Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk siomay merupakan makanan yang terkenal dikalangan masyarakat. Siomay
awalnya hanyalah salah satu menu yang terdapat dalam makanan Dim Sum. Siomay dibuat
dari cincangan babi yang dibaluti oleh kulit pangsit, namun ternyata siomay di Indonesia
berubah bentuk, karena isinya bukan lagi babi, melainkan ikan tengiri, udang, ataupun ayam
sehingga terjamin kehalalannya. Bentuk siomay menjadi sedikit berubah yang awalnya
silinder, kini berbentuk bulat bakso dengan tujuan masyarakat mudah mengenal dan sebagai
salah satu ciri khas dari siomay yang ada di Indonesia. Tentunya bentuk bulat bakso sudah
sangat familiar (dikenal) oleh masyarakat sehingga saya merubah bentuk dan tekstur siomay
menjadi rolade. Hal ini salah satu peluang baik untuk memanfaatkan bisnis pangan lokal
tersebut dengan meluncurkan produk pangan baru yang menginovasi produk lama, sehingga
diharapkan munculnya produk baru jajanan siomay ini mampu diterima oleh masyarakat.
Oleh karena itu saya melakukan brainstorming yaitu daya cipta kelompok mendesain
timbulnya banyak gagasan, sehingga ide – ide kreatif saya dapat disalurkan dengan adanya
inovasi sebuah produk.
Produk yang akan diinovasi adalah siomay dimana isian dari siomay tersebut menjadi
inspirasi untuk membuat jajanan siomay yaitu rolale (rolade lele), yang dipadukan dengan
sambal kacang. Perbandingan untuk isian yang lain jika saya menggunakan daging ayam,
ikan tengiri, dan udang biaya produksi akan mengalami peningkatan drastis karena harga
daging ayam, ikan tengiri dan udang sangatlah mahal, sehingga saya menggunakan ikan lele
sebagai bahan dasar rolade. Sesuai dengan data Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia hasil produksi ikan lele tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar
108.200 ton dengan prosentase perkembangan sebesar 18%. Dari data tersebut diketahui
bahwa komoditas ikan lele dapat memenuhi permintaan pasar dan mampu mensuplai
kebutuhan produksi saya akan ikan lele.
Kelebihan produk inovasi saya yang mempunyai merek “Wels” yang artinya ikan lele,
produk ini menggunakan ikan lele sebagai isiannya dikarenakan kandungan 500gr daging
lele mempunyai 12 gr protein, 149 Kal, 8,4gr lemak, dan 6,4 gr karbohidrat. Keunggulan
lain ikan lele yaitu kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino
esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan

1
nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Selain itu
untuk mendapatkan ikan lele cukup mudah dijumpai di pasar, dari segi harga juga murah.
Jika dibandingkan dengan ikan tengiri, ayam, dan udang, harga daging lele per kilonya lebih
murah, dan lele saat ini banyak dijumpai di pasaran, sedangkan udang dan ikan tengiri yang
segar jarang dijumpai di pasaran jika ingin mendapatkannya harus pergi ke pelelangan ikan.

1.2 Visi Usaha


 Menciptakan produk yang yang berpotensi baik di masa depan.
 Menjadi salah satu usaha kuliner
 Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
 Menanamkan jiwa kewirausahaan

1.3 Misi Usaha


 Berinovasi dalam menciptakan produk yang unik dan menarik.
 Menciptakan ide-ide kreatif untuk penarik minat konsumen.
 Memberikan pelayanan yang baik dan ramah dalam upaya menarik konsumen.
 Menjual produk dengan harga yang terjangkau tetapi dengan kualitas dan rasa
yg menarik.

1.4 Tujuan
Potensi peluang usaha dari produk ini dijadikan ladang bisnis dimana produk rolale
isiannya akan dicampuri wortel, sehingga mempunyai nilai gizi yang baik dan akan disukai
oleh semua kalangan. Hal ini akan membantu kalangan ibu dalam memberikan asupan gizi
bagi anaknya, dengan harga terjangkau. Selain itu produk ini merupakan inovasi baru yang
baik dikembangkan untuk saat ini karena produk olahan lele jarang ditemui dengan bentuk
jajanan siomay dan sambal kacang yang khas.

2
BAB II

RENCANA MARKETING

2.1 Strategi STP Produk

2.1.1 Segmenting

Rolale merupakan produk olahan ikan lele yang untuk saat ini masih jarang
ditemukan. Biasanya rolade dibuat dengan olahan daging ayam, sedangkan Rolale ini dibuat
dari olahan daging ikan lele yang tinggi kandungan gizinya. Untuk segmentasi pasar produk
ini, saya melihat dari aspek demografis. Segmentasi demografis adalah segmentasi yang
didasarkan pada informasi konsumennya, seperti usia, jenis kelamin, pendapatan ataupun
kelas sosial. Dengan harga jual yang dapat dikategorikan murah, setara dengan harga 1 porsi
siomay yaitu Rp 5.000,- dan usaha rolale ini menjadikan semua kalangan mulai menengah
bawah, menengah ke atas sebagai target utama. Selain itu, produk Rolale ini dapat dinikmati
oleh semua jenis usia, mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa, baik perempuan maupun
laki-laki.

2.1.2 Targeting

Identifikasi target pasar merupakan langkah awal yang dibutuhkan dalam


perencanaan dan pengembangan strategi pemasaran. Dalam situasi dimana konsumen
menghadapi banyak pilihan, maka kesuksesan pemasaran produk akan banyak ditentukan
oleh kesesuaian produk terhadap kebutuhan konsumen. Strategi yang saya gunakan pada
target pasar ini adalah undifferentiated marketing, dimana strategi ini tidak menghiraukan
kelompok pembeli yang berbeda-beda dan memusatkan perhatian pada kesamaan dalam
kebutuhan konsumen, produk dan pemasaran dirancang sedemikian rupa untuk meraih
konsumen sebanyak mungkin. Untuk target dari rolale adalah konsumen yang menyukai
siomay dan rolade yang dikemas praktis. Rolale ini praktis, sehingga dapat dibawa untuk
perjalanan jauh dan masyarakat yang memiliki kesibukan.

2.1.3 Positioning

Sebagai sumber pangan, ikan memiliki kandungan gizi yang sangat baik seperti
protein sebagai sumber pertumbuhan, asam lemak omega 3 dan 6 yang bermanfaat bagi
kesehatan ibu dan pembentukan otak janin, vitamin, serta berbagai mineral yang sangat
bermanfaat bagi ibu dan janin. Rendahnya konsumsi ikan per kapita penduduk di Indonesia
3
berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya akan sumber protein nabati ini. Rolale
melakukan positioning dengan mengedukasi masyarakat atau konsumen untuk sering
mengkonsumsi ikan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Agar dalam
mengkonsumsi ikan tidak menimbulkan kebosanan, maka saya memberikan inovasi dengan
mengolah ikan lele menjadi rolade yang bergizi, sehat, lezat, dan praktis.

2.2 Strategi Pemasaran


2.2.1 Strategi Pemasaran 4P
Strategi pemasaran yang digunakan untuk kelancaran pemasarannya, yakni
menggunakan bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi 4P yakni product, price,
place dan promotion. Ke empat hal tersebut merupakan elemen – elemen penting menuju
keberhasilan pemasaran serta memperkenalkan produk kepada konsumen. Dengan
menggunakan empat elemen ini diharapkan mampu menarik minat konsumen.

2.2.2 Product
Mengenai produk yang saya produksi yakni rolale agar dapat diterima oleh
konsumen. Produk rolale yang terinovasi dari rolade ayam ini memberikan rasa rolade baru
yang belum pernah ada sebelumnya yakni rasa ikan lele. Penikmat rolade pasti akan merasa
jenuh bila hanya ada rolade ayam saja, sehingga saya membuat inovasi rolade lele agar
konsumen tidak bosan dengan rasa rolade yang sudah ada. Kandungan dalam 100 gram ikan
lele yakni meliputi energi 240 kkal, protein 17,57 gram dan karbohidrat 8,54 gram yang
sangat bermanfaat bagi konsumen. Harga yang ditawarkan juga termasuk murah untuk
ukuran demikian, sehingga dapat dikonsumsi oleh semua golongan. Dengan mempelihatkan
isi bagian dalam produk, dapat diharapkan mampu memikat konsumen untuk mencoba
produk rolale ini. Pemberian label pada kemasan yakni untuk memperkenalkan brand
produk kepada masyarakat.

2.2.3 Place
Pemilihan tempat (place) yang dipilih sebagai daerah pemasarannnya, saya memilih
lokasi yang dekat dengan tempat saya produksi karena produk hanya bertahan hingga 3 hari
serta tempat – tempat yang menurut saya berpotensi banyak pembeli dan dapat diterima oleh
konsumen seperti tempat kos, di warung – warung, di sekolah – sekolah dan di kampus. Saya
menjual produk rolale ini di tempat saya produksi agar masyarakat sekitar tempat produksi

4
mengenal produk rolale ini. Saya juga menerima pesanan bagi konsumen yang ingin
menikmati produk rolale yang saya produksi.

2.2.4 Price
Strategi selanjutnya yang digunakan untuk pemasarannya yakni mengenai harga
(price). Harga produk rolale yang saya tawarkan kepada konsumen sangat terjangkau yakni
Rp 5000,-/pack. Harga yang ditetapkan sudah saya perhitungkan mulai dari biaya pengadaan
bahan baku hingga biaya untuk pengemasannya. Dari hasil penjualannya, saya sudah
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1000,- dan untuk memaksimalkan penjualannya saya
memproduksi sekitar 2 kg setiap periode produksinya. Dengan keuntungan yang diperoleh
dari hasil penjualan produk rolale ini, pengembalian investasi usaha rolade ikan lele ini yakni
sekitar 3 hari. Pengembalian ini dapat dikatakan cepat karena produk saya sudah melakukan
kalkulasi sebelumnya dengan memperhitungkan biaya apa saja yang sudah dikeluarkan dan
berapa penghasilan penjualan yang kita kira – kira dapatkan sehingga produk ini akan
mampu mengembalikan modal selama 3 hari.

2.2.5 Promotion
Strategi promosi (promotion) yang saya gunakan untuk melancarkan pemasaran
produk rolale ini yaitu menggunakan media masa berupa brosur iklan mengenai produk
rolale yang ditempel ditempat di tempat umum seperti warung dan sekolahan, serta
promosi penjualan (sales promotion) lewat media elektronik menggunakan internet berupa
jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Untuk pemesanan produk oleh konsumen, baik
lewat media elektronik mau media lain, saya melakukan pembatasan daerah pemasaran
karena umur simpan produk saya sangat singkat. Saya juga memberi label pada produk
yang saya produksi sebagai sarana promosi dan pendekatan terhadap konsumen dengan
mencantumkan kontak industri saya untuk mempermudah konsumen dalam pemesanan,
atau memberikan kritik dan saran pengenai usaha rolale ini. Selain itu, saya juga
menggunakan teknik promosi penjualan pribadi (personal selling) yakni mengajak calon
konsumen untuk membeli produk rolale dengan kalimat – kalimat yang persuasif.

5
BAB III

RENCANA PRODUKSI

3.1 Proses Produksi


3.1.1 Perhitungan Harga Bahan Baku
Biaya harga bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku
produksi, dalam satuan waktu tertentu, meliputi biaya bahan baku utama, bahan pembantu
dan bahan pengemas. Bahan baku utama dari produksi ini adalah ikan lele, wortel dan telur,
dimana jumlah ikan lele yang dibutuhkan setiap kali produksi sebanyak 2 kg dengan harga
per kilo ikan lele adalah Rp 25.000,-. Sedangkan untuk jumlah telur yang dibutuhkan untuk
setiap kali produksi sebanyak 2 kg dimana harga telur Rp 20.000,- per kilo. Untuk wortel
yang dibutuhkan setiap kali produksi sebanyak 1 kg dengan harga Rp 10.000,-kilo.
Bahan selanjutnya adalah bahan baku pembantu yaitu bumbu-bumbu yang
digunakan untuk membumbui Rolale diantaranya bawang goreng, merica bubuk, garam,
pala, dan tepung panir sebanyak 500 gram. Dari semua bumbu tersebut, total harga yang
dikeluarkan adalah Rp 15.000,- kemudian minyak 1 kg dengan harga Rp 14.000,- yang
cukup digunakan untuk satu kali produksi. Bahan terakhir adalah bahan pengemas, dimana
bahan pengemas yang digunakan adalah mika plastik yang diberi stiker dan saus sebagai
pelengkap untuk jajanan rolade. Mika plastik yang dibutuhkan untuk mengemas produk
Rolale setiap kali produksi adalah sebanyak 20 mika dengan harga Rp 200,- per mika.
Sedangkan harga untuk membuat dan mencetak stiker adalah Rp 5.000,- untuk satu lembar
kertas berukuran A3, dan saus sebanyak 20 biji dengan harga Rp 5.000,-. Total untuk sekali
produksi saya menghabiskan biaya Rp 151.000,- dan total untuk produksi selama 1 bulannya
saya menghabiskan biaya Rp 1.812.000,- .

3.1.2 Perhitungan Biaya Pemeliharaan


Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk
perawatan mesin dan peralatan, baik peralatan preventif, korektif dan overhaul. Untuk biaya
perawatan preventif, hal-hal yang dilakukan yaitu mencuci dan membersihkan peralatan atau
mesin setelah dipakai untuk proses produksi. Hal tersebut diasumsikan membutuhkan biaya
sebesar Rp 5.000,-. Sedangkan untuk biaya perawatan korektif, hal-hal yang dapat dilakukan
yaitu dengan mengganti komponen mesin dengan komponen yang baru setiap satu bulan
sekali agar mencapai standar seperti mesin baru, dimana diasumsikan membutuhkan biaya
sebesar Rp 100.000,-.
6
3.2 Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi yang akan saya hasilkan per hari disesuaikan dengan keinginan
konsumen. Perusahaan saya memproduksi rolale dua hari sekali dengan kapasitas 2 kg ikan
lele yang nantinya menjadi produk bersih 20 bungkus rolale. Produksi 2 kg ikan lele untuk
target awal mula penjualan saya. hal ini saya lakukan dalam rangka pengenalan produk saya
kepada konsumen. Jika produk saya telah mendapat respon positif, tentu saja saya akan
memproduksi lebih banyak lagi bahkan hingga 6 kg ikan lele per produksi yang dilakukan
dua hari sekali untuk scenario optimis. Saya menargetkan 25% dari skenario optimis yakni
sebanyak 1,5 kg ikan lele per produksi dua hari sekai untuk skenario pesimis, dan perusahaan
saya menargetkan sebesar 125% dari kapasitas produksi skenario optimis sebagai skenario
moderatnya. Kapasitas produksi ini kita membuat seperti itu agar nantinya perusahaan saya
dapat mendapatkan profit yang kita inginkan.

3.3 Analisis Biaya


3.3.1 Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap yang
akan digunakan perusahaan untuk menjalankan usahanya. Secara umum biaya investasi
digunakan untuk sewa tanah, bangunan, pembeliaan mesin atau peralatan produksi,
penyediaan instalasi listrik, air dan biaya pembantu. Berikut tabel biaya investasi saya :

Material Justifikasi Kuantitas Harga Keterangan


Pemakaian satuan (Rp)

Sewa Tempat
1 unit 1.500.000 1.500.000
Bagunan produksi

Listrik 900 Instalasi


kWh, penunjang 1 unit 300.000 300.000

Air produksi

7
Alat
Freezer penyimpan 1 unit 500.000 500.000
rolade

SUB TOTAL (Rp) 2.300.000

Material Justifikasi Kuantitas Harga Keterangan


Pemakaian satuan (Rp)

Alat pencampur
Blender 1 buah 500.000 500.000
bahan

Kompor Alat pemanas 1 buah 750.000 750.000

Sebagai bahan
Tabung gas 1 buah 13.500 13.500
bakar

Alat memotong
Pisau 2 buah 5.000 10.000
bahan

Telenan Sebagai alas 1 buah 10.000 10.000

Baskom Wadah rolade 2 buah 10.000 20.000

Teflon 20 cm Alat membuat kulit 1 buah 74.500 74.500

Alat bantu
Staples merekatkan 1 buah 5.000 5.000
kemasan

Alat penggoreng
Penggorengan 1 buah 200.000 200.000
rolade

Alat penggukus
Alat kukus 1 buah 350.000 350.000
rolade

Alat bantu
Sendok 5 buah 1.750 8.750
mengambil rolade

8
Alat bantu
Solet 2 buah 1.000 2.000
mencampur bahan

Alat bantu
Serok menggangkat 1 buah 11.500 11.500
rolade

SUB TOTAL (Rp) 1.955.250

Total (Keseluruhan) 4.255.250

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa biaya investasi dibedakan menjadi dua jenis
yaitu biaya sewa dan biaya pembelian peralatan penunjang produksi. Pada biaya peralatan
penunjang untuk produksi saya sebesar Rp 1.955.250,- dimana biaya peralatan penunjang
merupakan biaya tetap yang jumlah totalnya tetap meskipun volume produksi berubah. Pada
biaya investasi sebesar Rp 2.300.000,-. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang berbeda
setiap tahunnya karena umur ekonomis setiap barang berbeda dimana umur ekonomis dan
total biaya untuk awal tahun pada pembelian barang dan penyewaan sebesar Rp 4.255.250,-
.

3.3.2 Biaya Produksi


3.3.2.1 Biaya Habis Pakai
Material Justifikasi Kuantitas Harga Keterangan
Pemakaian satuan (Rp)

Telor Kulit rolade 2 kg 20.000 40.000

Lele Isian rolade 2 kg 25.000 50.000

Bumbu Pemberi rasa - 10.000 10.000

Menggoreng
Minyak 1/2 kg 14.000 7.000
rolade

Saus Pelengkap 24 buah 5.000 5.000

Kemasan Wadah rolade 20 buah 200 4.000

9
Identitas
Stiker - 5.000 5.000
produk

Gas Bahan bakar 3 kg 15.000 15.000

Fillet lele +
Tenaga Kerja - 10.000 10.000
pengemasan

SUB TOTAL (Rp) 151.000

Dari tabel biaya habis pakai di atas saya menghabiskan biaya per produksi sebesar
Rp 151.000,- dan biaya per bulannya Rp 1.812.000,- dimana biaya yang saya keluarkan
setiap produksi rolade merupakan biaya variabel yang jumlah totalnya akan berubah secara
proporsional terhadap perubahan voluume produksi meliputi biaya bahan baku, biaya bahan
pengemas, dan biaya utilitas.

3.3.2.2 Kebutuhan Modal Kerja (1 tahun)


Total biaya tetap untuk 1 tahun yaitu Rp 5.345.683,- kemudian biaya tidak tetap
sebesar Rp 21.744.000,- dan biaya over head seperti biaya pemasaran Rp 100.000,- dengan
kata lain total biaya produksi pada perusahaan kamai yaitu Rp 27.189.683,- per tahunnya.
Biaya tersebut menunjang keberlangsungan perusahaan karena itu saya berusaha
meminimalisir biayanya agar tidak mengalami defisit pada pendapatan per tahun dengan
cara menaikkan jumlah produksi per tahun.

3.3.3 Harga Pokok dan Harga Jual Produk


Total keseluruhan biaya produksi yaitu Rp 27.189.683,-, jumlah produksi saya per
harinya 20 bungkus dalam satu bulan saya mampu menjual produk 600 bungkus dan salam
satu tahun saya menjual rolade sebanyak 7.200 bungkus.
Biaya produksi per tahun
HPP =
jumlah produksi per tahun
Rp 27.189.683
HPP =
7.200 bungkus
HPP = Rp 3.776

10
Dimana harga jual dari produk rolale sebesar Rp 5.000,- dan mark up yaitu
keuntungan yang saya peroleh sebesar 32% yang artinya yaitu mark up perhitungan saya
masuk dalam kategori baik. Kategori mark up yang baik yaitu 30 – 40%.

11
BAB IV

RENCANA ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS

4.1 Perencanaan Kapasitas Produksi


4.1.1 Perencanaan dan Pemilihan Proses
Dalam perencananan dan pemilihan proses usaha rolale ini, saya melakukan
perencanaan mengenai tahapan proses produksi yakni mulai dari perencanaan pengadaan
bahan baku, perencanaan proses produksi, perencanaan kebutuhan mesin dan peralatan,
perencanaan penentuan lokasi serta perencanaan penentuan tata letak. Pada perencanaan
produksi dan pemilihan proses produksinya juga mempertimbangkan faktor ekonomisnya
seperti pada perencaan pengadaan bahan baku saya melakukan pembelian ikan lele dan
bahan – bahan lain di pasar dari pada membeli di mall yang harganya lebih mahal. Untuk
perencanaan proses produksinya, saya menggunakan proses produksi bacth karena tidak
memproduksi dalam jumlah yang besar seperti proses produksi kontinyu, alasan saya
menggunakan bacth yaitu umur simpan produk saya relatif rendah sehingga jika saya
memproduksi kontinyu akan menyebabkan produk rusak dan rasa dari produk tersebut
berbeda. Untuk perencanaan kebutuhan mesin dan peralatan meliputi penggunaan mesin
atau peralatan yang sederhana karena saya memproduksi sesuai dengan kebutuhan pasar,
dan peralatan yang sederhana mampu dipergunakan dengan sebagai mana mestinya sehingga
dengan peralatan yang sederhana saya miliki masih mampu memenuhi permintaan, dan
penggunaannya lebih ekonomis karena saya menggunakan peralatan sesuai kapasitas yang
saya produksi. Dalam perencanaan penentuan lokasi saya memilih lokasi dekat dengan
tempat produksi dan untuk perencanaan penentuan tata letaknya saya menggunakan layout
fungsional karena memproduksi barang sesuai dengan pesanan.

4.1.2 Pertimbangan Dalam Pemilihan Proses Produksi


Beberapa hal yang perlu dipertimbangan dalam pemilihan proses produksi yakni
meliputi jenis dan macam peralatan, modal, tenaga kerja, pasar serta spesifikasi bahan baku
dan hasil olahan. Jenis dan macam peralatan yang digunakan untuk proses produksi rolale
ini yakni pisau, baskom, blender, tempat pengukus, kompor, dan semua peralatan tersebut
tidak membutuhkan energi yang banyak serta sesuai dengan kapasitas produksi saya.
Dibandingkan menggunakan mesin yang modern, penggunaan biayanya akan lebih mahal
bila tidak berproduksi dalam volume yang besar. Karena kapasitas produksinya tidak banyak
dan tidak menggunakan investasi yang mahal, maka saya tetap menggunakan alat sederhana
12
sebagai penunjang produksi. Untuk modal yang digunakan berasal dari modal bersama yang
saya kumpulkan sebagai penunjang kelancaran usahanya. Tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam proses produksi rolale sebanyak 4 orang yaitu meliputi bagian produksi yang bertugas
mengolah seluruh proses pembuatan rolale, dilakukan oleh saya selaku pengusaha rolale.
Dengan menggunakan tenaga kerja sendiri maka saya mampu meminimalisir ongkos tenaga
kerja, sebesar Rp 7.500/orang. Untuk spesifikasi bahan baku saya menggunakan bahan baku
ikan lele dumbo sebanyak 1 kg dengan harga Rp 12.000,-/kg. Oleh karena itu saya mampu
menekan biaya produksi dengan penggunaan bahan baku yang murah dibandingkan dengan
ikan tengiri, ayam, maupun udang, yang rata – rata harga untuk ikan tengiri Rp 45.000,-/kg,
ayam Rp 23.000,-/kg, dan udang Rp 89.900,-/kg. Sehingga dengan mempertimbangkan
pemilihan proses produksinya diharapkan mampu meminimalisir biaya serta resiko yang
mungkin akan muncul dan untuk harga jual hasil olahan saya sebesar Rp 5.000/pack.

4.1.3 Daur Proses


Daur proses merupakan jalur proses yang menggambarkan apakah produk yang
diproduksi menggunakan jalur proses kontinyu atau batch. Hal ini akan berpengaruh
terhadap keinginan konsumen. Jalur proses kontinyu tentunya menghasilkan satu macam
produk dengan volume besar dan mampu memperoleh biaya produksi per unitnya lebih
murah, namun kekurangan dari jalur proses ini tidak mampunya perusahaan merubah produk
yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen dan hambatan lainnya yaitu jika mesin
rusak ditengah jalan akan memberikan efek sistem produksi berhenti. Sedangkan jalur proses
batch (proses terputus) memiliki keuntungan fleksibelitas terhadap perubahan produk baik
kualitas maupun kuantitas sesuai dengan keinginan konsumen dapat terpenuhi karena mesin
yang digunakan bersifat general purposes dimana mesin ini dapat digunakan untuk
memproduksi beberapa produk dan hanya mengatur sesuai kebutuhan. Kekurangan dari jalur
proses ini perusahaan harus mengeluarkan biaya investasi besar untuk penggunaan mesin
dan tenaga kerja karena perusahaan harus memproduksi bermacam – macam produk sesuai
kebutuhan konsumen.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jalur proses yang digunakan
dalam pembuatan produk rolale yaitu jalur proses batch, dimana jalur ini memproduksi
dalam volume kecil sehingga tingkat biaya per unitnya relatif murah. Kemudian produk
rolale ini merupakan produk turunan dari siomay dan tergolong produk pendatang sehingga
saya harus memfokuskan bahwasanya produk ini terjual di pasaran tanpa harus merubah

13
bentuk dari produk yang saya buat. Setelah itu produksi rolale ini masih harus melewati
beberapa tahap yang setiap tahapnya memerlukan fasilitas atau peralatan tersendiri, sehingga
saya harus memproduksi dalam jumlah besar agar mampu menekan biaya per unitnya dan
mendapatkan profit yang maksimal.

4.2 Proses Produksi.

Proses produksi atau proses operasi adalah proses perubahan masukan menjadi
keluaran. Macam barang atau jasa yang dikerjakan banyak sekali sehingga macam proses
yang ada juga menjadi banyak. Dalam memilih jenis teknologi proses produksi harus
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan teknologi yang digunakan. Hal
tersebut akan mempengaruhi dan menentukan macam peralatan yang digunakan, denah serta
fasilitas penunjang lainnya. Ada beberapa macam proses produksi, diantaranya :

1. Proses Kontinyu
Proses kontinyu adalah proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang
yang dikerjakan. Proses produksi kontinyu biasanya disebut sebagai prosesyang berfokuskan
pada produk, karena biasanya setiap produk disediakan fasilitas produk tersendiri yang
meletakkannya disesuaikan dengan urutan proses pembuatan produk. Proses produksi
kontinyu, dimana peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan
memperhatikan urut-urutan kegiatan dalam menghasilkan produk.
2. Proses Batch atau Intermitten
Proses batch digunakan untuk pabrik yang mengerjakan barang bermacam-macam
dengan jumlah setiap macamnya hanya sedikit. Dikatakan proses produksi batch karena
perubahan proses produksi setiap saat terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang
dikerjakan.Oleh karena itu, tidak mungkin mengurutkan letak mesin sesuai dengan urutan
proses pembuatan produk. Proses produksi batch biasanya juga disebut proses produksi yang
berfokus pada proses.
Dari kedua macam jenis produksi yang ada, proses produksi yang saya pilih yang
dirasa paling tepat untuk proses produksi pembuatan Rolale adalah proses batch. Hal ini
didasarkan pada proses pembuatan Rolale yang melalui beberapa tahap yang setiap tahapnya
memerlukan fasilitas atau peralatan tersendiri. Mesin atau peralatan yang digunakan disetiap
tahap pembuatan Rolale dapat disusun secara berurutan yaitu mulai dari tahap pembuatan
kulit rolade dari telur, pembuatan isi rolade dari ikan lele, pembuatan sambal kacang,
mengukus, menggoreng, dan mengemas. Dengan menggunakan proses batch ini, diharapkan
14
dapat memperoleh tingkat biaya produksi per unit produk yang rendah karena menggunakan
bahan baku yang murah.

4.3 Analisis Kebutuhan Mesin dan Peralatan Produk


Dalam proses pembuatan Rolale, dibutuhkan beberapa mesin yang menggunkan
energi listrik maupun gas. Mesin-mesin yang digunakan antara lain mesin penghancuran
atau blender, alat pengukus, alat penggoreng, dan kompor

4.3.1 Mesin Penghancur atau Blender

Dalam proses pembuatan Rolale membutuhkan mesin penghancur yang digunakan


untuk menghaluskan daging ikan lele dan mesin yang digunakan adalah blender. Untuk
kapasitas satu kali produksi, saya membuat Rolale sebanyak 20 bungkus dan untuk satu kali
produksi tersebut dilakukan dalam satu batch. Blender ini memiliki waktu pengoperasian
standar per unit yaitu satu jam dan dibutuhkan waktu persiapan selama 10 menit.

4.3.2 Mesin Pengukus

Dalam proses pembuatan Rolale membutuhkan mesin pengukus yang digunakan


untuk mengukus Rolale. Untuk kapasitas satu kali produksi, saya membuat Rolale sebanyak
20 bungkus dan untuk satu kali produksi tersebut dilakukan dalam satu batch. Mesin
pengukus ini memiliki waktu pengoperasian standar per unit yaitu 45 menit dan dibutuhkan
waktu persiapan selama 15 menit agar mesin benar-benar siap untuk digunakan.

Dalam proses pembuatan Rolale membutuhkan kompor yang digunakan sebagai


sumber energi panas bagi mesin pengukus dan penggorengan. Untuk kapasitas satu kali
produksi, saya membuat Rolale sebanyak 20 bungkus dan untuk satu kali produksi tersebut
dilakukan dalam satu batch. Kompor ini memiliki waktu pengoperasian standar per unit
yaitu 3 jam dan dibutuhkan waktu persiapan selama 10 menit. Di setiap akhir batch, kompor
harus di istirahatkan sebelum digunakan kembali, hal ini dilakukan sebagai proses perawatan
pada mesin dan membutuhkan waktu selama 30 menit. standar (1,00). Berdasarkan
perhitungan diatas maka, kompor yang dibutuhkan untuk proses mengukus dan menggoreng
adalah sebanyak 3 kompor.

4.3.3 Mesin Penggoreng


15
Dalam proses pembuatan Rolale membutuhkan mesin penggoreng yang digunakan
untuk menggoreng Rolale yang telah matang. Untuk kapasitas satu kali produksi, saya
membuat Rolale sebanyak 20 bungkus dan untuk satu kali produksi tersebut dilakukan dalam
satu batch. Mesin penggoreng ini memiliki waktu pengoperasian standar per unit yaitu 30
menit dan dibutuhkan waktu persiapan selama 5 menit untuk memanaskan minyak goreng.

16
BAB V
RENCANA KEUANGAN
5.1 Prakiraan Rugi Laba
Dalam perkiraan rugi laba ini tentunya pada awal usaha saya mengalami rugi karena
masih awal percobaan penjual yang belum terstruktur dengan rapi untuk analisis biaya
produksinya. Sehingga dengan kerugian yang saya alami dapat menjadi pelajaran untuk
usaha saya kedepannya, agar tidak terulang kembali kerugian saat diawal usaha. Penjualan
bersih dikurangi dengan total biaya produksi. Selanjutnya depresiasi diperoleh dari biaya
penyusutan untuk setiap tahunnya sebesar Rp 1.003.358,- laba kotor merupakan hasil
pengurangan pendapatan bersih dengan depresiasi menjadi Rp 4.206.959,-.
Pendapatan perusahaan per tahunnya kisaran 0 hingga 50 juta sehingga saya harus
membayar pajak sebesar 10% dari perolehan laba kotor, kemdian laba bersih yang saya
peroleh pada tahun pertama sebesar Rp 3.786.263,- diperoleh dari laba kotor dikurangi oleh
PPh. Pada akhirnya net cash pada tahun pertama yaitu Rp 2.782.905,-. Hasil prakiraan laba
dan rugi tersebut menggambarkan bahwa pengeluaran selama produksi seimbang dengan
pendapatan per tahunnya.

5.2 Arus Kas Penerimaan dan Pengeluaran


Arus kas penerimaan dan pengeluaran menggambarkan dana yang digunakan selama
produksi per tahunnya, saya beroperasi selama 5 tahun sehingga total khas akhir tahun
berbeda. Pada perhitungan arus khas masuk meliputi sumber uang khas, laba setelah pajak,
nilai sisa dari tahun sebelumnya, dana milik sendiri dan dana milik pinjaman bank.
Penggunaan uang khas meliputi penyusutan, investasi, modal kerja, sedangkan arus khas
tunai bersih diperoleh dari total uang khas dikurangi dengan total penggunaan kas. Total
khas akhir tahun yaitu hasil perolehan arus khas tunai bersih. Hasil dari arus khas ini
transparasi penggunaan dana selama 5 tahun, sehingga perusahaan masih mendapatkan total
khas akhir tahun yang selalu meningkat.

17
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Menurut saya usaha yang saya jalankan ini akan berkembang dan mencapai
keberhasilan. Saya yakin usaha ini akan terus maju dan terus berkembang karena dilakukan
oleh orang-orang yang profesional serta berkualitas dalam menjalankan setiap pekerjaannya.
Saya tahu bahwa usaha ini tidak akan langsung berkembang pesat tapi saya akan terus
berusaha untuk menjalankan dan mengembangkan usaha ini.

18
LAMPIRAN

Hasil Kunjungan UMKM Siomay “SBY”

Pembuatan Siomay

Pelengkap Siomay

Pembuatan Sambal Kacang

19

Anda mungkin juga menyukai