kunci tentang apa

yang telah dikerjakan oleh hamba-hamba tersebut adalah “hamba yang baik

dan setia.” Kata “baik dan setia” tidak bisa dipisahkan karena kedua kata

tersebut mempunyai pesan yang sama. Baik yang dimaksud adalah karena

mereka setia kepada perkara yang dipercayakan kepada mereka. Tuan

tersebut mengatakan bahwa perkara itu adalah perkara kecil karena ia akan

mempercayakan mereka perkara yang besar. Sikap setia pada perkara kecil

adalah sikap yang baik. Kesetiaan dan kebaikan mereka mendapatkan buah

yang lain yaitu kepercayaan untuk perkara-perkara besar. Baik hamba

pertama dan hamba kedua mendapatkan kepercayaan perkara besar yang


sama.

Hamba ketiga (24-27)

Kontras dengan hamba pertama dan kedua, hamba ketiga ini tidak pergi

menjalankan 1 talenta yang dipercayakan kepadanya. Sebaliknya ia pergi

menggali lobang dan menyimpan yang itu di sana sehingga talenta itu tidak

berlaba, jumlahnya tetap sama. Pada waktu tuannya datang, yang lain

mengembalikan 2x lipat, ia hanya mengembalikan sejumlah yang diberikan

oleh tuannya. Mengapa hamba ketiga gagal dalam kepercayaan yang

diberikan kepadanya? Jawabannya tersirat dalam jawabannya hamba ketiga

ini dan respon tuannya.

Berbeda dengan dua hamba yang lain, hamba ketiga tidak memulai dialog

dengan menjelaskan bagaimana keberadaan harta yang telah dipercayakan

tuannya itu kepadanya. Ia justru memulainya dengan memberikan sebuah

pembenaran atas apa yang sudah ia lakukan terhadap talenta yang

dipercayakan kepadanya. Ia mengatakan bahwa ia tahu bahwa tuannya itu

adalah seorang yang kejam skleros. Kata yang hanya digunakan oleh Matius.

Kejam yang dimaksud oleh hamba ketiga ini lebih lanjut dijelaskan dalam 2

hal. Tuan itu kejam karena dia (a) menuai di tempat di mana tuan tidak

menabur, dan (b) memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Jika

diperhatikan dengan seksama sebenarnya kedua klausa ini memiliki arti

yang sinonim karena kata-kata yang digunakan bersifat paralel; menuai =


memungut, menabur = menanam. Ia salah mengerti mengenai tuannya. Ia

tidak mengenal siapa tuannya dan apa maksud tuannya mempercayakan

harta 1 talenta itu kepadanya. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk

menanam saja uang tersebut dan kemudian mengembalikan talenta itu

utuh kepada tuannya, tidak kurang dan tidak lebih. Ia melihat tuannya itu

sebagai tuan yang kejam, yang bersikap picik dan hanya memanfaatkan

dirinya, itulah sebabnya ia tidak mengerjakannya. Perumpamaan ini tidak

mengatakan bahwa hamba ketiga ini iri hati kepada 2 hamba yang lain

karena mereka diberikan lebih banyak dari pada dirinya. Jadi kegagalan

hamba ketiga ini bukan disebabkan karena ia tidak puas dengan pembagian

5, 2 dan 1.

Hamba ketiga gagal melabakan talenta yang diberikan kepadanya. Jika

hamba ketiga tidak bisa menghasilkan 1 talenta dari apa yang diharapkan

dari padanya, apakah tuannya kurang mengenal hamba tersebut sehingga

salah perhitungan dengan memberikannya 1 talenta? Jawabannya adalah

sebaliknya! Hamba ketiga ini sebenarnya mampu menghasilkan laba 1

talenta lagi sehingga sepulangnya tuan mereka dari perjalanan ia memiliki 2

talenta di tangan. Kemampuannya 1 talenta tetapi menghasilkan 0, maka

tuannya mengatakan “engkau hamba yang jahat dan malas.” Sama seperti

kasus dua hamba yang lain, kata jahat dan malas merupakan satu kesatuan,

jahat berarti ia malas mengerjakan apa yang dipercayakan kepadanya. Ia

tidak perlu menghasilkan 5 atau 2 talenta, tuannya tidak meminta sejumlah


demikian. Ia diberikan 1 karena ia PASTI mampu menghasilkan 1 talenta

lagi, di mata tuannya hamba ketiga ini adalah hamba yang malas tidak dapat

dipercaya, tidak mau maksimal oleh karena itu ia tidak akan dipercayakan

perkara-perkara yang besar karena hanya dengan perkara yang kecil saja ia

tidak becus.

Makna Perumpamaan

Perumpamaan dalam Alkitab tidak boleh ditafsirkan secara alegoris.

Penafsiran alegoris adalah suatu metode penafsiran dengan memberikan

makna pada masing-masing unsur dalam perumpamaan. Metode penafsiran

ini tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tidak ada kriteria dalam

memberikan makna pada unsur-unsur tersebut. Karena itu talenta tidak

boleh dimaknai sebagai karunia rohani, uang, waktu, harta, dsb karena

makna perumpamaan berada dalam karakter. Pesan apa yang disampaikan

oleh karakter yang ada.

Sejak awal, pada waktu ia pergi, tuan itu telah merencanakan untuk

memberikan kepercayaan yang besar kepada hamba-hambanya.

Dipercayakan 5, 2 dan 1 talenta adalah perkara kecil, meskipun secara nilai,

harta sejumlah itu sangat besar. Mengelola dan mengerjakan talenta-

talenta itu adalah ujian apakah mereka layak untuk mendapatkan atau

dipercayakan perkara-perkara yang besar. Yang dituntut bukanlah angka

tetapi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dua hamba pertama


menunjukkan kualitas diri mereka bahwa mereka adalah hamba-hamaba

yang baik dan setia, mereka mampu menghasilkan talenta sejumlah

kemampuan mereka.

Apabila semua hamba dipercayakan sama banyak, misalnya masing-masing

diberikan 10 talenta, apakah ketiga hamba itu akan menghasilkan masing-

masing 10 talenta? Jawabannya “tidak.” Karena seperti yang dikatakan

sebelumnya bahwa tuan mereka memberikan talenta-talenta itu

berdasarkan kemampuan mereka untuk mengelolanya. Hamba pertama

diberikan 5 talenta karena kemampuannya adalah menghasilkan laba 5

talenta, jika ia dipercayakan kurang dari 5 talenta maka ia tidak akan

maksimal. Demikian pula halnya dengan hamba kedua dipercayakan 2

talenta karena dengan jumlah demikian ia bisa maksimal, yakni

menghasilkan 2.

Sejumlah talenta yang dipercayakan ini bukanlah berbicara mengenai uang

atau harta semata melainkan tentang kesetiaan dalam kepelayanan hamba-

hamba tersebut kepada tuan mereka. Dan karena jumlah talenta yang

diberikan berbeda-beda satu dengan yang lainnya maka talenta tidak

berbicara tentang Injil atau secara sempit personal gift. Pesan

perumpamaan secara keseluruhan adalah BERBUAH dan BERTANGGUNG

JAWAB atas semua yang Tuhan percayakan baik itu waktu, kemampuan,

uang, dsb. Semuanya itu Allah berikan supaya orang-orang percaya


menggunakannya sebaik mungkin bagi kemuliaan Allah.

Konsep talenta ini seharusnya membuat orang-orang percaya tidak saling

cemburu karena beberapa orang mengerjakan banyak perkara yang besar

sementara sebagian lagi hanya mengerjakan pekerjaan yang sederhana.

Sebagian orang Kristen diberikan karunia yang luar biasa sehingga mereka

dapat melakukan banyak hal dengan sangat baik tetapi sebagian lagi hanya

bisa mengerjakan sedikit. Tuhan SELALU memberikan pelayanan

berdasarkan kemampuan orang tersebut untuk mengerjakannya dengan

baik. Oleh karena itu orang yang dipercayakan banyak harus bekerja lebih

keras dan orang-orang yang dipercayakan hanya sedikit tidak boleh merasa

diri kecil. Setiap orang memiliki bagiannya sendiri-sendiri karena itu setipa

orang percaya harus menggumulkan apa yang menjadi bagiannya dan

mengerjakannya dengan setia sampai waktu yang dipercayakan itu selesai.

Anda mungkin juga menyukai