Anda di halaman 1dari 17

Nyeri pada pasien terminal :

Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga)


komponen fisiologis berikut ini:
 Resepsi : proses perjalanan nyeri
 Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
 Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri.

Nyeri merupakan gejala yang berfungsi melindungi / merupakan tanda bahwa adanya
gangguan di tubuh.
Mekanisme rasa nyeri yaitu perangsangan rasa nyeri ( mekanik, kimia, panas, elektrik )

Menimbulkan kerusakan pada jaringan, shingga sel melepas suatu zat yang disebut mediator nyeri /
zat autanoid ( histamine, serotonin, bradikinin, prostaglandin ).

Setiap individu memiliki kapasitas produksi substansi mediator nyeri yang berbeda – beda.
Yang meningkatkan toleransi nyeri antara lain : alcohol, obat, kompres panas, gesekan / usapan,
perhatian, kepercayaan yang kuat.
Yang menurunkan toleransi nyeri yaitu : cemas, bosan.

-bertambahnya kerut muka, tidak selalu berarti bertambahnya nyeri ketika pasien
sedang sakratul.
---adanya p ↗ denyut jantung  mungkin berarti perasaan nyeri ber +++
Jangan mendiagnosis nyeri ber >>> karena perubahan kening yang timbul akibat
perubahan aktifitas mental ( mimpi/halusinasi)
Jangan salah tafsir nyeri dengan kegelisahan, agitasi, rintihan yang menyertai delir
terminal.

Christoper’s Hospice, London (dikutip oleh Sunarto, 2002)---hal tsb dinyatakan sebagai
total pain, yang terdiri atas :
1. Nyeri fisik & gejala somatik
Misal : anoreksia, nausia, vomitus, konstipasi, diare, pruritus, batuk, sesak nafas.
2. Nyeri psikologis.
Antara lain : rasa takut, agresif, keputus asaan, depresi.
o/k itu penderita telah dihadapkan pada diagnosa yang fatal.
3. Nyeri sosiologik
Antara lain : rasa terisolasi di masyarakat, berhenti dari jabatan profesi yang
berkaitan dengan pekerjaan, merasa terpisah dan berada di RS, masalah
finansial.
4. Nyeri spiritual.
Antara lain rasa takut yang berkaitan dengan eksistensi manusia & hubunganya
dengan Tuhan.

Prinsip manajemen nyeri yang efektif pada beberapa pasien, harus mengikuti pedoman.

- Identifikasi nyeri neuropatik & penangannanya yang sesuai.


- Pada beberapa ps, penghilang nyeri intervensional dibutuhkan.
Tetapi banyak pertimbangan & dilakukan dengan keahlian terbaik.

Th 2005 -- jumlah ke † o/k kanker = 58 juta jiwa.

Di Indonesia penyakit kanker ----menjadi penyebab ke † kedua setelah penyakit jantung (Depkes R.I,
2005).

Di RSUD Dr Moewardi (RSDM) data pasien kanker yang melakukan kunjungan berobat setiap hari
mencapai rata-rata = 34 orang.(dengan semua jenis kanker).

Faktor pemicu meningkatnya penyakit kanker pada semua kelompok umur di masyarakat a.l
:perkembangan tehnologi di bidang pangan, obat – obatan maupun transportasi.

Sebagian masyarakat menganggap penyakit kanker membuat krisis hidup yang sangat besar.

Reaksi berbagai individu yang terkena kanker sangat bervariasi (m/ syok, takut, cemas, perasaan
berduka, marah, sedih, menarik diri).

30% ---pasien datang dengan keluhan nyeri saat mereka didiagnosa kanker

65 – 85% ----pasien mengalami nyeri seiring dengan berkembangnya penyakit kanker mereka.

1/3 pasien kanker mendapat terapi.---3/4 nya mengalami nyeri.

Nyeri sangat bervairiasi & sangat individual.

Kejadian n yeri meningkat , dipengaruhi oleh :


- Perkembangan penyakitnya, bervariasi sesuai tempat primernya.
- Stadium penyakit.
- Adanya metastasis.
- Terlibtnya struktur tulang.
- Terkenanya struktur saraf oleh tumor
- Lepasnya mediator-mediator kimiawi oleh sel-sel tumor
- Faktor dari pasien sendiri misalnya cemas, depresi.
Beberapa penelitian bahwa penderita kanker mengalami lebih dari 1 tipe nyeri.
Survey : 81% --pasien mengeluh 2 / > tipe nyeri.
Ketakutn pasien akan mereka akibat nyeri berat oleh kanker.
69% suvey : nyeri berat akibat kanker membuat mereka ingin unuh diri.
57% : memprediksi hidup mereka akan berakhir dengan sangat nyeri.

Hambatan dalam Penatalaksanaan Nyeri Kanker 5,6,11


Hambatan dalam penatalaksanaan nyeri kanker bisa berhubungan dengan praktisi kesehatan,
pasien dan keluarga, serta sistem perawatan kesehatan (kebijaksanaan dan regulasi kesehatan
setempat).

MEKANISME NYERI KANKER :


Nyeri kanker biasanya diakibatkan oleh :
- Infiltrasi sel tumor pada struktur yang sensitif dengan nyeri ( tulang, jaringan lunak, serabut
syaraf, organ dalam, pembuluh darah).
- Oleh terapi pembedahan, kemoterapi / radioterapi.
- penyebab & tipe berbeda –namun yang mendasarinya : fenomena neurofisiologik &
neurofarmakologik yang kompleks.
2 golongan nyeri kanker dipaparkan sebagai :
- Nyeri somatik.
- Nyeri neuropatik.

NYERI KANKER SOMATIK

- Oleh invasi neoplastik pada tulang, sendi, otot & jaringan penyambung.

Massa tumor  menghasilkan & menstimulasi mediator inflamatorik lokal.

Menyebabkan stimulasi nosiseptor perifer yang terus berlangsung.

Sumber nyeri kanker somatik yang lain : fr.tulang, spasme otot sekitar area tumor, nyeri insisi setelah
pembedahan, sindrom nyeri akibat radio/kemoterapi.

Sindrom nyeri somatik yang paling banyak : akibat invasi sel tumor pada tulang.

Nyeri tulang bisa bersifat akut, kronik / insidentil.

Sifat terlokalisasi dengan jelas,intermitten / konstan ---diekspresikan : nyeri berdenyut-denyut, tercabik,


seperti digerogoti, menyebabkan reaksi lokal, diperberat oleh gerakan / beban.
NYERI NOSISEPTOR OLeH MASSA TUMOR

Tumor tdd berberapa tipe sel, selain sel kanker, juga sel sistem imun (makrofag, netrofil, sel T). --- sel
ini mensekresi bbg faktor yang mensensitasi / secara langsung merangsang neuron aferen primer (
termasuk prostaglandin, tumor necrosis factor –.reseptor untuk banyak faktor ini diekspresikan ---oleh
neuron aferen primer.

Meski seluruh faktor ini penting dalam terjadinya nyeri kanker, obat-2 dengan target pada :
prostaglandin & endotelin –untuk mengontrol nyeri kanker ( memblok ssp, menghambat sintesa
prostaglandin, mengurangi rasa sakit ).

Nyeri neuropatik --- nyeri seperti terbakar, dengan rasa tertusuk- tusuk yang intermitten, hiperalgesia
& allodinia , yakni adanya respon yang berlebihan terhadap stimulus yang secara norml tidak
menimbulkan nyeri , nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak mnimulkan nyeri ).

STRATEGI TERAPI

Membangun kepercayaan dokter –pasien.

Pem. Awal : status psikologik ps dievaluasi. (sejarah psikiatrik ps, tk kecemasan / depresi saat ini, ada ide
bunuh diri, derajat kapasitas fungsional.

Gejala psikiatrik + tanda nyeri tak terkontrol ( faktor utama ps ingin bunuh diri ).

Dengan berbagai skala Brief Pain Inventory, McGill Pain Quistionaire , Memorial Pain Assesment Card
(MPAC), dan memoryal sympton Assesment Scale (MSAS) -- menilai nyeri & mood yang berulang &
valid, derajat nyeri, psikis tekanan emosional pasien.

Mengendalikan nyeri kanker penting, o.k :

- Nyeri menyebabkan penderitaan, membatasi aktivitas, selera makan, tidur,membuat pasien


lemah, tidak berdaya.
- Efek psikologis : sangat menghancurkan o.k kehilangan harapan & semangat hidup.

PENATALAKSANAAN NYERI KANKER


- TH/ farmakologik.
Sesuai tingkatan nyeri.
WHO dengan anak tangga.
- Nyeri ringan ( skala 1 – 3 ) = dg tangga 1.
- Nyeri sedang ( 4-6 ) = langkah 2---. Menganggu konsentrasi & tidur.
- Nyeri berat ( 10) ---nyeri mempengaruhi seluruh aspek kehdupan, fungsi sosial.

Analgesik langkah 1 : asetaminofen, parasetamol,


Obat-2 anti-inflamasi non steroid ( AINS- aspirin, )
Analgesik langkah 2-3 : opioid, kodein, hidrokodon, hidromorfon, morfin, oksikodon, dll.

Nyeri kanker - assesment management of cancer pain

Anamnesis nyeri :

- Tanyakan riwayat penyakit dahulu.


 Meliputi : masalah medis yang berhubungan.
 Masalah yg mempengaruhi penggunaan th/ nyeri.
 Riwayat ketergantungan obat.

SKALA ASSESSMENT NYERI :

- Uni dimensional
 Hanya mengukur intensitas nyeri.
 Cocok / apropiate u/ nyeri akut.
 Skala yg biasa digunakan u/ evaluasi outcome th/ analgetik.
 Meliputi :

TERAPI INTERVENSIONAL PADA NYERI KANKER

80-90% ----nyeri kanker dapat tertangani dengan analgesik konvensional & ajuvan, berdasarkan prinsip
penanganan nyeri WHO analgesik 3 – step ladder.

Th/ non farmakologik nyeri kanker a.l : TENS, fisioterapi, akupunktur, tehnik psikologik ( relaksasi ).

Sebagai langkah ke 4 pada anak tangga analgesik WHO.

Analgesik opioid - u/mengurangi nyeri sedag –berat (terutama bagian viseral).

Penggunaan berulang : dapat mengakibatkan ketergantungan & toleransi.

Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ngantuk, depresi nafas, konstipasi.

( penelitian kes.vol.39 no 4 des 2011,oemiati R. Rahajeng E, Kristanto. Y.a. BADAN LITBANGKES


KEMENKES R.I_

Nyeri kanker umumnya diakibatkan oleh infiltrasi sel tumor pada struktur yang sensitif, dengan
nyeri seperti : tulang, jaringan lunak, serabut syaraf, organ dalam & pembuluh darah.
Nyeri juga diakibatkan oleh --terapi pembedahan, kemoterapi, atau radioterpi.
Meski penyebab dan tpe nyeri nya bervariasi, mekanisme yang mendasarinya telah dipahami
sebagai fenomena neurofisiologik & neurofarmakologik yang kompleks.
2 golongan nyeri kanker dipaparkan sebagai nyeri nosiseptif. Terdiri dari nyeri somatik , nyeri
viseral, & nyeri neuropatik.
Nyeri kanker --- bersifat kompleks & dampak psikososialnya perlu dipikirkan u/ menyediakan
pelayanan yang holistik & sesuai.

- membutuhkan pertimbangan penuh tentang faktor=faktor sekitarnya.


- kanker yang padat dan keganasan hematologi - menyebabkan sejumlah gejala
- Pengalaman nyeri - m e n g a k i b a t k a n p e n d e r i t a a n p a d a p a s i e n
o/k- akan mengakibatkan depresi, a n s i e t a s , kesedihan, dan
keputusasaan.
Pada nyeri kanker - Penyedia layanan paliatif telah menyadari bah wa
seluruh pengalaman nyeri pasien perlu dieksplorasi ketika menangani pasien ini.
----- Pemaknaan nyeri,
------ketakutana k a n m a s a d e p a n ,
-----beban dari gejala fisik dan psikis
- -  s e m u a t e r g a b u n g m e n y e b a b k a n penderitaan yang berat pada setiap
individu .
- Konsep nyeri - menyangkut semua aspek kemanusiaan disebut konsep total
pain.
- P e m a h a m a n b a h w a n y e r i k a n k e r t i d a k h a n y a pengalaman fisik tetapi juga
dipengaruhi oleh seluruh aspek manusia memiliki dampak yangsignifikan terhadap
manajemen.
-------hilangnya perasaan diri karena perubahan peran sosial,
-------penampilan fisik dan fungsi - dapat menyebabkan patah semangat yang pada
nantinya memperparah nyeri.
- Pikiran tentang f i n a n s i a l / k e k u a t i r a n
-----mengenai masa depan keluarga mungkin butuh
d i p i k i r k a n . (piritualitas, pencarian makna, dan ketakutan yang
tidak diketahui biasa terjadi k a r e n a diagnosis kanker sering
menyebabkan perasaan mendalam mengenai kematian seseorang.
- Pengalaman masa lalu tentang sakit, dan nyeri juga dapat berpengaruh pada
pemahaman pasien saat ini tentang nyeri. Pengaruh psikososial ini spesifik pada tiap
individu sehinggadibutuhkan pendekatan tim . keikutsertaan pekerja sosial,
tokoh agama, perawat, terapis,d a n r e l a w a n m u n g k i n m e m b a n t u
m e y a k i n k a n b a h k a n m a n a j e m e n n y e r i t i d a k m e n c o b a mengisolasi tapi
merupakan bagian dari pendekatan yang holistik. sebaikan, kasih sayang,dan
konsistensi memainkan peran utama dalam penanganan nyeri kanker.
- Pengenalan adanya depresi sangat penting, sekitar satu dari empat pasien
kanker memiliki gejala depresi.Depresi ini sering tidak disadari
tetapi jika dilakukan pengobatan biasanya efektif dan dapat berpengaruh positif
pada manajemen nyeri kanker.
- Nyeri yang tidak bisa dikontrol atau nyeri yang bertambah mengindikasikan
penyakit berjalan progresif.
Hal ini membuat dokter anestesi dan lainnya kuatir bahwa mereka telah secara tidak
sengaja menyebabkan distress pada pasien.
bagaimanapun, praktek yang baik adalah- dengan memberi informasi yang jujur
serta terbuka. hiburan, dukungan, memberi pemahaman dengan empati juga dilakukan
untuk manajemen nyeri serta menyediakanmelakukan kontrol terhadap nyeri jika
memungkinkan melalui rencana perawatan .

NYERI PADA HIV/AIDS

Virus tampaknya tidak menyerang sel saraf secara langsung tetapi membahayakan fungsi dan
kesehatan sel saraf. Peradangan yang diakibatkannya dapat merusak otak dan saraf tulang
belakang dan menyebabkan berbagai gejala, contoh kebingungan dan pelupa, perubahan
perilaku, sakit kepala berat, kelemahan yang berkepanjangan, mati rasa pada lengan dan kaki,
dan stroke. .

Komplikasi sistem saraf lain yang muncul akibat penyakit atau penggunaan obat untuk
mengobatinya termasuk nyeri, kejang, ruam, masalah saraf tulang belakang, kurang koordinasi,
sulit atau nyeri saat menelan, cemas berlebihan, depresi, demam, kehilangan penglihatan,
kelainan pola berjalan, kerusakan jaringan otak dan koma. Gejala ini mungkin ringan pada
stadium awal AIDS tetapi dapat berkembang menjadi berat.

Pasien AIDS mungkin menderita berbagai bentuk neuropati, atau nyeri saraf, masing-masing
sangat terkait dengan penyakit kerusakan kekebalan stadium tertentu. Neuropati perifer
menggambarkan kerusakan pada saraf perifer, jaringan komunikasi yang luas yang mengantar
informasi dari otak dan saraf tulang belakang ke setiap bagian tubuh. Saraf perifer juga mengirim
informasi sensorik kembali ke otak dan saraf tulang belakang. HIV merusak serat saraf yang
membantu melakukan sinyal dan dapat menyebabkan beberapa bentuk neuropati. Distal sensory
polyneuropathy menyebabkan mati rasa atau perih yang ringan hingga sangat nyeri atau rasa
kesemutan yang biasanya mulai di kaki dan telapak kaki. Sensasi ini terutama kuat pada malam
hari dan dapat menjalar ke tangan. Orang yang terdampak memiliki kepekaan yang meningkat
terhadap nyeri, sentuhan atau rangsangan lain. Pada awal biasanya muncul pada stadium infeksi
HIV lebih lanjut dan dapat berdampak pada kebanyakan pasien stadium HIV lanjut.
Mengatasi nyeri

Tatalaksana nyeri pada anak dengan infeksi HIV mengikuti prinsip yang sama dengan penyakit
kronis lainnya seperti kanker. Perhatian khusus perlu diberikan dengan menjamin bahwa
perawatannya tepat dan sesuai dengan budaya pasien, yang pada prinsipnya adalah:

 Memberi analgesik melalui mulut, jika mungkin (pemberian IM menimbulkan rasa sakit)
 Memberi secara teratur, sehingga anak tidak sampai mengalami kekambuhan dari rasa
nyeri yang sangat, untuk mendapatkan dosis analgetik berikutnya
 Memberi dosis yang makin meningkat, atau mulai dengan analgetik ringan dan berlanjut
ke analgetik yang kuat karena kebutuhan untuk mengatasi nyeri meningkat atau terjadi
toleransi
 Atur dosis untuk tiap anak, karena anak mempunyai kebutuhan dosis berbeda untuk
mendapatkan efek yang sama.

Gunakan obat berikut ini untuk mengatasi nyeri secara efektif:

 Anestesi lokal: untuk luka kulit atau mukosa yang nyeri atau pada saat melakukan
prosedur yang menimbulkan rasa sakit.
o Lidokain: bubuhkan pada kain kasa dan oleskan ke luka di mulut yang nyeri
sebelum makan (gunakan sarung tangan, kecuali jika anggota keluarga atau
petugas kesehatan sudah Positif HIV dan tidak membutuhkan pencegahan
terhadap infeksi); dan akan mulai memberi reaksi setelah 2–5 menit.
o TAC (tetracaine, adrenaline, cocaine): bubuhkan pada kain kasa dan letakkan di
atas luka yang terbuka, hal ini terutama berguna saat menjahit luka.
 Analgetik: untuk nyeri yang ringan dan sedang (seperti sakit kepala, nyeri pasca trauma,
dan nyeri akibat kekakuan/spastik).
o parasetamol
o obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen.
 Analgetik yang kuat seperti opium: nyeri yang sedang dan berat yang tidak
memberikan respons terhadap pengobatan dengan analgetik.
o morfin, merupakan analgetik yang murah dan kuat: beri secara oral atau IV
setiap 4-6 jam, atau melalui infus
o petidin: beri secara oral setiap 4-6 jam
o kodein: beri secara oral setiap 6-12 jam, dikombinasikan dengan obat non opioid
untuk menambah efek analgetik. Catatan: Pantau hati-hati adanya depresi
pernapasan. Jika terjadi toleransi, dosis perlu ditingkatkan untuk
mempertahankan bebas nyeri.
 Obat lain: untuk masalah nyeri yang spesifik. Termasuk di sini diazepam untuk spasme
otot, karbamazepin atau amitriptilin untuk nyeri saraf, dan kortikosteroid (seperti
deksametason) untuk nyeri karena penekanan pada syaraf oleh pembengkakan akibat
infeksi.
KONTROL NYERI

Penanganan nyeri yg efektif tergantung :

- Pada pem. Awal.


- Penilaian nyeri
-- yg seksama bdsk dari data S-O.
Anamnesis ps nyeri :
--dengan kombinasi pertanyaan terbuka , tertutup - u/ memperoleh masalah ps.
Perhatikan faktor-2 : tempat wawancara, sikap yg suportif & tidak menghakimi, tanga
vebal & n.v, meluangkan waktu yg cuup.

Pengkajian nyeri akut Nyeri kronis :


-pengalaman klien ttg nyeri. - dimensi perilaku, afektif, kognitif,
-perasaan klien. perilaku.
-respon fisiologis klien terhadap nyeri. Nyeri kronik maligna : klien & keluarga --
-Lokasi, tk keparahan,kualitas  mempelajari ca.
->>baik sebelum : klien mempersepsikan
kuantitas.

KLASIFIKASI PENGALAMAN NYERI :


FASE – FASE KLIEN :
ANTISIPATORI SENSASI
-dijadwal menjalani prosedur diagnostik T& G = tidak nyaman.
invasif / prosedur th/ tik / op. P kurang m ???yg rinci.
-riwayat kambuh nyerinya Nyeri berat  klien ingin segera hilang---
(m/ nyeri angina o/k iskhemi miokard) lalu kaji efek isik & psikologis.
-takut, cemas. -akut : pengkajian rinci ttg karakteristik
- ps menanyakan nyeri yang akan nyeri.
dirasakan lagi. -kronik : waktu nyeri berkala / intermitten.
Dari bbrp penelitian :
---perawat :
-bantu mengembangkan koping
psikologis (posisi, nafas dalam).
- beri informasi sensasi ( penjelasan rasa
tidak nyaman yg akan dirasa).
- penjelasan prosedur.
--ternyata nyeri ber <<, dan sedikit
analgesik.

Yudiyanta, Novita Khoirunnisa, Ratih Wahyu Novitasari


Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
 Kontrol nyeri tetap merupakan problem signifi kan pada pelayanan kesehatan di

seluruh dunia. Penanganan nyeri yang efektif tergantung


pada pemeriksaan dan penilaian nyeri yang seksama berdasarkan informasi
subjektif maupun objektif. Anamnesis pasien nyeri sebaiknya
menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup untuk memperoleh
informasi masalah pasien. Selain itu, perhatikan juga faktorfaktor :
- seperti tempat wawancara,
- sikap yang suportif dan tidak menghakimi,
- tanda-tanda verbal dan nonverbal, dan meluangkan waktu yang cukup.

Mnemonik PQRST untuk Evaluasi Nyeri


 P Paliatif atau penyebab nyeri

 Q Quality/kualitas nyeri
 R Regio (daerah) lokasi atau pe nyebaran nyeri
 S Severity deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya / skala nyeri
 T Temporal atau periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri

Untuk pasien nyeri kanker


 digunakan initial assessment management of Cancer Pain (Lampiran 2).
 Anamnesis nyeri juga perlu menanyakan riwayat penyakit dahulu tentang nyeri,
yang meliputi:
1. Masalah medis yang berhubungan
2. Masalah yang mempengaruhi penggunaan terapi nyeri
3. Riwayat ketergantungan obat

Dengan penkajian awal managemen nyeri pada kanker ( Initial assessment of cancer pain ).

= pola dan waktu,lokasi, deskripsinya, intensitas, faktor – faktor yang memperberat / mengurangi,
pengobatan sebelumnya, Efek, Efek dan pemahaman tentang diagnosis kanker dan
pengobatan kanker pada pasien dan pengasuh, Arti rasa sakit pada pasien dan
keluarga, Respons koping pasien yang khas terhadap stres atau rasa sakit,
keinginan, harapan, manajemen dalam menghadapi nyeri, kepedulian pasien
tentang penggunaan obat yang terontrol, efek ekonomi, perubahan suasana hati,
lokasi nyeri, evaluasi nyeri menjalar : pusing, nyeri leher,
Penilaian Nyeri Awal
A. Penilaian intensitas nyeri dan karakter
B. Psikososial
C. pem Fisik dan neurologis

TEKNIK
CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015
Lampiran 2. Initial assessment management of Cancer Pain
1. Onset and temporal pattern — When did your pain start? How often does it
occur? Has its intensity changed?
2. Location — Where is your pain? Is there more than one site?
3. Description — What does your pain feel like? What words would you use to
describe your pain?
4. Intensity — On a scale of 0 to 10, with 0 being no pain and 10 being the worst
pain you can imagine, how much does it hurt right now? How much does it hurt at its
worst? How much does it hurt at its best?
5. Aggravating and relieving factors — What makes your pain better? What makes your pain worse?
6. Previous treatment — What types of treatment have you tried to relieve your
pain? Were they and are they effective?
7. Effect — How does the pain affect physical and social function?
1. Effect and understanding of the cancer diagnosis and cancer treatment on the patient and the
caregiver.
2. The meaning of the pain to the patient and the family.
3. Significant past instances of pain and their effect on the patient.
4. The patient's typical coping responses to stress or pain.
5. The patient's knowledge of, curiosity about, preferences for, and expectations about pain management
methods.
6. The patient's concerns about using controlled substances such as opioids, anxiolytics, or stimulants.
7. The economic effect of the pain and its treatment.
8. Changes in mood that have occurred as a result of the pain (e.g., depression, anxiety).
1. Examine site of pain and evaluate common referral patterns.
Head and neck pain — cranial nerve and fundoscopic evaluation.
Back and neck pain — motor and sensory function in limbs; rectal and urinary sphincter function.
Initial Pain Assessment
A. Assessment of pain intensity and character
B. Psychosocial assessment
Psychosocial assessment
should include the following:
C. Physical and neurologic
examination 2. Perform pertinent neurologic evaluation.
220

Pemeriksaan tanda tumor, lab darah, dan pemeriksaan radiologis. ( bone scan, CT scan, MRI ( Magneting
Resonance Imaging , hasil tes diagnostic, evaluasi kekambuhan / perkembangan ).

Pada nyeri akut dengan pengkajian skala nyeri yang digunakan :

- VAS ( Visual Analog Scale )


- VRS ( Verbal Rating Scale )
- NRS ( Numeric Rating Scale ).
- Wong Baker Pain Rating Scale / skala wajah .

PENILAIAN NYERI
- Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri
menggunakan skala assessment nyeri tunggal atau multidimensi.
Multi-dimensional
- Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri
- Diaplikasikan untuk nyeri kronis
- Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis
- Skala multi-dimensional ini meliputi4:

• McGill Pain Questionnaire (MPQ) (lampiran 3)


Terdiri dari empat bagian: (1) gambar nyeri, (2) indeks nyeri (PRI), (3)
pertanyaanpertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan lokasinya; dan (4) indeks intensitas
nyeri yang dialami saat ini. PRI terdiri dari 78
kata sifat/ajektif, yang dibagi ke dalam 20 kelompok. Setiap set mengandung sekitar 6
kata yang menggambarkan kualitas nyeri yang makin meningkat. Kelompok 1 sampai 10
menggambarkan kualitas sensorik nyeri (misalnya, waktu/temporal,lokasi/spatial,
suhu/thermal).
Kelompok 11 sampai 15 menggambarkan kualitas efektif nyeri (misalnya stres, takut,
sifat-sifat otonom).
Kelompok 16 menggambarkan dimensi evaluasi dan kelompok 17 sampai 20 untuk
keterangan lain-lain dan mencakup kata-kata spesifi k untuk kondisi tertentu.
Penilaian menggunakan angka diberikan untuk setiap kata sifat dan kemudian dengan
menjumlahkan semua angka berdasarkan pilihan kata pasien maka akan diperoleh
angka total (PRI(T)).

• The Brief Pain Inventory (BPI) (lampiran 4)


Adalah kuesioner medis yang digunakan untuk menilai nyeri. Awalnya igunakan
untuk mengassess nyeri kanker, namun sudah divalidasi juga untuk assessment nyeri
kronik.

• Memorial Pain Assessment Card


Merupakan instrumen yang cukup valid untuk evaluasi efektivitas dan pengobatan nyeri
kronis secara subjektif.
Terdiri atas 4 komponen penilaian tentang nyeri meliputi intensitas nyeri, deskripsi nyeri,
pengurangan nyeri dan mood.

216
• Catatan harian nyeri (Pain diary)
Adalah catatan tertulis atau lisan mengenai pengalaman pasien dan perilakunya. Jenis
laporan ini sangat membantu untuk memantau variasi status penyakit sehari-hari dan
respons pasien terhadap terapi. Pasien mencatat intensitas nyerinya dan kaitan dengan
perilakunya, misalnya aktivitas harian,tidur, aktivitas seksual, kapan menggunakan obat,
makan, merawat rumah dan aktivitas rekreasi lainnya.

Skrining Nyeri
Secara umum, nyeri dibedakan antara nyeri nosiseptik dan nyeri neuropatik (Tabel 1).
Untuk membedakan antara nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik dapat digunakan Pain
Quality Assessment Tools, yaitu:

1. ID pain (Lampiran 10)


Digunakan untuk membedakan antara nyeri neuropatik dan nosiseptik. Terdiri atas
5 komponen nyeri neuropatik, yaitu rasa kesemutan, panas terbakar, kebas/baal,
kesetrum, nyeri bertambah bila tersentuh,dan 1 komponen nyeri nosiseptik yaitu
nyeri yang terbatas pada persendian/otot/gigi/lainnya. Bila skor >2 mungkin terdapat
nyeri neuropatik.

2. LANNS (The Leeds Assessment of


Neuropathic Symptoms and Signs Pain Scale)
(Lampiran 11)
Untuk membedakan nyeri neuropatik atau nosiseptik.
. Memorial Pain Assessment Card nosiseptik juga dapat digunakan instrumen
LANSS tersebut, yang tingkat sensitivitasnya 82-91 % dan spesifi sitas 80-94 %. Terdiri
atas kuesioner nyeri yang harus dijawab oleh pasien dan tes sensoris. Bila skor ≥12
mungkin pasien menderita nyeri neuropatik.

EVALUASI
Evaluasi pengobatan meliputi:
1. Dosis dan pola penggunaan
2. Efektifi tas
3. Toleransi obat
Efek samping obat sebaiknya dicatat menggunakan List of Medicines for Pain and Side
Eff ects (Lampiran 12) yang dilihat setiap kali pasien hendak mengkonsumsi obat,dan
untuk menilai keberhasilan pengobatan dapat juga menggunakan instrumen
Pain and Pain Relief Record8 (Lampiran 13).
Bila pasien mendapat terapi obat opioid,sebelumnya dinilai terlebih dahulu Opioid Ris k
Tool (Lampiran 14). Dengan instrumen ini pasien dapat dikategorikan risiko
rendah,sedang atau tinggi untuk ketergantungan
terapi opioid. Kemudian setelah pasien menerima terapi opioid, dinilai pula Addiction
Behaviors Checklist guna mengetahui apakah sudah terjadi ketergantungan terhadap
terapi opioid (Lampiran 15).
Skor ABC >3 mengindikasikan terjadinya ketergantungan opioid dan dibutuhkan untuk
evaluasi terapi dan follow up ketat terhadap kemungkinan kerusakan organ tubuh.
9 Di RS Dr Sardjito, assessment ulang nyeri dilakukan pada pasien yang dirawat lebih
dari beberapa jam dan menunjukkan rasa nyeri,
sebagai berikut:3
• Lakukan assessment nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan pemeriksaan fi sik
pada pasien • Dilakukan pada: pasien yang mengeluh
nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri, setiap 4 jam (pada pasien yang sadar/bangun)
atau sesuai jenis dan onset masing-masing jenis obat, pasien yang menjalani prosedur
menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
• Pada nyeri akut/kronik, lakukan assessment ulang tiap 30 menit-1 jam setelah
pemberian obat anti-nyeri.
Semua tindakan assessment dan penanganan nyeri didokumentasikan dalam catatan
rencana pengelolaan, implementasi, catatan perkembangan terintegrasi dan lembar
monitoring terpadu rawat inap, rawat jalan,maupun rawat khusus rekam medis. Staf
yang terlibat dalam penanganan nyeri semuanya kompeten. Rumah sakit memiliki
proses untuk mendidik staf mengenai manajemen nyeri dengan melaksanakan pelatihan
manajemen nyeri.

1. Evaluasi nyeri secara psikologik terutama pada nyeri kronis, meliputi:


1. Gangguan mood (pada 50% nyeri kronis)
2. Gejala somatis
3. Gangguan tidur dan nafsu makan
4. Libido
5. Ide bunuh diri
6. Pengaruh nyeri dalam kehidupan sehari hari: aktifi tas sehari-hari, pekerjaan dan
keuangan, hubungan personal, kebutuhan akan rekreasi.
Evaluasi pasien nyeri secara keseluruhan dapat menggunakan instrumen Patient
Comfort Assessment Guide (Lampiran 16) yang terdiri atas 11 pertanyaan tentang status
nyeri, pengurangan nyeri, gejala lain,dan efek samping sebagai tolok ukur status
fungsional pasien. Assessment ini membantu monitor dan dokumentasi status pasien

dan respons pasien terhadap pengobatan.

Lampiran 12.
Lampiran 13. ( peringkat nyeri, bantuan, hal – hal lain yang dilakukan, efek samping / masalah lain, yang ingin di ceritakan /
disampaikan seperti lokasi rasa sakit, yang di laukan )
Instructions:
1. Pain rating : Choose a rating scale.
2. Relief rating : Rate the amount of relief one hour after taking pain medicine using the same scale.
3. Other things I tried : List anything you tried to make the pain better (such as heat, cold, relaxation, or staying still).
4. Side eff ects or other problems : List any problems, and keep track of your bowel movements.
5. Comment : Write anything else you wish to share (such as the location of the pain or what you were doing when it
occurred).

Lampiran 14 ( riwayat penggunaan obat opioid, riwayat penyalahgunaan obat, umur, riwayat pelecehan
seksual pra remaja, riwayat masalah psikologis : kekacauan, Obsessive compulsive disorder, bipolar,
schizophrenia ) .
Lampiran 15, 16 ( chec list perilaku ketergantungan obat, dimana rasa sakit, kata – kata yg
menggambarkan rasa sakit, 1 bulan terakhir, pengobatan , lamp 16. Panduan penilaian kenyamanan
pasien : efek samping dan gejala yg dialami/ konstipasi, kelelahan, gatal, mimpi buruk, berkeringat,
insomnia, selama seminggu : suasana hati, hub dg orang lain ),

Lamp 14.
TEKNIK
CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015
Date _____________________________
Patient Name ________________________________
OPIOID RISK TOOL
Mark each Item Score Item Score
box that applies If Female If Male
1. Family History of Substance Abuse Alcohol [ ] 1 3
Illegal Drugs [ ] 2 3
Prescription Drugs [ ] 4 4
2. Personal History of Substance Abuse Alcohol [ ] 3 3
Illegal Drugs [ ] 4 4
Prescription Drugs [ ] 5 5
3. Age (Mark box if 16 – 45) [ ] 1 1
4. History of Preadolescent Sexual Abuse [ ] 3 0
5. Psychological Disease Attention Deficit [ ] 2 2
Disorder,
Obsessive Compulsive
Disorder,
Bipolar,
Schizophrenia
Depression [ ] 1 1
TOTAL –––––– ––––––
Total Score Risk Category
Low Risk 0 – 3
Moderate Risk 4 – 7
High Risk > 8

Lampiran 15. Addiction Behavior Checklist


ABC Score: ______
Score of 􀁲3 indicates possible inappropriate opioid use and should flag for further examination of specific signs of
misuse and more careful patient monitoring (i.e., urine screening, pill counts, removal of opioid).

233
TEKNIK
CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015
Lampiran 16.Patient Comfort Assessment Guide
1. Where is your pain? _____________________________________________________________________
2. Circle the words that describe your pain.
aching sharp penetrating
throbbing tender nagging
shooting burning numb
stabbing exhausting miserable
gnawing tiring unbearable
Circle _ne_ occasional continuous
What time of day is your pain the worst? Circle one.
evening nighttime
3. Rate your pain by circling the number that best describes your pain at its worst in the last month.
No Pain 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pain as bad as you can imagine
4. Rate your pain by circling the number that best describes your pain at its least in the last month.
No Pain 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pain as bad as you can imagine
5. Rate your pain by circling the number that best describes your pain on average in the last month.
No Pain 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pain as bad as you can imagine
6. Rate your pain by circling the number that best describes your pain right now.
No Pain 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pain as bad as you can imagine
7. What makes your pain better? ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
8. What makes your pain worse? –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
9. What treatments or medicines are you receiving for your pain? Circle the number to describe the
amount of relief the treatment or medicine provide(s) you.
a) ––––––––––––––––––––––––––––––––––– No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Complete
Treatment or Medicine (include dose) Relief Relief
b) ––––––––––––––––––––––––––––––––––– No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Complete
Treatment or Medicine (include dose) Relief Relief
c) –––––––––––––––––––––––––––––––––––– No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Complete
Treatment or Medicine (include dose) Relief Relief
d) ––––––––––––––––––––––––––––––––––– No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Complete
Treatment or Medicine (include dose) Relief Relief
Patient Comfort Assessment Guide
Name: ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Date: –––––––––––––

Anda mungkin juga menyukai