Anda di halaman 1dari 51

BABI

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematin bayi dalam usia 28
hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup, Angka kematian bayi
merupakan salah satu dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Dalam
millennium development goals (MGDs), derajat kesehatan suatu bangsa diukur
dengan tiga indikator utama, yaitu angka kematian ibu (AKI), angka kematian
bayi (AKB), dan usia harapan hidup (UHH). Menurunkan angka kematian bayi
merupakan salah satu target yang telah ditentukn dalam tujuan pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs) . Pembangunan Millenium
Development Goals (MDGs) memiliki 8 tujuan, yaitu memberantas kemiskinan
dan mencapai pendidikan untuk semua, mendorong kesetaraan jender dan
pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan
kesehatan ibu, memerangi HIV / AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya,
memastikan kelestarian lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global
untuk pembangunan. Menurunkan angka kematian anak merupakan target ke
empat, dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 mengurangi sampai
dengan tiga perempat jumlah kematian anak.
Seperti yang dimaksud dalam MDGs pada pilar 4 dan 5 yang berisikan :

Pilar 4 : Mengurangi Tingkat Kematian Anak,

Tingkat Kematian Anak merupakan termasuk diantara 5 indikator

kesehatan secara rasional. Kematian anak mengarah pada pilar

kesehatan masyarakat, yaitu : Gizi Masyarakat, seringkali

kematian anak erat kaitannya dengan buruknya status gizi yang

seorang anak tersebut alami.


Pilar 5 : Menungkatkan Kesehatan Ibu

Tujuan ke-5 ini juga menjadi salah satu dari 5 indikator kesehatan

secara nasional. Tujuan MDGs ini juga erat hubungannya dengan

dua pilar sekaligus dan kesehatan masyarakat, yaitu Gizi

Masyarakat dan kesehatan reproduksi.

Salah satu tujuan MDGs adalah mengurangi kematian anak dengan

target menurunkan angka kematian anak dibawah lima tahun (balita) sebesar dua

pertiga jumlahnya selama periode tahun1990 sampai dengan tahun 2015. AKI di

Indonesia sampai saat ini relatif masih tinggi yaitu sebesar 228 per 100.000

kelahiran hidup begitu juga untuk AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup

(KH).1 Target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada MDGs tahun 2025 yakni

AKI 102 per 100.000 KH dan AKB 17 per 1000 KH. Salah satu penyebab

kematian ibu melahirkan di Indonesia adalah masih adanya kebiasaan bersalin

yang ditolong oleh dukun bayi, AKI pada masa persalinan di Indonesia cukup

tinggi antara lain disebabkan karena persalinan yang ditolong oleh tenaga yang

tidak kompeten dalam bidang kebidanan. Indikator Angka Kematian Balita yang

sangat penting adalah Angka Kematian Bayi (AKB) karena bayi lebih rentan

terhadap penyakit dan kondisi tubuh yang tidak sehat. Selain itu AKB merupakan

indicator penting dalam pembangunan sektor kesehatan sehingga dapat

menggambarkan keadaan derajat kesehatan disuatu masyarakat (Bappenas,2007).

Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN (assosiation of south

east asia nations) seperti Singapura 3/1000 perkelahiran hidup, Malaysia

5,5/1000 perkelahiran hidup, Thailand 17/1000 perkelahiran hidup, Vietnam


18/1000 perkelahiran hidup, dan Philipina 26/1000 perkelahiran hidup.

Sedangkan angka kematian bayi diIndonesia cukup tinggi yakni 26,9/2000

perkelahiran hidup (Depkes,2007).

AKB diIndonesia sebesar 27 per 1.000 Angka kematian bayi di indonesia

masih tinggi dari negara asean lainya, jika di banding dengan target dari

millenium development goals (MDGS) Tahun 2015 yaitu 23 per 100 kelahiran

hidup hasil ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, meskipun demikian

penurunan yang terjadi tidak berlangsung cepat, tetapi turun perlahan. Berdasar

kan pola ini, diperkirakan ditahun 2020 AKB di Indonesia mencapai 21 kematian

bayi per 1000 kelahiran maka salah satu tolak ukur adalah menurunnya angka

mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB

dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas

pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebaga ikern

ikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang

paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat

menyebabkan gejala sisa berupa cerebralpalsy, tulin ada tinggi, paralisis dan

dysplasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup (SDKI tahun 2007).

Angka kematian bayi merupakan banyaknya kematian bayi umur kurang

dari 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup pada periode waktu tertentu. Menurut data

laporan SP3 dan seksi Kesga (Tabel profil 5), angka kematian bayi tahun 2014

sebesar 7,5 per 1.000 kelahiran hidup, meski angka ini masih dibawah target

angka nasional tahun 2013 (23 per 1.000 kelahiran hidup), sedangkan jumlah

bayi lahir mati sebesar 95 bayi. Jika dibandingkan dengan jumlah bayi yang lahir
hidup, maka jumlah bayi yang lahir mati sebesar 0.006% .(Profil Kesehatan Kota

Kudus,2014).

Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari

adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%),

hipotermi (7%) , ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%).

Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi

kemampuan untuk menangani dan merujuk: Hipertensi dalam kehamilan,

(Preeklampsia, Eklampsia), Tindakan Pertolongan Distosia Bahu dan

Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan, Perdarahan postpartum, Infeksi

nifas, BBLR dan Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Hiperbilirubinemia,

masalah pemberian minum pada bayi, Asfiksia pada bayi, Gangguan nafas pada

bayi, Kejang pada bayi baru lahir Infeksi neonatal, Persiapan umum sebelum

tindakan kedaruratan Obstetri–Neonatal antara lain Kewaspadaan Universal

Standar (Bappenas,2008)

Angka kejadian dan angka kematian neonatus akibat komplikasi seperti

Asfiksia, Infeksi ,Hipotermia, Hiperbilirubinemia masih tinggi, Ikterus, dan

BBLR didiharapkan Bidan sebagai ujung tombak pelayanan yang mungkin

menjumpai kasus Ikterus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

memadai sesuai dengan kompetensi dan fasilitas yang tersedia. Bidan dan

perawat yang terampil dan kompeten dalam manajemen Ikterus diharapkan dapat

menangani kasus Ikterus dengan baik dan benar, serta dapat menyebarkan

pengetahuannya kepada keluarga mengenai penanganan Ikterus menggunakan

cara yang mudah.


Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam

darah, sehingga kulit (terutama) dan atau sclera bayi (neonatus) tampak

kekuningan. Pada sebagian besar neonatus ikterus akan ditemukan dalam minggu

pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat

pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. (Risa,2006)

Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada neonatus yang

sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% neonatus cukup

bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa

ikterus pada neonatus harus dilakukan pada waktu melakukan kunjungan neonatal

atau pada saat memeriksa bayi diklinik. (DepkesRI.2006.hlm.24)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada

tanggal 27 april 2018 dengan melihat data sekunder untuk data tahun 2017

Mengingat banyaknya masalah kejadian AKB di daerah Kudus maka perlu

penanganan yang memadai untuk mencegah terjadinya suatu masalah salah

satunya yaitu Ikterus maupun komplikasi lebih lanjut agar dapat menekan

dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, maka penulis merasa

tertarik untuk menyusun Laporan Tugas Akhir tentang Manajemen Asuhan

Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus Neonatorum di BPM Tri

Handayani Menawan Kudus Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas yang telah diuraikan, maka perumusan

masalah dalam kasus ini yaitu “ Bagaimana Cara Penatalaksanaan Asuhan


Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus Neonatorum di BPM Tri

Handayani Menawan Kudus “ ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi

Baru Lahir Dengan Ikterus Neonatorum adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Penulis mampu menjelaskan konsep dasar ikterus serta melaksanakan

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus

Neonatorum dengan manajemen kebidanan

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang a kan dicapai adalah mampu melakukan:

a. Melakukan pengkajian data subjektif dan obyektif pada neonatus dengan

ikterus

b. Melakukan interpretasi data pada neonatus dengan ikterus.

c. Mengidentifikasi diagnose pada neonatus dengan ikterus.

d. Mengidentifikasi antisipasi tindakan segera pada neonatus dengan

ikterus.

e. Mengidentifikasi kebutuhan pada neonates dengan ikterus.

f. Melaksanakan rencana asuhan pada neonates dengan ikterus..

g. Melakukan evaluasi pada neonatus dengan ikterus.

h. Melakukan kolaborasi dengan lain tenaga kesehatan yang lainya itu

dokter anak

i. Mengidentifikasi kesenjangan teori dan praktik.


D. Manfaat

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat menambah informasi dan pustaka dalam ilmu kebidanan mengenai

asuhan kebidanan neonatus dengan ikterus.

2. Bagi Institusi

a. Bagi Akademi Kebidanan Kudus

Membantu mengembangkan ilmu dan menambah wacana serta

informasi bagi pembaca perpustakaan dan meningkatkan kualitas

pendidikan kebidanan khususnya kebidanan pada neonatus dengan ikterus

3. Bagi BPM Tri Handayani Menawan Kudus

Penelitian ini sebagai bahan masukan agar bidan mampu memberikan

pelayanan dan asuhan kebidanan yang dilakukan secara maksimal dan

komprehensif

4. Bagi profesi kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi bidan

dan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

khususnya bayi sehingga tercipta derajat kesehatan yang optimal.

5. Bagi pengguna

a. Orang Tua

Diharapkan bagi para ibu untuk lebih waspada kepada kesehatan anaknya

dan para orang tua dapat mengenal ciri–cirri ikterus pada anaknya.

b. Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, membangun

kerangka empiri (hasil lapangan) dan sebagai masukan bagi pihak yang

ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut, terutama berkaitan dengan

informasi kesehatan neonatus

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini mengambil

materi kesehatan neonatus dengan ikterus yang menjadi kesenjangan antara

teori dan praktik nyata yang menjadi fokus utama dalam penelitian.

2. Ruang LingkupTempat

Penelitian dilakukan di BPM Tri Handayani Menawan Kudus .

3. Ruang LingkupWaktu

Pengambilan ini dilakukan mulai bulan 27 April 2018 – 7 Mei 2018.

4. Ruang Lingkup Subyek

Subyek dari pengambilan kasus ini adalah Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus

Neonatorum.

5. Ruang Lingkup Sosial

Batasan dalam pengambilan kasus Laporan Tugas Akhir ini adalah Bayi

Baru Lahir Dengan Ikterus Neonatorum

F. Metodologi Penulisan

1. Metode Penulisan

Metode dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan

metode diskriptif. Metode diskriptif adalah suatu metode yang dilakukan


dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

obyektif. Secara metodologi, bentuk Laporan Tugas Akhir ini manajemen

kebidanan adalah case study.(Notoatmojo:2003).

Dalam kaitannya dengan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis

melakukan pengamatan dan melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Baru

Lahir Dengan Ikterus Neonatorum.

2. Tehnik Pengumpulan Data

a. Data Primer

1) Wawancara

Adalah suatu metode pengumpulan data, dimana peneliti

mendapatkan keterangan secara lusan dari responden.

(Notoatmojo,2005)

a) Wawancara secara langsung yaitu pengumpulan data yang diperoleh

dari wawancara secara langsung dari pasien.

b) Wawancara secara tidak langsung yaitu pengumpulan data yang

diperoleh dari wawancara dengan keluarga pasien, bidan, dan semua

pihak yang berkaitan dengan pasien.

2) Observasi

Yaitu suatu prosedur yang berencana yang meliputi, melihat dan

mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya

dengan maslah yang diteliti.

Ada dua tehnik observasi antara lain :


a) Metode pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan secara

langsung terhadap pasien yang meliputi pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

b) Observasi tanpa alat

Metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan

secara langsung pada klien serta ikutseta dalam memberikan

asuhan kebidanan.

b. Data Sekunder

1) Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data dengan mempelajari literature yang sesuai

dengan judul guna menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum.

2) Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan mempelajari dokumen – dokumen

pasien sebagai bahan penunjang. Dokumen didapatkan dari Bidan BPM.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,

Manfaat, Ruang Lingkup, Metodologi Penulisan,

Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang Teori Manajemen Kebidanan,

Teori BBL,Teori Ikterus,


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Definisi

a. Manajemen

Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things

done). Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan,

kemudian menyelesaikannya. Manajemen adalah menentukan tujuan

dahulu secara pasti (yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak

dituju) dan mencapainya.

b. Manajemen Kebidanan

Adalah pendekatan yang diberikan oleh bidan dalam menerapkan

metode pemecahan maslah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa

data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

c. Asuhan Kebidanan

Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab

dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan

atau maslah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan ,

nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.(50 tahun IBI,2006).

2. Tujuan Manajemen Kebidanan

a. Jangka Pendek : Jumlah kunjungan meningkat


b. Jangka Panjang : menurunkan AKI sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI

tahun 1990 ( 450 / 100.000 KH ). Menurunkan AKB menjadi <35 / 1.000

KH pada tahun 2015 (WHO/ICM).

Tujuan operasional manajemen harus mengandung unsur – unsur :

1) WHAT : Kegiatan apa yang akan dikerjakan harus jelas

2) WHO : Sasarannya harus jelas, siapa yang akan mengerjakan, beberapa

yang ingin dicapai

3) WHEN : Kejelasan waktu untuk menyelesaikan kegiatan

4) HOW : Prosedur kerjanya ( SOP ) jelas, sesuai dengan SPK (Standar

Pelayanan Kebidanan)

5) WHY : Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan, dengan penjelasan yang

jelas

6) WHERE :Kapan dan dimana kegiatan akan dilakukan tertera jelas

7) Jika perlu ditambah dengan WHICH : Siapa yang akan terkait dengan

kegiatan tersebut ( Lintas sector walaupun ;intas program yang terkait ).

(Syafudin,2009).

3. Fungsi Manajemen

Menurut Ibnu Syamsi, yaitu :

a. Fungsi Perencanaan

b. Fungsi Mengatur Pelaksanaan

1) Pengorganisasian ( Organiszing )

2) Penyiapan Tenaga ( Staffing )

3) Pengarahan ( Directing )
4) Pengkordinasi Laporan ( Development )

c. Fungsi Pengendalian ( Controlling )

d. Fungsi Pengembangan ( Development )

(Syamsi, 2009 )

B. TEORI BAYI BARU LAHIR

1. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

1) Menurut Kosim (2007), bayi baru lahir adalah berat badan antara 2500

gram sampai 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung mengangis dan

tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

2) Menurut Varney (2002), bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

berusia 0-28 hari.

3) Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), bayi baru lahir adalah bayi

yangh lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat

badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.

b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal

Menurut Varney (2002), cirri-ciri bayi baru lahir normal adalah :

1) Berat badan 2500-4000 gram

2) Panjang badan 48-53 cm

3) Lingkar dada 30,5-33 cm

4) Lingkar kepala 31-35,5 cm

5) Nadi 120=150 kali per menit

6) Pernafasan 30-60 per menit


7) Tekanan darah 80 – 60/45 – 40 mmHg pada sat lahir dan 100/50

mmHg sampai hari kesepuluh

8) Warna kulit bayi berwarna merah muda yang bersih rambut

lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

9) Genetalia wanita labia dan klitoris sering terlihat menonjol, fornik

tampak pada lipatan labia, introitus vagina terlihat kadang –

kadang ditemukan lender (mucoid show).

10) Kuku-kuku jarinya panjang dan cukup tajam, untuk membuat

cakaran yang dalam

11) Reflek yang dalam

12) Reflek hisap dan menelan sudah dibentuk

13) Reflek mata sudah baik, bayi bila dikagetkan akan

memperlihatkan gerakan seperti memeluk

14) Eliminasi baik, urine, mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna kuning kecoklatan.

c. Periode Bayi Baru Lahir

Menurut Varney (2002), periode bayi naru lahir yaitu :

1) Peroide I adalah periode reaktivitas pertama yang dimulai pada

saat bayi lahir, berlangsung selama 30 menit pertama setelah

lahir. Pada periode ini bayi terjaga dengan mata terbuka.

Memberikan respon terhadap stimulus, menghisap dengan penuh

semangat dan menangis. Kecepatan pernapasan sampai 82 kali.

Denyut jantung sampai 180 kali/menit dan bising usus aktif.


Perawatan khusus : jaga bayi agar tetap hangat dengan

menggunakan selimut hangat atau lampu penghangat diatas

kepala.

2) Periode II adalah periode tidur yang tidak berespon yang

berlangsung 30 menit sampai 2 jam setelah lahir. Dalam periode

ini bayi berada dalam tahap tidur yang nyenyak. Denyut jantung

menurun selama periode ini hingga berkurang dari 140 kali/menit

dan kecepatan pernafasan lambat dan tenang. Bayi mungkin

mengeluarkan mekonium dan urin. Periode ini berakhir ketika

lender pernapasan telah berkurang.

3) Periode III merupakan periode reaktivitas kedua atau periode

stabilitasi yang berlangsung 2 sampai 6 jam setelah lahir. Pada

periode ini bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun. Tanda-

tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan dan hangat.

d. Penilaian bayi baru lahir dengan menggunakan Apgar Score

Apgar Score ini perlu dilakukan karena untuk mengetahui apakah

bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung

(heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone),

warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsangan (respone to stimuli).

Setiap penilaian diberi nilai angka 0,1, dan 2. Dari hasil penilaian tersebut

dapat diketahui apakah bayi normal (nilai apgar (0-3). Penilaian dilakukan

pada menit ke-1 dan menit ke-lima (Wiknjosastro, 2002)


Table 2.1

Penilaian Apgar Score

Tanda Nilai Jumlah


0 1 2 1'5'10

Warna Kulit Pucat badan merah seluruh tubuh

Frekuensi nadi tidak ada <100 >100

Reaksi
rangsangan tidak ada Sedikit batuk/bersin

Tonus otot tidak ada Sedikit gerakan pasif


semua/tidak
Pernafasan tidak ada teratur baik/menangis

e. Perubahan-perubahan fisiologis pada bayi baru lahir

1) Pernafasan

Pola respirasi agak menyimpang selama beberapa jam pertama

setelah dilahirkan dengan frekuensi antara 40 dan 60 kali permenit.

Sesydah dua jam, frekuensi respirasi menurun dan berkisar di sekitar

40 kali permenit ketika bayi dalam keadaan tidur. Frekuensi respirasi

dihitung dengan mengamati naik turunnya abdomen (Farrer, 2001).

2) Suhu sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya

lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah, suhu

tubuh bayi yang normal sekitar 360C – 370C (Wiknjosastro, 2002).


3) Kulit bayi harus berwarna merah muda yang bersih, mungkin terdapat

sedikit sianosis pada dan tangan selama 24 jam pertama. (Farrer,

2001).

4) Urine

Bayi berkemih hanya sesekali atau dua kali selama 24 jam pertama.

Urine sering disekresikan pada saat lahir dan kejadian ini mungkin

tidak diketahui sesudah hari pertama, ekskresi urine akan terjadi

dengan sering yaitu sekitar 10-12 kali per hari. Mungkin urine

berwarna agak kemerahan akibat kandungan urat di dalamnya(Ferrer,

2001).

5) Feses

Feses yang berbentuk mekonium berwarna hijau tua yang telah

berada di saluran pencernaan selama janin berumur 16 minggu, mulai

akan keluar dalam 24 jam. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai

hari ke 2-3. Pada hari ke-4 sampai hari ke-5 warna tinja menjadi coklat

kehijau- hijauan ( Wiknjosastro, 2002).

6) Tali Pusat

Pada umumnya tali pusat akan puput pada waktu bayi berumur 6-7

hari. Bila tali pusat (lepas) maka setiap sesudah mandi tali pusat harus

dibersihkan dan dikeringkan. Caranya adalah dengan membersihkan

pangkal tali pusat yang ada di perut bayi dan daerah sekitarnya dengan

kassa kering. (Depkes RI, 2009).


7) Refleks

Menurut Ferrer (2001), reflex yang terdapat pada neonatorum normal yaitu :

a) Reflex morro (reflek peluk)

Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan ke atas dank e

bawah, seakan memeluk seseorang.

b) Reflek tonicneck

Anak akan mengangkat leher dan menoleh ke kanan/kiri jika

ditekankan pada posisi tengkurap

c) Reflek rooting

Sentuhan pipi atau bibir yang menyebabkan kepala menoleh kea rah

sentuhan.

d) Reflek sucking ( menghisap dan menelan ) timbul bersama-sama dengan

rangsangan pipi untuk menghisap putting susu dan menelan ASI.

e) Reflek grasping (genggaman, Darwin)

Bila jari diletakkan pada telapak tangan anak akan menutup telapak

tangan tadi.

f) Reflek babinsky

Bila ada rangsangan dari telapak tkaki, ibu jari kaki akan bergerak ke

atas dan jari lainnya akan membuka.

g) Reflek stapping

Jika bayi dibuat posisi berdiri maka aka nada gerakan spontan kaki

melangkah ke depan walaupun belum bisa berjalan.


C. TEORI IKTERUS

1. Pengertian

Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga

50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin

tak terkongjugasi dan ikterus pada hari ketiga (Myles,2009).

Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti

kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sclera mata atau jaringan

lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh

bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Bilirubin

merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem reti

kuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir <2

mg/dl.Pada konsentrasi> 5mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis

berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membrane mukosa yang disebut

ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.

Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 50% bayi cukup

bulan (aterm) dan75% bayi kurang bulan (preterm). (Winkjosastro,2007)

2. Klasifikasi ikterus

Ikterus fisiologis adalah:

a. Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang

setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.

b. Tidakmempunyaidasarpatologis

c. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan

d. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus


e. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi

f. Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah

Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan

pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak

mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus

(ensefalopatibiliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin

indirek pada otak.(Sarwono,2008)

Ikterus patologis adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam

darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbu lkan

kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai

hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan

hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12mg% pada cukup bulan,

dan 15mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10mg% dan 15mg%.

(Sarwono,2002).

a. Ikterus yang terjadi pada 24jam pertama

b. Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau

>10mg% pada neonates kurang bulan.

c. Ikterus den peningkatan kadar bilirubin >5mg% perhari.

d. Ikterus pada BBLR yang terjadi hari ke 2-7

e. Ikterus pada BBLR dengan pewarnaan kuning melebihi/melewati daerah

muka

f. Ikterus yang cenderung menjadi patologis adalah:

1) Ikterus yang terjadi pada 24jam pertama setelah lahir


2) Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg% atau lebih setiap

24jam

3) Ikterus yang disertai:

a) Beratlahirkurangdari2000gram

b) Masa gestasi kurang dari 36 minggu

c) Asfiksia, hipoksia, dan sindroma gawat nafas pada neonates

d) Infeksi

e) Trauma lahir pada kepala

f) Hipoglikemia,

g) Hiperosmolaritas darah

h) Proseshemolisis

4) Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia kurang dari 8 hari

atau 14 hari

5) Tabel1.KlasifikasiI kterus

Klasifikasi Ikterus

Tanya dan Lihat Tanda/Gejala Klasifikasi


Mulai kapan ikterus? Ikterus segera setelah lahir Ikterus patologis

Ikterus pada 2 hari pertama

Ikterus pada usia > 14hari

Bayinya kurang bulan? Ikterus

Daerah mana yang Lutut/siku/lebih Bayi kurang

ikterus? bulan
Ikterus usia 3-13 hari Ikterus fisiologis

Tanda patologis (-)

3. Tanda DanGejala

Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

1. Gejala akut:

Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada

neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

2. Gejala kronik:

Tangisan yang melengking (highpitchcry) meliputi hipertonus dan

opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa

paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis

sebagian otot mata dan dysplasia dentalis).

Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warnaku ning

(ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat

saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µm ol/l.

Gejala utamanya adalah kuning dikulit, konjungtiva dan mukosa.

Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala :

a. Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum,

muntah-muntah)

b. Pucat,Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis.

Ketidak cocokan golongan darah A, B, O, rhesus, defisiensi G6PD)

Atau kehilangan darah ekstra vaskular.


c. Trauma lahir, Bruising, sefal hematom (peradarahan kepala),

perdarahan tertutup lainnya.

d. Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat

disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat.

e. Letargik dan gejala sepsis lainnya.

f. Petekiae (bintik merah dikulit). Sering dikaitkan dengan infeksi

congenital, sepsis atau eritroblastosis.

g. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) Sering berkaitan

dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati

h. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)

i. Omfalitis (peradangan umbilikus)

j. Hipotiroidisme (defisien siaktivitas tiroid)

k. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus

koledokus)

l. Feses dempul disertai urin warna coklat. Pikirkan ke arah

ikterusobstruktif.

4. Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir,karena

a. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak

dan berumur lebih pendek.

b. Produksi bilirubin serum yang berlebihan. Hal ini melebihi

kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis

yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah


lain, defisiensi enzimG-6-PD, piruvatkinase, perdarahan tertutup dan

sepsis.

c. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan

fungsi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan

fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak

terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar) .

Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein dalam hepar yang

berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke selhepar.

d. Gangguan transportasi karena kura ngnya albumin yang mengikat

bilirubin. Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian

diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat

dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi

albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang

bebas dalam darah yang mudah melekat kesel otak.

e. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver m

(karena infeksi atau kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat terjadi

akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar

hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam

hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

5. Penyebab Ikterus

a. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau iso imunisasi Rhesus,

defisiensi G6PD ,sferositosis herediter dan pengaruh obat


b. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi

intrauterin.

c. Polisitemia.

d. Ekstra vasasi sel darah merah, sefalhematom ,kontusio, trauma lahir

e. Ibu diabetes.

f. Asidosis.

g. Hipoksia/asfiksia.

h. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi

enterohepatik.

i. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis)

yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidak sesuaian) darah bayi

dengan ibunya.

j. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan

fungsi liver.

k. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat

bilirubin.

l. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena

infeksi atau kerusakan sel liver

6. Penegakan Diagnosis

a. Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih

dapat digunakan apabila tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan

pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya bias penilaian. Secara


evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, namun

apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan

skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostic

dan tatalaksana lebih lanjut.

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara

visual, sebagai berikut:

1) Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang

hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih

parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat

pada pencahayaan yang kurang.

2) Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui

warna dibawah kulit dan jaringan subkutan.

3) Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian

tubuh yang tampak kuning.

b. Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis

ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih

lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbang kan dalam pelaksanaan

pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan

invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbilitas neonatus.

Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus

dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)


Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar

bilirubin total >20mg/dL atau usia bayi >2 minggu.

c. Bilirubin ometer Transkutan

Bilirubin ometer adalah instrument spektro fotometrik yang bekerja

dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan

panjang gelombang 450nm. Cahaya yang dipantulkan merupakan

representasi warna kulit neonates yang sedang diperiksa.

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang

amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai

menggunakan multi wavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh

pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining,

bukan untuk diagnosis.

d. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini

menerangkan mengapa ensefalopatibilirubin dapat terjadi pada konsentrasi

bilirubin serum yang rendah.

Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar

bilirubin bebas. Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase.

Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap

bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan

bilirubin bebas, tatalaksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.


Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin

dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini maka

pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat

digunakan sebagai indeks produksi bilirubin.

e. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini

menerangkan mengapa ensefalopatibilirubin dapat terjadi pada konsentrasi

bilirubin serum yang rendah.

Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar

bilirubin bebas. Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase.

Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap

bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan

bilirubin bebas, tatalaksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin

dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini maka

pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat

digunakan sebagai indeks produksi bilirubin.

7. Faktor Resiko

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum :

1) Faktor Maternal :

a. Rasa tau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American, Yunani)

b. Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

c. Penggunaan infuse oksitosin dalam larutan hipotonik.


d. ASI

2) FaktorPerinatal :

a. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

b. Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

3) Faktor Neonatus

a. Prematuritas

b. Faktor genetic

c. Polisitemia

d. Obat (streptomisin, kloram fenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

e. Rendahnya asupan ASI

f. Hipoglikemia

g. Hipoalbuminemia

8. Patofisiologi

1) Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari

pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin

reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem

retikuloen dotelial,

2) Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh

protein intraseluler ‘’Y protein’’dalam hati.pengambilan tergantung pada

aliran darah hepatic dan adanya ikatan protein.

3) Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh

enzim asam uridin difos foglukuro naturidin diphospho glucuronic acid


(UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubinmono dan diglucuronida

yang polar larut dalam air (bereaksi direk).

4) Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi

melalui ginjal dengan konjugasi bilirubin masuk dalam empedu melalui

membran kanalikular kemudian ke sistem gastointestinal dengan

diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan

urin.beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi

enterohepatik.

5) Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang

larut dalam lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi indirek)

6) Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari

defisiensi atau tidak aktif nya glukuronil transferase. Rendahnya

pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein

hepatic sejalan dengan penurunan darah hepatik.

7) Jundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari

hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak

yang terdapat dalam ASI terjadi 4- 7 hari setelah lahir dimana terdapat

kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25–30 mg/dl selama

minggu ke 2- ke 3. biasanya bisa mencapai usia 4 minggu dan menurun

setelah 10 minggu. Jika pemberian ASI dilanjutkan, hyperbilirubinemia

akan menurun berangsur angsur dapat menetap selama 3-10 minggu pada

kadar yang lebih rendah. jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin

serum akan turun dengan cepat biasanya 1-2 hari dan pengganti ASI
dengan susu formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengan

cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin

tidak kembali ke kadar yang tinggi seperti sebelumanya.

8) Bilirubin yang patologi tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam

pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis

muncul antara 3-5 hari sesudah kelahiran.

9. Penatalaksanaan Ikterus

a. Bawa segera ketenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada

bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) atau kah sudah patologis.

b. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab

yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak

tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan

pemeriksaan dan perawatan yang memadai.

c. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan

pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada

kasus yang lebih berat.

10. Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir :

Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah

seorang perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut

melihat bahwa bayi yang mendapatkan sinar matahari di bangsalnya

ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan dengan bayi

lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut mulai


melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap hiperbilirubinemia

ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar matahari, sinar

lampu tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar

bilirubin pada bayi premature yang diselidikinya.

Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi juga

efektif terhadap hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Pengobatan cara ini

menunjukkan efek samping yang minimal, dan belum pernah dilaporkan

efek jangka panjang yang berbahaya.

a. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat

memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel

reproduksi bayi.

b. Bayi diletakkan 8 inci dibawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak

yang terbaik untuk mendapatkan energy yang optimal.

c. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh

bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.

d. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.

e. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.

f. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan

hemolisis.

g. Pengawasan nutisi/ASI

Untuk pemberian ASI sangat dianjurkan untuk memberikan ASI

ekslusif yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan pendamping lainnya


selama 6 bulan penuh kemudian dilanjut kan sampai usia dua tahun

dengan ditambah makanan pendamping ASI.

Bila dievaluasi ternyata tidak banyak perubahan pada kadar

bilirubin, perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang kurang efektif,

atau ada komplikasi pada bayi seperti dehidrasi, hipoksia (kekurangan

oksigen), infeksi, gangguan metabolisme, dan lain-lain.

11. Komplikasi

Setiap pengobatan selalu akan menimbulkan efek samping. Dalam

penelitian yang dilakukan selama ini, tidak ditemukan pengaruh negatif

terapi sinar terhadap tumbuh kembang bayi. Efek samping hanya bersifat

sementara, dan dapat dicegah atau diperbaiki dengan memperhatikan tata

cara penggunaan terapi sinar.

Kelainan yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain :

a. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian

cairan harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa

minum ASI, sesering mungkin berikan ASI.

b. Frekwensi buang air besar meningkat karena hiperperistaltik (gerakan

usus yang meningkat).

c. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan

alat gerak.

d. Kenaikan suhu tubuh.

e. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum, rewel, yang

hanya bersifat sementara


Komplikasi biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding dengan

manfaat penggunaannya. Karena itu terapi sinar masih merupakan pilihan

dalam mengatasi hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.

12. Mencegah Ikterus Pada Bayi

Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan

kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi

pada janin, dan hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim.

Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir,

lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat.

Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi

sekitar jam 7– jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka

pakaiannya.

13. Kremer Ikterus

Gambar1. Derajat Kremer Ikterus

Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan

terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan
sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu

menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar.

Tabel2.DerajatKremerIkterus

Derajat kremer Kadar

No Bagian tubuh yang kuning bilirubin

1 I Daerah kepala dan leher 5,0mg%

2 II Sampai batas atas 9,0mg%

3 III Sampai badan bawah hingga 11,4mg%.

tungkai.

4 IV Sampai daerah lengan, kaki 12,4mg%

bawah dan lutut

5 V Sampai Daerah telapak tangan 16,0mg%

dan kaki.

14. Bagan Penanganan Ikterus

Tabel 3. Penanganan Ikterus

Tanda-Tanda ning pada kulit dan sclera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit,

dan kejang kejang


Kategori Normal Fisiologik Patologik

Penilaian
1. Daerah ikterus 1 1+2 1sampai4 1sampai5 1sampai5

(rumus kremer)

2. Kuning hari ke: 1-2 >3 >3 >3 >3


Penanganan
Bidan atau Terus . Jemur dimata hari pagi jam 7-9 selama1.10Rujuk ke rumah

puskesmas diberi menit sakit

ASI 2. Badan bayi telanjang, mata ditutup 2. Banyak minum

3. Terus diberi ASI


Rumah sakit Sama Sama denganTerapi Terapisinar

dengan diatas sinar


ksa golongan darah ibu dan bayi periksa kadar

bilirubin
Nasihat bila Waspadai Tukar darah

semakin bilakadar

kuning bilirubin naik

,kembali >0.5mg/jam
15. Patway Iketerus

Tabel 4.Patway Ikterus


16. Teori Manajemen Kebidanan SOP PENATALAKSANAAN

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari

pengkajian, analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Asri.2009).

Menejemen asuhan kebidanan menurut Varney ( 7 langkah ) meliputi :

1. Langkah I: Pengumpulan data dasar

Mengumpulkan data adalah menghimpunan formasi tentang klien/orang

yang minta asuhan. Pengumpulan data mengenai seseorang tidak akan

selesai jika setiap informasi yang dapat diperoleh hendak

dikumpulkan.Maka dari situ sebelumnya harus mempertanyakan: data apa

yang cocok dalam situasi kesehatan seseorang pada saat bersangkutan. Data

yang tepat adalah data yang relefan dengan situasi yang sedang ditinjau.Data

yang mempunyai pengaruh atas/berhubungan dengan situasi yang sedang

ditinjau.

Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan

dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan

berlangsung. Data secara garis besar, di klasifikasikan menjadi data subjektif

dan objektif.

Pada waktu mengumpulkan data subyektif bidan harus mengembangkan

antar personal yang efektif dengan pasien/klien yang diwawancarai, lebih

memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang


mencemas kan berupa yang mendapat data fakta yang sangat bermakna

dalam kaitan dengan masalah pasien.

2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnose atau masalah dan

kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpul kan diinterpretasikan

sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik.

3. Langkah III: Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial

Mengidentifikasikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan penceghan, sambil mengamati

klien bidan diharapkan dan bersiap siap bila diagnosa/ masalah potensial ini

benar-benar terjadi.

4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu

tindakan segera demi keselamatan bayi dan balita, beberapa data

menunjukan situasi yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain.

Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien

yang paling tepat.


5. Langkah V: Merencanakan asuhan yang komperhesif menyeluruh

Pada langkah ini direcanakan asuhan yangmenyeluruh ditentukan oleh

langkah sebelumnya. Langka ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah

ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dilengkapi.

6. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah 5 dilaksanakan secara efesien dan aman. Dalam langkah ini bidan

dapat berkolaborasi dengan dokter dalam manajemen asuhan bagi pasien

yang mengalami komplikasi.

7. Langkah VII :Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

17. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus

1. Data subyektif :

a. Identitas data pasien dan orang tua

Menurut darwan budi suyanto, identitas merupakan bagi anter

penting dalam suatu anamesis. Identitas diperlukan untuk memastikan

bahwa anak yang diperiksa benar-benar adalah anak yang dimaksud

b. Alasan dadatang/kunjungan
Pada pengkajian alas an kunjungan meliputi apa yang menjadi

alasan pasien untuk datang ke rumah sakit yaitu apakah bayi baru lahir

atau kah ada alasan bahwa pasien datang dengan keluhan seperti malas

minum, warna kulit bayi kuning atau ada alas an yang lainnya.

c. Keluhan utama

Anamesis ini dimulai dengan keluhan utama yaitu keluhan atau

gejala yang menyebabkan pasien dibawa oleh orang tua berobat

misalnya orang tua mengeluh tubuh bayi kuning ataupun bayi malas

minum.

d. Riwayat perkawinan

Pengkajian riwayat perkawinan meliputi usia menikah, lama

pernikahan, menikah berapa kali, dan status pernikahan syah atau tidak.

e. Riwayat obstetri

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hamil ke berapa,

umur kehamilan, jenis kelamin, jenis persalinan, penolong komplikasi

persalinan dan keadaannya.

f. RiwayatKehamilan

Berapa kali ANC, imunisasi TT, merasakan gerakan janin pertama,

keluhan pada TM I, II, dan TM III, HPHT, serta HPL.

g. Riwayat persalinan

Riwayat persalinan harus ditanya dengan teliti termasuk tanggal,

tempat kelahiran, siapa yang menolong misalnya dokter, bidan atau

dukun, cara kelahiran misalnya spontan, dibantu dengan alat, atau secara
SC, umur kehamilannya (UK) apakah < 37 minggu (preterem) atau > 37

minggu (aterem), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah

lahir dan morbiditas pada kelahiran pada hari pertama misalnya apakah

bayi mengalami asfiksia, hipotermi atau ikterus dalam 24 jam. Masa

kehamilan pasien juga perlu ditanyakan apakah cukup bulan atau tidak.

h. Riwayat imunisasi

Status imunisasi harus ditanyakan secara rutin khususnya BCG,

DPT, Polio, Campak dan hepatitis B. Kemudian dapat dilihat pada Kartu

Menuju Sehat (KMS).

i. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit meliputi riwayat penyakit keluarga, keturunan

kembar, dan riwaayat operasi.

j. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pengkajian pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola

nutrisi pada neonatus dengan ikterus diberikan lebih banyak nutrisi

berupa ASI eksklusif dengan frekuensi secara ondeman data upaling

tidak 3 jam sekali, pola eliminasi pada bayi dengan ikterus biasanya

feses berwarna kuning, personal hygiene, dan istirahat.

k. Data psikososial

Data psikososial misalnya seperti apakah kehadiran bayi nya

disambut dengan baik atau tidak, siapa yang merawatnya apakah bayi

dirawat oleh kedua orang tua kandung, oleh neneknya, atau diasuh oleh

orang lain
2. Data obyektif :

a. Pemeriksaan umum

Pada pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum, kesadaran pasien,

tanda-tanda vital meliputi nadi, tensi, suhu, respirasi.

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Kepala :Adakah caput susadenum, bagaimana warna rambut,

terdapat bekas luka atau tidak, bagaimana keadaan

suturanya.

Wajah : Terdapat pucat, odem atau tidak pada muka,

pewarnaan pada muka bagaimana apakah pucat, kuning,

atau biru.

Mata : Cekung atau tidak, pewarnaan pada konjungtiva pucat,

kemerahan atau putih, dan warna sklera kuning atau

merah muda.

Mulut dan gigi : Apakah terdapat karies atau tidak, mulut bersih atau

tidak, berwarna pucat, biru, atau kemerahan.

Leher : Adakah pembesaran pada Kelenjar tyroid, kelenjar

limfe,dan getah bening.

Dada : Ada tarikan dinding dada atau tidak, simetris atau tidak,

serta pewarnaan pada bagian dada apakah kuning atau

kemerahan
Abdomen : Kembung atau tidak, keadaan tali pusat apakah kering

atau basah, terdapat tanda-tanda infeksi tali pusat atau

tidak, pewarnaan pada bagian abdomen kuning atau

kemerahan, serta dinding abdomen.

Genetalia :Ada lubang ureter, atau adanya kelainan pada bagian

genetalia untuk jenis kelamin laki-laki apakah ada penis,

apakah ada 2 testis dalam 1 scrotum apakah penis

berlubang di ujung dan untuk jenis kelamin

perempuan apakah labia mayora kanan dan kiri

menutupi labia minora kanan dan kiri atau tidak, terdapat

vagina atau tidak, terdapat clitoris ataut idak.

Anus : Berlubang apa tidak

Ekstrimitas : Adanya kelainan pada bagian ektrimitas seperti

pembengkak pada bagian kaki dan tangan adakah fraktur

pada bagian ekstremitas serta pewarnaan pada bagian

ekstremitas apakah kuning atau tidak.

Palpasi : Setelah diinspeksi dilakukan pemeriksaan lanjut dengan

meraba telapak tangan sehingga dapat ditentukan bentuk,

besar, tepi permukaan serta konsistensi organ

Perkusi :Tujuan nya untuk mengetahui perbedaan suara ketuk

sehingga dapat ditentukan batas batas suatu organ pada

paru, jantung dan hati.


c. Data Penunjang

Melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui jenis penyakit

3. Analisa/Diagnosa :

Data yang telah dikumpulkan, di interpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnose yang spesifik. Interpretasi data pada bayi seperti:

a. Diagnosa : Asuhan kebidanan pada neonates umur 0-28 hari dengan

ikterus

Dasarnya:

1) Data subyektif

2) Data obyektif

b. Masalah : kurangnya pengetahuan tentang penyakit ikterus pada bayi

c. Kebutuhan : KIE tentang penyakit bayi

4. Diagnosa potensial

Diagnosa potensial pada penyakit ikterus antar lain : terjadi akumulasi

bilirubin dalam darah sehingga kulit (terutama) dan atau sclera bayi

(neonatus) tampak kekuningan dan muncul pewarnaan kuning pada

permukaan kulit, bayi mengalami dehidrasi/kekurangan cairan, serta

berpotensial juga terjadi kern ikterus

5. Antisipasi

Antisipasi yang dilakukan pada neonates dengan penyakit ikterus adalah

melakukan pemeriksaan laboratorium berupa cek bilirubin 24 jam sekali,

memberikan asi secara ekslusif, serta bila kadar bilirubin <10mg/dl pada bayi

prematur dan <12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan maka lakukan fototerapi.
6. Rencana

Rencana tindakannya dengan cara Jemur dimatahari pagi jam 7-9 selama

10 menit, badan bayi telanjang, mata ditutup, terus diberi ASI dan banyak

minum untuk bayi dengan ikterus neonatorum fisiologis dan perencanaan

untuk fototerapi dan pemenuhan nutrisi untuk bayi dengan ikterus

patologis.

7. Evaluasi

Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan pada neonatus adalah

tidak terjadi akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit (terutama) dan

sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan serta tidak terjadi komplikasi

yang lebih berat, dan adakah kesenjangan antara teori dengan praktik atau

tidak.
INTRUMEN PENELITIAN
KESENJANGAN TEORI DG PRAKTIK
FORMAT ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL NORMAL/ DENGAN….
By Ny… UMUR….
DI ………

Tanggal pengkajian :
Jam :
Tempat Pengkajian :
I.       IDENTITAS
Nama bayi :
Umur bayi :
Tgl/jam/lahir :
No. Reg :

Nama Ibu : Nama Ayah :


Umur : Umur :
Suku Bangsa : Suku Bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat :
II.    SUBJEKTIF
A.    Riwayat penyakit kehamilan
  Perdarahan :
  Pre eklamsia :
  Eklamsia :
  Penyakit kelamin :
  Dan lain-lain :
B.     Kebiasaan waktu hamil
  Makanan :
  Obat-obatan :
  Merokok :
  Lain-lain :

C.     Riwayat persalinan sekarang


Jenis persalinan :
Ditolong Oleh :
Lama Persalinan :
Kala I : Jam Menit
Kala II : Jam Menit
Ketuban pecah : spontan/amniotomi
Warna : Bau/tidak
Komplikasi persalinan
Ibu :
Bayi :
Keadaan bayi baru lahir
Nilai APGAR SKOR
IMD : berhasil dalam ……….menit
Pola menyusui :
Kekuatan menghisap :
D.    Resusitasi
Pengisapan lender : ya/tidak
Rangsangan : Ya/tidak
Ambu : Lamanya : menit
Massase jantung : Lamanya : menit
Intubasi Endutraheal :
Oksigen : ya/tidak
Terapi : ya/tidak

III. OBJEKTIF
 Bayi lahir tanggal……………jam……ditolong oleh………
 Keadaan umum : baik/ tidak
 TTV : N: ,P: ,R:
 Kepala : ada kelainan atau tidak
 Ubun-ubun : cekung atau tidak
 Muka : ada kelainan atau tidak
 Mata : ada kelainan ada tidak
 Kulit : warna merah muda/ kebiru-biruan
 THT : ada kelainan/ tidak
 Mulut : bersih/ masih ada lendir
 Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid/ tidak
 Dada : simetris/ tidak simetris
 Paru : ada Ronkhi/ tidak
 Jantung : normal/ tidak, ada mur-mur/ tidak
 Abdomen : supel/tidak, kembung/ tidak
 Genitalia : bersih/ tidak, ada kelainan/ tidak
 Anus : normal/ tidak, lubang (+/-)
 Ekstremitas : lengkap/ tidak
 Pengeluaran air kemih : (+/-)
 Pengeluaran mekonium: (+/-)
 Reflek
Reflek Moro
Reflek Rooting
Reflek Walking
Reflek Graphs/plantar
Reflek Sucking
Reflek Toning neck
V.    Antropometri
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar lengan atas
IV. ANALISA
a. Diagnosa Kebidanan
Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan umur…… jam/ hari (dengan…..)
b. Diagnosa Masalah
V.    PENATALAKSANAAN (contoh )
a. Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi, bayi menangis kuat.
b. Menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat.
c. Bounding attachment dan memberikan ASI pada bayi segera dan bayi mau menghisap, bayi di
bungkus dengan kain flannel.
d. Mengidentifikasi bayi, bayi laki-laki, BB 3100 gram, PB 50 cm, anus ada.
e. Memberikan vitamin K sebanyak 1 mg/ oral selama 3 hari.
f. Merawat mata.
CONTOH
Puskesmas/ RS/ RB : No. RM :
Nama Pasien :

CATATAN PERKEMBANGAN Nama Bidan :


Tanggal & jam Catatan Perkembangan Nama &
(SOAP) Paraf
14/ 07/ 2012 & S :- Ria ADP
Jam 16.00 O: KU baik, menangis kuat, gerak aktif, kulit merah, suhu
37,3 °C, P: 40x/ menit, sesak -, sianosis -, reflek isap
baik, abdomen tidak kembung, tali pusat basah,
perdarahan -, tanda-tanda infeksi -, BAK +, BAB
mekonium.
A: NCB SMK umur 1 jam
P:
1.      Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi tiap
4 jam.
2.      Menjaga suhu tubuh bayi agar tidak hipotermi, dengan
memakai baju dan dibungkus dengan kain flannel serta
didekatkan dengan ibunya.
3.      Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI, setiap
kali bayi membutuhkan.
4.      Merawat tali pusat setiap pagi, sore dan bila
diperlukan.
5.      Memberikan Vitamin K 1 sebanyak 1 mg/ oral selama
3 hari.

KUESIONARE BIDAN ,

BAB 3 PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai