Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LARINGOMALASIA

Disusun Oleh:
Pricilia Bulo Tandungan
C014222180
Residen Pembimbing:
dr. Dina Fadhilah Monika
dr. Nancy Pongisibidang

SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Amiruddin L Sp.A(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa


Nama : Pricilia Bulo Tandungan
NIM : C014222180
Judul PKMRS : Laringomalasia

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Residen Pembimbing I Residen Pembimbing II

dr. Dina Fadhilah Monika dr. Nancy Pongisibidang

Supervisor

dr. Amiruddin L, Sp.A(K), MARS

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 2

2.1 Definisi ............................................................................................................................. 2

2.2 Anatomi............................................................................................................................ 2

2.3 Etiopatogenesis ................................................................................................................ 3

2.4 Manifestasi Klinisi ........................................................................................................... 4

2.5 Diagnosis.......................................................................................................................... 5

2.6 Klasifikasi ........................................................................................................................ 6

2.7 Tatalaksana ...................................................................................................................... 7

2.8 Diagnosis Banding ........................................................................................................... 9

2.9 Prognosis dan Komplikasi ............................................................................................... 9

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 10

REFERENSI ........................................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Laringomalasia merupakan keadaan yang menggambarkan kolapsnya struktur


supraglotis laring sehingga mengakibatkan menyempitnya saluran udara selama inspirasi.
(Fattah et al., 2011) Laringomalasia mempunyai karakteristik stridor atau suara serak (kasar)
bernada tinggi yang biasanya tidak timbul langsung saat lahir tetapi biasanya muncuk dalam
dua minggu pertama dan memburuk dalam 4-8 bulan pertama usia bayi. kehidupan sampai
beberapa bulan kehidupan bayi. Stridor pada pasien LM dipengaruhi oleh aktivitas, akan timbul
ketika bayi menangis, posisi tidur telentang, saat menyusu, infeksi saluran nafas atas dan saat
marah.(Thorne and Garetz, 2016)

Angka kejadian LM di dunia belum diketahui secara pasti, namun lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki sebanyak 58-76% kasus, dan tidak terdapat predileksi terhadap
ras tertentu. Sekitar 80% kasus laringomalasia merupakan kasus ringan dan sedang yang
membaik setelah 8-12 bulan serta resolusi dan sembuh setelah 12-24 bulan, namun 10-20%
dari kasus merupakan derajat berat yang mengancam nyawa dan membutuhkan tindakan
operasi segera.(Elfianto and Novialdi, 2018). Penyebab pasti dari laringomalasia sampai
sekarang masih belum diketahui secara pasti namun terdapay beberapa teori yang menjelaskan
tentang penyebab laringomalasia, seperti imaturitas kartilago, abnormalitas anatomi, imaturitas
neuromaskular.

Penatalaksanaan Laringomalasia dapat dibagi menjadi dua yaitu konservatif dan


pembedahan .Terapi konservatif merupakan terapi pilihan pada pasien LM derajat ringan dan
sedang tanpa keluhan yang berhubungan dengan makan. Pasien harus dikontrol dan observasi
tumbuh kembang serta keluhan saluran nafas yang berhubungan dengan makan. Tindakan
pembedahan dilakukan pada semua pasien LM derajat berat, pasien LM derajat ringan atau
sedang yang mempunyai penyakit komorbid seperti trakeomalasia atau stenosis subglotis atau
pasien yang gagal dengan terapi konservatif, pasien laringomalasia yang gagal tumbuh
kembang dan riwayat aspirasi berulang

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Laringomalasia merupakan keadaan yang menggambarkan kolapsnya struktur


supraglotis laring sehingga mengakibatkan menyempitnya saluran udara selama
inspirasi. Laringomalasia merupakan salah satu penyebab paling umum dari stridor
kongenital, dimana stridor merupakan suara pernapasan abnormal yang bernada tinggi
yang bisa didapatkan saat bernapas, dimana hal ini disebabkan oleh aliran udara yang
tidak teratur pada saluran napas dan dapat didengar dengan jelas saat inspirasi. Istilah
laringomalasia pertama kali diperkenalkan oleh Jackson dan Jackson pada tahun 1942
untuk menggambarkan stridor inspirasi kongentital akibat kolapsnya struktur laring
saat inspirasi dimana kejadian ini tidak ditemukan pada stridor inspirasi kongenital
lainnya.(Elfianto and Novialdi, 2018; Udupi Bidkar and Prabhakar, 2023). Angka
kejadian LM di dunia belum diketahui secara pasti, namun lebih banyak ditemukan
pada anak laki-laki sebanyak 58-76% kasus, dan tidak terdapat predileksi terhadap ras
tertentu. Sekitar 80% kasus laringomalasia merupakan kasus ringan dan sedang yang
membaik setelah 8-12 bulan serta resolusi dan sembuh setelah 12-24 bulan, namun 10-
20% dari kasus merupakan derajat berat yang mengancam nyawa dan membutuhkan
tindakan operasi segera.(Elfianto and Novialdi, 2018)

1.2 Anatomi

Laring adalah kompleks organ yang memiliki fungsi sebagai sfingter pada
pertemuan antara saluran cerna dengan saluran nafas dan memiliki peranan yang

2
penting dalam proteksi saluran nafas, struktur eksternal dan internal Laring bekerja di
bawah kontrol persarafan. Bagian atas dari Laring disusun oleh epiglottis yang
bergerak kearah posterior faring. Pada bagian dalam gratis tampak seperti Segitiga
yang terbuka Ketika inspirasi dan menutup Ketika fonasi. Pada daerah gratis terdapat
pita suara asli (plika fokalis) dan superolateral dari pita suara asli terdapat pita suara
palsu (plika ventrikularis). Posterior glotiis dibentuk oleh sepasang kartilago ika
vokalis dan plika ventrikularis. Buka dan tutup glotis merupakan koordinasi otot yang
menggerakkan aritenoid. Ariepiglotis fold merupakan daerah mukosa yang berada
antara aritenoid dan epiglottis. Ariepiglotis fold ini memisahkan sinus piriformis
dengan glottis.(Elfianto and Novialdi, 2018)

1.3 Etiolopatogenesis

Penyebab pasti dari laringomalasia sampai sekarang masih belum diketahui secara
pasti namun terdapay beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
laringomalasia, seperti imaturitas kartilago, abnormalitas anatomi, imaturitas
neuromaskular. (Elfianto and Novialdi, 2018; Fattah et al., 2011).

A. Imaturitas Kartilago

Teori ini dikenalkan oleh Sutherland and Lack. Menurut teori ini
flaksiditas dari laring diakibatkan oleh terlambatnya maturitas kartilago yang
membentuk laring. Teori ini kemudian tidak begitu diterima karena
pemeriksaan histologi kartilago pada pasien laringomalasia yang mempunyai
gejala menunjukkan jaringan kartilago dengan fibro elastin yang
normal.(Pamuk et al., n.d.; Thorne and Garetz, 2016b)

B. Abnormalitas Anatomi

Menurut teori ini, laringomalasia disebabkan karena terdapatnya


jaringan laring yang berlebihan pada bayi. Laring pada bayi lebih lunak dan
lebih rentan mengalami edema mukosa. Sering didapatkan epiglotis yang
omega shapednya menghilang (tubular shape), adanya jaringan /mukosa yang
berlebihan yang nantinya akan mengakibatkan terjadinya laringomalasia.
(Ayari et al., 2012; Pamuk et al., n.d.)

3
C. Imaturitas Neuromuskular

Teori lain yang menjelaskan terjadinya laringomalasia adalah lemahnya


kontrol neuromuskular yang berakibat pada hipotonus relatif pada otot dilator
supraglotis yang mengakibatkan stuktur supraglotis akan kolaps dan tertutup.
Kelainan pada nervus Vagus akan berakibat pada menurunnya tonus laring
sehingga terjadi kolaps struktur laring dan gangguan mekanisme menelan yang
memicu obstuksi jalan nafas dan gangguan menelan. Hal ini terjadi akibat tidak
berkembangnya sistem saraf pusat , terutama nervus perifer dan batang otak
yang berperan dalam mengontrol pernafasan dan menjaga patensi jalan nafas.
Refleks laryngeal adductor merupakan refleks nervus vagus yang berperan
dalam fungsi laring dan fonasi. Aktivasi serabut aferen dari saraf ini diperantarai
oleh nervus Laringeus superior yang terletak di lipatan ariepiglotis. Rangsangan
pada saraf ini kemudian diteruskan ke nukleus batang otak dan memerintahkan
serabut motorik untuk mengatur pernafasan dan menelan. Adanya kelainan pada
jalur neuromuskular ini diduga menjadi etiologi terjadinya laringomalasia serta
keluhan dalam makan. (Fattah et al., 2011; Landry and Thompson, 2012).

1.4 Manifestasi klinis

Laringomalasia mempunyai karakteristik stridor atau suara serak (kasar)


bernada tinggi yang biasanya tidak timbul langsung saat lahir tetapi biasanya
muncul dalam dua minggu pertama dan memburuk dalam 4-8 bulan pertama usia
bayi. kehidupan sampai beberapa bulan kehidupan bayi. Stridor pada pasien
laringomalasia dipengaruhi oleh aktivitas, akan timbul ketika bayi menangis, posisi
tidur telentang, saat menyusu, infeksi saluran nafas atas dan saat marah. Stridor
biasanya memburuk selama bulan-bulan pertama kehidupan, diikuti dengan
perbaikan perlahan setelah usia satu tahun, namun stridor terkadang dapat bertahan
selama beberapa tahun. (Thorne and Garetz, 2016a ; Ayari et al., 2012).

Masalah makan sering terjadi akibat obstruksi nafas yang berat. Penderita
laringomalasia biasanya lambat bila makan dan terkadang disertai muntah sesudah
makan. Keadaan ini dapat menimbulkan masalah gizi kurang dan gagal tumbuh.
Berdasarkan pemeriksaan radiologi, refluks lambung terjadi pada 80% dan
regurgitasi pada 40% setelah usia 3 bulan. Masalah makan dipercaya sebagai akibat

4
sekunder dari tekanan negative yang tinggi di esofagus intratorak saat inspirasi.
Obstructive sleep apnea (23%) dan central sleep apnea (10%) juga ditemukan pada
laringomalasia. ( Bakhtiar, Hadi Kedokteran and Medika, 2022)

Pada laringomalasia, keadaan hipoksia dan hiperkapnia akibat obstruksi


nafas atas yang lama akan berisiko tinggi untuk terjadinya serangan apnea yang
mengancam jiwa dan timbul hipertensi pulmonal yang dapat menyebabkan kor
pulmonal, aritmia jantung, penyakit paru obstruksi kronis, masalah kognitif dan
personal sebagai akibat sekunder dari laringomalasia.(Bakhtiar, Hadi Kedokteran
and Medika, 2022)

1.5 Diagnosis

Diagnosis laringomalasia ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, laringoskopi fleksibel dan radiologi. Pemeriksaan utama
untuk diagnosis laringomalasia adalah dengan menggunakan laringoskopi
fleksibel. Hawkins dan Clark menyatakan bahwa laringoskopi fleksibel efektif
untuk diagnosis bahkan pada neonatus. Pemeriksaan FFL (flexible fibreoptic
laryngoscopy) dilakukan dalam keadaan tanpa sedasi dengan posisi pasien
duduk tegak lurus dipangkuan orang tua, skope dimasukkan melalui lobang
hidung, dinilai kelainan yang terdapat pada nasofaring, orofaring, hipofaring
dan struktur laring. Pada pemeriksaan FFL ini dapat diamati pergerakan dinamis
dari struktur laring selama pernafasan spontan dan bisa membedakan
laringomalasia dengan penyebab lain stridor inspirasi seperti paralisis pita suara
atau kista laring. Kolaps jaringan supraglotik dan obstruksi selama inspirasi
merupakan patognomonis laringomalasia. Pada laring akan didapatkan prolap
kartilago aritenoid, mukosa supra-aritenoid, dan kartilago epiglotis selama
inspirasi, pemendekan lipatan aritenoid dan epiglotis selama inspirasi,
gambaran tubular shaped epiglotis serta edema posterior glotis.

Runtuhnya struktur supraglotis adalah terlihat saat inspirasi, dan


peradangan yang mengindikasikan refluks laringitis juga sering terlihat.
Laringoskopi fleksibel dapat membantu menyingkirkan diagnosis anomali
laring lainnya seperti kista laring, paralisis pita suara, malformasi pembuluh
darah, neoplasma, hemangioma subglotis, gerakan pita suara paradoks, stenosis

5
glotis dan web glotis. Pemeriksaan laringoskopi fleksibel memiliki beberapa
kerugian, yaitu risiko terlewatkannya diagnosis laringomalasia ringan bila
pasien menangis dan kurang akurat dalam menilai keadaan subglotis dan trakea.
(Elfianto and Novialdi, 2018; Kedokteran and Medika, 2022)

1.6 Klasifikasi

Terdapat beberapa klasifikasi Laringomalasia. Berdasarkan beratnya


penyakit, laringomalasia dibagi atas derajat ringan, sedang dan berat.

Pembagian derajat ini berdasarkan terdapat atau tidaknya gejala yang


berhubungan dengan gangguan dalam menelan makanan serta gejala obstruktif
saluran nafas atas. Laringomalasia derajat ringan terdapat stridor inpirasi dan
gejala yang berhubungan dengan gangguan dalam menelan saat pasien makan
seperti batuk, tersedak dan regurgitasi. Obstruksi saluran nafas pasien derajat
ringan tidak akan menyebabkan hipoksia, saturasi oksigen berkisar antara 98-
100%. Sekitar 40 % pasien merupakan LM derajat ringan. Laringomalasia
derajat sedang terdapat stridor inspirasi yang semakin jelas dan gejala saluran
nafas yang berhubungan dengan makan semakin berat, terdapat sianosis saat
makan dan penurunan saturasi oksigen ≤ 96%, sekitar 40% pasien merupakan
LM derajat sedang. Pasien LM derajat berat mempunyai 8 tanda primer, yaitu:

1. Stridor inspirasi
2. Retraksi suprasternal
3. Retraksi substernal
4. Kesulitan dalam makan
6
5. Tersedak
6. Muntah setelah makan
7. Gangguan tumbuh kembang dan
8. Sianosis

Pasien akan mempunyai saturasi oksigen ≤ 86% . Sebanyak 10-20 % pasien


merupakan LM derajat berat dan membutuhkan tindakan pembedahan untuk
mengurangi obstruksi saluran nafas atas. Berdasarkan anatomi yang terlibat,
Olney pada tahun 1999 mengklasifikasikan LM menjadi 3 tipe yaitu (Olney et
al., 1999):

1. Kolaps posterior jika yang terlibat mukosa aritenoid redundant atau


kartilago cuneiform

2. Kolaps lateral jika terjadi pemendekan lipatan ariepiglotis

3. Kolaps anterior jika terjadi epiglotis retrofleksi

1.7 Tatalaksana

Tatalaksana laringomalasia dapat berupa konservatif dan operatif. Tata laksana


perlu dilakukan sesuai tingkat keparahan gejala

Terapi konservatif

Terapi Konservatif merupakan terapi pilihan pada pasien laringomalasia derajat


ringan dan sedang tanpa keluhan yang berhubungan dengan makan. Pasien harus
dikontrol dan observasi tumbuh kembang serta keluhan saluran nafas yang
berhubungan dengan makan. Jika terdapat sedikit keluhan makan, terapi konservatif
dengan posisi makan tegak lurus, asupan sedikit-sedikit dan sering dengan ASI atau
formula yang dipadatkan, dan medikamentosa untuk mencegah refluks asam lambung.
Lansoprazole 7,5mg sekali sehari dan domperidone (1mg/kg/hari) bisa digunakan
sebagai terapi anti refluks asam lambung (Fattah et al., 2011)

7
Operatif

Tindakan pembedahan dilakukan pada semua pasien Laringomalasia derajat


berat, pasien laringomalasia derajat ringan atau sedang yang mempunyai penyakit
komorbid seperti trakeomalasia atau stenosis subglotis atau pasien yang gagal dengan
terapi konservatif, pasien laringomalasia yang gagal tumbuh kembang dan riwayat
aspirasi berulang.

Indikasi Klinis Untuk Pembedahan

Pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, sebelum dilakukan


tindakan sebaiknya pasien diberikan antagonis reseptor H2 dosis tinggi (3mg/kgBB)
atau PPI sekali sehari. Beberapa jenis tindakan pembedahan untuk Laringomalasia
adalah supraglotoplasti dan epiglotoplasti. Pemilihan jenis operasi berdasarkan tipe
LM berupa supraglotoplasti dengan melakukan eksisi mukosa aritenoid redundant
pada tipe I, insisi lipatan ariepiglotis yang memendek pada tipe II dan epiglotoplasti
pada LM tipe III.

8
1.8 Diagnosis Banding

Laringomalasia merupakan penyebab tersering stridor inspirasi pada anak. Terdapat


beberapa peyakit dan keadaan yang menimbulkan stridor inspirasi pada anak
diantaranya adalah (Daniel and Cheng, 2012):

1. penyakit croup (laringotrakeobronkitis) yang diakibatkan oleh infeksi virus


parainfluenza virus, influenza virus tipe A atau rhinovirus

2. Epiglottitis yang merupakan infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B,


Streptococcus beta haemolitikus, staphylococcus dan pneumococcus pada epiglotis

3. Trakeitis yang merupakan infeksi akut bakteri pada trakea

4. Aspirasi benda asing yang merupakan keadaan yang dapat mengancam nyawa
dengan onset akut batuk-batuk hebat,tersedak serta rasa tercekik

5. Hemangioma subglotis

6. Stenosis subglotis

7. Paralisis pita suara

8. Trakeomalasia

1.9 Prognosis dan Komplikasi

Prognosis laringomalasia umumnya baik, karena sekitar 90% kasus akan


mengalami perbaikan pada usia 2 tahun. Pada keadaan tertentu dapat
mengakibatkan komplikasi berupa aspirasi pneumonia kronis, sehingga terjadi
infeksi respiratorik berulang dan gagal tumbuh akibat permasalahan pemberian
makan.

9
BAB III

KESIMPULAN

Laringomalasia merupakan salah satu penyebab paling umum dari stridor


kongenital, dimana stridor merupakan suara pernapasan abnormal yang bernada tinggi
yang bisa didapatkan saat bernapas, dimana hal ini disebabkan oleh aliran udara yang
tidak teratur pada saluran napas dan dapat didengar dengan jelas saat inspirasi.
Penyebab pasti dari laringomalasia sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti
namun terdapay beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab laringomalasia,
seperti imaturitas kartilago, abnormalitas anatomi, imaturitas neuromaskular.

Laringomalasia mempunyai karakteristik stridor atau suara serak (kasar)


bernada tinggi yang biasanya tidak timbul langsung saat lahir tetapi biasanya muncul
dalam dua minggu pertama dan memburuk dalam 4-8 bulan pertama usia bayi. Masalah
makan sering terjadi akibat obstruksi nafas yang berat. Penderita laringomalasia
biasanya lambat bila makan dan terkadang disertai muntah sesudah makan. Keadaan
ini dapat menimbulkan masalah gizi kurang dan gagal tumbuh.

Diagnosis laringomalasia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, laringoskopi fleksibel dan radiologi. Tatalaksana laringomalasia dapat berupa
konservatif dan operatif. Tata laksana perlu dilakukan sesuai tingkat keparahan gejala.
Prognosis laringomalasia umumnya baik, karena sekitar 90% kasus akan mengalami
perbaikan pada usia 2 tahun.

10
REFERENSI
Ayari, S., Aubertin, G., Girschig, H., Van Den Abbeele, T., Mondain, M., 2012.

Pathophysiology and diagnostic approach to laryngomalacia in infants

Pathophysiological mechanisms of laryngomalacia in infants. Eur Ann Otorhinolaryngol

Head Neck Dis 129, 257–263. https://doi.org/10.1016/j.anorl.2012.03.005

Daniel, M., Cheng, A., 2012. Neonatal Stridor. Int J Pediatr 2012, 1–5.

https://doi.org/10.1155/2012/859104

Elfianto, E., Novialdi, N., 2018. Diagnosis dan Penatalaksanaan Laringomalasia. Jurnal

Kesehatan Andalas 7, 119. https://doi.org/10.25077/JKA.V7I0.839

Fattah, H.A., Gaafar, A.H., Mandour, Z.M., 2011. Laryngomalacia: Diagnosis and

management. Egyptian Journal of Ear, Nose, Throat and Allied Sciences 12, 149–153.

https://doi.org/10.1016/J.EJENTA.2011.12.001

Kedokteran, J., Medika, N., 2022. Manifestasi Klinis, Diagnosis dan Tatalaksana

Laringomalasia. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika 5, 38–44.

https://doi.org/10.35324/JKNAMED.V5I4.217

Landry, A.M., Thompson, D.M., 2012. Laryngomalacia: disease presentation, spectrum, and

management. Int J Pediatr 2012, 1–6. https://doi.org/10.1155/2012/753526

Olney, D.R., Greinwald, J.H., Smith, R.J.H., Bauman, N.M., 1999. Laryngomalacia and its

treatment. Laryngoscope 109, 1770–1775. https://doi.org/10.1097/00005537-

199911000-00009

Pamuk, A.E., Süslü, N., Günaydın, R.Ö., Atay, G., Akyol, U., n.d. Laryngomalacia: patient

outcomes following aryepiglottoplasty at a tertiary care center.

Thorne, M.C., Garetz, S.L., 2016a. Laryngomalacia: Review and Summary of Current

Clinical Practice in 2015. Paediatr Respir Rev 17, 3–8.

https://doi.org/10.1016/J.PRRV.2015.02.002

11
Udupi Bidkar, P., Prabhakar, H., 2023. Stridor. Complications in Neuroanesthesia 237–246.

https://doi.org/10.1016/B978-0-12-804075-1.00026-2

12

Anda mungkin juga menyukai