PENDAHULUAN
1
nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Selain itu
untuk mendapatkan ikan lele cukup mudah dijumpai di pasar, dari segi harga juga murah.
Jika dibandingkan dengan ikan tengiri, ayam, dan udang, harga daging lele per kilonya lebih
murah, dan lele saat ini banyak dijumpai di pasaran, sedangkan udang dan ikan tengiri yang
segar jarang dijumpai di pasaran jika ingin mendapatkannya harus pergi ke pelelangan ikan.
1.4 Tujuan
Potensi peluang usaha dari produk ini dijadikan ladang bisnis dimana produk rolale
isiannya akan dicampuri wortel, sehingga mempunyai nilai gizi yang baik dan akan disukai
oleh semua kalangan. Hal ini akan membantu kalangan ibu dalam memberikan asupan gizi
bagi anaknya, dengan harga terjangkau. Selain itu produk ini merupakan inovasi baru yang
baik dikembangkan untuk saat ini karena produk olahan lele jarang ditemui dengan bentuk
jajanan siomay dan sambal kacang yang khas.
2
BAB II
RENCANA MARKETING
2.1.1 Segmenting
Rolale merupakan produk olahan ikan lele yang untuk saat ini masih jarang
ditemukan. Biasanya rolade dibuat dengan olahan daging ayam, sedangkan Rolale ini dibuat
dari olahan daging ikan lele yang tinggi kandungan gizinya. Untuk segmentasi pasar produk
ini, saya melihat dari aspek demografis. Segmentasi demografis adalah segmentasi yang
didasarkan pada informasi konsumennya, seperti usia, jenis kelamin, pendapatan ataupun
kelas sosial. Dengan harga jual yang dapat dikategorikan murah, setara dengan harga 1 porsi
siomay yaitu Rp 5.000,- dan usaha rolale ini menjadikan semua kalangan mulai menengah
bawah, menengah ke atas sebagai target utama. Selain itu, produk Rolale ini dapat dinikmati
oleh semua jenis usia, mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa, baik perempuan maupun
laki-laki.
2.1.2 Targeting
2.1.3 Positioning
Sebagai sumber pangan, ikan memiliki kandungan gizi yang sangat baik seperti
protein sebagai sumber pertumbuhan, asam lemak omega 3 dan 6 yang bermanfaat bagi
kesehatan ibu dan pembentukan otak janin, vitamin, serta berbagai mineral yang sangat
bermanfaat bagi ibu dan janin. Rendahnya konsumsi ikan per kapita penduduk di Indonesia
3
berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya akan sumber protein nabati ini. Rolale
melakukan positioning dengan mengedukasi masyarakat atau konsumen untuk sering
mengkonsumsi ikan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Agar dalam
mengkonsumsi ikan tidak menimbulkan kebosanan, maka saya memberikan inovasi dengan
mengolah ikan lele menjadi rolade yang bergizi, sehat, lezat, dan praktis.
2.2.2 Product
Mengenai produk yang saya produksi yakni rolale agar dapat diterima oleh
konsumen. Produk rolale yang terinovasi dari rolade ayam ini memberikan rasa rolade baru
yang belum pernah ada sebelumnya yakni rasa ikan lele. Penikmat rolade pasti akan merasa
jenuh bila hanya ada rolade ayam saja, sehingga saya membuat inovasi rolade lele agar
konsumen tidak bosan dengan rasa rolade yang sudah ada. Kandungan dalam 100 gram ikan
lele yakni meliputi energi 240 kkal, protein 17,57 gram dan karbohidrat 8,54 gram yang
sangat bermanfaat bagi konsumen. Harga yang ditawarkan juga termasuk murah untuk
ukuran demikian, sehingga dapat dikonsumsi oleh semua golongan. Dengan mempelihatkan
isi bagian dalam produk, dapat diharapkan mampu memikat konsumen untuk mencoba
produk rolale ini. Pemberian label pada kemasan yakni untuk memperkenalkan brand
produk kepada masyarakat.
2.2.3 Place
Pemilihan tempat (place) yang dipilih sebagai daerah pemasarannnya, saya memilih
lokasi yang dekat dengan tempat saya produksi karena produk hanya bertahan hingga 3 hari
serta tempat – tempat yang menurut saya berpotensi banyak pembeli dan dapat diterima oleh
konsumen seperti tempat kos, di warung – warung, di sekolah – sekolah dan di kampus. Saya
menjual produk rolale ini di tempat saya produksi agar masyarakat sekitar tempat produksi
4
mengenal produk rolale ini. Saya juga menerima pesanan bagi konsumen yang ingin
menikmati produk rolale yang saya produksi.
2.2.4 Price
Strategi selanjutnya yang digunakan untuk pemasarannya yakni mengenai harga
(price). Harga produk rolale yang saya tawarkan kepada konsumen sangat terjangkau yakni
Rp 5000,-/pack. Harga yang ditetapkan sudah saya perhitungkan mulai dari biaya pengadaan
bahan baku hingga biaya untuk pengemasannya. Dari hasil penjualannya, saya sudah
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1000,- dan untuk memaksimalkan penjualannya saya
memproduksi sekitar 2 kg setiap periode produksinya. Dengan keuntungan yang diperoleh
dari hasil penjualan produk rolale ini, pengembalian investasi usaha rolade ikan lele ini yakni
sekitar 3 hari. Pengembalian ini dapat dikatakan cepat karena produk saya sudah melakukan
kalkulasi sebelumnya dengan memperhitungkan biaya apa saja yang sudah dikeluarkan dan
berapa penghasilan penjualan yang kita kira – kira dapatkan sehingga produk ini akan
mampu mengembalikan modal selama 3 hari.
2.2.5 Promotion
Strategi promosi (promotion) yang saya gunakan untuk melancarkan pemasaran
produk rolale ini yaitu menggunakan media masa berupa brosur iklan mengenai produk
rolale yang ditempel ditempat di tempat umum seperti warung dan sekolahan, serta
promosi penjualan (sales promotion) lewat media elektronik menggunakan internet berupa
jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Untuk pemesanan produk oleh konsumen, baik
lewat media elektronik mau media lain, saya melakukan pembatasan daerah pemasaran
karena umur simpan produk saya sangat singkat. Saya juga memberi label pada produk
yang saya produksi sebagai sarana promosi dan pendekatan terhadap konsumen dengan
mencantumkan kontak industri saya untuk mempermudah konsumen dalam pemesanan,
atau memberikan kritik dan saran pengenai usaha rolale ini. Selain itu, saya juga
menggunakan teknik promosi penjualan pribadi (personal selling) yakni mengajak calon
konsumen untuk membeli produk rolale dengan kalimat – kalimat yang persuasif.
5
BAB III
RENCANA PRODUKSI
Sewa Tempat
1 unit 1.500.000 1.500.000
Bagunan produksi
Air produksi
7
Alat
Freezer penyimpan 1 unit 500.000 500.000
rolade
Alat pencampur
Blender 1 buah 500.000 500.000
bahan
Sebagai bahan
Tabung gas 1 buah 13.500 13.500
bakar
Alat memotong
Pisau 2 buah 5.000 10.000
bahan
Alat bantu
Staples merekatkan 1 buah 5.000 5.000
kemasan
Alat penggoreng
Penggorengan 1 buah 200.000 200.000
rolade
Alat penggukus
Alat kukus 1 buah 350.000 350.000
rolade
Alat bantu
Sendok 5 buah 1.750 8.750
mengambil rolade
8
Alat bantu
Solet 2 buah 1.000 2.000
mencampur bahan
Alat bantu
Serok menggangkat 1 buah 11.500 11.500
rolade
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa biaya investasi dibedakan menjadi dua jenis
yaitu biaya sewa dan biaya pembelian peralatan penunjang produksi. Pada biaya peralatan
penunjang untuk produksi saya sebesar Rp 1.955.250,- dimana biaya peralatan penunjang
merupakan biaya tetap yang jumlah totalnya tetap meskipun volume produksi berubah. Pada
biaya investasi sebesar Rp 2.300.000,-. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang berbeda
setiap tahunnya karena umur ekonomis setiap barang berbeda dimana umur ekonomis dan
total biaya untuk awal tahun pada pembelian barang dan penyewaan sebesar Rp 4.255.250,-
.
Menggoreng
Minyak 1/2 kg 14.000 7.000
rolade
9
Identitas
Stiker - 5.000 5.000
produk
Fillet lele +
Tenaga Kerja - 10.000 10.000
pengemasan
Dari tabel biaya habis pakai di atas saya menghabiskan biaya per produksi sebesar
Rp 151.000,- dan biaya per bulannya Rp 1.812.000,- dimana biaya yang saya keluarkan
setiap produksi rolade merupakan biaya variabel yang jumlah totalnya akan berubah secara
proporsional terhadap perubahan voluume produksi meliputi biaya bahan baku, biaya bahan
pengemas, dan biaya utilitas.
10
Dimana harga jual dari produk rolale sebesar Rp 5.000,- dan mark up yaitu
keuntungan yang saya peroleh sebesar 32% yang artinya yaitu mark up perhitungan saya
masuk dalam kategori baik. Kategori mark up yang baik yaitu 30 – 40%.
11
BAB IV
13
bentuk dari produk yang saya buat. Setelah itu produksi rolale ini masih harus melewati
beberapa tahap yang setiap tahapnya memerlukan fasilitas atau peralatan tersendiri, sehingga
saya harus memproduksi dalam jumlah besar agar mampu menekan biaya per unitnya dan
mendapatkan profit yang maksimal.
Proses produksi atau proses operasi adalah proses perubahan masukan menjadi
keluaran. Macam barang atau jasa yang dikerjakan banyak sekali sehingga macam proses
yang ada juga menjadi banyak. Dalam memilih jenis teknologi proses produksi harus
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan teknologi yang digunakan. Hal
tersebut akan mempengaruhi dan menentukan macam peralatan yang digunakan, denah serta
fasilitas penunjang lainnya. Ada beberapa macam proses produksi, diantaranya :
1. Proses Kontinyu
Proses kontinyu adalah proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang
yang dikerjakan. Proses produksi kontinyu biasanya disebut sebagai prosesyang berfokuskan
pada produk, karena biasanya setiap produk disediakan fasilitas produk tersendiri yang
meletakkannya disesuaikan dengan urutan proses pembuatan produk. Proses produksi
kontinyu, dimana peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan
memperhatikan urut-urutan kegiatan dalam menghasilkan produk.
2. Proses Batch atau Intermitten
Proses batch digunakan untuk pabrik yang mengerjakan barang bermacam-macam
dengan jumlah setiap macamnya hanya sedikit. Dikatakan proses produksi batch karena
perubahan proses produksi setiap saat terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang
dikerjakan.Oleh karena itu, tidak mungkin mengurutkan letak mesin sesuai dengan urutan
proses pembuatan produk. Proses produksi batch biasanya juga disebut proses produksi yang
berfokus pada proses.
Dari kedua macam jenis produksi yang ada, proses produksi yang saya pilih yang
dirasa paling tepat untuk proses produksi pembuatan Rolale adalah proses batch. Hal ini
didasarkan pada proses pembuatan Rolale yang melalui beberapa tahap yang setiap tahapnya
memerlukan fasilitas atau peralatan tersendiri. Mesin atau peralatan yang digunakan disetiap
tahap pembuatan Rolale dapat disusun secara berurutan yaitu mulai dari tahap pembuatan
kulit rolade dari telur, pembuatan isi rolade dari ikan lele, pembuatan sambal kacang,
mengukus, menggoreng, dan mengemas. Dengan menggunakan proses batch ini, diharapkan
14
dapat memperoleh tingkat biaya produksi per unit produk yang rendah karena menggunakan
bahan baku yang murah.
16
BAB V
RENCANA KEUANGAN
5.1 Prakiraan Rugi Laba
Dalam perkiraan rugi laba ini tentunya pada awal usaha saya mengalami rugi karena
masih awal percobaan penjual yang belum terstruktur dengan rapi untuk analisis biaya
produksinya. Sehingga dengan kerugian yang saya alami dapat menjadi pelajaran untuk
usaha saya kedepannya, agar tidak terulang kembali kerugian saat diawal usaha. Penjualan
bersih dikurangi dengan total biaya produksi. Selanjutnya depresiasi diperoleh dari biaya
penyusutan untuk setiap tahunnya sebesar Rp 1.003.358,- laba kotor merupakan hasil
pengurangan pendapatan bersih dengan depresiasi menjadi Rp 4.206.959,-.
Pendapatan perusahaan per tahunnya kisaran 0 hingga 50 juta sehingga saya harus
membayar pajak sebesar 10% dari perolehan laba kotor, kemdian laba bersih yang saya
peroleh pada tahun pertama sebesar Rp 3.786.263,- diperoleh dari laba kotor dikurangi oleh
PPh. Pada akhirnya net cash pada tahun pertama yaitu Rp 2.782.905,-. Hasil prakiraan laba
dan rugi tersebut menggambarkan bahwa pengeluaran selama produksi seimbang dengan
pendapatan per tahunnya.
17
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Menurut saya usaha yang saya jalankan ini akan berkembang dan mencapai
keberhasilan. Saya yakin usaha ini akan terus maju dan terus berkembang karena dilakukan
oleh orang-orang yang profesional serta berkualitas dalam menjalankan setiap pekerjaannya.
Saya tahu bahwa usaha ini tidak akan langsung berkembang pesat tapi saya akan terus
berusaha untuk menjalankan dan mengembangkan usaha ini.
18
LAMPIRAN
Pembuatan Siomay
Pelengkap Siomay
19