PELATIHAN
AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
(BRIDGE DESIGN ENGINEER)
2007
KATA PENGANTAR
Sebagai alat untuk mengukur kompetensi tersebut, disusun dan dibakukan dalam bentuk
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang unit-unit kompetensinya
dikembangkan berdasarkan pola RMCS (Regional Model Competency Standard). Dari
standar kompetensi tersebut, pengembangan dilanjutkan dengan menyusun Standar Latih
Kompetensi, Materi Uji Kompetensi, serta Materi Pelatihan yang berbasis kompetensi.
i
Pelatihan Bridge Desain Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Uraian penjelasan bab per bab dan pencakupan materi latih ini merupakan representasi
dari elemen-elemen kompetensi tersebut, sedangkan setiap elemen kompetensi dianalisis
kriteria unjuk kerjanya sehingga materi latih ini secara keseluruhan merupakan penjelasan
dan penjabaran dari setiap kriteria unjuk kerja untuk menjawab tuntutan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan pada indikator-indikator kinerja/
keberhasilan yang diinginkan dari setiap KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dari masing-masing
elemen kompetensinya.
Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya meningkatkan kompetensi seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas,
sehingga masih diperlukan materi-materi lainnya untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan setiap jabatan kerja.
Di sisi lain, modul ini sudah barang tentu masih terdapat kekurangan dan keterbatasan,
sehingga diperlukan adanya perbaikan disana-sini dan kepada semua pihak kiranya kami
mohon sumbangan saran demi penyempurnaan kedepan.
ii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
PRAKATA
Modul ini berisi uraian tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer) dalam pekerjaan perencanaan pondasi
jembatan. Ada 3 hal yang dicakup dalam modul ini yaitu analisis data geologi teknik dan
penyelidikan tanah, pemilihan jenis pondasi jembatan, dan perencanaan pondasi jembatan
sesuai dengan jenis pondasi yang telah dipilih.
Hasil analisis data geologi teknik dan penyelidikan tanah akan memberikan masukan bagi
Ahli Perencanaan Teknis Jembatan untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan ketidakstabilan penempatan jembatan, yaitu apabila lokasi jembatan ada
pada struktur sekunder yang berwujud sebagai lipatan (fold), rekahan/kekar (fractur/joint)
atau sesar (fault). Ketidakstabilan penempatan jembatan juga dapat terjadi jika lokasi
jembatan berada pada struktur batuan lereng alam dan lereng galian dengan kondisi-
kondisi tertentu antara lain berkaitan dengan kemiringan bidang perlapisan, pelapukan
bidang perlapisan, masuknya air ke dalam batuan dan sebagainya.
Setelah rencana penempatan trase jalan, abutment dan pilar jembatan ditentukan, sebelum
membuat desain pondasi jembatan, Ahli Perencanaan Teknis Jembatan harus terlebih
dahulu memilih jenis pondasi jembatan. Tergantung pada kondisi tanah pondasi, Ahli
Perencanaan Teknis Jembatan akan menetapkan pilihan pondasi, apakah pondasi
langsung, pondasi sumuran atau pondasi tiang pancang. Perencanaan pondasi baru dapat
dibuat jika jenis pondasi jembatan telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi,
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka penyempurnaan modul ini.
Demikian modul ini dipersiapkan untuk membekali seorang AHLI PERENCANAAN TEKNIS
JEMBATAN (Bridge Design Engineer) dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang berkaitan dengan perencanaan teknis jembatan; mudah-mudahan modul ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya.
iii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
DAFTAR ISI
Halaman
iv
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
2.3 Analisis Kapasitas Dukung Tanah Di Bawah Abutment dan Pilar….. 2-11
2.3.1. Pengertian Kapasitas Dukung Tanah 2-12
2.3.2. Kapasitas Dukung Menurut Terzaghi 2-12
2.3.3. Kapasitas Dukung Menurut Meyerhof 2-16
2.4 Penurunan Pondasi Di Bawah Abutment dan Pilar ........................... 2-19
2.4.1. Penurunan Segera (Immediate Settlement) 2-20
2.4.2. Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement) 2-22
RANGKUMAN ................................................................................... 2-25
LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ..................................................... 2-27
v
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
vi
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
SPESIFIKASI PELATIHAN
A. Tujuan Pelatihan
Tujuan Umum Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :
Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jembatan berdasarkan standar
perencanaan jembatan jalan raya yang berlaku.
Tujuan Pembelajaran
Setelah modul ini dibahas diharapkan peserta mampu merencanakan pondasi
jembatan.
Kriteria Penilaian
1. Kemampuan dalam menganalisis data geologi teknik dan penyelidikan
tanah.
2. Kemampuan dalam memilih jenis pondasi jembatan.
3. Kemampuan dalam merencanakan pondasi jembatan sesuai dengan jenis
pondasi yang telah dipilih.
vii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
PANDUAN PEMBELAJARAN
vii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
C. Proses Pembelajaran
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembukaan :
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran. Mengikuti penjelasan
Merangsang motivasi peserta Mengajukan pertanyaan
dengan pertanyaan atau pengalaman apabila kurang jelas. OHT – 1
melakukan koordinasi pengumpulan
dan penggunaan data teknis.
Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan Bab 1 : Pendahuluan.
Modul ini merepresentasikan unit Mengikuti penjelasan
kompetensi. instruktur dengan tekun
Umum dan aktif.
Ringkasan Modul Mencatat hal-hal penting.
OHT – 2
Koordinasi Mengajukan pertanyaan
Batasan/Rentang Variabel bila perlu.
Panduan Penilaian
Panduan Pembelajaran
Waktu : 20 menit.
3. Penjelasan Bab 2 : Analisis data geologi Mengikuti penjelasan
teknik dan penyelidikan tanah instruktur dengan tekun
Umum dan aktif.
Stabilitas tanah berdasarkan data Mencatat hal-hal penting.
geologi teknik Mengajukan pertanyaan
OHT – 3
Analisis kapasitas dukung tanah di bila perlu.
bawah abutment dan pilar
Penurunan pondasi di bawah
abutment dan pilar.
Waktu : 75 menit.
4. Penjelasan Bab 3 : Pemilihan jenis Mengikuti penjelasan
pondasi jembatan instruktur dengan tekun
Umum dan aktif. OHT – 4
Penentuan kedalaman tanah keras. Mencatat hal-hal penting.
Penggunaan data daya dukung Mengajukan pertanyaan
viii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
ix
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Modul BDE-05 : Perencanaan Pondasi Jembatan merepresentasikan salah satu unit
kompetensi dari program pelatihan Ahli Perencanaan Teknis Jembatan (Bridge
Design Engineer).
Adapun unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam
Perencanaan Teknis Jembatan adalah :
1-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
1-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Penulisan dan uraian isi modul secara detail betul-betul konsisten mengacu tuntutan
elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja) yang sudah
dianalisis indikator kinerja/keberhasilannya (IUK).
1-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
1-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan
kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian.
b. Konteks Penilaian
1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang
menyangkut pengetahuan teori
2. Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja/ perilaku.
3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam Materi Uji
Kompetensi (MUK).
1-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
b. Penilai juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang
akan didemonstrasikan dan bila ada syarat-syarat industri perusahaan
lainnya muncul, penilai bisa disyaratkan untuk :
1. Mengetahui praktek-praktek /kebiasaan industri /perusahaan yang
ada sekarang dalam pekerjaan atau peranan yang kinerjanya sedang
dinilai.
2. Mempraktekkan kecakapan inter-personal seperlunya yang
diperlukan dalam proses penilaian.
1-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
KOMPETENSI ASESOR
Kompeten ?
Memiliki
Kompetensi
Assessment
Memiliki
Kompetensi
bidang
Substansi
1-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
1-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
BAB 2
ANALISIS DATA GEOLOGI TEKNIK DAN
PENYELIDIKAN TANAH
2.1. Umum
Bab ini menjelaskan analisis data geologi teknik dan penyelidikan tanah yang dikaji
dari laporan pengumpulan data geologi teknik dan data penyelidikan tanah yang
dibuat oleh tenaga ahli geologi dan tenaga ahli geoteknik. Analisis ini mempunyai 3
cakupan yaitu analisis kestabilan tanah di lokasi rencana pembuatan jembatan
berdasarkan data geologi teknik, analisis daya dukung tanah di bawah rencana
pembuatan abutment dan pilar berdasarkan data penyelidikan tanah, dan analisis
penurunan pondasi di bawah abutment dan pilar berdasarkan data penyelidikan
tanah.
Dari data geologi teknik dapat dipelajari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan
ketidakstabilan penempatan jembatan, yaitu apabila lokasi jembatan ada pada
struktur sekunder, berwujud sebagai lipatan (fold), rekahan/kekar (fractur/joint) atau
sesar (fault). Ketidakstabilan penempatan jembatan juga dapat terjadi jika lokasi
jembatan berada pada struktur batuan lereng alam dan lereng galian dengan
kondisi-kondisi tertentu antara lain berkaitan dengan kemiringan bidang perlapisan,
pelapukan bidang perlapisan, masuknya air ke dalam batuan dan sebagainya. Jika
data geologi teknik menunjukkan ketidakmantapan lokasi jembatan, maka rencana
trase jembatan harus dipindah untuk mendapatkan lokasi yang stabil. Jika lokasi
yang stabil untuk penempatan jembatan sudah dapat ditentukan, langkah
selanjutnya adalah menentukan jumlah dan lokasi titik-titik bor dan titik-titik sondir
untuk mendapatkan data-data teknis yang diperlukan guna menghitung daya dukung
tanah baik yang berada di bawah abutment maupun pilar jembatan. Selanjutnya
data properties tanah yang diperoleh dari pengujian laboratorium digunakan untuk
memperkirakan berapa penurunan pondasi yang akan terjadi, untuk melengkapi
desain pondasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kegagalan konstruksi atau bahkan kegagalan bangunan di
kemudian hari jika jembatan telah selesai dibangun dan digunakan untuk melayani
arus lalu lintas.
Pada tahap survai pendahuluan, telah dilakukan pemetaan topografi berupa peta
situasi yang digunakan untuk menarik garis sumbu trase rencana jembatan dengan
2-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Aspek geologi teknik dipelajari dari hasil laporan pemetaan geologi teknik yang
dibuat oleh ahli geologi teknik. Laporan geologi teknik ini mencakup:
Laporan geologi teknik pada umumnya dilampiri dengan peta geologi teknik, bisa
merupakan peta serbaguna, peta umum, peta berskala sedang atau peta
serbaguna, peta pelengkap, peta berskala kecil, atau peta serbaguna, peta
pelengkap, peta berskala besar. Peta geologi teknik biasanya dilengkapi dengan
lambang-lambang geologi dilengkapi dengan warna-warna atau notasi lambang
yang berbeda dengan pengelompokan sebagai berikut:
Lambang-lambang batuan sedimen.
Lambang-lambang tanah
2-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Tidak mudah untuk memahami makna dari lambang-lambang tersebut di atas. Oleh
karena itu disarankan agar bridge design engineer berkonsultasi dengan ahli
geologi teknik sebelum memutuskan bahwa lokasi jembatan sudah tepat.
Selanjutnya lihat gambar tersebut di bawah:
2-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Diambil dari sumber : Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan , SK SNI T-17-1991-03
2-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Dari laporan geologi teknik tersebut yang perlu kita cermati adalah informasi tentang
struktur batuan. Jika kita mempelajari kedudukan batuan sedimen di pegunungan-
pegunungan atau dari penampang pemboran, maka sering kedudukan sedimen-
sedimen itu tampak telah terganggu, artinya tidak lagi sejajar seperti kedudukan
semula. Akan tetapi sedimen-sedimen itu telah miring letaknya, tidak tegak lurus
atau telah terlipat. Sering sedimen-sedimen itu telah nampak patah dan bergeser
melalui bidang-bidang tertentu yang disebut bidang sesar. Perubahan kedudukan
sedimen-sdimen itu disebabkan karena deformasi tektonik.
Pada dasarnya ada 2 gaya yang bekerja yaitu yang sifatnya tarik (tensional) dan
tekan (compressional). Yang berpengaruh terhadap bangunan teknik sipil adalah
jenis struktur sekunder, berwujud sebagai:
Lipatan (fold)
Rekahan/kekar (fractur/joint)
Sesar (fault)
Lokasi yang stabil untuk penempatan jembatan dengan demikian adalah lokasi yang
tidak melewati daerah lipatan, rekahan/kekar atau sesar. Untuk mengetahui ciri-ciri
lebih khusus apa yang dimaksud dengan lipatan, rekahan/kekar dan sesar, berikut
ini diuraikan secara lebih rinci pengertian struktur sekunder tersebut:
A. Definisi
Untuk dapat menganalisis lipatan ini lebih mudah, beberapa istilah yang
lebih umum yang dapat digunakan untuk diskripsi didefinisikan sebagai
berikut:
2-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Sumbu antiklin
Sumbu sinklin
Jurus (strike)
Kemiringan
2-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
B. Jenis-jenis Lipatan
Antiklin
Sinklin
Lipatan simetris
Lipatan asimetris
Lipatan menggantung
Lipatan rebah
2-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Lipatan isoklin
Monoklin
Struktur teras
2-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
b. Kekar geser (shear joint) yaitu kekar yang terjadi akibat tekanan.
c. Gingsir (hade)
Inklinasi bidang sesar terhadap vertikal.
A. Macam-macam sesar
Sesar terjadi pada segala jenis batuan, tetapi yang sering kita jumpai
pada batuan sedimen. Penamaan sesar pada batuan sedimen
2-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
1. Sesar normal atau sesar turun, atap bergerak relatif terhadap kaki.
1. Adanyan gawir sesar - dari peta topografi, terlihat garis kontour rapat
dan lurus.
4. Breksiasi.
2-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
a. Jika bidang perlapisan miring ke arah lereng galian atau lereng alam.
c. Bila bidang sesar merupakan bidang geser dalam suatu formasi batuan.
e. Bila air masuk ke dalam batuan karena perubahan medan pada waktu
pelaksanaan pembangunan.
f. Bila penggalian pada batuan serpih yang peka terhadap cuaca dan
terdapat di daerah dengan curah hujan tahunan tinggi, akan
mengakibatkan disintegrasi yang cepat dan menyebabkan batuan serpih
mudah sekali pecah dan luruh terkena air.
2-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
mungkin pondasi dalam. Fokus kita dalam Sub Bab ini adalah mengetahui berapa
kapasitas dukung tanah baik yang berada di bawah abutment maupun pilar,
sebelum kita melangkah lebih lanjut (pada Bab lain) untuk menentukan pondasi
jembatan. Prinsip perencanaan pondasi dalam hal ini adalah menjamin bahwa
tegangan yang timbul di dalam tanah sebagai akibat pembebanan jembatan masih
tegangan ijin dibagi faktor keamanan. Hal ini berlaku juga untuk untuk konstruksi
pondasi yaitu tegangan yang timbul pada beton atau baja (material pondasi)
tegangan ijin dibagi faktor keamanan.
= c + tg
dimana
c = kohesi tanah
= tegangan normal
Ada 2 kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan pondasi yaitu kriteria
stabilitas dan kriteria penurunan. Kriteria stabilitas memberikan gambaran
bahwa tanah tidak runtuh meskipun kapasitas dukungnya dilampaui karena
dalam perencanaan pondasi ada safety faktor = 3 untuk daya dukung tanah
yang diijinkan. Kriteria penurunan memberikan gambaran bahwa meski
terjadi differential settlement (penurunan tak seragam), tidak akan terjadi
kerusakan pada struktur.
2-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
dimana:
2-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Dalam hal ini beban total terdiri dari beban-beban struktur, pelat pondasi dan
tanah urug di atasnya. Keruntuhan geser seperti dimaksud disebut
keruntuhan geser umum dengan ciri-ciri volume bahan dan kuat gesernya
tidak berubah oleh adanya keruntuhan.
Selain keruntuhan geser umum, dikenal juga keruntuhan geser lokal yang
terjadi pada tanah yang mengalami regangan yang besar sebelum tercapai
keruntuhan geser. Terzaghi memberikan koreksi empiris terhadap faktor-
faktor kapasitas dukung pada kondisi keruntuhan geser umum, yang
digunakan untuk penghitungan kapasitas dukung pada kondisi keruntuhan
geser lokal.
2-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Pondasi lingkaran:
qu = 1,3.c.Nc + po.Nq + 0,30. .B.N
dimana:
Teori Terzaghi telah banyak digunakan untuk menghitung daya dukung pada
tanah granular dan tanah-tanah yang mempunyai kohesi (c) dan sudut geser
dalam (), karena persamaan daya dukung batasnya memberikan hasil yang
sangat hati-hati. Hal ini sangat berguna untuk memperhitungkan risiko yang
terjadi karena sulitnya mendapatkan contoh tanah undisturbe pada jenis
tanah tersebut.
2-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Untuk pondasi dalam yang berbentuk sumuran dengan D > 5B, Terzaghi
menyarankan penggunaan rumus sebagai berikut:
dimana :
2-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
dimana:
Nc = (Nq-1) ctg
Nq = tg2(45o + /2).e(tg)
2-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
N = (Nq-1)tg(1.4)
o Nc Nq N o Nc Nq N
1 5.14 1 0 26 22.25 11.85 8.00
2 5.38 1.09 0.00 27 23.94 13.20 9.46
3 5.63 1.20 0.01 28 25.80 14.72 11.19
4 6.19 1.43 0.04 29 27.86 16.44 13.24
5 6.49 1.57 0.07 30 30.14 18.40 15.67
6 6.81 1.72 0.11 31 32.67 20.63 18.56
7 7.16 1.88 0.15 32 35.49 23.18 22.02
8 7.53 2.06 0.21 33 38.64 26.09 26.17
9 7.92 2.25 0.28 34 42.16 29.44 31.15
10 8.34 2.47 0.37 35 46.12 33.30 37.15
11 8.80 2.71 0.47 36 50.59 37.75 44.43
12 9.28 2.97 0.60 37 55.63 42.92 53.27
13 9.81 3.26 0.74 38 61.35 48.93 64.07
14 10.37 3.59 0.92 39 67.87 55.96 77.33
15 10.98 3.94 1.13 40 75.31 64.20 93.69
16 11.63 4.34 1.37 41 83.86 73.90 113.99
17 12.34 4.77 1.66 42 93.71 85.37 139.32
18 13.10 5.26 2.00 43 105.11 99.01 171.14
19 13.93 5.80 2.40 44 118.37 115.31 211.41
20 14.83 6.40 2.87 45 133.87 134.87 262.74
21 15.81 7.07 3.42 46 152.10 158.50 328.73
22 16.88 7.82 4.07 47 173.64 187.21 414.33
23 18.05 8.66 4.82 48 199.26 222.30 526.45
24 19.32 9.60 5.72 49 229.92 265.50 674.92
25 20.72 10.66 6.77 50 266.88 319.06 873.86
2-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
1 Untuk = 0
o
2
Untuk 10o
1
i
1 Untuk = 0
Penurunan pondasi yang terletak pada tanah berbutir (granular material) pada
umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:
2-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
H
H dH
0
H i
qi
H H (i dari 1 s/d n)
Hi Esi
Bagian kanan dari persamaan di atas menunjukkan bahwa tanah terdiri dari n lapis
(layers) dengan ketebalan Hi , “stresses” dan “properties” dari masing-masing lapis.
Total penurunan pondasi dengan demikian sama dengan jumlah penurunan yang
terjadi pada: lapis 1 + lapis 2 + lapis 3 + ........... + lapis n.
1 (1 ).Es ,tr
Es
mv (1 )(1 2 )
1 2 1 2
H q o .B ' . I 1 I 2 I F
Es 1
dimana
H = immediate settlement
B’ = lebar pondasi
2-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Es = modulus elastis
= Poisson’s Ratio
1 (1 M 2 1). M 2 N 2 ( M M 2 1. 1 N 2
I1 M . ln ln
M (1 M 2 N 2 1) M M 2 N 2 1
N M
I2 tan 1 ............ (tan-1 dalam radian)
2 N M N 1
2 2
dimana:
M = L’/B’
N = H/B’
B’ = B/2 untuk titik tengah pondasi.
B’ = B untuk pojok pondasi.
L’ = L/2 untuk titik tengah pondasi.
L’ = L untuk pojok pondasi.
IF dapat dihitung secara grafis dengan menggunakan grafik berikut:
2-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
H = Consolidation Settlement
e = perubahan angka pori akibat pembebanan
eo = angka pori awal
e1 = angka pori pada saat berakhirnya konsolidasi
H = tebal lapisan tanah yang ditinjau
mv = modulus tertahan
p = pertambahan tegangan
= regangan.
e1 e2
Cc pada bagian linear kurva pembebanan
log( p 2 ' / p1 ' )
e4 e3
Cr pada kurva pelepasan beban
log( p3 ' / p 4 ' )
2-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Dengan e1, e2, e3, e4 dan p1, p2, p3, dan p4 adalah titik-titik yang ditunjukkan
pada Gambar 2-10
Catatan
(1) p1’ = po’ + p
(2) Cc dan Cr pada gambar adalah kurva yang telah dikoreksi (kurva lapangan)
2-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Untuk lempung terkonsolidasi normal yaitu jika po’ = pc’ maka perubahan
angka pori (e) akibat konsolidasi dinyatakan oleh :
po ' p
e C c log (Gambar 2-10 a)
po '
p1 ' p ' p
e C r log C r log o
po po '
pc ' p ' p
e C r log C c log o
po ' pc '
i n i n
ei
H H i Hi
i 1 i 1 1 eo
2-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
RANGKUMAN
a. Bab 2 modul Perencanaan Pondasi Jembatan ini menguraikan analisis kestabilan tanah
di lokasi rencana pembuatan jembatan berdasarkan data geologi teknik, analisis daya
dukung tanah di bawah rencana pembuatan abutment dan pilar berdasarkan data
penyelidikan tanah, dan analisis penurunan pondasi di bawah abutment dan pilar
berdasarkan data penyelidikan tanah.
b. Analisis kestabilan tanah di lokasi rencana pembuatan jembatan dimaksudkan untuk
melakukan pengecekan apakah penempatan trase jembatan, abutment dan pilar
jembatan akan berada di atas tanah dasar yang stabil ditinjau dari aspek geologi teknik
sebelum diputuskan bahwa lokasi jembatan sudah tepat. Aspek geologi teknik dipelajari
dari hasil laporan pemetaan geologi teknik yang dibuat oleh ahli geologi teknik. Laporan
geologi teknik ini mencakup:
Kondisi geologi regional dan geologi lokal dari daerah pemetaan;
Kondisi geologi teknik dari daerah pemetaan yang meliputi sifat fisik tanah atau
batuan setempat dan masalah yang mungkin timbul sehubungan pekerjaan teknik
sipil di daerah tersebut;
Penampang geologi teknik pada rencana bangunan;
Saran teknis berupa penanganan dan penanggulangan masalah yang timbul oleh
sebab kondisi geologi teknik.
c. Analisis daya dukung tanah di bawah rencana pembuatan abutment dan pilar
menguraikan garis besar teori mekanika tanah yang pada umumnya digunakan untuk
membuat analisis daya dukung tanah. Ada 2 metode yang diketengahkan dalam uraian
dimaksud yaitu kapasitas dukung tanah menurut Terzaghi yang pada umumnya
digunakan untuk pondasi dangkal dan kapasitas dukung tanah menurut Meyerhof yang
pada umumnya digunakan untuk pondasi dangkal maupun pondasi dalam.
d. Analisis penurunan pondasi menjelaskan bahwa penurunan pondasi mencakup 2 jenis
penurunan yaitu penurunan segera (immediate settlement) dan penurunan konsolidasi
(consolidation settlement):
Immediate settlement yaitu penurunan yang terjadi pada saat “beban kerja” mulai
bekerja, dalam rentang waktu kurang lebih 7 hari. Analisis immediate settlement
digunakan untuk tanah berbutir halus termasuk “silts” dan “clays” dengan derajat
kejenuhan (perbandingan antara isi air pori dengan isi pori) 90% dan tanah berbutir
kasar dengan koefisien permeabilitas yang tinggi (> 10-3 m/sec).
2-25
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
2-26
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Menganalisis data
geologi teknik dan
penyelidikan tanah.
2-27
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
ditentukan?
2-28
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
BAB 3
PEMILIHAN JENIS PONDASI JEMBATAN
3.1. Umum
Penggunaan data daya dukung tanah dan geologi teknik dimaksudkan untuk
memastikan bahwa beban-beban yang bekerja pada jembatan pada akhirnya akan
dipikul oleh tanah pondasi yang kapasitas dukungnya mencukupi. Jadi dari sisi
konstruksi bahan yang digunakan sebagai konstruksi pondasi (tiang pancang, tiang
bor, sumuran, pondasi langsung) mampu memikul kombinasi beban-beban yang
bekerja, sedangkan di sisi lain tanah pondasi tidak mengalami keruntuhan dalam
memikul beban-beban yang bekerja pada jembatan.
Untuk mengetahui kedalaman tanah keras, data lapangan yang harus tersedia
adalah data sondir dan data bor. Dalam memilih rancangan pondasi jembatan,
diperlukan data-data lapangan yang diperoleh dari test sondir, bor-log lapangan dan
bor-log akhir. Test sondir dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang
3-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
perlawanan tanah terhadap ujung konus dan lekatan tanah terhadap selimut
bikonus. Data-data tersebut diperoleh dengan cara menekan konus dan bikonus ke
dalam lapisan tanah yang diselidiki, digambarkan ke dalam suatu grafik yang
menunjukkan hubungan antara kedalaman ujung konus (m) dengan tekanan konus
(kg/cm2) dan antara kedalaman ujung konus (m) dengan hambatan pelekat (kg/cm).
Sedangkan bor log merupakan hasil uji pemboran berupa penampang yang
menggambarkan lapisan-lapisan tanah disertai dengan keterangan-keterangan yang
diperlukan untuk menganalisa kondisi tanah/batuan yang harus dipertimbangkan
untuk perencanaan pondasi jembatan. Bor-log lapangan merupakan catatan-catatan
berdasarkan fakta-fakta lapangan sedangkan bor-log akhir dibuat berdasarkan bor-
log lapangan dan hasil-hasil pengujian laboratorium.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa data-data yang diperoleh
dari test sondir, bor-log lapangan dan bor-log akhir harus memberikan informasi
yang tepat dan akurat guna kepentingan perhitungan pondasi jembatan. Ini berarti
bahwa letak titik sondir dan bor harus sedemikian sehingga hasil pengolahan dan
evaluasi data tanah yang dibuat dapat merepresentasikan informasi tentang
properties tanah yang diperlukan dalam perhitungan pondasi jembatan.
Letak titik sondir dan titik bor kadang-kadang tidak dapat tepat pada rencana letak
bangunan mengingat situasi-lapangan yang sulit. Oleh karena itu penting diketahui
sampai seberapa jauh dapat diadakan penggeseran, relokasi, pengurangan atau
penambahan titik penyelidikan. Untuk pemboran mesin perlu juga ditinjau jalan
masuk kelokasi.
3-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Diperlukan penyelidikan tanah untuk 1 titik bor di abutmen kiri, 4 titik bor di
dasar sungai/lembah, 1 titik bor di abutmen kanan. Lokasi titik-titik bor
tersebut berada kurang lebih tepat di bawah as jembatan.
S S S S S S
As Jembatan
B B B B
S S S S S S
S Titik Sondir
Dasar Abutment Dasar Pilar
B Titik Bor
Pada gambar di atas terdapat 12 titik sondir dan 4 titik bor yang tentu akan
memberikan variasi-variasi data tergantung pada kondisi tanah pondasi dan
ketelitian pengambilan datanya. Sebelum kita menentukan lokasi kedalaman tanah
keras, ada suatu logika berpikir yang tidak boleh diabaikan yaitu:
Penentuan lokasi kedalaman tanah keras di bawah abutment sebelah kiri hanya
didasarkan atas data-data sondir dan data bor yang diperoleh berdasarkan
pelaksanaan pekerjaan sondir dan pekerjaan bor di lokasi abutment sebelah kiri.
3-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Penentuan lokasi kedalaman tanah keras di bawah pilar sebelah kiri hanya
didasarkan atas data-data sondir dan data bor yang diperoleh berdasarkan
pelaksanaan pekerjaan sondir dan pekerjaan bor di lokasi pilar sebelah kiri.
Penentuan lokasi kedalaman tanah keras di bawah pilar sebelah kanan hanya
didasarkan atas data-data sondir dan data bor yang diperoleh berdasarkan
pelaksanaan pekerjaan sondir dan pekerjaan bor di lokasi pilar sebelah kanan.
Kita ambil contoh abutment sebelah kiri, disini akan tersedia 2 data sondir dan 1
data bor. Terlebih dahulu harus diperiksa kesesuaian hasil sondir dengan jenis
tanah yang diperoleh dari hasil pekerjaan bor pada titik bor yang telah ditentukan.
Hasil sondir yang tidak sesuai dengan hasil bor perlu ditanyakan kepada ahli
geoteknik, misalnya diambil kesimpulan kedua data sondir tersebut masih
memenuhi syarat, maka selanjutnya kedua data sondir tersebut dievaluasi lebih
lanjut. Dari 2 data sondir kita harus memilih salah satu yaitu yang memberikan
dampak paling buruk bagi perhitungan pondasi. Artinya data sondir yang kita pilih
tersebut adalah data sondir yang menginformasikan lokasi tanah keras lebih dalam
dibandingkan dengan data sondir yang satu lagi, dan atau jumlah hambatan pelekat
pada kedalaman yang dipilih untuk perhitungan pondasi lebih rendah dibandingkan
dengan jumlah hambatan pelekat pada data sondir yang satu lagi.
Demikian dengan metode yang sama dilakukan pemilihan data sondir untuk pilar
kiri, pilar kanan dan abutment kanan. Jika hal ini telah dilakukan, maka kita
mempunyai data-data yang siap dianalisis untuk memastikan lokasi kedalaman
tanah keras, yaitu: 1 sondir dan 1 bor untuk abutment kiri, 1 sondir dan 1 bor untuk
pilar kiri, 1 sondir dan 1 bor untuk pilar kanan dan 1 sondir dan 1 bor untuk abutment
kanan.
3-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Data bor, berisi jenis dan tebal lapisan-lapisan tanah, mulai dari lapis permukaan
tanah asli sampai dengan kedalaman berakhirnya pemboran. Kedalaman pemboran
pada umumnya melebihi kedalaman titik sondir.
Pada data sondir dapat diperhatikan bentuk grafik yang menggambarkan hubungan
antara tekanan konus dan kedalaman ujung konus. Dari grafik tersebut dapat dicari,
pada tekanan konus = 150 kg/cm2, berapa kedalaman ujung konus pada tekanan
ini? Titik yang menunjukkan tekanan konus = 150 kg/cm2 inilah yang disebut
kedalaman tanah keras, pada Gambar 3-2 titik tersebut berada pada kedalaman 24
m di bawah permukaan tanah asli.
3-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Jika lokasi tanah keras berada pada kedalaman 4 m dari permukaan tanah asli,
maka yang diperlukan adalah pondasi dangkal, pada umumnya cukup dengan
pondasi langsung.
Jika lokasi tanah keras berada pada kedalaman 4-8 m dari permukaan tanah
asli, maka yang diperlukan adalah pondasi dangkal, pada umumnya digunakan
pondasi sumuran.
Jika lokasi tanah keras berada pada kedalaman > 8 m dari permukaan tanah
asli, maka yang diperlukan adalah pondasi dalam, pada umumnya dipilih
pondasi tiang pancang.
Perkiraan kedalaman tanah keras berdasarkan data sondir merupakan indikasi awal
tentang jenis pondasi yang dapat kita pertimbangkan. Perhitungan lebih rinci
nantinya akan didasarkan atas berbagai informasi tentang tanah pondasi baik yang
diperoleh berdasarkan hasil sondir maupun hasil pengujian laboratorium, termasuk
data-data yang berkaitan dengan kekuatan bahan pondasi jembatan.
Dari data geologi teknik, yang perlu diketahui adalah kepastian apakah lokasi
penempatan jembatan berada pada daerah yang stabil, artinya tidak melewati
daerah lipatan, rekahan/ kekar atau sesar. Kemudian pertimbangan yang seksama
dalam mengevaluasi formasi batuan juga akan sangat membantu dalam mengambil
keputusan terhadap stabilitas pondasi pada lokasi-lokasi tertentu. Jika dari
pertimbangan berdasarkan geologi teknik sudah dapat diambil kesimpulan tentang
penempatan lokasi jembatan, maka tahap berikutnya adalah menghitung data daya
dukung tanah berdasarkan hasil pengujian laboratorium atas titik-titik bor yang
diperoleh dari lapangan.
Pada pondasi langsung yang harus dihitung terlebih dahulu adalah daya
dukung ijin tanah di dasar abutmen jembatan yang didapat dari analisis daya
dukung pondasi dangkal pada elevasi dasar dari abutmen jembatan. Daya
dukung ijin tanah di dasar abutmen jembatan yang sering dijumpai pada
3-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
perhitungan pondasi langsung adalah sekitar 200 kPa atau sama dengan 20
t/m2 = 2.0 kg/cm2.
Pada penjelasan di atas diambil contoh daya dukung tanah pada kedalaman
4 m dan 8 m. Pertanyaannya sekarang, bagaimana mendapatkan daya
dukung tanah pada kedalaman-kedalaman dimaksud atau secara umum
kedalaman tanah pada pondasi dangkal?. Untuk menghitung daya dukung
tanah pada pondasi dangkal, gunakan persamaan Terzaghi. Berikut ini
diberikan contoh perhitungan daya dukung pondasi dangkal.
Soal:
Hitunglah daya dukung tanah pondasi berbentuk bujur sangkar dengan sisi =
B, jika diketahui kedalaman pondasi D = 1.20 m, safety factor (SF) = 3 untuk
mendapatkan tegangan ijin qa , dengan data-data tanah yang diperoleh dari
”undrained U triaxial test” adalah : = 17.30 kN/m3, = 20o, c = 20 kPa.
Jawaban:
3-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
D = 1.20 m
B
Pada data laboratorium terdapat = 20o , jadi berarti tanah tidak jenuh.
qu = 1,3.c.Nc + po.Nq + 0,40. .B.N ....... (lihat Bab 2 Sub Bab 2.3
halaman 2-14)
Dari Tabel 2-1 (Bab2) dengan = 20o, diperoleh Nc = 17.7, Nq = 7.4 dan N
= 5.0.
B
r 1 0.25log ...... dimana B 2 m dan k = 2
k
Dari qa = (205 + 11.5 B) kPa, perkirakan B mempunyai nilai antara 1.5 – 3.0
m dan pada nilai B = 3.0 m, r = 0.95.
3-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Dengan data sondir pada Gambar 3-2, direncanakan pondasi tiang pancang
ukuran 35 x 35 cm2, dipancang secara individual pada kedalaman 23 m dari
permukaan tanah asli. Beban maksimum yang boleh terjadi pada tiang
pancang tersebut = daya dukung tanah terhadap 1 tiang pancang berasal
dari tekanan konus pada kedalaman 23 m + hambatan pelekat pada tiang di
seluruh panjang tiang. Lihat persamaan tersebut di bawah:
3-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
55 kg/cm2
610 kg/cm2
Dari Titik
Bor
3-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Jika data-data yang terdapat pada hasil sondir dimasukkan, maka akan
diperoleh beban maksimum yang dapat diberikan pada tiang pancang tanpa
mengakibatkan keruntuhan tanah pondasi sebagai berikut:
35.35.55 4.35.610
Qtp 39.538kg 39.6ton
3 5
Ambil tegangan ijin beton yang relatif rendah misalnya 50 kg/cm2, maka
berdasarkan kekuatan bahan beton, Qtp = 50 x 1.814 kg = 90.700 kg = 90.70
ton, jauh di atas 39.6 ton yang diperhitungkan terhadap daya dukung tanah.
Dari angka 90.70 ton tersebut berat sendiri tiang beton = 0.35 x 0.35 x 23 x
2.5 ton = 7.04 ton. Jadi kalau tiang pancang beton tersebut dipancang
sampai kedalaman 23 m, agar tiang tersebut tidak mengakibatkan
keruntuhan tanah pondasi, maksimum beban sentris yang dapat diletakkan
di atas tiang pancang = 39.6 ton – 7.04 ton = 32.56 ton.
Qt 1
Qklp .N c . Aklp ( B L).l.
3 3
dimana:
Qklp = daya dukung yang diijinkan pada kelompok tiang
Qt = daya dukung keseimbangan pada kelompok tiang
3 = safety factor.
= kekuatan geser tanah
Nc = faktor daya dukung
Aklp = luas kelompok tiang = B x L
B = lebar kelompok tiang
L = panjang kelompok tiang
3-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
A. Pondasi Langsung
Beton Struktural
Batu Kali
3-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
B. Pondasi Sumuran
Gelagar Bangunan
Atas Jembatan
Pilar Jembatan
3-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Dinding sumuran dibuat dari beton bertulang. Pekerjaan beton dan baja
tulangan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
Kecuali jika ditunjukkan lain dalam Gambar, maka mutu beton adalah fc’=
20 MPa atau K-250 dan mutu baja BJ24. Kecuali jika ditunjukkan lain
dalam Gambar, maka bahan pengisi fondasi sumuran adalah beton
siklop yang harus memenuhi ketentuan dalam Spesifiikasi.
3-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Sumuran harus diisi dengan beton siklop fc’ 15 MPa atau K-175 sampai
elevasi satu meter di bawah fondasi telapak. Sisa satu meter tersebut
harus diisi dengan beton fc’ 20 MPa atau K-250, atau sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus
mampu menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air
selama proses penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah
pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan
3-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari
sisi dasar fondasi telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus
dilaksanakan dengan menggunakan alat pemecah bertekanan
(pneumatic breakers). Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap
pembongkaran ini. Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam
fondasi telapak harus mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter
tulangan.
3-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
3-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
3-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
3-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur berupa profil baja gilas
biasa, pipa baja dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang
pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton
tersebut minimum harus fc’= 20 MPa atau K-250
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka
panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi
dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui
dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat
diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang
tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang yang tertanam dalam
tanah yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari
korosi.
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau
profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang
di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan
pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk
menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga
dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana sepatu tiang diperlukan, maka
sepatu tiang ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar
atau yang dibentuk sedemikian rupa dari pelat baja dengan mutu yang
sama atau baja fabrikasi.
3-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor.
Pengujian penetrometer untuk bahan di lapangan harus dilakukan
selama penggalian dan pada dasar tiang bor sesuai dengan yang diminta
oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus selalu
dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok.
3-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Pada umumnya tiang bor harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas
elevasi yang akan dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan
lemah harus dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja tulangan
yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga
memungkinkan pengikatan yang sempurna ke dalam pur atau struktur di
atasnya.
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa
hingga dapat dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi
pada tiang bor yang dibentuk sebelumnya. Tiang bor yang cacat dan di
luar toleransi harus diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa.
3-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
RANGKUMAN
b. Penentuan kedalaman tanah keras dimaksudkan untuk memilih jenis pondasi jembatan,
apakah harus membuat pondasi dangkal atau pondasi dalam. Untuk dapat mengetahui
kedalaman tanah keras, diperlukan data sondir dan data bor di lokasi rencana
penempatan abutment dan pilar jembatan. Di lokasi abutment, disarankan untuk diambil
2 titik sondir dan 1 titik bor, sedangkan di lokasi pilar di sungai diambil 4 sondir dan 1
titik bor. Dari data sondir, indikasi tanah keras dapat dilihat pada data tekanan konus
yang menunjukkan angka 150 kg/cm2.
c. Penggunaan data daya dukung tanah dan geologi teknik dimaksudkan bagaimana
menggunakan data sondir (tekanan konus dan jumlah hambatan pelekat) dan data bor
(pengujian laboratorium dari data lapangan) untuk memperhitungkan daya dukung tanah
pondasi. Untuk perhitungan daya dukung tanah pada pondasi dangkal, pada umumnya
digunakan persamaan-persamaan Terzaghi (catatan: dapat juga menggunakan
persamaan Meyerhof yang dapat digunakan untuk perhitungan daya dukung pondasi
dangkal maupun pondasi dalam). Untuk memberikan gambaran perbandingan yang
lebih konkrit, daya dukung tanah untuk pondasi langsung (kedalaman 4.00 m) minimal
sekitar 200 kPa, untuk pondasi sumuran (kedalaman < 8.00 m) minimal sekitar 1000
kPa, sedangkan untuk pondasi tiang pancang daya dukung tanah pada point bearing
piles = 150 kg/cm2 = 15000 kPa = 15 Mpa. Penggunaan data konus yang diperoleh dari
data sondir biasanya dikoreksi dengan faktor keamanan = 3, sedangkan data jumlah
hambatan pelekat dikoreksi dengan faktor keamanan = 5.
d. Pada uraian tentang penetapan jenis pondasi jembatan, dijelaskan batasan-batas yang
berkaitan dengan pertimbangan, bagaimana kita sampai pada keputusan memilih
pondasi langsung, pondasi sumuran, pondasi tiang pancang beton bertulang pracetak /
tiang pancang beton prategang pracetak, pondasi tiang pancang baja struktur / tiang
pancang pipa baja, atau pondasi tiang bor beton. Pemilihan jenis pondasi berkaitan
dengan bahan yang digunakan, oleh karena itu persyaratan tentang bahan untukn
pondasi harus terlebih dahulu oleh perencana sebelum membuat perencanaan teknis.
3-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Menganalisis data Sudah dibuat soalnya di
geologi teknik dan Bab 2
penyelidikan tanah.
3-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
BAB 4
PERENCANAAN PONDASI JEMBATAN SESUAI
DENGAN JENIS YANG DIPILIH
4.1. Umum
Bab ini menjelaskan perencanaan pondasi jembatan sesuai dengan jenis yang
dipilih, mencakup penerapan kriteria desain pondasi, penerapan ketentuan
pembebanan jembatan dan perhitungan perencanaan pondasi.
4-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Dinding sumuran dibuat dari beton bertulang dengan mutu beton fc’= 20 MPa
atau K-250 (beton mutu sedang) dan mutu baja tulangan BJ24. Pekerjaan
beton dan baja tulangan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi. Untuk dapat memahami karakteristik beton K-250 perencana
harus mempelajari Spesifikasi terlebih dahulu guna mengetahui persyaratan-
persyaratan bahan yang digunakan untuk membuat beton K-250 yaitu
semen, air, agregat dan mungkin juga bahan tambah. Dari keempat jenis
bahan ini yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemilihan agregat yang
terdiri dari agregat kasar dan agregat halus.
Fokus perhatian perlu ditujukan untuk agregat kasar, dalam hal ini perencana
harus memilih, berapa ukuran terbesar agregat kasar yang akan digunakan.
Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau
antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton
harus dicor.
Untuk bahan pengisi pondasi sumuran digunakan beton siklop, yaitu beton
yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 MPa dengan batu-batu pecah
ukuran maksimum 250 mm. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan
tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara
berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-
pasangan lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup
dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi
sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
Untuk baja tulangan, beton dinding sumuran memerlukan baja lunak BJ-24,
yaitu baja dengan Tegangan Leleh Karakteristik = 240 Mpa, serta memenuhi
persyaratan SNI 07-2052-1997 Baja Tulangan Beton. Standar rujukan
selengkapnya dapat dilihat pada Spesifikasi.
4.2.2. Kriteria Desain Pondasi tiang pancang beton bertulang pracetak / tiang
pancang beton prategang pracetak
4-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
sekurang-kurangnya fc’= 35 MPa atau K-400. Dalam hal ini, untuk tipe
beton bertulang disarankan menggunakan beton K-400, sedang untuk
beton prategang menggunakan beton K-500.
Fokus perhatian perlu ditujukan untuk agregat kasar, dalam hal ini
perencana harus memilih, berapa ukuran terbesar agregat kasar yang
akan digunakan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga
ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara
baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah
lainnya di mana beton harus dicor.
Ada 3 macam ukuran maksimum agregat kasar yang dapat dipilih yaitu
37 mm, 25 mm dan 19 mm. Jadi jika digunakan ukuran maksimum
agregat kasar 37 mm, 25mm, atau 19 mm maka minimum jarak bersih
tulangan berturut-turut adalah 4/3 x 37 mm = 49.3 mm, 4/3 x 25 mm =
33.3 mm, atau 4/3 x 19 mm = 25.3 mm.
4-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
B. Baja Prategang
Untaian kabel (strand) prategang harus terdiri dari jalinan kawat (wire)
dengan kuat tarik tinggi, bebas tegangan (stress relieved), relaksasi
rendah dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel sesuai
dengan SNI 07-1154-1989 tentang Kawat baja tanpa lapisan bebas
tegangan untuk konstruksi beton, jalinan tujuh. Untaian kawat tersebut
harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 1600 MPa dan
kekuatan batas minimum 1900 Mpa;
Kawat (wire) prategang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi
dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai
dengan SNI 07-1155-1989 tentang Kawat baja tanpa lapisan bebas
tegangan untuk konstruksi beton ;
Batang (bar) logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas
tegangan kemudian diregangkan secara dingin minimum sebesar 910
Mpa. Setelah peregangan dingin, maka sifat fisiknya akan menjadi
sebagai berikut :
4-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Standar Rujukan
AASHTO
4.2.3. Kriteria Desain Pondasi Tiang Pancang Baja Struktur / Tiang Pancang
Pipa Baja
Jika dipilih pondasi tiang pancang baja, ada 3 alternatif yang dapat diambil
yaitu:
pipa baja diisi beton dengan mutu beton minimum fc’= 20 MPa atau K-
250
kotak baja diisi beton dengan mutu beton minimum fc’= 20 MPa atau K-
250
4-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus mempunyai sifat
mekanis baja struktural seperti dalam Tabel 4-2.
Tegangan Tegangan
Peregangan
putus leleh
Jenis baja minimum
minimum, fu minimum, fy
(%)
(MPa) (MPa)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
4-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
menjadi gaya vertikal V, gaya horizontal H dan momen lentur M yang dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
M H
X
O
hi
Muka tanah
i > 0
i < 0
4-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Perhitungan perencanaan pondasi yang dibuat disini adalah untuk pondasi tiang
pancang dan pondasi sumuran. Sebelum diberikan contoh perhitungannya, terlebih
dahulu diuraikan prinsip-prinsip dasar perhitungan kedua jenis pondasi tersebut.
A. Prinsip-prinsip Perhitungan
1. Asumsi
2. Tata Sumbu
M H
X
O
hi
Muka tanah
i > i <
Y
0
4-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
X
O
Axx K 1 cos 2 i K v sin 2 i (4/1-4)
Ayy K v cos 2 i K 1 sin 2 i (4/1-7)
Ay Ay K v cos 2 i K 1 sin 2 1 xi K 2 sin i (4/1-8)
A K v cos 2 i K1 sin 2 1 xi2 ( K 2 K 3 ) sin i K 4
(4/1-9)
4-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
kD
4 (m-1) (4/1-10)
4 EI
k = Koefisien daya tangkap reaksi permukaan/horizontal sub grade
reaction coefficient (t/m3).
D = Diameter dari tiang pancang (m)
EI = Kekakuan lentur dari tiang pancang (t-m2)
h = Panjang axial tiang pancang yang terletak bebas di atas permukaan
tanah (m).
K4 2 EI 0 0
1 h 2 1 h 3 2
4-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
1
h (4/1-11)
Besarnya koefisien daya tangkap reaksi permukaan (k) menurut standar
teknik (di Jepang) dapat diperkirakan dengan menggunakan metode
berikut:
1
k ko y 2
(4/1-12)
3
k o 0 .2 E o D 4
(4/1-13)
4-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Cara empiris yang digunakan untuk jembatan jalan raya (di Jepang)
adalah dengan menggunakan persamaan berikut:
Ap E p
Kv a (4/1-19)
l
Ap = Luas penampang netto dari tiang (cm2)
Ep = Modulus elastisitas tiang (kg/cm2)
L = Panjang tiang (cm)
D = Diameter tiang (cm)
l
Tiang yang terbuat dari pipa baja a 0.027 0 .2
D
l
Tiang beton pratekan/prestress a 0.041 0.27
D
l
Tiang yang di cor ditempat a 0.022 0.05
D
Reaksi perletakan pada kepala tiang yang disebabkan oleh gaya luar
yang bekerja (PNi,PHi, dan Mti) ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
4-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
H i Ho (4/1-22)
V i Vo (4/1-23)
M ti Vi xi M o (4/1-24)
Daya dukung tiang dalam arah lateral di tentukan dari persamaan berikut:
Kv D
Tiang yang terbenam dalam tanah Ha a
4 EI 3
Tiang yang menonjol di atas tanah Ha a
1 h
4-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
H Mt
X- h
y1
Muka tanah
lm O
y2
+
X f
M o M t Hho (4/1-25)
1 1
lm tan 1 (4/1-26)
1 2 (h ho )
4-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
H
Mm 1 2 h ho 2 1 exp l m (4/1-27)
2
Untuk x < 0 S H
Untuk x > 0 S He x
cos x 1 2 h ho sin x
b). Momen
Untuk x < 0 M H x h M t H x h ho
H
Untuk x > 0 M e x h ho cos x 1 h ho sin x
4-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Untuk x < 0 y1
H
6 EI 3
3 x 3 3 3 h h0 x 2 31 2 h h0 x 31 h h0
H
Untuk x > 0 y2 e x 1 h h0 cos x h h0 sin x
2 EI 3
1 h 1 2
3
H
1 h
2
Mt (4/1-28)
3EI 3
2 EI
2
1 h ho
f Ht (4.29)
2 EI 3
4-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
V
M Permukaan tanah, h = 0
H
X O
Gambar 4-6
Bidang X, Y,
i > 0 i < 0
2.1 m
2.1 m
Gambar 4-7 Bidang X-Z
2.1 m
O 2.1 m
x
1.5 1.5
Z
4-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
B. Lendutan Lateral
Besarnya lendutan lateral ditentukan dengan melakukan perhitungan trial
and error. Perhitungan pertama dilakukan dengan mengambil nilai awal
lendutan lateral = 1 cm. Berdasarkan asumsi lendutan lateral = 1 cm
dapat dihitung nilai modulus deformasi tanah pondasi, horisontal
subgrade reaction dan juga nilai konstanta pegas tanah. Berdasarkan
parameter-parameter tersebut dapat ditentukan lendutan lateral yang
terjadi. Trial and error kedua dilakukan dengan menggunakan hasil
lendutan lateral hasil trial and error pertama. Demikian seterusnya
sampai perbedaan asumsi lendutan lateral dan hasil Analisis lendutan
lateral bisa diabaikan.
Eo = 28 N
1
k ko y 2
(4/1-12)
3
k o 0 .2 E o D 4
(4/1-13)
kD
4 m-1 (4/1-10)
4EI
1
h (4/1-11)
4-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
2. Koefisien Pegas
K4 2 EI 0 0
1 h 2 1 h 3 2
a. K1 = 18116.106 kN/m
b. K2 = 27200.524 kN/rad
c. K3 = 27200.524 kN/rad
d. K4 = 81680.748 kN/rad
Axx K 1 cos 2 i K v sin 2 i (4/1-4)
4-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Ayy K v cos 2 i K 1 sin 2 i (4/1-7)
Ay Ay K v cos 2 i K 1 sin 2 1 xi K 2 sin i (4/1-8)
A K v cos 2 i K 1 sin 2 1 xi2 ( K 2 K 3 ) sin i K 4 (4/1-9)
Dengan menyelesaikan ke tiga persamaan diatas, pada trial & error yang
terakhir akan didapat perpindahan kelompok tiang terhadap titik pusat
O(0.0) sebagai berikut:
Kv D
Tiang yang terbenam dalam tanah Ha a
4 EI 3
Tiang yang menonjol di atas tanah Ha a
1 h
4-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Gaya yang seolah-oleh bekerja pada setiap kepala tiang dihitung dengan
rumus berikut:
PNi K v yi'
(4/1-16)
PHi K i xi' K 2
(4/1-17)
M ti K 3 xi' K 4
(4/1-18)
Reaksi perletakan pada kepala tiang yang disebabkan oleh gaya luar
yang bekerja PNi,PHi, dan Mti ditentukan sebagai berikut.
4-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Tabel 4-9 Pergeseran Tiang, Gaya Aksial, Gaya Orthogonal, Momen Lentur
dan Reaksi Perletakan
catatan :
a. x = Pergeseran kepala tiang arah sumbu orthogonal (m)
b. y = Pergeseran kepala tiang arah aksial (m)
c. PN = Gaya luar aksial di kepala tiang (kN)
d. PH = Gaya luar ortogonal di kepala tiang (kN)
e. MT = Gaya luar momen di kepala tiang (kN-meter)
f. V = Reaksi perletakan vertikal pada kepala tiang (kN)
g. H = Reaksi perletakan horisontal pada kepala tiang (kN)
1 1
lm tan 1 (4/1-26)
1 2 (h ho )
4-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
H
Mm 1 2 h ho 2 1 exp l m (4/1-27)
2
Untuk x < 0 S H
Untuk x > 0 S He x
cos x 1 2 h ho sin x
Momen pada sembarang titik di tiang
Untuk x < 0 M H x h M t H x h ho
H
Untuk x > 0 M e x h ho cos x 1 h ho sin x
4-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
dimana x adalah lokasi dari sambungan tersebut menurut tata sumbu pada
Gambar 4-5. Untuk setiap tiang diperoleh hasil sebagai berikut:
4-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
A. Prinsip-prinsip Perhitungan
1. Persyaratan Teknis
4-25
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Analisis penurunan
SFguling
M R
M O
(4/2-1)
4-26
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
SFgeser
F R
(4/2-2)
F D
V tan 2 Bc 2 Pp
SFgeser (4/2-3)
Ph
4-27
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
D2
B (4/2-4)
4
B M net
eks (4/2-5)
2 V
mak
q min
V 1 6 eks (4/2-6)
B B
Jika nilai eksentrisitas beban eks > B/6 maka tegangan kontak
minimum qmin akan lebih kecil dari 0. Hal ini adalah sesuatu yang
tidak diharapkan. Demikian juga jika tegangan kontak maksimum
qmak lebih besar dari daya dukung ijin. Jika hal ini terjadi maka
lebar pondasi B perlu di perbesar atau diameter pondasi D perlu
diperlebar.
4-28
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Surcharge Load q
V Gaya Luar V, H, dan M
harus sudah memasukkan
tekanan tanah aktif dari
Lapisan tanah 1 (urugan) : C1,1, dan 1
M lapisan 1 (urugan)
Batas tanah urugan H
Lapisan tanah 2 : C2, 2, dan 2
Muka tanah efektif setelah tergerus
Tekanan
Tanah Tekanan
Aktif Tanah
Lapisan 2 Pasif
Lapisan 2
Batas Lapisan tanah 2
Tekanan
Tanah
Lapisan tanah 3 : C3, 3, dan 3
Pasif
Lapisan 3
Tekanan Muka air tanah tertinggi
Tanah
Aktif
Lapisan 3 Tekanan air
Tekanan air
O
Gambar 4-8 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Pondasi Sumuran
4-29
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Muka tanah
Kedalaman
dasar pile cap
Lapisan 1 (urugan) : t1,1,c1,1 V
Kedalaman muka
M air tanah
Batas lapisan 1 H
Kedalaman
Lapisan 2 : t2,2,c2,2 pondasi
Muka air tanah
Batas lapisan 2
Lapisan 3 : t3,3,c3,3
Batas lapisan 3
diameter sumuran
Lapisan 4 : t4,4,c4,4,SPT4,INEF4
4-30
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
4-31
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
4-32
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
D2 3.22
P L 24 2(buah) 5 24 2 = 1930 kN
4 4
Lapisan 2
4-33
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
= 54.00 kN/m2
Gaya tekanan tanah aktif pada lapisan 2 di atas muka air tanah
Gaya tekanan tanah aktif pada lapisan 2 di bawah muka air tanah
Lapisan 2
4-34
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Gaya tekanan tanah pasif keadaan diam pada lapisan 2 di atas muka
air tanah
5. GAYA-GAYA BEKERJA
No. Arah Deskripsi gaya Besar gaya x thd O y thd O Momen thd O
(kN) (m) (m) (kN-meter)
1 (v) el. 1 – pondasi -1930.195 -1.600 2.500 -3088.311
2 (v) g. ver. str. atas -2600.000 -1.600 5.000 -4160.000
3 (h) g. hor. str. atas 190.000 -1.600 5.000 950.000
4 (m) momen str. atas 0.000 -1.600 5.000 -140.000
5 (h) tek. aktif lap : 2 430.003 3.200 3.912 1682.358
6 (h) tek. aktif lap : 2 927.412 3.200 1.439 1334.636
7 (h) tek. pasif lap : 2 -163.146 .000 3.619 -590.477
8 (h) tek. pasif lap : 2 -648.438 .000 1.383 -896.858
4-35
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
SFguling
M R
7388.311 1487.335
= 2.237
M O 3966.994
SFgeser
V tan 2 Bc2 Pp
Ph
4-36
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
D2 .(3.20) 2
B 2.836 m
4 4
mak
q min
V 1 6 eks (4/2-6)
BL B
Nilai tegangan maksimum ke tanah lebih kecil dari daya dukung ijin di
dasar sumuran sebesar 1000 kN/m2, tegangan minimum ke tanah
dasar juga lebih besar dari 0 yang berarti tidak ada tegangan kontak
tarik pada dasar pondasi sumuran, sehingga pondasi memenuhi
persyaratan daya dukung.
4-37
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
RANGKUMAN
b. Di dalam penerapan kriteria desain pondasi jembatan tersebut diuraikan kriteria desain
pondasi sumuran, kriteria desain pondasi tiang pancang beton bertulang pracetak / tiang
pancang beton prategang pracetak, kriteria desain pondasi tiang pancang baja struktur /
tiang pancang pipa baja, dan kriteria desain pondasi tiang bor beton. Dengan
mengetahui kriteria desain yang paling sesuai untuk masing-masing jenis pondasi,
diharapkan perencana dapat menyiapkan desain pondasi yang paling sesuai dengan
perkembangan kemampuan pelaksanaan di lapangan, dan tidak terjadi kesalahan
penetapan atau pemilihan mutu bahan pondasi.
4-38
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi /
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan Apabila ”Ya”
Kerja) Ya Tdk sebutkan butir-butir
kemampuan anda
3. Merencanakan pondasi
jembatan sesuai dengan
jenis pondasi yang telah
dipilih
3.1. Kriteria desain 3.1. Apakah anda a. .........................
pondasi jembatan mampu menerapkan
b. .........................
diterapkan sesuai kriteria desain
dengan ketentuan pondasi jembatan c. .........................
teknis yang berlaku sesuai dengan dst.
ketentuan teknis
yang berlaku?
3.2. Ketentuan 3.2. Apakah anda a. ..........................
pembebanan mampu menerapkan
b. ..........................
jembatan untuk ketentuan
perencanaan pembebanan c. ..........................
pondasi diterapkan. jembatan untuk dst.
perencanaan
pondasi jembatan?
3.3. Dimensi pondasi 3.3. Apakah anda a. ..........................
jembatan dihitung mampu menghitung
b. ..........................
dan direncanakan dan merencanakan
sesuai dengan dimensi pondasi c. ..........................
persyaratan teknis jembatan sesuai dst.
yang ditentukan dengan persyaratan
teknis yang
ditentukan?
4-39
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Pondasi Jembatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Pusat Litbang Jalan dan Jembaatan,
2007.
Editions – 1997.
Design Code 1992, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
12. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono Sosrodarsono – Kazuto Nakazawa – Ir.