Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
signifikan, yang dapat mengakibatkan tingkat keparahan yang berbeda pada tiap
penting dari faktor penyebab lainnya. Faktor resiko genetik yang paling sering
(GOLD) 2007, dibagi atas 4 derajat, yaitu : derajat 1 (PPOK ringan), derajat 2
Penderita PPOK akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak nafas, batuk-batuk
kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (+). Sedangkan PPOK ringan dapat
tanpa keluhan atau gejala. Dan baku emas untuk menegakkan PPOK adalah uji
spirometri.
1
terjadi gagal nafas, infeksi berulang dan cor pulmonal. Prognosa PPOK
tergantung dari stage / derajat, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain.
2
BAB II
2.1. Definisi
Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat
memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat
diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan
dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria
PPOK.
Pertambahan penduduk
3
Industrialisasi
pertambangan
(PDPI,2010)
a) Riwayat merokok
Perokok aktif
Perokok pasif
Bekas perokok
dalam tahun :
Ringan : 0-200
4
Sedang : 200-600
Berat : >600
3. Hipereaktiviti bronkus
2.3 Patogenesis
perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu,
metaplasia.
kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus
5
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi
sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas seperti
pada gambar 1.
6
(lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+
(dinding saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan
(Sumber : PDPI,2010)
2.4 Klasifikasi
aliran udara ringan (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 > 80% Prediksi). Pada derajat ini,
7
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1 / KVP < 70%; 50% < VEP 1
< 80%), disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas. Dalam tingkat ini
pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas yang
dialaminya.
(VEP1 / KVP < 70%; 30% VEP1 < 50% prediksi). Terjadi sesak nafas yang
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 <
30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan adanya gagal nafas
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh
sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa
2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala
ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan
8
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
pernapasan
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
9
Hipertropi otot bantu napas
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
jauh
10
Ciri khas yang mungkin ditemui pada penderita PPOK :
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
a. Pemeriksaan rutin
Faal paru
VEP1/KVP ( %).
11
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) <
75 %
dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
Uji bronkodilator
APE meter.
VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
Darah rutin
Radiologi
12
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
appearance)
Normal
b. Pemeriksaan khusus
Faal paru
13
DLCO menurun pada emfisema
Sgaw meningkat
Jentera (treadmill)
14
minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru
Radiologi
Elektrokardiografi
Ekokardiografi
15
Bakteriologi
Indonesia.
Asma
Pneumotoraks
16
Gagal jantung kronik
(Sumber : PDPI,2010)
17
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
1. Edukasi
2. Obat – obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
18
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga
penatalaksanaan PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan
2.8.1 Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK
stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK
adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus
dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari
asma.
berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi
19
gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di
klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang khusus
dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi
keterbatasan aktivitas. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penderita.
5. Penyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan
1. Berhenti merokok
20
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK
ditegakkan
3. Penggunaan oksigen
Berapa dosisnya
5. Tanda eksaserbasi :
Sputum bertambah
21
Sputum berubah warna
edukasi sebaiknya diberikan berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu
banyak pada setiap kali pertemuan. Edukasi merupakan hal penting dalam
pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit
Ringan
Sedang
22
Program latihan fisik dan pernapasan
Berat
23
2.8.2 Obat – obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (
- Golongan antikolinergik
24
Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
mempermudah penderita.
- Golongan xantin
terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk
mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
25
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
- Lini I : amoksisilin
makrolid
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid baru
d. Antioksidan
e. Mukolitik
f. Antitusif
26
Tabel 3. Penatalaksanaan PPOK
27
(Sumber : PDPI,2010)
3 Terapi Oksigen
hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah
28
a. Manfaat oksigen :
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
b. Indikasi
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,
29
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
Terapi oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat
dengan gagal napas kronik. Sedangkan di rumah sakit oksigen diberikan pada
PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang rawat ataupun ICU.
LTOT )
stabil terutama bila tidur atau sedang aktiviti, lama pemberian 15 jam setiap hari,
pemberian oksigen dengan nasal kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada waktu
tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang sering terjadi bila penderita tidur.
Terapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan
darah atau pulse oksimetri. Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di
atas 90%.
30
c. Alat bantu pemberian oksigen :
- Nasal kanul
- Sungkup venturi
- Sungkup rebreathing
- Sungkup nonrebreathing
Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi
4 Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas
akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat
berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di
31
Bentuk ventilasi mekanik tanpa intubasi adalah Nonivasive Intermitten Positif
- Volume control
- Pressure control
NIPPV bila digunakan bersamaan dengan terapi oksigen terus menerus (LTOT
pada :
- Kualiti hidup
32
- Frekuensi napas > 25 kali per menit
NPV tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas,
2.8.5 Nutrisi
- Antropometri
33
keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila perlu
nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa
nasogaster.
terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas
- Hipofosfatemi
- Hiperkalemi
- Hipokalsemi
- Hipomagnesemi
nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian
34
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan
yang disertai :
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim
multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog.
Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan
latihan pernapasan.
35
Latihan untuk meningkatkan kemapuan otot pernapasan
b. Endurance exercise
36
2.8.7 Terapi Pembedahan
Bertujuan untuk :
1. Bulektomi
(LVRS)
3. Transplantasi paru
37
Tabel 4. Algoritma PPOK
(Sumber : PDPI,2010)
38
2.9 Komplikasi
1. Gagal napas
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
- Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH
normal, penatalaksanaan :
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
- Antioksidan
39
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing Gagal napas akut pada gagal
- Demam
- Kesadaran menurun
- Infeksi berulang
koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik
ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit
darah.
Kor pulmonal :
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal
jantung kanan
2.10 Pencegahan
40
- Hindari asap rokok
- Berhenti merokok
41
DAFTAR PUSTAKA
hhtp://www.andikacp.wordpress.com/2009/07/26/PPOK-eksaserbasi-
akut
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/konsensus-ppok
http://www.bmj.com/content/332/7552/1261.full
www.kalbe.co.id/news/seminar/acuanpenangananppokterkini
hhtp://Irwanto-FK04USK.blogspot.com/2010/08/Penyakit-Paru-
Obstruktif-Kronik-PPOK.html
42
9. Rahajeng 2009. Penggunaan Rasional Antibiótica Pada Pasien
PPOK. . Didapat
dari:http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/01/penggunaan-rasional-
antibiotik-pada-pasien-ppok/
http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp
13. Sin DD, McAlister FA, Paul SF, et all 2003. Management of chronic
Association, p 2302-2312.
15. Wedzicha JA, 2011. Beonchodilator therapy for COPD. New England
43