Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PENGONTROLAN INFEKSI: RISIKO INFEKSI PADA PASIEN


POST OPERASI PROTEKTOMI DI RUANG MENUR
RSUD dr. R. GOETHENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA

ADE SUTRIMO
G1B212068

PEMBIMBING KLINIK: PRIYATIN ASTUTININGSIH, S.Kep., Ns.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PURBALINGGA
2013
PENGONTROLAN INFEKSI PADA PASIEN POST OPERASI

A. Latar belakang
Kesehatan yang baik bergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi
atau teknisi yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu
melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam
lingkungan perawatan kesehatan sangat berisiko terkena infeksi karena daya tahan
yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap
jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur
invasive. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme. Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat
dirawat di Rumah Sakit.
Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya
tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab
penyakit menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai
mikroorganisme dan dilakukannya prosedur invasive terhadap pasien di Rumah
Sakit. Mikroorganisme bisa berada di setiap tempat, dalam air, tanah, permukaan
tubuh seperti kulit, saluran pencernaan dan area terbuka lainnya. Infeksi yang di
derita pasien karena dirawat di Rumah Sakit, dimana sebelumnya pasien tidak
mengalami infeksi tersebut dinamakan infeksi nosokomial.
Pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum
mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi
terinfeksi. Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang
lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan
Rumah Sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial
antara lain: faktor internal (seperti usia, penggunaan obat, penyakit penyerta,
malnutrisi, kolonisasi flora normal tubuh, personal hygiene yang rendah, perilaku
personal dll) serta faktor eksternal (seperti banyaknya petugas kesehatan yang
kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif, lama tinggal di RS,
lingkungan yang terkontaminasi dan sebagainya). Dengan cara mempraktikkan
teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan
penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistemastis dan lengkap
pada pasien dengan risiko infeksi.
2. Tujuan khusus
Setelah menyusun laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat:
a. Memahami lebih dalam tentang konsep dasar risiko infeksi pada pasien.
b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan risiko infeksi.
c. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan dasar analisa data hasil
pengkajian pasien dengan risiko infeksi.
d. Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pengontrolan infeksi pasien.
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Risiko infeksi merupakan keadaan dimana seorang individu berisiko terserang
oleh agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit
lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen. Infeksi
adalah invasi tubuh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit
(Perry & Potter, 2005).
B. Etiologi
Penyebab dari resiko infeksi dalam klasifikasi NANDA (2012) antara lain:
1. Prosedur invasive
2. Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen
3. Trauma
4. Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
5. Rupture membrane amnionik
6. Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan)
7. Malnutrisi
8. Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
9. Imunosupresi
10. Imunitas yang tidak adekuat
11. Pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun, Leukopenia, Penekanan
respon inflamasi)
12. Pertahanan respon primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan,
penurunan gerak silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi Ph, perubahan
peristaltik)
13. Penyakit kronis
C. Faktor predisposisi/Faktor pencetus
Beberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien menurut Potter & Perry
(2005) adalah:
1. Agen
Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk bisa karena
agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas.
2. Host
Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada yang bisa
dikenai, tidak ada infeksi..Host biasanya orang atau hewan yang sesuai dengan
kebutuhan agen untuk bisa bertahan hidup atau berkembang biak.
3. Environment (lingkungan)
Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu, kelembaban,
sinar matahari, oksige dan sebagainya. Ada agen tertentu yang hanya bisa
bertahan atau menginfeksi pada keadaan lingkungan yang tertentu juga.
D. Patofisiologi
Pasien dengan post operasi prostektomi menggunakan kateter untuk drainase dan
pengeluaran urinnya. Pasien juga disertai dengan luka pembedahan. Adanya kateter
dalam traktus urinarius dapat menimbulkan infeksi. Kolonisasi bakteri (bakteriuria)
akan terjadi dalam waktu 2 minggu pada separuh dari pasien-pasien yang
menggunakan kateter urin, dan dalam waktu 4-6 minggu sesudah pemasangan kateter
pada hampir semua pasien meskipun rekomendasikan untuk pengendalian infeksi
dan perawatan kateter telah diikuti dengan cermat. Mikroorganisme patogen yang
menyebabkan infeksi traktus urinarius yang berkaitan dengan kateter mencakup:
Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, Serratia dan
Candida. Mikroorganisame ini merupakan bagian dari flora endogenus atau flora
usus normal, atau didapat melalui kontaminasi-silang oleh pasien atau petugas rumah
sakit atau melalui kontak dengan peralatan yang tidak steril.
Terjadinya infeksi pasca operatif diakibat oleh infasi bakteri atau mikroorganisme
seperti staphylococcus aureus, escherhia coli, proteus vulgaris, aerobacter aereo-
genes dan organisme lainnya ke dalam sirkulasi darah melalui luka operasi. Infeksi
pasca operatif yang sering terjadi adalah 1) Selulitis yaitu infeksi bakteri yang
menyebar kedalam bidang jaringan; 2) Limfangitis adalah penyebaran infeksi dari
selulitis atau abses ke sistem limfatik; 3) Abses adalah infeksi bakteri setempat yang
ditandai dengan pengumpulan pus (Brunner & Suddarth, 2002).
Infeksi saluran kemih dan epididimitis adalah komplikasi yang mungkin setelah
prostatektomi. Pasien dikaji terhadap kejadianya; dan diberikan antibiotik sesuai
yang diresepkan (Brunner & Suddarth, 2002b). Selain itu infeksi luka merupakan
penyebab terjadinya demam pasca bedah dan morbiditas pasien; sehingga
pemeriksaan luka juga komponen penting pemeriksaan pasca bedah bagi demam.
Sepsis luka dapat tampil dalam 24 jam setelah operasi jika organisme penyebabanya
sterptokokus atau klostridium, infeksi yang karna organisme terkhir sangat serius,
mis mionekrosis klostridium (gangren gas) dapat cepat berkembang dengan akibat
buruk. Tetapi biasanya lebih lazim demam akibat infeksi luka timbul setelah hari
keempat pasca bedah, karna masa inkubasi yang agak lebih lam diperlukan untuk
gram negatif usus atau kontaminan stafilokokus eksogen-endogen yang sering
menyebabkan untuk mencapai tingkat bermakna (Brunner & Suddarth, 2002)
E. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi (Smeltzer, 2002) sebagai berikut :
a. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat di daerah
yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran
arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak
darah mengalir ke mikrosirkulasi local dan kapiler meregang dengan cepat terisi
penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti,
menyebabkan warna merah local karena peradangan akut.
b. Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor
disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang
memiliki suhu 37 derajat celcius disalurkan ke permukaan tubuh yang
mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal.
c. Dolor
Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamine atau bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan meninggi akibat
pembengkakan jaringan yang meradang.
d. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan
oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial.

e. Functio Laesa
Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui
secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain
pemeriksaan darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit,
eritrosit, trombosit, MCH, MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen,
limfosit, dan monosit, kimia klinik: LED, GDS, dan albumin.
G. Pathway
Bakteri dan mikroorganisme
penyebeb inferksi

Escherichia coli, Klebsiella, Staphylococcus aureus,


Proteus, Pseudomonas, Escherhia coli, Proteus
Enterobacter, Serratia dan vulgaris, Aerobacter aereo-
Candida genes

Kolonisasi bakteri Kolonisasi bakteri


(bakteriuria) di luka post operasi Selulitis
pada pemakaian kateter yang lama

ISK, Sirkulasi darah Limfangitis


epididimitis Traktus urinaria
Abses
1. Enviroment
2. Teknik septik antiseptik
a). Prinsip asepsis ruangan
b). Prinsip asepsis tenaga kesehatan Risiko Infeksi
c). Prinsip asepsis pasien
d). Prinsip asepsis instrumen
3. Pasien Tanda dan gejala:
a). Umur 1. tumor
b). Nutrisi dan berat badan 2. calor
c). Penyakit 3. dolor
d). Obat-obat yang digunakan 4. rubor
5. fungsiolacea
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari
bantuan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang dirasakan sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah
pernah
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
3. Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan : Bagaimana pasien menjaga kesehatannya
b. Nutrisi metabolik : Asupan nutrisi, pola makan, kecukupan gizi
c. Eliminasi : Pola BAK dan BAB, konsistensi feses, warna urine, volume
output
d. Aktivitas : Meliputi gerakan ( mobilitas ) pasien, aktivitas/ pekerjaan
pasien yang dapat mengendorkan otot.
e. Pola persepsi kognitif : Bagaimana pasien memandang penyakitnya dan
kondisi yang dialami
f. Pola istirahat : Meliputi kebiasaan tidur / istirahat pasien kebiasaan dalam
istirahat,waktu istirahat, kualitas tidur..
g. Konsep diri : Gambaran diri, ideal diri, harga diri dan identitas diri
h. Pola peran dan hubungan : Bagaimana hubungan / berinteraksi dengan orang
lain
i. Pola reproduksi dan seksual : Pola aktivitas seksual dan keadaan sistem
reproduksi pasien
j. Pola pertahanan diri / koping : Regresi, penyangkalan, isolasi diri, menarik
diri dan intelektualisasi
k. Keyakinan dan nilai : keyakinan, budaya dan agama yang pasien anut yang
berhubungan dengan kesehatan pasien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : Keadaan Umum, Kesadaran, Pemeriksaan GCS.
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, suhu, nadi, respirasi
c. Head to toe
1) Kepala
Bentuk kepala, rambut hitam lurus.
2) Mata
Konjungtiva, sklera ikterik, pupil, kedua mata simetris dan bulat.
3) Hidung
Bentuk hidung obstruksi dan polip hidung, nafas cuping hidung, dan
sekret.
4) Telinga
Bentuk telinga dan simetris, pengeluaran discharge.
5) Mulut
Bentuk mulut, bibir dan mukosa, gigi, lidah, dan stomatitis.
6) Leher
vena jugularis, pembesaran nodul dan pembesaran kelanjar tiroid.
7) Dada
Inspeksi : Bentuk dada, retraksi dinding dada, ekspansi dada.
Perkusi : Paru sonor, jantung redup.
Auskultasi : Paru vesikuler (merata disemua lapang paru), bunyi
jantung, bunyi jantung tambahan: murmur dan gallop.
8) Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU
Perkusi : tympani, hepar dan lien pekak
Palpasi : nyeri tekan.

9) Genetalia
Perdarahan, warna urin, DC.
10) Anus
Hemoroid.
11) Ekstremitas
Edema, akral, turgor kulit, refleks fisiologis, refleks patologis, kekuatan
otot.
12) Kulit
Warna, sianosis.edema
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain
pemeriksaan darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit,
eritrosit, trombosit, MCH, MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen,
limfosit, dan monosit, kimia klinik: LED, GDS, dan albumin.
6. Diagnosa keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap pathogen lingkungan
meningkat, prosedur invasive, malnutrisi
7. Rencana asuhan keperawatan
NO
NO HARI/TGL TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1. Selasa I Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan 1. Ukur tanda – tanda vital 1. Peningkatan suhu tubuh,
9 April 2013 klien dapat terhindar dari risiko infeksi dengan terutama suhu tiap 4 jam takikardia menunjukkan
indikator: adanya sepsis.
Risk control 2. Bersihkan lingkungan setelah 2. Mencegah timbulnya infeksi
Tujuan dipakai pasien lain silang
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 3. Batasi jumlah pengunjung 3. Untuk menghindari kontak
1. Mengetahui 1 √ infeksi
faktor risiko 4. Instruksikan pada 4. Mencegah masuknya
2. Memonitor faktor 1 √ pengunjung untuk mencuci mikroorganisme
tangan saat berkunjung dan
risiko lingkungan
setelah berkunjung
3. Memonitor faktor 1 √ meninggalkan pasien
risiko dari 5. Ajarkan cuci tangan yang 5. Meningkatkan pengetahuan
tingkah laku baik untuk menjaga pengunjung dan pasien
4. Kembangkan 2 √ kesehatan individu
strategi kontrol 6. Pertahankan lingkungan 6. Mencegah alat terkontaminasi
risiko efektif aseptik selama pemasangan
5. Komitmen 2 √ alat
menggunakan 7. Gunakan tehnik yang tepat 7. Teknik yang baik mengurangi
selama mengganti balutan. masuknya mikroorganisme
strategi kontrol
pathogen kedalam luka.
risiko efektif 8. Gunakan kateter intermiten 8. Mengurangi resiko terjadinya
untuk menurunkan infeksi infeksi saluran kemih
kandung kencing
9. Tingkatkan intake nutrisi 9. Meningkatkan daya tahan
tubuh
10. Berikan terapi antibiotik bila 10.Antibiotic pilihan berguna
perlu. melawan organisme gram
negative dan gram positif.
11. Lakukan teknik perawatan 11.Dapat membuang jaringan
6. Memodifikasi uk √ luka yang tepat yang mati pada permukaan
gaya hidup un men kulit dan mengurangi
gura mikroorganisme
12. Cuci dasar luka dengan 12.Menjaga kebersihan luka
ngi
larutan NaCl 0,9 %.
duku 13. Ajarkan pasien dan keluarga 13.Mengetahui gejala dan tanda
ngan tentang tanda-tanda dan infeksi
pers gejala dari infeksi.
onal 14. Ajarkan pasien dan anggota 14.Meningkatkan pengetahuan
untu keluarga bagaimana pasien dan keluarga tentang
k mencegah infeksi. pengontrolan infeksi
men 15. Observasi dan laporkan tanda 15.Menemukan gejala infeksi dini
gont dan gejala infeksi
rol 16. Catat dan laporkan nilai 16.Memonitor infeksi
risik laboratorium (leukosit,
protein, serum, albumin)
o
17. Kaji warna kulit, 17.Mengetahui kondisi kulit
2
kelembaban, tekstur dan
7. Memonitor 3 √
turgor, cuci kulit dengan hati-
perubahan status hati, gunakan hidrasi dan
kesehatan pelembab seluruh muka.

Keterangan:
1 : Tidak dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Made Sumarwati, Jakarta: EGC.
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2008). Nursing outcome classification
(NOC). Philadelphia: Mosby.
McCloskey & Gloria M Bulechek. (2008). Nursing intervention classification (NIC).
USA:Mosby.
NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai