LARINGOMALASIA
Disusun Oleh:
Pricilia Bulo Tandungan
C014222180
Residen Pembimbing:
dr. Dina Fadhilah Monika
dr. Nancy Pongisibidang
SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Amiruddin L Sp.A(K)
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Supervisor
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. i
2.2 Anatomi............................................................................................................................ 2
2.5 Diagnosis.......................................................................................................................... 5
REFERENSI ........................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian LM di dunia belum diketahui secara pasti, namun lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki sebanyak 58-76% kasus, dan tidak terdapat predileksi terhadap
ras tertentu. Sekitar 80% kasus laringomalasia merupakan kasus ringan dan sedang yang
membaik setelah 8-12 bulan serta resolusi dan sembuh setelah 12-24 bulan, namun 10-20%
dari kasus merupakan derajat berat yang mengancam nyawa dan membutuhkan tindakan
operasi segera.(Elfianto and Novialdi, 2018). Penyebab pasti dari laringomalasia sampai
sekarang masih belum diketahui secara pasti namun terdapay beberapa teori yang menjelaskan
tentang penyebab laringomalasia, seperti imaturitas kartilago, abnormalitas anatomi, imaturitas
neuromaskular.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
1.2 Anatomi
Laring adalah kompleks organ yang memiliki fungsi sebagai sfingter pada
pertemuan antara saluran cerna dengan saluran nafas dan memiliki peranan yang
2
penting dalam proteksi saluran nafas, struktur eksternal dan internal Laring bekerja di
bawah kontrol persarafan. Bagian atas dari Laring disusun oleh epiglottis yang
bergerak kearah posterior faring. Pada bagian dalam gratis tampak seperti Segitiga
yang terbuka Ketika inspirasi dan menutup Ketika fonasi. Pada daerah gratis terdapat
pita suara asli (plika fokalis) dan superolateral dari pita suara asli terdapat pita suara
palsu (plika ventrikularis). Posterior glotiis dibentuk oleh sepasang kartilago ika
vokalis dan plika ventrikularis. Buka dan tutup glotis merupakan koordinasi otot yang
menggerakkan aritenoid. Ariepiglotis fold merupakan daerah mukosa yang berada
antara aritenoid dan epiglottis. Ariepiglotis fold ini memisahkan sinus piriformis
dengan glottis.(Elfianto and Novialdi, 2018)
1.3 Etiolopatogenesis
Penyebab pasti dari laringomalasia sampai sekarang masih belum diketahui secara
pasti namun terdapay beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
laringomalasia, seperti imaturitas kartilago, abnormalitas anatomi, imaturitas
neuromaskular. (Elfianto and Novialdi, 2018; Fattah et al., 2011).
A. Imaturitas Kartilago
Teori ini dikenalkan oleh Sutherland and Lack. Menurut teori ini
flaksiditas dari laring diakibatkan oleh terlambatnya maturitas kartilago yang
membentuk laring. Teori ini kemudian tidak begitu diterima karena
pemeriksaan histologi kartilago pada pasien laringomalasia yang mempunyai
gejala menunjukkan jaringan kartilago dengan fibro elastin yang
normal.(Pamuk et al., n.d.; Thorne and Garetz, 2016b)
B. Abnormalitas Anatomi
3
C. Imaturitas Neuromuskular
Masalah makan sering terjadi akibat obstruksi nafas yang berat. Penderita
laringomalasia biasanya lambat bila makan dan terkadang disertai muntah sesudah
makan. Keadaan ini dapat menimbulkan masalah gizi kurang dan gagal tumbuh.
Berdasarkan pemeriksaan radiologi, refluks lambung terjadi pada 80% dan
regurgitasi pada 40% setelah usia 3 bulan. Masalah makan dipercaya sebagai akibat
4
sekunder dari tekanan negative yang tinggi di esofagus intratorak saat inspirasi.
Obstructive sleep apnea (23%) dan central sleep apnea (10%) juga ditemukan pada
laringomalasia. ( Bakhtiar, Hadi Kedokteran and Medika, 2022)
1.5 Diagnosis
5
glotis dan web glotis. Pemeriksaan laringoskopi fleksibel memiliki beberapa
kerugian, yaitu risiko terlewatkannya diagnosis laringomalasia ringan bila
pasien menangis dan kurang akurat dalam menilai keadaan subglotis dan trakea.
(Elfianto and Novialdi, 2018; Kedokteran and Medika, 2022)
1.6 Klasifikasi
1. Stridor inspirasi
2. Retraksi suprasternal
3. Retraksi substernal
4. Kesulitan dalam makan
6
5. Tersedak
6. Muntah setelah makan
7. Gangguan tumbuh kembang dan
8. Sianosis
1.7 Tatalaksana
Terapi konservatif
7
Operatif
8
1.8 Diagnosis Banding
4. Aspirasi benda asing yang merupakan keadaan yang dapat mengancam nyawa
dengan onset akut batuk-batuk hebat,tersedak serta rasa tercekik
5. Hemangioma subglotis
6. Stenosis subglotis
8. Trakeomalasia
9
BAB III
KESIMPULAN
10
REFERENSI
Ayari, S., Aubertin, G., Girschig, H., Van Den Abbeele, T., Mondain, M., 2012.
Daniel, M., Cheng, A., 2012. Neonatal Stridor. Int J Pediatr 2012, 1–5.
https://doi.org/10.1155/2012/859104
Elfianto, E., Novialdi, N., 2018. Diagnosis dan Penatalaksanaan Laringomalasia. Jurnal
Fattah, H.A., Gaafar, A.H., Mandour, Z.M., 2011. Laryngomalacia: Diagnosis and
management. Egyptian Journal of Ear, Nose, Throat and Allied Sciences 12, 149–153.
https://doi.org/10.1016/J.EJENTA.2011.12.001
Kedokteran, J., Medika, N., 2022. Manifestasi Klinis, Diagnosis dan Tatalaksana
https://doi.org/10.35324/JKNAMED.V5I4.217
Landry, A.M., Thompson, D.M., 2012. Laryngomalacia: disease presentation, spectrum, and
Olney, D.R., Greinwald, J.H., Smith, R.J.H., Bauman, N.M., 1999. Laryngomalacia and its
199911000-00009
Pamuk, A.E., Süslü, N., Günaydın, R.Ö., Atay, G., Akyol, U., n.d. Laryngomalacia: patient
Thorne, M.C., Garetz, S.L., 2016a. Laryngomalacia: Review and Summary of Current
https://doi.org/10.1016/J.PRRV.2015.02.002
11
Udupi Bidkar, P., Prabhakar, H., 2023. Stridor. Complications in Neuroanesthesia 237–246.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-804075-1.00026-2
12