LAPORAN KASUS
Premature Rupture of Membrane (PROM)
Oleh:
Airin Aldiani 0910710030
Yosefin Eka Budiarti 0910710135
Cynthia Dellanaura 0910714030
Yennie Ayu Setianingsih 0910714056
PEMBIMBING:
LAPORAN KASUS
Oleh:
Menyetujui:
Supervisor, Pendamping,
Judul ................................................................................................................. i
Lembar Persetujuan .......................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 29
5.2 Saran ........................................................................................................... 29
PENDAHULUAN
aterm atau lebih dari 37 minggu, dimana dalam keadaan normal, selaput ketuban
pecah dalam proses persalinan (Valemhnska, 2009; Parry & Strauss, 1998).
PROM merupakan salah satu komplikasi sering pada kehamilan, yang dapat
1998). Kejadian PROM berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran, dan
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan, 70% kasus PROM terjadi pada
ketuban juga berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam
Komplikasi yang disebabkan akibat PROM pada usia kehamilan, antara lain
infeksi maternal dan neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) yang menunjukkan perubahan warna
1
6
menjadi warna biru. Selain itu, perlu ditentukan pula usia kehamilan dan ada atau
1.2.1 Apa saja faktor predisposisi pada pasien ini sehingga terjadi PROM?
1.2.3 Apakah alat kontrasepsi yang cocok digunakan untuk pasien ini?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui faktor predisposisi pada pasien ini sehingga terjadi PROM.
1.3.3 Mengetahui alat kontrasepsi yang cocok digunakan untuk pasien ini.
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
terdalam yang dibasahi cairan ketuban dibentuk oleh satu lapisan epithelial
kuboidal yang melekat pada membran basalis yang melekat pada lapisan
kompak aselular yang terdiri dari interstitial kolagen. Di luar lapisan kompak ini
terdapat lapisan sel mesenkimal. Lapisan terluar dari ketuban adalah lapisan
chorion. Umbilical amnion melapisi tali pusat (Parry & Strauss, 1998).
Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7
atau ke-8 perkembangan janin. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion,
mudigah. Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh
berasal dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion
pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam
keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan
kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu,
cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri (Parry &
Strauss, 1998).
3
4
merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua
arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk
uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa
menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan
permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa
memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus
pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal (Parry &
Strauss, 1998).
Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki
peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu.
Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein, peptide, hormon,
sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui sebagai faktor
fetus secara spontan sebelum onset dari persalinan pada kehamilan aterm. Bila
ruptur yang demikian terjadi sebelum kehamilan aterm (sebelum usia 37 minggu
membrans (PPROM). Hal ini berbeda dari keadaan normal dimana selaput
ketuban akan pecah dalam proses persalinan (Saifuddin, 2008). Dalam keadaan
kehamilan. Hal yang menguntungan dari angka kejadian PROM yang dilaporkan,
bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan daripada yang
kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan
kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian
perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan PROM pada kehamilan
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina, trauma pada
ibu, malposisi. Ketuban pecah dini premature sering terjadi pada polihidramnion,
mewaspadai keluarnya cairan dari vagina dan untuk segera melaporkan kejadian
ini. Hal ini penting, untuk kemudian ditegakkannya segera diagnosis pecah
ketuban karena 3 alasan. Pertama, bila bagi anter bawah janin (presentasi janin)
belum terfiksasi pada pelvis, kemungkinan prolaps dan kompresi dari tali pusat
sangat meningkat. Kedua, persalinan mungkin akan segera terjadi bila kehamilan
7
mendekati atau telah mencapai usia aterm. Ketiga, bila persalinan tertunda
seiring dengan peningkatan jarak waktu dengan persalinan (Parry & Strauss,
1998).
atau adanya cairan bening yang mengalir dari canalis servikalis. Meskipun
pecah ketuban, tidak ada yang sepenuhnya dapat diandalkan. Jika diagnosis
tetap tidak dapat dipastikan, terdapat metode lain yang melibatkan pengukuran
pH dari cairan vagina. Normalnya, pH dari sekresi vagina berkisar antara 4,5
sampai 5,5, sedangkan cairan amnion biasanya berkisar antara 7,0 sampai 7,5.
merupakan metode yang sederhana dan cukup dapat diandalkan. Kertas tes
diimpregnasi dengan pewarna, dan warna hasil reaksi strip kertas ini dengan
cairan vagina diintepretasi dengan bagan warna standar (tes lakmus, perubahan
dengan ketuban pecah. Hasil tes positif palsu dapat terjadi dengan adanya
darah, semen, atau bacterial vaginosis pada saat yang bersamaan, sedangkan
hasil negatif palsu dapat terjadi bila cairan yang ada terlalu sedikit (American
Tes lainnya meliputi pembentukan pola seperti bulu dari cairan vagina
yang mengarah pada adanya cairan amnion bukannya sekresi serviks. Cairan
amnion akan mengkristal dan membentuk pola seperti bulu akibat konsentrasi
pada vagina juga telah digunakan untuk mengidentifikasi adanya cairan amnion
oleh Yamada dan koleganya (1998). Identifikasi juga dapat dilakukan sesudah
2.2.5 Penatalaksanaan
Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat sampai air ketuban
Usia 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotik dan induksi, nilai
tanda-tanda infeksi.
9
Aktif
persalinan.
Ampicillin 3x1gr
Gentamycin 2x80gr
Metronidazole 3x500mg.
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm, baik dengan
atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Bila terdapat prolaps tali
pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila
mungkin dengan posisi sujud. Kalau perlu kepala janin didorong keatas dengan 2
jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain
hangat yang dilapisi plastik. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi
saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotic seperti
penisilin prokain 1,2 juta IU IM tiap 12 jam dan ampisilin 1 g per oral diikuti 500
mg tiap 6 jam atau eritromisin dengan dosis yang sama. (Saifuddin, 2008; Bruce
2010).
Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan
lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan induksi
persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvic kurang dari 5
atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan skor pelvic lebih dari 5, seksio sesarea
bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor pelvic kurang dari 5 (Saifuddin,
2008).
didapatkan, baik oleh ibu maupun fetus, melebihi keuntungan yang didapatkan
berbagai kondisi medis ibu seperti hipertensi kronis dan diabetes (American
plasenta abnormal, dan kondisi seperti infeksi herpes genital aktif atau kanker
Pada kehamilan aterm 90% persalinan terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
setelah terjadinya PROM, 70% ibu akan memulai persalinan dalam 24 jam dan
95% dalam 72 jam. Dengan perkembangan klinis yang relatif cepat kearah
mungkin timbul dari PROM adalah infeksi maternal ataupun neonatal dan
infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini yaitu dapat terjadi
12
koriamnionitis dan pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, dan omfalitis.
dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri, yang merupakan komplikasi paling
serius bagi ibu dan janin (Saifuddin, 2008). Terdapat berbagai macam organisme
hematogenous dari darah ibu, penyebaran langsung dari endometrium atau tuba
fallopi, dan kontaminasi iatrogenik selama prosedur invasif. Dari semua ini,
masuknya organisme yang menimbulkan infeksi awal pada korion dan desidua
disekitarnya pada area yang berada disekitar internal ostium. Hal ini dapat
korioamnion dan menginfeksi cairan amnion. Juga dapat terjadi penyebaran lebih
amnion yang telah terinfeksi. Selain infeksi, dengan pecahnya ketuban terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
yaitu semakin sedikit air ketuban, keadaan janin akan semakin gawat (Saifuddin,
2008).
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. AS
Usia : 22 tahun
No.RM : 1333944
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Suami : Tn. YE
Umur : 29tahun
Pendidikan : SMA
Menikah : 1 kali
Riwayat KB : (-)
13
14
3.2 Anamnesa
cairan merembes dari jalan lahir. Karena alas an biaya pasien pindah ke
RSSA.
keluar cairan dari jalan lahir. Karena alasan biaya pasien pindah ke RSSA.
Riwayat keputihan (+) saat usia kehamilan 8 bulan, kental, gatal (+), berbau
Riwayat coitus (-), trauma (-), pijat oyok (-), demam (-)
November 2013.
Berat badan : 78 kg
15
Nadi : 88 x/menit
RR : 18 x/menit
MCL sinistra
- - - -
P
: / Simetris, suara paru vesikular, Rh - - ,,,,Wh - -
- - - -
Abdomen :
Inspekulo :
VT :
o Pembukaan 6 cm
16
o Effacement 100%
o Hodge II
o Presentasi kepala
o UPD~dbn
+ Riwayat PROM
o Variability 5 – 10 bpm
o Acceleration : (+)
o Decceleration : (-)
- USG Fetomaternal
Hasil:
- Laboratorium : DL, FH
+ Riwayat PROM
18
Tanda-tanda inpartu
19
Follow Up
p/ dbn
VT : Ø : lengkap,
eff100%, H III, ketuban
(-), jernih,
presentasikepala,
denominator UUK jam
01.00, UPD ~dbn
20
WIB
01.00 H IV
bayi laki-laki, BB2980 gram, PB50 cm, hidup, AS 7/9, jam 20.05
WIB.
7. Tali pusat diklem di dua tempat (5cm dan 10cm diatasabd bayi),
episiotomi
Gabung.
BAB 4
PEMBAHASAN
Defisiensi nutrisi juga menjadi faktor resiko ibu memiliki struktur kolagen
22
23
Pada pasien ini, dari data anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh
keputihan sejak usia kehamilan 8 bulan, kental, gatal (+) dan berbau selama satu
minggu. Kemudian pasien berobat ke bidan dan dianjurkan untuk mencuci area
genitalia dengan air rebusan sirih. Setelah itu pasien mengaku keputihan hilang.
namun tidak disertai nyeri saat berkemih, maupun tidak disertai darah. Hal ini
membrans (PROM) adalah adanya ruptur dari membran fetus secara spontan
sebelum onset dari persalinan pada kehamilan aterm (Saifuddin dkk., 2009).
Penegakan diagnosis PROM pada pasien ini sudah sesuai dengan teori karena
berdasarkan data anamnesis didapatkan adanya cairan jernih keluar dari jalan
lahir. Pada pasien ini, dari hasil pemeriksaan tampak cairan jernih keluar dari
OUE genangan ketuban di fornix posterior, selaput ketuban telah pecah, cairan
biru. Pembukaan 6 cm dan effacement 100%, serta kontraksi yang adekuat. Hal
passage)(Saifuddin dkk.,2009).
atau adanya cairan bening yang mengalir dari canalis servikalis.Pada pasien ini,
dari hasil pemeriksaan tampak cairan jernihkeluar dari OUE bertumpuk di fornix
posterior.
mendeteksi pecah ketuban, tidak ada yang sepenuhnya dapat diandalkan. Jika
diagnosis tetap tidak dapat dipastikan, terdapat metode lain yang melibatkan
sedangkan cairan amnion biasanya berkisar antara 7,0 sampai 7,5. Penggunaan
yang sederhana dan cukup dapat diandalkan. Kertas tes diimpregnasi dengan
pewarna, dan warna hasil reaksi strip kertas ini dengan cairan vagina
diintepretasi dengan bagan warna standar (tes lakmus, perubahan warna merah
ketuban pecah. Hasil tes positif palsu dapat terjadi dengan adanya darah,
semen, atau bacterial vaginosis pada saat yang bersamaan, sedangkan hasil
negatif palsu dapat terjadi bila cairan yang ada terlalu sedikit (American Academy
2009).
• FWB baik
Pada infeksi intra uterin diberikan kombinasi obat sampai 48 jam bebas
• Ampicillin 3x1gr
• Gentamycin 2x80gr
• Metronidazole 3x500mg.
Dari hasil pemeriksaan dalam pada tanggal 22November 2013 jam 17.30,
didapatkan pembukaan: 6 cm, eff 100%, Hodge 2, ketuban (-), jernih, presentasi
sedangkan His belum adekuat (his +, adekuat) dan NST dalam batas
pemeriksaan USG untuk mengetahui kondisi dari janin, placenta, dan sisa air
ketuban yang masih tersisa di dalam uterus. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan
his adekuat. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 6 cm, eff 100%,
sagitalis melintang, UPD dalam batas normal, sehingga akhirnya di usulkan pro
expectatice pervaginam.
pemeriksaan fisik, didapatkan BJA dalam batas normal, dan his telah adekuat.
ketuban (-), jernih, tidak berbau, presentasi kepala, denominator UUK arah jam
01.00, UPD dalam batas normal.Pada pukul 20.05, persalinan telah memasuki
kala II, dimana ibu ingin mengejan, his adekuat, dan pada saat dilakukan
Pada pukul 20.15, bayi telah lahir, kemudian dilanjutkan ke kala III, untuk
plasenta mulai dilahirkan secara peregangan tali pusat terkendali. Tali pusat
atas abdomen ibu untuk menahan fundus. Setelah tali pusat keluar dan plasenta
dalam uterus untuk memeriksa bagian plasenta jika ada yang tertinggal di dalam
uterus, sambil terus dilakukan pemijatan uterus melalui bagian atas abdomen
menit pada jam kedua. Observasi dilakukan terutama pada keadaan umum ibu,
Langkah persalinan yang dilakukan pada pasien ini telah sesuai dengan
teori.
4.4 Prognosis
Prognosis pasien pada kasus ini baik, oleh karena penatalaksanaan yang
PROM dan tidak didapatkan tanda-tanda adanya komplikasi pada ibu maupun
bayi.
bahwa pasien terdapat riwayat mengalami keputihan sejak kehamilan bulan ke-8
sampai pasien datang untuk melakukan pemeriksaan di bidan. Hal ini dapat
pasien dan pemberian terapi di saat keputihan terjadi dan menimbulkan keluhan
berkepanjangan.
(Saifuddin,2008).
Pasien ini merupakan wanita berusia 22 tahun, menikah satu kali selama
1 tahun, dan kehamilan ini merupakan hamil yang pertama. Kontrasepsi yang
dapat menjadi pilihan dari segi keamanan dan efektifitas adalah pil hormonal
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
genital (vulvovaginitis).
2. Penegakan diagnosis PROM pada pasien ini sudah tepat. Dari anamnesa
didapatkan pasien merasakan adanya cairan jernih yang keluar dari jalan
lahir tetapi tidak disertai tanda-tanda inpartu dan bayi dalam keadaan
keluar dari OUE, tes lakmus merah berubah warna menjadi biru, yang
3. Pilihan terapi pada pasien ini adalah antibiotik gentamycin IV 2 x80 mg.
diberikan telah sesuai dengan teori dan pedoman serta tidak didapatkan
5.2 Saran
29
30
tepat.
31
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Kriebs, Gegor. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
31