STRATEGI
DIREKTORAT JENDERAL
PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA
DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
2015 - 2019
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL
PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA
DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
RENCANA STRATEGIS
STRATEGI
DIREKTORAT JENDERAL
PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA
DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
2015 - 2019
Kata Pengantar
R
encana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dan
Perluasan Kesempatan Kerja 2015-2019
merupakan dokumen perencanaan yang menjadi panduan
pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen. Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan Kesempatan
Kerja selama 5 (lima) tahun ke depan.
Direktur Jenderal
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
dan Perluasan Kesempatan Kerja
Hery Sudarmanto
NIP. 19580918 198603 1 002
Daftar Isi
Daftar Tabel
Tabel 1-1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan (Juta Orang), 2013-2015 ------------------------------------ 2
Tabel 1-2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen), 2013-2015 ---------------- 3
Tabel 1-3 Potensi Unggulan Setiap Wilayah di Indonesia ------------------------------------------- 6
Tabel 2-1 Sasaran Makro Ekonomi 2019 ------------------------------------------------------------- 24
Tabel 3-1 Matriks Kerangka Regulasi Ketenagakerjaan Terutama yang Terkait dengan
Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja -------------------------- 32
Tabel 3-2 Jumlah PNS Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan
Kesempatan Kerja Dirinci berdasarkan Golongan --------------------------------------- 36
LAMPIRAN
Tabel 0-1 Matriks Rencana Tindak Jangka Menengah Ditjen. Pembinaan Penempatan
Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja 2015-2019 ---------------------------- 42
Daftar Gambar
Bab 1.
PENDAHULUAN
P
asal 27 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Hal ini menunjukan
bahwa Pemerintah berkewajiban menjamin seluruh rakyatnya untuk mendapatkan
kesejahteraan melalui upaya-upaya pembangunan nasional.Kementerian Ketenagakerjaan
(Kemnaker) sebagai institusi yang menyelenggarakanpembangunan bidang ketenagakerjaan
memiliki peranan yang strategis agar hak atas pekerjaan dan penghidupan setiap warga
negara tersebut dapat diperoleh secara layak. Oleh karena itu, pembangunan di bidang
ketenagakerjaan diarahkan untuk memberi kontribusi nyata atas peningkatan kesejahteraan
pekerja dan iklim berusaha yang kondusif.
Salah satu aspek penting di bidang ketenagakerjaan ialah terkait dengan penempatan tenaga
kerja dan perluasan kesempatan kerja, yang merupakan core business dari Ditjen.
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan Kesempatan Kerja. Sebagaimana
diuraikan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa Ditjen. Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan Kesempatan Kerjamempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan
penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja.
1
BPS, Berita Resmi Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2015, No. 103/11/Th. XVIII, 5 November 2015.
Kondisi ketenagakerjaan Indonesia secara umum hingga Agustus 2015 terurai dalam
Gambar di bawah ini. Angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015 tercatat sebanyak 122,4
juta orang. Penduduk bekerja ialah sebanyak 114,8 juta orang (93,82%), dan sisanya
sebanyak 7,6 juta orang (6,18%) termasuk ke dalam kategori penganggur.
Gambar 1-1
Profil Ketenagakerjaan Tahun 2015
BEKERJA PENUH
(> 34 Jam/Minggu)
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2015, No. 103/11/Th. XVIII, 5 November 2015.
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja
berpendidikan rendah, yaiu SD ke bawah sebanyak 50,8 juta orang (44,27%) dan Sekolah
Menengah Pertama sebanyak 20,7 juta (18,03%).
Tabel 1-1
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan (Juta Orang), 2013-2015
Pendidikan Tertinggi yang 2013 2014 2015
Ditamatkan Agustus Februari Agustus Februari Agustus
SD ke Bawah 53,81 55,31 53,96 54,61 50,83
Sekolah Menengah Pertama 20,56 21,06 20,35 21,47 20,70
Sekolah Menengah Atas 17,88 18,91 18,58 19,81 19,81
Sekolah Menengah Kejuruan 9,97 10,91 10,52 11,80 10,84
Diploma I/II/III 2,93 3,13 2,96 3,14 3,08
Universitas 7,61 8,85 8,26 10,02 9,56
Jumlah 112,76 118,17 114,63 120,85 114,82
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2015, No. 103/11/Th. XVIII, 5 November 2015.
2
BPS, Laporan Perekonomian Indonesia 2015.
Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,6 juta orang, mencakup 3,1 juta
orang (2,68%) berpendidikan Diploma dan sebanyak 9,5 juta orang (8,33%) berpendidikan
Universitas.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Agustus 2015 untuk pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 12,65%, disusul oleh TPT Sekolah
Menengah Atas sebesar 10,32%. Sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan
SD ke bawah, yaitu sebesar 2,74%.
Tabel 1-2
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen), 2013-2015
Pendidikan Tertinggi yang 2013 2014 2015
Ditamatkan Agustus Februari Agustus Februari Agustus
SD ke Bawah 3,44 3,69 3,04 3,61 2,74
Sekolah Menengah Pertama 7,59 7,44 7,15 7,14 6,22
Sekolah Menengah Atas 9,72 9,10 9,55 8,17 10,32
Sekolah Menengah Kejuruan 11,21 7,21 11,24 9,05 12,65
Diploma I/II/III 5,95 5,87 6,14 7,49 7,54
Universitas 5,39 4,31 5,65 5,34 6,40
Jumlah 6,17 5,70 5,94 5,81 6,18
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2015, No. 103/11/Th. XVIII, 5 November 2015.
1.2.1 Potensi
Berikut ini diuraikan aspek potensi yang diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu (i) potensi
secara umum dan (ii) potensi internal Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dan
Perluasan Kesempatan Kerja.
A. POTENSI UMUM
Berikut ini diuraikan potensi umum di bidang ketenagakerjaan ataupun aspek makro yang
relevan dengan keberlangsungan Ditjen Binapenta dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Bonus demografi akan menjadi jendela kesempatan (windows of opportunity) apabila usia
produktif tidak hanya bersifat potensial, tapi dapat diaktualisasikan secara riil. Artinya,
harus tersedia lapangan kerja seimbang dengan pertumbuhan pencari kerja, termasuk
pencari kerja perempuan yang telah menyelesaikan tugas reproduksinya.
Gambar 1-2
Prediksi Bonus Demografi Indonesia
Indonesia mempunyai peluang untuk dapat menikmati ‘bonus demografi’, yaitu percepatan
pertumbuhan ekonomi akibat berubahnya stuktur umur penduduk yang ditandai dengan
menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja kepada
penduduk usia kerja. Perubahan struktur ini memungkinkan bonus demografi tercipta
karena meningkatnya suplai angkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas
sumber daya manusia (human capital).
Indonesia mempunyai potensi untuk memanfaatkan bonus demografi, baik secara nasional
maupun regional. Penduduk usia produktif Indonesia sendiri menyumbang sekitar 38% dari
total penduduk usia produktif di ASEAN. Tingginya jumlah dan proporsi penduduk usia
kerja Indonesia selain meningkatkan angkatan kerja dalam negeri, juga membuka peluang
untuk mengisi kebutuhan tenaga bagi negara-negara yang proporsi penduduk usia kerjanya
menurun, seperti Singapura, Korea, Jepang, dan Australia.
Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia juga disertai dengan dinamika kependudukan
lain yang juga berdampak luas, yaitu 1) meningkatnya jumlah penduduk, 2) penuaan
Dalam waktu dekat Indonesia akan menghadapi kenyataan untuk menjadi bagian dari
Asean Economic Community (AEC). Indonesia disinyalir menjadi pasar potensial bagi
negara-negara Asean mengingat posisinya yang strategis, jumlah penduduknya yang besar
dan karakteristik penduduknya yang konsumtif. Hal ini akan menjadi peluang sekaligus
ancaman tergantung kesiapan pemerintah dalam mempersiapkan berbagai aspek,tidak
terkecuali aspek ketenagakerjaan.
Dalam ASEAN Economic Community Blueprint (AEC Blueprint) terdapat rencana kerja
strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 yang harus
diterapkan oleh negara anggota untuk menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN. AEC
Blueprint tersebut menjadi pedoman untuk tiap negara anggota supaya mengarah pada
tujuan AEC 2015, yaitu :
a. Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor
barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal).
b. Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi (regional
competition policy, IPRs action plan, infrastructure development, ICT, energy
cooperation, taxation, dan pengembangan UKM).
c. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of
equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan program-program
Initiative for ASEAN Integration (IAI).
d. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam
hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply
network).
Komunitas ASEAN dibentuk berdasarkan 3 pilar, yaitu Pilar Komunitas Politik Keamanan
ASEAN, Pilar Komunitas Ekonomi, dan Pilar Komunitas Sosial Budaya. Ketiga pilar
Komunitas ASEAN ini terikat secara erat dan saling memperkuat untuk mewujudkan
perdamaian, kestabilan, dan kesejahteraan bersama. Terdapat 5 (lima) elemen aliran bebas
dalam komunitas ASEAN antara lain : aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas
investasi, aliran bebas modal, dan aliran bebas tenaga kerja terampil.
Kekuatan Indonesia salah satunya terletak pada besaran populasi dan angkatan kerja
produktif yang dapat menyumbang produktivitas secara nasional. Program free flow of
skilled labor merupakan bagian penting, dimana Indonesia turut berperan dalam
pengembangan forum regional ASEAN Skill Recognition Arrangement melalui berbagai
program kerjasama dalam pengembangan rekognisi kompetensi tenaga kerja. Pergerakan
bebas tenaga kerja (free movement of labor) hanya berlaku untuk tenaga kerja yang
memiliki keterampilan atau skilled labor. Indonesia mengalami surplus tenaga kerja,
terutama unskilled labor, sehingga akan menghadapi tatangan ketika masyarakat ekonomi
ASEAN diberlakukan.
Tiga faktor utama yang mempengaruhi arus perpindahan tenaga kerja adalah:
1. Permintaan tenaga kerja berkeahlian dari negara yang membutuhkan;
2. Membajirnya supply tenaga kerja dengan kompensasi yang sama di sektor tertentu;
3. Faktor keterhubungan negara yang saling membutuhkan.
Kesiapan Indonesia perlu dilakukan di segala bidang secara menyeluruh, baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah. Edukasi masyarakat tentang peluang MEA 2015,
peningkatan daya saing perekonomian nasional dan daerah, serta peningkatan kualitas dan
kuantitas tenaga kerja Indonesia akan menjadi aset berharga bagi Indonesia untuk meraih
keberhasilan MEA 2015 bagi kepentingan pembangunan nasional. Menghadapi keterbukaan
pasar global juga menuntut pasar tenaga kerja berfungsi dengan sempurna dalam
melakukan transaksi ketenagakerjaan.
Tabel 1-3
Potensi Unggulan Setiap Wilayah di Indonesia
No Wilayah Potensi Unggulan
1 Papua Potensi sektor pertambangan (minyak, gas, emas, perak, nikel
dan tembaga);
Potensi tanaman pangan (padi, palawija, dan hortikultura);
Potensi tanaman perkebunan (kelapa sawit, kelapa, coklat, dan
kopi);
Potensi peternakan (babi, sapi potong dan kambing);
Potensi perikanan tangkap laut dan budidaya laut, tambak,
kolam,karamba, jaring apung dan sawah;
Potensi industri pengolahan buah merah, kakao dan kelapa;
industrypengolahan turunan hasil pertanian dan perikanan;
serta industri pertambangan, minyak dan gas;
Potensi pariwisata terutama wisata alam bahari dan budaya.
tenaga kerja hingga arah pengembangan suatu wilayah. Dengan demikian, informasi pasar
kerja menjadi input dalam mensinergikan antara pelatihan dan penempatan tenaga kerja.
Artinya, setiap tenaga kerja yang terlatih harus ditempatkan dan sebaliknya, setiap tenaga
kerja yang akan ditempatkan harus dilatih terlebih dahulu. Skema keterkaitan ini
diperlihatkan pada gambar berikut:
Gambar 1-3
Skema Keterkaitan Pelatihan dan Penempatan
Angkatan Kerja
Pelatihan Berbasis
Adjustment Training Full Training
Kompetensi (PBK)
Industri/Jasa Penempatan
Wirausaha
Dalam Luar
negeri negeri
Beberapa potensi internal yang ada di Ditjen Binapenta adalah sebagai berikut :
1. Sumber Daya
Keberadaan sumber daya Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan
Kesempatan Kerja, yang meliputi sumber daya manusia (SDM), anggaran, sarana dan
prasarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan, menjadi faktor penentu keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas dan peran Kemnaker dalam menghadapi dinamika perubahan
lingkungan strategis.
Seluruh sumber daya tersebut harus dapat dimanfaatkan secara optimal agar pencapaian
tujuan organisasi dapat tercapai sesuai tujuannya.
SPIP sebagai mekanisme kontrol lunak (soft control) merupakan sistem pengawasan
internal (internal control system) dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Setiap
individu birokrasi pemerintah, khususnya di Kemnaker akan bekerja secara terkendali
(under control) sehingga tercipta budaya pengendalian internal (internal control culture).
Ini berarti sistem pengendalian intern menjadi bagian dari budaya organisasi pemerintahan
Kemnaker. Inilah yang disebut kontrol lunak (soft control) dan merupakan spirit yang
mendasari SPIP.
Upaya yang dilakukan untuk membudayakan SPIP antara lain: mempunyai SDM yang
berkompeten dan berintegritas, meningkatkan budaya pengendalian intern melalui
kesadaran (awareness) akan pentingnya berbagai risiko, meningkatkan kualitas proses
pengawasan dan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Untuk aspek pengawasan secara struktural (hard control), berbagai kebijakan dan pedoman
dipergunakan sebagai alat pengendali dalam manajemen pemerintahan, salah satunya
adalah kegiatan pengendalian yang terdiri dari beberapa item, antara lain terhadap kinerja
Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan Kesempatan Kerja,
pengendalian terhadap pengelolaan sistem informasi,pengendalian fisik terhadap aset,
penetapan dan review terhadap indikator dan ukuran kinerja serta penajaman terhadap
fungsi-fungsi unit kerja.
1.2.2 Permasalahan
Permasalahan dalam hal ini diklasifikasikan sebagai (i) permasalahan umum yang
konteksnya merupakan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan makro dan/atau
eksternal, serta memberikan pengaruh yang signifikan atas keberlangsungan organisasi, dan
(ii) permasalahan yang spesifik terjadi di organisasi Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga
Kerja Dan Perluasan Kesempatan Kerja dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
A. PERMASALAHAN UMUM
Terdapat beberapa permasalahan umum yang strategis dan terkait langsung dengan
kelangsungan entitas Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan
Kesempatan Kerja dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Berikut ini diuraikan beberapa
permasalahan umum tersebut.
yang sejalan antara tingkat kemiskinan dan TPT. Dukungan pihak Kemnaker dalam
mengurangi pengangguran dan kemiskinan, salah satunya ialah melalui
mekanismepenempatan
penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja.
Gambar 1-4
Trend Tingkat Pengangguran Terbuka dan Kemiskinan Nasional
Periode Tahun 2000-2015
Gambar 1-5
Trend Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Nasional
Hingga Februari 2014, tingkat pengangguran terbuka (TPT) terus turun dan berada di
tingkat 5,70%.
%. Kondisi ini telah jauh berubah bila dibandingkan
dibandingkan dengan Februari Tahun
2009 dimana TPT masih berada di kisaran 8,14%. 8,14 Tren pengangguran yang terus
Namun pada tahun 2015, TPT nasional cenderung mengalami kenaikan kembali, dimana
pada Agustus 2015 tercatat berada pada level 6,18%. Ini diantaranya dikarenakan
ketidakpastian perekonomian global dan nilai tukar rupiah yang masih mengalami tekanan
depresiasi sehingga berpengaruh pada stabilitas makroekonomi dan kondisi
ketenagakerjaan.
Gambar 1-6
Trend Tingkat Pengangguran
Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)
Jika dikelompokkan
kelompokkan berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, tingkat
pengangguran
engangguran dari para angkatan kerja yang memiliki pendidikan tinggi (universitas)
cenderung mengalami penurunan yangcukup
y signifikan.
Gambar 1-7
Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Tahun 2011 dan 2015
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)
Jika pada Agustus 2011 tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang memiliki tingkat
pendidikan universitas berada di kisaran 8,02%, maka di Agustus 2015 jumlahnya menurun
drastis menjadi di kisaran 6,40%. Ini menunjukkan bahwa permintaan atas pekerja terampil
dan terdidik meningkat seiring dengan termodernisasinya perekonomian ekonomi
Indonesia. Namun di sisi lain, TPT yang memiliki tingkat pendidikan Diploma cenderung
mengalami sedikit kenaikan.
Gambar 1-8
Trend Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
di Perkotaan dan Perdesaan,
Perdesaan 2011-2015
Jika diklasifikasikan berdasarkan kota dan desa, maka terlihat bahwa tingkat pengangguran
di wilayah perkotaan relatif lebih tinggi bila dibandingkan
dibandingkan dengan wilayah perdesaan. Pada
Februari 2011,, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di wilayah perkotaan mencapai 9,02
9,02%,
sedangkan di wilayahyah perdesaan hanya sebesar 4,7%.4,7 Di Februari 2015
2015, TPT wilayah
perkotaan mencapai 7,02%,
7,02 sedangkan di wilayah perdesaan
erdesaan hanya sebesar 4,32
4,32%. Di
daerah perdesaan, penyerapan tenaga kerja tertinggi terdapat pada lapangan usaha
pertanian, perkebunan, dan perikanan. Dengan semakin dominannya wilayah perkotaan ke
depan,, maka fokus penanganan masalah ketenagakerjaan perkotaan perkotaan akan semakin
kompleks.
Melihat kondisi pengangguran secara nasional, pada dasarnya faktor terbesar yang
menyebabkan masih cukup besar jumlah pengangguran di Indonesia adalah jumlah
kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, maupun faktor link
and match antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Gambar 1-9
Kondisi Pengangguran Umur Muda di Indonesia
35 60.64
60
56.01
53.55
30 55
Persentase (%)
56.63
Persentase (%)
23.92 45
20 18.02
19.56 40
18.72
15 TPT Penduduk Umur Muda
35
10 30
Feb 11 Agt 11 Feb 12 Mei 12 Agt 12 Nov 12 Feb 13 Mei 13 Agt 13 Nov 13 Feb 14 Mei 14
Sumber : BPS (olahan)
Gambar 1-10
Tabulasi Silang Tingkat Kemiskinan VS Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Tingkat Provinsi Tahun 2014
2014 (%)
8 KUADRANT I
SulUt A ceh
Maluku
Kepri SuMut
SumBar TPT Indonesia : 5,68
6 SulSel JaTeng
TPT (%)
Lampung
Riau Papua Barat
MalUt
KalSel JaTim Papua
4 KalTeng SumSel NTB
Babel SulTeng Gorontalo
SulTenggara
KalBar
Jambi Bengk ulu NTT
2 DIY
Bali SulBar
Terlihat bahwa di Kuadran II (Kemiskinan Tinggi dan TPT Tinggi) ada di Provinsi Aceh
(NAD) dan Maluku. Hal ini mengindikasi dibutuhkan penanganan yang serius di provinsi
provinsi-
provinsi tersebut.
2. Pertumbuhan EkonomiTidak
Ekonomi Menyerap Tenaga Kerja Sebanyak Yang
Dibutuhkan dan Cenderung Memperlebar Kesenjangan
KesenjanganKesejahteraan
Masyarakat
Setelah krisis finansial global tahun 2008 yang lalu, situasi ketenagakerjaan global masih
belum seimbang seperti sedia kala. Namun tingkat ketenagakerjaan di negara negara-negera
berkembang (emerging and developing economies)
economies) lebih positif bila dibandingkan dengan
gambaran secara global.
Ekonomi Indonesia
esia terus
te berkembang dengan tingkat pertumbuhan an PDB di tahun 2013
sebesar 5,78%. Pertumbuhan ini relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 2012
yang mencapai 6,2% %. Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali
mengalami penurunan lebih lanjut
lanjut menjadi dikisaran 5,02%. Kinerja perekonomian
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan pola siklus yang mewarnai dinamika
ekonomi global.
Gambar 1-11
Trend Tingkat Pertumbuhan Lapangan Kerja
dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber : BPS (olahan) Ket :Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan : 2005 (Nov), 2006-201
2013 (Agustus)
Perekonomian Indonesia telah mampu mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi, namun dengan tingkat penciptaan lapangan kerja yang lebih rendah.Dalam hal ini
pertumbuhan
ertumbuhan ekonomi mengalami suatu fenomena anomali dan lebih mengedepankan
growth daripada kesempatan kerja. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi tidak mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak yang dibutuhkan.
Pada tiga tahun terakhir (2011 – 2013) terjadi penurunan penciptaan tenaga kerja
dibandingkan dengan periode 2007 – 2010. Meskipun pada tahun 2013 ekonomi tumbuh
sekitar 5,8 persen, terdapat penurunan jumlah pekerja secara nasional, meskipun relatif
kecil (10.000 pekerja), yang berimplikasi kepada tingkat pengangguran meningkat. Apabila
dilihat lebih dalam, pengangguran tersebut berada pada kelompok SMA. Menurunnya
kesempatan kerja beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa elastisitas kesempatan
kerja untuk setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi menurun. Jika antara tahun 20042004-2007
elastisitas kesempatan kerja sebesar 0,2 dan tahun 2007-2010
2007 2010 sebesar 0,4, maka tahun
2010-2013
2013 menurun menjadi sebesar 0,17 (Bappenas, 2014).. Kecenderungan yang sama
juga dialamii oleh negara-negara
negara negara Asia, seperti China, Thailand dan Malaysia, serta negara
negara-
negara Eropa lainnya.
Selain itu, terdapat indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi tidak sepenuhnya diikuti
peningkatan kesejahteraan masyarakat.Hal ini diperkuat oleh data indeks ke ketimpangan
pendapatan, Indeks Gini yang mengalami kenaikan. Indonesia masih mengalami
ketimpangan pendapatan antar kelompok penduduk. Dari seluruh penduduk, hanya 20%
penduduk teratas yang pertumbuhannya di atas rata-rata
rata rata nasional. Jumlah penduduk dalam
kelompok
ompok ini diperkirakan sekitar 50 juta jiwa. Sementara itu, sekitar 80% penduduk,
tingkat pengeluaran konsumsinya di bawah rata-rata rata rata nasional. Gambaran ini
mencerminkan bahwa Indonesia mengalami ketimpangan pendapatan kelompok
masyarakat. Hal ini selanjutnya
selanjutnya menyebabkan rasio gini meningkat dari 0,38 pada tahun
2010, meningkat menjadi 0,41 di tahun 2014.Secara
201 Secara nasional Indeks Gini di tahun 2014
mencapai 0,41,, artinya pemerataan pendapatan Indonesia berada pada level sedang.
Gambar 1-12
Perkembangan Indeks Gini Periode 2010-2014
2010 4
3. Transformasi Struktur
Struktur Pasar Tenaga Kerja Lebih ke Arah Sektor Jasa
dengan
engan Produktivitas Rendah
Pergeseran struktural dalam pasar tenaga kerja terus
terus berkembang hingga tahun 2014,
dengan meningkatnya pekerja di sektor jasa. Investasi publik dan sektor swasta di sektor
Gambar 1-13
Proyeksi Distribusi Pekerja
Pekerja per Sektor Hingga 2019 (%
(%)
Sebagian besar penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja memiliki tingkat pendidikan
SD ke bawah, di atas 47 persen. Namun demikian, selama tahun 2011 2011-2015 persentase
pekerja yang tamat SD ke bawah perlahan mulai menurun, yaitu dari 49,76 persen pada
Agustus 2011 menjadi 45,19 persen pada Februari 2015 (BPS,
( 2015).
). Hal tersebut berarti
bahwa kualitas pekerja di Indonesia masih cukup rendah. Rendahnya kualitas pekerja ini
dapat berakibat pada produktivitas tenaga kerja yang kurang memuaskan. Rendahnya
tingkat
ingkat pendidikan tenaga kerja ini masih terus menjadi masalah utama di Indonesia. Hal
ini menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan SDM supaya lebih berkualitas.
Sedangkan penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja dengan tingkat pendidikan SMA
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu dari 23,63 persen pada Agustus 2011
menjadi 26,15 persen pada Februari 2015. Sementara itu, pekerja dengan tingkat
pendidikan Diploma I/II/III memiliki persentase yang paling kecil, yaitu di bawah 3 persen
selama tahun 2011-2015. Pekerja dengan tingkat pendidikan S1 kurang menunjukkan
peningkatan setiap tahun, di mana pada tahun 2011 baru sekitar 5,07 persen pekerja. Tiga
tahun kemudian pekerja dengan tingkat pendidikan S1 ke atas sudah di atas 7 persen,
tepatnya 7,21 persen pada Agustus 2014, bahkan hingga 8,29 persen pada Februari 2015
(BPS, 2015).
Dalam kondisi seperti di atas tenaga kerja Indonesia harus bersaing dengan tenaga kerja
asing di pasar kerja global, tidak hanya di pasar kerja luar negeri, tetapi juga di pasar kerja
dalam negeri. Pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia
sebanyak 97.645 orang yang sebagian besar berasal dari Tiongkok (18.864 orang), Jepang
(17.444 orang) dan Korea Selatan (10.195 orang). Sebagian besar tenaga kerja asing di
Indonesia bekerja di sektor jasa (60.674 orang) dan industri (36.940 orang). Sebagian besar
dari mereka pada jabatan profesional (38.762 orang), Advisor/Counsultant (18.925 orang)
dan Manager (15.529 orang). Sementara itu, tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar
negeri sebanyak 512.168 orang yang sebagian besar berpendidikan SD (160.097 orang), SMP
(11.542 orang) dan SMU (124.825 orang). Sebagian besar dari mereka bekerja di sektor jasa
kemasyarakatan (265.331 orang), di kawasan Asia Pasifik (349.730 orang) dan Timur
Tengah dan Afrika (131.350 orang).
Kondisi pasar kerja dan kualitas tenaga kerja seperti di atas menjadikan daya saing
(bargaining power) tenaga kerja Indonesia lemah di pasar kerja global, baik di pasar kerja
dalam negeri dan apalagi di pasar kerja luar negeri.
Laporan Bank Dunia (2010) menyebutkan jika kondisi pasar tenaga kerja Indonesia hingga
saat ini masih pada posisi transisi. Peralihan dari perekonomian desa berproduktivitas
rendah dengan berlimpahnya tenaga kerja berketerampilan rendah menuju tingginya output
pekerja di bidang industri dan jasa. Namun sesungguhnya lapangan pekerjaan umumnya
terdapat di sektor informal dan pertanian yang berkarakteristik rendahnya produktivitas
dan keterampilan. Untuk itu tantangan besar di bidang ketenagakerjaan adalah dalam
menyerap dan mentransformasi angkatan kerja berpendidikan rendah, keterampilan yang
kurang dan ketergantungan kepada sektor informal.
Walaupun terdapat beberapa kekurangan dalam pasar tenaga kerja Indonesia, namun
terdapat trend selama lima tahun terakhir yang memperlihatkan cukup adanya pergeseran
substansial menuju formalitas dalam perekonomian Indonesia. Pada Februari 2015
sebanyak 51,85% pekerja bekerja di sektor perekonomian informal dan angka ini
merupakan angka informalitas terendah. Sebaliknya, penduduk yang bekerja di sektor
perekonomian formal terus meningkat, pada Februari 2015 sebesar 48,15% pekerja.
Gambar 1-14
Perkembangan Pekerja Formal-Informal
Formal nformal Tahun 2011
2011-2015
Menurut Chatib (2013), Indonesia belum tergolong pada negara yang masuk ke dalam
jebakan kelas menengah. Indonesia pada saat ini berada dalam status sebagai negara kelas
menengah dengan pendapatan per kapita sekitar US$5.170 (standar harga internasional
PPP 1990). Indonesia telah masuk dalam kategori negara berpendapatan menengah pada
awal tahun1990-an. Dengan demikian, peluang terhindar dari middle income trap masih
cukup besar.
Studi Bank Dunia menunjukkan bahwa negara yang terperangkap ke dalam jebakan kelas
menengah jauh lebih banyak dibandingkan negara yang mampu naik kelas menjadi negara
berpenghasilan tinggi. Bahkan Asian Development Bank (2012) menyebutkan bahwa pada
tahun 2010, dari 52 middle income countries ternyata sebanyak 35 negara diantaranya
terjebak dalam status the middle income group, bahkan 20 negara di antaranya terjebak
dalam the lower middle income trap.
Upaya Indonesia untuk terhindar dari middle income trap (MIT) masih memiliki beberapa
permasalahan yang menghambat, antara lain:
1. Kualitas tenaga kerja masih rendah, dengan rata-rata pendidikan 6,11 tahun hanya
berada pada ranking ke 109 dari 145 negara yang diukur;
2. Kapasitas inovasi rendah, dengan belanja penelitian dan pengembangan 0,05 persen
dari produk domistik bruto (PDB). Di samping itu, jumlah peneliti kurang dari 100 ribu
orang, kalah jauh dengan China dengan biaya penelitian dan pengembangan 1,5% dari
PDB dan dengan jumlah peneliti sebanyak 1.070.000 orang;
3. Infrastruktur rendah, dengan nilai indeks infrastruktur sebesar 2,54 hanya berada pada
ranking 71 dari 166 negara yang diukur;
4. Rigiditas pasar kerja, dengan indeks sebesar 2,8 masih sangat rigid dibandingkan
Singapura dengan indeks sebesar 0,5 dan rata-rata Asean sebesar 2,1.
Masalah yang tidak kalah penting dalam pasar kerja adalah mentransformasikan struktur
pendidikan tenaga kerja yang masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan maksimal
SD dan SMP ke pendidikan yang lebih tinggi serta pendidikan kejuruan, vokasi dan profesi.
Selain itu, diperlukan juga upaya untuk meningkatkan lembaga pendidikan dan pelatihan
yang lebih kredibel, mudah diakses dan lebih sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (linked
and match).
Gambar 1-15
Kondisi Pasar Kerja Di Indonesia
Bab 2.
VISI & MISI PEMBANGUNAN NASIONAL, SERTA
AGENDA & SASARAN PEMBANGUNAN
KETENAGAKERJAAN BIDANG PENEMPATAN
TENAGA KERJA & PERLUASAN KESEMPATAN
KERJA2015-2019
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 (tujuh) Misi Pembangunan yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,
dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda
prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman kepada seluruh warga negara. Dalam konteks pembangunan
Tabel 2-1
Sasaran Makro Ekonomi 2019
Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,1 5,8 6,6 7,1 7,5 8.0
PDB Per Kapita (juta) 43.40 47.80 52.69 58.49 64.72 72.22
Penurunan Kemiskinan (%) 10,96 9,5 - 10,5 9,0 - 10,0 8,5 - 9,5 7,5 - 8,5 7,0 - 8,0
Pengangguran 5,9 5,5 - 5,8 5,2 - 5,5 5,0 - 5,3 4,6 - 5,1 4,0 - 5,0
Sumber : RPJMN 2015-2019.
Sasaran yang terkait dengan Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan
Kerja antara lain:
1. Meningkatnya jumlah pekerja formal;
2. Terlindunginya pekerja yang rentan terhadap goncangan lapangan kerja dan upah;
3. Meningkatkan keterampilan pekerja rentan agar dapat memasuki pasar tenaga
kerja;
4. Tersedianya informasi pasar tenaga kerja yang efektif untuk menghubungkan antara
pencari kerja dengan industri;
5. Menurunnya jumlah pekerja migran yang menghadapi masalah hukum di dalam
dan luar negeri;
Bab 3.
ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI PEMBANGUNAN
KETENAGAKERJAAN BIDANG PENEMPATAN
TENAGA KERJA & PERLUASAN KESEMPATAN
KERJA, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
Dalam rangka mendukung agenda dan sasaran pembangunan bidang ekonomi, kebijakan
dan strategi pembangunan ketenagakerjaan di Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja diarahkan untuk:
Gambar 3-1
Nawa Kerja Ketenagakerjaan
1.Penguatan 9.Pelayanan
Perencanaan 3.Percepatan 5.Penguatan 7.Penegakkan
Sertifikasi Wirausaha Hukum Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja Sederhana, Transparan
Nasional Profesi Produktif Ketenagakerjaan
& Akuntabel
2.Percepatan 6.Penciptaan
4.Perluasan 8.Peningkatan
Peningkatan Hubungan
Kesempatan Perlindungan
Kompetensi Industrial yang
Kerja Formal Pekerja Migran
Tenaga Kerja Sehat & Produktif
Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja & Perluasan Kesempatan Kerja dalam hal ini
mendukung Prioritas Pembangunan
Pembanguna Ketenagakerjaan No. 4, 5, 8, dan 9..
Gambar 3-2
Arah Kebijakan Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
& Perluasan Kesempatan Kerja 2015-2019
Peningkatan akses
angkatan kerja kepada
sumber daya produktif
melalui peningkatan
keterampilan pekerja
Mendorong
Pengembangan
Ekonomi Produktif
berbasis Masyarakat
Fasilitasi
Arah Kebijakan mobilitas tenaga
kerja internal
Ditjen Binapenta dan eksternal
Adapun arah kebijakan dan strategi Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 3-1
Matriks Kerangka Regulasi Ketenagakerjaan Terutama yang Terkait dengan
Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja
Bidang Arah Kebijakan Arah Kerangka
No IsuStrategis Kebutuhan Regulasi
Pembangunan 2015-2019 Regulasi
1 BidangPenanggulan Menanggulangikemi Peningkatan Landasan hukum Dari sejumlah
ganKemiskinan skinan dan kesempatan kerja yangdapat memberikan peraturanketenaga-
pengangguran penduduk miskin kekuatan dan kerjaan yang
secara signifikan dukungan dalam berlaku,terdapat
melaksanakan beberapa peraturandi
kebijakan pasar kerja. tempat kerja yang
perlumendapatkan
perhatian dan
disempurnakan:
1. UU No.13/2003
tentangKetenagakerja
an.
2. UU No.39/2004
tentangPenempatan
danPerlindungan
Tenaga
KerjaIndonesia Di
Luar Negeri.
Terdapat 3 sasaran pokok Pembangungan Bidang Aparatur Negara pada RPJMN 2015-
2019, yaitu:
a. Pemerintahan yang Bersih dan Akuntabel;
b. Pemerintahan yang Efektif dan Efisien;
c. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
Kebijakan Pembangunan Bidang Aparatur Negara pada RPJMN 2015- 2019 diarahkan pada
Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintah yang Baik sebagai prasyarat bagi tercapainya
sasaran pembangunan nasional. Kebijakan Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintah yang
Baik adalah:
a. Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik;
b. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan;
c. Peningkatan kapasitas birokrasi melalui Reformasi Birokrasi;
d. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja merupakan
salah satu unit kerjadi Kementerian Ketenagakerjaan sebagaimana tertuang Peraturan
Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan. Ditjen. Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja merupakan unsur organisasi
Kementerian Ketenagakerjaan yang menjalankan tugas dan fungsi tertentu sesuai dengan
mandat yang tertuang di dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 Tentang Perluasan Kesempatan Kerja;
d. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan.
Berdasarkan Permenaker Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Ketenagakerjaan, disebutkan bahwaDitjen. Pembinaan Penempatan Tenaga
Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penempatan tenaga kerja dan perluasan
kesempatan kerja.
Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja
terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Pengembangan Pasar Kerja
c. Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri
d. Direktorat Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri
e. Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja
f. Direktorat Pengendalian Penggunaaan Tenaga Kerja Asing.
Selain itu, berdasarkan Permenaker Nomor 24 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
kerja Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja disebutkan
bahwa Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga
Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja. Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja mempunyai tugas melaksanakan pengembangan pasar kerja
dan perluasan kesempatan kerja.
Gambar 3-3
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
dan Perluasan Kesempatan Kerja
SETDITJEN
Secara garis besar kegiatan Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan
Kesempatan Kerja merupakan suatu kesatuan proses yang dimulai dari informasi pasar
kerja dan bursa kerja, penempatan tenaga kerja, perluasan serta pengembangan
kesempatan kerja.
Jumlah pegawai di Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan
Kerja di Tahun 2015 sebanyak 388 orang yang dirinci pada tabel-tabel berikut ini :
Tabel 3-2
Jumlah PNS Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan
Kesempatan Kerja Dirinci berdasarkan Golongan
Golongan Jumlah
No. Unit Kerja Eselon I
I II III IV (Orang)
Bab 4.
TARGET KINERJA DAN
KERANGKA PENDANAAN
B
erikut ini dipaparkan target kinerja Rencana Strategis Ditjen Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja pada periode 2015–
2019. Arah kebijakan peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan
pemberdayaan tenaga kerja dilaksanakan melalui program Penempatan dan Pemberdayaan
Tenaga Kerja dengan sasaran meningkatnya jumlah tenaga kerja yang memperoleh fasilitasi
penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja. Secara rinci, sasaran kinerja diuraikan dalam
Lampiran.
Penetapan target kinerja juga diiringi dengan kerangka pendanaan yang sifatnya indikatif
dengan penghitungan prakiraan maju. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran.
Bab 5.
PENUTUP
R
encana Strategis (Renstra) Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja memuat sasaran, arah kebijakan dan strategi,
dukungan regulasi dan kelembagaan, program, kegiatan, serta target kinerja di
bidang penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja dalam kurun waktu 2015-
2019. Renstra ini merupakan pedoman bagi Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
dan Perluasan Kesempatan Kerja dalam kurun waktu 2015-2019, serta sebagai salah satu
instrumen awal dalam mengevaluasi perlaksanaan berbagai program dan kegiatan di bidang
penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja
Diharapkan berbagai agenda dan sasaran, arah kebijakan dan strategi, serta program dan
kegiatan di bidang penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja yang telah
disusun dalam Renstra ini dapat diimplementasikan dengan baik oleh seluruh Unit Kerja di
lingkungan Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja,
sehingga memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional.
Jika di kemudian hari diperlukan perubahan dan penyempurnaan pada Renstra Ditjen.
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja 2015-2019, maka
akan dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.
Direktur Jenderal
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
dan Perluasan Kesempatan Kerja
Hery Sudarmanto
NIP. 19580918 198603 1 002
Lampiran
Matriks Rencana Tindak Jangka Menengah Ditjen.
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan
Kesempatan Kerja 2015-2019
Tabel 1-1
Matriks Rencana Tindak Jangka Menengah
Ditjen. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja 2015-2019
Target Alokasi (dalam miliar rupiah) Total
Alokasi
K/L -
2015- Unit
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Baseline N-B
Program/Kegiatan Satuan 2019 Organisasi
Kegiatan (Output)/Indikator 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 - NS -
(dalam Pelaksana
BS
miliar
rupiah)
Kementerian Ketenagakerjaan 3.384,46 3.718,98 4.074,10 4.248,37 4.330,18 19.756,10
Sasaran Strategis 2: Peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang
Indikator Kinerja Sasaran
: mendapat fasilitasi penempatan Orang 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Strategis 2.1 2.000.000
dan pemberdayaan tenaga kerja
Program 2 : Program Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja 853,00 1.164,80 1.239,95 1.457,24 1.560,71 6.275,69
Sasaran Program 1 : Peningkatan Jumlah pencari kerja dan pengguna tenaga kerja yang memanfaatkan informasi pasar kerja
Persentase peningkatan jumlah
Indikator Kinerja Program
: pencari kerja yang difasilitasi untuk % 900.000 11% 13% 15% 17% 18%
2.1
mengisi lowongan pekerjaan
Sasaran Program 2 : Meningkatnya Rasio Jumlah tenaga kerja pendamping dibandingkan dengan TKA
Persentase peningkatan Rasio
Indikator Kinerja Program
: tenaga kerja pendamping dengan % 49.000 2% 12% 14% 17% 18%
2.2
TKA untuk jabatan tertentu
Sasaran Program 3 : Meningkatnya Jumlah data penempatan tenaga kerja melalui sistem pelayanan penempatan
Persentase peningkatan tenaga
Indikator Kinerja Program
: kerja yang ditempatkan melalui % 140.000 13% 14% 17% 19% 20% Dijten
2.3
Sistem Antar Kerja Binapenta&
Sasaran Program 4 : Meningkatnya jumlah penempatan TKI Formal PKK
Persentase peningkatan
Indikator Kinerja Program
: Penempatan TKI pada pengguna % 320.000 9% 11% 13% 14% 15%
2.4
berbadan hukum
Sasaran Program 5 : Meningkatnya jumlah Wirausaha Baru
Indikator Kinerja Program Presentase peningkatan wirausaha
: % 10.000 100% 20% 21% 28% 30%
2.5 baru per tahun
Sasaran Program 6 : Meningkatnya penanganan pengangguran musiman melalui sistem padat karya
Presentase penanganan
Indikator Kinerja Program
: penganggur dan setengah % 90.000 -20% 4% 5% 6% 7%
2.6
penganggur melalui sistem padat