Anda di halaman 1dari 11

Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42

hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat
oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di
Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hid up Angka ini sedikit menurun jika
dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium Development
Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian lbu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI
adalah offtrack, artinya diperlukan kerja kerasdan sungguh•
sungguh untuk mencapainya.

Gambar 1. Angka Kematian lbu (AKI)Tahun 1991-2012

450
400
350
300 • Target MDGs
2015
250
AKI
200

150

102

100

50
1991 1997 2002 2007 2012
0

Sumber: SOK/
1991-2012

Pada Gambar 1 dapat diketahui berdasarkan data SDKI, selama periode tahun 1991-2007 angka kematian ibu
mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun pada SDKI 2012 angka
kematian ibu kembali naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun AKI hasil SDKI tahun 1990
dan
2012 tidakjauh berbeda, namun untuk mencapai target 102 pada tahun 2015 diperkirakan sulit tercapai.
Angka
tersebutjuga semakin jauh dari target M DGs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hid up.
Garnbar 4. Proporsi Kelahiran Berdasarkan Ternpat Bersalin di
Indonesia


RS

• RB/Klinik/Praktek Nakes

Puskesmas/Pus
tu

• Polindes/Poskesdes

• Rumah/Lainnya

Sumber: Riskesdas2013,Badon
Litbangkes

Pada Garn bar 4 data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa persalinan yang dilakukan di rum ah masih
cukup tinggi, yaitu sebesar 29,6%. Jika kita hubungkan tempat bersalin dengan penyebab lain-lain atau tidak
langsung kematian ibu, maka dapat menjadi penyebab kematian ibu.

Salah satu cara untuk mencegah kehamilan adalah ber-KB. Sekitar 38% WUStidak menggunakan KB (pada
tahun
2013) sehingga lebih berpeluang ha mil dan meninggal ketika
melahirkan.

Pada Gambar 6 dapat dilihat kondisi TFR dari tahun 1991-2012, dalam kurun waktu terse but penurunan
angkanya sangatlah lambat, hanya sebesar 0,4. Dengan meningkatnya cakupan Contraceptive Prevalence
Rate (CPR} dan menurunkannya angka Total Fertility Rate (TFR} maka dapat memperkecilAngka
Kematian lbu (AKI).

Pada Gambar 6 juga dapat kita lihat bahwa angka kesertaan ber-KB (CPR) peningkatannya sangat kecil,
yaitu hanya 0,5% dalam 5 tahun terakhir. Target RPJMN 2014 dan MDGs 2015 untuk cara modern adalah
sebesar 65%, namun capaian kita saat ini baru mencapai 57,9%, oleh karena itu diperkirakan target RPJMN
2014 dan MDGs
2015 akan sangatsulit untuk
dicapai.

Dari Gambar 7 berikut, dapat dilihat bahwa meski cakupan pelayanan ibu hamil K4 secara nasional
mengalami penurunan, namun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami kenaikan.
Persentasenya bahkan melebihi cakupan K4. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah. Pelayanan
antenatal memiliki peranan yang sangat penting, di antaranya agar dapat dilakukan deteksi dan tata laksana
dini komplikasi yang dapat timbul pada saat persalinan. Apabi la seorang ibu datang langsung untuk bersalin
di tenaga kesehatan tan pa adanya riwayat pelayanan antenatal sebelumnya, maka faktor risiko dan
kemungkinan komplikasi saat persalinan akan lebih sulit diantisipasi. Untuk ke depannya diharapkan
definisi operasional Kl hanya menggunakan Kl murni, bukan Kl akses, sehingga cakupan Kl dan K4 tidak
banyak berbeda. Kondisi saat ini dimana belum semua kunjungan Kl adalah Kl murni, sehingga jika
ditemukan kelainan pada saat Ante Natal Care (ANC) maka tidak
cukup waktu untuk pengelolaan kelainan
tersebut.

Pada Gambar 8 terlihat bahwa penolong persalinan dengan kualifikasi tertinggi dilakukan oleh bidan (68,6%),
kemudian oleh dokter (18,5%), lalu non tenaga kesehatan (11,8%). Na mun sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan
tanpa ada penolong, dan hanya 0,3% kelahiran saja yang ditolong oleh perawat sebagai tenaga dengan
kualifikasi tertinggi.

Pada Gambar 2 telah disampaikan bahwa penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan dan
hipertensi (penyebab lain-lain) yang bukan merupakan kompetensi bidan. Pad a Gambar 8
diketahui cakupan persalinan oleh dokter hanya sebesar 18,5%, sehingga ibu dengan penyebab
kematian lain-lain yang tidak bersalin dengan bantuan dokter menjadi tidak tertolong.

Dari Gambar 9 dapat kita ketahui bahwa cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin meningkat
dari tahun ke tahun, dari angka 81,08% pada tahun 2008 mnjadi 90,88% pada tahun 2013. Begitu pula
dengan cakupan kunjungan nifas yang terus mengalami kenaikan dari 17,9% pada tahun 2008 menjadi
86,64% pada tahun 2013. Na mun sayangnya cakupan kunjungan nifas pada tahun 2013 hanya 86.64%, belum
setinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mencapai 90,88%.

Apabila jumlah cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tidak sama dengan cakupan nifas, kemungkinan
terjadi komplikasi persalinan di masa nifas, atau masa nifas tidak terkontrol oleh penolong persalinan.
Semakin lebar jarak persalinan dengan kunjungan nifas, maka risiko terjadinya kematian ibu semakin besar.

Pengertian SDGs ( Sustainable Development Goals )

SDGs ( Sustainable Development Goals ) yang merupakan sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan
dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia. Konsep SDGs melanjutkan konsep
pembangunan Milenium Development Goals “MDGs” yang dimana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015.
Jadi kerangka pembangunan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep
MGDs sekarang diganti dengan SDGs.

Target SDGs ( Sustainable Development Goals )

Target utamanya mengentaskan kemiskinan, tapi Indonesia akan menggunakan tiga indikator terkait dengan
dokumen SDGs yakni pembangunan manusia atau human development yang meliputi pendidikan dan kesehatan.
Lingkungan dalam skala kecil atau social economic development dan lingkungan yang besar atau environmental
development berupa ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik.

Perbedaan Dengan MGDs (Milenium Development Goals )

Pada dasarnya MGDs dan SDGs punya persamaan dan kesamaan tujuan yang sama, yakni SDGs melanjutkan cita-
cita mulia MGDs yang ingin konsen menganggulangi kelaparan dan kemiskinan di dunia.

Namun dokumen yang disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000 tersebut hanis pada tahun 2015, para pemimpin
dunia merasa agenda Milenium Development Goals perlu dilanjutkan, sehingga muncul sebuah dokumen usulan
bernama sustainable development goals.

ujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) adalah seperangkat target yang
berhubungan dengan pengembangan internasional di masa mendatang. Target-target ini dibuat oleh PBB dan
dipromosikan sebagai Tujuan Global untuk Pembangunan yang Berkelanjutan. Mereka menggantikan Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) yang tidak lagi berlaku terhitung mulai akhir 2015. SDG aktif mulai tahun 2015
hingga 2030. Ada 17 tujuan dan 169 target spesifik untuk tujuan-tujuan tersebut.
TUJUAN
Pada bulan Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17 tujuan berikut ini :

1. Menghapuskan Kemiskinan ~ Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di semua tempat.

2. Menghapuskan Kelaparan ~ Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi,
serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.

3. Hidup Sehat ~ Memastikan hidup yang sehat dan menggalakkan kesejahteraan untuk semua usia.

4. Pendidikan Berkualitas ~ Memastikan pendidikan berkualitas yang terbuka dan setara serta
menggalakkan kesempatan untuk belajar sepanjang umur hidup pada semua orang.

5. Kesetaraan Gender ~ Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan anak
perempuan.

6. Air Bersih dan Sanitasi ~ Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkesinambungan atas air
dan sanitasi untuk semua orang.

7. Energi yang bisa diperbarui dan terjangkau ~ Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal,
berkelanjutan, dan modern bagi semua orang.

8. Ekonomi dan pekerjaan yang baik ~ Menggalakkan perkembangan ekonomi yang berkesinambungan,
terbuka, dan berkelanjutan, lapangan kerja yang utuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak bagi
semua orang.

9. Inovasi dan infrastruktur yang baik ~ Membangun infrastruktur yang tahan lama, menggalakkan
industrialisasi yang berkesinambungan dan terbuka, serta mendorong inovasi.

10. Mengurangi kesenjangan ~ Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara.

11. Kota dan komunitas yang berkesinambungan ~ Membuat kota dan pemukiman manusia terbuka,
aman, tahan lama, serta berkesinambungan.

12. Penggunaan sumber-sumber daya yang bertanggung jawab ~ Memastikan pola-pola konsumsi dan
produksi yang berkesinambungan.

13. Tindakan iklim ~ Mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan
pengaruhpengaruhnya.

14. Lautan yang berkesinambungan ~ Melestarikan dan menggunakan samudra, laut, dan sumber-sumber
daya maritim secara berkesinambungan untuk pengembangan yang lestari.

15. Penggunaan tanah yang berkesinambungan ~ Melindungi, mengembalikan, dan menggalakkan


penggunaan yang lestari atas ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkesinambungan, memerangi
penggundulan hutan, dan memperlambat serta membalikkan degradasi tanah serta memperlambat
hilangnya keragaman hayati.
16. Kedamaian dan Keadilan ~ Menggalakkan masyarakat yang damai dan terbuka untuk pengembangan
yang lestari, memberikan akses pada keadilan untuk semua orang dan membangun institusi yang efektif,
bertanggung jawab, serta terbuka di semua tingkatan.

17. Kemitraan untuk pengembangan Yang Lestari ~ Memperkuat cara-cara penerapan dan menghidupkan
kembali kemitraan global untuk pengembangan yang berkesinambungan.

SAFE MOTHER HOOD

Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,, khususnya di Indonesia. Berbagai
penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan eklampsi. Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana
safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan
aman, serta melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas,
dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang
sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut.
WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk menggambarkan ruang lingkup
upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994). Empat pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah
1. keluarga berencana
2. asuhan antenatal
3. pelayanan bersih dan aman
4. pelayanan obstetri esensial.
Menurut the International Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, 1992
(ICD-10) WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai “kematian wanita hamil atau dalam 42 hari setelah
persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya kehamilan yang disebabkan oleh atau dipicu oleh
kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan”. Menurut pengertian ini penyebab
kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak langsung.
Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap
rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau
bedah kaisar, perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan komplikasi akibat aborsi
yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang berkontribusi pada 80% kematian.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada sebelumnya atau berkembang
selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh
kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.
Upaya yang Dilakukan untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu
Kematian ibu hamil dilatarbelakangi oleh:
1. Persalinan yang ditolong dukun
2. Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan memerlukan rujukan, akan membutuhkan waktu
cukup lama.
3. Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu 50% menderita anemia, 30% berisiko kurang
energi kronis, sekitar 65% berada dalam keadaan 4 terlalu
4. Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk mengambil keputusan ditingkat keluarga untuk
mencari pertolongan.
Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan
komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat
dicegah.
Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat
dicegah melalui kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-
lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama
dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010.
Melihat kondisi itu semua, disusunlah suatu gerakan yang disebut dengan Safe Motherhood. Gerakan ini
pertama kali dicanangkan pada International Conference on Safe Motherhood, Nairobi, 1987. Program ini sendiri
telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan melibatkan secara aktif berbagai sector pemerintah dan
non-pemerintah, masyarakat, serta dukungan dari berbagai badan internasional.
Empat Pilar Safe Motherhood
1) Keluarga berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud
daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan
alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada
tahun akhir 1970'an.
Tujuan Program KB
· Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan
cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
· Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga.
· Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan
bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu,
bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat merencanakan waktu yang tepat untuk hamil,
mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, “4
terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak.
Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan dan individu. Dengan
demikian, pelayanan keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan juga
pilihan metode kontrasepsi yang memadai, termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian
dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana memiliki peranan dalam
menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan
kehamilan.
Konsep KB pertama kali diperkenalkan di Matlab, Bangladesh pada tahun 1976. KB bertujuan merencanakan
waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, dan menentukan jumlah anak. Dengan demikian,
diharapkan tidak ada lagi kehamilan yang tidak diinginkan sehingga angka aborsi akan berkurang. Pelayanan KB
harus menjangkau siapa saja, baik ibu/calon ibu maupun perempuan remaja. Dalam memberi pelayanan KB, perlu
diadakan konseling yang terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan metode KB termasuk kontrasepsi
darurat. Angka kebutuhan tak terpenuhi (unmet need) dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi. Ang ka
pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate) di Indonesia baru mencapai 54,2% pada tahun 2006. Bila
KB ini terlaksana dengan baik maka dapat menurunkan diperlukannya intervensi obstetri khusus.
2) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan. Selain itu, juga
menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antenatal meliputi:
1. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.
2. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan pre-eklampsia.
3. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.
Dalam masa kehamilan:
§ Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam
masa tersebut.
§ Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran bayi.
§ Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam
kehamilan/ persalinan dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan diharapkan mampu
mengindentifikasi dan melakukan penanganan risiko tinggi/komplikasi secara dini serta meningkatkan status
kesehatan wanita hamil.
Perawatan Ante Natal (ANC) adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu hamil dan
perkembangan / pertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat
dilahirkan dalam kondisi yang terbaik.

Tujuan ANC:
v Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan / mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang
terdapat pada ibu dan janinnya ;
v Untuk mempersiapkan ibu hamil baik fisik maupun mental dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan
masa menyusui ;
v Dapat mencegah masalah kesehatan yang beresiko dan dapat menjaring kasus kehamilan resiko tinggi (KRT) dan
non KRT (normal) ; Sehingga kita dapat menghilangkan / menurunkan angka kesakitan / kematian ibu dan janin
serta untuk memperoleh ibu / janin yang sehat fisik maupun mental secara optimal.
FUNGSI ANC :
a. Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan / mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang
terdapat pada ibu dan janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari anamnese yang teliti sampai
dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta prognosanya, sehingga dapat memilah
apakah ibu ini dan janinnya tergolong KRT / non KRT dan apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan
selanjutnya, sehingga didapatkan hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.
b. Untuk mempersiapkan fisik dalam memghadapi kehamilan, persalinan dan nifas, perlu komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE).
c. Semua klinik antenatal sekarang mempunyai kelas antenatal dengan instruktur antenatal dengan peserta dari ibu
hamil beserta suaminya. Satu kelas berisi 6 – 20 orang peserta. KIE mengenai pengetahuan obstetri fisiologi,
patologi dan kedaruratan obstetri. Ini perlu untuk ibu hamil tersebut dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan
dapat segera ke RS terdekat dengan fasilitas yang lengkap kalau perlu diberitahu cara-cara menuju Rumah Sakit
tersebut dan syarat-syaratnya (biaya, cara melapor dan sebagainya).
d. mengenai masa nifas dan menyusui. Dipersiapkan payudara untuk menyusui anaknya seperti menarik puting susu
sehingga menonjol untuk kemudahan pengisapan si bayi, mengadakan masase ringan disekeliling payudara, puting
susu dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air masak atau baby oil, memakai BH yang menyokong
payudara, Menasehati ibu hamil agar kalau berhubungan dengan suaminya tidak mengisap air susu karena pada
kehamilan 2 bulan sudah ada kolostrum (susu julong). Bila air susu keluar prolaktin, akan merangsang keluarnya
oksitosin sehingga timbul his kemungkinan akan terjadi kelahiran abortus, partus imaturus atau prematurus. Untuk
meningkatkan jumlah air susu, ibu perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti susu, keju, yogourt, daging,
ikan, telur dan sayuran daun katu selama hamil dan masa nifas serta masa menyusui.
TUJUAN ASUHAN KEHAMILAN
Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan
khususnya adalah :
a. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu & perkembangan bayi yang normal.
b. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.
c. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara
fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
d. bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini
melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah,
memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi & penanganan
awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif
untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.
Fokus lama ANC :
1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan
asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb)
yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi

TREND & ISSUE TERKINI DALAM ANC


1. Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien
tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien
lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk
mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar
dimana klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan
pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri
dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang
dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas & dapat
dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.
2. ANC pada usia kehamilan lebih dini. Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan
segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.
3. Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik
dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:
Kunjungan ANC Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :

Kunjungan Waktu Alasan Trimester I Sebelum 14 minggu


§ Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa.
§ Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya)
§ Membangun hubungan saling percaya
§ Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.
§ Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).
Trimester II 14 – 28 minggu - Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi
kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.
Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.
Pemberian suplemen mikronutrien :Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam

folat 500 mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus
dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.
Imunisasi TT 0,5 cc Interval Lama perlindungan % perlindungan

TT 1 Pada kunjungan ANC pertama


TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%
TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95%
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca
persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tudak langsung terhadap kehamilan. Perdarahan,
sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi
penyebab langsung yang berkontribusi pada 80% kematian . Keselamatan ibu berisi jaminan kesehatan yang baik
bagi perempuan sebagai ibu dan dan bayinya selama hamil, persalinan dan masa setelah persalinan. Suami
memainkan banyak peran kunci selama masa kehamilan dan persalinan istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan
tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya.

Anda mungkin juga menyukai