1. Saya mengerjakan dan menyelesaikan Tugas Rencana Garis ini dengan usaha dan
jerih payah saya sendiri.
2. Saya, baik dengan sengaja atau tidak, tidak menduplikasi semua atau sebagian
pekerjaan Tugas Rencana Garis dari orang lain.
3. Saya, baik dengan sengaja atau tidak, tidak akan memberikan duplikasi semua atau
sebagian pekerjaan Tugas Rencana Garis saya kepada orang lain.
Surabaya, 2009
Yang menyatakan,
Syukry Maulidy
4207100079
Mengetahui,
Koordinator ME 091318,
Dosen pembimbing,
Irfan Syarif Arief, ST. , MT. Ir. H. Agoes Santoso MSc. Mphil.
NIP. 132 163 129 NIP. 131 933 295
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha
dan rahmat-Nya laporan yang berjudul “Laporan Tugas Rencana Garis“ ini dapat
diselesaikan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Rencana Garis (LS 1317)
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya.
Dalam proses penyusunan laporan ini penulis telah mendapatkan dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga penulispun mengucapkan terima kasih khususnya
kepada :
1. Ayah dan ibu yang selalu memberi dukungan fisik dan spiritual hingga tugas dan
laporan ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Ir. H. Agoes Santoso MSc. Mphil. selaku koordinator dan Bapak Irfan Syarif Arief,
ST. , MT. selaku dosen pembimbing mata kuliah Design II: Tugas Propeller dan system
perporosan yang telah memberikan pengarahan dalam perkuliahan dan pegerjaan
tugas ini.
4. Teman-temanku Kopral ’07 yang telah berkenan untuk saling berbagi informasi dalam
perkuliahan dan perngerjaan tugas ini.
PENDAHULUAN
BAB
1
Propeller merupakan bentuk alat penggerak kapal yang paling umum digunakan dalam
menggerakkan kapal. Sebuah propeller yang digunakan dalam kapal mempunyai bagian
daun baling – baling ( blade ) yang menjorok kearah tertentu dari hub atau bos. Bos ini
dipasang pada poros yang digerakkan oleh mesin penggerak utama kapal.
Sebuah kapal berjalan dengan menggunakan suatu daya dorong yang dalam istilahnya
disebut sebagai thrust. Daya dorong tersebut dihasilkan oleh suatu motor atau engine yang
ditransmisikan melalui suatu poros (sistem transmisi yang banyak digunakan) kemudian daya
tersebut disalurkan ke propeller. Daya dorong yang ditransmisikan tersebut dalam
menggerakkan kapal akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita mendesain propeller itu
sendiri. Semakin baik desainnya baik dari segi bentuk, effisiensi, jumlah daun, dan lain
sebagainya maka akan semakin besar daya dorong yang akan dihasilkan.
Untuk mendesain propeller pertama-tama kita harus tahu dulu ukuran utama daripada kapal
yang akan ditentukan atau direncanakan propellernya tersebut. Kemudian dari data itu kita
menghitung tahanan total dari kapal. Dalam laporan ini metode yang digunakan untuk
menghitung tahanan total kapal adalah metode Harvald.
2
Tujuan dari pemilihan motor penggerak utama kapal adalah menentukan jenis serta type
dari motor penggerak utama kapal yang sesuai dengan kebutuhan kapal. Kebutuhan ini
didasarkan dari besarnya tahanan kapal yang diakibatkan oleh beberapa faktor
diantaranya dimensi utama kapal serta kecepatan dan rute kapal yang diinginkan.
Langkah – langkah dalam pemilihan motor penggerak utama kapal antara lain :
Definisi dari tahanan kapal adalah gaya fluida yang bekerja pada kapal sedemikian rupa
sehingga melawan gerakan kapal tersebut. Pada perhitungan tahanan, pertama ditentukan
dulu koefisien masing-masing tahanan yang diperoleh dari diagram dan tabel. Pedoman
dalam perhitungan merujuk pada buku tahanan dan propulsi kapal (Sa. Harvald)
Nama : MT.CUU_KEE
Tipe : TANKER
B Breadth
H Depth
T Draft
TF Draught on fore perpendicular
TA draught on after perpendiculer
LPP Length between perpendicular
LDISP Length of displacement
LWL Length on water line
LOA Length over all
VS Service speed
VT Trial speed
LCB Longitudinal center of bouyancy
Rn Reynold number
CF friction coefficient
Fn Froude number
CSTERN Stern shape parameter
(1+K1) Form factor of the hull
S Wetted surface area
RF(1+K1) Viscous resistance
DBOSS Boss diameter
SBOSS Boss area
SKEMUDI Rudder area
SAPP Appendage surface area
(1+K2)eq appendage resistance factor
RAPP Appendage resistance
iE Half angle of entrance
hB Position of the centre of the transverse area ABT above the keel
RW Wave resistance
PB Measure of the emmergence of the bow
Fni Froude number based on bulb immersion
RB Additional pressure resistance of bulbous bow near the water
FnT Froude number based on transom immersion
RTR Additional pressure resistance due to transom immersion
CA Correlation allowance coefficient
RA Model ship correlatIon resistance
= Lwl x B x T x Cb wl
= x ρ air laut
a. Menghitung LR
LR = L(1-CP+0.06CPLCB/(4CP-1))
b. Menentukan nilai CSTERN sesuai dengan nilai yang ditentukan pada tabel
(1-CP)-0.604247
e. Menghitung nilai S
+ 2.38ABT/CB
f. Menghitung nilai Rn
Rn =VxL/u
g. Menghitung nilai CF
CF = 0.075 / (Log10 Rn -2 )2
3 shaft bracket
1.5-2.0 skeg
3 strut bossing
2 hull bossing
2.0-4.0 shafts
2.7 dome
(1+K2)eq= ∑(1+k2)SAPP/∑SAPP
a. Menghitung nilai C7
b. Menghitung nilai iE
(100/L3)0.16302}
c. Menghitung nilai C1
d. Menghitung nilai C3
e. Menghitung nilai C2
C2 = exp(-1.89(√C3))
f. Menghitung nilai C5
C5 = 1-0.8 AT / (B T CM)
h. Menghitung nilai
i. Konstanta d
d = -0.9
k. Menghitung nilai m1
512 < L3/ < 1727 C15 = (-1.69385) + (L3/ 1/3 - 8.0) / 2.37
m. Menghitung nilai m2
n. Menghitung nilai m3
o. Menghitung nilai m4
a. Menghitung nilai PB
FnT = V / √ ( 2 g AT / ( B + B CWP ) )
b. Menghitung nilai C6
FnT 5 C6 =0
RTR = 0.5 ρ V2 AT C6
a. Menghitung nilai C4
TF/L 0.04 C4 = TF /L
b. Menghitung nilai CA
RA = 0.5 ρ V2 S CA
= Lwl x B x T x Cb wl
= 16133.4 m3
(Handout mata kuliah Teori Bangunan Kapal)
= x ρ air laut
= 16133.4 x 1.025
= 16536.7 ton
(Handout mata kuliah Teori Bangunan Kapal)
LR = L(1-CP+0.06CPLCB/(4CP-1))
= 36.0326 m
(An approximate power prediction method, page 7)
Cstern =0
= 1 + 0.011 x 0
=1
(An approximate power prediction method, page 7)
(1-CP)-0.604247
= 1.22302
(An approximate power prediction method, page 7)
+ 2.38ABT/CB
= 3808.07 m2
(An approximate power prediction method, page 1)
Rn =VxL/u
= 775242716.1
(Ship resistance and propulsion, page 5)
CF = 0.075 / (Log10 Rn -2 )2
= 0.00158
(Ship resistance and propulsion, page 8)
= 195.607 Kn
3 shaft bracket
1.5-2.0 skeg
3 strut bossing
2 hull bossing
2.0-4.0 shafts
2.7 dome
1 + K2 Rudder = 1.5
Bossing =2
(An approximate power prediction method, page 2)
SKEMUDI = c1.c2.c3.c4(1.75.L.T/100)
= 19.6997 m2
= 5.25229 + 19.6997
= 24.952 m2
SAPP SAPP
type of appendage 1 + K2
(1+K2)
m2
(1+K2)eq = ∑(1+k2)SAPP/∑SAPP
= 40.054 / 24.952
= 1.60525
(An approximate power prediction method, page 2)
= 1.68226 kN
(An approximate power prediction method, page 2)
Fn =V/√(gxL)
= 0.203
(Ship resistance and propulsion, page 8)
C7 = B/L = 0.158
(An approximate power prediction method, page 8)
(100/L3)0.16302}
= 22.54
(An approximate power prediction method, page 2)
= 2.54845
(An approximate power prediction method, page 8)
=0
(An approximate power prediction method, page 8)
C2 = exp(-1.89(√C3))
= exp(-1.89(√0))
=1
(An approximate power prediction method, page 8)
C5 = 1-0.8 AT / (B T CM)
=1
(An approximate power prediction method, page 8)
L/B = 127.92 / 20.2
= 6.33267
= 0.85027
(An approximate power prediction method, page 8)
d = -0.9
(An approximate power prediction method, page 8)
C16 Cp = 0.719
= 1.23618
(An approximate power prediction method, page 8)
127.92 – 1.23618
= - 2.1352
(An approximate power prediction method, page 8)
C15 L3/ = 127.923 / 16133.4
=129.745
C15 = -1.6939
(An approximate power prediction method, page 8)
= -0.0782
(An approximate power prediction method, page 2)
(0.85027 x 0.203-2) }
= 54.0286 kN
(An approximate power prediction method, page 8)
f) Additional Pressure Resistance of Bulbous Bow near the Water Surface (RB)
=0
(An approximate power prediction method, page 3)
= 0.56498
(An approximate power prediction method, page 3)
= 0 kN
(An approximate power prediction method, page 3)
FnT = V / √ ( 2 g AT / ( B + B CWP ) )
=
(An approximate power prediction method, page 3)
C6 =0
(An approximate power prediction method, page 3)
RTR = 0.5 ρ V2 AT C6
=0
(An approximate power prediction method, page 3)
= 0.06879
C4 = 0.04
(An approximate power prediction method, page 3)
(0.04 – 0.04)
= 0.00047
(An approximate power prediction method, page 3)
RA = 0.5 ρ V2 S CA
= 47.2822 kN
(An approximate power prediction method, page 3)
= 298.6 kN
Dari nilai Rt diatas terdapat penambahan tahanan lagi dikarenakan rute pelayaran
yang akan dipilih,penambahan tahanan ini tergantung dari daerah rute pelayaran
kita :
Jalur pelayaran Atlantik utara, ke timur, untuk musim panas 15% dan musim dingin
20%.
Jalur pelayaran Atlantik Utara, ke barat, untuk musim panas 20% dan musim dingin
30%.
Jalur pelayaran Pasifik, 15 - 30 %.
Jalur pelayaran Atlantik selatan dan Australia, 12 - 18 %
Jalur pelayaran Asia Timur, 15 - 20 %
Karena rute pelayaran kapal ini adalah Semarang - Riau yang termasuk perairan Asia
Tenggara sehingga perlu penambahan tahanan sebesar 10% dikarenakan kondisi
perairan yang relative tenang, penambahan tahanan ini dikarenakan pada saat Rt
diatas hanya berlaku pada kondisi ideal saja misalnya dari angin,gelombang,dan
kedalaman air [1].
RT DINAS = ( 1 + 10%) RT
= ( 1 + 10%) 298.6
= 328.46 kN
(Harvald 5.5.27, Tahanan dan Propulsi Kapal, hal 132)
2.1.4 KESIMPULAN
10 Bulbo Resistance RB 0 kN
Secara umum kapal yang bergerak di media air dengan kecepatan tertentu, maka
akan mengalami gaya hambat (resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal
tersebut. Besarnya gaya hambat yang terjadi harus mampu diatasi oleh gaya dorong kapal
(thrust) yang dihasilkan dari kerja alat gerak kapal (propulsor). Daya yang disalurkan (PD ) ke
alat gerak kapal adalah berasal dari Daya Poros (PS), sedangkan Daya Poros sendiri
bersumber dari Daya Rem (PB) yang merupakan daya luaran motor penggerak kapal.
a. Menghitung nilai C8
B/TA < 5 C8 = B S / ( L D TA )
B/TA > 5 C8 = S (7 B / TA - 25 ) / ( L D ( B / TA - 3 )
b. Menghitung nilai C9
C8 < 28 C8 = C9
C8 > 28 C9 = 32 - 16 ( C8 - 24 )
g. Menghitung nilai CV
CV = (1+K) CF + CA
√(B/(L(1-Cp1)) + C19.C20
t = 0.25014 ( B/L )0.2896 (√( B.T ) / D )0.2646 / (1 - CP + 0.0225 lcb )0.01762 + 0.0015 CSTERN
ηH = (1 – t) / (1 – w)
Pc = ηrr x ηo x ηH
EHP = Rt(DINAS) x Vs
DHP = EHP / Pc
THP = EHP / ƞh
a. BHPSCR
BHPscr = SHP / G
b. BHPMCR
DMAKS 2/3 TA
2/3 8.8
5.867 m
= 2.29
C8 = B S / ( L D TA )
= 11.647
(An approximate power prediction method, page 8)
C9 C8 = 11.647
C9 = 11.647
(An approximate power prediction method, page 8)
= 1.5
C11 = 1.5
(An approximate power prediction method, page 8)
C19 Cp = 0.719
= 0.066
(An approximate power prediction method, page 9)
C20 CSTERN = 0
= 1 + 0.015 x 0
=1
(An approximate power prediction method, page9)
CP1 Cp = 0.719
= 0.727
(An approximate power prediction method, page 9)
CV CF = 0.00158
CA = 0.00047
CV = (1+K) CF + CA
= 0.00239
(An approximate power prediction method, page 9)
√(B/(L(1-Cp1)) + C19.C20
= 0.305
(An approximate power prediction method, page 8)
0.0015 CSTERN
= 0.25014 ( 20.2 / 127.92 )0.2896 (√( 20.2 x 8.8 ) / 5.867 )0.2646 / (1 – 0.719 +
= 0.10475
Harga ηrr untuk kapal dengan propeller tipe single screw berkisar antara
1.02 – 1.05. Pada perencanaan propeller dan tabung poros propeller ini
diambil harga ηrr sebesar 1.05.
(Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Hal 152)
Yaitu open water efficiency, effiesinsi dari propeller pada saat dilakukan
open water test. ηo antara 55 – 60%, maka dalam rencana ini diambil ηo =
55%
Efisiensi lambung (ηh) adalah rasio antara daya efektif (PE) dan daya
dorong (PT). Efisiensi Lambung ini merupakan suatu bentuk ukuran
kesesuaian rancangan lambung(stern) terhadap propulsor arrangement-
nya, sehingga efisiensi ini bukanlah bentuk power conversion yang
sebenarnya. Maka nilai Efisiensi Lambung inipun dapat lebih dari satu,
pada umumnya diambil angka sekitar 1,05. Pada efisiensi lambung, tidak
terjadi konversi satuan secara langsung.
ηH = (1 – t) / (1 – w)
= (1 – 0.10475) / (1 – 0.305)
= 1.2886
(Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Tabel 5 Hal 160)
Pc = ηrr x ηo x ηH
= 0.744
(Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Hal 152)
Daya Efektif (PE) adalah besarnya daya yang dibutuhkan untuk mengatasi
gaya hambat dari badan kapal (hull), agar kapal dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain dengan kecepatan servis sebesar VS. Daya Efektif
ini merupakan fungsi dari besarnya gaya hambat total dan kecepatan kapal.
Untuk mendapatkan besarnya Daya Efektif kapal,dapat digunakan
persamaan sebagai berikut:
= 3216.08937 HP.
DHP = EHP / Pc
= 2365.43373 / 0.744
= 3178.54 kW
(Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Hal 120)
THP = EHP / ƞh
= 2365.43373 / 1.2886
= 1835.6 kW
(Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Hal 120)
Daya Poros (PS) adalah daya yang terukur hingga daerah di depan bantalan
tabung poros (stern tube) dari sistem perporosan penggerak kapal
= 3178.54 / 0.98
= 3243.404 kW
(Dwi Priyanta Lecturer for PKM 2, Page7-11)
a. BHP scr
Sistem roda gigi pada kapal ini direncanakan menggunakan Gigi Reduksi
Tunggal atau Single Reduction Gears dengan loss 2% untuk arah maju dan
Gigi Pembalik atau Reversing Gears dengan loss 1%. Harga efisiensi sistem
roda gigi transmisi atau G dari setiap sistem adalah :
Daya Poros yang telah direncanakan di sini adalah daya maju, Sehingga
untuk daya motor penggerak yang diperlukan adalah
BHPscr = SHP / G
= 3243.404 / 0,98
= 3309.56 kW
b. BHP mcr
BHP (Brake Horse Power) yaitu daya yang didistribusikan untuk pengerak
utama. Besarnya daya motor penggerak utama (BHP) adalah daya
keluaran pada pelayaran normal atau SCR (Service Continue Rating),
dimana besarnya adalah 85 % dari daya keluaran pada kondisi maksimum
atau MCR (Maximum Continue Rating). Sedangkan daya keluaran pada
kondisi maksimum (MCR) motor induk ini adalah
= 3309.56 / 0,85
= 5293.87 HP
2.2.4 KESIMPULAN
Pemilihan mesin induk (main angine) dilakukan setelah daya mesin penggerak utama
yang diperlukan diketahui melalui perhitungan menggunakan rumusan.
Pertimbangan dalam pemilihan mesin induk dapat dilakukan dengan optimalisasi
segi teknik dan ekonomi.Untuk segi teknis antara lain dimensi yang cukup,
kehandalan, berat mesin induk, unjuk kerja mesin, ukuran mesin induk dan masih
banyak lagi seperti SFOC dan sebagainya yang perlu pertimbangan. Sedangkan
untuk faktor ekonomis antara lain harga mesin induk, keawetan, spare part, bahan
bakar, minyak pelumas serta pelumasan. Adapun mengenai daya kerja dan putaran
kerja yang sesuai dengan perhitungan kondisi kapal dapat dilakukan dengan
mengatur putaran kerja sehingga diperoleh daya seperti yang telah ditentukan.
Pemilihan mesin utama dengan menentukan karakteristik dasar sebagai berikut ini;
KETERANGAN :
Tipe : L 35 MC
Jumlah silinder : 6
Bore : 350 mm
Stroke : 1050 mm
Selengkapnya data spesifikasi ini dapat dilihat pada lampiran spec engine dari motor
diesel tipe tersebut.
Karena n (rpm) mesin dengan n (rpm) propeler berbeda maka digunakan gear box
untuk menurunkan rpm mesinnya,untuk memilih gearbox yang sesuai dengan mesin
induk memang susah karena kita juga harus menyesuaikan dengan ratio gearbox
yang tersedia dipasaran karena bila kita memesan gear box yang berbeda dengan
gear box dipasaran otomatis biaya yang dibutuhkan sangat mahal oleh sebab itu
gear box yang dipilih pada perancangan ini adalah gear box dengan ratio 1.649
dengan spesifikasi dibawah ini :
Merek : ZF MARINE
3
3.1. PEMILIHAN PROPELER
Tujuan dari pemilihan type propeller adalah menentukan karakteristik propeller yang
sesuai dengan karakteristik badan kapal dan besarnya daya yang dibutuhkan sesuai
dengan kebutuhan misi kapal. Dengan diperolehnya karakteristik type propeller
maka dapat ditentukan efisiensi daya yang ditransmisikan oleh motor induk ke
propeller. Langkah – langkah dalam pemilihan type propeller :
Va Velocity advanced
BP Power adsorpsion
P Pitch
P/D Pitch ratio
J Advanced coefficient
D Diameter
Effisiency
Ae/AO Expanded area ratio
AP/AO Projected area ratio
AD/AO Developed area ratio
AO Disk Area / Area of tip circle
AD Developed Area of blade
AP Projected Area of blade
Vr Relative velocity
T Thrust Propeller
C Thrust Coefficient
0.7R Local cavitation number
Setelah mesin dan gear box dipilih, maka daya pada kapal perlu dihitung
kembali. Dari data mesin yang ada maka hasil perhitungan adalah sebagai
berikut:
SHP = BHPSCR x G
DHP = SHP x s
EHP = DHP x C
THP EHP/H
Pembacaan grafik Bp dilakukan untuk memperoleh nilai P/D dan 1/J 0. sebelum
membaca grafik, terlebih dahulu dihitung nilai dari 0.1739 Bp , nilai inilah yang
akan menjadi patokan dalam pembacaan grafik.
Cara pembacaan grafik adalah dengan menarik garis lurus keatas dari nilai
tadi dibuat garis melengkung yang serupa dengan garis melengkung yang
terdekat.
a) NP putaran propeller
NP = Nm/e / ratio(G/B)
b) Va velocity advanced
Va = (1-w) VS
d) 0.1739BP1
P/DO
1/JO
e) O = (1/JO) / 0.009875
f) DO = O (Va/N)
g) DB = 0.95 DO
i) B = DB (Va/N)
j) 1/JB = B x 0.009875
k) Setelah nilai 1/JB didapatkan, maka kembali pada pembacaan grafik akan
didapatkan
P / DB
Setelah nilai dari 1/Jb diketahui, maka pembacaan grafik Bp dapat dilakukan
dengan berpatokan pada nilai tersebut. Cara pembacaan grafik adalah
dengan menarik garis lengkung dari 1/Jb pada grafik menurut garis yang
terdekat sampai memotong garis lengkung. Kemudian dari perpotongan ini
ditarik garis lurus horizontal sehingga diperoleh nilai P/D b. Untuk mengetahui
nilai η dari propeller maka dari perpotongan tadi ditarik garis lengkung sejajar
dengan grafik effisiensi yang terdekat sehingga didapatkan η nya.
3) Menghitung kavitasi
AO = ( D/2 )2
b) Ae = AO x (Ae/AO)
e) T Thrust
f) C Thrust Coefficient
C = T / ( AP 0.5 Vr2)
Setelah nilai σ 0.7R diketahui, maka nilai τc dapat diketahui dengan pembacaan
diagram Burril. Cara pembacaan diagram adalah dengan menarik garis vertical
keatas pada nilai σ 0.7R sampai memotong garis putus – putus yang kedua
(Suggested upper limit for merchant ship propellers). Dari perpotongan ini maka
ditarik garis horizontal sehingga didapatkan nilai τc. Suatu propeller dikatakan
tidak mengalami kavitasi apabila :
i) Syarat kedua dalam pemilihan propeller yaitu jika C hitungan < C diagram.
Dalam keadaan ini artinya propeller bebas kavitasi
DAYA FORMULA kW HP
BHPMCR 3900 5310
BHPSCR BHPMCR x e/m 3315 4513.5
SHP BHPSCR x G 3248.7 4423.23
DHP SHP x sb 3183.73 4334.77
EHP DHP x C 2369.3 3225.89
THP EHP/H 1838.6 2503.33
Jenis Propeller
B4-40 B4-55 B4-70 B4-85 B4-100
No Memilih Propeller
1 SHP HP 4423.23 4423.23 4423.23 4423.23 4423.23
2 DHP HP 4334.77 4334.77 4334.77 4334.77 4334.77
3 W 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
4 T 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
5 VS Knot 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00
6 Va Knot 9.73 9.73 9.73 9.73 9.73
7 Ne RPM 210.00 210.00 210.00 210.00 210.00
8 Ratio 1.694 1.694 1.694 1.694 1.694
9 Np RPM 123.97 123.97 123.97 123.97 123.97
Syukry Maulidy | 4207 100 079 37
Tugas Propeller dan Sistem Perporosan MT.CUU_KEE
Clearance
37 0.7T 6.16 6.16 6.16 6.16 6.16
38 Clearance 5.20 5.26 5.15 5.02 4.84
39 Clearance < 0.7 T Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi
KESIMPULAN
10 Jumlah Daun z 4
BAB
DATA AWAL
t = 0.305
w = 0.104
Vs = 14 knot 7.2 m/s
Ρ air laut = 1025 kg/m3
DATA PROPELLER
Data propeller ini berasal dari type propeller yang telah dipilih.
Tahanan total pada saat clean hull (lambung bersih, tanpa kerak)
Rt trial = 298.6 kN
Tahanan total pada saat service (lambung telah ditempeli oleh fouling)
Rt service = 328.5 kN
konstanta
konstanta
KT Koefisien Gaya Dorong (Thrust) Baling-baling
J Koefisien Advanced Baling-baling
KQ Koefisien Torsi Baling-baling
Q Torsi
1) Menghitung Koefisien
Rt = 0.5 x ρ x Ct x S x Vs2
Rt = x Vs2
= Rt / Vs2
2) Menghitung Koefisien
KT = β x J2
Pembacaan kurva dilakukan sesuai dengan jenis propeller yang kita pilih
Setelah didapatkan KTSHSIP dan KTPROPELLER maka kedua kurva tersebut kita
potongkan. Perpotongan tersebut merupakan titik operasi propeller, dimana kita
akan mendapatkan nilai-nilai berikut
KT Thrust Coefficient
KQ Torque Coefficient
J Advanced Coefficient
Efficiency
Dengan diketahuinya nilai efisiensi propeller yang baru maka dapat dikoreksi
kembali besarnya kebutuhan daya motor penggerak utama.
c) Menghitung Torsi(Q)
Q = KQ x x D5 x n2
Dengan mengetahui nilai torsi maka kita dapat mencari nilai delivered horse
power(DHP).
DHP = 2π x Q x npropeller
Dengan mengetahui nilai DHP maka kita dapat mencari nilai Brake horse
power(BHP).
Rumusnya adalah:
DHP
BHP =
0,98 x 0,98 x 0,85
Rumusnya adalah:
n engine
%RPM = x 100%
N engine
Rumusnya adalah:
BHP
%Power = x 100%
Power Engine
1) Menghitung Koefisien
Rt = 0.5 x ρ x Ct x S x Vs2
Rt = x Vs2
= Rt / Vs2
= 298559.5 / 7.22
= 5757.5
2) Menghitung Koefisien
= 0.49
KT = β x J2
J J2 KT TRIAL KT service
0 0 0 0
0.1 0.01 0.0049 0.005
0.2 0.04 0.0196 0.021
0.3 0.09 0.0441 0.047
0.4 0.16 0.0784 0.084
0.5 0.25 0.1225 0.131
0.6 0.36 0.1764 0.189
0.7 0.49 0.2401 0.257
0.8 0.64 0.3136 0.335
0.9 0.81 0.3969 0.425
1 1 0.49 0.524
Ship's KT - J Diagram
0,6
0,5
0,4
0,3
KTship
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
J
KTtrial KTservice
Pembacaan kurva dilakukan sesuai dengan jenis propeller yang kita pilih yaitu B4-
55
J KT KQ h
0 0.345 0.049 0
0.1 0.315 0.042 0.125
0.2 0.285 0.039 0.247
0.3 0.252 0.036 0.361
0.4 0.215 0.032 0.466
0.5 0.175 0.028 0.558
0.6 0.133 0.023 0.631
0.7 0.088 0.018 0.669
0.8 0.042 0.012 0.633
0.9 0.006 0.320
0,6
KT , KQ, and effisiensi
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
J
Setelah didapatkan KTSHSIP dan KTPROPELLER maka kedua kurva tersebut kita
potongkan. Perpotongan tersebut merupakan titik operasi propeller,
0,6
KT , KQ, and effisiensi
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
J
KT 0.16
KQ 0.025
J 0.55
0.6
Engine
L1 210 3900 kW
L2 210 3120 kW
L3 178 3300 kW
L4 178 2640 kW
Nm Np bhp
3900
3700
3500
BHP (kw)
3300
3100
2900
2700
2500
175 180 185 190 195 200 205 210 215
L1-L2 L3-L4
L2-L4 L1-L4
Clean Hull Rough Hull
Propeller Design Point Fouling
Engine Margin Sea Margin
Series11 Service Propulsion Point
BHP BHP Np Np
kW % rpm %
95,0
90,0
BHP (%)
85,0
80,0
75,0
70,0
65,0
82,50 87,50 92,50 97,50 102,50
KESIMPULAN
Sesuai dengan grafik dan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa engine
dan propeller yang dipilih sudah sesuai, hal ini dibuktikan pada grafik dimana operating
point propeller berada di dalam engine envelope.
5
BAB
GEOMETRI PROPELLER
Delivered Power (Pd), adalah power yang di-absorb oleh propeller dari Shafting System untuk
diubah menjadi Thrust Power (Pt).
Speed of Advance (Va), adalah Kecepatan aliran fluida pada disk propeller. Harga Va
adalah lebih rendah dari harga Vs (kecepatan servis kapal), yangmana hal ini secara umum
disebabkan oleh friction effects dan flow displacement effects dari fluida yang bekerja pada
sepanjang lambung kapal hingga disk propeller.
CL Center Line
LE Leading Edge
TE Trailing Edge
Cr Chord lenght dari blade section pada setiap radius r/R
Ar Jarak antara LE ke CL pada setiap radius r/R
Br Jarak antara TE ke CL pada setiap radius r/R
Sr Maximum blade thicness pada setiap radius r/R
Dimensi propeller meliputi ar, br, cr, dan Sr. Nilai-nilai di atas diperoleh dari tabel
berikut
Titik-titik koordinat yang dibutuhkan oleh profil dapat dihitung dengan formulasi
yang diberikan oleh Van Gent et al (1973) dan Van Oossanen (1974) adalah
sebagai berikut :
Untuk P>0
Untuk P<0
Nilai V1
r/R P -1.0 -0.95 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 0
0.7-1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.3 0.2306 0.2040 0.1790 0.1333 0.0943 0.0623 0.0376 0.0202 0.0033 0
0.25 0.2598 0.2372 0.2115 0.1651 0.1246 0.0899 0.0579 0.0350 0.0084 0
0.2 0.2826 0.2630 0.2400 0.1967 0.1570 0.1207 0.0880 0.0592 0.0172 0
0.15 0.3000 0.2824 0.2650 0.2300 0.1950 0.1610 0.1280 0.0955 0.0365 0
r/R P +1.0 +0.95 +0.9 +0.85 +0.8 +0.7 +0.6 +0.5 +0.4 +0.2 0
0.7-1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.4 0.2181 0.1467 0.1088 0.0833 0.0637 0.0357 0.0189 0.0090 0.0033 0 0
0.3 0.2923 0.2186 0.1760 0.1445 0.1191 0.0790 0.0503 0.0300 0.0148 0.0027 0
0.25 0.3256 0.2513 0.2068 0.1747 0.1465 0.1008 0.0669 0.0417 0.0224 0.0031 0
0.2 0.3560 0.2821 0.2353 0.2000 0.1685 0.1180 0.0804 0.0520 0.0304 0.0049 0
0.15 0.3860 0.3150 0.2642 0.2230 0.1870 0.1320 0.0920 0.0615 0.0384 0.0096 0
r/R P -1.0 -0.95 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 0
r/R P +1.0 +0.95 +0.9 +0.85 +0.8 +0.7 +0.6 +0.5 +0.4 +0.2 0
0.9-1 0 0.0975 0.1900 0.2775 0.3600 0.5100 0.6400 0.7500 0.8400 0.9600 1
0.85 0 0.1000 0.1950 0.2830 0.3660 0.5160 0.6455 0.7550 0.8450 0.9615 1
0.8 0 0.1050 0.2028 0.2925 0.3765 0.5265 0.6545 0.7635 0.8520 0.9635 1
0.7 0 0.1240 0.2337 0.3300 0.4140 0.5615 0.6840 0.7850 0.8660 0.9675 1
0.6 0 0.1485 0.2720 0.3775 0.4620 0.6060 0.7200 0.8090 0.8790 0.9690 1
0.5 0 0.1750 0.3056 0.4135 0.5039 0.6430 0.7478 0.8275 0.8880 0.9710 1
0.4 0 0.1935 0.3235 0.4335 0.5220 0.6590 0.7593 0.8345 0.8933 0.9725 1
0.3 0 0.1890 0.3197 0.4265 0.5130 0.6505 0.7520 0.8315 0.8920 0.9750 1
0.25 0 0.1758 0.3042 0.4108 0.4982 0.6359 0.7415 0.8259 0.8899 0.9751 1
0.2 0 0.1560 0.2840 0.3905 0.4777 0.6190 0.7277 0.8170 0.8875 0.9750 1
0.15 0 0.1300 0.2600 0.3665 0.4520 0.5995 0.7105 0.8055 0.8825 0.9760 1
Distribusi pitch propeller pada setiap r/R , dapat dilihat pada tabel berikut
r/R %Ho/2n
0,2 82.20%
0,3 88.70%
0,4 95%
0,5 99.20%
0,6 100%
0,7 100%
0,8 100%
0,9 100%
Dimensi propeller meliputi ar, br, cr, dan Sr. Nilai-nilai di atas diperoleh dari tabel
berikut
Untuk P>0
Untuk P<0
P
+1.0 +0.95 +0.9 +0.85 +0.8 +0.7 +0.6 +0.5 +0.4 +0.2 +0.0
r/R
0.2 0.0583 0.0718 0.0851 0.0967 0.1059 0.1207 0.1324 0.1424 0.1504 0.1605 0.1638
0.3 0.0475 0.0663 0.0806 0.0928 0.1028 0.1186 0.1304 0.1401 0.1474 0.1590 0.1626
0.4 0.0328 0.0512 0.0650 0.0777 0.0881 0.1045 0.1171 0.1269 0.1349 0.1463 0.1504
0.5 0.0166 0.0329 0.0529 0.0581 0.0684 0.0848 0.0978 0.1079 0.1156 0.1265 0.1302
0.6 0.0040 0.0171 0.0289 0.0393 0.0479 0.0628 0.0746 0.0838 0.0911 0.1004 0.1036
0.7 0.0000 0.0091 0.0172 0.0243 0.0305 0.0414 0.0504 0.0579 0.0638 0.0713 0.0737
0.8 0.0000 0.0045 0.0087 0.0125 0.0161 0.0225 0.0279 0.0326 0.0364 0.0411 0.0427
0.9 0.0000 0.0015 0.0029 0.0043 0.0056 0.0079 0.0099 0.0116 0.0130 0.0149 0.0155
1.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Yface untuk P ≤ 0
P
-1.0 -0.95 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 -0.0
r/R
0.2 0.0463 0.0431 0.0393 0.0322 0.0257 0.0198 0.0144 0.0097 0.0028 0.0000
0.3 0.0375 0.0332 0.0291 0.0217 0.0153 0.0101 0.0061 0.0033 0.0005 0.0000
0.4 0.0221 0.0181 0.0146 0.0095 0.0059 0.0032 0.0017 0.0007 0.0000 0.0000
0.5 0.0068 0.0055 0.0043 0.0025 0.0013 0.0005 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000
0.6 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.7 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.9 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
1.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Yback untuk P ≤ 0
P
-1.0 -0.95 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 -0.0
r/R
0.2 0.0463 0.0536 0.0632 0.0824 0.1000 0.1155 0.1290 0.1405 0.1576 0.1638
0.3 0.0375 0.0462 0.0563 0.0763 0.0948 0.1109 0.1254 0.1377 0.1563 0.1626
0.4 0.0221 0.0317 0.0419 0.0621 0.0818 0.0988 0.1149 0.1273 0.1451 0.1504
0.5 0.0068 0.0178 0.0286 0.0490 0.0682 0.0844 0.0989 0.1101 0.1255 0.1302
0.6 0.0000 0.0100 0.0195 0.0371 0.0529 0.0665 0.0780 0.0873 0.0996 0.1036
0.7 0.0000 0.0072 0.0140 0.0265 0.0376 0.0472 0.0553 0.0619 0.0708 0.0737
0.8 0.0000 0.0042 0.0081 0.0154 0.0218 0.0273 0.0320 0.0358 0.0410 0.0427
0.9 0.0000 0.0015 0.0029 0.0056 0.0079 0.0099 0.0116 0.0130 0.0149 0.0155
1.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Distribusi pitch propeller pada setiap r/R , dapat dilihat pada tabel berikut
6
BAB
T Torsi
Fc Factor koreksi daya
Pd Daya perencanaan
Ds Diameter poros
Tegangan
Lb Panjang boss propeller
Ln Panjang Lubang dalam boss propeller
s Selubung poros
x kemiringan
Da Diameter terkecil ujung konis
dn Diameter luar pengikat boss
d diameter luar ulir
Do Diameter luar mur
Mt Momen torsi
L panjang
B Lebar
t tebal
R radius ujung pasak
t1 kedalaman alur pasak
Dba Diameter boss propeller pada bagian belakang
Dbf Diameter boss propeller pada bagian depan
Db Diameter boss propeller
Lb Panjang boss propeller
LD Panjang bantalan duduk dari propeller
tR Tebal daun baling – baling
tB Tebal poros boss propeller
rF Jari – jari dari blade face
rB Jari – jari dari blade back
1
5,1 3
𝐷𝑠 = 𝑥 𝐾𝑡 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝑇 , 𝑚𝑚
𝜏𝑎
Pd = fc x SHP
Pd
T 9, 74 105
N
b
a
sf1 sf 2
Beban Halus = 1
c) Diameter Poros
1
5,1 3
𝐷𝑠 = 𝑥 𝐾𝑡 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝑇
𝜏𝑎
Syarat
< a
5,1 𝑥 𝑇
= (kg/mm2)
𝐷𝑠
Berdasarkan BKI vol. III section 4 . C.2 tentang sistem dan diameter
poros adalah ;
3 𝑃𝑤 𝑥 𝐶𝑤
𝐷𝑠 ≥ 𝐹 𝑥 𝑘 𝑥 , 𝑚𝑚
𝑑𝑖
𝑁 𝑥 1 − (𝑑𝑎)4 )
1. Boss Propeller
Db = 0,167 x Dprop
tr = 0,045 x Dprop
Dba = 0,9 x Db
Dbf = 1.1 x Db
Lb = 2.4 x Ds
Ln/ Lb = 0,3
Ln = 0,3 x Lb
tb/tr = 0,75
tb = 0,75 x tr
rf/tr = 0,75
rf = 0,75 x tr
rb/tr =1
rb = 1 x tr
2. Selubung poros
s 0,03 Ds + 7,5
a) Panjang Konis
Panjang konis atau Lb berkisar antara 1,8 sampai 2,4 diameter poros.
Diambil Lb = 2 Ds
b) Kemiringan Konis
1/15 = x / Lb
x = 1/15 x Lb
Da = Ds - 2x
dn = 60%. Ds
Menurut BKI Vol. III, diameter luar ulir(d) diameter konis yang besar :
d 0,6 x Ds
b) Diameter Inti
Dari sularso untuk diameter luar ulir >3 mm maka diameter inti adalah :
di = 0,8 x d
Do =2xd
d) Tebal/Tinggi Mur
Dari sularso untuk ukuran standar tebal mur adalah 0,8~1 diameter luar
ulir, diambil 0,8. sehingga:
H = 0,8 x d
𝐷𝐻𝑃 𝑥 75 𝑥 60
𝑀𝑡 =
2𝜋 𝑥 𝑁
Panjang pasak (L) antara 0,75–1,5 Ds dari buku DP dan PEM hal. 27
diambil 1.5
L = 1.5 x Ds
B = 27 % x Ds
t = 1/6 x Ds
R = 0,0125 x Ds
4856.02
T = 9,74 x 105 x
145.349
tumbukan berat
t1 = 0, 5 x t
Jari-Jari Pasak
r5 = 7 mm
r4 = 8 mm
r3 = 7 mm
r2 = 6 mm
r1 = 5 mm
r6 = 0,5 x B
6. Kopling
Ukuran Kopling
l = (1,25 – 1,5) x Ds
Kemiringan tirus :
Untuk konis kopling yang tidak terlalu panjang maka direncanakan nilai
terendahnya untuk menghitung kemiringan :
x = 1/10 x l
Da = Ds – 2 x
Db = 2,47 x Ds
Dout = (3 – 5,8) x Ds
Pw Cw
Sfl = 370 .
n D
Panjang kopling :
Pw 10 6
Df = 16 x
n D z Rm
Dimana :
Pw = 3657.71 kW
N = 145.349 Rpm
Rm = 550 N/m2
b. Tinggi mur
H = (0,8~1) x df
a) menurut BKI ”78 Vol. III, diameter luar ulir(d) diameter konis yang besar:
d 0,6 x Ds
b) Diameter inti
Dari sularso untuk diameter luar ulir >3 mm maka diameter inti adalah :
di = 0,8 x d
Do =2xd
d) Tebal/tinggi mur
Dari sularso untuk ukuran standar tebal mur adalah (0,8~1) diameter luar
ulir, sehingga:
H = 0,8 x d
DB = ds 5d b
DB = d B 3d b
a) Momen torsi
5 Ps
T = 9,74 x10 x
n
b) Jumlah gaya yang bekerja pada seluruh baut
2T
F =
DB
Fb 0.6 x10 5
=
8
d) Tegangan geser yang bekerja pada sebuah baut
Fb
sb A
= s
e) Tegangan kompresi yang bekerja pada sebuah baut
cb =
Fb
Ac
Fb
=
txd b
B
a =
sf 1xsf 2
Faktor keamanan
1. sf1 =6
2. sf2 = 1,3 - 3
Berdasarkan BKI Volume III section 4D 4.2, Diameter minimum baut kopling
(Df) adalah :
𝑃𝑤 𝑥 106
𝐷𝑓 = 16𝑥
𝑛 𝑥 𝐷 𝑥 𝑧 𝑥 𝑅𝑚
Dimana :
Z = Jumlah baut = 8
D0 = 2 x Df
H = (0,8 - 1) x df
b
ka = kg/mm2
sfk1 xsfk 2
T
F = 0,5 Ds
dimana : Ds = 544 mm
9, 74 105 Pd
T = N ,
Pd = daya perencanaan
N = putaran propeller
c) Lebar pasak ;
B = (0,25 – 0,35 ) x Ds
F
k = B L
L = 0,75 x Ds
t = 1/6 x Ds
R = 0,0125 x Ds
g) Penampang pasak ;
= Bxt
t1 = 50 % x t
t2 = t – t1
F
P
L.t kg/mm2
1
5,1 3
𝐷𝑠 = 𝑥 𝐾𝑡 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝑇 , 𝑚𝑚
𝜏𝑎
SHP = 3439.8 KW
Pd = fc x SHP
= 1.5 x 3439.8
= 5159.7 kW
Pd
T 9, 74 105
N
= 42913054 kg.mm
b
a
sf1 sf 2
55
Sehingga ; a 3.67 kg
6 x2.5 mm 2
Diambil = 1.5
Diambil = 2.1
c) Diameter Poros
1
5,1 3
𝐷𝑠 = 𝑥 𝐾𝑡 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝑇
𝜏𝑎
1
5,1 3
𝐷𝑠 = 3.667
𝑥 1,5 𝑥 2.1 𝑥 42913054
𝐷𝑠 = 573 𝑚𝑚
Syarat
< a
5,1 𝑥 𝑇
= (kg/mm2)
𝐷𝑠
Berdasarkan BKI vol. III section 4 . C.2 tentang sistem dan diameter
poros adalah ;
3 𝑃𝑤 𝑥 𝐶𝑤
𝐷𝑠 ≥ 𝐹 𝑥 𝑘 𝑥 , 𝑚𝑚
𝑑𝑖
𝑁 𝑥 1 − (𝑑𝑎)4 )
Maka:
3 3439.8 x 0.801
Ds ′ = 100 x 1.15 x , mm
117.11 x 1
Ds ′ = 329.5 mm
Dimana :
1 – (di/da)4 = 1,0
Pw (SHP) = 3439.8 kW
N = Putaran propeller
= 117.11 rpm
= 550 N/mm2
560
Cw = Rm 160
560
Cw = 550 160
= 0,801
= 100
k = 1.15
Ds Ds’
Keterangan Gambar :
1. Boss Propeller
Db = 0,167 x Dprop
Db = 0,167 x 4700
Db = 785 mm
tr = 0,045 x Dprop
tr = 0,045 x 4700
tr = 211.5 mm
Dba = 0,9 x Db
= 0,9 x 785
= 706 mm
Dbf = 1.1 x Db
= 1.1 x 785
= 863 mm
Syukry Maulidy | 4207 100 079 75
Tugas Propeller dan Sistem Perporosan MT.CUU_KEE
Lb = 2.4 x Ds
Lb = 2.4 x 573
Lb = 1375 mm
Ln/ Lb = 0,3
Ln = 0,3 x Lb
Ln = 0,3 x 1375
Ln = 412 mm
tb/tr = 0,75
tb = 0,75 x tr
tb = 0,75 x 211.5
tb = 159 mm
rf/tr = 0,75
rf = 0,75 x tr
rf = 0,75 x 211.5
rf = 159 mm
rb/tr =1
rb = 1 x tr
rb = 1 x 211.5
rb = 211.5 mm
2. Selubung poros
s 0,03 Ds + 7,5
s 24.68
a) Panjang Konis
Panjang konis atau Lb berkisar antara 1,8 sampai 2,4 diameter poros.
Diambil Lb = 2.4 Ds
Lb = 2.4 x 573
Lb = 1375 mm
b) Kemiringan Konis
1/10 = x / Lb
x = 1/10 x 1375
x = 137.5 mm
Da = Ds - 2x
Da = 573 – ( 2 x 137.5)
Da = 298 mm
dn = 60%. Ds
dn = 0.6 x 573
dn = 344 mm
Menurut BKI Vol. III, diameter luar ulir(d) diameter konis yang besar :
d 0,6 x Ds
d 0,6 x 573
d 343.73 mm
b) Diameter Inti
Dari sularso untuk diameter luar ulir >3 mm maka diameter inti adalah :
di = 0,8 x d
di = 0,8 x 344
di = 275.2 mm
Do =2xd
Do = 2 x 344
Do = 688 mm
d) Tebal/Tinggi Mur
Dari sularso untuk ukuran standar tebal mur adalah 0,8~1 diameter luar
ulir, diambil 0,8. sehingga:
H = 0,8 x d
= 0,8 x 344
= 275.2 mm
= 0,2. 344
= 68.8 mm
= 1,5. 344
= 516 mm
Momen torsi (Mt) yang terjadi pada pasak yang direncanakan adalah
sebagai berikut :
𝐷𝐻𝑃 𝑥 75 𝑥 60
𝑀𝑡 =
2𝜋 𝑥 𝑁
dimana :
Sehingga
𝐷𝐻𝑃 𝑥 75 𝑥 60
𝑀𝑡 =
2𝜋 𝑥 𝑁
3371 𝑥 75 𝑥 60
𝑀𝑡 =
2𝜋 𝑥 117.11
𝑀𝑡 = 20624.58 𝑘𝑔 𝑚
Panjang pasak (L) antara 0,75–1,5 Ds dari buku DP dan PEM hal. 27
diambil 1.5
L = 1.5 x Ds
L = 1.5 x 573
L = 859.5 mm
B = 27 % x Ds
B = 27 % x 573
B = 155 mm
t = 1/6 x Ds
t = 1/6 x 573
t = 95.5 mm
R = 0,0125 x Ds
R = 0,0125 x 573
R = 7 mm
3371
T = 9,74 x 105 x
117.11
T = 2.8 x 107
𝑇
𝐹=
0,5 𝑥 𝐷𝑠
2.8 x 107
𝐹=
0,5 𝑥 573
𝐹 = 97731.24 𝑘𝑔
F 97731.24
k 0.813 kg/mm2
B.L 147 817
karena k ka maka pasak dengan diameter tersebut memenuhi
persyaratan bahan.
Kedalaman alur pasak pada poros (t1)
t1 = 0, 5 x t
t1 = 0, 5 x 95.5
t1 = 47.75 mm
Jari-Jari Pasak
r5 = 7 mm
r4 = 8 mm
r3 = 7 mm
r2 = 6 mm
r1 = 5 mm
r6 = 0,5 x B
= 74 mm
6. Kopling
Ukuran Kopling
Jumlah Kopling
l = (1,25 – 1,5) x Ds
diambil
l = 1,5 x Ds
= 1,5 x 573
= 859.5 mm
Kemiringan tirus :
Untuk konis kopling yang tidak terlalu panjang maka direncanakan nilai
terendahnya untuk menghitung kemiringan :
x = 1/10 x l
x = 1/10 x 895.5
x = 90 mm
Da = Ds – 2 x
Da = 573 – 2 . 90
Da = 393 mm
Db = 2,47 x Ds
Db = 2,47 x 573
Db = 1415 mm
Dout = (3 – 5,8) x Ds
Diambil
Dout = 3 x Ds
Dout = 3 x 573
Dout = 1719 mm
Pw Cw
Sfl = 370 .
n D
5159.7 0.801
370
117.11 2291.5
= 45.9 mm
Panjang kopling :
L = 4 x Ds x 0,5
L = 4 x 573 x 0.5
L = 1146 mm
Pw 10 6
Df = 16 x
n D z Rm
Dimana :
Pw = 5159.7 kW
N = 117.11 Rpm
Rm = 550 N/m2
Sehingga
Df = 16 x ( Pw 106 / ( n D z Rm) )
Df = 42 mm
D0 = 2 x 42
D0 = 84 mm
b. Tinggi mur
H = (0,8~1) x df
H = 1 x 42
H = 42 mm
a) menurut BKI ”78 Vol. III, diameter luar ulir(d) diameter konis yang besar:
d 0,6 x Ds
d 0,6 x 573
d 343.8 mm
diambil 344 mm
b) Diameter inti
Dari sularso untuk diameter luar ulir >3 mm maka diameter inti adalah :
di = 0,8 x d
di = 0,8 x 344
di = 275 mm
Do =2xd
Do = 2 x 344
Do = 688 mm
d) Tebal/tinggi mur
Dari sularso untuk ukuran standar tebal mur adalah (0,8~1) diameter luar
ulir, sehingga:
H = 0,8 x d
H = 0,8 x 344
H = 275 mm
= 0,2. x 344
= 69 mm
= 1,2 x 344
= 413 mm
Kopling flens
Diameter baut 42 mm
DB = Ds + 5 db
DB = 573 + 5 x 42
DB = 783 mm
DB = dB + 3 db
DB = 783 + 3 x 42
DB = 909 mm
a) Momen torsi
5 Ps
T = 9,74 x10 x
n
2T
F =
DB
F = 1.1 x 105 kg
Fb 1.1x10 5
=
8
Fb = 0.14 x 105 kg
sb = Fb / As
sb = Fb / ( ¼ π db2 )
cb = Fb / Ac
cb = Fb / ( t x db )
B
a =
sf 1xsf 2
Faktor keamanan
1. sf1 =6
2. sf2 = 1,3 - 3
Faktor keamanan
1. sf1 =6
2. sf2 = 1,3 - 3
a =
55
6 x1.5
= 6.11 Kg/mm2
Berdasarkan BKI Volume III section 4D 4.2, Diameter minimum baut kopling
(Df) adalah :
𝑃𝑤 𝑥 106
𝐷𝑓 = 16𝑥
𝑛 𝑥 𝐷 𝑥 𝑧 𝑥 𝑅𝑚
Dimana :
Z = Jumlah baut = 8
Maka :
5159.7 𝑥 106
𝐷𝑓 = 16𝑥
145.349 𝑥 1490 𝑥 8𝑥 539
𝐷𝑓 = 42 𝑚𝑚
D0 = 2 x Df
D0 = 2 x 42
D0 = 84 mm
H = (0,8 - 1) x df
H = 1 x 42
H = 42 mm
b = 55 kg/mm
Sfk1 =6
Sfk2 = 1,5
b
ka = = 55 / ( 1.5 x 6 ) = 6.11 kg/mm2
sfk1 xsfk 2
T
F = 0,5 Ds
dimana : Ds = 573 mm
9, 74 105 Pd
T = N ,
Sehingga,
F = T/ ( 0.5Ds)
= 1.5 105 kg
d) Lebar pasak ;
F
k = B L
L ≥ 337 mm
L = 0,75 x Ds
L = 0,75 x 573
L = 429.75 mm
t = 1/6 x Ds
t = 1/6 x 573
t = 95.5 mm
R = 0,0125 x Ds
R = 0,0125 x 573
R = 7 mm
h) Penampang pasak ;
= Bxt
= 143 x 95.5
= 13656.5 mm2
t1 = 50 % x t
t1 = 50 % x 95.5
t1 = 47.75 mm
t2 = t – t1
t2 = 95.5 – 47.75
t2 = 47.75
P =F/(Lt)
= 3.6 kg / mm2
7
BAB
Stern tube merupakan tabung poros yang digunakan sebagai media pelumasan poros
propeller dengan bearing juga dapat berfungsi sebagai penyekat jika terjadi kebocoran.
Pada perencanaan ini, sebagai pelumas poros digunakan minyak. Perencanaan stern tube
adalah sebagai berikut :
7. 1. LANGKAH PERHITUNGAN
2) PERENCANAAN BANTALAN
Tebal bantalan
Menurut BKI III 1988 tebal bantalan efektif adalah sebagai berikut :
Ds
B = 3,175
30
I max = k1 x Ds
tb = 0,18 x Ds
Ds 25,4
t = 3
20 4
b = 1,6 t
4) STERN POST
a) Lebar = (1,4 L) + 90
b) Tebal = (1,6 L) + 15
5) PERENCANAAN GUARD
Tebal guard = 10 mm
= 4 x 600
= 2400 mm
2) PERENCANAAN BANTALAN
= 2 x 573
= 1146 mm
= 0.8 x 573
= 458 mm
Tebal bantalan
Menurut BKI III 1988 tebal bantalan efektif adalah sebagai berikut :
Ds
B = 3,175
30
= 573 / 30 X 3.175
= 61 mm
I max = k1 x Ds
= 10771.8 mm
tb = 0,18 x Ds
= 0.18 x 573
= 103 mm
Ds 25,4
t = 3
20 4
= ( 573/20) + ( 3x25.4/4 )
= 28.65 + 19.05
= 48 mm
b = 1,6 t
= 1.6 x 48
= 77 mm
4) STERN POST
a) Lebar = (1,4 L) + 90
= (1.4 x 123 ) + 90
= 265 mm
b) Tebal = (1,6 L) + 15
= 200 mm
5) PERENCANAAN GUARD
Tebal guard = 10 mm
Sistem sirkulasi minyak pelumas berdasarkan gaya gravitasi, saluran inlet pipe
pada stern tube dan outlet pipe direncanakan satu buah dengan diameter luar
pipa sebesar 30 mm.
KESIMPULAN
BAB
8
1) Jenis dan type propeller yang digunakan harus disesuaikan dengan type kapal,
konfigurasi system transmisi dan jenis motor penggeraknya.
2) Hubungan antara hull ship dengan propeller harus diperhatikan dalam pemilihan
propeller, karena untuk mencapai kecepatan dinas maka thrust yang dibutuhkan oleh
kapal harus sama dengan thrust yang dihasilkan propeller
3) Semakin besar diameter propeller maka effisiensinya semakin besar pula, kenaikan
effisiensi dapat juga dikarenakan blade area ratio yang bertambah besar.
4) Terdapat dua jenis system pelumasan poros propeller (stern tube), yaitu pelumasan
dengan minyak dan pelumasan dengan air laut. Pemilihan jenis pelumasan disesuaikan
dengan kebutuhan dan pertimbangan teknis.
5) Pada pelumasan minyak, digunakan seal sebagai penyekat agar tidak terjadi
kebocoran sedangkan pada system pelumasan air laut tidak menggunakan seal tetapi
menggunakan packaging yang dipasang pada sekat belakang kamar mesin.
7) Konstruksi stern tube dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menahan stern tube
bearing agar tidak bergeser.
8) Material dari stern tube disesuaikan dengan pelumasannya. Pada perencanaan kopling,
diameter dan jumlah baut kopling harus sesuai dengan diameter dan jumlah baut dari
flens gearbox.
DAFTAR PUSTAKA
Sv. Aa. Harvald. 1992. Tahanan dan Propulsi Kapal. Surabaya: Airlangga University
Press.
Lewis, Edward V. 1988. Principles of Naval Architecture second revision, volume II
Resistance, Propulsion, and Vibration. Jersey City, NJ : The Society of Marine Engineers.
Basic Principles of Ship Propulsion
J.Holtrop and G.G.J Mennen. An Approximate of Power Prediction Method
H. Schneekluth and V. Bertram .1998. Ship Design for Efficiency and Economy. Oxford :
Butterworth
Engine selection guide: MAN B&W
Carlton, John. 2007. Marine Propeller and Propulsion. Oxford : Butterworth
Sularso. Suga, Kiyokatsu. 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta : PT. Pradya Paramita.
T.P.O’Brien. 1969. The Design Of Marine Screw Propeller. London: Hutchinson and co
LTD
LAMPIRAN
Tugas Propeller dan Sistem Perporosan MT.CUU_KEE
Pemilihan Propeller
Jenis Propeller
B4-40 B4-55 B4-70 B4-85 B4-100
No Memilih Propeller
1 SHP HP 4423.23 4423.23 4423.23 4423.23 4423.23
2 DHP HP 4334.77 4334.77 4334.77 4334.77 4334.77
3 w 0.31 0.31 0.31 0.31 0.31
4 t 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
5 VS Knot 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00
6 Va Knot 9.73 9.73 9.73 9.73 9.73
7 Ne RPM 210.00 210.00 210.00 210.00 210.00
8 Ratio 1.694 1.694 1.694 1.694 1.694
9 Np RPM 123.97 123.97 123.97 123.97 123.97
10 BP1 27.95 27.95 27.95 27.95 27.95
11 0.1739BP1 0.92 0.92 0.92 0.92 0.92
12 1/JO 2.02 2.04 2.00 1.95 1.88
13 P/DO 0.77 0.76 0.78 0.83 0.89
14 204.56 206.58 202.53 197.47 190.38
15 DO feet 16.05 16.21 15.89 15.49 14.94
16 DB feet 15.25 15.55 15.10 14.72 14.19
17 DMAKS feet 19.25 19.25 19.25 19.25 19.25
18 DB < DMAKS Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi
19 194.33 196.25 192.41 187.59 180.86
20 1/JB 1.92 1.94 1.90 1.85 1.79
21 P/DB 0.86 0.85 0.88 0.92 0.99
22 0.59 0.58 0.58 0.56 0.57
Kavitasi
23 Ae/AO 0.40 0.55 0.70 0.85 1.00
24 AO feet2 182.48 186.11 178.88 170.05 158.06
25 Ae feet2 72.99 102.36 125.22 144.54 158.06
26 Ad feet2 72.99 102.36 125.22 144.54 158.06
27 Ap feet2 63.51 89.53 108.37 123.78 132.82
28 meter2 5.90 8.32 10.07 11.50 12.34
29 Va m/s 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
30 Np RPS 2.07 2.07 2.07 2.07 2.07
31 Vr 2 470.42 479.28 461.64 440.08 410.82
32 T 285.18 285.18 285.18 285.18 285.18
33 TC RUMUS 0.20 0.14 0.12 0.11 0.11
34 TC GAMBAR 0.18 0.17 0.18 0.18 0.18
35 TC RUMUS < TC GAMBAR Kavitasi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi
Clearance
37 0.7T 6.16 6.16 6.16 6.16 6.16
38 Clearance 5.20 5.26 5.15 5.02 4.84
39 Clearance < 0.7 T Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi
Nm Np bhp
Geometri Propeller
Gambar KT-KQ-J
V1 for P < 0
P
-1.0 -0.95 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 0
r/R
0.7-1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.5 0.0522 0.0420 0.0330 0.0190 0.0100 0.0040 0.0012 0 0 0
0.4 0.1467 0.1200 0.0972 0.0630 0.0395 0.0214 0.0116 0.0044 0 0
0.3 0.2306 0.2040 0.1790 0.1333 0.0943 0.0623 0.0376 0.0202 0.0033 0
0.25 0.2598 0.2372 0.2115 0.1651 0.1246 0.0899 0.0579 0.0350 0.0084 0
0.2 0.2826 0.2630 0.2400 0.1967 0.1570 0.1207 0.0880 0.0592 0.0172 0
0.15 0.3000 0.2824 0.2650 0.2300 0.1950 0.1610 0.1280 0.0955 0.0365 0
V2 for P < 0
P
-1.0 -0.95 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 0
r/R
0.9-1 0 0.0975 0.1900 0.3600 0.5100 0.6400 0.7500 0.8400 0.9600 1
0.85 0 0.0975 0.1900 0.3600 0.5100 0.6400 0.7500 0.8400 0.9600 1
0.8 0 0.0975 0.1900 0.3600 0.5100 0.6400 0.7500 0.8400 0.9600 1
0.7 0 0.0975 0.1900 0.3600 0.5100 0.6400 0.7500 0.8400 0.9600 1
0.6 0 0.0965 0.1885 0.3585 0.5110 0.6415 0.7530 0.8426 0.9613 1
0.5 0 0.0950 0.1865 0.3569 0.5140 0.6439 0.7580 0.8456 0.9639 1
0.4 0 0.0905 0.1810 0.3500 0.5040 0.6353 0.7525 0.8415 0.9645 1
0.3 0 0.0800 0.1670 0.3360 0.4885 0.6195 0.7335 0.8265 0.9583 1
0.25 0 0.0725 0.1567 0.3228 0.4740 0.6050 0.7184 0.8139 0.9519 1
0.2 0 0.0640 0.1455 0.3060 0.4535 0.5842 0.6995 0.7984 0.9446 1
0.15 0 0.0540 0.1325 0.2870 0.4280 0.5585 0.6770 0.7805 0.9360 1
V1 for P > 0
P
+1.0 +0.95 +0.9 +0.85 +0.8 +0.7 +0.6 +0.5 +0.4 +0.2 0
r/R
0.7-1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.6 0.0382 0.0169 0.0067 0.0022 0.0006 0 0 0 0 0 0
0.5 0.1278 0.0778 0.0500 0.0328 0.0211 0.0085 0.0034 0.0008 0 0 0
0.4 0.2181 0.1467 0.1088 0.0833 0.0637 0.0357 0.0189 0.0090 0.0033 0 0
0.3 0.2923 0.2186 0.1760 0.1445 0.1191 0.0790 0.0503 0.0300 0.0148 0.0027 0
0.25 0.3256 0.2513 0.2068 0.1747 0.1465 0.1008 0.0669 0.0417 0.0224 0.0031 0
0.2 0.3560 0.2821 0.2353 0.2000 0.1685 0.1180 0.0804 0.0520 0.0304 0.0049 0
0.15 0.3860 0.3150 0.2642 0.2230 0.1870 0.1320 0.0920 0.0615 0.0384 0.0096 0
V2 for P > 0
P
+1.0 +0.95 +0.9 +0.85 +0.8 +0.7 +0.6 +0.5 +0.4 +0.2 0
r/R
0.9-1 0 0.0975 0.1900 0.2775 0.3600 0.5100 0.6400 0.7500 0.8400 0.9600 1
0.85 0 0.1000 0.1950 0.2830 0.3660 0.5160 0.6455 0.7550 0.8450 0.9615 1
0.8 0 0.1050 0.2028 0.2925 0.3765 0.5265 0.6545 0.7635 0.8520 0.9635 1
0.7 0 0.1240 0.2337 0.3300 0.4140 0.5615 0.6840 0.7850 0.8660 0.9675 1
0.6 0 0.1485 0.2720 0.3775 0.4620 0.6060 0.7200 0.8090 0.8790 0.9690 1
0.5 0 0.1750 0.3056 0.4135 0.5039 0.6430 0.7478 0.8275 0.8880 0.9710 1
0.4 0 0.1935 0.3235 0.4335 0.5220 0.6590 0.7593 0.8345 0.8933 0.9725 1
0.3 0 0.1890 0.3197 0.4265 0.5130 0.6505 0.7520 0.8315 0.8920 0.9750 1
0.25 0 0.1758 0.3042 0.4108 0.4982 0.6359 0.7415 0.8259 0.8899 0.9751 1
0.2 0 0.1560 0.2840 0.3905 0.4777 0.6190 0.7277 0.8170 0.8875 0.9750 1
0.15 0 0.1300 0.2600 0.3665 0.4520 0.5995 0.7105 0.8055 0.8825 0.9760 1
Yface untuk P ≤ 0
P
-1.0 -0.95 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 -0.0
r/R
0.2 0.0463 0.0431 0.0393 0.0322 0.0257 0.0198 0.0144 0.0097 0.0028 0.0000
0.3 0.0375 0.0332 0.0291 0.0217 0.0153 0.0101 0.0061 0.0033 0.0005 0.0000
0.4 0.0221 0.0181 0.0146 0.0095 0.0059 0.0032 0.0017 0.0007 0.0000 0.0000
0.5 0.0068 0.0055 0.0043 0.0025 0.0013 0.0005 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000
0.6 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.7 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.9 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
1.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Yback untuk P ≤ 0
P
-1.0 -0.95 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.2 -0.0
r/R
0.2 0.0463 0.0536 0.0632 0.0824 0.1000 0.1155 0.1290 0.1405 0.1576 0.1638
0.3 0.0375 0.0462 0.0563 0.0763 0.0948 0.1109 0.1254 0.1377 0.1563 0.1626
0.4 0.0221 0.0317 0.0419 0.0621 0.0818 0.0988 0.1149 0.1273 0.1451 0.1504
0.5 0.0068 0.0178 0.0286 0.0490 0.0682 0.0844 0.0989 0.1101 0.1255 0.1302
0.6 0.0000 0.0100 0.0195 0.0371 0.0529 0.0665 0.0780 0.0873 0.0996 0.1036
0.7 0.0000 0.0072 0.0140 0.0265 0.0376 0.0472 0.0553 0.0619 0.0708 0.0737
0.8 0.0000 0.0042 0.0081 0.0154 0.0218 0.0273 0.0320 0.0358 0.0410 0.0427
0.9 0.0000 0.0015 0.0029 0.0056 0.0079 0.0099 0.0116 0.0130 0.0149 0.0155
1.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Gambar Propeller
Gambar Poros