Anda di halaman 1dari 53

24

Teori Kinetika Gas


DAFTAR GAGASAN POKOK
1. Asumsi teori kinetika gas (pengantar)
2. Definisi frekuensi tumbukan dan jalan bebas rata-
rata(pengantar) Model dan perhitungan
3. Perhitungan tekanan dari teori kinetika (persamaan 1) dasar
4. Perhitungan kecepatan molekul rata-rata molekul dalam
gas (persamaan 2) 24.1 Tekanan gas
5. Penurunan distribusi Maxwell-Boltzman untuk velositas 24.2 Distribusi velositas
molekul (persamaan 5)dan distribusi Maxwell untuk molekul .
kecepatan molekul (persamaan 6)
6. Perhitungan mengenai kecepatan yang paling mungkin
(persamaan 7a) kecepatan rata-rata (persamaan 7b) dan Tumbukan
akar rata-rata kuadrat kecepatan (persaman 7c) molekul
dalam gas 24.3 Tumbukan antar
7. Definisi dari diameter tumbukan dan penampang lintang molekul
tumbukan (subbab 24.3) dan perhitungan frekuensi 24.4 Tumbukan dengan
tumbukan molekul tunggal (persamaan 9) dinding dan permukaan
8. Perhitungan rapatan tumbukan dari tumbukan antar 24.5 Laju efusi
molekul di dalam gas (persamaan 10 dan 11)
9. Perhitungan jalan bebas rata-rata (persamaan 12)
10. Perhitungan frekuensi tumbukan dengan dinding wadah Sifat transport
(persamaan 13)
11. Laju efusi gas melalui lubang dalam wadah (subbab 24.5) 24.6 Fluks
12. Definisi koefisien transport dan aliran sifat dan pernyataan 24.7 Difusi
hukum pertama Fick tentang difusi (subbab 24.6) 24.8 Konduktivitas termal
13. Definisi koefisien difusi (persamaan 15), koefisien 24.9 Viskositas
konduktivitas termal (persamaan 16), dan koefisien
viskositas (persamaan 17)
14. Perhitungan koefisien difusi dari teori kinetika gas
(persamaan 19) dan variasinya terhadap tekanan dan Informasi lanjutan: nilai
temperatur) rata-rata dan distribusi.
15. Perhitungan koefisien konduktivitas termal dari teori
kinetika gas (persamaan 20) dan variasinya terhadap Bacaan lanjutan.
tekanan dan temperatur
16. Perhitungan dan pengukuran viskositas gas sempurna Latihan-latihan
(persamaan 21) dan variasinya terhadap tekanan dan
temperatur. Soal-soal.
Sedangkan komponen lainnya tidak berubah. Oleh larena itu,
pada setiap tumbukan , momentumnya berubah sebesar 2m|v 2|.
Jumlah tumbukan dalam selang waktu t sama dengan jumlah
partikel yang dapat mencapai dinding pada selang waktu tersebut
. Karena Partikel dengan komponen kecepatan vx dapat
menempuh jarak |vx| t dari dinding, akan membentuk dinding
(jika partikel itu bergerak kearah nya). Jika rapatan jumlah, atau
jumlah partikel per satuan volume, adalah N, maka dalam
volume A|vx| t adalah N A|vx| t.
Gambar 24.1 perhitungan
tekanan gas,
Secara rata rata, setengah bagian partikel bergerak ke Dengan memperhitungkan
kanan dan setengahnya lagi bergerak ke kiri. Oleh karena itu, gaya total
jumlah rata-rata tumbukan dengan dinding dalam selang waktu yang diberikan pada dinding
gelap,
∆t adalah ½ N A|vx| t. Perubahan momentum total dalam selang oleh partikel yang
waktu itu merupakan hasil kali jumlah itu dengan perubahan menumbuknya.
2m|vx|: Dalam selang waktu ∆t,
semua partikel
Dalam volume A|Vx|∆t
Perubahan momentum : N A|vx| t x 2m|vx|= N yang bergerak
Menuju dinding, akan
menumbuknya,
Amvx2 t
Dan mengalami pembalikan
komponen
Laju perubahan momentum adalah perubahan momentum dibagi -x dari momentumnya.
dengan selang waktu t selama terjadinya perubahan :

Laju perubahan momentum = N Amvx2

Laju perubahan momentum sama dengan gaya ( menurut hukum


kedua newton tentang gerakan ) sehingga gaya yang diberikan
oleh gas pada dinding , juga mN Avx2. Dengan demikian,
tekanan atau gaya persatuan luas, adalah :

Tekanan = N mvx2

Tekanan rata rata


Tidak semua partikel bergerak dengan kecepatan yang sama , sehingga tekanan yang
terdeteksi merupakan rata- rata ( diberi notasi < … >) dari kuantitas yang baru dihitung .

= mN <vx2>

Akar rata rata kuadrat percepatan c , dari partikel adalah :

c = <v2 >½ = <<Vx2>½ + <Vy2>½>

Akan tetapi , karena partikel bergerak secara acak ( dan tidak ada aliran neto dalam arah tertentu ),
maka rata rata Vx2 sama dengan rata rata kuantitas yang analog dalam arah y dan z. Karena (V x2)
(Vy2) (Vz2) sama maka :

c = (3(Vx2)½ sehingga <Vx2> = c2

oleh karena itu

= mN c2

Persamaan 1 merupakan hasil kunci dari teori kinetika .1

1
ketentuan yang digunakan dalam bagian 1 dan 2 adalah : superskrip pada persamaan, menunjukkan
tentang gas sempurna : sekarang ketentuan itu diperluas untuk hasil yang berasal dari teori kinetika.

Akar rata rata kuadrat kecepatan molekul

Rapatan jumlah N sama dengan N/V, dengan N merupakan jumlah total partikel yang ada
dalam volume V. Karena N = nNA, dengan NA merupakan konstata Avogadro, maka :

P = n N A m c2

Gas sempurna memenuhi persamaan keadaan , maka :

pV = nRT= nNAkT

dengan k merupakan konstanta Boltzman. Jadi , kita dapat menyimpulkan bahwa :

½
c=( )
Fungsi ƒ(V) yang disebut distribusi sifat X, menyataka peluang terletaknya sifat itu dalam jarak X
sampai X + dX.

Contoh 24.2 : Menafsirkan fungsi distribusi

Ungkapan di bawah ini kita turunkan untuk distribusi kecepatan molekul dengan massa
molar M pada temperature T :

Berapakah peluang ditemukannya molekul CO 2 dalam ± 1m s-1 dari akar rata-rata kuadrat kecepatan
pada 25o ?

jawaban :

Kita harus menghitung

Dengan dievaluasikan pada kar-akar kuadrat kecepatan (411 m.s -1) dan v= 2 m.s-1 jarak kecepatan
yang diminati (sangat kecil) untuk M/RT = 1,766 x 10 -5 m-2 s-2, v = 411 m s-1 dan Mv2/2 RT =1,500

oleh karena itu

p= 2,25 x 10-3 m-1 s x 2,0 ms-1 =4,5 x 10-3

jadi, 1 dalam 222 molekul mungkin ditemukan dalam jarak itu.

Sifat kedua dari nilai rata-rata yang kan kita gunakan , bersangkjtan dengan peluang bahwa dua sifat
mempunyai nilai khusu suara bersamaan. Jika peluang terletaknya sebuah sifat dalam jarak Y sampai
X + dX adalah (X)dX, dan peluang terletaknya sifat bebas Y dalam jarak Y sampai Y + dY, maka
peluang terletaknya X dan Y secara bersamaan dalam jarak ini, merupakan hasil kali peluang
individualnya.

(X,Y) dX dY = (X) (Y)dX dY


Distribusi Maxwell-Boltzmann
Ketika komponen velositas molekul vx, vy, dan vz tidak bergantung satu sama lain, sehingga peluang

dvx dvy dvz bahwa molekul mempunyai velositas dengan komponen dalam jarak v x sampai
vx + dvx +vy + dy dan vz sampai vz + dvz merupakan kali peluang individualnya

Distribusi gabungan merupakan hasil kali dari distribusi individualnya :

(vx) (vy) (vz)

Kita mengasumsikan bahwa bergantung pada kecepatan v, dengan , tetapi

komponen individualnya tidak.

Hanya fungsi eksponensial yang memenuhi hubungan sejenis ini, karena

Konsekuensinya :

kedua konstan itu smaa untuk kares distribusi dalam setiap arah sama. Oleh karena

itu :

kemudian kita menentukan K . karena molekul harus mempnyai suatu velositas dalam jarak -

, maka total peluang komponen x velositas berada dalam jarak itu adalah 1
Persamaan 6 dikenal sebagai distribusi Maxell-Boltzmann untuk velostas molekul yang
mempesentasikan kontribusi Maxell (mulanya Maxell yang menurunkannya) dan Boltzmann
(yang membuktikannya dengan teliti).

Distribusi Kecepatan Maxwell

Sekarang kita dapat menurunkan distribusi kecepatan molkeul, terlepas dari arah gerakannya.
Peluang bahwa molekul mempunyai komponen velositas dalam jarak v x sampai vx + dvx, vy
sampai vy + dvy dan vz sampai vz + dvz, adalah

F(vx, vy, vz, ) dvx dvy dvz = f(vx)f(vy)f(vz) dvx dvy dvz

Peluang f(v)dv bahwa molekul mempunyai kecepatan dalamjarak v sampai v + dv


merupakan jumlah peluag terletaknya molekulitu dalamsetiap unsure volume dv x dvy dvz
dalamkulit berbentuk bola dengan radius v (Gambar 24.2). jumlah unsur volume di sisi kanan
ungkapan terakhir itu, merupakan volume kulit ini, yaitu . oleh karena itu

Yang merupakan distribusi kecepatan Maxwell.

Vy

U
dv
vx

Volume

Gambar 24.2 Rapatan daerah gelap mempresentasikan peluang dimiliknya


setiap velositas. Untuk distribusi kecepatan molekul, peluang total dimilikinya
sebuah nilai dalam kulit dengan ketebalan dv dan radius v harus dihitung.
Desektor

selektor

sumber

temperatur
Menghitung Kecepatan rata-rata

Contoh :

Berapakah kecepatan atom Ca dalam oven yang dipanaskan sampai 500 derjat
celcius ?

Kecepatan rata-rata r diperoleh dengan cara mengevaluasikan integral dari

Dengan f merupakan distribusi dalam persamaan 6, dan pengganti


M=132,9/mol sedangkan T = 773 K.

Sehingga :

3
= =4 dv

=4 x

Maka, untuk M = 132,9 g/mol, = 351 m/s.

Pada gambar 24.3 yang menjelaskan ciri utama distribusi Maxwell menerangkan
bahwa distribusi kecepatan akan melebar dengan meningkatnya temperature. Selain itu,
gambar ini juga menunjukkan bahwa kecepatan yang paling mungkin (c*) dan kecepatan
yang sesuai dengan distrubusi maksimum bergeser ke nilai yang lebih tinggi, hal ini dapat
dirumuskan dalam persamaan :

c* =

kecepatan rata-rata juga dihitung dari distribusi Maxwell dengan rumus :


Kecepatan rata-rata sedikit berbeda dengan akar kecepatan kuadrat rata-rata,
kecepatan ini dapat diukur dengan menunggunakan persamaan :

c=

Dalam kasus ini, kita dapat mengganti m dengan massa molar (M), jika pada suhu yang sama
kita dapat mengganti k dengan R. secara numeric nilai c = 1,225 c* dan c = 1,128 c*.Pada
dasarnya molekul ringan memiliki kecepatan rata-rata yang lebih tinggi daripada molekul
yang berat.

Distribusi Maxwell sudah terbukti secara eksperimen, contohnya kecepatan molekul


dapat diukur secara langsung dengan menggunakan viskositas (perhatikan gambar 22.5).
Piringan berputar mempunyai celah yang hanya dapat dilalui oleh molekul yang bergerak
dengan kecepatan yang sesuai, sedangkan jumlah molekul dapat diukur dengan
mengumpulkannya pada detector. Adapun metoda tak langsung untuk mengukur kecepatan
adalah menggunakan efek Doppler.

Tumbukkan

Skala waktu peristiwa dalam gas, seperti laju reaksi kimia ditentukan dengan frekuensi
tumbukkan yang terjadi, yaitu jumlah tumbukkan yang terjadi per satuan waktu.

Tumbukan antar molekul


Kita menganggap terjadi “tumbukan”,bilamana pusat dua molekul berjarak d satu sama lain,
dengan d, diameter tumbukan, dalam orde diameter molekul yang sebenarnya (untuk bola keras,d
merupakan diameternya). Pendekatan paling sederhana untuk menghitung frekuensi tumbukan dengan
membekukan posisi semua, kecuali satu molekul. Kemudian kita memperhatikan apa yang terjadi saat
molekul mobil itu berjalan melewati gas dengan kecepatan rata rata c selama . Ternyata molekul itu
2
menjelajahi “pipa tumbukan”dengan luas penampang lintang dan panjang ,sehingga

volumenya (gambar 24.5). luas disebut penampang lintang tumbukan. Beberapa


penampang lintang tumbukan yang biasa dicantumkan dalam tabel 24.2 (nilai itu diperoleh dengan
mengukur berbagai sifat transport, seperti yang akan kita lihat dalam subbab 24.7 sampai 24.9)
Penampangan lintang tumbukan dan pipa tumbukan. “tumbukan” dihitung jika dua partikel berada
pada jarak yang sama dengan diameternya

Frekuensi tumbukan
Jumlah molekul diam dengan pusat yang berada dalam pipa tumbukan, dinyatakan dengan
volume pipa dikalikan dengan rapatan jumlah yaitu : .jumlah tumbukan yang
dihitung dalam selang waktu sama dengan jumlah ini, sehingga frekuensi tumbukan z, atau jumlah
tumbukan per satuan waktu, adalah akan tetapi, molekul itu tidak diam, sehinggaa kita harus
menggunakan kecepatan relatif molekul yang bertumbukan. Untuk tumbukan antara jenis molekul
yang berbeda, maka kecepatan relatif rata – rata :
Persamaaan 10a dituliskan dalam bentuk:

Z=

Maka kita memperoleh Z m 2,3 x 1022 s-1 m-3.Jadi dalam wadah 50,0 cm2 frekuensi tumbukan
total adalah: 1,1 x 1028S-1

Komentar: Untuk mempelajari molekul terisolasi indivual,pengurangan frekuensi tumbukan


sangat penting;sehingga molekul mempergunakan periode yang cukup panjang dalam aliran
bebas.Hal ini bersngkutan dengan pekerjaan pada temperatur sangat rendah.

Latihan, Berapa selang waktu antara tumbukan,untuk satu molekul CO2 pada 298 K dan 760
Torr?

{1,5 x 10-10
s}
Untuk tumbukan antara jenis molekul yang berbeda,kecepatan relatif rata-rata
dinyatakan oleh persamaan 8,dan penampang lintang tumbukan oleh = 2
,tetapi dengan d =

(dA + dB).Jumlah tumbukan yang dilakukan oleh molekul A per satuan waktu,dengan semua

molekul N+ B yang ada,adalah V .Terdapat N A molekul,sehingga jumlah total tumbukan

A──B per satuan waktu adalah ( N. Rapatan tumbukan ZAB+ atau jumlah total tumbukan
A──B per satuan waktu per satuan volume.

ZAB = X = [A][B] (11)O

Jalan bebas rata-rata


Setelah kita mengetahui frekuensi tumbukan,kita dapat menghitung jalan bebas rata-
rata ,atau jarak rata-rata perjalanan molekul antara tumbukan.Jika molekul yang bergerak

dengan kecepatan rata-rata ,bertumbukan dengan frekuensi z,maka molekul itu melewatkan

waktu 1/z dalam aliran bebas aliran bebas antara tumbukan,dan karena menjalani jarak (1/z)
.Oleh karena itu,jalan bebas rata-rata:

Perhatikan karena z sebanding dengan tekanan,maka berbanding terbalik dengan


tekanan.Penduakalian tekanan,mengurangi setengah jalan bebas rata-rata.

Contoh 24.5: Menghitung jalan bebas rata-rata

Hitunglah jalan bebas rata-rata atom Cs pada kondisi yang ditentukan dalam Contoh 24.4

Jawaban,Pertama-tama,kita menggantikan ungkapan untuk z yang diturunkan dalam Contoh


24.4 ke dalam persamaan 12a,yang menghasilkan.

= (12b)o

Kemudian kita gunakan p = 80 Torr,yang sesuai dengan 11 kPa,dan =0,92 nm2.Ini

menghasilkan = 770 nm.


Komentar,Jalan bebas rata-rata sesuai lebih kurang 1400 diameter,dengan demikian gas berada
pada kondisi dengan teori kinetika mungkin dapat diandalkan.

Latihan,Hitunglah jalan bebas rata-rata molekul CO2 pada 298 K dan 1,0 atm

{55nm}

1. Tumbukan dengan Dinding dan Permukaan

Perhatikan dinding dengan luas A yang tegak lurus sumbu x. Jika molekul
mempunyai Vx > 0, maka molekul itu akan membentur dinding dalam selang waktu
Δt jika molekul tersebut berada pada jarak Vx,, Δt dari dinding. (JikaVx < 0, molekul
menjauh dari dinding). Oleh karena itu, semua molekul dalam volume Δt, dan
dengan velositas positif, akan membentur dinding dalam selang waktu Δt. Jumlah
rata-rata tumbukan total dalam selang waktu ini merupakan rata-rata dari kuantitas ini
dikalikan dengan rapatan jumlah molekul :

Jumlah tumbukan =

(Perhatikanlah bahwa integrasi hanyalah terhadap velositas positif). Kita dapat


mengevaluasi integral itu dengan mudah, menggunakan distribusi velosity :

Jadi, jumlah tumbukan per satuan waktu per satuan luas adalah :

= =

Karena N/V = p/kT, maka :

Jika p = 1 atm dan T = 300 , maka wadah menerima sekitar 3 tumbukan per detik per

. Dalam bab 29, kita akan melihat, bahwa pengetahuan tentang ketergantungan Z pada tekanan
dan massa molekul, sangat penting untuk membahas proses yang terjadi pada permukaan padat.

2. Laju Efusi
Jika gas pada tekanan P dan temperatur T dipisahkan dari ruang vakum dengan lubang sangat
kecil, maka laju keluarnya molekul sama dengan laju pembentukan molekul lubang itu. Jadi, jika luar
lubang , jumlah molekul yang keluar per satuan waktu adalah :

Kenyataan bahwa sisi sebelah kanan sebanding dengan merupakan asal-usul hukum
efusi Graham, yaitu bahwa laju efuso berbanding terbalik dengan kuadrat akar massa molar.

Rumus dalam persamaan di atas merupakan dasar metoda Knudsen untuk percepatan
massa molar, atau jika massa molar diketahui, maka yang ditentukan adalah tekanan uap
sampel (tekanan uap padatan). Jadi, jika tekanan uap padatan adalah p, dan padatan itu
terdapat dalam rongga denganlubang kecil, maka laju kehilangan massa dari wadah itu,
sebanding dengan p. Metoda ini dapat diandalkan jika jalan bebas rata-rata atom, panjang
dibandingkan dengan diameter lubang.

Sifat transport
Sifat transport adalah kemampuan zat itu untuk memindahkan materi, energi atau suatu sifat
tertentu lainnya dari satu tempat ke tempat lain. Contohnya, molekul molekul (dalam gas, cairan, dan
padatan) berdifusi menuruti suatu gradien konsentrasi, sampai komposisinya seragam. Laju difusi ini
merupakan sifat transpor. Laju konduksi termal, transpor energi menuruti gradien temperatur,
merupakan sifat transpor lainnya yang merupakan sifat umum zat dan keadaannya. Konduksi listrik
merupakan transpor muatan (oleh ion atau elektron) dalam gradien potensial, dan konduktivitas listrik
zat juga merupakan sifat transpor. Viskositas, seperti akan kita lihat, adalah ukuran laju
ditransportasikannya momentum linear melalui fluida, dan karenanya inipun merupakan sifat transpor.

Mula mula kita akan meninjau beberapa aspek transpor, dan kemuduan menghitung beberapa
sifat transpor dengan teori kinetika gas. Dalam bab selanjutnya, kita akan kembali pada subyek ini
untuk membahas transpor dalam fluida secara lebih umum.

24.6 Fluks
Laju migrasi sebuah sifat diukur dengan fluks J, yaitu kuantitas sifat yang melewati satuan
luas per satuan waktu. Jika massa mengalir (seperti dalam difusi), maka itu menyatakan fluks massa
dengan besaran kg/m-2s-1; jika sifat itu adalah energi (seperti dalam konduksi termal), maka kita
menyatakan fluks energi dengan J m-2 s-1, dan seterusnya.

Pengamatan eksperimen pada sifat transport menunjukan bahwa fluks sifat biasanya
sebanding dengan gradien sifat yang berhubungan dari sitem itu. Contohnya fluks materi J z yang
berdifusi sejajar dengan suatu sumbu z ternyata sebanding dengan gradien konsentrasi sepanjang
sumbu itu :
Jz (materi) ∞

Sebanding aliran materi dengan gradien konsentrasi kadang-kadang disebut hukum pertama difusi
Fick. Demikian pula laju difusi termal ternyata sebanding dengan gradien temperatur.

Jz (energi) ∞

Fluks Jz merupakan komponen sebuah vektor. Jika Jz > 0, fluksnya menuju z makin besar ke
kanan; jika Jz < 0 , fluksnya ke arah kiri. Oleh karena itu, koefisien perbandingan dalam ungkapan
fluks materi harus negatif, dan menyatakan dengan –D, dengan konstanta D merupakan koefisien
difusi. Jadi :

Jz (materi) = -D

Energi gerakan termal mengalir menurut gradien temperatur dan dengan alasan yang sama
menghasilkan :

JZ (materi) = -K

Karena efeknya bergantung pada transfer momentum–x ke dalam lapisan yang diminati, maka
viskositas bergantung pada fluks momentum-x dalam arah z. Fluks momentum-x sebanding dengan
dx/dz karena jika semua lapisan bergerak dengan viskositas yang sama, maka tidak terdapat fluks
neto. Oleh karena itu, kita dapat menuliskan :

Jz (momentum sepanjang x) ∞

Jz = -η

merupakan koefisien viskositas ( atau “viskositas” saja ).


Gambar 24.6 Fluks partikel menuruti gradient
konsentrasi .Hukum fluk menyatakan bahwa : flu
materi (jumlah partikel persatuan luas per
satuan waktu) sebanding dengan gradient
rapatan pada titik itu
Gambar 24.7 Viskositas gas yang timbul dari transport momentum linier
.Dalam gambar ini ,cairan mengalami aliran laminar,dan partikel membawa
momentum asalnya ketika partikel itu memasuki lapisan yang baru
[fluks] =(kg ms-1) x m-2 x s-1 = kg m-1 s-2

Dimensi gradien velositas adalah (velositas] x [panjang] -1, yang dalam satuan
SI adalah

[gradien velositas] = (m s-1 ) x m-1 = s-1

Jadi, untuk memenuhi

kg m-1 s-2 = [viskositas] x s -1

maka :

[viskositas] = kg m-1 s-1

Komentar. Viskositas sering dinyatakan dalam poise (P) , yang didefenisikan


sebagai 1 P = 10-1 kg m-1 s -1

Latihan, Apakah satuan SI dari konduktivitas termal ? [J K-1 m-1 s-1]

24.7 Difusi
Sekarang kita akan menunjukkan asal-usul Hukum Pertama Fick berkenaan dengan
teori kinetika, dan mencari ungkapan untuk koefesien difusi gas sempurna. Tugas kita
membuktikan bahwa fluks molekul sebanding dengan gradien kosentrasinya.

Perhatikanlah susunan yang dilukiskan dalam Gambar 24.8. Secara rata-rata, molekul
yang melewati luas A pada z = 0 sudah menjalani sekitar satu jalan bebas rata-rata . Oleh
karena itu, rapatan jumlah ditempat berasal molekul itu: N(z) , yang dievaluasikan pada z = -

. Rapatan jumlah ini kira-kira :

N(- ) = N(0) - 0

dengan subskrip 0 menunjukkan bahwa gradien itu harus dievaluasikan pada z = 0.


Dari persamaan 13, jumlah rata-rata benturan pada jendela bayangan dari arah kiri, selama

selang waktu adalah N(- ) 0


N (-
N
N(0)
N(+

0 + z
-

Gambar 24.8 Perhitungan


laju difusi gas, didasarkan
pada neto melalui bidang
seluas A yang datang (secara
A
rata-rata) dari jarak sejauh ,

dengan merupakan jarak


bebas rata-rata.
+
0
-
Maka fluks dari kiri ke kanan J(L → R) yang berasal dari persediaan molekul di sebelah kiri adalah :

J(L → R) = N(−λ)c

Dari kanan ke kiri juga ada fluks molekul. Secara rata-rata, molekul yang mengalir itu berasal dari z =
+λ, dengan rapatan jumlah: N(λ). Jadi,

J(L ← R) = N(λ)c

Rapatan jumlah rata-rata z = +λ, kira-kira:

N(λ) = N(0) + λ

Aliran dari daerah yang lebih pekat di sebelah kiri mendominasi aliran kembali, sehingga fluks neto
adalah:
JZ = J(L → R) – J(L ← R)

= c
= − λc

Persamaan 18 membuktikan bahwa fluks itu sebanding dengan gradient konsentrasi, sesuai dengan
hukum Fick.
Pada tahap ini, tampaknya kita dapat memperoleh nilai koefisien difusu dengan
membandingkan persamaan 18 dengan persamaan 15:

D= λc (18)˚

Harus diingat bahwa perhitungan ini cukup kasar dan hanya merupakan penilaian dari orde besaran D.
Satu aspek yang belum diperhitungkan terdapat dalam Gambar 24.9, yang menunjukkan bahwa
walaupun molekul memulai perjalannya dari dekat jendela, tetapi mungkin molekul ini sudah
mengalir jauh, sebelum sampai di tempat itu. Perhitungan efek ini menimbulkan banyak pekerjaan,

tetapi hasil akhirnya timbul faktor , yang merepresentasikan fluks lebih rendah. Modifikasi ini

menghasilkan:

D= λc (19)˚

Untuk koedisin difusi gas sempurna (Tabel 24.3)


Jalan bebas rata-rata λ makin pendek jika tekanan dinaikkan. Dengan demikian maka D
berkurang dengan bertambahnya tekanan, dan molekul berdifusi lebih lambat. Karena kecepatan rata-
rata c bertambah dengan naiknya temperatur, maka D juga bertambah dengan naiknya temperatur.
Dari persamaan 12c dan 2, pada volume konstan: D ∞ T1/2. Karena jalan bebas rata-rata
berkurang jika diameter tumbukan molekul bertambah, maka koefisien difusi lebih besar untuk
molekul kecil, dari pada untuk molekul besar.

Penerbangan
Singkat (survive)

Penerbanganjauh

Jarak yang sama dari bidang

Gambar 24.9 Satu pendekatan yang diabaikan dalam pembahasan yang sederhana; yaitu bahwa
beberapa partikel mungkin sudah mengalir jauh menuju bidang, walaupun jarak tegak-lurusnya
pendek. Partikel ini mempunyai kesempatan tumbukan lebih tinggi dalam perjalanan itu.
24.8 Konduktivitas termal

Dalam konduktivitas termal, fluks yang di perhatikan adalah fluks energi. Tugas
kita sekarang adalah menjelaskan tentang sebandingnya fluks dengan gradien
temperatur, dan mencari ungkapan untuk koefisien konduktivitas termal K. Beberapa
nilai eksperimen,dicantumkan dalam Tabel 24.4. Konduktivitas termal dimanfaatkan
dalam “alat ukur pirani”, yang pengukuran tekanan dilakukan dengan memonitor
temperatur kawat yang di panaskan; dan dalam “detektor katarometer” dalam
kromatografi (GCL), yang perubahan komposisi dideteksi dengan cara yang serupa.
Dalam katarometer, perubahan konduktivitas termal gas pembawa disekitar kawat
platina atau wolfram yang dipanaskan, dimonitor dan dibandingkan dengan kawat
rujukan yang dikelilingi oleh gas murni.

Andaikan setiap molekul membawa energi rata-rata ε = vkT, dengan v merupakan


bilangan mendekati 1 yang dapat diperoleh dari teori ekuipartisi (subbab 11.1). untuk

partikel beratom tunggal, v= . Jika suatu molekul melewati jendela bayangan, molekul

ini mentranfortasikan energi rata-rata itu. Kita akan mengandaikan bahwa rapatan
jumlah seragam (sehingga tidak ada difusi massa), tetapi tempetatur tidak. Secara rata-
rata, molekul datang dari sebelah kiri setelah menjalani jalan bebas rat-rata dari daerah
yang lebih panas, dan dengan energi yang lebih tinggi. Molekul juga datang dari sebelah
kanan setelah menjalani jalan bebas rata-rata dari daerah yang lebih dingin. Oleh karena
itu fluks energi dalam dua arah adalah :

J(L → R) = cc̅ Nε(-λ) ε(-λ) = vk

J (L← R) = cc̅ Nε(-λ) ε(λ) = vk

Makaa fluks energi neto :

Jz = J(L→R) – (J (L←R) = vλcc̅ kN 0

Seperti sebelumnya, kita mengalikannya dengan untuk memperhatikan jalan aliran

yang panjang, sehingga kita sampai pada :


Jz = vλcc̅ kN 0

Fluks energi sebanding dengan gradien temperatur, seperti yang ingin kita buktikan.
Perbandingan persamaan ini dengan persamaan 16, membuktikan bahwa:

K = vλcc̅ kN

Karena untuk gas sempurna Cv = vkNA, maka kita dapat menyatakan persamaan ini
sebagai:

K = λcc̅ Cv [A]

Dengan [A] merupakan konsentrasi molar2.


Dalam kedua kasus itu, ketahuilah bahwa karena λ∞ 1/[A] (persamaan 12c),
maka K ∞ cc̅ Cv dan konduktivitas termal tidak bergantung pada tekanan gas. Alasan
fisiknya adalah: konduktivitas termal besar jika banyak molekul yang tersedia untuk
mentransformasikan energi itu (karenanya K sebnding dengan [A] dalam persamaan
20); tetapi banyaknya molekul membatasi jalan bebas rata-rata, sehingga molekul itu
tidak dapat membawa energi pada jarak yang jauh. Kedua efek ini berimbang. Dari
eksperimen ternyata bahwa konduktivitas termal tidak bergantung pada temperatur,
kecuali jika tekanan sangat rendah. Pada tekanan rendah K ∞ p karena λ, lebih besar
dari dimensi alat, dan jarak transfortasikannya energi ditentukan oleh ukuran labu,
bukan oleh adanya molekul lain. Fluks masih sebanding dengan jumlah pembawa, tetapi
panjang jalannya tidak lagi bergantung pada λ sehingga K ∞ [A] ∞ p.

Contoh 24.9: memperkirakan konduktivitas termal gas.


Perkirakanlah konduktivitas termal udara pada temperatur kamar.
Jawaban, Kita menggunakan persamaan 20, dengan memperhatikan bahwa kapasitas

kalor volume konstan molekul diatomik adalah R (Subbab 20.4) dan massa molar

udara sekitas 29 g mol-1 . Ambillah σ = 0,42 nm2 untuk O2 dan N2 dari Tabel 24.2 dan
perkirakanlah cc̅ = 460 m s-1 dari persamaan 7b, Maka :

K=
Penggantian dengan nilai diatas, menghasilkan k = 8,9 mJ K-1 s-1 .
Komentar. Bentuk jawaban yang tidak praktis tetapi lebih berguna, adalah: K = 8,9 x 10 -
2
mJ cm-2 s-1 (K cm-1)-1. Maka, dalam gradien temperatur sebesar 1K cm-1, fluks kalor
adalah sekitar 0,1 mJ cm-2 s-1.
Latihan, pada kondisi yang sma, apakah karbon dioksida akan menjadi isolator yang
lebih baik? [K = 6 X 10-2 mJ cm-2 s-1 (K cm-1)-1;ya]

24.9 Viskositas

Viskositas gas sempurna

Kita sudah melihat bahwa viskositas berhubungan dengan fluks momentum. Molekul
yang berjalan dari kanan dalam Gambar 24.10 ( dari lapisan cepat ke lapisan lebih lambat)

mentransportasikan momentum ( ) ke lapisan yang baru pada z = 0, dan molekul yang

berjalan dari kiri mentransportasikan (- ) ke lapisan baru itu. Jika kita mengasumsikan

bahwa rapataannyaseragam (suatu pendekatan), maka jumlah benturan per satuan luar per

satuan waktu pada jendela bayangan adalah . Molekulnya dari kanan, secara rata-rata

membawa momentum :

( )= ( )+

Molekul dari kiri, membawa momentum :

( )= ( )-

Jadi, fluks neto momentum –x dalam arah z adalah :

=
=

Kita melihat bahwa fluks itu sebanding dengan graddien velositas, seperti yang ingin kita
buktikan. Jika kita membandingkan ungkapan itu engan persamaan 17, dan mengalikannya

secara biasa dengan , maka kita dapatmenunjukkan viskositas dengan

Seperti juga konduktivitas termal, viskositas tidak tergantung pada tekanan. Jadi

dan , menunjukkan bahwa tidak yang mentransportasikan momentum,

tetapi pengangkutan itu tidak begitu jauh karena lebih pendeknya jalan bebas rata-rata.

Karena , maka viskositas sebanding dengan Jadi, viskositas gas bertambah

dengan naiknya temperature: molekul berjalan lebih cepat, dan fluks momentum lebih besar.
sX

lambat
cepat

(-) ()

Gambar 24.10 Perhitungan viskositas gas dengan meneliti momentum komponen –x


neto yang dibawa ke sebuah bidang, dari lapisa lebih cepat dan lapisan lebih lambat,
yang secara rata-rata berjarak sejauh jalan bebas rata-rata

Pengukuran viskositas gas

Tempat dua teknik utama untuk mengatur viskositas gas. Teknik pertama bergantung
pada laju perendaman osilasi punter dari piringan yang tergantung dalam gas, yaitu konstanta
waktu untuk pengurangan gerakan harmonis, yang bergantung pada viskositas dan rancangan
peralatannya. Teknik kedua didasarkan pada rumus Poiseuille untuk laju aliran fluida
melalui pipa dengan radius r.

dengan V merupakan volume aliran, p1 dan p2 tekanan pada setiap ujung pipa sepanjang l, dan p0
adalah tekanan pada saat pengukuran volume.

Pengukuran ini menegaskan bahwa viskositas gas tidak bergantung pada tekanan, pada jarak
yang lebar. Misalnya, pengukuran pada argon dari 10 -3 atm sampai 102 atm terlihat dalam
Gambar 24.11, dan kita melihat bahwa ɳ konstan dari sekitar 0,01 atm sampai 50 atm.
Pengukuran ini juga menegaskan (sampai taraf lebih kurang) akan ketergantungan viskositas

pada . Garis putus-putus pada gambar memperlihatkan nilai hasil hitungan menggunakan

m2, yang menunjukkan diameter tumbukan sebesar 260 pm. Bandingkanlah


nilai ini dengan diameter van der Waals sebesar 335 pm, yang diperoleh dari rapatan padatan.
Persesuaian ini tidak terlalu buruk, mengingat kesederhanaan model itu dan pengabaian gaya
antar molekul.

Contoh 24.10: Pengukuran viskositas dengan metode Poiseuille.


Dalam eksperimen aliran poiseuille untuk mengukur viskositas udara pada 298 K, sampel dialirkan
melalui pipa 100 cm dengan diameter dalam 1,0 mm. Ujung bertekanan tinggi pada 765 Torr dan
ujung tekanan rendah pada 760 Torr. Volume diukur pada tekanan 760 Torr. Dalam 100 detik,
volume sebesar 90,2 cm3 melewati pipa itu. Berapakah viskositas udara pada temperatur ini?
Jawaban: Setelah mengubah tekanan ke dalam Pa dengan 1 Torr = 133,3 Pa, kita menggunakan
persamaan 2. Laju aliran adalah:

= = 9,02 × 10-7 m3 s-1

Karena:
- = 1,355 × 108 Pa2
dan

= 1,21 10-19 N-1 m5

maka dari persamaan 22, ɳ = 1,8 × 10-5 kg m-1 s-1.


Komentar. Ungkapan teori kinetika (persamaan 21) menghasilka ɳ = 1,4 × 105 kg m-1 s-1, sehingga
persesuaian ini cukup baik. Viskositas sering dinyatakan dalam sentipois (cP) atau (untuk gas)
mikropois (µP). Konversinya 1 cP = 10-3 kg m-1 s-1: viskositas udara adalah 180 µP.
Latihan. Berapakah volume yang akan terkumpul jika gradien tekanan diduakalikan, sedangkan
kondisi lainnya tetap sama?

Berapa hasil eksperimen dicantumkan dalam Tabel 24.4 dan rumus teoritis
dikumpulkan (bersama dengan beberapa ungkapan eksak dari perhitungan yang lebih
terperinci) dalam Tabel 24.3

Nilai dan distribusi rata-rata

Jika hendak menghitung nilai rata-rata (X) sifat x yang mungkin di ambil adalah nilai x1, x2,....xn.
nilai ini merupakan hasil pengamatan yang mungkin. Selain itu, andaikan juga bahwa dalam
suatu seri dari N pengukuran, kita temukan bahwa X1 terjadi N1 kali, X2 terjadi N2 kali, dan
seterusnya. Maka rata-rata dinyatakan dengan :

Rumus ini dapat dinyatakan berkenaan dengan peluang Pi di perolehnya hasil Xi karena Pi =N/N,
kita dapat menuliskan :
Dengan penjumlahan atas semua hasil yang mungkin.

Contoh 24.11 : Menghitung nilai rata-rata

Kelimpahan massa poladium dan massanya adalah :

Bilangan 102 104 105 106 108 110


massa
Kelimpahan 1,020 11,15 22,34 27,34 26,47 11,72
1%
Massa/u 101,906 103,904 104,905 105,903 107,904 109,905
Hitung massa atom rata-rata

Jawaban: Kelimpahan adalah peluang ×100 %, sehingga persamaan Al menjadi :

<m>/u = 1,020× 10-2 ×101,906 +0,1115 × 103,904 +...

= 106,46

Yang hasilnya dapat mengambil setiap jarak nilai yang kontinu, seperti dalam ketinggian
populasi atau kecepatan molekul dalam gas, dapat di atasi dengan cara yang menyerupai
prosedur perata-ratan diskret, dengan membagi jarak hasil yang kontinu kedalam segmen-
segmen. Kemudian kita menghitung 1, setiap kali pengkuran mempunyai hasil yang terletak
dimanapun dalam kotak tertentu. Contohnya, perhatikanlah kotak sepanjang pada X. Dalam
suatu seri dari 300 pengamatan, di peroleh enam hasil yang terletak dalam kotak ini, maka kita
tuliskan N(X) = 6. Jika jumlah total pengamatan adalah N, maka peluang terletak hasil suatu
pengamatan dalam kotak antara X dan X+ adalah P(X) = N(X)/N, sebanding dengan panjang
kotak pada X (selama nilai X kecil ), sehingga kita menuliskan :

P(X) = f(X)

Contoh 24.12 : Menghitung peluang gabungan

Peluang bahwa seseorang laki-laki dalam populasi tertentu adalah 0,495; sedangkan peluang
seseorang (laki-laki atau perempuan) adalah 0,110, berapakah peluang pemilihan laki-laki
kidal secara pilihan acak dari sekumpulan orang?

Jawaban : Andaikan sifat kidal tidak bergantung pada jenis kelamin, maka kita dapat
menggunakan persamaan A4 :

P(kidal laki-laki) = P(kidal) x P(laki-laki)

= 0,110 x 0,495 = 0,054

Jadi, 1 dari 18 orang mungkin laki-laki kidal.


Komentar, jika kidal merupakan sifat khas laki-laki, maka perhitungan ini salah; persamaan
A4 hanya berlaku pada sifat tak berkorelasi.

Latihan : Berapakah peluang pemilihan perempuan bertangan kanan dari populasi yang
sama?

[1 dari 18,0]

Teknik yang sama dapat digunakan untuk sifat kontinu. Jika peluang X terletak sampai
jarak X sampai X + dX adalah f(X) dX, dan peluang sifat bebas Y terletak dalam jarak Y
sampai Y + dY adalah f(Y) dY, maka peluang X dan Y bersama-sama terletak dalam jarak ini,
merupakan hasil kali peluang individualnya:

f(X, Y) = f(X)f(Y) (A5)

kita sudah menggunakan kesimpulan ini dalam penurunan distribusi Maxwell-Boltzmann.

24.1 Hitunglah kecepatan rata-rata (a) 24.6 Hitunglah jumlah total tumbukan per
detik dalam 1,0 L argon pada kondisi yang
atom He, (b) molekul pada (i) 77 K,
sama seperti dalam Latihan 24.5
(ii) 298 K, 100 K.
24.7 Berapakah tumbukan yang dilakukan
24.2 Pada tekanan berapakah jalan bebas
molekul per detik pada ketinggian 20
rta-rata argon pada 25 mendekati
km? (Lihat datanya pada latihan 24.4)
ukuran bejana 1 L yang ditempatinya?
24.8 Hitunglah rapatan tumbukan dalam
Ambilah .
udara pada 25 dan 1,0 atm (a) antara
24.3 Pada tekanan berapakah jalan bebas
molekul , (b) antara molekul dan
rata-rata argon pada 25 mendekati
Ambilah d( )= 357 pm dan )= 370
diameter atom itu sendiri?
pm
24.4 Pada ketinggian 20 km, temperature
udara 217 K dan tekanannya 0,05 atm. 24.9 Berapakah jumlah tumbukan per
Berapakah jalan bebas rata-rata molekul tumbukan per detik dalam 1,0 bagian

( ). dalam tutup labu Dewar, yang terdapat sisa


udara pada 1,2 Torr dalam 25 ?
24.5 Berapakah tumbukan yang dilakukan
satu atom Ar dalam 1,0 detik, jika 24.10 Hitunglah energy kinetic translasi
temperatur 25 dan tekanan (a) 10 atm, molar (dalam kJ ) dari (a) molekul

(b) 1,0 atm, (c) 1,0 atm? , (b) molekul dalam pada gas 300 K
dan 10 atm.
24.11 Hitunglah jalan bebas rata-rata dalam samper Argon yang temperature
molekul diatomic dalam udara dengan rata-ratanya 273 K
menggunakan pada 25 24.18 Gunakanlah nilai eksperimen dari
konduktivitas termal neon pada untuk
dan (a) 10 atm (b) atm memperkirakan penampang lintang
tumbukan atom Ne
24.12 Gunakanalah distribusi kecepatan
Maxwell untuk memperkirakan fraksi mol 24.19 Gunakanlah nilai eksperimen dari
koefisien viskositas neon ( Tabel 24.4)
molekul pada 500 K, yang mempunyai
untuk memperkirakan penampang lintang
kecepatan dalam jarak 290 sampai 300 m tumbukan atom Ne pada 273 K

. 24. 3 Populasi terdiri dari orang-


orangdengan tinggi sebagai berikut:
24.13 Permukaan padat dengan dimensi (dalam kaki dan inci, jumlah individual
2,5 mm × 3,0 mm dikenal gas argon pad
dalam kurung) : 5’5” (1), 5’6” (2), 5’7”
90 Pa dan 500K. Berapakah tumbukan
yang dilakukan atom Ar dengan (4), 5’8” (7), 5’9” (7), 5’9” (10), 5’10”
permukaan ini dalam 15 detik? (15), 5’11” (9), 6’0” (4), 6’1” (4), 6’2” (1).
Berapakah a) tinggi rata-rata, b) akar rata
24.14 Wadah 5,00 L berisi 1,50 mmol
rata kuadrat tinggi populasi itu.
dan 3,00 mmol pada tekannan total

kPa. Hitunglah jumlah tumbukan - 24.4 Hitunglah perbandingan

yang terjadi dalam campuran itu dalam 1,0 konduktivitas teral hidrogen gas pada 300
ms. K dengan hidrogen gas pada 10 K?

24.15 Bagaimankah jalan bebas rata-rata Berhati-hatilah menghitngnya.


suatu sampel gas, bervariasi terhadap
temperature dalam wadah volume 24.5 Dalam jendela lapis rangkap, kaca
konstan?
jendela itu terpisah 5,0 cm. Berapakah laju
24.16 Sel efusi mempunyai lubang transfer panas secara konduksi dari
melingkar dengan diameter 2,50 mm. Jika
runagan hangat (25°C) ke bagian luar yang
massa molar padatan dalam sel 260 g
dingi (-10°C) melalui lyas jendela 1,0 m²?
dan tekanan uapnya 0,835 Pa pada Berapakah daya pemansa yang diperlukan
400 K, berapakah pengurangan massa untuk mengarasi kehilangan panas ini?
padatan itu dalam periode2 jam?

24.17 Hitunglah fluks energy yang 24. 6 Manometer duhubungkan dengan


berasal dari gradientemperatur 2,5 pnetolan yang berisi karbon dioksida
dengan sedikt tekanan. Gas dibiarkan menghubungkan tekana uap p dengan
keluar melali lubang kecil, dan waktu
turunnya manometer dari 75 cm sampai 50 dan . Yang digunakan menentukan
cm adalah 52 detu\ik. Jikq eksperimen
tekana uap pada 1000OC. Selama selang
-
dulanhi dengan nitrogrn (M=28,02 g mol
waktu 7200 derik, kehilangan massa
1
), penurunan yang sama terjadi dalam 42
dengan radius 0,5mm adalah 4,3 x 10-2 mg.
detik. Hitunglah massa molar karbon
Berapa tekana uap germanium pada
dioksida.
1000oC? (gas beartom tunggal)
24.7 bola lampu listrik khusus mngandung
24.10 dalam penelitian menegnai sifat
argon oada 50 Torr dan punya kawat pijar
katalitik permukaan titanimum, permukaan
wolfarm dengan radus 0,1 mm dan
harus bebas dari kontaminasi. Hitung
panjang 5 cm. Jika beroperasi, gas di dekat
frekuensi tumbukan per cm2 permukaan
kawat mempunyai temperatur sekitar
yang dilakukan molekul O2 pada a) 1 atm
o
1000 C, berapa jumlah tumbukan antara
b)1 µ atm, c) 1x10-10 atm dan 300 K.
gas dan kawat pijar setiap detik?
Perkirakan jumlah tumbukan debngan satu
atom permukaan dalam setiap detik.
24.8 Kendaraan ruang angkasa degan
Anggap jarak tetngga terdekat 291 pm.
volume dalam 3m3 bertumbukandengan 244
24.11 inti Bk (berkelium) meluruh
meteor dan lubang radius 0,1 mm. Jika
menghasilkan partikel α yang menangkap
tekana oksigen dalam kendaraan mula-
elektron dan membentuk atom He. Waktu
mula 0,8 atm dan temperatur 298 K ,
paruh 4,4 jam 1 mg sampel dtenpatkan di
berapa lana tekanan akn turun jadi 70 atm?
wadah 1 cm3 tak tembus radiasi α, terdapat
lubang dengan radiys 2 mm. Berapa tekan
24. 9 dalam metoda Knudsen penentuan
helium dalam wadah pada 298 K setelah a)
tekana uap, sampel debgan berat tertentu
1 jam, b) 10 jam?
dipnaskan dalam wadah, dindingnya ada
lubang kecil. Kehilangan masa pada suatu
24.12 Pentolan kaca buat berdiameter 10
perioda waktu, dapat dihubungkan dengan
cm punay pipa dengan radius 3 mm.
tekana uap pada teperatur eksperimen. Pentolan dijaga suhunya 300 K, pipa
berada pada 77 K (dicelupkan dalam
adalah kehilangan massa dalam selang
cairan nitogen). Mula-mula gas dalam
waktu melalui lubang meligkar dengan pentolan lembab, tekana parsial uap airnya

radius R. Cari ungkapan yang 1 Torr. Beraoa waktu yang diperlukan


untuk kondensasi dalam pipa, sehingga 24. 16 Distribusi maxwell-boltzmann
tekana parsial turun sampai 10 m Torr, jika diturunkan dari argumen tentang peluang,
efusi adalah penentu laju. tapi juga diturunkan dari distribusi
boltzmann. Lakukan penurunan.
24. 13 Berkas atom durancang berfungsi
dengan a) kadmium, b)raksa. Sumbernya 24. 17 Pemilih velositas yang dibuat
adalah oven yang dipertahankan pada 380 khusus, menerima berkas molekul dari oen
K, punyacelah kecil dimensi 1 cm x 10 -3 pada temperatur T, tapi menghaangi
cm. Tekanan uap kadmium 0,13 Pa dan perjalaan molekul yag kecepatannyalebih
raksa 152 kPa. Berapa arus atom (jumlah besar dari pada kecepatan rata-rata. Jika
atompersatuan watu) dalam berkas? dianggap masaalh satu dimensi, berapa
kecepatan rata-rata berksas yang keluar
24. 14 Reaksi H2 + I2 2HI bergantung yang keluar, relatif terhadap nilai awalnya?
pada tumbukan anatara berbagai spesies
campuaran reaksi. Hitung rapatan 24. 18 Berapa perbandingan molekul gas
tumbukan untuk pertemuan a) H2 + H2, b) I2 a) yang kecepatan lebih dari, b) kecepatan
+ I2, c) H2 + I2, untuk gas dengan tekana kurang dari: akar rata-rata
parsial kedua spesies 0,5 atm dan suhunya kuadratkecepatan c) berapa perbandingan
molekul yang punya kecepatan lebih besar
400 K. Gunakan (H2) = 0,27 nm2 dan
dan lebih kecil dari kecepatan rata-rata?
(I2) =1,2 nm2.
24. 19 Hitung fraksi molekul dalam gas
24.15 hitung velositas ( velositas awal
minimum yang membawa objek te tak yang punya kecepatan dalam jarak

hingga0 dari permukaan planet radius r? pada kecepatan nc*, relatif terhadap
Berapa nilai untuk a) bumi, R= 6,37 x 106 molekul yang punya kecepatan dalm jarak
-2
m, g = 9,81 m s , b) Mars, R = 3,38 x 106
m, mmars/mbumi = 0,108. Pada suhu berapa pada c* sendiri? Perhitungan dapat
molekul H2, He dan O2 punya kecepatan
digunakan memperkirakan reaksi dari
rata-rata sama dengan kecepatan
molekul yag sangat energrtik. Evaluasikan
menghilangnay?
perbandingan untuk n= 3 dan n= 4.

Soal-soal teoritis
24.20 Laju pertumbuhan tetesan timah
hitam dari uap dipelajari dalam
laboratorium perusahaan minyak (J.B.
Homer dan A. Prothero, J. Chem. Soc.
Faraday Trans I, 69, 673 (1973).
Sebenarnya semua timah hitam
terkondensasi dalam 5ms dari awal
perjalanan dan konsentrasi dalam fase gas
tidak lebih dari 3 x 1015 atm/cm3 ,cari
ungkapan laju pertumbuhan radius partikel
bulat. T= 935 K dan asumsikan setiap
atom menempel paad permukaan tumbuh
ketika keduanya bertumbukan.

Molekul Yang Bergerak

Daftar Gagasan Pokok

1. Pengukuran konduktans larutan elektrolit (subbab 25.1) dan definisi konduktivitas dan
konduktivitas molar ( persamaan 1).
2. Penggolongan elektrolit : kuat atau lemah (subbab 25.1).
3. Hukum Kohiransch untuk konduktivitas molar elektrolit kuat ( persamaan 2) dan
konduktivitas molar pembatas.
4. Hukum migrasi lebar ion ( persamaan 3).
5. Derajat ionisasi elektrolit lemah (persamaan 4b) dan hukum pengenceran Ostwald
untuk konduktivitas molar larutan (Persamaan 5).
6. Kecepatan hanyut ion dalam medan listrik (Persamaan 6) dan variasi konduktivitas
ion terhadap radius hidrodinamik efektifnya.
7. Mekanisme rantai untuk konduksi oleh proton ( Subbab 25.2).
8. Defenisi mobilitas ion (Persamaan 7) dan hubungannya dengan konduktivitas ion
(Persamaan 8).
9. Bilangan transport ion (Persamaan 10) dan pengukurannya dengan metode batas
bergerak dan hittorf (Subbab 25.2).
10. Efek antaraksi ion-ion pada konduktivitas ion dan teori Debye Huckel-Onsager
(Persamaan 13).
11. Defenisi gaya termodinamika (Persamaan 14), perhitungannya (Contoh 25.6), dan
penggunaannya dalam penurunan hukum pertama Fick tentang difusi.
12. Hubungan Einstein antara koefisien difusi dan mobalitas ion (persamaan 16).
13. Persamaan Nerst-Einstein untuk konduktivitas molar, berkenaan dengan koefisien
difusi (Persamaan 18).
14. Persamaan Stokes-Einstein yang menghubungkan koefisien difusi dengan konstanta
gesekan (Persamaan 20).
15. Penurunanpersamaan difusi (persamaan 21) dan pencantuman konveksi (Persamaan
23).
16. Pengukuran koefisien difusi (Subbab 25.5).
17. Jarak neto difusi molekul (Persamaan 26).
18. Penafsiran difusi sebagai jalan acak (Subbab 25.7) dan penurunan persamaan
Einstein-Smoluchowshi untuk koefisien difusi, berkenaan dengan panjang dan waktu
langkah jalan acak (Persamaan 28).

Pendekatan umum yang dijelaskan dalam bab ini, menyediakan teknik untuk
membahas semua jenis partikel dalam semua jenis fluida. Kita akan menentukan latar
belakangnya dengan membahas jenis gerekan sederhana, yaitu migrasi ion dalam
medan listrik. Gerakan ini sederhana (selama kita tidak mempertanyakan
perinciannya), karena ion hanyut secara tetap melalui pelarut menuju sa;ah satu
elektroda. Kemudian kita akan melihat bahwa gaya listrik yang bekerja pada ion,
dapat doanggap sebagai kasus khusus dari gaya yang digeneralisasikan. Formulasi
gaya yang digeneralisasikan ini akan memungkinkan kita membahasa gerakan ion dan
molekul netral, bahkanjika tidak ada medan listrik. Kemudian kita akan dapat
membahas (dalam bab berikutnya) laju reaksi kimia, yang bergantung pada migrasi
partikel melalui media berbagai jenis.

Transport Ion
Gerakan ion dalam larutan dapat dipelajari dengan mengukur konduktivitas
listrik dan larutan elektrolit. Migrasi kation menuju elektroda bermuatan negatif dan
anion menuju elektroda bermuatan positif, membawa muatan melalui larutan, dan
karenanya merupakan proses transport yang dibahas dalam Bab. 24.

25.1 Konduktivitas larutan Elektrolit


Pengukuran dasar yang digunakan untuk mempelajari gerakan ion adalah
pengukuran tahanan listrik larutan. Teknik standarnya dengan memasukiselseperti
terlihat dalam Gambar 25.1 ke dalam satu sisi jembatan tahanan dan kemudian
mencari titik keseimbangan, seperti yang dijelaskan dalam buku standar tentang
listrik. Kerumitan utama adalah harus digunakannya arus bolak balik, karena arus
searah menyebabkan elektrolisis daan polarisasi, yaitu modifikasi komposisi lapisan
muatan yang bersentuhandenga elektroda. Penggunaan arus bolak balik (dengan
frekuensi sekitar 1KHz) dapat menghindarkan polarisasi karena perubahan yang
terjadi pada separuh siklus, dibatalkan oleh separuh siklus yang kedua (jika reaksi
sebaliknya layak secara kinetika).

R1 R2
Detektor Ac
R3 R4
KONDUKTASI DAN KONDUKTIVITAS
Konduktanol G larutan merpakan kebalikan dari tekanan p. Makin rendah tekanan
larutan makin besar konduktansinya. Karena tahanan dinyatakan dengan Ω. Maka
konduktansi sampel dinyatkan dalam Ω-1. Kebalikan ohm biasanya disebut mho tetapi
sekarang satuannya adalah adalah sieman (s). 1S = 1 Ω-1

Tahanan sampel bertambah dengan pertambahan panjang l dan berkurang dengan


pertambahan luas penampang lintang A. Oleh karena itu kita menuliskan :

Konstanta perbandingan disebut resistivitas sampel. Konduktivitas merupakan


kebalikan resistivitas,sehingga :

atau

Perhitungan konduktivitas secara langsung dari tahanan sampel dan dimensi sel l dan
A tidak dapat diandalkan,karena distribusi arusnya rumit. Dalam prakteknya ,sel
dikalibrasikan dengan sampel yang diketahui konduktivitasnya k*,dan konstanta sel C
ditentukan dari :

Dengan R* merupakan tahanan standar. Dimensi C adalah (panjang)-1 . Jika sampel


mempunyai tahanan R dalam sel yang sama, maka konduktivitasnya adalah:

Konduktivitas larutan bergantung pada jumlah ion yang ada dan kita biasa
memperkenalkan konduktivitas molar Λm, yang didefinisikan sebagai:

Konduktivitas molar elektrolit, tidak bergantung pada konsentrasi jika k tepat sebanding
dengan konsentrasi. Misalnya konsentrasi ion dalam larutan asam lemahbergantung pada
konsentrasi asam secara rumit, dan penduakalian konsentrasi nomial asam itu, tidak mendua-
kalikan jumlah tersebut. Kedua karena ion saling berantaraksi dengan kuat,maka
konduktivitas larutan tidak tepat sebandig dengan jumlah ion yang ada.

Konduktivitas biasanya tersedia dalam S Cm-1 dan konsentrasi dalam M. Sehingga


hubungan praktisnya adalah :

Contoh 25.1 : menghitung konduktivitas molar larutan

Konduktivitas molar 0,100 M KCl(aq) pada 298 K adalah 129 S cm2 mol-1. Tahanan terukur
dalam sel konduktivitas 28,44 Ω. Tahanan itu besarnya 31,60 Ω. Jika sel yang sama berisi
0,0500 M NaOH(aq). Hitunglah konduktivitas molar NaOH(aq) pada konsentrasi itu.

Jawaban. Mula- mula kita menentukan konstanta sel ,dan kemudian menggunakan
konstanta ini dan R yang diberikan, untuk mencari konduktivitas larutan uji.
Konduktivitas larutan 0,100 M KCl(aq) adalah :

K=

1,29 X 10-2 S Cm-1

Sehingga

C= 10-2 S Cm-1 x 28,44 Ω = 0,367 Cm-1

Untuk NaOH(aq):

Jadi, konduktivitas molar NaOH(aq):

Komentar. Mengkalibrasikan sel sebaiknya dilakukan dengan larutan yang mempunyai


konduktansi mendekati konduktansi larutan uji.

Latihan. sel yang sama digunakan untuk mempelajari 0,100 M NH4Cl(aq),dan terukur \
tahanan sebesar 28,50 . Hitunglah konduktivitas molar NH4Cl(aq) pada konsentrasi ini.
Konduktivitas molar elektrolit,tidak bergantung pada konsentrasi jika k tepat
sebanding dengan konsentrasi elektrolit.walaupun demikian,pada prakteknya, konduktivitas
molar bervariasi terhadap konsentrasi. Salah satu alasannya adalah : jumlah ion dalam larutan
mungkin tidak sebanding dengan konsentrasi elektrolit. Sifat umum elektrolit kuat adalah:
konduktivtasnya hanya sedikit berukurang dengan konsentrasi mendekati nol, tetap turun
dengan tajam sampai nlai endah saat konsentrasi bertambah.

Elektrolit kuat

Elektrolit kuat adalah zat yang terionisasi sempurna dalam larutan, dan meliputi padatan ion dan asam
kuat. Sebagai hasil pengionan sempurna, kosentrasi ion dalam larutan sebanding dengan kosentrasi
elektrolit yang ditambahkan.

Dalam suatu seri pengukuran yang ekstensif selama abad 19, Friedrich Kohlausch membuktikan
bahwa pada kosentrasi rendah, konduktivitas molar elektrolit kuat mentaati hukum khlrousch, yaitu
bahwa konduktivitas molar sebanding dengan akar kosentrasi:

Am = Aom – KC1/2

Aom merupakan konduktivitas molar pembatas yaitu, konduktivitas molar dalam limit kosentrasi nol
(jika ion tidak saling berinteraksi). K adalah koefisien yang bergabung pada stokiometri elektrolit
(apakah elektrolit ini membentuk MA, atau M2A, dan seterusnya) ketimbang pada identitas
spesifiknya.

Khlrausch juga membuktikan bahwa AOM dapat dinyatakan sebagai jumlah kontribusi dan ion
individualnya. Jika konduktivitas molar pembatas kation dinyatakan dengan ƛ+, dan untuk anion
dinyatakan dengan ƛ_, maka hukum migrasi bebas anion adalah:

AOm = v+ ƛ+ + v_ ƛ_

Dengan v+ dan v_ merupakan jumlah kation dan anion per satuan rumus elektrolit untuk (v + = v_ = 1
HCl, NaCl, dan CuSO4 tetapi v+=1,v-= 2 untuk MgCl2). Hasil sederhana ini dapat dipahami
berdasarkan perilaku ion bebas dalam limit kosentrasi nol, memungkinkan kita untuk meramalkan
konduktivitas molar pembatas setiap elektrolit kuat, dari data dalam Tabel 2.51. Contohnya
konduktivitas molar pembatas BaCl2 dalam air pada 298 K adalah :

A0m = (127,2 + 2 x 76,3) S cm2 mol-1

Tabel 2.51 Konduktasi ion pembatas dalam air pada 298k, ƛ/(S cm2 mol-1)

H+ 349,6 OH- 199,1


Na+ 50,1 Cl- 76,3
K+ 73,5 Br- 78,1
Zn2+ 105,6 SO42- 160,0

Elektrolit Lemah

Elektrolit lemah adalah zat yang tidak terionisasin sempurna dalam larutan. Zat ini meliputi asam
Bronsted lemah seperti CH3COOH dari basa Bronsted lemah seperti NH3. Ketergantungan
konduktivitasnya pada kosentrasi dengan jelas, berasal dari pergeseran keseimbangan.
HA(aq) + H20+ (aq)  H3O+(aq) + A- (aq) Ka=

Ke arah produk pada kosentrasi rendah,

Konduktivitasnya bergantung pada jumlah ion dalam larutan, dan karenanya juga pada derajat ionisasi
elektrolit: α Derajat ionisasi didefinisikan sehingga untuk asam HA pada kosentrasi nominal C, pada
keseimbangan:

[H3O+] = αc [A-] = αc [HA] = (1- α)c

Jika tidak mengabaikan koefisien aktivitas, maka konstanta keasaman kira-kira:

Ka = (4a)

Oleh karena itu, derajat ionisasi jika kosentrasinya c adalah:

α = {[ 1+ ] ½ - 1} (4b)

jika konduktivitas molar elektrolit terionisasi sempurna hipotesis adalah ˄’m, sedangkan hanya fraksi
α yang sebenarnya terdapat sebagai ion dalam larutan sebenarnya, maka konduktivitas molar terukur
˄m dinyatakan dengan:

˄m = α˄’m

dengan α dinyatakan oleh persamaan 4b. jika kosentrasi ion dalam larutan rendah, maka kita dapat
memperkirakan ˄’m dengan nilai pembatasnya, dan nenuliskan:

˄m = α˄0m (4c)

Contoh 25.2: Menggunakan pengukuran konduktivitas untuk menentukan pKa

Tahanan larutan 0,0100 M CH3COOH (aq) diukur pada 298 K dalam sel yang sama seperti
dalam contoh 25.1 dan ternyata besarnya: 2220 Ω. Carilah derajat ionisasi asam pada
kosentrasi ini dan pKa-nya.

Jawaban: kita menghitung ˄m dengan menggunakan konstanta sel yang sudah ditentukan
dalam 7 Cm-1), yang menghasilkan ˄m = 16,5 S Cm2 mol -1. Dari data dalam table 25.1 kita
memperoleh ˄0m = 390,5 Cm-2 mol-1. Jadi α = 0,423. Konstanta keasaman diperoleh
dengan penggantian nilai α kedalam persamaan 4a, dan Ka= 1,9x 10-5, sehingga pKa = 4,72.

Komentar: nilai termodinamika pKa diperoleh dengan mengulangi penentuan itu dengan
berbagai kosentrasi dan kemudian mengekstrapolisikannya ke kosentrasi nol.

Latihan : Tahanan larutan 0.0250 M HCOOH (aq) pada kondisi yang sama, terukur batas
sebesar 444 Ω; evaluasikanlah pKa asam.
Setelah kita mengetahui Ka, kita dapat menggunakan persamaan 4b untuk meramalkan
ketergantungan konduktivitas molar pada kosentrasi. Hasilnya cukup sesuai dengan kurva hasil
eksperimen dalam Gambar 25.2. Cara lain, kita dapat menggunakan ketergantungan ˄m pada
kosentrasi, dalam pengukuran konduktansi molar pembatas. Kita dengan mudah memanipulasi
ungkapan untuk Ka ke dalam bentuk.

=1+

Hukum pengenceran Ostwald,persamaannya:

…………………..(5)

Persamaan 5 ini menunjukkan prosedur untuk menentukan konduktivitas molar pembatas


larutan,karena persamaan ini menyatakan bahwa jika 1/A m dialurkan terhadap c,maka perpotongannya
pada c= 0 merupakan 1/Am.

25.2 GERAKAN ION

Dalam menentukan pengukuran konduktivitas,terlebih dahulu mengetahui penyebab dari


pergerakan ion dengan laju yang berbeda-beda,dan penyebab ion tersebut memiliki konduktivitas
molar yang berlainan,serta sebab konduktivitas molar elektrolit kuat berkurang dengan akar
konsentrasi.

Konsep nya adalah: makin besar mobilitas ion dalam larutan,maka makin besar pula kontribusinya
pada konduktivitas (untuk muatan tertentu).

Kecepatan hanyut

jika dua elektroda yang terpisah dengan jarak berada pada selisih potensial ,maka ion dalam

larutan di antara kedua elektroda itu,mengalami medan listrik seragam,yaitu:

E=

Dalam medan demikian,ion yang bwermuatan2 ze mengalami gaya sebesar :

Ie = zeE
Kation bereaksi dengan percepatan menuju elektroda negative dan anion bereaksi dengan percepatan
menuju elektroda positif.akan tetapi,saat ion bergerak melalui pelarut maka ion akan mengalami gaya
gesekan memperlambat Ie’ yang sebanding dengan kecepatannya.dan jika diasumsikan bahwa hukum
Stokes untuk bola radius a dan s berlaku pada skala mikroskopis ,maka kita dapat menuliskan gaya
perlambatan ini sebagai:

Ie’ = fs f=6 a

Kedua gaya itu bekerja dalam arah yang berlawanan,dan ion mencapai kecepatan akhir,yaitu
kecepatan hanyut,jika gaya mempercepat Ie diimbangi oleh penahan kental Ie’ .gaya neto menjadi
nol (Ie = Ie’ ),jika ;

s=

karena kecepatan hanyut mengatur laju transportasi ion,maka dapat mengharapkan konduktivitas akan
berkurang dengan bertambahnya viskositas pelarut akan ukuran ion.contohnya,konduktivitas molar
ion logam alkali bertambah dari Li+ ke Cs+,walaupun radius ionnya bertambah .paradoks ini
terpecahkan jika kita menyadari bahwa radius a dalam rumus stokes adalah radius hidrodinamik
ion, yaitu radius efektifnya dalam larutan dengan memperhitungkan molekul H 2O yang dibawa dalam
bola hidrasinya.ion kecil menimbulkan medan listrik lebih kuat dari pada ion besar sehingga ion kecil
lebih terlarut secara ekstensif dari ion besar.jadi,ion dengan radius kecil dapat mempunyai radius
hidrodinamik besar,karena ion itu menyeret banyak molekul pelarut melalui larutan itu,saat
bermigrasi.

Proton ,walaupun sangat kecil,mempunyai konduktivitas molar yang sangat tinggi(Tabel


25.1).proton bertingkah laku dengan mekanisme,yang tidak bersangkutan dengan gerakan sebenarnya
melalui larutan.menurut Mekanisme rantai migrasi proton,proton yang terlarut ,bukan proton
tunggal,bergerak melalui larutan,dengan gerakan efektif yang bersangkutan dengan penataan ulang
ikatan dalam gugusan molekul air.Konduktivitas diatur oleh laju rotasi molekul air ke dalam orientasi
yang dapat menerima dan mendonorkan proton,dan laju penerobosan proton dari satu ujung ikatan
hydrogen ke ujung lainnya, (dari) H…..O ke O …….H O).

+
Mobilitas dan Konduktivitas

Mobilitas ion sangat berguna karena besaran ini menghubungkan antara kuantitas
teoritis dengan kuantitas yang dapat diukur.Sebagai langkah pertama,kita akan menentukan
hubungan antara mobilitas dengan konduktivitas.Untuk menyederhanakan
perhitungannya,tanda kita abaikan dan kita berkosentrasi pada besaran kuantitasnya : arah
fluks selalu dapat ditentukan dengan logika.

Perhatikanlah larutan elektrolit kuat pada kosentrasi molar C.Andaikan setiap satuan
rumus menimbulkan V+ kation dengan muatan Z+ ҽ dan v anion dengan muatan z-
ҽ.jadi,kosentrasi setiap jenis ion adalah VC(dengan V=V+ atau V),dan rapatan jumlah setiap
jenis:vcNA.Kation dan anion berjalan dengan kecepatan hanyut S+ dan S-.Jumlah ion sejenis
yang melewati jendela bayangan dengan luas A (Gambar 25.4) selama selang waktu ∆t,sama
dengan jumlah dalam jarak s∆t,dan karenanya sama dengan jumlah dalam volume
s∆tA.Jumlah ion dalam volume ini sama dengan s∆tA X vcNA.Aliran melalui jendela(jumlah
ion sejenis yang melewati jendela per-satuan luas per-satuan waktu) adalah

∫(ion) = = svcNA

Setiap ion membawa muatan zҽ , sehingga fluks muatan adalah:

∫(muatan) = zsvceNA = zsvcF

Dengan F = eNA merupakan konstanta faraday,karena s = uE,maka fluksnya adalah :

∫(muatan) = zuvcFE

Arus I yang melalui jendela,karena ion yang kita bahas adalah:fluks muatan dikalikan dengan
luas:

I = JA = zuvcFAE
Bilangan transpost
Bilangan transport t didefinisikan sebagai frksi dari arus total yang dibawa oleh ion jenis
tertentu. Untuk larutan dengan dua jenis ion, bilangan dengan I+ merupakan arus yang dibawa
oleh kation dan I adalah arus total yang melalui larutan.bilangan transport anion I
didefinisikan secara analog dalam I-, arus anion. Karena arus total I merupakan jumlah dari
arus kation dan aniom, maka:

I+ + I - = 1

Bilangan transport pembatas t0 didefinisikan sama, tetapi untuk limit konsentrasi nol dari
larutan eletrolit itu. Untuk selanjutnya, kita hanya akan memperhatikan nilai pembatas ini,
agar terhindar dari masalah antaraksi ion.

Arus yang berasal dari setiap jenis ion berhubungan dengan mobilitas ion, dengan I∞ k,
dengan k, dengan k dinyatakan oleh persamaan 8a. Jadi, hubungan antara t0 dan u adalah :

Dengan penjumlahan pada penyebut atas kedua jenis ion. Untuk elektrolit
simetris (dengan bilangan muatan dan karenanya vi untuk kedua ion sama),
persamaan 11a disederhanakan menjadi :

Pilihan lain, karena konduktivitas ion berhubungan dengan mobilotas melalui


persamaan 8b, maka dari persamaan 11 :

Jadi untuk setiap jenis ion:


konsenkuensinya, karena ada cara tersendiri untuk mengukur bilangan transport
ion, maka dapat menentukan konduktivitad ion indivudual dan (melalui
persamaan 8) menentukan mobilitasnya.

Pengukuran bilangan transport


Salah satu cara yang paling tepat untuk mengukur bilangan transport adalah metode batas
bergerak, dengan gerakan batas antara dua larutan ion yang mempunyai ion yang sama,
diamati sebagai arus.

Andaikan MX merupakan garam yang diminati, dan NX merupakan “indikator”, yaitu garam
yang dihasilkan yang menghasilkan larutan rapat. Larutan indikator menepati bagian bawah
pipa vertikal (gambar 25.5) dan larutan MX,”larutan Utama”, menepati bagian atas pipa.
Batas antara keduanya sangat jelas. Larutan indikator harus lebih rapat daripada larutan
utama.

M+X+ batas akhir setelah waktu

A D

Batas awal

B C

N+X-

Gambar 25.5 dalam metoda batas bergerak untuk pengukuran bilangan transport, jarak yang
dipindahkan oleh batas, diamati sebagai arus yang lewat. Semua ion M dalam volume antara
AB dan dalam CD pasti sudah melewati CD jika batas itu bergerak dari AB ke CD.

dan mobilitas ion M harus lebih besar dari pada mobilitas ion Na + . Jadi, jika setiap ion M

berdifusi ke dalam larutan bawah, ion ini akan ditarik ke atas lebih cepat dari pada ion N di

sekelilingnya, sehingga batas ini akan terbentuk kembali.

Jika arus I dilewatkan selama waktu t, batas itu bergerak dari AB ke CD, sehingga

semua ion M dalam volume antara AB dan CD pasti sudah melewati CD. Jumlahnya adalah

C VNA, sehingga muatan yang ditransfer melalui bidang itu:c. Akan tetapi, muatan total yang
ditransfer saat arus I mengalir selama selang waktu t adalah : I t. Oleh karena itu, fraksi

arus yang disebabkan oleh ion M, yang merupakan bilangan transportaya, adalah:

Jadi, dengan mengukur jarak yang dipindahkan oleh batas dalam waktu t (dan menghitung

V dari jarak yang berpindah) kita dapat menentukan bilangan transport, konduktivitas dan

mobilitas ion.

Dalam metoda Hittorf sel elektrolisis dibagi menjadi tiga kompartemen dan

dilewatkan listrik sejumlah I t/z+F kation, tetapi t+ (I t/z+F) kation bermigrasi ke dalam

kompartemen katoda. Perubahan neto jumlah kation dalan kompartemen itu:

Jadi, dengan menghitung perubahan komposisi dalam kompartemen katoda, kita dapat

mencari bilangan transport anion t. Demikian pula, perubahan komposisi kompartemen anoda

adalah,

-t+(I t/z+F), yang menghasilkan bilangan transport katoda t+.

Akhimya, bilangan transport juga dapat diukur dengan sel gavani. Potensial sel

dengan transferens Et, yang mempunyai elektroda yang reversibel terhadap anion, misalnya:

Ag │AgCl(s) │HCl(m1) │ HCl(m2) │ AgCl(s) │Ag

berhubungan dengan potensial sel dengan reaksi keseluruhan yang sama, tetapi tanpa

transferens E, seperti:
Ag │AgCl(s) │HCl(m1) │H2 (g) │Pt │ H2 (g) │ HCl(m2) │ AgCl(s) │Ag

dengan:

Et = t+E

(Argumen ini serupa dengan argumen untuk metoda Hittorf, lihat Soal 25.18). Oleh karena

itu, pembandingan kedua potensial sel menghasilkan bilangan transport, dalam hal ini

bilangan transport H+.

25.3 Konduktivitas dan antaraksi ion-ion

Tinggallah masalah untuk menjelaskan tentang ketergantungan hukum Kohlrausch

pada c1/2 (persamaan 2). Dalam Bab 10 kita sudah melihat sesuatu yang mirip: koefisien

aktivitas ion juga bergantung pada c 1/2 dan pada muatannya, tetapi tidak bergantung pada

identitas spesifiknya. Ketergantungan pada c1/2 dijelaskan berkenaan dengan sifat atmosfer

ion di setiap ion, dan kita dapat menduga bahwa penjelasan yang sama juga berlaku di sini.

Kita harus mengubah gambaran tentang atmosfer ion, menjadi bulatan muatan yang

kabur jika medan listrik diberikan pada larutan ion, dan semua ion larut dalam arah tertentu.

Mula-mula, ion yang membentuk atrmoster itu tidak menyesuaikan diri dengan ion yang

bergerak, dan menghilang tidak lengkap di belakangnya (Gambar 25.6). Efek keseluruhannya

adalah pergeseran pusat muatan atmosfer, sedikit di belakang ion yang bergerak. Karena

kedua muatan itu berlawanan, akibatnya terjadi perlambatan ion yang bergerak. Pengurangan

mobilitas ion disebut efek relaksasi. Pembuktian gambaran ini diperoleh dengan mengamati

konduktivitas ion pada frekuensi tinggi, yang lebih besar ketimbang pada frekuensi rendah.

Hal ini disebabkan atmoster itu tidak mempunyai waktu untuk mengikuti arah gerakan ion

yang berubah dengan cepat, sehingga efeknya terata-rata menjadi nol.


Atmosfer ion juga menyebabkan efek lain pada gerakan ion. Kita sudah mengetahui

bahwa ion yang bergerak mengalami tahanan kental. Jika terdapat atmosfer ion, tahanan ini

diperkuat karena atmosfer ion bergerak dalam arah yang berlawanan dengan ion sentral.

Tahanan kental yang diperkuat, yang disebut efek elektroforetik, mengurangi mobilitas ion,

dan karenanya juga mengurangi konduktivitasnya.

Rumus kuantitatif efek ini cukup rumit, tetapi teori Debye-Huckel- Onsager

merupakan usaha untuk memperoleh ungkapan kuantiatif yang kira-kira sama tingkat

kecanggihannya dengan teori Debye-Huckal itu sendiri. Teori ini menghasilkan ungkapan

seperti ungkapan Kohlrausch, dengan

ϗ = A + Bʌm˚

dengan

( )1/2 ( )1/2

dengan є merupakan permitivitas listrik pelarut dan q = 2- = 0,586 untuk elektrolit-1.1.

Nilai numerik A dan B untuk elektrolit-1,1 dalam beberapa pelarut dicantumkan dalam Tabel

253. Kemiringun kurva konduktivitas diramalkan bergantung pada jenis muatan elektrolit,

seperti

Tabel 25.3 Koefisien


Air Debye-Huckal-Onsagor
60,20 urtuk elektrolit-(1,1)
0,229 pada 298 K,

+(a)
+
152

151

152

151
0,02
0.01 0

Gambar 25.8 penentuan konduktansi molar pembatas dengan ekstravolasi yang didasarkan pada teori
Debye-Huckel-Onsager

-20

-40

-60

-80

-100

-120

-140
0 0,1 0,2 0,3 0,4
25.4 Pandangan temodinamika

Pada temperatur dan tekanan tetap, kerja maksimum yang dapat dilakukan
oleh zat yang berpindah dari lokasi dengan potensial kimia ke lokasi dengan

potensial kimia + , adalah ; dw = d .

dw = d = p.T dx

Kita juga mengetahui bahwa secara umum kerja dapat dinyatakan dalam gaya yang
berlawanan, dapat dituliskan Te, sehingga

dw = Te dx

Dengan ini kita melihat bahwa kemiringan potensial kimia dapat ditafsirkan sebagai
gaya efektif. Gaya ermodinamika ini dapat ditulis dengan :

Te = p.T

Gaya termodinamika gradien kosentrasi

Dalam larutan dengan aktivasi partikel α, maka potensial kimianya :

= + RT ln α

Jika larutan tidak seragam, aktivitas itu bergantung pada posisinya dan kita dapat
menuliskan :

Te = RT p.T

Jika larutan itu ideal, α dapat digantikan dengan kosentrasi , sehingga :

Te = p.T
Karena ( )

Contoh 25.6: Menghitung gaya termodinamika

Andaikan kosentrasi zzat terlarut berkurang secara eksponensial menurutpanjang


wada. Hitunglah gaya termodinamika zat terlarut pada 25 , jika kosentrasinya
berkurang menjadi setengah nilainya setiap 10 cm.

Jawaban. Kosentrasi bervariasi terhadap pisisi dengan

Dengan λ merupakan konstanta pengurangan. Karena kosentrasi turun menjadi 0

jika , maka kita dapat mencari λ dari :

Jadi,

Dari bentuk eksponensial kosentrasi, diperoleh :

Dan oleh karena itu, dari persamaan diatas, bahwa

Te =

Hukum pertama Fick tentang difusi

Andaikan fluks pertikel yang berdifusi, merupakan gerakan sebagai reaksi


terhadap gaya termodinamika yang timbul dari gradient konsentrasi. Partikel
akan mencapai kecepatan hanyut tetap s jika gaya termodinamika ᵮ sama dengan
tahan kental.kecepatan hanyut ini sebanding dengan gaya termodinamika, dan
kita tuliskan s ᵮ. Akan tetapi, fluks partikel J sebanding dengan kecepatan

hanyut, dan gaya termodinamika sebanding dengan gradient konsentrasi .

Rantai kesebandingan itu (J s ,s ᵮ, dan ᵮ menunjukkan bahwa:

Yang merupakan kandungan hokum Fick

Hubungan Einstein

Hukum Fick untuk fluks partikel dalam mol molekul per satuan luas per satuan
waktu adalah:

J = -D

Dengan D merupakan koefisien difusi dan merupakan kemiringan dari


konsentrasi molar. Fluks partikel berhubungan dengan kecepatan hanyut, dengan:

J = sc

Hubungan ini merupakan kelanjutan dari argument yang sudah kita gunakan
beberapa kali sebelumnya. Jadi, semua partikel dalam jarak s t A, dapat melewati

jendela dengan luas A dalam selang waktu t. Dengan demikian, jumlah moldapat

lewat dalam selang waktu itu adalah: s t x c, sehingga:

Sc = -D

Jika sekarang kita menyatakan dalam ᵮ, menggunakan persamaan 15,


maka kita memperoleh:
S=- = ᵮ

Terdapat satu kasus ketika kita sudah mengetahui kecepatan hanyut dan gaya
efektif yang bekerja pada partikel: ion dalam larutan mempunyai kecepatan
hanyut s = µE jika ion itu mengalami gaya еɀE, dan ɀFE per mol, dari medan listrik
dengan kuat medan E. Jadi penggantian nilai tersebut ke dalam persamaan dia
atas, menghasilkan:

µE = ɀFE atau µ=

Persamaan ini tertata ulang menjadi hasil yang sangat penting, yang dikenal
sebagai hubungan Einstein, antara oefisien difusi dengan mobilitas ion:

D=

(16)

Daftar Pustaka

Atkins, P.W, 1999. Kimia Fisika, ( diterjemahkan : Kartohadiprojo),Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai