Anda di halaman 1dari 2

Ringkasan Buku

Judul: Penduduk dan Kemiskinan: Kasus Sriharjo di Pedesaan Jawa


Penulis: Dr. Masri Singarimbun dan Dr. D.H. Penny

Buku ini ditulis oleh pakar antropologi sosial sekaligus ahli studi pendudukan, yakni Prof.
Dr. Masri Singarimbun dan ekonom asal Australia DR. David H. Penny. Buku ini merupakan
terjemahan dari “Population and Poverty in Rural Java: some economic arithmetic from Sriharjo”
yang sebelumnya telah diterbitkan oleh Cornell International Agricultural Development pada
tahun 1973. Buku ini disusun atas hasil penelitian jangka panjang yang dilakukan oleh kedua
peneliti tersebut. Penelitian membahas isu kemiskinan yang terjadi di wilayah pedesaan Jawa,
tepatnya berada di Sriharjo yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bantul, D.I.Yogyakarta.
Seperti diketahui bahwa Indonesia dihinggapi permasalahan kependudukan yang begitu
kompleks, salah satunya kemiskinan yang menghimpit kehidupan masyarakat. Berbagai ahli baik
yang berasal dari dalam maupun luar negeri telah menghasilkan berbagai telaahnya mengenai
permasalahan kependudukan yang terjadi, terlepas dari anggapan yang memandang kekayaan
alam ataupun budaya negeri ini. Begitulah yang saya pahami ihwal pembukaan dari buku ini yang
kemudian oleh Singarimbun dan Penny disajikan lebih mendalam lagi di bagian-bagian
berikutnya dari buku ini.
Singarimbun dan Penny memberikan gambaran singkat mengenai kemiskinan yang
terjadi di Sriharjo. Sriharjo merupakan desa yang penduduknya sebagian besar mengandalkan
sektor pertanian. penulis menemukan kenyataan yang mengejutkan mengenai kondisi
masyarakat Sriharjo ditengah gembar-gembor penguasa Orde Baru yang membanggakan
peningkatan perekonomian, produksi yang menanjak serta swasembada beras yang akan
dirasakan. Disini dipaparkan bahwa:
“Desa itu mempunyai tanah subur, pengairan yang baik, hubungan dengan pasar yang
baik (dalam dan luar negeri), akan tetapi tekanan penduduk terhadap tanah sedemikian rupa
sehingga luas tanah pertanian (termasuk tanah-tanah yang ditanami pohon-pohonan) yang
tersedia bagi setiap keluarga telah merosot kepada rata-rata 0,22 hektar (Singarimbun & Penny,
1976, p. 28).
Hal ini tentunya berlainan dengan konsep “cukupan” yang dianut oleh kebanyakan petani,
khususnya petani Jawa. Cukupan yang dimaksud disini adalah terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan yang secara wajar diperlukan oleh petani biasa. Konsep cukupan sesungguhnya
sederhana, yang mana seorang yang tergantung dari pertanian dianggap cukupan jika ia dapat
mengolah 0,7 hektar sawah tadah hujan dan sebidang tanah darat misalkanlah 0,3 hektar yang
dapat ditanami jenis tanaman atau pepohonan lainnya guna keperluan rumah tangga. Cukupan
juga dianggap telah tercapai apabila hasil panen beras dapat mencapai 1,2 ton. Permasalahan
demi permasalahan seputar kemiskinan yang terjadi juga disebutkan oleh penulis, diantaranya
adalah peningkatan penduduk yang terjadi cukup terkonsentrasi di wilayah subur yang
mengakibatkan kepadatan penduduk di wilayah tersebut kenaikannya melebihi wilayah lain.
Akibat lain seperti pembukaan lereng bukit untuk pertanian maupun menggunakan tanah yang
kurang baik untuk ditanami terpaksa dilakukan karena minimnya tanah potensial (subur) yang
dapat digunakan serta berkurangnya tanah-tanah tersebut.
Berdasarkan apa yang telah saya baca dari buku ini, pemahaman yang saya peroleh
mengarahkan saya pada permasalahan kependudukan yang sungguh kompleks dan kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh penguasa di tingkat negara seharusnya dapat menjadi pemecah atas
permasalahan yang terjadi, akan tetapi terkadang ditemui kebijakan-kebijakan yang tidak sejalan
dengan kondisi kemiskinan yang menimpa masyarakat. Sriharjo memberikan gambaran
mengenai bermacam permasalahan seperti peningkatan penduduk maupun krisis lahan yang
membuat penduduknya terpaksa membuka lahan di area yang sebetulnya tidak seharusnya
dijadikan lahan pertanian. Usaha-usaha masyarakat untuk memperbaiki taraf hidupnya juga
terbentur dengan kondisi kemiskinan yang merantai mereka, pemerintah seharusnya dapat hadir
dan memahami permasalahan yang terjadi serta lebih dapat mengerti akan luas dan parahnya
masalah yang dihadapi. Dengan demikian, walaupun buku ini merupakan karya lama dan
mungkin kondisi Sriharjo dulu dan kini telah berbeda tetapi saya sendiri berpendapat bahwa buku
ini memperkenalkan dengan baik bagaimana Singarimbun dan Penny meneliti kemiskinan yang
terjadi serta menjadi karya yang perlu direfleksikan oleh orang-orang yang memiliki minat pada
studi-studi tentang kependudukan, terutama kemiskinan.

Referensi
Singarimbun, M. & Penny, D. H., 1976. Penduduk & Kemiskinan: Kasus Sriharjo di Pedesaan
Jawa. Terjemahan ed. Jakarta: Buku Obor.

Anda mungkin juga menyukai